• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Sugama (2018, hal. 5) teori keagenan atau agency theory adalah

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Sugama (2018, hal. 5) teori keagenan atau agency theory adalah"

Copied!
32
0
0

Teks penuh

(1)

10 2.1 Landasan Teori

2.1.1 Teori Agensi

Menurut Sugama (2018, hal. 5) teori keagenan atau agency theory adalah teori yang menjelaskan hubungan keagenan (agency relationship) dan masalah-masalah yang ditimbulkanya. Agency relationship merupakan sebuah ikatan kerja dimana satu orang atau lebih sebagai pemegang saham (principal) menunjuk pihak lain (agent) untuk memberikan pelayanan dan pengambilan keputusan atas nama principal (Jensen dan Meckling dalam Abdul Kahar, 2008, hal. 401).

Principal adalah pemegang saham yang mana menyediakan fasilitas dan dana

untuk menjalankan perusahaan. Sedangkan agen adalah pengelola perusahaan yang mempunyai kewajiban untuk mengelola apa yang diamanahkan oleh para pemegang saham kepadanya.

Prinsip utama dari teori keagenan adalah adanya suatu kontrak dimana satu atau lebih principal (pemilik) menyewa orang lain (agen) untuk melakukan beberapa jasa untuk kepentingan mereka dengan mendelegasikan beberapa wewenang untuk membuat keputusan agen (Yeniatie dan Destriana, 2010, hal. 3). Penyebab lainnya yang berkaitan dengan keputusan pendanaan adalah para pemegang saham hanya peduli terhadap risiko sistematik dari perusahaan, karena mereka melakukan investasi pada portofolio yang terdiversifikasi dengan baik.

(2)

Namun, sebaliknya manajemen lebih peduli pada risiko perusahaan secara keseluruhan (Yeniatie dan Destriana, 2010, hal. 4).

Hubungan keagenan mengakibatkan dua permasalahan, yaitu terjadinya informasi asimetris, dimana manajemen secara umum memiliki lebih banyak informasi mengenai posisi keuangan yang sebenarnya dan posisi operasi entitas dari pemilik dan terjadinya konflik kepentingan akibat ketidaksamaan tujuan, dimana manajemen bertindak tidak sesuai dengan kepentingan pemilik. Terdapat dua potensi konflik dalam teori keagenan yaitu:

1. Konflik antara Pemegang saham dengan Kreditor

Konflik muncul jika konflik keagenan akan terjadi bila proporsi kepemilikan manajer atas saham kurang dari 100% sehingga manajer cenderung bertindak untuk mengejar kepentingan dirinya dan sudah tidak berdasarkan maksimalisasi nilai perusahaan dalam keputusan pendanaan. Penyebab lainnya yang berkaitan dengan keputusan pendanaan adalah para pemegang saham hanya peduli terhadap risiko sistematik dari perusahaan, karena mereka melakukan investasi pada portofolio yang terdiversifikasi dengan baik. Namun, sebaliknya manajemen peduli pada risiko perusahaan secara keseluruhan (Yeniatie dan Destriana, 2010, hal. 4). Selain itu konflik dapat juga muncul jika perusahaan meningkatkan jumlah hutang hingga mencapai tingkatan yang lebih tinggi daripada yang diperkirakan kreditor. Kreditor dirugikan jika perusahaan mengambil proyek yang terlalu berisiko karena hal ini akan meningkatkan risiko kebangkrutan perusahaan. Di lain pihak, jika

(3)

proyek berisiko tinggi tersebut memberikan hasil yang bagus, kompensasi yang diterima kreditor (berupa bunga) tidak ikut naik.

2. Konflik antara Pemegang Saham dengan Pihak Manajemen

Teori keagenan memunculkan argumentasi terhadap adanya konflik antara pemilik yaitu pemegang saham dengan manajer. Konflik tersebut muncul sebagai akibat perbedaan kepentingan diantara kedua belah pihak. Konflik keagenan menyebabkan penurunan nilai perusahaan.

Konflik yang terjadi dalam teori keagenan tidak lepas dari asumsi sifat dasar manusia. Menurut Eisenhardt (dalam Oyong Lisa, 2012, hal. 45) menyatakan bahwa teori agensi menggunakan tiga asumsi sifat manusia yaitu: 1. Manusia pada umumnya mementingkan diri sendiri.

2. Manusia memiliki daya pikir terbatas mengenai persepsi masa mendatang. 3. Manusia selalu menghindari risiko.

Asumsi sifat manusia tersebut akan mempengaruhi keputusan yang diambil oleh manajer dan pemegang saham. Hal tersebut akan memunculkan berbagai masalah antara manajer dan pemegang saham.

Biaya yang dikeluarkan oleh perusahaan untuk mengurangi masalah keagenan (agency conflict) tersebut dikenal sebagai biaya keagenan yang meliputi pengeluaran monitoring, bonding dan residual loss (Zaman, 2014, hal. 128). Terdapat beberapa alternatif yang dapat digunakan untuk mengurangi biaya keagenan, antara lain:

(4)

1. Mensejajarkan kepentingan manajemen dengan pemegang saham dengan mengikutsertakan manajer untuk memiliki saham perusahaan tersebut (insider ownership).

2. Meningkatkan devidend payout ratio 3. Meningkatkan pendanaan dari hutang 4. Meningkatkan kepemilikan institusional

Pengawasan secara total terhadap kegiatan para manajer akan memecahkan masalah keagenan, tetapi dibutuhkan biaya yang mahal dan kurang efisien. Solusi yang lebih baik adalah memberi suatu paket kompensasi berupa gaji tetap ditambah bonus kepemilikan.

Dalam upayanya tersebut ada 2 (dua) hal yang dapat dilakukan oleh

principal untuk memperkecil biaya agensi karena tidak dapat dihilangkan sama

sekali, yaitu:

1. Mencari manajer yang benar-benar dapat dipercaya, mengetahui secara jelas kapasitas dan personalitas. Kunci kerja sama dalam hubungan agensi adalah kepercayaan yang didasarkan pada informasi yang benar tentang agent. 2. Memperjelas kontrak insentif dengan skema kompensasi operasional

sehingga memotivasi agent untuk bekerja sesuai kepentingan principal dengan penghargaan yang wajar terhadap principal.

Teori agensi mengutamakan analisis dan usaha untuk memecahkan dua masalah yang terjadi dalam hubungan antara pemilik dengan agent (manajemen puncak), yaitu:

(5)

1. Masalah agensi yang muncul jika :

a. keinginan atau tujuan pemilik dan agent bertentangan atau;

b. membuktikan bahwa yang sebenarnya dilakukan oleh agent adalah sulit dan mahal bagi pemilik.

2. Masalah risiko bersama yang meningkat jika pemilik dan agent memiliki sikap yang berbeda dalam menghadapi risiko itu.

Dalam hubungan antara pemegang saham (principal) dan manajer (agent) mempunyai karakteristik perbedaan atas tujuan kerja dan risiko. Perbedaan

principal dan agent, sebagai berikut:

1. Perbedaan preferensi tujuan kerja

Teori agensi mengasumsikan bahwa semua individu bertindak atas kepentingan mereka sendiri. Pemegang selain sebagai principal diasumsikan hanya tertarik kepada hasil keuangan yang bertambah atau investasi mereka di dalam perusahaan. Sedang para agent diasumsikan menerima kepuasan berupa kompensasi dan syarat-syarat yang menyertai dalam hubungan tersebut.

2. Preferensi risiko

Teori ini mengasumsikan bahwa manusia lebih menyukai pertambahan kekayaan dibandingkan kekurangan atau penurunan atas kekayaan yang diakumulasi atau dikelola. Kekayaan manusia berupa nilai manajer itu sendiri yang dipersepsikan pasar dimana dipengaruhi oleh kinerja perusahaan. Karena penurunan utilitas atas kekayaan dan sejumlah modal investasi principal, maka diasumsikan manajer menghindari risiko. Pada sisi lain, para

(6)

pemegang saham berusaha mengurangi risiko dengan mendiversifikasikan kekayaan dan kepemilikan saham mereka di banyak perusahaan dalam nilai investasi yang mereka harapkan sehingga risiko menjadi netral.

2.1.2 Teori Sinyal (Signalling Theory)

Teori sinyal menjelaskan alasan menyajikan informasi untuk pasar modal. Teori sinyal menunjukkan adanya asimetri informasi antara manajemen perusahaan dan pihak-pihak yang berkepentingan dengan informasi tersebut.Teori sinyal juga mengemukakan tentang bagaimana seharusnya sebuah perusahaan memberikan sinyal kepada pengguna laporan keuangan. Sinyal ini berupa informasi mengenai apa yang sudah dilakukan oleh manajemen untuk merealisasikan keinginan pemilik.

Teori sinyal mengungkapan bahwa investor dapat membedakan antara perusahaan yang berkualitas baik dan yang berkualitas buruk, dengan demikian perusahaan yang berkualitas baik akan memberikan sinyal pada pasar. Perusahaan yang berkualitas baik pula yang nantinya akan memberi sinyal dengan cara menyampaikan laporan keuangannya dengan tepat waktu. Agar sinyal tersebut berjalan dengan baik dan efektif maka sebaiknya dipersepsikan dengan baik hal ini dilakukan agar tidak mudah ditiru oleh perusahaan lainnya yang mempunyai kualitas buruk, karena perusahaan yang berkualitas buruk akan cenderung tidak tepat waktu dalam menyampaikan laporan keuangannya.

Teori sinyal menjelaskan bahwa pemberian sinyal dilakukan oleh manajer untuk mengurangi asimetri informasi. Menurut Brigham dan Houston (dalam

(7)

Indriyani, 2017, hal. 339) asymmetric information adalah situasi dimana manajer memiliki informasi yang berbeda mengenai prospek perusahaan dari pada yang dimiliki investor. Sinyal yang diberikan oleh manajer perusahaan kepada pengguna laporan keuangan ini berupa informasi mengenai apa yang sudah dilakukan manajemen untuk merealisasikan keinginan pemilik.

2.1.3 Audit Delay

Laporan keuangan mempunyai peran yang sangat penting dalam mengukur kinerja suatu perusahaan karena didalam laporan keuangan tersedia informasi mengenai posisi keuangan, kinerja perusahaan, serta perubahan posisi keuangan suatu perusahaan dimana informasi tersebut sangat bermanfaat untuk sejumlah pemakai informasi potensial dalam hal pengambilan keputusan. Laporan keuangan menunjukkan apa yang telah dilakukan manajemen (stewardship), atau pertanggungjawaban manajemen atas sumber daya yang dipercayakan kepadanya. Pengguna yang ingin menilai apa yang telah dilakukan atau pertanggungjawaban manajemen berbuat demikian agar mereka dapat membuat keputusan ekonomi. Keputusan ini mungkin mencakup, misalnya, keputusan untuk menahan atau menjual investasi mereka dalam perusahaan atau keputusan untuk mengangkat kembali atau mengganti manajemen.

Ketepatan waktu penerbitan laporan keuangan yang telah diaudit merupakan hal yang krusial terutama bagi perusahaan-perusahaan publik yang menggunakan pasar modal sebagai salah satu sumber pendanaan. Ketepatan waktu penerbitan laporan keuangan tahunan perusahaan juga dapat menimbulkan

(8)

pengaruh kepada nilai dari laporan keuangan tersebut. Nilai dari informasi tersebut tidak lagi bermanfaat jika laporan keuangan yang disampaikan tidak tepat waktu dan akurat karena nilai ketepatan waktu pelaporan keuangan sangat penting bagi kemanfaatan laporan keuangan.

Dalam regulasi informasi keuangan di Indonesia, Pemerintah telah menetapkan struktur pengaturan informasi melalui UU No. 8 tahun 1995 tentang Pasar Modal. Sesuai dengan peraturan yang diterbitkan Bapepam dan didukung oleh peraturan terbaru Bapepam, X.K.6 1 Agustus 2012, maka penyampaian laporan keuangan tahunan yang telah diaudit dikatakan tepat waktu apabila diserahkan sebelum atau selambat-lambatnya 120 hari setelah tahun buku terakhir. Adapun rentang waktu bagi auditor untuk menyelesaikan auditnya yang dihitung mulai dari tanggal tahun tutup buku sampai dengan tanggal laporan audit diterbitkan disebut audit delay. Audit delay merupakan perbedaan waktu antara tanggal laporan keuangan dengan tanggal publikasi laporan keuangan audited pada BEI, audit delay diukur dari jumlah hari antara tanggal laporan keuangan sampai tanggal dipublikasikannya laporan keuangan di BEI (Kusumawardani, 2013, hal. 54).

Menurut Ibrahim dan Suryaningsih (2016, hal. 3) audit delay didefinisikan sebagai interval waktu antara tahun tutup buku laporan keuangan hingga opini pada laporan keuangan audit ditandatangani. Auditor akan melakukan proses audit dengan waktu yang telah disepakati antara pihak klien dengan auditor. Keterlambatan laporan keuangan auditan dipengaruhi atas proses pengauditan yang dilakukan oleh auditor. Keterlambatan dalam penyampaian laporan

(9)

keuangan memberikan pengaruh penilaian terhadap Good Corporate Governance yang dijalankan oleh perusahaan karena informasi yang mengalami keterlambatan akan merugikan pemegang saham atau investor dalam melakukan pengambilan keputusan (Yaputro, 2012, hal. 2).

Oleh sebab itu, manajemen sangat menghargai auditor yang mampu memenuhi ketepatan waktu penyelesaian auditnya. Klien menginginkan laporan keuangan auditannya dipublikasikan secepat mungkin setelah berakhirnya tahun buku. Tetapi auditor tidak dapat memaksakan diri, karena hasil pekerjaannya bisa tidak memenuhi syarat. Oleh karena itu auditor harus mempunyai cukup waktu untuk mendapatkan jenis dan jumlah bukti-bukti audit yang memadai agar dapat mendukung opini yang diberikan. Dalam FASB Paragraf 56, jika informasi tidak tersedia ketika dibutuhkan atau tersedia dalam jangka waktu yang lama, maka laporan tersebut tidak akan bernilai untuk masa depan perusahaan, hal ini dapat menunjukkan kelemahan perusahaan tersebut.

2.1.4 Ukuran KAP

Menurut Firyana (2014, hal. 5) ukuran KAP merupakan ukuran yang digunakan untuk menentukan besar kecilnya suatu Kantor Akuntan Publik. Ukuran Kantor Akuntan Publik dapat dikatakan besar jika KAP tersebut berafiliasi dengan Big 4, mempunyai cabang dan klienya perusahaan-perusahaan besar serta mempunyai tenaga professional di atas 25 orang. Sedangkan Ukuran Kantor Akuntan Publik dikatakan kecil jika tidak berafiliasi dengan Big 4, tidak

(10)

mempunyai kantor cabang dan klienya perusahaan kecil serta jumlah tenaga profesionalnya kurang dari 25 orang.

Ukuran KAP merupakan pembedaan jumlah klien dan jumlah anggota yang dimiliki oleh suatu kantor akuntan publik. Ukuran KAP dapat lihat dari berbagai hal yang terkait dengan KAP, seperti jumlah klien dan jumlah pendapatan KAP tersebut. Ukuran KAP adalah besar kecilnya Kantor Akuntan Publik yang digunakan perusahaan. Ukuran KAP dibedakan dalam dua kelompok yaitu KAP yang berafiliasi dengan Big 4 dan KAP yang tidak berafiliasi dengan

Big 4. menurut Ginting dan Fransisca (2014, hal. 5), ukuran KAP merupakan

besar kecilnya KAP yang dibedakan dalam dua kelompok, yaitu KAP yang berafiliasi dengan Big 4 dan KAP yang tidak berafiliasi dengan Big 4. Sedangkan menurut Arsih (2015, hal. 3), ukuran KAP adalah cerminan besar kecilnya Kantor Akuntan Publik, semakin besar Kantor Akuntan Publik maka semakin tinggi kualitas audit yang dihasilkan, jadi perusahaan akan mengganti auditor dari KAP kecil ke auditor dari KAP besar untuk meningkatkan reputasi dan kualitas laporan keuangannya.

Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa ukuran Kantor Akuntan Publik (KAP) adalah besar kecilnya Kantor Akuntan Publik yang digunakan suatu perusahaan untuk melakukan pemeriksaan terhadap laporan keuangan perusahaan. Jika dihubungkan keberadaannya KAP yang ada di Indonesia, maka ukuran KAP terbesar yakni KAP yang berafiliasi dengan KAP asing yang tergolong Big 4.

(11)

2.1.5 Ukuran Perusahaan

Menurut Sartono (2016, hal. 249), perusahaan besar yang sudah well

established (mapan) akan lebih mudah memperoleh modal di pasar modal

dibanding dengan perusahaan kecil. Karena kemudahan akses tersebut berarti perusahaan besar memiliki fleksibilitas yang lebih besar pula. Menurut Amir dan Runtu (2014, hal. 69), semakin baik kualitas laporan keuangan yang disajikan maka akan semakin menyakinkan pihak eksternal dalam melihat kinerja keuangan perusahaan tersebut, yang otomatis tentunya pihak-pihak yang berhubungan dengan perusahaan akan merasa puas dalam berbagai urusan dengan perusahaan.

Perusahaan selalu menginginkan perolehan laba bersih setelah pajak karena bersifat menambah modal sendiri. Dengan kata lain, laba bersih dapat diperoleh jika jumlah penjualan lebih besar daripada jumlah biaya operasi. Agar diperoleh laba bersih yang sesuai dengan jumlah yang diinginkan, maka perencanaan dan pengendalian menjadi hal yang sangat penting dilakukan oleh pihak manajemen.

Perusahaan yang berada pada pertumbuhan penjualan yang tinggi membutuhkan dukungan modal yang semakin besar, demikian juga sebaliknya, pada perusahaan yang tingkat pertumbuhan penjualannya rendah kebutuhan terhadap modal juga semakin kecil. Akan tetapi, jika dana dari sumber intern sudah tidak mencukupi, maka tidak ada pilihan lain bagi perusahaan untuk menggunakan dana yang berasal dari luar perusahaan, baik utang maupun dengan mengeluarkan saham baru.

(12)

Perusahaan yang besar cenderung memiliki sumber permodalan yang lebih banyak dan memiliki kemungkinan untuk bangkrut yang lebih kecil, sehingga lebih mampu untuk memenuhi kewajiban finansialnya. Dengan kata lain, perusahaan besar cenderung memiliki utang atau menggunakan dana eksternal dalam jumlah yang lebih besar.

Menurut Riyanto (2015, hal. 299) suatu perusahaan yang besar yang sahamnya tersebar sangat luas, setiap perluasan modal saham hanya akan mempunyai pengaruh yang kecil terhadap kemungkinan hilangnya atau tergesernya kontrol dari pihak yang dominan terhadap perusahaan bersangkutan. Dengan demikian, maka perusahaan yang besar akan lebih berani mengeluarkan saham baru dalam memenuhi kebutuhan untuk membiayai pertumbuhan yang didasarkan pada penjualan, dibandingkan dengan perusahaan yang kecil.

Menurut Hasnawati dan Sawir (2015, hal. 67) ukuran perusahaan dinyatakan sebagai determinan dari struktur keuangan dalam hampir setiap studi untuk alasan yang berbeda:

Pertama, ukuran perusahaan dapat menentukan tingkat kemudahan perusahaan memperoleh dana dari pasar modal. Perusahaan kecil umumnya kekurangan akses ke pasar modal yang terorganisir, baik untuk obligasi maupun saham. Meskipun mereka memiliki akses, biaya peluncuran dari penjualan sejumlah kecil sekuritas dapat menjadi penghambat. Jika penerbitan sekuritas dapat dilakukan, sekuritas perusahaan kecil mungkin kurang dapat dipasarkan sehingga membutuhkan penentuan harga sedemikian rupa agar investor mendapatkan hasil yang memberikan return lebih tinggi secara signifikan.

(13)

Kedua, ukuran perusahaan menentukan kekuatan tawar-menawar dalam kontrak keuangan. Perusahaan besar biasanya dapat memilih pendanaan dari berbagai bentuk hutang, termasuk penawaran spesial yang lebih menguntungkan dibandingkan yang ditawarkan perusahaan kecil. Semakin besar jumlah uang yang digunakan, semakin besar kemungkinan kemungkinan pembuatan kontrak yang dirancang sesuai dengan preferensi kedua pihak sebagai ganti dari penggunaan kontrak standar hutang.

Ketiga, ada kemungkinan pengaruh skala dalam biaya dan return membuat perusahaan yang lebih besar dapat memperoleh lebih banyak laba. Pada akhirnya, ukuran perusahaan diikuti oleh karakteristik lain yang mempengaruhi struktur keuangan. Karakteristik lain tersebut seperti perusahaan sering tidak mempunyai staf khusus, tidak menggunakan rencana keuangan, dan tidak mengembangkan system akuntansi mereka menjadi suatu sistem manajemen.

Menurut Brigham dan Houston (dalam Denziana dan Monica, 2016, hal. 246), mengemukakan bahwa ukuran perusahaan yaitu rata–rata total penjualan bersih untuk tahun yang bersangkutan sampai beberapa tahun. Dari berbagai penjelasan di atas, maka dapat disimpulkan bahwa ukuran perusahaan merupakan nilai penjualan bersih suatu perusahaan pada suatu tahun tertentu. Ukuran perusahaan secara langsung mencerminkan tinggi rendahnya aktivitas operasi suatu perusahaan. Pada umumnya semakin besar suatu perusahaan maka semakin besar pula kualitasnya. Dengan demikian ukuran perusahaan dapat dikaitkan dengan besarnya kekayaan yang dimiliki oleh perusahaan.

(14)

2.1.6 Tingkat Leverage

Dalam menjalankan usahanya suatu perusahaan memiliki kebutuhan yang tidak sedikit, terutama yang berkaitan dengan pendanaan agar perusahaan dapat mencapai tujuannya. Dana selalu dibutuhkan untuk menutupi seluruh atau sebagian dari biaya yang diperlukan baik untuk masa sekarang ataupun untuk masa yang akan datang. Dana juga dibutuhkan untuk melakukan perluasan usaha/investasi baru. Hal ini dapat diartikan bahwa setiap perusahaan harus menyediakan dana dalam jumlah tertentu, sehingga jika dibutuhkan dana sudah tersedia.

Untuk menutupi kekurangan akan kebutuhan dana perusahaan harus memiliki beberapa alternatif sumber dana yang dapat digunakan. Pemilihan sumber dana ini bergantung pada tujuan, syarat-syarat dan kemampuan perusahaan tentunya. Pada dasarnya sumber dana dapat diperoleh dari modal sendiri dan pinjaman. Setiap sumber dana yang dipergunakan mempunyai kelebihan dan kekurangan masing-masing. Mengingat penggunaan dana memiliki resiko masing-masing, maka perlu dilakukan strategi agar dapat saling menunjang. Strategi tersebut ialah dengan melakukan kombinasi dari masing-masing sumber dana. Besarnya penggunaan masing-masing-masing-masing sumber dana harus dipertimbangkan agar tidak menjadi beban perusahaan baik untuk masa sekarang atau masa yang akan mendatang. Kombinasi dari penggunaan sumber dana tersebut dikenal dengan sebutan rasio leverage.

Kasmir (2016, hal. 151) menyatakan leverage merupakan rasio pengukuran sejauh mana aktiva perusahaan dibiayai dengan hutang. Artinya

(15)

berapa besar beban hutang yang ditanggung perusahaan dibandingkan dengan asetnya. Dalam arti luas, rasio leverage diartikan sebagai rasio untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam membayar seluruh kewajibannya, baik pada masa sekarang maupun masa yang akan datang apabila perusahaan dibubarkan.

Berdasarkan pernyataan di atas, dapat disimpulkan bahwa rasio leverage merupakan tingkat kemampuan perusahaan dalam menggunakan asetnya yang mempunyai beban tetap (hutang) dalam rangka mewujudkan tujuan perusahaan.

2.1.7 Profitabilitas

Profitabilitas adalah kemampuan suatu perusahaan untuk menghasilkan laba dalam hubungannya dengan penjualan, total aktiva maupun modal sendiri (Sartono, 2016, hal. 122). Profitabilitas merupakan kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba menggunakan sumber-sumber yang dimiliki perusahaan, seperti aktiva, modal, atau penjualan perusahaan (Sudana, 2015, hal. 25). Profitabilitas adalah suatu alat untuk mengukur keberhasilan manajemen yang ditunjukkan melalui laba yang dihasilkan oleh penjualan dan investasi. Jadi, profitabilitas adalah suatu alat untuk mengukur kemampuan dan keberhasilan suatu perusahaan dalam menghasilkan laba yang diperoleh melalui penjualan dan investasi selama periode tertentu dengan menggunakan sumber-sumber yang dimiliki perusahaan.

Profitabilitas atau yang disebut sebagai rentabilitas suatu perusahaan diukur dengan kesuksesan dan kemampuan perusahaan dalam menggunakan aktiva perusahaan secara produktif. Profitabilitas dapat pula diketahui dengan

(16)

memperbandingkan antara laba yang diperoleh dalam suatu periode dengan jumlah aktiva atau jumlah modal perusahaan tersebut.

Profitabilitas sering digunakan perusahaan untuk mengukur efisiensi penggunaan modal dalam suatu perusahaan dengan membandingkan antara laba dengan modal yang digunakan dalam operasi (Sartono, 2016, hal. 124). Cara untuk mengukur profitabilitas, yaitu dengan menggunakan rasio Return on Assets (ROA). ROA menunjukkan kemampuan perusahaan dengan menggunakan seluruh aktiva yang dimiliki untuk menghasilkan laba setelah pajak. Rasio ini penting bagi pihak manajemen untuk mengevaluasi efektivitas dan efisiensi manajemen perusahaan dalam mengelola seluruh aktiva perusahaan. Semakin besar rasio ini, maka semakin efisien penggunaan aktiva perusahaan (Sudana, 2015, hal. 25).

2.1.8 Umur Perusahaan

Umur perusahaan merupakan awal perusahaan beroperasi hingga perusahaan tersebut dapat mempertahankan eksistensinya (going concern) dalam dunia bisnis. Semakin lama umur perusahaan maka semakin terlihat pula eksistensi perusahaan, sehingga semakin pula pengungkapan yang dilakukan untuk menciptakan keyakinan pada pihak luar perusahaan dalam kualitas perusahaannya (Nugroho, 2012, hal. 4). Perusahaan yang memiliki umur panjang biasanya sudah menjadi perusahaan besar yang sudah memiliki banyak investor dan mampu bertahan dalam dunia bisnis, sehingga mampu melakukan pengungkapan modal intelektual.

(17)

Menurut Ekadjaja (2009, hal. 114), umur perusahaan dapat dihitung sejak perusahaan tersebut didirikan berdasarkan akte pendirian sampai saat perusahaan tersebut melakukan penawaran saham perdana. Umur perusahaan ini dapat dihitung dalam skala tahunan. Informasi mengenai tanggal pendirian dan tanggal penawaran saham perdana dapat diperoleh dari informasi prospektus . Salah satu yang menjadi pertimbangan dalam menanamkan modalnya dengan melihat umur perusahaan. Umur perusahaan mencerminkan perusahaan itu tetap berkembang dan menjadi bukti bahwa perusahaan tersebut tetap bisa bersaing.

2.2 Hubungan Logis Antar Variabel dan Pengembangan Hipotesis 2.2.1 Pengaruh Ukuran KAP terhadap Audit Delay

Semakin banyak perusahaan dalam satu industri yang menggunakan jasa suatu KAP maka dapat menunjukkan bahwa KAP tersebut memiliki reputasi yang baik dalam industri yang bersangkutan. Reputasi yang baik dapat menunjukkan bahwa KAP tersebut memiliki kepercayaan dari konsumennya yang tentu saja mengharapkan kualitas audit yang baik dan waktu penyelesaian audit yang cepat, sehingga didapat pemikiran bahwa KAP spesialisasi industri berpengaruh negatif terhadap audit delay. Karena KAP terspesialisasi industri tentunya memiliki pengalaman yang lebih dibandingkan dengan KAP non spesialisasi industri, sehingga diharapkan KAP spesialisasi industri mampu menyelesaikan audit lebih cepat karena memiliki orang-orang yang lebih kompeten dalam menyelesaikan tahap audit.

(18)

Dalam hubungan dengan teori signal perusahaan yang menggunakan jasa

big four mempunyai kabar yang baik, dikarenakan semakin perusahaan tersebut

menggunakan jasa big four maka laporan keuangan perusahaan tersebut semakin baik. dengan adanya jasa big four perusahaan akan mempublikasikan kepada pihak luar bahwa auditor yang sedang mengaudit perusahaannya adalah dari jasabig four yang diketahui mempunyai orang-orang yang kompeten dan sudah diakui oleh internasional. Jadi jika perusahaan menggunkan jasa KAP ditambah lagi merupakan KAP big four maka akan cepat menyelesaikan audit tersebut, dikarenakan KAP big four memilki sumber daya yang kompenten dan telah diakui oleh internasional.

Penelitian yang dilakukan oleh Lienardi dan Widyastuti (2017) menyatakan bahwa ukuran KAP berpengaruh negatif dan signifikan terhadap

audit delay.KAP big four lebih menjaga reputasinya dengan menjaga kualitas

audit dan penyelesaian audit sesuai dengan jangka waktu yang telah ditentukan karena apabila auditor tidak tepat waktu dalam melaksanakan audit, reputasi KAP akan buruk di mata klien. KAP yang berafiliasi dengan big four memiliki sumber daya yang besar, baik dalam segi jumlah tenaga kerja maupun kualitas pekerjaannya.

Berdasarkan uraian tersebut maka dirumuskan hipotesis sebagai berikut: H1 = ukuran KAP berpengaruh negatif dan signifikan terhadap audit delay.

(19)

2.2.2 Pengaruh Ukuran Perusahaan Terhadap Audit Delay

Ukuran perusahaan merupakan besar kecilnya perusahaan yang diukur dengan menggunakan total aset yang dimiliki perusahaan atau total aset perusahaan yang tercantum dalam laporan keuangan yang telah diaudit dengan menggunakan logaritma. Semakin besar total aset yang dimiliki perusahaan, maka semakin besar pula ukuran perusahaan. Perusahaan yang besar biasanya lebih konsisten untuk tepat waktu dibandingkan perusahaan kecil dalam menginformasikan laporan keuangannya. Disamping itu perusahaan besar akan menyelesaikan proses auditnya lebih cepat dibandingkan perusahaan kecil. Hal ini disebabkan manajemen pada perusahaan besar cenderung diberikan insentif untuk mengurangi audit delay dikarenakan perusahaan-perusahaan tersebut diawasi secara ketat oleh pihak-pihak yang berkepentingan terhadap informasi yang termuat dalam laporan keuangan.

Penelitian yang dilakukan oleh Apriyana dan Rahmawati (2017) menyatakan bahwa ukuran perusahaan berpengaruh negatif terhadap audit delay. Artinya semakin besar ukuran perusahaan maka audit delay semakin pendek. Berdasarkan uraian tersebut maka dirumuskan hipotesis sebagai berikut:

H2 = ukuran perusahaan berpengaruh negatif dan signifikan terhadap audit

delay.

2.2.3 Pengaruh Tingkat Leverage Terhadap Audit Delay

Leverage perusahaan yang tinggi memaksa perusahaan menyediakan

(20)

delay-nya lebih cepat. Jika jumlah hutang perusahaan lebih besar daripada aktiva yang dimiliki perusahaan tersebut cenderung meningkatkan kerugian dan kehati- hatian auditor untuk mengaudit laporan keuangan perusahaan tersebut sehingga audit delay nya lebih lama.

Penelitian yang dilakukan oleh Haryani (2015) menyatakan bahwa tingkat

leverage berpengaruh positif terhadap audit delay. Artinya perusahaan dengan

tingkat leverage yang tinggi akan mempengaruhi perusahaan untuk melakukan keterlambatan dalam menyampaikan laporan keuangan, karena leverage yang tinggi menunjukkan bahwa perusahaan sedang dalam kesulitan keuangan, yaitu perusahaan yang tidak dapat memenuhi kewajibannya ketika jatuh tempo. Biasanya perusahaan akan mengurangi risiko dengan memundurkan publikasi laporan keuangannya dan mengulur waktu dalam pekerjaan auditnya. Dengan demikian auditor akan mengaudit laporan keuangan perusahaan dengan lebih seksama dan membutuhkan waktu yang relatif lama sehingga dapat meningkatkan

audit delay.

Berdasarkan uraian tersebut maka dirumuskan hipotesis sebagai berikut: H3 = tingkat leverage berpengaruh positif dan signifikan terhadap audit delay.

2.2.4 Pengaruh Profitabilitas terhadap Audit Delay

Profitabilitas menentukan keberhasilan perusahaan dalam menghasilkan keuntungan. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa profit merupakan berita baik bagi perusahaan. Perusahaan tidak akan menunda penyampaian informasi yang berisi berita baik. Perusahaan yang memiliki tingkat profitabilitas yang lebih

(21)

tinggi membutuhkan waktu dalam pengauditan laporan keuangan lebih cepat dikarenakan berkewajiban untuk menyampaikan kabar baik secepatnya kepadapublik dan akan menarik niat investor untuk menanamkan modalnya. Mereka juga memberikan alasan bahwa auditor yang menghadapi perusahaan yang mengalami kerugian memiliki respon yang cenderung lebih berhati-hati dalam melaksanakan proses audit. Jika perusahaan menghasilkan tingkat profitabilitas yang lebih tinggi maka audit delay akan lebih pendek dibandingkan perusahaan dengan tingkat profitabilitas yang lebih rendah, hal ini dikarenakan perusahaan yang memiliki keuntungan yang tinggi maka kegiatan operasional perusahaan dinilai baik. Perusahaan yang profitable memiliki insentif untuk menginformasikan ke publik tentang keunggulan kinerja mereka dengan mengeluarkan laporan tahunan secara cepat.

Penelitian yang dilakukan oleh Lienardi dan Widyastuti (2017) menyatakan bahwa profitabilitas berpengaruh negatif dan signifikan terhadap

audit delay. Profitabilitas perusahaan adalah salah satu faktor yang menjadi

penilaian para stockholder dalam pengambilan putusan ekonomi sehingga perusahaan yang mendapatkan profitabilitas tinggi akan berusaha mempublikasikan laporan keuangannya secepat mungkin agar berita baik tersebut dapat segera diketahui dan dilihat oleh publik.

Berdasarkan uraian tersebut maka dirumuskan hipotesis sebagai berikut: H4 = profitabilitas berpengaruh negatif dan signifikan terhadap audit delay.

(22)

2.2.5 Pengaruh Umur Perusahaan Terhadap Audit Delay

Perusahaan yang telah lama berdiri akan mempersingkat audit delay. Hal ini dikarenakan perusahaan yang telah lama berdiri mempunyai pengalaman yang lebih banyak dalam pengelolaan perusahaan ketimbang perusahaan yang baru berdiri. Jadi semakin tua umur perusahaan maka semakin mapan perusahaan tersebut. Perusahaan yang sudah lama berdiri juga pasti mempunyai tata kelola serta SPI yang bagus, karena seiring waktu selalu diperbaharui atau diperbagus disesuaikan dengan kondisi dan kebutuhan perusahaan. Jika perusahaan mempunyai tata kelola dan SPI yang bagus, perusahaan akan semakin bisa menyediakan bukti yang handal untuk auditor gunakan dalam mengaudit perusahaan. Sehingga kerja auditor menjadi ringan dan dapat mempercepat atau mempersingkat audit delay. Perusahaan yang sudah berdiri lama pun cenderung lebih cepat tanggap dalam menghadapi masalah yang terjadi pada perusahaan.

Penelitian yang dilakukan oleh Lienardi dan Widyastuti (2017) menyatakan bahwa umur perusahaan berpengaruh negatif dan signifikan terhadap

audit delay. Perusahaan yang sudah lama berdiri akan memiliki pengalaman lebih

banyak sehingga sistem pengendalian internalnya menjadi lebih baik. Semakin tua umur perusahaan akan memiliki kemampuan lebih dalam mengumpulkan, memproses, dan menghasilkan informasi yang diperlukan oleh auditor guna mendukung proses audit lebih efektif dan efisien sehingga lama waktu mengaudit bisa lebih cepat.

Berdasarkan uraian tersebut maka dirumuskan hipotesis sebagai berikut: H5 = umur perusahaan berpengaruh negatif dan signifikan terhadap audit delay.

(23)

2.3 Penelitian Terdahulu

Penelitian ini dibuat berdasarkan pada penelitian yang dilakukan oleh peneliti-peneliti sebelumnya, yang terdiri dari: Penelitian yang dilakukan oleh Cindy Hernawati dan Sri Rahayu (2014) meneliti tentang pengaruh ukuran perusahaan, tingkat leverage, dankualitas kantor akuntan publik terhadap audit delaypada perusahaan sektor transportasi yang terdaftardi Bursa Efek Indonesia periode 2008-2012. Hasil penelitiannya menyatakan bahwa audit delay rata-rata yang terjadi adalah sebesar 92,98 hari dengan standar deviasi 38,785. Secara simultan ukuran perusahaan, tingkat leverage, dan kualitas Kantor Akuntan Publik berpengaruh terhadap audit delay. Dan secara parsial, variabel yang berpengaruh terhadap audit delay hanya variabel tingkat leverage, sedangkan variabel ukuran perusahaan dan kualitas Kantor Akuntan Publik tidak mempengaruhi audit delay.

Haryani (2015) meneliti tentang pengaruh ukuran perusahaan, tingkat leverage, dan profitabilitas terhadap audit delay dengan kualitas audit sebagai variabel moderating (studi empiris pada Perusahaan Perdagangan yang ada di BEI periode 2010-2012). Hasil penelitian menyatakan bahwa Ukuran perusahaan ternyata mempunyai pengaruh secara signifikan terhadap Audit Delay. Ukuran perusahaan (Size) signifikan pada prob 0.056. Tingkat Leverage mempunyai pengaruh signifikan terhadap Audit Delay pada prob 0.033. Profitabilitas tidak mempunyai pengaruh signifikan terhadap Audit Delay. Profitabilitas mempunyai nilai pada prob 0.323. Ukuran Perusahaan, Tingkat Leverage, dan Profitabilitas secara bersama-sama atau silmutan mempengaruhi Audit Delay. Kualitas audit

(24)

memperkuat Ukuran Perusahaan terhadap terjadinya audit delay. Kualitas audit memperkuat Tingkat Leverage terhadap terjadinya audit delay. Kualitas audit memperkuat Profitabilitas terhadap terjadinya audit delay.

Lista Wardan dan Mushawir (2016) yang meneliti tentang analisis faktor-faktor yang mempengaruhi audit delay (studi empiris pada perusahaan yang terdaftar sebagai anggota LQ45 di BEI periode 2010-2015). Hasil penelitian menyatakan bahwa ukuran KAP, ukuran perusahaan dan tingkat leverage tidak mempengaruhi terjadinya audit delay. Sebaliknya, profitabilitas perusahaan mempengaruhi terjadinya audit delay. Berdasarkan uji simultan, keempat variabel bebas secara bersama-sama mempengaruhi variabel terikat.

Sri Wahyuningsih (2016) meneliti tentang pengaruh ukuran perusahaan, umur perusahaan, profitabilitas, dan solvabilitas terhadap audit delay (studi pada Perusahaan Perbankan yang terdaftar di BEI). Hasil penelitian menyatakan bahwa ukuran perusahaan berpengaruh negatif dan signifikan terhadap audit delay. Umur perusahaan berpengaruh negatif namun tidak signifikan terhadap audit delay. Profitabilitas berpengaruh negatif dan signifikan terhadap audit delay. Solvabilitas berpengaruh negatif dan signifikan terhadap terhadap audit delay.

Linda Puji Hastuti dan Sugeng Santoso (2017) meneliti tentang pengaruh solvabilitas, ukuran KAP, umur perusahaan dan komite audit terhadap audit delay pada perusahaan tekstil dan garment yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia 2010-2013. Hasil penelitian menyatakan bahwa tidak ada pengaruh yang signifikan solvabilitas, umur perusahaan, dan komite audit terhadap audit delay. Sedangkan variabel ukuran KAP mempengaruhi audit delay secara signifikan.

(25)

Nurahman Apriyana dan Diana Rahmawati (2017) meneliti tentang pengaruh profitabilitas, solvabilitas, ukuran perusahaan, dan ukuran KAP terhadap audit delay pada Perusahaan Properti Dan Real Estate yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode 2013-2015. Hasil penelitian menyatakan bahwa profitabilitas tidak berpengaruh terhadap audit delay yang ditunjukkan dengan koefisien regresi -5,739 dan nilai signifikansi 0,862. Solvabilitas berpengaruh positif dan signifikan terhadap audit delay yang ditunjukkan dengan koefisien regresi 27,008 dan nilai signifikansi 0,001. Ukuran perusahaan berpengaruh negatif dan signifikan terhadap audit delay yang ditunjukkan dengan koefisien regresi -9,643 dan nilai signifikansi 0,001. Ukuran KAP tidak berpengaruh terhadap audit delay yang ditunjukkan dengan koefisien regresi 7,732 dan nilai signifikansi 0,001. Profitabilitas, solvabilitas, ukuran perusahaan, dan ukuran KAP berpengaruh signifikan terhadap audit delay yang ditunjukkan nilai signifikansi 0,000 dan nilai Adjusted R2 sebesar 0.187.

Vega Lienardi dan Theresia Dian Widyastuti (2017) meneliti tentang analisis pengaruh persentase kepemilikan asing, latar belakang pendidikan komite audit, ukuran KAP, umur perusahaan, profitabilitas, dan solvabilitas terhadap audit delay (studi empiris Perusahaan Pertambangan yang tercatat pada Bursa Efek Indonesia Periode 2011-2015). Hasil penelitian menyatakan bahwa kepemilikan asing, pendidikan komite, dan solvabilitas tidak berpengaruh pada

audit delay. Sedangkan variabel ukuran KAP, umur perusahaan, dan profitabilitas

(26)

Secara ringkas, penelitian-penelitian di atas dapat dilihat pada tabel sebagai berikut:

Tabel 2.1

Ringkasan Penelitian Terdahulu No.

Peneliti dan Tahun Penelitian

Variabel dan

Metode Analisis Hasil Penelitian 1 Cindy Hernawati dan Sri Rahayu (2014) Y = audit delay X1 = ukuran perusahaan X2 = tingkat leverage X3 = kualitas kantor akuntan publik Metode analisis yang digunakan adalah analisis regresi linier berganda

Hasil penelitian ini membuktikan bahwa audit delay rata-rata yang terjadi adalah sebesar 92,98 hari dengan standar deviasi 38,785. Secara simultan ukuran

perusahaan, tingkat leverage, dan kualitas Kantor Akuntan Publik berpengaruh terhadap audit delay. Dan secara parsial, variabel yang berpengaruh terhadap audit delay hanya variabel tingkat leverage, sedangkan variabel ukuran perusahaan dan kualitas Kantor Akuntan Publik tidak

mempengaruhi audit delay. 2 Haryani (2015) Y = audit delay Z = kualitas audit X1 = ukuran perusahaan X2 = tingkat leverage X3 = profitabilitas Metode analisis yang digunakan adalah regresi logistik

Hasil penelitian menyatakan bahwa :

a. Ukuran perusahaan ternyata mempunyai pengaruh secara signifikan terhadap Audit

Delay. Ukuran perusahaan

(Size) signifikan pada prob 0.056.

b. Tingkat Leverage mempunyai pengaruh signifikan terhadap

Audit Delay pada prob 0.033.

c. Profitabilitas tidak mempunyai pengaruh signifikan terhadap

Audit Delay. Profitabilitas

mempunyai nilai pada prob 0.323.

d. Ukuran Perusahaan, Tingkat

Leverage, dan Profitabilitas

secara bersama-sama atau silmutan mempengaruhi Audit

Delay.

(27)

No.

Peneliti dan Tahun Penelitian

Variabel dan

Metode Analisis Hasil Penelitian Ukuran Perusahaan terhadap terjadinya audit delay. f. Kualitas audit memperkuat

Tingkat Leverage terhadap terjadinya audit delay. g. Kualitas audit memperkuat

Profitabilitas terhadap terjadinya audit delay. 3 Lista Wardan dan Mushawir (2016) Y = audit delay X1 = ukuran KAP X2 = ukuran perusahaan X3 = tingkat leverage X4 = profitabilitas Metode analisis yang digunakan adalah analisis regresi linier berganda

Hasil penelitian menyatakan bahwa ukuran KAP, ukuran perusahaan dan tingkat leverage tidak mempengaruhi terjadinya audit delay. Sebaliknya, profitabilitas perusahaan mempengaruhi terjadinya audit

delay. Berdasarkan uji simultan,

keempat variabel bebas secara bersama-sama mempengaruhi variabel terikat. 4 Sri Wahyuningsih (2016) Y = audit delay X1 = ukuran perusahaan X2 = umur perusahaan X3 = profitabilitas X4 = solvabilitas Metode analisis yang digunakan adalah analisis regresi linier berganda

Berdasarkan hasil pengujian hipotesis dapat dinyatakan bahwa ukuran perusahaan berpengaruh negatif dan signifikan terhadap audit delay. Umur perusahaan berpengaruh negatif namun tidaksignifikan terhadap audit

delay. Profitabilitas berpengaruh

negatif dan signifikan terhadap audit delay. Solvabilitas berpengaruh negatif dan signifikan terhadap terhadap audit

delay. 5 Linda Puji Hastuti dan Sugeng Santoso (2017) Y = audit delay X1 = solvabilitas X2 = ukuran KAP X3 = umur perusahaan X4 = komite audit Metode analisis yang digunakan adalah analisis regresi linier berganda

Hasil penelitian menyatakan bahwa :

a. Tidak ada pengaruh yang signifikan solvabilitas terhadap audit delay.

b. Ada pengaruh yang signifikan ukuran KAP terhadap audit

delay.

c. Tidak ada pengaruh yang

signifikan umur perusahaan terhadap audit delay.

(28)

No.

Peneliti dan Tahun Penelitian

Variabel dan

Metode Analisis Hasil Penelitian

d. Tidak ada pengaruh yang signifikan komite audit terhadap audit delay.

6 Nurahman Apriyana dan Diana Rahmawati (2017) Y = audit delay X1 = profitabilitas X2 = solvabilitas X3 = ukuran perusahaan X4 = ukuran KAP Metode analisis yang digunakan adalah analisis regresi linier berganda

Hasil penelitian menunjukkan bahwa (1) Profitabilitas tidak berpengaruh terhadap audit delay yang ditunjukkan dengan koefisien regresi -5,739 dan nilai signifikansi 0,862. (2) Solvabilitas berpengaruh positif dan signifikan terhadap audit delay yang ditunjukkan dengan koefisien regresi 27,008 dan nilai signifikansi 0,001. (3) Ukuran perusahaan berpengaruh negatif dan signifikan terhadap audit

delay yang ditunjukkan dengan

koefisien regresi -9,643 dan nilai signifikansi 0,001. (4) Ukuran KAP tidak berpengaruh terhadap audit delay yang ditunjukkan dengan koefisien regresi 7,732 dan nilai signifikansi 0,001. (5) Profitabilitas, solvabilitas, ukuran perusahaan, dan ukuran KAP berpengaruh signifikan terhadap audit delay yang ditunjukkan nilai signifikansi 0,000 dan nilai Adjusted R2 sebesar 0.187. 7 Vega Lienardi dan Theresia Dian Widyastuti (2017) Y = audit delay X1 = persentase kepemilikan asing X2 = latar belakang pendidikan komite audit X3 = ukuran KAP X4 = umur perusahaan X5 = profitabilitas X6 = solvabilitas Metode analisis yang digunakan adalah analisis regresi linier

Hasil penelitian menyatakan bahwa:

a. Kepemilikan asing tidak berpengaruh pada audit delay b. Pendidikan komite audit tidak

berpengaruh pada audit delay c. Ukuran KAP berpengaruh

signifikan negatif pada audit

delay.

d. Umur perusahaan berpengaruh signifikan negatif pada audit

delay

e. Profitabilitas berpengaruh signifikan negatif pada audit

(29)

No.

Peneliti dan Tahun Penelitian

Variabel dan

Metode Analisis Hasil Penelitian

berganda delay

f. Solvabilitas tidak berpengaruh pada audit delay.

Sumber: Dari berbagai penelitian terdahulu

2.4 Kerangka Pemikiran

Kualitas audit suatu laporan keuangan dapat diukur dengan ukuran Kantor Akuntan Publik yang dapat digolongkan menjadi dua, yaitu KAP yang berafiliasi dengan KAP Big Four dan KAP yang berafiliasi dengan KAP non Big Four. Kantor Akuntan Publik Big Four lebih menginginkan untuk mengambil sikap yang tepat dan mengeluarkan pendapat yang sesuai standar dan memiliki kemampuan teknis untuk mendeteksi going concern perusahaan, serta Kantor Akuntan Publik besar cenderung menyajikan audit yang lebih cepat dibandingkan dengan kantor akuntan publik non Big Four karena mereka memiliki nama baik yang dipertaruhkan. Hal ini berarti semakin besar ukuran KAP maka akan menghasilkan jangka waktu penyelesaian audit (audit delay) yang lebih cepat. Berdasarkan penjelasan tersebut dapat ditarik hipotesis bahwa ukuran KAP berpengaruh negatif terhadap audit delay.

Hal yang mendasari hubungan antara ukuran perusahaan dengan audit

delay adalah perusahaan yang besar akan menyelesaikan proses auditnya lebih

cepat dibandingkan perusahaan kecil, hal ini disebabkan oleh beberapa faktor yaitu manajemen perusahaan yang berskala besar cenderung diberikan insentif untuk mengurangi audit delay dikarenakan perusahaan tersebut dimonitor secara

(30)

ketat oleh investor, pengawas permodalan, dan pemerintah. Pihak-pihak ini sangat berkepentingan terhadap informasi yang termuat dalam laporan keuangan. Oleh karena itu, perusahaan-perusahaan berskala besar cenderung menghadapi tekanan eksternal yang lebih tinggi untuk mengumumkan audit lebih awal. Disamping itu perusahaan besar pada umumnya memiliki sistem pengendalian internal yang lebih baik sehingga memudahkan auditor menyelesaikan pekerjaannya. Berdasarkan penjelasan tersebut maka dapat ditarik hipotesis bahwa ukuran perusahaan berpengaruh negatif terhadap audit delay.

Tingkat leverage merupakan kemampuan suatu perusahaan untuk membayar semua hutang-hutangnya baik jangka pendek maupun jangka panjang. Tingginya tingkat leverage mencerminkan tingginya resiko keuangan perusahaan. Tingginya resiko ini menunjukan adanya kemungkinan bahwa perusahaan tersebut tidak bisa melunasi kewajiban atau hutang baik berupa pokok maupun bunga. Resiko perusahaan yang tinggi mengindikasikan bahwa perusahaan mengalami kesulitan keuangan. Kesulitan keuangan merupakan berita buruk yang akan mempengaruhi kondisi perusahaan dimata masyarakat. Pihak manajemen cenderung menunda penyampaian laporan keuangan berisi berita buruk. Berdasarkan penjelasan tersebut maka dapat ditarik hipotesis bahwa tingkat leverage berpengaruh positif terhadap audit delay.

Profitabilitas adalah kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba dari kegiatan operasinya. Hal ini menjadi kabar baik dan kabar buruk bagi perusahaan. Ketika tingkat profitabilitas tinggi, hal itu akan menjadi kabar baik bagi perusahaan. Sebaliknya, ketika tingkat profitabilitas rendah, hal itu akan

(31)

menjadi berita buruk bagi perusahaan. Hal ini tentunya menyangkut gambaran tentang kinerja perusahaan. Selain itu, perusahaan dengan profitabilitas tinggi menjadikan KAP akan bekerja dengan tanpa beban sehingga mendapatkan risiko litigasi dari perusahaan lain; dengan demikian, proses pemeriksaan/audit akan menjadi lebih cepat. Jika mengalami kerugian, perusahaan cenderung membutuhkan waktu yang lebih lama dalam menyelesaikan proses audit atau pelaporan auditnya. Rasio profitabilitas menggunakan Return On Asset (ROA) yang menunjukkan perputaran dari penggunaan aset perusahaan yang harus dipertanggungjawabkan penggunaannya terhadap pengguna laporan keuangan. Oleh karena itu, ketika kabar baik itu muncul, perusahaan tidak akan menunda untuk menyampaikan/memublikasikan laporan keuangan kepada user. Hal tersebut berarti bahwa semakin tinggi profitabilitas suatu perusahaan yang diukur menggunakan ROA, akan semakin cepat proses audit yang dilakukan terhadap suatu perusahaan sehingga audit delay semakin kecil. Berdasarkan penjelasan tersebut dapat ditarik hipotesis bahwa profitabilitas berpengaruh negatif terhadap

audit delay.

Semakin lama perusahaan beroperasi maka pada umumnya semakin berkembang perusahaan tersebut. Semakin lama umur perusahaan maka audit delay akan semakin singkat. Semakin lama umur perusahaan dinilai lebih mampu dan terampil mengumpulkan, memproses, dan menghasilkan informasi pada saat diperlukan karena memiliki pengalaman yang cukup banyak.Hal tersebut berarti bahwa semakin lama atau semakin tua umur suatu perusahaan maka akan semakin cepat proses audit yang dilakukan terhadap suatu perusahaan sehingga audit

(32)

delaysemakin kecil. Berdasarkan penjelasan tersebut maka dapat ditarik hipotesis

bahwa umur perusahaan berpengaruh negatif terhadap audit delay.

Berdasarkan uraian di atas, maka dapat digambarkan bagan kerangka pemikiran penelitian sebagai berikut:

Gambar 2.1 Kerangka Pemikiran Ukuran KAP (X1) Ukuran Perusahaan (X2) Audit Delay (Y) Tingkat Leverage (X3) Profitabilitas (X4) Umur Perusahaan (X5)

Gambar

Gambar 2.1  Kerangka PemikiranUkuran KAP (X1) Ukuran Perusahaan (X2)  Audit Delay (Y) Tingkat Leverage (X3) Profitabilitas  (X4) Umur Perusahaan  (X5)

Referensi

Dokumen terkait

adanya pengaruh frekuensi kejadian Pedikulosis kapitis antara kebiasaan keramas yang teratur minimal 3 kali seminggu dengan yang tidak teratur dan kurang dari 3 kali seminggu,

Pertanyaan yang muncul dari penerapan sistem satu arah terhadap suatu ruas jalan kota adalah sejauh mana efektifitas terhadap pencapaian tujuan dari penerapan

Kita tidak ingin hal itu terjadi di Indonesia, karena kita yakin akan kebenaran hakikat bangsa dan negara kita, seperti yang dilahirkan pada tanggal 17 Agustus 1 945,

Suhu pada saat pencampuran, kecepatan putar mixer, dan interaksi antara kedua faktor tersebut, serta interaksi antara kecepatan putar mixer dengan waktu pencampuran

Selanjutnya untuk kelas XI PM 2, hasil penelitian yang diperoleh dari wawancara yang dilakukan pada tanggal 23 Mei 2017 pada aspek pengetahuan yaitu pertanyaan

Merancang sistem informasi pencatatan dan penerimaan piutang yang mampu menghasilkan laporan secara otomatis, dan mempermudah dalam perhitungan harga serta data

Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa dari tiga variabel yang terjaring untuk analisis multivariat dengan uji regresi logistik berganda melalui metode enter

Yang bertanda tangan di bawah ini saya, Lina Budiyanti, menyatakan bahwa skripsi dengan judul: PENGARUH PENGETAHUAN PERPAJAKAN, PERSEPSI EFEKTIVITAS SISTEM PAJAK,