• Tidak ada hasil yang ditemukan

Rumah-Sakit Berbelaskasih

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Rumah-Sakit Berbelaskasih"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

Rumah-Sakit Berbelaskasih

Aku menjadi mata bagi orang buta,

dan menjadi kaki bagi orang lumpuh.

(Ayub 29: 15)

Ketika Yesus mendarat, Ia melihat orang banyak yang besar

jumlahnya, maka tergeraklah hati-Nya oleh belas kasihan

kepada mereka dan Ia menyembuhkan mereka yang sakit.

(Matius 14: 14)

Kita harus berusaha membuat hati kita semakin lembut, agar

bisa lebih peka terhadap penderitaan dan kesusahan sesama

manusia, dan memohon kepada Tuhan agar mencurahkan

kepada kita semangat berbelaskasih yang tulus dan sejati, yang

merupakah Roh dan Semangat Allah juga.

(2)

Apabila kita menjadi tua atau lemah

kita tetap mengambil bagian

dalam perutusan kongregasi,

dengan kehadiran kita,

dengan doa kita,

dan dengan penderitaan kita.

Dengan demikian kita mengambil bagian

secara khusus dalam misteri Kristus

yang menyelamatkan manusia,

dan kita bertumbuh sampai mencapai

penyerahan diri seutuhnya kepada Allah.

(Konstitusi SCMM, 21)

Setiap rumah-sakit atau rumah-perawatan dapat menjadi satu

tanda nyata dan menjadi satu tempat yang strategis untuk

mendorong terciptanya satu budaya bertemu untuk membangun

suasana damai, di mana pengalaman perjumpaan dengan orang

sakit dan yang menderita, dan dengan bantuan para ahli dan

pertolongan persaudaraan, memungkinkan untuk mangatasi

keterbatasan dan perpecahan.

(Paus Fransiskus)

Pertemuan dengan sesama kita yang sakit, dapat menolong kita

yang sehat untuk menyadari bahwa kita pun sama rentan dan

fananya. Pertemuan dengan orang sakit, dapat membangkitkan

pengertian yang wajar dalam diri kita. Apalagi, jika Anda

men-sharing-kan hal terbut kepada mereka yang sakit, maka Anda

pun telah memberikan sesuatu yang sangat berharga kepada

orang sakit tersebut. Keadaan sakit dan sehat dapat menjadi

satu alasan untuk berbagi satu sama lain. Tak seorang pun yang

berada pada posisi yang lebih kuat atau lemah dari yang

lainnya. Tetapi bersama-sama Anda saling menguatkan

.

(3)

Pertanyaan-pertanyaan untuk refleksi dan / atau sharing

1. Bagaimana (sikap) Anda berkenaan dengan penyakit

dan cacat? Jika hal tersebut terjadi kepadamu dan semua

orang disekitarmu sakit atau lemah? Apakah ada

seseorang yang kehadirannya engkau rindukan dan

kagumi, ketika berada dalam keadaan sakit dan tak

berdaya? Apa sesungguhnya, hal yang Anda kagumi

itu?

2.

Apa yang membuat Anda berharap? Bagaimana caranya

agar Anda tetap peka terhadap sesamamu? Bagaimana

caranya Anda menghargai budaya pertemuan dan

perdamaian? Bagaimana caranya Anda menguatkan satu

sama lain?

(4)

Saya menujukan seruan ini kepada kalian yang menderita dan dengan berbagai cara dipersatukan dengan tubuh Kristus yang (telah)

menderita juga, tetapi, juga kepada para ahli dan para petugas tenaga suka-relawan di bidang pelayanan kesehatan. Dalam seruan tersebut saya mengundang dan meminta Anda untuk merenungkan kalimat yang dikutip dari buku Ayub: ‘Aku menjadi mata bagi orang buta, dan menjadi kaki bagi orang lumpuh’ (Ayub 29, 15). Saya lebih suka mengambil ungkapan terbut dengan sudut pandang ‘sapientia cordis’ – kebijaksanaan sebuah hati.

Kebijaksanaan yang praktis

‘Kebijaksanaan’ ini bukanlah teori, pengetahuan abstrak, atau hasil dari suatu argumentasi. Melainkan, sesuatu yang nyata, sebagaimana santo Yakobus menulis dalam suratnya, ‘Hikmat yang dari atas pertama-tama adalah murni, selanjutnya pendamai, peramah, penurut, penuh belas kasihan dan menghasilkan buah-buah yang baik, tidak memihak, jujur dan tidak munafik’ (Yak. 3, 17). Hal itu, merupakan satu cara dalam hal menilai sesuatu, dan dengan pertolongan Roh Kudus yang menanamkannya ke dalam pikiran dan hati orang-orang sehingga merasa peka jika menyaksikan penderitaan sesama dan mereka sanggup melihat dalam diri orang yang menderita tersebut, gambaran Allah sendiri. Oleh karena itu, marilah kita menyimak doa yang terdapat dalam mazmur: ‘Ajarlah kami menghitung hari-hari kami sedemikian, hingga kami beroleh hati yang bijaksana’ (Mazmur 90, 12). ‘Sapientia cordis’ tersebut, yang merupakan pemberian dari Allah, merupakan risalah dari hal-hal yang penting dan bermanfaat dari perayaan Hari Orang-Sakit Sedunia.

Layani Saudara dan Saudari-mu

Kebijaksanaan sebuah hati berarti siap-sedia melayani para saudara dan saudari kita. Ayub sendiri berkata: ‘Aku menjadi mata bagi orang yang buta, dan menjadi kaki bagi orang lumpuh’, menyimak kepada pelayanan yang dia berikan kepada orang-orang yang membutuhkan, maka Ayub adalah seorang yang adil, sementara dia memiliki otoritas tertentu dan menempati kedudukan yang penting dan terhormat di kalangan para pengetua di negerinya. Keagungan moralitasnya terpancar dalam pertolongan yang dia berikan kepada

(5)

orang-orang miskin yang membutuhkan pertolongan, untuk para yatim-piatu dan janda (Ayub 29: 12-13).

Dewasa ini, terdapat banyak orang Kristen yang sungguh giat menolong, bukan hanya dengan perkataan saja tetapi juga melalui cara hidup mereka yang sungguh dilandasi oleh iman yang sejati, bahwa mereka menjadi ‘mata bagi orang buta’ dan ‘menjadi kaki buat orang lumpuh’! Mereka ini, sangat dekat dengan orang-orang sakit yang terus-menerus sungguh membutuhkan pertolongan, dengan menolong mereka dalam hal memandikan, mengenakan pakaian dan menyuapi mereka. Pelayanan yang seperti ini, dapat sangat melelahkan dan menjadi beban berat, terutama jika hal itu berlangsung untuk jangka waktu lama. Sangat mudah untuk menolong seseorang untuk beberapa hari lamanya, tetapi sangatlah sulit untuk menolong dan merawat seseorang jika hal itu harus berlangsung berbulan-bulan malah bertahun-tahun lamanya, apa lagi untuk beberapa kasus, orang tersebut tidak mampu lagi untuk mengungkapkan rasa hormat dan terimakasihnya. Meskipun demikian, kegiatan tersebut merupakan suatu cara yang jitu untuk pengudusan diri! Pada saat-saat sulit, dengan suatu cara yang khusus kita dapat mengandalkan kehadiran Tuhan, dengan demikian kita mendukung Perutusan Gereja dengan suatu cara yang istimewa. Kehadiran

Kebijaksanaan sebuah hati berarti berada bersama saudara dan saudari. Waktu yang dipergunakan bersama orang-sakit merupakan suatu waktu yang suci atau mulia. Merupakan suatu cara untuk memuji Tuhan yang membuat kita sama dengan Putera-Nya, yaitu ‘sama seperti Anak Manusia datang bukan untuk dilayani, melainkan untuk melayani, dan untuk memberikan nyawa-Nya menjadi tebusan bagi banyak orang’ (Mateus 20, 28). Yesus berkata: ‘Tetapi Aku ada di tengah-tengah kamu sebagai pelayan’ (Lukas 22, 27). Dengan iman yang bersemangat marilah kita memohon kepada Roh Kudus agar memberi rahmatNya kepada kita agar mau menghargai sesuatu hal yang berharga yang sering tidak kita ungkapkan yaitu keinginan untuk memberi waktu, untuk (berada) bersama dengan para saudari dan saudara kita, sehingga merasa lebih dicintai dan tenteram, terimakasih untuk kedekatan dan kasih sayang. (...)

(6)

Kamu melakukannya kepada-Ku

Kebijaksanaan sebuah hati berarti keluar dari diri sendiri dan pergi menjumpai saudara dan saudari. Kadang-kadang dunia kita lupa atas nilai waktu yang kita berikan ketika kita pergi mengunjungi sesama yang sakit, oleh karena kita selalu sibuk dan tergesa-gesa; terjebak karena berada dalam kesibukan yang luar-biasa, atau sedang memproduksi sesuatu, kita lupa bahwa kita hendaknya juga memberikan diri kita secara bebas untuk memperhatikan sesama-manusia dan bertanggungjawab untuk mereka. Dibalik sikap ini, sering ada iman yang suam-suam kuku oleh karena kita melupakan sabda Tuhan sbb.: ‘Kamu telah melakukannya untuk Aku’ (Mt 25, 40). Oleh karena itu, sekali lagi saya mau menekankan “prioritas utama agar ‘keluar dari diri sendiri dan pergi menjumpai saudara dan saudari’, menegaskan, hal ini merupakan salah satu dari dua perintah utama yang terdapat pada setiap nilai moral yang ada, dan sebagai tanda yang paling jelas dalam proses pertumbuhan hidup rohani sebagai jawaban atas anugerah Allah yang sungguh tanpa syarat” (Evangelii Gaudium, 179). (…)

Kemurahan hati yang sejati

Kebijaksanaan sebuah hati berarti menunjukkan kesetiakawanan dengan saudara dan saudari kita dan tidak menghakimi. Berbuat kasih membutuhkan waktu; waktu untuk mengurus orang sakit dan waktu untuk mengunjungi mereka; waktu untuk berada di sisi mereka seperti teman-teman Ayub: ‘Mereka duduk bersama dia di tanah selama tujuh hari tujuh malam dan tak seorang pun yang

mengucapkan sepatah kata kepadanya, karena mereka melihat bahwa sangat berat penderitaannya’ (Ayub 2, 13). Teman-teman Ayub pun, mempunyai satu pandangan tersembunyi atas dirinya: mereka berpendapat bahwa kemalangan Ayub adalah suatu hukuman dari Allah untuk dosa-dosanya. Kasih sejati adalah suatu kesempatan untuk berbagi dalam dan dengan hidup orang lain, dan tidak menghakimi, tidak menuntut pertobatan dari pihak lain; hendaknya bebas dari kerendahan hati yang palsu, di dalam lubuk hati yang dalam, mencari pujian dan merasa bangga atas perkerjaan baik yang dilakukannya. (…)

(7)

Pertanyaan untuk pendalaman dan meditasi

1.

Paus Fransiskus menguraikan dalam pesannya berbagai

unsur dari ‘kebijaksanaan sebuah hati’ sbb.: hendaknya

praktis, melayani, sabar, penuh kasih dan tanpa

penilaian. Berdasarkan unsur-unsur tersebut coba

renungkan situasi dalam pekerjaan dan hidupmu sendiri.

Bagaimana tentang ‘sapientia cordis’ atau

kebijaksanaan sebuah hati?

2.

Dengan berbagai cara Paus mengatakan dengan jelas

bahwa tidaklah mudah, untuk selalu hadir dan dengan

setia. Pengalaman apa yang Anda miliki dengan suatu

penyakit atau cacat yang berlangsung lama, dengan

kenyataan ini apa usaha Anda agar tetap bisa hadir dan

dengan cara yang baik dan tetap berbelaskasih?

Bunga Matahari

Bunga Matahari,

selalu terarah ke matahari,

bersinar dan berwarna, Bunga Matahari,

berguna untuk mata dengar murah-hati memberi

dan hati. sebagai simbol

kehangatan dan sinar yang dari Dia dan kau,

bagi siapa saja yang ingin dekat denganmu.

(8)

Mengunjungi orang sakit.

Beberapa Keterangan: RUMAH-SAKIT YANG BERBELASKASIH

adalah bagian ketiga dari tema BELAS KASIH KINI!, serangkaian meditasi yang disiapkan oleh Para Frater CMM dan Para Suster SCMM, Juni 2016.

Teks-Teks: Hal. 1: Vincent de Paul dalam ‘Coste XI, 308’. Hal. 2: Pesan

Paus Franciskus pada perayaan Hari Orang-Sakit Sedunia ke-24, 11 Februari 2016; kutipan ke tiga oleh Gerard Zuidberg/Paul Bruggeman dari buku dengan judul God’s Way: Undangan untuk Berbelaskasih, Daughters of St. Paul, Nairobi, hal. 77, 1994. Hal. 4-6. Teks diambil dari Pesan Paus Franciskus pada perayaan Hari Orang-Sakit Sedunia ke-23, 11 Februari 2015. Hal. 7; Puisi dari buku doa Gebedsdiensten: De 7 werken van

Barmhartigheid (Ke 7 Karya Berbelaskasih), Vlaamse Interdiocesane

Commissie voor het Permanent Diaconaat, Licap, 2002.

Gambar-gambar: Hal. 1: Illumination dari satu ‘manuscript’ pada abad 13

oleh Avicenna; hal. 3 Rotha Mary Clay, Medieval Hospitals of England pada Abad Pertengahan, hal. 58; hal. 8: Manuscript illumination dalam ‘Cantigas of Alfonso X’.

Referensi

Dokumen terkait

7 Pembangunan Jalan Tol Balikpapan - Samarinda PPP 1.200 8 Pembangunan Jalan Tol Kayu Agung – Palembang - Betung PPP 836,1 9 Pembangunan Jaringan Penyedian Air Bersih Bekasi PPP 20

I Nyoman Jaka Alit Wiratama dan Desak Ketut Sintaasih (2013) Pengaruh Kepemimpinan, Diklat, dan Disiplin Kerja Terhadap Kinerja Karyawan PDAM Tirta Mangutama Kabupaten

Maka perlu dirumuskan masalah dalam pelaksanaan penelitian ini yakni penilaian hasil belajar anak berkebutuhan khusus di sekolah inklusi karena begitu banyak yang

Berdasarkan hal-hal tersebut di atas, Lembaga Administrasi Negara, dalam hal ini Pusat Kajian Kinerja Otonomi Daerah (PKKOD) memandang perlu dilakukannya

(2012) yang mengungkapkan bahwa system informasi akuntansi tidak berpengaruh terhadap kinerja manajerial perusahaan. Berdasarkan atas observasi awal yang telah dilakukan

Peningkatan berat badan yang mendadak serta berlebihan terutama disebabkan oleh retensi cairan dan selalu dapat ditemukan sebelum timbul gejala edem non dependen yang terlihat

bahwa berdasarkan hal tersebut di atas, PARA PIHAK sepakat untuk mengikatkan diri dalam Kesepakatan Bersama tentang Kerja Sama Pengawasan Obat dan Makanan, dengan ketentuan

Berdasarkan penelitian sebelumnya, maka pada penelitian kali ini akan mencoba menggunakan metode lain, yaitu menggunakan algoritma Naive Bayes untuk