1
PENGARUH DEBT DEFAULT, KUALITAS AUDIT, DISCLOSURE
LEVEL DAN OPINI AUDIT TAHUN SEBELUMNYA TERHADAP
OPINI AUDIT GOING CONCERN
Anita Sandi1, Yeasy Darmayanti2, Yunilma2 1.2Jurusan Akuntansi, Fakultas Ekonomi Universitas Bung Hatta E-mail : anitasandi91@yahoo.co.id
ABSTRACT
Accounting fraud in the reliability of the figures in the report found in the company financial impact on growth. Financial manipulation case has led to the public accountant get criticism because of a considered to have participated in giving wrong information and many people who feel aggrieved. This research aims to show the relation of debt default, the quality of audits, the level of disclosure and audit opinion on the previous year audit opinion manufacture going concern to a company registered in Indonesia stock exchange on 2009-2013 years. The data used in this research was the annual report and the report on independent auditor published through www.idx.co.id website. A method of the sample used is purposive method of sampling. A model the analysis used logistic regression. The results of research show that the debt default and audit opinion the previous year having the effect on an audit opinion going concern, while the level of disclosure and audit the quality of not having the effect on an audit opinion going concern.
Keyword : debt default, audit quality, disclosure level, the previous year’s audit opinion, going concern audit opinion.
Pendahuluan
Kecurangan dalam keandalan angka-angka akuntansi yang terdapat di dalam laporan keuangan berdampak pada tumbuh kembangnya perusahaan. Ketika kasus hukum yang melibatkan perusahaan besar seperti Enron, Worldcom dan Xerox yang memanipulasi data keuangan yang pada saat itu menerima opini wajar tanpa pengecualian, kemudian dalam kurun waktu satu tahun perusahaan tersebut mengalami kebangkrutan, maka saat itu dapat di katakan seorang auditor telah gagal dalam menilai kemampuan perusahaan dalam mempertahankan kelangsungan hidupnya. Kebangkrutan perusahaan tersebut terjadi karena adanya kecurangan dalam praktik
akuntansi yang melibatkan auditor eksternal perusahaan dan pihak manajemen (Savitry, 2013).
Opini audit going concern yang dikeluarkan auditor sangat penting untuk diketahui, karena opini tersebut dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan bagi investor dalam melakukan investasinya. Auditor dianggap sebagai pihak yang independen, karena mampu memberikan suatu pernyataan yang bermanfaat dalam hal kondisi keuangan klien (Junaidi dan Hartono, 2010).
Opini audit going concern sangat berguna terhadap pemakai laporan keuangan yang bertujuan untuk membuat keputusan dalam berinvestasi. Opini audit going
2
concern merupakan asumsi bagi investor
untuk mengetahui kondisi keuangan perusahaan tersebut dalam keadaan sehat atau tidak yang menyangkut dengan kelangsungan hidup perusahaan. Pengeluaran opini audit going concern yang konsisten yang dikeluarkan oleh auditor harus berdasarkan dengan keadaan sesungguhnya dari perusahaan tersebut (Rahman, 2012).
Penelitian ini akan menguji mengenai faktor-faktor mempengaruhi pemberian opini audit going concern oleh auditor. Faktor-faktor tersebut yaitu, debt default, kualitas audit, disclosure level dan opini audit tahun sebelumnya. Dari banyaknya penelitian yang telah dilakukan menunjukan hasil yang berbeda-beda mengenai faktor yang mempengaruhi auditor dalam memberikan opini audit going concern. Penelitian tersebut dilakukan oleh Junaidi dan Hartono (2010), Juandini (2011), Ningtias (2011), Noverio (2011), Irfana dan Muid (2012), Muttaqin (2012), Kumala Sari (2012), Agustina (2013), Alichia (2013), Arsianto (2013), Mada’ (2013), Muthahiroh (2013), dan Yudhanto (2013).
Perumusan Masalah
1. Bagaimana pengaruh debt default
terhadap opini audit going concern.
2. Bagaimana pengaruh kualitas audit terhadap opini audit going concern.
3. Bagaimana pengaruh disclosure level terhadap opini audit going concern.
4. Bagaimana pengaruh opini audit tahun sebelumnya terhadap opini audit going
concern.
Landasan Teori dan Pengembangan Hipotesis
Theory Signaling
Theory signaling menjelaskan bahwa
pemberian sinyal dilakukan oleh manajer untuk mengurangi asimetri informasi.
Signaling theory mengemukakan bagaimana
seharusnya perusahaan memberikan sinyal kepada pengguna laporan keuangan. Sinyal tersebut dapat berupa informasi mengenai apa yang sudah dilakukan oleh agen untuk merealisasikan keinginan pemiliki (Fachru, 2014). Theory signaling memberikan indikasi bahwa perusahaan akan memilih seorang auditor berkualitas tinggi untuk menunjukan kinerja superior seorang auditor (Tamba, 2009).
Auditing
menurut Agoes (2012) auditing adalah suatu pemeriksaan yang dilakukan secara kritis dan sistematis, oleh pihak yang independen terhadap laporan keuangan yang telah disusun oleh menajemen beserta catatan-catatan pembukuan dan bukti-bukti pendukungnya dengan tujuan untuk dapat memberikan pendapat mengenai kewajaran laporan keuangan tersebut.
3 Opini audit
Pendapat auditor (opini audit) merupakan bagian dari laporan audit yang berisi informasi utama dari laporan audit. Opini audit yang diberikan auditor mempunyai beberapa tahapan audit, sehingga auditor dapat memberikan kesimpulan atas opini yang diberikannya terhadap laporan keuangan (Alichia, 2013). Sedangkan menurut Fijriantoro (2010) opini audit merupakan bagian dari laporan audit yang merupakan informasi utama dari laporan audit.
Opini Audit Going concern
Going concern menurut Belkaoui
(2011) adalah suatu dalil yang menganggap bahwa entitas bisnis akan melanjutkan operasinya cukup lama untuk merealisasikan proyek, komitmen dan aktivitasnya yang berkelanjutan. Dalil ini mengasumsikan bahwa entitas tersebut tidak diharapkan akan dilikuidasi di masa depan atau bahwa entitas tersebut akan berlanjut sampai periode yang tidak dapat ditentukan. Sedangkan menurut Fijriantoro (2010) going concern merupakan asumsi dalam pelaporan keuangan suatu entitas sehingga jika suatu entitas mengalami kondisi yang berlawanan dengan asumsi kelangsungan usaha, maka entitas tersebut menjadi bermasalah.
Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Opini Audit Going Concern
1. Debt Default
Debt default didefinisikan sebagai
kegagalan perusahaan untuk membayar hutang pokok dan bunganya pada waktu jatuh tempo (Chen dan Church, 1992 dalam Praptitorini dan Januarti, 2007).
2. Kualitas Audit
Kualitas audit adalah segala kemungkinan dimana auditor menemukan pelanggaran yang terjadi dalam sistem akuntansi klien pada saat mengaudit dan melaporkannya pada laporan auditor (Elfarini, 2007 dalam Sutedja, 2010).
3. Disclosure Level
Disclosure adalah pengungkapan atau
penjelasan, pemberian informasi oleh perusahaan, baik yang positif maupun negatif, yang mungkin berpengaruh atas suatu keputusan investasi. Pengungkapan yang terkandung dalam laporan keuangan sangat dibutuhkan oleh para pemakai laporan keuangan (Kumala Sari, 2012).
4. Opini Audit Tahun Sebelumnya
Setyarno et al (2006) menyatakan bahwa auditor dalam menerbitkan opini audit
going concern akan mempertimbangkan
opini audit going concern yang telah diterima
auditee pada tahun sebelumnya. Fijriantoro
(2010) menyatakan bahwa opini audit tahun sebelumnya adalah opini audit yang diterima
auditee pada tahun sebelumnya atau satu
4 Hipotesis
Pengaruh Debt Default Terhadap Penerimaan Opini Audit Going Concern
Susanto (2009) mengatakan bahwa auditor dalam memberikan opini audit going
concern tidak berdasarkan kegagalan perusahaan untuk membayar hutang pokok dan bunganya pada saat jatuh tempo, akan tetapi lebih cenderung melihat kondisi keuangan perusahaan secara keseluruhan. Irfana dan Muid (2012) yang meneliti analisis pengaruh debt default, kualitas audit,
opinion shopping dan kepemilikan perusahaan terhadap penerimaan opini audit
going concern menemukan hasil bahwa debt default tidak memiliki pengaruh terhadap
penerimaan opini audit going concern. Berdasarkan asumsi diatas, maka dapat dirumuskan hipotesis sebagai berikut :
H1 : Debt default berpengaruh terhadap penerimaan opini audit going concern.
Pengaruh Kualitas Audit Terhadap Penerimaan Opini Audit Going Concern
Informasi yang mempunyai kualitas tinggi merupakan tanggungjawab auditor, karena akan berguna terhadap pemakai laporan keuangan dalam pengambilan keputusan. Auditor yang mempunyai kualitas audit yang tinggi, lebih cenderung akan mengeluarkan opini audit going concern, apabila kliennya mempunyai masalah mengenai going concern (Santosa dan
Wedari, 2007). Yogi (2010) yang meneliti analisis faktor-faktor yang dapat mempengaruhi auditor dalam pemberian opini audit going concern menemukan hasil bahwa kualitas audit memiliki pengaruh terhadap pemberian opini audit going
concern. Berdasarkan asumsi diatas, maka
dapat dirumuskan hipotesis sebagai berikut : H2 : Kualitas audit berpengaruh terhadap
penerimaan opini audit going concern.
Pengaruh Disclosure Level Terhadap Penerimaan Opini Audit Going Concern
Disclosure adalah pengungkapan atau
penjelasan, pemberian informasi oleh perusahaan, baik yang positif mamupun yang negatif, yang mungkin berpengaruh atas suatu keputusan investasi. Pengungkapan sangat dibutuhkan oleh investor untuk dapat lebih memahami informasi yang terdapat di dalam laporan keuangan (Sari, 2012). Arsianto (2013) meneliti faktor-faktor yang mempengaruhi penerimaan opini audit going
concern menemukan hasil bahwa disclosure
tidak memiliki pengaruh terhadap penerimaan opini audit going concern. Berdasarkan asumsi diatas, maka dapat dirumuskan hipotesis sebagai berikut :
H3 : disclosure level berpengaruh terhadap
penerimaan opini audit going concern.
5 Pengaruh Opini Audit Tahun Sebelumnya
Terhadap Penerimaan Opini Audit Going
Concern
Auditee yang telah menerima opini
audit going concern pada tahun sebelumnya oleh auditor, akan dianggap memiliki masalah terhadap kelangsungan usahanya, hal tersebut akan menyebabkan seorang auditor akan mengeluarkan kembali opini audit going concern pada tahun berjalan (Januarti, 2009). Muttaqin (2012) yang meneliti analisis pengaruh rasio keuangan dan faktor non keuangan terhadap penerimaan opini audit going concern yang menemukan hasil bahwa opini audit tahun sebelumnya memiliki pengaruh terhadap penerimaan opini audit going concern.
H4 : Opini audit tahun sebelumnya berpengaruh terhadap penerimaan opini audit going concern.
METODE PENELITIAN Jenis dan Sumber Data
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yang berasal dari pihak ketiga atau pihak lain yang dijadikan sampel dalam suatu penelitian. Data dalam penelitian ini berupa annual report,, laporan keuangan dan ICMD tahun 2009-2013. Sumber data dalam penelitian ini dapat diperoleh melalui situs yang dimiliki oleh Bursa Efek Indonesia yaitu
www.idx.co.id. Studi pustaka atau literature melalui buku teks dan jurnal ilmiah serta
sumber tertulis lainnya yang berkaitan dengan informasi yang dibutuhkan juga dijadikan sebagai sumber data.
Populasi dan Sampel Penelitian
Populasi dalam penelitian ini adalah perusahaan manufaktur yang yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada tahun 2009-2013 yang termuat dalam Indonesian
Capital Market Directory (ICMD) tahun
2009-2013. Alasan memilih industri manufaktur adalah untuk menghindari adanya industrial effect yaitu risiko industri yang berbeda antar suatu sektor industri yang satu dengan yang lain (Setyarno, dkk., 2006). Penelitian ini menggunakan metode
purposive sampling dan kesesuaian kriteria
yang telah ditentukan dalam penelitian ini. Adapun kriteria-kriteria yang digunakan dalam menentukan sampel adalah :
1. Perusahaan manufaktur yang listing selama periode 2009-2013.
2. Perusahaan manufaktur yang diaudit oleh auditor independen selama periode penelitian 2009-2013.
3. Data yang dibutuhkan tersedia dengan lengkap dan menerbitkan laporan keuangan yang telah diaudit oleh auditor independen di website www.idx.co.id Variabel Dependen
Opini audit going concern merupakan opini yang diberikan oleh auditor atas laporan keuangan yang diauditnya. Auditor
6 dalam memberikan opini atas laporan
keuangan perusahaan, seorang auditor wajib memberikan pernyataan mengenai kelangsungan hidup perusahaan untuk di masa yang akan datang. Menurut Komalasari (2004), variabel ini diukur dengan skala nominal dengan menggunakan variabel
dummy, yaitu opini audit unqualified dengan going concern audit report (GCAR) diberi
nilai 1 dan opini audit unqualified tanpa
going concern audit report (Non-GCAR)
diberi nilai 0 (nol).
Adapun opini audit unqualified dengan
going concern audit report adalah wajar
tanpa pengecualian dengan bahasa penjelas, wajar dengan pengecualian, pendapan tidak wajar dan tidak memberikan pendapat. Sedangkan opini audit unqualified tanpa
going concer audit report yaitu wajar tanpa
pengecualian.
Variabel Independen
Debt Default
Debt default merupakan kegagalan
entitas dalam membayar kewajiban hutangnya pada saat jatuh tempo. Variabel ini diukur dengan menggunakan variabel
dummy. Nilai 1 apabila perusahaan dalam
keadaan default dan nilai 0 (nol) apabila perusahaan dalam keadaan tidak default sebelum pengeluaran opini audit.
Kualitas Audit
Kualitas audit adalah segala kemungkinan dimana auditor menemukan pelanggaran yang terjadi dalam sistem akuntansi klien pada saat mengaudit dan melaporkannya pada laporan auditor (Elfarini, 2007 dalam Sutedja, 2010). Variabel kualitas audit diukur dengan reputasi auditor yang merupakan prestasi dan kepercayaan publik yang disandang auditor atas nama besar yang dimiliki auditor tersebut. Variabel ini diukur dengan menggunakan variabel dummy. Nilai 1 diberikan pada perusahaan yang menggunakan jasa KAP yang berafiliasi dengan KAP The Big Four Auditor. Sedangkan nilai 0 (nol) diberikan kepada perusahaan yang menggunakan jasa KAP yang tidak berafiliasi dengan KAP The Big
Four Auditor (Irfana dan Muid, 2012).
Disclosure Level
Disclosure adalah tingkat pengungkapan atas informasi yang diberikan sebagai lampiran pada laporan keuangan dalam bentuk catatan kaki atau tambahan (Tanor, 2009). Variabel ini diukur dengan menggunakan indeks, dimana penentuan indeks dilakukan dengan menggunakan skor disclosure yang diungkapkan oleh perusahaan. Jika perusahaan mengungkapkan item informasi dalam laporan keuangannya, maka akan diberi skor 1. Sebaliknya, apabila perusahaan tidak mengungkapkan informasi
7 dalam laporan keuangannya, maka akan
diberi skor 0 (nol).
Pengukuran disclosure perusahaan dilakukan dengan menggunakan disclosure level. Dalam menentukan tingkat pengungkapan yang dilakukan perusahaan digunakan rumus sebagai berikut :
Opini Audit Tahun Sebelumnya
Fijriantoro (2010) menyatakan bahwa opini audit tahun sebelumnya adalah opini audit yang diterima auditee pada tahun sebelumnya atau satu tahun sebelum tahun penelitian. Variabel ini menggunakan variabel dummy, jika opini audit tahun sebelumnya adalah opini going concern diberi nilai 1, sebaliknya jika perusahaan mengeluarkan opini non going concern maka diberi nilai 0 (nol).
3.5 Metode Analisis Data
Analisis regresi logistik penelitian ini adalah sebagai berikut :
Ln
Dimana :
Ln = Variabel dummy opini audit, kode 1 untuk auditee dengan opini audit going concern (GCAO) dank ode 0 untuk auditee
dengan opini audit non going concern (NGCAO).
α = Konstanta DD = Debt Default KA = Kualitas Audit DL = Disclosure Level
OATS = Opini Audit Tahun Sebelumnya ε = Kesalahan Residual :
ANALISIS DAN PEMBAHASAN Deskripsi Objek Penelitian
Sampel Penelitian
No Keterangan Jumlah
Perusahaan
1 Perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia selama periode 2009-2013
134
2 Perusahaan manufaktur yang delisting selama periode pengamatan
(6)
3 Data yang tidak tersedia di website
www.idx.co.id
(101)
Jumlah sampel akhir 27
Tahun pengamatan 5
Jumlah pengamatan 135
Penelitian ini mengambil sampel perusahaan manufaktur yang listing di Bursa Efek Indonesia selama tahun 2009-2013. Perusahaan manufaktur tersebut juga menerbitkan laporan tahunan perusahaan (annual report). Kriteria secara khusus yaitu industri perbankan harus listing selama periode pengamatan. Berdasarkan teknik
purposive sampling, diperoleh sampel sebanyak 27 perusahaan manufaktur yang
listing selama tahun periode pengamatan.
Statistik Deskriptif
Statistik deskriptif untuk setiap variabel penelitian ini dapat kita lihat sebagai berikut :
N Min Max Mean Std.
Deviasi OGC 135 .00 1.00 .3333 .47316 DD 135 .00 1.00 .4444 .49875 KA 135 .00 1.00 .7852 .41222 DL 135 .81 .96 .9062 .03846 OATS 135 .00 1.00 .3037 .46157
8 Dimana :
OGC : Opini going concern DB : Debt Default
KA : Kualitas audit DL : Disclosure Level
OATS : Opini audit tahun sebelumnya Rata-rata (mean) opini audit going
concern (0,3333), nilai minimum sebesar
(0,00), nilai maksimum sebesar 1 dan standar deviasi sebesar (0,47316) dengan jumlah observasi (n) sebesar (135).Kepemilikan manajemen diukur dengan menggunakan variabel dummy. Nilai minimum sebesar 0 (nol) dan nilai maksimum 1. Nilai rata-rata (mean) kepemilikan manajemen sebesar 0,26 dengan standar deviasi sebesar 0,441.
Rata-rata (mean) debt default (0,4444), nilai minimum sebesar (0,00), nilai maksimum (1) dan standar deviasi sebesar (0,49875) dengan jumlah observasi (n) sebesar (135).
Rata-rata (mean) kualitas audit sebesar (0,7852), nilai minimum sebesar (0,00), nilai maksimum sebesar (1) dan standar deviasi sebesar (0,41222) dengan jumlah observasi (n) sebesar (135).
Rata-rata (mean) disclosure level sebesar (0,9062), nilai minimum sebesar (0,81), nilai maksimum sebesar (0,96) dan standar deviasi sebesar (0,03846) dengan jumlah observasi (n) sebesar (135).
Rata-rata (mean) opini audit tahun sebelumnya sebesar (0,3037), nilai minimum sebesar (0,00), nilai maksimum sebesar (1)
dan standar deviasi sebesar (0,46157) dengan jumlah observasi (n) sebesar (135).
Uji Model
Menilai Kelayakan Model Regresi
Menilai kelayakan model regresi dapat digunakan dengan uji Hosmer and Lameshow’s Goodness of Fit Test. Uji Lameshow’s Goodness of Fit Test
menggunakan nilai chi-square. Jika nilai statistik Hosmer and Lameshow’s Goodness
of Fit Test lebih besar dari 0,05, maka model
mampu memprediksi nilai observasinya atau dapat dikatakan model dapat diterima karena sesuai dengan data observasinya. Sebaliknya jika nilai Hosmer and Lameshow’s Goodness
of Fit Test sama dengan atau kurang dari
0,05, maka ada perbedaan signifikan antara model dengan nilai observasinya, sehingga Goodness fit model tidak baik, karena model tidak dapat memprediksi nilai observasinya. Berikut ini hasil olahan SPSS dengan menggunakan uji Hosmer and Lameshow’s
Goodness of Fit Test :
Chi-square df Sig
5.816 8 .668
Dari hasil pengujian Hosmer and
Lameshow’s Goodness of Fit Test diketahui
bahwa nilai Chi-Square sebesar 5,816 dengan nilai df sebesar 8 dan tingkat signifikansi 0,668. Tingkat signifikansi pada uji Hosmer and Lameshow’s Goodness of Fit
9 yang berarti hipotesis diterima. Hal ini berarti
model tersebut mampu memprediksi nilai observasinya atau model dapat diterima karena cocok dengan data observasinya sehingga model ini dapat digunakan untuk analisis selanjutnya.
Menilai Model Fit
Hasil Pengujian -2LogL (Awal) Iteration History(a,b,c)
Iteration -2 Log likelihood
Step 0 3 171.859
Berdasarkan hasil pengolahan SPSS 16.0, pada table menunjukan bahwa nilai -2LogL awal adalah sebesar 171,859. Secara sistematis, angka tersebut signifikan pada alpha 5% dan berarti bahwa hipotesis H0 ditolak. Hal ini berarti hanya konstanta saja yang tidak fit dengan data (sebelum dimasukan variabel bebas ke dalam model regresi) (Ghozali, 2011).
Langkah selanjutnya yaitu membandingkan antara nilai -2LogL awal (tabel Iteration History 0) dengan -2LogL akhir (tabel Iteration History 1), pada tabel
Iteration History 0, nilai -2LogL awal
menunjukan nilai sebesar 171,859. Setelah variabel bebas dimasukan pada model regresi, maka nilai -2LogL pada tabel 4.6
Iteration History 1 adalah sebesar 125,299.
Hasil Pengujian -2LogL (Akhir) Iteration History(a,b,c,d)
Iteration -2 Log likelihood
Step 1 5 125.299
Berdasarkan output tersebut, maka terjadi penurunan nilai antara -2LogL awal dan nilai -2LogL akhir sebesar 46,56. Penurunan nilai -2LogL ini dapat diartikan bahwa penambahan variabel bebas ke dalam model dapat memperbaiki model fit serta menunjukan model regresi yang lebih baik atau dengan kata lain model yang dihipotesiskan fit dengan data.
Koefisien Determinan (Nagelkerke R
Square)
Cox & Snell R Square
Nagelkerke R Square
.323 .449
Besar nilai koefisien determinasi pada model regresi logistik ditunjukan oleh nilai
Cox & Snell R Square dan Nagelkerke R Square. Nilai Cox & Snell R Square pada
table sebesar 0,323 yang berarti bahwa variabel dependen dapat dijelaskan oleh variabel independen sebesar 32,3 %. Cox &
Snell R Square merupakan ukuran yang
mencoba meniru ukuran R2 pada multiple
regression, sehingga sulit untuk diintepretasikan. Kelemahan mendasar yang dimiliki adalah bias terhadap jumlah variabel independen, oleh sebab itu baik nilai R2 maupun Cox & Snell R Square akan mengalami peningkatan tidak peduli apakah variabel tersebut berpengaruh atau tidak berpengaruh secara signifikan terhadap variabel dependen. Oleh karena itu,
Nagelkerke R Square digunakan dalam
10 terbaik, karena nilai yang dihasilkan dapat
naik atau turun apabila satu variabel independen ditambahkan kedalam model (Ghozali, 2011).
Berdasarkan tabel nilai nagelkerke R
Square sebesar 44,9 %, yang berarti variabel
dependen dapat dijelaskan oleh variabel independen sebesar 44,9 %, sedangkan sisanya 55,1 % dijelaskan oleh variabel-variabel lain diluar model penelitian.
Hasil Uji Hipotesis
B Sig Kesimpulan Step 1 DD 1.158 .013 Diterima KA 1.052 .195 Ditolak DL 6.411 .298 ditolak OATS 2.302 .000 diterima Constant -8.834 .106
Dari tabel diatas dapat diformulasikan persamaan regresi logistik sebagai berikut :
Ln
Pengaruh Debt Default Terhadap Penerimaan Opini Audit Going Concern
Berdasarkan hasil pengujian hipotesis bahwa debt default memiliki pengaruh terhadap penerimaan opini audit going
concern. Apabila perusahaan yang mengalami debt default, maka akan semakin besar untuk menerima opini audit going
concern yang dikeluarkan oleh auditor. Hal
tersebut dikarenakan kegagalan perusahaan dalam memenuhi kewajiban utang dan bunga pada saat jatuh tempo sehingga akan
berdampak terhadap kegiatan operasional perusahaan dalam menjalankan kegiatan usahanya. Dampak yang lain mungkin dihadapi perusahaan adalah investor, karena perusahaan yang mengalami debt default akan mempengaruhi investor yang akan menginvestasikan uang diperusahaan yang mengalami debt default.
Pengaruh Kualitas Audit Terhadap Penerimaan Opini Audit Going Concern
Berdasarkan hasil pengujian hipotesis bahwa kualitas audit tidak memiliki pengaruh terhadap penerimaan opini audit going
concern. Hal tersebut disebabkan KAP yang
sudah memiliki reputasi yang baik, maka KAP tersebut akan tetap berusaha menjaga nama baiknya dan akan berusahaan menghindarkan diri dari kecurangan-kecurangan yang bias merusak nama baiknya sendiri, sehingga KAP tersebut akan selalu bersikap objektif terhadap pekerjaan yang dilakukannya. Kualitas audit tidak berpengaruh terhadap opini audit going
concern kemungkinan disebabkan karena
perusahaan mengalami financial distress, sehingga perusahaan yang menggunakan KAP Big Four maupun Non Big Four tidak akan memberikan pengaruh terhadap penerimaan opini audit going concern.
Pengaruh Disclosure Level Terhadap Penerimaan Opini Audit Going Concern
11 Hasil pengujian hipotesis menunjukan bahwa
disclosure level tidak memiliki pengaruh
terhadap penerimaan opini audit going
concern. Hasil penelitian ini menunjukan
bahwa semakin tinggi tingkat pengungkapan (disclosure level) informasi mengenai pengungkapan laporan keuangan, maka perusahaan akan terhindar dari opini audit
going concern.
Pengaruh Opini Audit Tahun Sebelumnya Terhadap Penerimaan Opini Audit Going
Concern
Hasil pengujian hipotesis menunjukan bahwa opini audit tahun sebelumnya memiliki pengaruh terhadap penerimaan opini audit going concern. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa apabila perusahaan yang pada tahun sebelumnya menerima opini audit going concern, maka pada tahun berikutnya perusahaan tersebut akan berpotensi juga untuk menerima opini audit
going concern pada tahun berikutnya oleh
auditor dan akan berdampak terhadap kepercayaan publik mengenai kelangsungan usaha perusahaan, sehingga perusahaan tidak akan mudah untuk bangkit kembali dalam keterpurukan yang telah dihadapinya.
PENUTUP Kesimpulan
Berdasarkan hasil uji analisis yang telah dilakukan, maka di dapat kesimpulan sebagai berikut :
1. Variabel debt default berpengaruh terhadap opini audit going concern. Hal ini dikarenakan perusahaan yang mengalami debt default akan semakin besar untuk menerima opini audit going
concern karena perusahaan telah gagal
dalam memenuhi kewajiban hutang dan bunga pada saat jatuh tempo.
2. Variabel kualitas audit tidak berpengaruh terhadap opini audit going
concern. hal ini disebabkan karena KAP
yang berskala big four akan cenderung menjaga reputasinya. Penyebab lainnya mungkin perusahaan tersebut mengalami
financial distrees, sehingga KAP yang
berskala Big Four ataupun Non Big Four tidak akan memberikan pengaruh terhadap penerimaan opini audit going
concern.
3. Variabel disclosure level tidak berpengaruh terhadap opini audit going
concern. Hal ini dikarenakan bahwa
semakin tinggi tingkat pengungkapan informasi mengenai pengungkapan laporan keuangan, maka perusahaan tersebut akan terhindar dari opini audit
going concern.
4. Variabel opini audit tahun sebelumnya berpengaruh terhadap opini audit going
concern. Hal ini dikarenakan apabila
perusahaan yang pada tahun sebelumnya telah menerima opini audit going
concern, maka pada tahun berikutnya
12 mendapatkan kembali opini audit going
concern.
DAFTAR PUSTAKA
Agoes, Sukrisno, 2012. Auditing Petunjuk
Praktis Pemeriksaan Oleh Akuntan Publik. Edisi 4. Jakarta : Penerbit
Salemba Empat.
Agustina, Triyana A, 2013. Faktor- Faktor yang Mempengaruhi Keputusan Opini Going Concern Auditor Pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI). Diponegoro Journal of Accounting, Volume 2, No. 1, Tahun
2013.
Alichia, Yashinta A, 2013. Pengaruh Ukuran
Perusahaan, Pertumbuhan Perusahaan dan Opini Audit Tahun Sebelumnya Terhadap Opini Audit Going Concern (Study Empiris Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia).
Artikel, Padang: Fakultas Ekonomi Negri Padang.
Arsianto, Maydica Rossa, 2013.
Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Penerimaan Opini Audit Going Concern (Studi Empiris Pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di BEI Tahun 2007-2011.
Skripsi. Semarang. Universitas Diponegoro.
Belkaoui, Ahmed R, 2011. Accounting
Theory. Edisi 5. Jakarta: Penerbit
Salemba Empat.
Fachru, Rudi, 2014. Landasan Teori/
Tinjauan Pustaka Opini Audit Going Concern.http://therudyoffachru.blogspot.c om/2014/02/landasan- teori-tinjauan-pustaka-opini.html. (Diakses Pada Tanggal 1 Juni 2014).
Fijriantoro, Muhammad Y, 2010. Analisis
Pengaruh Ukuran KAP, Kondisi Keuangan Perusahaan, Opini Audit Tahun Sebelumnya, Pertumbuhan Perusahaan dan Ukuran Perusahaan Terhadap Opini Audit Going Concern (Studi Kasus pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia 2003-2008). Skripsi.
Surakrta: Fakultas Ekonomi. Universitas Sebelas Maret.
Irfana, Muhammad J & Dul Muid, 2012.
Analisis Pengaruh Debt Default, Kualitas Audit, Opinion Shopping dan Kepemilikan Perusahaan Terhadap Penerimaan Opini Audit Going Concern. Diponegoro Journal of Accounting, Volume 1, No. 2, Tahun 2012.
Januarti, Indira, 2009. Analisis Pengaruh
Faktor Perusahaan, Kualitas Auditor, Kepemilikan Perusahaan Terhadap Penerimaan Opini Audit Going Concern (Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia). System Informasi, Auditing dan Etika Profesi. Universitas Diponegoro.
Juandini, Wulandari, 2011. Factors That
Influence The Acceptance of A Going Concern Audit Opinion Manufacturing Companies Listed in Indonesia Stock Exchange (BEI).
Fakultas Ekonomi. Universitas Gunadarma.
Junaidi & Jogiyanto Hartono, 2010. Faktor
Non Keuangan Pada Opini Going Concern. Simposium Nasional Akuntansi Purwokerto. Universitas Teknologi Yogyakarta.
Komalasari A, Argianti, 2004. Analisis Pengaruh Kualitas Auditor dan Proxi Going Concern Terhadap Opini Auditor. Jurnal Akuntansi dan
13
Keuangan, Volume. 9, No. 2, Juli
2004.
Kumala Sari, 2012. Analisis Pengharuh
Audit Tenure, Reputasi KAP, Disclosure, Ukuran Perusahaan dan Likuiditas Terhadap Penerimaan Opini Audit Going Concern (Studi Empiris Pada Perusahaan Manufaktur yang Listing di BEI Tahun 2005-2010). Skripsi. Semarang. Fakultas Ekonomika dan Bisnis. Universitas Diponegoro. Mada, Brilina E, 2013. Pengaruh Mekanisme
Corporate Governance, Reputasi KAP, Debt Default dan Financial Distress Terhadap Penerimaan Opini Audit Going Concern. Skripsi. Semarang: Fakultas Ekonomika dan Bisnis. Universitas Diponegoro. Muthahiroh, 2013. Analisis Faktor-Faktor
yang Mempengaruhi Pemberian Opini Going Concern oleh Auditor Pada Auditee. Skripsi. Semarang:
Fakultas Ekonomika dan Bisnis. Universitas Diponegoro. Muttaqin, Ariffandita N, 2012. Analisis
Pengaruh Rasio Keuangan dan Faktor Non Keuangan Terhadap Penerimaan Opini Audit Going Concern (Studi Empiris Pada Perusahaan Manufaktur di BEI Tahun 2008-2010). Diponegoro Journal Of Accounting, Volume 1,
No. 2, Tahun 2012.
Ningtias N, Suprobo, 2011. Analisis Faktor
Faktor yang Mempengaruhi Penerimaan Opini Audit Going Concern Pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Skripsi. Semarang:
Fakultas Ekonomi. Universitas Diponegoro.
Praptitorini, Mirna D & Indira Januarti, 2007.
Analisis Pengaruh Kualitas Audit,
Debt Default dan Opinion Shopping Terhadap Penerimaan Opini Audit Going Concern. Simposium Nasional
Akuntansi X Makasar. Universitas Diponegoro.
Rahman, Abdul, 2012. Faktor-Faktor yang
Mempengaruhi Kecenderungan Penerimaan Opini Audit Going Concern Pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Sekolah Tinggi Ilmu
Ekonomi YKPN Yogyakarta.
Santosa, Arga F & Linda Kusumaning Wedari, 2007. Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kecenderungan Penerimaan Opini Audit Going Concern. JAAI, Volume 11, No. 2, Desember 2007.
Savitry, Hevy A, 2013. Pengaruh Disclosure
Level dan Audit Lag Terhadap Opini Audit Going Concern (Studi Empiris Pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di BEI Tahun 2007-2011).
Skripsi. Bandung: Fakultas Ekonomi. Universitas Pasundan.
Setyarno, Januarti, dan Faisal, 2006.
Pengaruh Kualitas Audit, Kondisi Keuangan Perusahaan, Opini Audit Tahun Sebelumnya, Pertumbuhan Perusahaan Terhadap Opini Audit Going Concern. SimposiumNasional
Akuntansi. Universitas Diponegoro. Susanto, Yulius Kurnia, 2009. Faktor-Faktor
yang Mempengaruhi Penerimaan Opini Audit Going Concern Pada Perusahaan Publik Sektor Manufaktur. Jurnal Bisnis dan Akuntansi. Volume 11, No. 3,
Desember 2009.
Sutedja, Christian, 2010. Faktor-Faktor yang Berpengaruh Terhadap Pemberian Opini Audit Going Concern Pada Perusahaan Manufaktur. Jurnal Akuntansi Kontemporer. Volume, 2,
14 No. 2, Juli 2010. Universitas Katolik
Widya Mandala Surabaya.
Tamba, Revol Ulung Bisara, 2009. Pengaruh
Debt Default, Kualitas Audit dan Opini audit Terhadap Penerimaan Opini Going Concern Pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia.
Skripsi. Fakultas Ekonomi. Medan. Tanor, Linda A.O, 2009. Pentingnya
Pengungkapan (Disclosure) Laporan Keuangan dalam Meminimalisasi Asimetri Informasi. Jurnal Formas, Volume 2, No. 4, Juni 2009. Universitas Negeri Manado.
Yogi P, Mokhamad, 2010. Analisis
Faktor-Faktor yang Dapat Mempengaruhi Auditor dalam Pemberian Opini Audit Going Concern (Studi Empiris Pada Perusahaan LQ 45 (Blue Chip) yang Terdaftar di BEI). Skripsi.
Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi. Universitas Pembangunan Nasional “VETERAN”. Yogyakarta.
Yudhanto, Anggoro A, 2013. Faktor-Faktor
Non Keuangan yang Mempengaruhi Dikeluarkannya Opini Going Concern. Skripsi. Semarang:Fakultas
Ekonomika dan Bisnis. Universitas Diponegoro.