Tidur adalah suatu anugerah dan kenikmatan, tapi bagi sebagian orang, tidur nyenyak hanyalah sebuah ilusi. Survai yang dilakukan oleh Institute for Optimum Nutrition, lnggris, tahun 2004, menyimpulkan bahwa 37% dari 37 ribu orang yang mengikuti survai memiliki kesulitan tidur atau punya pengalaman gangguan tidur, sementara 63% lainnya membutuhkan waktu tidur lebih lama. Antara 2,5-5 juta orang dewasa di lnggris memiliki masalah serius dengan insomnia. Gejalanya bisa susah memulai tidur, sering bangun tengah malam, atau bangun terlalu pagi dan tidak bisa tidur lagi. Penyebabnya pun beragam. Dr Yul lskandar, SpKJ, psikiater yang telah banyak melakukan penelitian mengenai tidur, menjelaskan bahwa insomnia sering
disebabkan oleh adanya penyakit fisik seperti diabetes, asma, nyeri sendi, rematik, maag , dan ginjal. Selain itu, penyakit non-fisik alias masalah psikolog,juga dapat menyebabkan insomnia. "Kecemasan akan mempengaruhi sistem saraf pusat (SSP) sehingga kondisi fisik senantiasa siaga," jelasnya.
Bukan kecemasan saja, penyakit pun akan menimbulkan stres. Dan semuanya ini akan mengakibatkan produksi hormon stres kortisol yang berlebihan serta menghalangi produksi serotonin dan hormon tidur melatonin, sehingga penderita sulit tidur. Karena itu, pada kesulitan tidur yang berkelanjutan dan tak kunjung sembuh, diperlukan pemahaman dan pendekatan hormon untuk mengatasinya. Perlu waspada
Satu atau dua hari sulit tidur - disebut transient insomnia bisa dialami setiap orang. Tapi
insomnia juga bisa terjadi dalam jangka pendek selama 2-4 minggu yang biasanya disebabkan oleh faktor psikologis. "Yang perlu diwaspadai dan segera diatasi adalah insomnia kronis yang berlangsung lebih dari 4 minggu, karena bisa menimbulkan masalah kesehatan seperti
obesitas, hipertensi, gangguan jantung, dan depresi," kata Dr Andreas Prasadja, RPSGT, sleep technologist dari Klinik Gangguan Tidur, RS Mitra Kemayoran, Jakarta. Kerugian besar akan dialami tubuh Anda jika menderita insomnia. Menurut Marcelle Pick, seorang ahli kandungan dari The National Sleep Foundation, insomnia termasuk masalah serius, "Kesulitan tidur akan mengganggu metabolisme, menurunkan ketahanan tubuh dan mengacaukan keseimbangan neurotransmitter dan hormon."Saat tidur lelap, sebagian besar organ tubuh mengistirahatkan diri. "Pada saat itulah, terjadi perbaikan dan regenerasi sel," · jelas Dr Andreas. Tidur
berkualitas dapat membantu tubuh sehat dan bugar kembali. Karena itu sulit tidur perlu dicari tahu penyebabnya." Ritme tidur yang terganggu
"Tidur itu sebetulnya hal yang alami. Siklus tidur/bangun kita mengikuti suatu ritme sirkadia (circadian rhythm) yang beroperasi 24 jam dan erat kaitannya dengan perputaran matahari," kata Marcelle Pick. "Circadian" adalah kata Latin, berarti selama sehari sehingga circadian
rhythm bisa diartikan sebagai bioritme tubuh kita. Bioritme tubuh ini diatur oleh kelenjar kecil sebesar kacang tanah yang berada jauh di dalam otak kita. Meski kecil, kelenjar pineal berperan besar karena kelenjar ini adalah produsen utama neurotransmitter adrenalin,
serotonin, dan melatonin yang erat kaitannva denaan siklus tidur/bangun kita. Mulus tidaknya kerja kelenjar ini dipengaruhi oleh pergantian gelap dan terang yang teratur mengikuti
perputaran matahari. Pada pagi hari, kelenjar pineal akan meningkatkan produksi adrenalin agar Anda terstimulasi. Sore hari, saat stamina menurun, serotonin atau feel good hormone meningkat dan sebaliknya adrenalin menurun. Saat hari makin kelam, neurotransmitter
melatonin mulai berperan. Melatonin ini identik molekulnya dengan serotonin; keduanya dibuat dari asam amino tryptophan. Fungsi utama melatonin, yang diberi julukan hormon tidur itu, adalah membuat Anda tidur lelap. Begitulah prosesnya: pagi-adrenalin., sore serotonin, malam-melatonin. Saking pekanya kelenjar pineal, bioritme tidur pun mudah terganggu jika terjadi perubahan pada rutinitas keseharian kita yang disebabkan oleh perubahan gaya hidup, kerja malam, bepergian, stres pekerjaan, atau punya bayi. Insomnia juga bisa disebabkan oleh kelebihan kortisol - hormon stres yang terpicu produksinya oleh stres kronis, diet yang tidak sehat, konsumsi kafein berlebihan, dan gangguan pada produksi insulin. Pineal atau "lonceng internal" Anda bisa saja menyesuaikan diri untuk memenuhi tuntutan baru ini sehingga Anda bisa tetap berfungsi untuk jangka pendek. Tapi gangguan yang parah dan berkelanjutan akan mengacaukan produksi adrenalin-serotoninmelatonin sehingga kesulitan tidur berkembang menjadi insomnia kronis yang bisa menyebabkan kerusakan pada otak dan organ, bahkan
depresi. Lansia
dan wanita lebih rentan
Begitulah, setiap perubahan, termasuk pertambahan usia, terutama pada usia 50 tahun ke atas, akan mempengaruhi produksi serotonin dan melatonin yang makin menurun. "ltu sebabnya, lansia lebih mudah mengalami insomnia," kata Dr Yul lskandar. Yang juga rentan terhadap insomnia adalah wanita. Banyak teori dikemukakan psikologis maupun sosial - tapi
kenyataannya, wanita dan pria memang sangat berlainan secara biokimia. Penelitian Mirko Diksic dan rekan-rekannya di McGill University, Montreal, telah membuktikan melalui
pemindaian saraf PET, bahwa tubuh pria mampu mensintesa serotonin 52% lebih banyak dari wanita. Penelitian ini maupun penelitian lainnya menunjukkan bahwa wanita lebih mudah insomnia, karena tanpa cukup serotonin, tidak akan ada cukup melatonin. Dan tanpa melatonin cukup, wanita akan sulit tidur, dan terjaga sepanjang malam, atau bangun terlalu pagi dan tidak bisa tidur kembali. "Semua ini merupakan gejala-gejala klasik adanya defisiensi kimia otak yang esensial," kata Patrick Holford dan Jerome Burne dalam bukunya berjudul Food is Better
Medicine than Drugs. Kondisi tubuh wanita yang mengalami siklus naik turun hormon estrogen dan progesterone juga membuat wanita makin mudah mengalami insomnia. Menjelang haid (hari 22-28 siklus haid), perempuan akan mengalami gangguan tidur karena menurunnya hormon progesteron. Sebaliknya pada trimester pertama kehamilan (1-3 bulan), peningkatan progesteron akan membuat beberapa perempuan merasa mengantuk. Sementara pada masa menopause, seiring dengan menurunnya produksi hormon estrogen, sekitar 30-40%
perempuan akan lebih sering terbangun tengah malam karena hot flush. "Namun ada faktor lain yang berperan di sini, yakni masalah psikologis," kata Dr Yul lskandar. Rasa cemas dan takut tua sering memicu stres yang berpengaruh pada kualitas dan kuantitas tidur.
Mengatasi insomnia/Apa yang harus dilakukan Setiap orang mempunyai pola tidur dan kebutuhan tidur yang berlainan. "Dalam kondisi kesehatan normal, tidur Anda sudah cukup
melakukan aktivitas harian," kata Dr Andreas. "Jika dengan 6 jam tidur Anda sudah merasa oke, mengapa tidak?" komentarnya.
Meski begitu, menurut Dr Yul lskandar, jika selama 1 hingga 4 minggu seseorang mengalami gangguan tidur, perlu segera dicari tahu apa penyebabnya: apakah faktor psikologis, gaya hidup, efek penyakit atau hal lainnya.