• Tidak ada hasil yang ditemukan

MANAJEMEN PEMBERIAN PAKAN BUATAN PADA PEMELIHARAAN LARVA UDANG VANAME

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "MANAJEMEN PEMBERIAN PAKAN BUATAN PADA PEMELIHARAAN LARVA UDANG VANAME"

Copied!
37
0
0

Teks penuh

(1)

MANAJEMEN PEMBERIAN PAKAN BUATAN PADA

PEMELIHARAAN LARVA

UDANG VANAME (Litopenaeus vannamei Bonne)

DI PT ESAPUTLII PRAKARSA UTAMA BARRU

SULAWESI SELATAN

TUGAS AKHIR

TITIN SUMARNI AS

1422010633

JURUSAN BUDIDAYA PERIKANAN

POLITEKNIK PERTANIAN NEGERI PANGKAJENE KEPULAUAN PANGKEP

(2)

MANAJEMEN PEMBERIAN PAKAN BUATAN PADA

PEMELIHARAAN LARVA

UDANG VANAME (Litopenaeus vannamei Bonne)

DI PT ESAPUTLii PRAKARSA UTAMA BARRU

SULAWESI SELATAN

TUGAS AKHIR

TITIN SUMARNI AS

1422010633

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Menyelesaikan Studi pada Politeknik Pertanian Negeri Pangkajene dan Kepulauan

Telah Diperiksa dan Disetujui oleh Pembimbing

Dr. Andi Puspa Sari Idris, S.Pi., M.Si Ir. Ratnasari Haruna, M.P

Ketua Anggota

Di Ketahui oleh:

Dr. Ir.Darmawan, M.P Ir. Rimal Hamal M.P

Direktur Ketua Jurusan

(3)

RINGKASAN

TITIN SUMARNI AS, 1422010633. Manajemen Pemberian Pakan Buatan Pada

Pemeliharaan Larva Udang Vaname (Litopenaeus vannamei Bonne) di PT. Esaputlii Prakarsa Utama Barru Sulawesi Selatan dibimbing oleh: Andi Puspa

Sari Idris dan Ratnasari.

Dalam meningkatkan produksi pada usaha budidaya udang vaname perlu manajemen pakan buatan yang baik agar dapat memperoleh benur yang bagus sehingga dapat memberikan keuntungan yang besar. Yang dimaksud pakan buatan adalah pakan yang diramu dari berbagai macam bahan yang di berikan kepada larva udang vaname.

Tujuan dari penulisan tugas akhir ini adalah untuk memperkuat pengetahuan mengenai manajemen pemberian pakan buatan terhadap tingkat kelangsungan hidup larva udang vaname. Manfaat penulisan tugas akhir ini untuk memperluas wawasan, kompetensi keahlian mahasiswa dalam berkarya di masyarakat khususnya mengenai manajemen pemberian pakan buatan terhadap tingkat kelangsungan larva udang vaname.

Tugas akhir ini disusun berdasarkan kegiatan PKPM yang dilaksanakan pada tanggal 21 Januari- 21 April, 2017 di PT. Esaputlii Prakarsa Utama Barru, Sulawesi Selatan.

Manajemen pakan buatan untuk larva menunjukkan pada stadia zoea 1 – zoea 3 diberikan pakan A, pada stadia Mysis 1 – Mysis 3 diberikan pakan B dan pada stadia PL – panen deberikan pakan C dan flake dengan dosis yang berbeda sesuai dengan standar pemberian pakan dari PT. Esaputlii Prakarsa Utama. Adapun frekuensi pemberian pakan buatan yang diberikan pada fase larva yaitu 6 kali dalam sehari pada jam 05.00, 10.00, 14.00, 17.00, 22.00 dan 01.00.

Manajemen pemberian pakan buatan meliputi: stadia, standar pakan, waktu pemberian pakan, jenis pakan dan frekuensi pemberian pakan per hari. Manajemen pemberian pakan buatan pada larva udang vaname terdiri dari (pakan A, B, C dan flake) dan frekuensi pemberian enam kali dalam sehari. Kualitas air pada saat pemeliharaan larva yang dilakukan di PT. Esaputlii Prakarsa Utama masih dalam kondisi optimal (Suhu : 31oC, Salinitas : 32 ppt, Ph : 7-8, Alkalinitas : 100-140 mg/l CaCo3) atau masih

dalam kisaran normal (Suhu : 30-32 oC, Salinitas : 30-32 ppt, pH : 7,5-7,6, Alaklinitas : 110-144 mg/l CaCo3), hal ini juga dapat dilihat dari kondisi larva yang tidak

(4)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kita panjatkan kehadirat Allah Yang Maha Esa, karena atas berkat rahmat dan karunia-Nya sehingga penyusunan tugas akhir ini dengan judul Manajemen Pakan Buatan Terhadap Larva Udang Vaname (Litopenaeus vannamei) Di PT. Esaputlii Prakarsa Utama (Benur Kita) Kab. Barru, Sulawesi Selatan dapat terselesaikan. Dalam penyusunan tugas akhir ini tidak lepas dari bimbingan dan arahan dari berbagai pihak. Penulis juga mengucapkan banyak terima kasih kepada:

1. Ibu Dr. Andi Puspa Sari Idris, S.Pi.,M,Si. selaku pembimbing pertama dan ibu Ir. Ratnasari Haruna, M.P selaku pembimbing kedua.

2. Bapak Ir. Tuwuh Tamid selaku pembimbing lapangan sekaligus manager hatchery di PT. Esaputlii Prakarsa Utama, Barru, Sulawesi Selatan.

3. Bapak Ir. Rimal Hamal M.P selaku ketua jurusan Budidaya Perikanan.

4. Bapak Dr. Ir. Darmawan, M.P selaku Direktur Politeknik Pertanian Negeri Pangkep.

Akhirnya dengan tulus penulis menghanturkan terima kasih kepada Kedua orang tua, saudara, yang selalu memberi do’a, motivasi, material dalam penyusunan tugas akhir ini. Terima kasih kepada rekan-rekan seangkatan di Jurusan Budidaya Perikanan dan semua staf PT. Esaputlii Prakarsa Utama atas partisipasi dan bantuannya dalam penyelesaian tugas akhir ini.

Semoga tugas akhir ini bermanfaat bagi penulis dan berguna bagi orang yang memerlukannya, Aamiin.

Pangkep, Agustus 2017

(5)

DAFTAR ISI

Halaman

RINGKASAN ... iii

KATA PENGANTAR ... iv

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR TABEL ... vii

DAFTAR GAMBAR ... viii

DAFTAR LAMPIRAN ... ix

I PANDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Tujuan dan Manfaat ... 3

II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Taksonomi dan Morfologi... 4

2.2 Makanan dan Kebiasaan Makan Udang Vaname ... 5

2.3 Habitat dan Siklus Hidup Udang Vaname ... 6

2.4 Perkembangan Larva ... 7

2.5 Manajemen Pemberian Pakan ... 12

2.6 Pentingnya Pakan Dalam Pemeliharaan Udang Vaname ... 14

2.7 Pengelolaan Kualitas Air ... 17

III METODOLOGI 3.1 Waktu dan Tempat ... 20

3.2 Alat dan Bahan ... 20

3.3 Metode Pengumpulan Data ... 21

3.4 Metode Pelaksanaan ... 22

3.4.1 Persiapan Bak Pemeliharaan ... 22

(6)

3.4.3 Penebaran Naupli ... 24

3.4.4 Manajemen Pakan Buatan... 25

3.4.5 Manajemen Kualitas Air ... 26

3.5 Parameter yang Diamati dan Analisis Data ... 28

3.5.1 Parameter yang Diamati ... 28

3.5.2 Analisis Data ... 28

IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Menejemen Pemberian Pakan ... 29

4.1.1 Komposisi Pencampuran Pakan Buatan ... 29

4.1.2 Dosis Pemberian Pakan Buatan ... 29

4.2 Perkembangan Larva Udang Vaname ... 32

4.3 Pemeliharaan Larva Udang Vaname ... 32

4.3 Kualitas Air pada Pemeliharaan Larva Udang Vaname ... 33

V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan ... 37

5.2 Saran ... 37

DAFTAR PUSTAKA ... 38

LAMPIRAN ... 40

(7)

DAFTAR TABEL

Halaman

1

Karasteristik Benur Udang pada Stadia Naupli ... 8

2 Tingkat Perkembangan Zoea ... 10

3 Tingkat Perkembangan Mysis... 11

4 Pengunaan Jenis dan Dosis Pakan pada Setiap Stadia Benur ... 14

5 Alat Utama pada Kegiatan Pemeliharaan Larva ... 20

6 Alat Penunjang pada Kegiatan Pemeliharaan Larva ... 21

7 Bahan pada Kegiatan Pemeliharaan Larva ... 21

8 Komposisi Pencampuran Pakan ... 29

9 Dosis Pemberian Pakan... 30

10 Manajemen Pemberian Pakan Buatan Larva Udang Vaname ... 31

11 Tingkat Kelangsungan Hidup Larva Udang Vaname ... 33

(8)

DAFTAR GAMBAR

Halaman

1 Morfologi Udang Vaname ... 5

2 Siklus Hidup Udang Vaname... 7

3 Fase Perkembangan Stadia Naupli I s/d VI ... 9

4 Fase Perkembangan Stadia Zoea ... 10

5 Fase Perkembangan Stadia Mysis ... 11

6 Persiapan Bak Pemeliharaan Larva Udang Vaname ... 23

7 Pengisian Air ... 24

8 Penebaran Naupli Udang Vaname ... 25

(9)

DAFTAR LAMPIRAN

1 Denah Lokasi PT. Esaputlii Prakarsa Utama ... 41

2 Kandungan Nutrisi Pakan ... 42

3 Jenis-Jenis Pakan Buatan ... 43

(10)

I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Menurut Anna dan Sumeru (1992) udang merupakan salah satu komoditas primadona di sub-sektor perikanan, yang diharapkan dapat menambah devisa Negara. Udang vaname (Litopenaeus vannamei) sangat popular di Indonesia menjadi salah satu jenis udang unggulan. Udang vaname di Indonesia hasil introduksi dari amerika latin pada tahun 2001 (Haliman dan Dani 2005).

Udang vaname mempunyai beberapa keunggulan di bandingkan dengan budidaya spesies lainnya diantaranya yaitu: pertumbuhannya tinggi, cocok untuk penebaran tinggi, toleransi dan salinitas luas, kebutuhan protein untuk pakan rendah, pemeliharaan mudah dan tingkat kelangsungan hidup larva tinggi (Rahman 2007).

Salah satu aspek yang sangat penting dalam melakukan budidaya udang vaname adalah manajemen pemberian pakan buatan yaitu tepat jenis, ukuran dan frekuensi pemberian pakan buatan (Adijiwijaya et al. 2005).

Nutrisi dan pemberian pakan memegang peranan penting untuk kelangsungan usaha budidaya hewan akuatik. Penggunaan pakan yang efesien dalam usaha budidaya sangat penting karena pakan merupakan faktor produksi yang paling mahal ( Haryanti 2003). Oleh karena itu, upaya perbaikan komposisi nutrisi dan perbaikan efesiensi penggunaan pakan tambahan perlu dilakukan guna meningkatkan produksi hasil budidaya dan mengurangi biaya pengadaan pakan, serta meminimalkan produksi limbah pada media budidaya, sehingga dapat tercipta budidaya udang yang berkelanjutan (Adiwijaya et al. 2005).

Untuk mencapai sasaran dalam penggunaan pakan pada budidaya udang vaname diperlukan pemahaman tentang nutrisi, kebutuhan nutrien dari kultivan, teknologi pembuatan pakan, kemampuan pengelolaan pakan untuk setiap komoditas budidaya dan teknik aplikasi

(11)

pemberian pakan. Salah satu faktor pengelolaan pakan pada kegiatan usaha budidaya udang vaname adalah teknik dan aplikasi frekuensi pemberian pakan selama masa Pemeliharaan mengingat padat tebar tinggi dan teknologi yang digunakan juga sangatlah kompleks. Untuk itu, para pembudidaya selalu berusaha menekan biaya produksi yang seefisien mungkin dari berbagai komponen produksi, salah satunya adalah dengan berbagai aplikasi dan teknik pemberian pakan tambahan/buatan pada budidaya udang. Kebutuhan Nutrisi (Protein, Lemak, Karbohidrat, Vitamin, dan Mineral) pada udang Vaname.

Dalam meningkatkan produksi pada usaha budidaya udang Vaname untuk memenuhi syarat gizi diperlukan pakan buatan, yang dimaksud pakan buatan ialah pakan yang diramu dari berbagai macam bahan. Pakan harus mengandung nutrisi yang lengkap dan seimbang bagi kebutuhan ikan atau udang. Karena nutrisi merupakan salah satu aspek yang sangat penting, jika makanan yang diberikan pada ikan mempunyai nilai nutrisi yang cukup tinggi, maka tidak saja memberikan kehidupan pada ikan tetapi juga akan mempercepat pertumbuhan. Seperti halnya hewan lainnya, udang juga memerlukan nutrien tertentu dalam jumlah tertentu pula untuk pertumbuhan, pemeliharaan tubuh dan pertahanan diri terhadap penyakit. Nutrien ini meliputi protein, lemak, karbohidrat, vitamin dan mineral.

1.2 Tujuan dan Manfaat

Tugas akhir ini disusun dengan tujuan untuk memperkuat pengetahuan mengenai manajemen pemberian pakan buatan terhadap tingkat kelangsungan hidup larva udang vaname di PT. Esaputlii Prakarsa Utama, Barru.

Manfaat penulisan tugas akhir ini untuk memperluas wawasan, kompetensi keahlian mahasiswa dalam berkarya di masyarakat khususnya mengenai manajemen pemberian pakan buatan terhadap tingkat kelangsungan larva udang vaname.

(12)
(13)

II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Taksonomi dan Morfologi

Menurut Wyban dan Sweeney (1991), taksonomi udang vaname adalah sebagai berikut : Pilum : Arthropoda Class : Crustacea Subclass : Eumalacostraca Subordo : Eucarida Ordo : Decapoda

Infra ordo : Penaeidea Subfamily : Penaeioidae

Famili : Penaeidea

Genus : Penaeus

SubGenus : Litopenaeus

(14)

Tubuh udang vaname dibentuk oleh dua cabang (biramous), yaitu exopodite dan endopodite. Vaname memiliki tubuh berbuku – buku dan aktivitas berganti kulit luar atau eksoskeleton secara periodic (moulting). Menurut Haliman dan Adijaya (2006), tubuh udang vaname terbagi kedalam dua bagian, yaitu :

1. Kepala (chepalothorax)

Kepala (Chepalothorax) udang vaname terdiri dari antenula, antena, mandibula, dan dua pasang maxillae. Kepala udang vaname juga dilengkapi dengan tiga pasang maxiliped dan lima pasang kaki jalan (periopoda) atau kaki sepuluh (decapoda). Maxiliped sudah mengalami modifikasi dan berfungsi sebagai organ untuk makan. Endopodite kaki berjalan menempel pada chepalothorax yang dihubungkan oleh coxa. Bentuk periopoda beruas-ruas yang berujung dibagian dactylus.

2. Perut (Abdomen)

Perut (abdomen) terdiri dari 6 ruas. Pada bagian abdomen terdapat 5 pasang kaki renang dan sepasang uropoda (mirip ekor) yang berbentuk kipas bersama-sama telson. Morfologi udang vaname menurut Tricahyo (1995), dapat dilihat pada Gambar 1.

Gambar 1 Morfologi Udang Vaname

(15)

Udang vaname mencari dan mengidentifikasi pakan menggunakan sinyal kimiawi berupa getaran dengan bantuan organ sensor yang terdiri dari bulu-bulu halus (setae). Organ sensor ini terpusat pada ujung anterior antenula, bagian mulut, capit, antena dan maxilliped. Dengan bantuan sinyal kimiawi yang ditangkap udang akan merespon untuk mendekati atau menjauhi sumber pakan. Bila pakan mengandung senyawa organik, seperti protein, asam amino dan asam lemak maka udang akan merespon dengan cara pendekati sumber pakan tersebut. Untuk mendekati sumber pakan, udang akan berenang menggunakan kaki jalan yang memiliki capit. Pakan langsung dijepit menggunakan kaki jalan kemudian langsung dimasukkan ke dalam mulut. Udang vaname hidup dan mencari makan di dasar perairan. Udang vaname merupakan hewan pemakan lambat dan terus menerus (Haliman dan Adijaya 2005).

2.3 Habitat dan Siklus Hidup Udang Vaname 2.3.1 Habitat

Menurut Wyban dan Sweeney (1991) bahwa secara alami udang vaname termasuk jenis katadromus (catadromous), dimana udang dewasa hidup di laut terbuka dan udang muda bermigrasi ke arah pantai. Di habitat aslinya, udang matang gonad, kawin dan bertelur berada pada perairan lepas pantai sampai dengan kedalaman sekitar 70 meter pada suhu 26−28º C dan salinitas sekitar 35 ppt.

2.3.2 Siklus Hidup Udang Vaname

Udang vaname banyak ditemukan di perairan Samudera Pasifik, daerah pantai Meksiko, Amerika Selatan sampai Amerika Tengah. Perairan daerah-daerah tersebut mempunyai temperatur air rata-rata 20oC setiap tahunnya dan memiliki salinitas rata-rata 35 ppt (Wyban dan Sweeney 1991). Daerah pasang surut dan hutan bakau (mangrove) merupakan habitat

(16)

hidup udang vaname. Hampir sama dengan habitat udang windu, pada saat dewasa udang ini berada di laut agak terbuka (Farchan 2006).

Udang vaname dewasa, hidup dan bertelur di laut. Setelah telur menetas, menjadi larva

tingkat pertama yang disebut nauplius. Nauplius akan berkembang menjadi zoea setelah 45-60 jam. Zoea berkembang menjadi mysis setelah lima hari. Mysis berkembang menjadi post larva setelah empat sampai lima hari. Selama stadia nauplius sampai dengan post larva, hidupnya mengikuti gerakan air dan arus laut. Post larva yang hidup di pantai-pantai berkembang menjadi udang muda (juvenile) di rawa-rawa air payau. Setelah dewasa, udang beruaya ke laut untuk memijah (Gambar 2) selama proses pertumbuhannya udang mengalami pergantian kulit (moulting).

Gambar 2 Siklus Hidup Udang Vaname

2.4 Perkembangan Larva

Proses perkawinan ditandai dengan loncatan betina secara tiba-tiba. Pada saat meloncat tersebut, betina mengeluarkan sel-sel telur. Pada saat yang bersamaan, udang jantan mengeluarkan sperma sehingga sel telur dan sperma bertemu. Proses perkawinan berlangsung sekitar satu menit. Sepasang udang vaname berukuran 30-45 dapat menghasilkan 100.000 – 250.000 butir telur yang berukuran 0,22 mm. Udang vaname dalam siklus hidupnya mengalami beberapa perubahan secara morfologi, sehingga mudah dibedakan antara fase dan

(17)

stadia pertumbuhannya. Setelah menetas menjadi naupli, berkembang menjadi stadia zoea, mysis, dan post larva (Suharyadi 2011). Menurut Wyban and Sweeney (1991) dalam Wahyuni (2011) perkembangan larva setelah terjadinya reproduksi, mengalami beberapa stadia terdiri dari :

1. Stadia Naupli

Periode naupli, mempunyai enam kali perubahan bentuk yang berkembang pada waktu moulting (Tabel 1). Pada periode ini naupli bersifat planktonik dan phototaksis positif dan mereka mendapat makanan dari sisa-sisa kulit telur yang menempel ditubuhnya. Pada stadia benur berukuran 0,32–0,58 mm. Perkembangan stadia naupli dapat dilihat pada (Gambar 3). Tabel 1 Karakteristik Benur Udang pada Stadia Naupli.

Stadia Karakteristik

Naupli I Bentuk badan bulat dan mempunyai anggota badan tiga pasang .

Naupli II Pada ujung antena pertama terdapat setae (rambut) yang satu panjang dan dua buah yang pendek.

Naupli III Dua buah furcel mulai tampak jelas dengan masing-masing tiga duri

(spine), tunas maxillaped mulai tampak.

Naupli IV Masing-masing furcel terdapat empat buah duri, exopoda pada

antena kedua beruas-ruas

Naupli V Struktur tonjolan tubuh pada pangkal maxilla dan organ pada bagian depan sudah mulai tampak jelas.

Naupli VI Perkembangan bulu-bulu makin sempurna dan duri pada furcel

tumbuh makin panjang

(18)

Gambar 3 Fase Perkembangan Stadia Naupli I s/d VI 2. Stadia Zoea

Sekitar 40 jam setelah menetas masuk pada fase zoea. Pada stadia ini larva sudah berukuran 1,06–3,30 mm. Pada stadia ini benur udang mengalami moulting sebanyak 3 kali, yaitu stadia zoea 1, zoea 2, dan zoea 3 (Gambar 4) dan (Tabel 2). Lama waktu proses pergantian kulit sebelum memasuki stadia berikutnya (mysis) sekitar 4-5 hari.

Wahyuni (2011) juga menyatakan bahwa periode zoea, mempunyai tiga kali perubahan bentuk. Pada periode ini sepasang mata mulai terbentuk, terbentuk tangkai mata yang mulai terpisah dengan carapace, rostrum dan spina supraorbitalis mulai berkembang. Kaki (pleopod) mulai terbentuk bersamaan dengan terbentuknya telson.

(19)

Tabel 2 Tingkat Perkembangan Zoea

Stadia zoea Ciri-ciri yang menonjol

Zoea I Badan pipih, mata dan carapace mulai tampak, maxilla pertama dan kedua serta maxiliped mulai berfungsi, alat pencernaan makanan tampak jelas.

Zoea II Mata mulai bertangkai dan pada carapace sudah terlihat rostrum dan duri supraorbital yang bercabang

Zoea III Sepasang uropoda yang bercabang dua dan duri mulai berkembang

Sumber : Subaidah, S., et al. (2006) dalam Suharyadi (2011) 3. Stadia Mysis

Secara morfologi benur udang sudah menyerupai bentuk udang yang dicirikan dengan sudah terlihat ekor kipas (uropod) dan ekor (telson). Benur pada stadia ini sudah mampu menyantap pakan phytoplankton dan zooplankton. Periode mysis, mempunyai tiga kali perubahan bentuk (Tabel 3). Pada periode ini, antenna mulai meninggalkan fungsinya untuk alat berenang dan diganti oleh pleopod. (Wahyuni 2011).

Ukuran benur pada stadia ini sudah berukuran 3.50-4.80 mm. Perubahan morfologi pada stadia ini terdiri dari tiga tahap yaitu mysis 1, mysis 2, dan mysis 3 (Gambar 5), waktu pada fase ini adalah 3-4 hari sebelum masuk pada stadia Post Larva (PL).

Tabel 3 Tingkat Perkembangan Mysis

Stadia Mysis Ciri-ciri yang menonjol

Mysis I Bentuk badan ramping dan memanjang seperti udang muda, tetapi kaki renang masih belum tampak

(20)

Mysis III Tunas kaki renang bertambah panjang dan beruas-ruas.

Sumber : (Wahyuni 2011)

Gambar 5 Fase Perkembangan Stadia Mysis I s/d III 4. Stadia Post Larva

Pada stadia ini, udang sudah tampak seperti udang dewasa dan organ tubuh sudah berfungsi dengan baik, anggota gerak seperti antenna, antenula, maxiliped, chelae, pleopod dan telson serta uropod telah berkembang dengan sempurna. Hitungan stadia yang digunakan sudah berdasarkan hari. Misalnya PL-1 berarti udang tersebut sudah berumur 1 hari dan begitu seterusnya. Pada stadia ini udang sudah mulai aktif bergerak lurus ke depan, umumnya petambak akan menebar pada PL 10 – PL 15 yang sudah berukuran rata-rata 10 mm (Wahyuni 2011).

2.5 Manajemen Pemberian Pakan

Program pemberian pakan pada budidaya udang vaname merupakan langkah awal yang harus diperhatikan untuk menentukan baik jenis, ukuran frekuensi dan total kebutuhan pakan selama masa pemeliharaan (Adiwijaya et al. 2005). Nutrisi dan pemberian pakan selama masa pemeliharaan peranan penting untuk kelangsungan usaha budidaya hewan akuatik. Penggunaan pakan yang efesien dalam usaha budidaya sangat penting karena pakan merupakan faktor produksi yang paling mahal (Haryanti 2003). Pengelolaan pakan harus dilakukan

(21)

sebaik mungkin dengan memperhatikan apa, berapa banyak, kapan, berapa kali, dimana ikan/udang diberi pakan. Penerapan feeding ragim hendaknya disesuaikan dengan tingkah laku kultivan, serta siklus alat pencernaan guna memaksimalkan penggunaan pakan. Selain itu juga memperhatikan hal-hal berikut ini:

1. Ukuran pakan yang kita berikan 2. Jumlah pakan yang diberikan 3. Cara pemberian pakan 4. Control pakan

5. Sampling

Menurut Soeharmanto (2012) jenis pakan yang diberikan pada larva udang vaname selama proses pemeliharaan ada dua jenis yaitu pakan alami (fitoplankton dan zooplankton) dan pakan komersil (buatan). Masing-masing makanan tersebut diberikan dengan jumlah dan frekuensi sesuai dengan stadia larva. Jenis pakan alami yang dikultur adalah Thalassiosira sp dan Artemia sp.

Pemanenan Thalassiosira sp dilakukan pada siang hari di hari ke tiga. Dengan asumsi pada saat tersebut kandungan pupuk pada media kultur telah banyak yang diserap oleh algae sehingga tidak terbawa masuk ke bak pemeliharaan yang dapat menyebabkan meningkatnya kandungan bahan organik selama proses pemeliharaan larva. Pemanenan Thalassiosira sp dilakukan dengan cara memanen algae bersama dengan air media kultur. Hari ketiga merupakan puncak populasi dan merupakan fase terbaik untuk di transfer ke bak pemeliharaan larva (Kurniastuti dan Ditjenkan 1995).

Pakan alami dari jenis zooplankton yang diberikan pada larva udang vaname adalah artemia salina dengan cara dilakukan pengkulturan selama 24 jam dalam wadah berupa konicle tank volume 500 liter (Tabel 4).

(22)

Pakan buatan yang diberikan pada benur berperan sebagai pakan tambahan, yang diberikan pada benur mulai stadia zoea sampai post larva (Tabel 4). Terdapat beberapa hal yang penting dalam memilih pakan buatan, antara lain memiliki nilai gizi yang tinggi dan sesuai dengan kebutuhannya, ukurannya harus sesuai dengan bukaan mulut benur atau post larva dan memiliki kualitas fisik yang baik (tidak menurunkan kualitas air). Selain itu tujuan dari pemberian pakan buatan yaitu untuk menjaga nilai nutrisi makanan yang cukup saat pemeliharaan benur dilihat dari komposisi gizinya seperti kandungan protein, lemak, karbohidrat, vitamin, mineral dan kadar air (Haliman dan Adijaya 2006 dalam Panjaitan 2014).

Berdasarkan SNI 7311-2009 Produksi Udang Vaname. jenis, dosis, dan frekuensi dapat dilihat pada Tabel 4.

Tabel 4 Penggunaan Jenis dan Dosis Pakan pada Setiap Stadia Benur

No Jenis Pakan Satuan

Stadia Z1- Z2 Z3- M2 M3- PL1 PL2-PL5 PL6-PL10 1 Artemia -dosis -Frekuensi Individu/benur/hari Hari 10-20 3 20-60 3 60-80 3 2 Pakan buatan -dosis -frekuensi G/l/hari Hari 2,5-3 6 3-4 6 4-6 6 6-8 6 Min.8 6

Sumber : SNI Produksi Udang Vaname (2009)

2.6 Pentingnya Pakan Dalam Pemeliharaan Udang Vaname

Dalam meningkatkan produksi pada usaha budidaya udang vaname untuk memenuhi syarat gizi diperlukan pakan buatan. Yang dimaksud pakan buatan ialah pakan yang diramu dari berbagai macam bahan. Pakan harus mengandung nutrisi yang lengkap dan seimbang bagi kebutuhan ikan atau udang. Karena nutrisi merupakan salah satu aspek yang sangat penting, jika makanan yang diberikan pada ikan mempunyai nilai nutrisi yang cukup tinggi, maka tidak

(23)

saja memberikan kehidupan pada ikan tetapi juga akan mempercepat pertumbuhan. Seperti halnya hewan lainnya, udang juga memerlukan nutrien tertentu dalam jumlah tertentu pula untuk pertumbuhan, pemeliharaan tubuh dan pertahanan diri terhadap penyakit. Nutrien ini meliputi, protein, lemak, karbohidrat, vitamin dan mineral.

a. Protein

Kebutuhan udang akan protein akan lebih besar dibandingkan dengan organisme lainnya. Fungsi protein di dalam tubuh udang antara lain untuk : 1. Pemeliharaan jaringan

2. Pembentukan jaringan

3. Mengganti jaringan yang rusak 4. Pertumbuhan

Umumnya protein yang dibutuhkan oleh udang dalam persentase yang lebih tinggi dibandingkan dengan hewan lainnya. Protein merupakan nutrien yang paling berperan dalam menentukan laju pertumbuhan udang. Kebutuhan udang akan protein berbeda-beda untuk setiap stadia hidupnya, pada stadia larva kebutuhan protein lebih tinggi dibandingkan setelah dewasa. Hal ini disebakan pada stadia larva pertumbuhan udang lebih pesat dibanding yang dewasa. Disamping itu sumber protein yang didapatkan oleh udang juga berbeda-beda. Hal ini sesuai dengan kebiasaan makan dari udang dimana pada stadia larva mereka cenderung bersifat karnivora. Makanan yang baik bagi udang vaname adalah yang mengandung protein paling bagus minimal 30% serta kestabilan pakan dalam air minimal bertahan selama 3-4 jam setelah ditebar.

b. Lemak

Lemak mengandung kalori hampir dua kali lebih banyak dibandingkan dengan protein maupun karbohidrat, karena perannya sebagai sumber energi sangat besar meskipun kadarnya dalam makanannya relatif kecil. Fungsi lemak dalam tubuh udang antara lain:

(24)

1. Sumber energi.

2. Membantu penyerapan kalsium dan vitamin A dari makanan.

Asam lemak penting bagi udang adalah asam linolenat, asam lemak ini banyak terdapat pada bagian kepala udang, didalam tubuh udang kelebihan lemak disimpan dalam bentuk trigliserida.

Disamping asam lemak essensial udang juga membutuhkan kolesterol dalam makanannya, sebab udang tak mampu mensintesa nutrien itu dalam tubuh udang. Kolesterol berperan dalam proses moulting. Penambahan kolesterol di dalam tubuh udang melalui makanan akan sangat berpengaruh pada kadar kolesterol, kebutuhan kolesterol diperkirakan sebanyak 0,5%.

c. Karbohidrat

Berbeda dengan hewan lainnya karbohidrat dalam tubuh udang tidak digunakan sebagai sumber energi utama. Kebutuhan udang akan karbohidrat relatif sedikit. Pendayagunaan akan karbohidrat di dalam tubuh udang tergantung dari jenis karbohidrat dan jenis udangnya. Secara umum peranan karbohidrat di dalam tubuh udang adalah:

1. Di dalam siklus krebs 2. Penyimpanan glikogen 3. Pembentukan zat kitin

4. Pembentukan steroid dan asam lemak

Kadar karbohidrat di dalam tubuh udang akan mempengaruhi kandungan lemak dan protein tetapi tidak mempengaruhi kandungan kolesterol di dalam tubuh. Kandungan karbohibrat untuk makanan larva udang diperkirakan lebih rendah 20 %.

d. Vitamin

(25)

vitamin dapat menghambat pertumbuhan. Tiap-tiap jenis vitamin mempunyai fungsi yang berbeda-beda, secara umum kegunaan vitamin bagi udang adalah untuk :

1. Pigmentasi, peranan dari vitamin A (karoten). 2. Laju pertumbuhan peranan dari vitamin c.

3. Kelebihan vitamin akan bersifat racun atau antagonis terhadap fungsi fisiologis udang.

e. Mineral

Sumber mineral utama bagi udang adalah air laut. Mineral dalam tubuh udang berperan dalam pembentukan jaringan, proses metabolisme, pigmentasi dan untuk mempertahankan keseimbangan osmisis cairan tubuh dengan lingkungannya. Kebutuhan udang akan unsur Ca dan P yang optimum bagi udang diperkirakan 1,2 : 1,0. Kelebihan mineral dalam tubuh akan dapat menurunkan laju pertumbuhan dan mengganggu pigmentasi udang.

2.7 Pengelolaan Kualitas Air

1) pH (Derajat Keasaman)

Pada umumnya pH air yang netral nilainya 7, bagi udang vaname kisaran pH yang ideal adalah 6,5-9. pH dibawah 6,5 menyebabkan pertumbuhan udang terhambat dan sensitive terhadap penyakit, pH dibawah 4 dapat bersifat racun sedangkan untuk pH diatas 9 dapat menyebabkan pertumbuhan ikan terhambat karena pesatnya pertumbuhan plankton (blooming) (Kordi k., dan Tancung 2007).

Turunnya pH pada air pemeliharaan dapat berakibat tidak baik terhadap budidaya, karena dapat mempengaruhi proses metabolisme, udang tidak mau makan, pertumbuhannya lambat yang akhirnya akan menurunkan derajat sintasan. Beberapa aspek sebagai penyebab turunnya pH menyebabkan air bersifat asam adalah kurangnya pergantian air pemeliharaan, disatu sisi terjadi penumpukan sisa pakan memberikan dampak ketidaklangsung berakibat kematian pada ikan pemeliharaan. (Suastika 2013).

(26)

Secara visual dapat diketahui air pemeliharaan pada bak secara terkontrol kondisi perairan bersifat asam adalah adanya kotoran bersama gelembung udara diatas permukaan air yang menempel pada sisi bak (Suastika 2013).

2) Suhu

Suhu air dapat mempengaruhi kehidupan biota air secara tidak langsung, yaitu melalui pengaruhnya terhadap kelarutan oksigen dalam air. Semakin tinggi suhu air, semakin rendah daya larut oksigen didalam air dan sebaliknya. Pengaruh suhu secara tidak langsung yang lain adalah mempengaruhi metabolisme, daya larut gas-gas, termasuk oksigen serta berbagai reaksi kimia didalam air. Semakin tinggi suhu air, semakin tinggi pula laju metabolisme udang yang berarti semakin besar konsumsi oksigennya (Kordi dan Tancung 2007)

Anonim (2003) dalam Mansyur et al. (2013) mengemukakan bahwa suhu air yang layak untuk budidaya udang vaname adalah 28-31⁰C (toleransi 16-36⁰C), menurut Suprapto (2005) dalam Mansyur et al. (2013), suhu optimal untuk pertumbuhan udang vaname mencapai kisaran 27-32⁰C dan bisa tahan sampai 10⁰C

3) Salinitas

Salinitas merupakan gambaran jumlah kelarutan garam atau konsentrasi ion-ion dalam air yang dinyatakan dalam satuan g/l. Salinitas air berpengaruh terhadap tekanan osmotik air. Semakin tinggi salinitas, akan semakin besar pula tekanan osmotiknya. Biota yang hidup di air asin harus mampu menyesuaikan dirinya terhadap tekanan osmotik dari lingkungannya. Penyesuaian ini memerlukan banyak energi yang diperoleh dari makanan dan digunakan untuk keperluan tersebut. (Kordi dan Tancung 2007).

Menurut Samocha and Lawrence (2001) dalam Mansyur et al. (2013), bahwa udang vaname dapat tumbuh pada kisaran salinitas 15-20 g/l, bahkan beberapa penelitian menunjukkan bahwa pada salinitas 5 g/l masih layak untuk pertumbuhannya. Menurut Mc Grow and Scarpa (2002) dalam Mansyur et al. (2013), bahwa udang vaname dapat hidup pada

(27)

kisaran salinitas yang lebar dari 0,5–45 g/l. Menurut Anonim (2003) dalam Mansyur et al. (2013), kualitas air yang layak untuk budidaya udang vaname seperti salinitas optimal 10-25 g/l (toleransi 50 g/l).

(28)

III METODOLOGI

3.1 Waktu dan Tempat

Laporan tugas akhir ini disusun berdasarkan kegiatan yang dilakukan selama PKPM yang dilaksanakan selama tiga bulan pada tanggal 21 Januari-21 April 2017 di PT. Esaputlii Prakarsa Utama Kabupaten Barru, Provinsi Sulawesi Selatan.

3.2 Alat dan Bahan

3.2.1 Alat

Alat-alat untuk pemeliharaan larva udang vaname di PT. Esaputlii Prakarsa Utama Barru, alat utama pada kegiatan pemeliharaan larva udang vaname dapat dilihat pada Tabel 5. Alat penunjang pada kegiatan pemeliharaan larva udang vaname dapat dilihat pada Tabel 6. Tabel 5 Alat Utama pada Kegiatan Pemeliharaan Larva Udang Vaname

No Alat Spesifikasi teknis Kegunaan

1. Bak larva 86 buah Pemeliharaan larva

2. Perlengkapan aerasi a. Selang aerasi b. Batu aerasi c. Pemberat 10 set 11,352 biji/bak 11,352 biji/bak

Suplai oksigen untuk larva

3. Blower 12 buah Suplai oksigen

4. Filter bag 8 lembar/tahun Saringan

5. Timbangan analitik 1 buah Menimbang

6. Pompa celup 2 buah Sanitasi ruangan/bak

7. Tong fiber 2 buah Tempat mencuci plastik / sanitasi

8. Gelas plastik 86 buah Tempat pakan

9. Conical tank 24 buah Kultur artemia

10. Saringan  artemia  larva  pakan 4 buah/semester 4 buah/ semester 21 lembar Panen artemia Panen larva Menyaring pakan 11. Pipa 1. saluran pembuangan 2. saluran algae 3. saluran pemasukan air

8 inci

(29)

4. saluran aerasi 1,5 inci 4 inci

Tabel 6 Alat Penunjang pada Kegiatan Pemeliharaan Larva Udang Vaname

No Alat Spesifikasi teknis Kegunaan

1. Alat tulis 2 rangakap Mencatat data

2. Gelas ukur 7 buah Melihat kondisi larva

3. Scoring pad 5 meter/bulan Menggosok bak

4. Selang 4 buah Mencuci bak

5. Seser / scoppnet 7 buah Mengambil sampel atau larva

6. Tangga 7 buah Alat panjat

7. Gayung 86 buah Menebar pakan

8. Kuas 1 buah Membersihkan setelah menimbang pakan

9. Kapas 2 bungkus Saringan air

10. Ember 28 buah Melarutkan pakan

11. Plastik 20 lembar Menstabilkan suhu dalam bak larva

12. Karet gelang 6 biji/bak Mengikat pipa

3.2.2 Bahan

Bahan yang digunakan di PT. Esaputlii Prakarsa Utama Barru pada pemeliharaan larva udang vaname dapat dilihat pada Tabel 7.

Tabel 7 Bahan pada Kegiatan Pemeliharaan Larva Udang Vaname

No Bahan Kegunaan

1. Chlorin / kaporit Desinfektan

2. Deterjen merek rinso Pembersih kotoran

(30)

4. Sodium bicarbonate 5. Pakan buatan Pakan A Pakan B Pakan C Flake Pakan larva Pakan tambahan 6. Naupli Ditebar

7. Bio W Probiotik untuk PL

8. Bio S Probiotik untuk zoea dan mysis

9. Vitamin C dan WR 505 Nafsu makan

10. PUR Menghilankan penempelan

3.3 Metode Pengambilan Data

Metode pengambilan data yang dilakukan dalam penulisan tugas akhir ini adalah: 1. Metode observasi, yaitu dengan cara mengikuti semua kegiatan yang berkaitan

manajemen pemberian pakan larva udang vaname.

2. Metode wawancara, yaitu mendapatkan tambahan pengetahuan teoritis dan berbagai informasi yang terkait dengan kegiatan di lapangan melalui wawancara dengan staf, teknisi, atau karyawan.

3. Metode studi literatur, yaitu penelusuran pustaka melalui literatur yang ada hubungannya dengan manajemen pemberian pakan larva udang vaname.

3.4 Metode Pelaksanaan

Metode pelaksanaan yaitu dengan berpastisipasi aktif pada semua kegiatan yang berkaitan dengan teknik pengelolaan larva udang vaname dilakukan sesuai dengan standar kegiatan yang berlaku di PT. Esaputlii Prakarsa Utama. Kegiatan tersebut meliputi:

(31)

Dalam persiapan bak pemeliharaan larva terdapat beberapa tahap kegiatan yang dilakukan yaitu pencucian awal, sterilisasi aerasi dan komponen peralatan yang digunakan dalam pemeliharaan.

Sebelum bak digunakan, terlebih dahulu dilakukan pencucian bak, dengan membersihkan dinding dan dasar bak untuk menghilangkan segala bentuk kehidupan organisme yang kemungkinan dapat membawa penyakit dan akan berpengaruh terhadap larva udang.

Bak pemeliharaan dibersihkan dan dicuci menggunakan detergen 200 gram yang telah dilarutkan dengan air tawar 5 liter. Dinding dan dasar bak digosok menggunakan scooring pad hingga bersih, lalu bak dibilas dengan air tawar hingga bak yang akan digunakan tidak berbusa dan tidak berbau detergen. Selanjutnya bak dikeringkan.

Setelah dikeringkan kemudian bak disterilkan dengan menggunakan chlorin dengan dosis 500 ppm yang dilarutkan dengan air tawar dalam wadah berkapasitas 500 liter dengan menggunakan pompa axial 1 inch seluruh permukaan bak disiram dengan menggunakan larutan chlorin tersebut kemudian bak dibiarkan kering.

Seluruh komponen aerasi dilepaskan dan dipisah kemudian dibersihkan dengan air tawar dan direndam dengan larutan formalin 1000 ppm. Selang aerasi setiap bak diberi tanda kemudian dicuci dengan menggunakan larutan detergen, dibilas dengan air tawar hingga tidak berbusa kemudian dijemur hingga kering dan air di dalam selang tidak ada lagi. Plastik penutup disterilkan dengan melakukan perendaman pada wadah atau bak fiber berkapasitas 500 liter kemudian dicampurkan dengan larutan chlorine 1 liter lalu diangkat dan dijemur di dalam ruangan bak pemeliharaan larva (Gambar 6).

Alat-alat pendukung produksi yang akan digunakan dalam pemeliharaan seperti ember, gayung, filter bag, saringan pakan, dan gelas monitoring dengan cara dibilas air tawar hingga bersih, selanjutnya di tiriskan pada tempat yang telah disediakan.

(32)

Gambar 6 Persiapan Bak Pemeliharaan Larva Udang Vaname

3.4.2 Pengisian Air

Setelah persiapan bak, selanjutnya dilakukan pengisian air pada bak pemeliharaan. Air yang digunakan merupakan hasil treatment dari bak reservoir. Sebelum dialirkan ke bak pemeliharaan pada ujung pipa inlet dipasang filter bag yang telah dimodifikasi berupa pipa yang telah dilubangi dan dibungkus dengan kapas dan pada bagian luar dipasangkan filter bag yang berukuran 10 µ (Gambar 7).

Bak pemeliharaan larva diisi air sebanyak 60 % dari total volume bak yaitu 20 tonatau tergantung dari jumlah naupli yang akan ditebar. Setelah pengisian air selesai, dilakukan treatment air dengan pemberian sodium bikarbonat sebanyak 30 ppm kemudian diaerasi kuat dan dibiarkan selama 24 jam, selanjutnya ditambahkan EDTA (Ethlene Diamine Tetra Acid) sebanyak 5 ppm.

Gambar 7 Pengisian Air

(33)

Penebaran naupli dilakukan pada pagi hari pukul 09.00 dengan tujuan untuk menghindari fluktuasi suhu yang terlalu tinggi. Naupli yang ditebar ialah N5–N6. Naupli yang ditebar merupakan hasil pemijahan induk udang vaname yang dilakukan sendiri di PT. Esaputlii Prakarsa Utama.

Naupli yang ditebar, ditransfer dari ruang induk menggunakan ember berkapasitas 15 liter. Penebaran naupli dilakukan dengan hati-hati. Ember yang berisi naupli diletakkan dipermukaan air, kemudian ember tersebut dimiringkan sampai tenggelam (Gambar 8). Sedikit demi sedikit air dalam ember akan masuk ke dalam wadah pemeliharaan naupli. Setelah dilakukan penebaran, aerasi harus diatur. Untuk menghindari aerasi yang terlalu besar ataupun terlalu kecil yang dapat memicu terjadinya stress pada naupli.

Gambar 8 Penebaran Naupli Udang Vaname

3.4.4 Manajemen Pakan Buatan

Pakan buatan yang digunakan di PT. Esaputlii Prakarsa Utama merupakan pakan yang memiliki 3 grade terdiri dari komposisi campuran beberapa jenis pakan (Lampiran 3). Jenis dan jumlah pakan yang digunakan untuk setiap pakan.

Pencampuran pakan dilakukan dengan menimbang terlebih dahulu jenis pakan sesuai dengan komposisi pakan yang telah ditentukan atau disesuaikan grade pakan yang akan di buat, selanjutnya pakan di campur secara manual dengan mengaduk pakan hingga tercampur secara merata.

(34)

Penentuan dosis pemberian pakan berdasarkan dari hasil pengamatan perkembangan stadia dan hasil perhitungan sampling populasi yang dilaksanakan setiap hari. Pada stadia PL 5 ditambahkan pakan flake dengan dosis 1,5 ppm yang dicampurkan pada pakan yang akan diberikan pada larva.

Sebelum pakan di berikan terlebih dahulu pakan disaring sesuai dengan saringan pakan yang telah ditentukan. Berdasarkan stadia larva untuk pakan grade A atau stadia zoea menggunakan saringan dengan ukuran 200 mesh, untuk pakan grade B atau stadia mysis menggunakan saringan dengan ukuran 150 mesh, sedangkan untuk pakan grade C atau stadia PL 1–PL 8 menggunakan saringan dengan ukuran 100 mesh. Penyaringan pakan dilakukan pada ember pakan yang telah diisi dengan air laut atau dengan air tawar steril sebanyak 3–5 liter. Pemberian pakan dilakukan dengan cara menyebarkan pakan pada bak pemeliharaan secara merata menggunakan gayung pakan (Lampiran 3). Selama proses pemeliharaan larva udang vaname dilakukan pemberian suplemen pakan yang berfungsi sebagai pelengkap nutrisi.

3.4.5 Manajemen Kualitas Air

Adapun kualitas air yang dimonitor meiputi salinitas, suhu, pH, dan alkalinitas.

Suhu

Pengamatan suhu dilakukan langsung pada bak pemeliharaan menggunakan thermometer air raksa yang dilakukan satu kali sehari yaitu pagi pukul 06.30. Pengamatan suhu mulai dilakukan pada stadia zoea 1–PL 6.

Salinitas

Salinitas merupakan gambaran jumlah kelarutan garam atau konsentrasi ion-ion dalam air yang dinyatakan dalam satuan g/l. Pengukuran salinitas dilakukan satu kali dalam sehari yaitu pada pukul 07.00 yang dilakukan di dalam laboratorium quality control menggunakan hand refraktometer dengan mengambil 25 ml sampel pada masing-masing bak pemeliharaan.

(35)

Pengamatan pH dilakukan satu kali dalam sehari yaitu pada pukul 07.00 yang dilakukan didalam laboratorium quality control menggunakan pH meter dengan mengambil sampel 25 ml pada masing-masing bak pemeliharaan.

Alkalinitas

Total alkalinitas merupakan konsentrasi dari unsur basa-basa yang terkandung dalam air yang biasanya menggunakan satuan mg/l. Pengukuran alkalinitas yang dilakukan pada produksi larva mulai dari persiapan air sebelum pemeliharaan hingga zoea 3. Pengukuran alkalinitas yang dilakukan di PT. Esaputlii Prakarsa Utama dengan menggunakan metode titrasi.

Untuk menjaga kualitas air media pemeliharaan agar tetap dalam kondisi baik, dilakukan pemberian probiotik, pergantian air, penyiponan dan pemberian aerasi. Pada produksi benur udang vaname di PT. Esaputlii Prakarsa Utama menggunakan probiotik jenis Bio-Solution yang merupakan probiotik produksi pabrikan yang dicampur dengan gula tebu dan dikultur selama 7 jam. Pemberian probiotik mulai dilakukan dari Zoea 1 – panen. Frekuensi pemberian probiotik satu kali dalam sehari, dosis probiotik yang diberikan sebanyak 0,5 ppm dari volume bak pemeliharaan.

Teknik pemberian probiotik yaitu terlebih dahulu dilakukan kultur pada sore hari pukul 17.00 probiotik beserta gula yang telah ditimbang kemudian di kultur menggunakan ember bervolume 15 liter, dengan memasukkan probiotik dan gula tebu kedalam ember yang telah diisi dengan air tawar sebanyak 10 liter dan diberi aerasi. Pemberian probiotik dilakukan pada pukul 24.00 dengan menggunakan gayung pakan probiotik disebar secara merata pada permukaan bak pemeliharaan.

3.5 Parameter yang Diamati dan Analisis Data 3.5.1 Parameter yang Diamati

(36)

2. Dosis Pemberian Pakan Buatan

3.5.2 Analisis Data

1. Dosis Pemberian Pakan

Dosis pemberian pakan dihitung berdasarkan rumus (PT. Esaputlii Prakarsa Utama) 𝐷𝑜𝑠𝑖𝑠 𝑃𝑎𝑘𝑎𝑛 =standar pemberian

jumlah populasi

2. Estimasi Populasi

Estimasi populasi dihitung berdasarkan persamaan yang dikemukakan oleh Sumarwan (2005).

𝑒𝑠𝑡𝑖𝑚𝑎𝑠𝑖 𝑝𝑜𝑝𝑢𝑙𝑎𝑠𝑖 =jumlah sampel larva x volume air bak pemeliharaan volume sampel

3. Persentase Tingkat Kelangsungan Hidup (SR)

Tingkat kelangsungan hidup dihitung berdasarkan persamaan yang dikemukakan oleh Effendie (1979) yaitu:

%𝑆𝑅 =jumlah akhir larva

(37)

IV HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Manajemen Pemberian Pakan

4.1.1 Komposisi Pencampuran Pakan Buatan

Pakan buatan yang digunakan di PT. Esaputlii Prakarsa Utama berbentuk serbuk dan terdiri dari beberapa pakan yang sudah dicampur (Tabel 8).

Tabel 8 Komposisi Pencampuran Pakan

No Grade Pakan Jenis formulasi Pakan Jumlah (Gram)

1 Pakan A Frippak Car 1000

(Microparticulado) MP-Z 1000

BP Eguiaci 500

Microfine Spirulina Mackay 500

PRO 2 25

Top S 25

Japonicus O 500

2 Pakan B Microfine Spirulina Mackay 500

(Microparticulado) MP-Z 1000 Frippak CD-2 625 Top S 25 Pro 2 25 BP Eguiaci 500 Lanzy ZM 1250 Japonicus O 500 3 Pakan C (Microparticulado) -1 2000 Frippak PL+150 1250 Flake 2000

Gambar

Gambar 1 Morfologi Udang Vaname
Gambar 2 Siklus Hidup Udang Vaname
Gambar 3  Fase Perkembangan Stadia Naupli I s/d VI   2.  Stadia Zoea
Gambar 5  Fase Perkembangan Stadia Mysis I s/d III   4.  Stadia Post Larva
+3

Referensi

Dokumen terkait

Pertumbuhan rendah akibat pemberian pakan buatan diduga karena larva belum mampu memanfaatkan pakan tersebut dengan baik karena enzim protease dan lipase pada alat

Pengaruh Pemberian Pakan Pada Sistem Pemeliharaan Intensif (Ian Ekstensif terhadap Produksi (Ian Kualitas Telrrr Itik Tegal.. Jurusan Illnu Nutrisi dan

coioides pemberian pakan buatan baru mulai dilakukan pada larva umur 17 hari (Aslianti & Priyono, 2005) karena larva yang mulai diberi pakan buatan pada

Pertumbuhan rendah akibat pemberian pakan buatan diduga karena larva belum mampu memanfaatkan pakan tersebut dengan baik karena enzim protease dan lipase pada alat

Proses Manajemen Pakan dimulai dari jenis pakan yang sesuai dengan benur udang vaname ( L.vannamei ), kandungan gizi dalam pakan, teknik pemberian pakan, jadwal

Namun pemberian pakan buatan tidak dapat memanfaatkan enzim tersebut, sedangkan pada larva ikan yang diberi pakan alami memiliki saluran pencernaan yang sudah berkembang

Mengingat pentingnya peran pakan dalam menunjang pertumbuhan larva udang vanname, maka tujuan dalam penelitian terapan ini adalah untuk mengetahui aplikasi pakan alami dan buatan yang

Tingginya SR yang didapatkan untuk setiap perlakuan membuktikan bahwa pengaplikasian jenis pakan baik pakan buatan maupun pakan komersil dengan lama pemeliharaan 30 hari mendukung