PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN TPS TERHADAP HASIL
BELAJAR IPA DITINJAU DARI KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS
SISWA SD
Ni Wyn Wida Prama Dewi
1, Ni Kt Suarni
2, Luh Pt. Putrini Mahadewi
3 1Jurusan PGSD,
2Jurusan BK,
3Jurusan TP, FIP
Universitas Pendidikan Ganesha
Singaraja, Indonesia
e-mail: [email protected]
1, [email protected]
2,
[email protected]
3Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh model pembelajaran TPS terhadap hasil belajar IPA ditinjau dari keterampilan berpikir kritis. Penelitian ini merupakan quasi
experiment dengan rancangan pretest-posttest only control group design. Populasi pada
penelitian ini yaitu seluruh siswa kelas IV di Gugus VIII Kecamatan Buleleng dan sampel sebanyak 84 orang siswa kelas IV SD No 1 dan 2 Paket Agung. Sampel ditentukan dengan teknik cluster random sampling. Instrumen yang digunakan pada penelitian ini yaitu tes keterampilan berpikir kritis dan hasil belajar IPA. Data yang diperoleh dianalisis dengan menggunakan satistik deskriptif. Uji hipotesis menggunakan analisis ANAVA 2 jalur, jika FAB signifikan maka dilanjutkan dengan uji hipotesis 3 dan 4 menggunakan uji
Tukey. Hasil analisis menunjukkan bahwa. (1) terdapat perbedaan yang signifikan pada hasil belajar IPA antara siswa yang mengikuti model pembelajaran TPS dan siswa yang mengikuti model pembelajaran konvensional (FAhitung =397,92 > Ftabel =1,74), (2) terdapat
pengaruh interaksi antara model pembelajaran TPS hasil belajar IPA ditinjau dari keterampilan berpikir kritis (F(AxB)hitung 82,37 > Ftabel=1,74). 3) terdapat perbedaan hasil
belajar IPA pada siswa yang memiliki keterampilan berpikir kritis tinggi yang mengikuti model pembelajaran TPS dengan siswa yang mengikuti model pembelajaran konvensioal. 4) terdapat perbedaan hasil belajar IPA pada siswa yang memiliki keterampilan berpikir kritis rendah, antara siswa yang mengikuti model pembelajaran TPS dengan siswa yang mengikuti model pembelajaran konvensional. Dengan demikian, model pembelajaran TPS ditinjau dari keterampilan berpikir kritis berpengaruh terhadap hasil belajar IPA pada siswa kelas IV.
Kata kunci: hasil belajar IPA, keterampilan berpikir kritis, model pembelajaran TPS Abstract
This research aims to determine the effect of TPS learning models on science learning result in term of critical thinking skills. This research was a quasi experiment with pretest-posttest only control group design. Population in this research was all grade 4th elementary school students in cluster 8th Buleleng district and sample in this research was grade 4th students in SD No 1 and 2 Paket Agung which consisted of 84 students. Samples was determined by cluster random sampling technique. The instrument used ini this research is critical thinking skills test and science learning result test. Data were analyzed using descriptive statistics andhypothesis test using two way ANOVA analysis, if FAB was significant, then analysis proceed to 3
th
and 4th hypothesis using the Tukey test. The results of the analysis showed. (1) there is a significant difference in science learning result between students who are participating in TPS learning model with students who participating conventional learning models (FAcount =397,92> FAtable=1,74) , (2) there is
interaction effect between TPS learning model with critical thinking skill on student science learning outcomes (F(AxB)count =82,37 > Ftable=1,74). (3) there is differences in
student’s science learning result in high critical thinking skills group who partcipant TPS learning model with who participant conventional learning model, 4) there is differences in student’s science learning result in low critical thinking skills group who partcipant TPS learning model with who participant conventional learning model. Thus, TPS learning model in term critical thinking skill has effect to the science learning result.
Keywords: science learning result, critical thinking, TPS learning model
Pembelajaran merupakan suatu ke-giatan yang dilakukan secara sengaja dengan melibatkan siswa secara aktif da-lam mempelajari sesuatu dengan meng-konstruksi pengetahuan baru berdasarkan pengalaman yang dimilikinya. Mata lajaran IPA merupakan salah satu mata pe-lajaran pokok yang ada pada kurikulum SD. “Sains atau IPA adalah usaha manusia da-lam memahami ada-lam semesta melalui pengamatan yang tepat pada sasaran, ser-ta menggunakan prosedur, dan dijelaskan dengan penalaran sehingga mendapatkan suatu kesimpulan” (Susanto, 2013: 167). Artinya untuk memahami alam semesta diperlukan suatu pengamatan yang tepat dan menggunakan prosedur, sehingga sangat diperlukan keaktifan siswa dalam pembelajaran IPA tersebut agar didapatkan suatu kesimpulan.
IPA merupakan suatu proses, me-tode, dan produk ilmiah (Sutrisno,dkk., 2008). Hal ini berarti di dalam IPA terdapat fakta, konsep, prinsip dan teori ilmiah. Komponen-komponen inilah yang dapat membangun kemampuan peserta didik untuk memiliki sikap ilmiah. Dengan pemahaman terhadap materi IPA, peserta didik diharapkan mampu berpikir secara kritis dalam menyikapi peristiwa-peristiwa yang terjadi di lingkungan sekitarnya.
Namun kenyataannya, pembelajaran IPA masih berorientasi pada guru dan ku-rang memberi pemahaman kepada siswa tentang materi pembelajaran. Hal ini dise-babkan karena pembelajaran masih di-dominasi oleh guru dengan metode ceramah dan siswa tidak diberi kesempatan untuk mengkonstruksi pengetahuannya sendiri melalui kegiatan pembelajaran. Guru hanya terpaku pada buku teks yang menjadi satu-satunya sumber belajar.
Siswa hanya menerima dan menghafalkan apa yang disampaikan oleh guru tanpa me-mahami materi serta kurang aktif dalam pembelajaran. Proses pembelajaran yang terjadi selama ini kurang mampu mengem-bangkan kemampuan berpikir siswa.
Marjono (dalam Susanto, 2013) menyebutkan untuk anak sekolah dasar, hal yang harus diutamakan adalah bagaimana mengembangkan rasa ingin tahu dan daya berpikir kritis peserta didik terhadap suatu masalah. Artinya,rasa ingin tahu dan keterampilan berpikir kritis me-miliki peran yang sangat penting dalam menentukan keberhasilan belajar siswa. Saat ini, Siswa kurang mampu untuk meng-hubungkan materi pelajaran yang didapat dengan kehidupan nyata. Siswa mudah menerima gagasan atau ide meski mereka tidak dapat membuktikan dan tidak tahu kebenarannya, dengan kata lain siswa le-mah dalam keterampilan berpikir kritis.
Berpikir kritis adalah suatu cara ber-pikir reflektif berdasarkan nalar dengan tu-juan membuat keputusan masuk akal ten-tang apa yang diyakini atau dilakukan (Ennis dalam Susanto, 2013). Hal ini berarti berpikir kritis melatih siswa berpikir dengan nalar untuk mewujudkan suatu kesimpulan atau keputusan yang sesuai kenyataan sehingga dapat membantu proses pem-belajaran IPA menjadi lebih bermakna. Se-hingga siswa lebih mudah memahami materi pelajaran yang diberikan oleh guru. Dengan pembiasaan ini, maka siswa tidak lagi hanya menerima pelajaran dari guru atau buku teks, namun siswa akan mulai mencari kebenaran dari materi tersebut pada sumber belajar lainnya, sehingga pengetahuannya akan bertambah yang akan berdampak pada meningkatnya hasil belajar siswa.
Akibatnya, siswa kurang mampu me-mahami materi pelajaran yang diajarkan gu-ru, sehingga berdampak pada hasil belajar siswa masih belum optimal. Hal ini
ter-cermin dari nilai rata-rata dan ketuntasan klasikal yang diperoleh dari nilai ulangan umum semester ganjil mata pelajaran IPA seperti ditunjukkan pada tabel 1
Tabel 1 Data nilai rata-rata ulangan tengah semester IPA yang dicapai siswa kelas IV di SD Gugus VIII Kecamatan Buleleng
No Nama Sekolah KKM Nilai Rata-rata
1 SD No 1 Paket Agung 75 73,4
2 SD No 2 Paket Agung 75 74,0
3 SD No 1 Kendran 75 68,1
4 SD No 1 Beratan 75 74,7
5 SD No 2 Liligundi 75 73,6
Rendahnya hasil belajar siswa me-rupakan suatu masalah yang harus se-segera mungkin mendapat solusi sehingga hasil belajar siswa dapat meningkat. Ber-dasarkan permasalahan diatas, diperlukan suatu inovasi atau cara agar proses pem-belajaran mampu memberikan kontribusi yang positif terhadap hasil belajar siswa. Salah satu inovasi yang dapat dilakukan a-gar dapat meningkatkan hasil belajar siswa adalah dengan mengganti model pem-belajaran konvensional yang didominasi de-ngan ceramah dede-ngan model pembelajaran yang lebih inovatif. Model pembelajaran yang sangat tepat digunakan adalah model pembelajaran kooperatif. Menurut Johnson dan Johnson (dalam Isjoni 2012:17) “pem-belajaran kooperatif merupakan kegiatan belajar mengajar yang dilakukan dengan mengelompokkan siswa ke dalam ke-lompok-kelompok kecil di dalam kelas agar siswa dapat bekerja sama dengan ke-mampuan maksimal yang mereka miliki dan mempelajari satu sama lain di dalam ke-lompok tersebut”. Salah satu tipe model pembelajaran yang cocok diterapkan ber-dasar permasalahan di atas adalah tipe
Think Pair Share (TPS). TPS adalah
se-buah metode dimana siswa duduk ber-pasangan dengan kelompoknya, guru memberikan pertanyaan di kelas, lalu siswa diperintahkan untuk memikirkan jawaban, kemudian siswa berpasangan dengan masing-masing pasangannya untuk men-cari kesepakatan jawaban. Terakhir guru meminta siswa untuk membagi jawaban ke-pada seluruh siswa di kelas. (Slavin, 2005)
Model pembelajaran ini memberikan kesempatan kepada siswa untuk bekerja sendiri dan bekerjasama dengan orang lain. Suprijono (dalam Thobroni & Mustofa 2012: 300) memaknai model pembelajaran Think
Pair Share terdiri dari Tahap thinking yaitu
pada tahap ini siswa memikirkan sendiri jawaban dari permasalahan yang diberikan oleh guru, lalu yang kedua adalah tahap
pairing pada tahap ini siswa mendiskusikan
jawaban yang telah mereka pikirkan de-ngan teman sebangku untuk mendapatkan satu jawaban yang disepakati bersama, dan tahap yang ketiga adalah tahap sharing yaitu masing-masing kelompok/pasangan mempresentasikan hasil diskusi/jawaban dari permasalahan yang telah disepakati bersama. Sedangkan Trianto (2009) me-nyebutkan langkah-langkah model pem-belajaran think pair share terdiri dari 5 lang-kah yaitu tahap pendahulua, think, pair, share dan yang terakhir adalah tahap pen-ghargaan.
Menurut Lie (2010) model pem-belajaran think pair share memiliki be-berapa keunggulan yaitu mampu meng-optimalkan partisipasi siswa di dalam pem-belajaran, siswa dapat bekerja sendiri se-kaligus bekerja dengan teman lainnya dan model pembelajaran ini dapat diterapkan di semua mata pelajara. Dalam hal ini penga-wasan guru pada saat diskusi menjadi hal yang penting, agar tercipta suasana belajar yang aktif, kreatif, dan menyenangkan. De-ngan demikian, jelas bahwa melalui model pembelajaran Think Pair Share, siswa
da-pat secara langsung memahami suatu ma-teri secara berkelompok dan saling mem-bantu antar satu dengan yang lainnya, membuat kesimpulan (diskusi), serta mem-presentasikan di depan kelas sebagai lang-kah evaluasi terhadap kegiatan pembe-lajaran yang telah dilakukan. Selain itu, mo-del pembelajaran TPS yang berpasa-ngan ini akan membuat siswa lebih berani me-ngungkapkan pendapatnya. Model ini juga mudah untuk digunakan sebab dapat me-ngefisienkan waktu dengan tidak mengatur tempat duduk siswa untuk membentuk ke-lompok.
Berdasarkan uraian tersebut, maka penelitian ini bertujuan untuk: (1) Menge-tahui perbedaan hasil belajar IPA siswa yang mengikuti model Think Pair Share
(TPS) dengan siswa yang mengikuti model
pembelajaran konvensional. (2) Mengetahui pengaruh interaksi antara model Think Pair
Share (TPS) dengan keterampilan berpikir
kritis terhadap hasil belajar IPA, (3) Me-ngetahui perbedaan hasil belajar IPA antara kelompok siswa yang mengikuti pembe-lajaran dengan model pembepembe-lajaran Think
Pair Share (TPS) dengan siswa yang
me-ngikuti pembelajaran dengan model pem-belajaran konvensional pada siswa yang memiliki keterampilan berpikir kritis tinggi, (4) Mengetahui perbedaan hasil belajar IPA antara kelompok siswa yang mengikuti pembelajaran dengan model pembelajaran
Think Pair Share (TPS) dengan siswa yang
mengikuti pembelajaran dengan model pembelajaran konvensional pada siswa yang memiliki keterampilan berpikir kritis rendah
METODE
Penelitian ini tergolong quasi
experi-ment karena tidak semua variabel (gejala
yang muncul) dan kondisi eksperimen da-lam penelitian ini dapat diatur dan dikontrol secara ketat. Penelitian dilaksanakan di SD Gugus VIII Kecamatan Buleleng, Kabupa-ten Buleleng pada rentangan waktu semes-ter genap tahun pelajaran 2013/2014 yang dimulai dari bulan April sampai Mei 2014.
Menurut Agung (2011:45), “populasi adalah keseluruhan objek dalam suatu pe-nelitian”. Populasi dalam penelitian ini ada-lah siswa kelas IV SD yang ada di Gugus
VIII Kecamatan Buleleng, Kabupaten Bule-leng yang berjumlah 5 kelas. Untuk mengetahui kesetaraan hasil belajar IPA siswa kelas IV di masing-masing sekolah dasar tersebut, maka terlebih dahulu dilaku-kan uji kesetaraan menggunadilaku-kan analisis varian satu jalur (ANAVA A). Berdasarkan hasil analisis dengan ANAVA A pada taraf signifikansi 5%, didapatkan nilai Fhitung
sebesar 2,29. Nilai Ftabel pada dbA = 4, dan
dbdalam = 116 sebesar 2,45. Artinya, Ftab >
Fhit sehingga Ho diterima. Dapat ditarik
ke-simpulan bahwa hasil belajar IPA siswa kelas IV SD di Gugus VIII Kecamatan Bule-leng, Kabupaten Buleleng adalah setara.
Menurut Arikunto (2003:131), “sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang diteliti”. Pengambilan sampel dalam peneli-tian ini menggunakan teknik cluster random
sampling yaitu dengam merandom semua
kelas yang ada di Gugus VIII Kecamatan Buleleng. Dari lima sekolah dasar yang ada di Gugus VIII Kecamatan Buleleng, Kabu-paten Buleleng, dilakukan pengundian ta-hap pertama untuk memilih dua kelas yang dijadikan sampel penelitian. Berdasarkan hasil undian tahap pertama, diperoleh sam-pel yaitu kelas IV SD No 1 Paket agung de-ngan jumlah siswa 43 orang dan siswa ke-las IV SD No 2 Paket Agung dengan jumlah siswa 41 orang. Selanjutnya, untuk menen-tukan kelas kontrol dan kelas eksperimen dilakukan undian tahap kedua. Melalui pro-ses pengundian tersebut, diperoleh kelas IV SD No 1 Paket Agung sebagai kelas eks-perimen dan kelas IV SD No 2 Paket Agung sebagai kelas kontrol. Kelas eksperimen di-berikan perlakuan pembelajaran dengan model pembelajaran Think Pair Share dan kelas kontrol tidak diberikan perlakuan (pembelajaran konvensional).
Desain yang digunakan dalam penelitian ini adalah pretest-posttest only
control group design. Perlakuan dalam
pe-nelitian ini adalah perlakuan pembelajaran dengan model Think Pair Share yang diber-lakukan pada kelompok eksperimen. Pre test dilakukan untuk mengetahui tingkat keterampilan berpikir kritis siswa (O1). Hasil
yang diperoleh sebagai pengaruh per-lakuan (treatment) adalah hasil belajar IPA dengan melakukan post test (O2), baik pada
kelompok kontrol. Desain penelitian ini dapat dilihat pada gambar 1
Eksperimen O1 X O2
Kontrol O1 - O2
Gambar 1 Desain penelitian pretes-posttest only
control group design (Arikunto, 2003)
Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah desain faktorial dengan memperhatikan variabel-variabel penelitian yang ada, maka penelitian ini menggunakan rancangan faktorial 2 × 2. Desain penelitian ini dapat dilihat pada tabel.2
Tabel 2 Desain Penelitian Model Pembelajaran (A) Berpikir kritis (B) A1 ( Pemb TPS) A2 (Pemb Konvensional)
Berpikir kritis tinggi (B1) A1B1 A2B1
Berpikir kritis rendah (B2) A1B2 A2B2
Prosedur penelitian yang dilaksana-kan pada penelitian ini adalah sebagai beri-kut. (1) Melakukan uji kesetaran pada popu-lasi dengan menggunakan uji anava. Sete-lah diperoleh kesetaraan, dilakukan teknik pengundian untuk menentukan sampel. Da-ri sampel tersebut dilakukan pengundian ta-hap kedua untuk menentukan kelas eks-perimen dan kelas kontrol. (2) Menyiapkan alat dan bahan pembelajaran, yaitu: me-nyiapkan rencana pelaksanaan pembe-lajaran (RPP), menyiapkan lembar kerja siswa (LKS), menyiapkan alat dan media yang akan digunakan dalam kegiatan pem-belajaran. (3) Menyiapkan instrumen pene-litian yaitu menyiapkan tes hasil belajar se-suai dengan materi yang dikaji dan me-nyiapkan kunci jawaban tes yang akan digunakan. (4) Mengkonsultasikan perang-kat pembelajaran dan instrumen yang akan digunakan untuk penelitian dengan dosen IPA, kemudian menguji validitas, reliabilitas, tingkat kesukaran, dan daya beda instru-men tersebut. (5) Memberikan pretest pada kelas eksperimen dan kontrol (6) Memberi-kan perlakuan pembelajaran dengan model pembelajaran Think Pair Share pada kelas eksperimen dan pada kelas kontrol dengan pembelajaran konvensional. (7) Memberi-kan post-test pada kelas eksperimen dan kelas kontrol yang dilaksanakan setelah perlakuan pembelajaran. (8) Melakukan analisis data hasil belajar sesuai data yang diperoleh. (9) Menyusun laporan penelitian.
Sebelum perlakuan, terlebih dahulu siswa diberikan tes keterampilan berpikir
kritis yang berjumlah 5 soal, dan setelah perlakuan siswa diberikan soal tes hasil be-lajar yang berjumlah 25 soal. Arikunto (2003) mengemukakan bahwa, suatu in-strumen penelitian dikatakan baik jika su-dah memenuhi dua persyaratan penting ya-itu validitas dan reliabilitas. Sebelum tes disebarkan kepada siswa, maka tes yang dibuat diuji terlebih dahulu melalui validasi pakar. Setelah direvisi, instrumen diujicoba-kan di lapangan. Data yang diperoleh dari uji coba instrumen dianalisis menggunakan uji validitas, uji reliabilitas, daya pembeda soal, dan tingkat kesukaran soal.
Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu analisis statistik des-kriptif, yang artinya bahwa data dianalisis dengan menghitung nilai rata-rata, modus, median, standar deviasi, varians, skor mak-simum, dan skor minimum. Dalam pene-litian ini data disajikan dalam bentuk histo-gram. Teknik yang digunakan untuk menga-nalisis data guna menguji hipotesis pene-litian adalah uji ANAVA Dua Jalur. Sebelum melakukan uji hipotesis, ada beberapa per-syaratan yang harus dipenuhi dan perlu di-buktikan. Persyaratan yang dimaksud yaitu: (1) data yang dianalisis harus berdistribusi normal, (2) mengetahui data yang dianalisis bersifat homogen atau tidak. Untuk meme-nuhi persyaratan tersebut maka dilakukan uji prasyarat analisis dengan uji normalitas dan uji homogenitas (dengan mengunakan uji barlet).
HASIL DAN PEMBAHASAN
Analisis data dilakukan pada
masing-masing kelas yaitu kelas eksperimen dan kelas kontrol. Adapun hasil analisis data disajikan pada tabel 2 sebagai berikut.
Tabel 3 Distribusi Frekuensi Data Hasil Belajar IPA Siswa yang Mengikuti Model Pembelajaran Think Pair Share (A1)
N0
INTERVAL
Nilai
Tengah
Frekuensi
Absolut
Frekuensi Relatif (%)
1
76-79
77.5
24,7
2
80-83
81.5
49,3
3
84-87
85.5
49,3
4
88-91
89.5
716,3
5
92-95
93.5
1432,5
6
96-100
98
1227,9
Jumlah
43
100
Nilai rata-rata kelas eksperimen adalah sebesar 90,74, dengan median dan modus sebesar 92. Berdasarkan tabel di a-tas terlihat bahwa 16,3% siswa memproleh nilai disekitar rata-rata, 60,4% siswa mem-peroleh nilai di atas rata-rata, dan 23,3% siswa memproleh nilai di bawah rata-rata pada siswa yang mengikuti model pembelajaran Think Pair Share. Data di a-tas dapat disajikan dalam bentuk histogram seperti gambar 2 0 5 10 15 77,5 81,5 85,5 89,5 93,5 98 Freku en s i Nilai Tengah
Gambar 2 Histogram Hasil Belajar IPA Siswa yang mengikuti model pembelajaran
Think Pair Share
Tabel 4 Distribusi frekuensi Hasil Belajar IPA Siswa yang Mengikuti Pembelajaran Konvensional
N0 INTERVAL Nilai Tengah Frekuensi
Absolut Frekuensi Relatif (%)
1 48-53 50.5 7 17,07 2 54-59 56.5 4 9,76 3 60-65 62.5 10 24,39 4 66-71 68.5 6 14,63 5 72-77 74.5 9 21,95 6 78-83 80.5 5 12,20 Jumlah 41 100
Nilai rata-rata kelas kontrol adalah sebesar 65,17, dengan median 64 dan modus
sebesar 68. Berdasarkan tabel di atas ter-lihat bahwa 39,07% siswa memproleh nilai
disekitar rata-rata, 34,15% siswa mempe-roleh nilai di atas rata-rata, dan 26,83% siswa memeproleh nilai di bawah rata-rata pada kelompok siswa yang mengikuti pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran Konvensional. Penjelasan data diatas agar lebih ringkas dapat disajikan dalam bentuk histogram yang terlihat pada gambar 3
0 5 10 15 50.5 56.5 62.5 68.5 74.5 F re k u e n s i Nilai Tengah
Gambar 3 Histogram Hasil Belajar IPA Siswa yang mengikuti model pembelajaran konvensional
Tabel 5 Distribusi frekuensi data hasil belajar IPA siswa yang mengikuti model pembelajaran Think Pair Share yang memiliki keterampilan berpikir kritis tinggi
N0 INTERVAL Nilai Tengah Frekuensi
Absolut Frekuensi Relatif (%)
1 90-91 90.5 4 18.18 2 92-93 92.5 7 31.82 3 94-95 94.5 0 0 4 96-97 96.5 5 22.73 5 98-100 99 6 27.27 Jumlah 22 100
Nilai rata-rata siswa yang memiliki keterampilan berpikir kritis tinggi pada kelas eksperimen adalah sebesar 94,73, dengan median 94 dan modus sebesar 92. Terlihat bahwa 50% siswa memproleh nilai di atas rata-rata, dan 50% siswa memproleh nilai di bawah rata-rata pada siswa yang memiliki keterampilan berpikir kritis tinggi pada kelas eksperimen. Data di atas dapat disajikan dalam bentuk histogram seperti gambar 4
0 2 4 6 8 90.5 92.5 94.5 96.5 99 F re k u e n s i Nilai Tengah
Gambar 4 Histogram Hasil Belajar IPA Siswa yang Mengikuti Model Pembelajaran Think Pair
Share yang Memiliki Keterampilan Berpikir Kritis
Tinggi
Tabel 6 Distribusi frekuensi Hasil Belajar IPA Siswa yang Mengikuti Model Pembelajaran Think Pair Share yang Memiliki Keterampilan Berpikir Kritis Rendah
N0 INTERVAL Nilai
Tengah
Frekuensi
Absolut Frekuensi Relatif (%)
1 76-80 78 6 28.57 2 81-85 83 4 19.05 3 86-90 88 3 14.29 4 91-95 93 7 33.33 5 96-100 98 1 4,76 Jumlah 21 100
Nilai rata-rata kelompok siswa yang memiliki keterampilan berpikir kritis rendah pada kelas eksperimen adalah sebesar 86,48, dengan median 88 dan modus sebe-sar 92. Berdasebe-sarkan tabel di atas terlihat bahwa 14,29% siswa yang memproleh nilai disekitar rata-rata, 38,09% siswa mem-peroleh nilai di atas rata-rata, dan 47,62% siswa memproleh nilai di bawah rata-rata pada siswa yang memiliki keterampilan ber-pikir kritis rendah pada kelas eksperimen.
Data tersebut dapat disajikan dalam bentuk histogram seperti gambar 5
0 5 10 78 83 88 93 98 F re k u e n s i Nilai Tengah
Gambar 5 Histogram Hasil Belajar IPA Siswa yang Mengikuti Model Pembelajaran Think Pair
Share yang Memiliki Keterampilan Berpikir Kritis
Rendah
Tabel 7 Distribusi frekuensi Hasil Belajar IPA Siswa yang Mengikuti Pembelajaran Konvensional yang Memiliki Keterampilan Berpikir Kritis Tinggi
N0 INTERVAL Nilai Tengah Frekuensi
Absolut Frekuensi Relatif (%)
1 60-64 62 3 14.29 2 65-69 67 4 19.05 3 70-74 72 4 19.05 4 75-79 77 5 23.81 5 80-84 82 5 23.81 Jumlah 21 100
Berdasarkan tabel 7 diatas dapat terli-hat bahwa jumlah siswa yang ada pada kelompok control yang memiliki keteram-pilan berpikir kritis tinggi adalah sejumlah 21 orang. Nilai rata-rata yang terlihat pada tabel, kelompok siswa yang memiliki keterampilan berpikir kritis tinggi pada kelas kontrol adalah sebesar 72,57, dapat dilihat juga nilai median siswa sebesar 72 dan nilai modus sebesar 80. Maka dari itu, terlihat pula pada tabel tersebut bahwa 19,05% siswa yang memproleh nilai disekitar rata-rata, sebanyak 47,62% siswa memproleh nilai di atas rata-rata, dan sebanyak 33,34% siswa memproleh nilai di bawah rata-rata pada kelompok siswa yang memiliki kete-rampilan berpikir kritis tinggi pada kelas kontrol.
Penjelasan data pada tabel 7 tersebut dapat disajikan lebih ringkas dalam bentuk histogram seperti yang terlohat pada gambar 6 0 2 4 6 62 67 72 77 82 F re k u e n s i Nilai Tengah
Gambar 6 Histogram Hasil Belajar IPA Siswa yang Mengikuti Pembelajaran Konvensional yang Memiliki Keterampilan Berpikir Kritis Tinggi
Tabel 8 Distribusi frekuensi Hasil Belajar IPA Siswa yang Mengikuti Pembelajaran Konvensional yang Memiliki Keterampilan Berpikir Kritis Rendah
N0 INTERVAL Nilai
Tengah
Frekuensi
Absolut Frekuensi Relatif (%)
1 48-52 50 7 35 2 53-57 55 4 20 3 58-62 60 3 15 4 63-67 65 4 20 5 68-72 70 2 10 Jumlah 20 100
Nilai rata-rata kelompok siswa yang memiliki keterampilan berpikir kritis rendah pada kelas kontrol adalah sebesar 57,40, dengan median 56 dan modus sebesar 64. Berdasarkan tabel di atas terlihat bahwa 35% siswa yang memproleh nilai disekitar rata-rata, 30% siswa memproleh nilai di atas rata-rata, dan 35% siswa memproleh nilai di bawah rata-rata pada siswa yang memiliki keterampilan berpikir kritis rendah pada kelas kontrol. Data di atas dapat disajikan dalam bentuk histogram seperti gambar 7 0 5 10 50 55 60 65 70 F re k u e n s i Nilai Tengah
Gambar 7 Histogram Hasil Belajar IPA Siswa
yang Mengikuti Pembelajaran Konvensional yang Memiliki Keterampilan Berpikir Kritis RendahBerdasarkan distribusi frekuensi da-ta hasil penelitian di ada-tas secara rinci pem-bahasan hasil hipotesis penelitian ini adalah sebagai berikut.Pertama, mengacu pada hasil analisis data antar dua model
pembelajaran, diperoleh harga FA (hitung)
se-besar 397,92 sedangkan harga Ftabel
de-ngan dbA = 1, dbdalam = 80, α = 0,05 sebesar
1,74.. Dengan demikian, terdapat perbe-daan hasil belajar IPA antara siswa yang mengikuti model pembelajaran Think Pair
Share dengan iswa yang mengikuti
pem-belajaran menggunakan model pembela-jaran konvensional.
Kedua, berdasarkan hasil ANAVA dua jalur menujukkan harga FAxB (hitung)
sebe-sar 7,51, sedangkan FAxB (tabel) sebesar 1,74
sehingga FAxB (hitung) > FAxB (tabel). Dengan
de-mikian, terdapat pengaruh interaksi antara model pembelajaran dengan keterampilan berpikir kritis terhadapa hasil belajar IPA siswa.
Ketiga, berdasarkan hasil perhitu-ngan uji Tukey diperoleh Thitung lebih besar
dari Ttabel (Thitung = 17,52>Ttabel = 1,980).
De-ngan demikian, terdapat perbedaan hasil belajar IPA antara siswa yang mengukuti model pembelajaran Think Pair Share de-ngan siswa yang mengikuti pembelajaran konvensional pada siswa yang memiliki ke-terampilan berpikir kritis tinggi.
Keempat, berdasarkan hasil perhi-tungan uji Tukey diperoleh Thitung lebih besar
dari Ttabel (Thitung = 22,46>Ttabel = 1,980).
Dengan demikian, terdapat perbedaan hasil belajar IPA antara siswa yang mengukuti
model pembelajaran Think Pair Share de-ngan siswa yang mengikuti pembelajaran konvensional pada siswa yang memiliki ke-terampilan berpikir kritis tinggi.
SIMPULAN DAN SARAN
Berdasarkan hasil temuan terse-but, dapat disimpulkan bahwa terdapat penga-ruh model pembelajaran Think Pair Share terhadap hasil belajar IPA ditinjau dari kete-rampilan berpikir kritis siswa kelas IV di SD Gugus VIII Kecamatan Buleleng Kabupaten Buleleng Tahun Pelajaran 2013/2014.
Saran yang dapat disampaikan ber-dasarkan penelitian yang telah dilakukan adalah sebagai berikut: (1) Bagi siswa, untuk saling bekerjasama dalam meme-cahkan suatu permasalahan yang ada di dalam maupun diluar kelas serta dapat menciptakan rasa kebersamaandalam pro-ses pembelajaran agar mampu meningkat-kan hasil belajar secara maksimal, (2) Bagi guru,agar menggunakan model Think Pair
Share dengan memperhatikan keterampilan
berpikir kritis siswa khususnya dalam mata pelajaran IPA dan mata pelajaran lain pada umumnya dalam upaya meningkatkan hasil belajar siswa,3) kepala sekolah,untuk mem-bina para untuk menerapkan model pembe-lajaran yang efektif dan efisien sehingga dapat meningkatkan hasil belajar siswa, (4) Bagi peneliti lain, agar dapat menggunakan laporan hasil penelitian ini sebagai acuan kepustakaan dalam melakukan penelitian yang sejenis.
DAFTAR RUJUKAN
Agung, A.A. Gede. 2011. Metodologi
Penelitian Pendidikan. Singaraja: Universitas Pendidikan Ganesha Arikunto, Suharsimi. 2003. Dasar-Dasar
Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi
Aksara.
Isjoni. 2012. Cooperative Learning.
Bandung: Alfabeta
Lie, Anita. 2010. Cooperative Learning. Jakarta: Gramedia Widiasarana Indonesia
Margunayasa, I Gede. 2013. Petunjuk
Penulisan Artikel Pada Jurnal Mimbar PGSD di E-Journal UNDIKSHA.
Makalah disajikan dalam seminar akademik: Melalui Seminar Akademik Kita Tingkatkan Kemampuan Mahasiswa PGSD dalam Menulis Artikel di E-Journal Undiksha, Singaraja, 12 April 2013
Slavin, R. E. 2005. Cooperative Learning,
Teknik, Riset dan Praktik. Bandung:
Nusa Media
Susanto, Ahmad. 2013. Teori Belajar &
Pembelajaran di Sekolah Dasar.
Jakarta: PT Kharisma Putra Utama. Sutrisno, Leo dkk. 2008. Pengembangan
Pembelajaran IPA SD. Jakarta: Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Departemen Pendidikan Nasional Thobroni, Muhammad & Arif Mustofa, 2012.
Belajar dan Pembelajaran. Jogjakarta
Ar-Ruzz Media
Trianto. 2009. Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif.
Jakarta: Kencana Prenada Media Group