• Tidak ada hasil yang ditemukan

LAPORAN AUDIT PENILIKAN V VERIFIKASI LEGALITAS KAYU PT MARATEA SEMARANG

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "LAPORAN AUDIT PENILIKAN V VERIFIKASI LEGALITAS KAYU PT MARATEA SEMARANG"

Copied!
113
0
0

Teks penuh

(1)

LAPORAN AUDIT PENILIKAN V

VERIFIKASI LEGALITAS KAYU

(Pemegang IUI Lanjutan)

PT MARATEA SEMARANG

Lokasi Kantor/Pabrik:

Jl. Industri Raya Barat III/IV No. 253-254 Kawasan LIK,

Kaligawe, Gayamsari, Semarang 50111

Provinsi Jawa Tengah – Indonesia

Lembaga Sertifikasi

PT TUV Rheinland Indonesia

April 2020

(2)

LAPORAN HASIL AUDIT PENILIKAN V VERIFIKASI LEGALITAS KAYU

PT MARATEA SEMARANG

KATA PENGANTAR

Sesuai Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Republik Indonesia No P.30/Menlhk/Setjen/PHPL.3/3/2016 tentang Penilaian Kinerja Pengelolaan Hutan Produksi Lestari dan Verifikasi Legalitas Kayu Pada Pemegang Izin, Hak Pengelolaan, Atau Pada Hutan Hak, pada Pasal 6 point (1) berbunyi “S-LK wajib dimiliki oleh Pemegang IUPHHK-HKm, IUPHHK-HTR, IUPHHK-HD, IUPHHK-HTHR, IPK termasuk IPPKH, IUIPHHK termasuk IPKR, IUI, TDI, TPT, Perusahaan pemasaran produk industri kehutanan yang memiliki TDP, IRT/Pengrajin, dan Pemilik hutan hak. Pasal 7 point (1) berbunyi “Dalam hal belum memiliki S-LK, DKP dapat diterbitkan oleh Pemilik hutan hak, IRT/Pengrajin, TPT yang kayunya berasal dari pemilik hutan hak yang telah memperoleh S-LK/DKP dan/atau pemegang Hak Pengelolaan yang telah memperoleh S-PHPL/S-LK, serta IUIPHHK, IUI, dan TDI yang seluruh bahan bakunya berasal dari hutan hak yang telah memiliki S-LK atau DKP“.

Standar pelaksanaan Sertifikasi VLK yang ditetapkan oleh Kementerian Kehutanan adalah berdasarkan Peraturan Jenderal Pengelolaan Hutan Produksi Lestari P.14/PHPL/SET/4/2016 tanggal 29 April 2016 tentang Standar dan Pedoman Pelaksanaan Penilaian Kinerja Pengelolaan Hutan Produksi Lestari (PHPL) dan Verifikasi Legalitas Kayu (VLK).

PT Maratea Semarang telah mengajukan permohonan untuk dilaksanakan penilaian audit Penilikan V setelah re-sertifikasi VLK kepada LVLK PT TUV Rheinland Indonesia. Proses sertifikasi VLK yang telah dilaksanakan di PT Maratea Semarang adalah sebagai berikut :

- Audit Re-sertifikasi VLK PT Maratea Semarang dilaksanakan pada tanggal 12-13 Maret 2015. - Audit Penilikan I VLK PT Maratea Semarang dilaksanakan pada tanggal 14 – 15 Maret 2016.

Kedua audit VLK tersebut di atas dilaksanakan oleh tim audit PT TUV Rheinland Indonesia yang beranggotakan 2 orang auditor (1 Lead auditor dan 1 Auditor) dengan mengacu kepada standar Peraturan Direktur Jenderal Bina Usaha Kehutanan Nomor P.5/VI-BPPHH/2014 tanggal 30 Mei 2014.

- Audit Penilikan II VLK dilaksanakan pada tanggal 13 – 14 Maret 2017. - Audit Penilikan III VLK dilaksanakan pada tanggal 12-13 Maret 2018. - Audit Penilikan IV VLK dilaksanakan pada tanggal 20 – 21 Maret 2019. - Audit Penilikan V VLK dilaksanakan pada tanggal 18 - 19 Maret 2020

Audit Penilikan II s.d. Penilikan V VLK di PT Maratea Semarang dilaksanakan oleh tim audit PT TUV Rheinland Indonesia yang beranggotakan 2 orang auditor dengan mengacu kepada standar Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan P.30/Menlhk/Setjen/PHPL.3/3/2016 tentang Penilaian Kinerja Pengelolaan Hutan Produksi Lestari dan Verifikasi Legalitas Kayu Pada Pemegang Izin, Hak Pengelolaan, Atau Pada Hutan Hak dan Peraturan Jenderal Pengelolaan Hutan Produksi Lestari P.14/PHPL/SET/4/2016 tanggal 29 April 2016 tentang Standar dan

(3)

LAPORAN HASIL AUDIT PENILIKAN V VERIFIKASI LEGALITAS KAYU

PT MARATEA SEMARANG

Pedoman Pelaksanaan Penilaian Kinerja Pengelolaan Hutan Produksi Lestari (PHPL) dan Verifikasi Legalitas Kayu (VLK) Lampiran 2.5.

Dalam melakukan verifikasi, Tim Auditor bersifat independen dan tidak mempunyai konflik kepentingan dengan perusahaan (auditee) yang diverifikasi serta tidak dipengaruhi oleh pihak manapun,sehingga penilaian akan objektif dan dapat dipercaya dengan mengikuti sistem verifikasi yang digunakan.

Laporan Audit Penilikan V VLK ini menjabarkan hasil verifikasi dan rekomendasi yang harus dilakukan oleh pemegang izin untuk memenuhi standar legalitas kayu sesuai yang dipersyaratkan oleh Pemerintah. Keputusan hasil verifikasi Tim Auditor yang tertuang dalam laporan verifikasi ini telah mempertimbangkan/mempergunakan dokumen-dokumen tambahan yang disampaikan oleh pemegang izin, dokumen tersebut berkaitan dengan verifier-verifier kategori ”Tidak Memenuhi” pada periode waktu yang telah ditentukan seperti yang tercantum dalam Lampiran 3.4 Perdirjen PHPL No.P.14/PHPL/SET/4/2016 tentang Pedoman Pelaksanaan VLK Pada Pemegang IUIPHHK dan IUI.

Jakarta, 2 April 2020

PT TUV Rheinland Indonesia,

(4)

LAPORAN HASIL AUDIT PENILIKAN V VERIFIKASI LEGALITAS KAYU

PT MARATEA SEMARANG

DAFTAR ISI

Bab Daftar Isi Hal

Kata Pengantar 2 Daftar Isi 4 Daftar Tabel 5 Daftar Gambar 7 I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 8

1.2 Maksud, Tujuan, Standar dan Sasaran Verifikasi 9

II IDENTITAS PEMEGANG IZIN DAN LEMBAGA VERIFIKASI LEGALITAS KAYU

2.1 Identitas Pemegang Izin 11

2.2 Identitas Lembaga Verifikasi Legalitas Kayu 12

III METODOLOGI VERIFIKASI

3.1 Metode Verifikasi 14

3.2 Kriteria dan Indikator 17

3.3 Tahapan Verifikasi 17

IV HASIL VERIFIKASI DAN ANALISIS

4.1 Verifier Yang Tidak Diterapkan 25

4.2 Verifier Yang Diterapkan 28

V KESIMPULAN

5.1 Kesimpulan 106

(5)

LAPORAN HASIL AUDIT PENILIKAN V VERIFIKASI LEGALITAS KAYU

PT MARATEA SEMARANG

DAFTAR TABEL

Tabel Judul Tabel Hal

4.1. Kronologis Akta Perusahaan 28

4.2. Pemasok Kayu Gergajian (KG) Lokal 44 4.3. Pemasok Panel (Plywood, MDF, dan Veneer) 45

4.4. Rekapitulasi Pembelian Kayu Gergajian Lokal 46

4.5. Rekapitulasi Pembelian Kayu Gergajian Impor 47

4.6. Rekapitulasi Pembelian Bahan Baku Panel Lokal 47 4.7. Contoh Dokumen Pembelian Bahan Baku Lokal 48

4.8. Contoh Dokumen Pembelian Bahan Baku Impor 48

4.9. Contoh Bukti Serah Terima Kayu 50

4.10. Penerimaan Bahan Baku per Bulan 52

4.11. Contoh dokumen legalitas pengiriman bahan baku 52

4.12. Daftar Permasok Ber S-LK 58

4.13. Daftar Pemasok dengan Sertifikat Voluntary 58

4.14. Kesesuaian PIB Dengan Dokumen Impor yang Lain. 62

4.15. Kesesuaian B/L Dengan Dokumen Impor yang Lain 64

4.16. Kesesuaian P/L Dengan Dokumen Impor yang Lain 66

4.17. Kesesuaian P/L Dengan Dokumen Impor yang Lain 67

4.18. Rekapitulasi Penggunaan Kayu Impor 71

4.19. Proses Produksi dan formulir yang digunakan di PT Maratea

Semarang 73

4.20. Penggunaan Bahan Baku Produksi Maret 2019 – Februari 2020 75

4.21. Laporan Produksi Mebel Periode Maret 2019 – Februari 2020. 75

4.22. Perbandingan Kapasitas Ijin dan Realisasi Produksi PT. Maratea

Semarang Periode Maret 2019 – Februari 2020 77 4.23. Laporan Mutasi Plywood Periode Maret 2019 – Februari 2020 77

4.24. Laporan Mutasi Veneer Periode Maret 2019 – Februari 2020 78

4.25. Laporan Mutasi Fancy Veneer Periode Maret 2018 – Februari 2019 78

4.26. Laporan Mutasi MDF Periode Maret 2019 – Februari 2020 78

(6)

LAPORAN HASIL AUDIT PENILIKAN V VERIFIKASI LEGALITAS KAYU

PT MARATEA SEMARANG

Tabel Judul Tabel Hal

4.28. Laporan Mutasi Kayu Gergajian Periode Maret 2019 – Februari 2020 79

4.29. Laporan Mutasi Gudang Barang Jadi Furniture Periode Maret 2019 –

Februari 2020 80

4.30. Resume Rekapitulasi Realisasi Ekspor Periode Bulan Maret 2019 –

Februari 2020 81

4.31. Contoh Kesesuaian Data PEB dengan Dokumen Ekspor Lainnya 82

4.32. Contoh Kesesuaian Data Packing List dengan Dokumen Ekspor

Lainnya 83

4.33. Contoh Kesesuaian Data Invoice dengan Dokumen Ekspor Lainnya 84

4.34. Contoh Kesesuaian Data B/L dengan Dokumen Ekspor Lainnya 85

4.35. Contoh Kesesuaian Data V-Legal dengan Dokumen Ekspor Lainnya 87

4.36. Daftar Peralatan K3 93

4.37. Catatan Kecelakaan Kerja 98

4.38. Susunan Pengurus Serikat Pekerja 100

4.39. Susunan Pengurus LKS Bipartit 102

5.1 Hasil Pemenuhan Atas Prinsip, Kriteria, Indikator dan Verifier SVLK

(7)

LAPORAN HASIL AUDIT PENILIKAN V VERIFIKASI LEGALITAS KAYU

PT MARATEA SEMARANG

DAFTAR GAMBAR

Gambar Judul Gambar Hal

4.1. Dokumen dan bahan baku Kayu Gergajian Impor Jenis White Oak 54 4.2. Dokumen DKO Uji Petik Kayu Gergajian Lokal Jenis Sungkai 56 4.3. Contoh Tally Sheet Produksi Penggunaan Kayu Impor PT Maratea Semarang 73

4.4. Contoh Produk Mebel yang Diekspor di Area Produksi PT Maratea Semarang 82 4.5. Penggunaan Tanda V-Legal pada Kemasan Produk 90 4.6. Prosedur K3 di setiap Departemen 92 4.7. Penggunaan APD oleh tenaga kerja 94 4.8. Prosedur K3 dan Denah Evakuasi 95

4.9. Rambu K3 95

4.10. APAR dan Alarm/Sirine Kebakaran 96 4.11. Jalur Evakuasi dan Titik Kumpul 97 4.12. Kotak P3K dan Tempat Pembasuh Mata Darurat 98

4.13. Pelatihan terkait K3 99

4.14. Kartu BPJS Kesehatan dan Ketenagakerjaan 100 4.15. Kartu Anggota Serikat Pekerja 102

(8)

LAPORAN HASIL AUDIT PENILIKAN V VERIFIKASI LEGALITAS KAYU

PT MARATEA SEMARANG

I. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Perdagangan produk kayu di pasar International telah mengalami perubahan paradigma menjadi perdagangan produk kayu yang ramah lingkungan dan perdagangan produk kayu yang bertanggung jawab (Responsible Wood Product Purchasing). Sejak meningkatnya issue illegal logging dan issue sertifikasi hutan di pasar international, maka mau tidak mau negara-negara yang menjadi produser produk kayu termasuk Indonesia disibukan dengan issue ini. Beberapa negara seperti Negara Eropa dan US memberlakukan bahwa produk kayu yang masuk ke negara mereka haruslah dari hutan yang dikelola secara baik (sustainable) atau paling tidak telah diverifikasi legalitasnya.

Dengan kondisi industri kehutanan di Indonesia saat ini, masih dirasakan cukup sulit oleh beberapa pengusaha yang bergerak di bidang industri produk hasil hutan untuk menerapkan praktek yang menghasilkan produk yang telah tersertifikasi seperti ditetapkan dalam standar yang ada, karena beberapa alasan seperti kondisi di lapangan yang tidak mendukung dan kebijakan pemerintah yang belum kondusif serta belum adanya intensif yang memadai baik dari pasar maupun dari pemerintah, sementara tuntutan dan tekanan pasar international cukup tinggi.

Dari hambatan di atas, pilihan yang ada saat ini adalah dengan membuktikan kepada pembeli produk kayu (importir) bahwa produk kayu yang dijual (ekspor) setidaknya telah diverifikasi legalitasnya oleh lembaga independen yang kredibel. Membuktikan atau memverifikasi legalitas produk kayu itu sendiri harus dibuktikan dengan suatu verifikasi yang kredible dengan mengacu kepada suatu kriteria atau standar yang ada atau standar yang disepakati bersama dan diakui oleh pasar international.

Dalam rangka hal tersebut, untuk melaksanakan tata kelola kehutanan, penegakan hukum dan promosi perdagangan kayu legal maka dikembangkan sistem penjaminan legalitas kayu (Timber legality Assurance System) yang disebut Sistem Verifikasi Legalitas Kayu (SVLK) dengan melibatkan para pihak baik menyusun standar verifikasi legalitas kayu maupun kelembagaannya dengan prinsip governance, credibility, dan representativeness.

Berdasarkan proses para pihak tersebut, pemerintah Indonesia telah membangun Sistem Verifikasi Legalitas Kayu dengan keluarnya Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Republik Indonesia No P.30/Menlhk/Setjen/PHPL.3/3/2016 tanggal 1 Maret 2016 dan Peraturan Direktur Jenderal Pengelolaan Hutan Produksi Lestari Nomor P.14/PHPL/SET/4/2016 tanggal 29 April 2016 Jo P.15/PHPL/PPHH/HPL.3/8/2016 tanggal 31 Agustus 2016 (Lampiran 2.5). tentang Standar dan Pedoman Pelaksanaan Penilaian Kinerja Pengelolaan Hutan Produksi Lestari dan Verifikasi Legalitas Kayu beserta dengan lampirannya.

Dengan Peraturan ini, Verifikasi Legalitas Kayu pada pemegang Izin Usaha Industri (IUI) dilakukan oleh Lembaga Verifikasi Legalitas Kayu (LV-LK) yang telah diakreditasi oleh KAN (Komite

(9)

LAPORAN HASIL AUDIT PENILIKAN V VERIFIKASI LEGALITAS KAYU

PT MARATEA SEMARANG

Proses audit Sertifikasi Verifikasi Legalitas Kayu di PT Maratea Semarang ini mengacu kepada peraturan dan ketentuan berikut :

1. ISO/IEC Guide 17065 : 2012 General Requirements for Bodies Operating Product Certification Systems.

2. ISO/IEC Guide 23 : 1982 Methods of Indicating Confirmity with Standards for Third-party Certification Systems.

Dasar dilakukannya kegiatan audit Sertifikasi Verifikasi Legalitas Kayu terhadap pemegang izin PT Maratea Semarang di Provinsi Jawa Tengah oleh Lembaga Verifikasi Legalitas Kayu PT TUV Rheinland Indonesia adalah berdasarkan :

1. Surat permohonan atau pengajuan Sertifikasi VLK melalui pengisian form aplikasi yang ditandatangani PT Maratea Semarang.

2. Surat Perjanjian Kerja (Kontrak) antara PT Maratea Semarang dengan LVLK PT TUV Rheinland Indonesia.

1.2. Maksud, Tujuan, Standar dan Sasaran Verifikasi 1.2.1. Maksud Verifikasi

Maksud dari kegiatan audit Penilikan ini secara umum adalah untuk melakukan penilaian terhadap konsistensi pemenuhan verifier dalam Standar Verifikasi Legalitas Kayu pada pemegang Izin Usaha Industri PT Maratea Semarang di Semarang, Provinsi Jawa Tengah sesuai dengan standar dan pedoman yang berlaku di Indonesia.

1.2.2. Tujuan Verifikasi

Sedangkan tujuan dari kegiatan audit Penilikan Verifikasi Legalitas Kayu pada pemegang Izin Usaha Industri PT Maratea Semarang adalah untuk :

1. Melihat keefektifan dan konsistensi penerapan sistem agar dapat terus menjamin legalitas kayu yang digunakan oleh industri.

2. Melakukan kegiatan pengumpulan data dan penilaian eksternal terhadap kelengkapan dokumen-dokumen perusahaan sebelum dilakukan penilaian dan verifikasi di lapangan.

3. Melakukan audit kepada organisasi / perusahaan dengan skema standar yang telah ditetapkan. 1.2.3. Standar Verifikasi

Kegiatan Verifikasi Legalitas Kayu ini mencakup pemenuhan terhadap prinsip, kriteria, indikator dan verifier seperti yang tercantum dalam Peraturan Direktur Jenderal Pengelolaan Hutan Produksi Lestari Nomor P.14/PHPL/SET/4/2016 tanggal 29 April 2016 Jo P.15/PHPL/PPHH/HPL.3/8/2016 tanggal 31 Agustus 2016 Lampiran 2.5. Pedoman Verifikasi Legalitas Kayu pada pemegang IUIPHHK kapasitas > 6.000 M3/tahun dan IUI dengan nilai investasi > 500 juta.

(10)

LAPORAN HASIL AUDIT PENILIKAN V VERIFIKASI LEGALITAS KAYU

PT MARATEA SEMARANG

1.2.4 Sasaran dan Waktu Verifikasi

Sasaran kegiatan audit Penilikan V Verifikasi Legalitas Kayu ini dilakukan di PT Maratea Semarang yang berlokasi di Semarang Provinsi Jawa Tengah dengan kapasitas terpasang produk mebel dari kayu 8.362 M3/tahun berdasarkan Surat Keputusan kepala Badan Penanaman Modal Pemerintah

Provinsi Jawa Tengah No 10/33/T/INDUSTRI/2002 tanggal 23 September 2002 tentang Pemberian Izin Usaha Industri.

Waktu pelaksanaan audit dokumen Penilikan V VLK ini dilakukan pada hari Senin tanggal 4 Maret 2020 di kantor PT TUV Rheinland Indonesia dan audit lapangan di PT Maratea Semarang dilaksanakan sesuai dengan audit plan, yaitu tanggal 18 -19 Maret 2020.

(11)

LAPORAN HASIL AUDIT PENILIKAN V VERIFIKASI LEGALITAS KAYU

PT MARATEA SEMARANG

II. IDENTITAS PEMEGANG IZIN DAN LEMBAGA VLK

2.1. Identitas Pemegang Izin

1 Organisasi / Auditee : PT Maratea Semarang

2 Lokasi : Jl. Industri Raya Barat III/IV No. 253-254, Bugangan Baru, Kaligawe, Semarang 50111, Jawa Tengah – Indonesia

3 Kategori Industri : Industri Meubel dari Kayu

4 Ijin Industri IPHHK : Surat Keputusan Kepala Badan Penanaman Modal Pemerintah Propinsi Jawa Tengah dengan Nomor 10/33/T/INDUSTRI/2002 tanggal 23 September 2002 Jo.

370/1/IU/III/PMA/INDUSTRI/ 2012 tanggal 28 September 2012 tentang Perubahan NPWP atas nama PT Maratea Semarang

5 Akte pendirian perusahaan : Akta Pendirian Perusahaan No. 191 di hadapan Kantor Notaris Dr. Liliana Tedjosaputro, SH. MH (SK Menkeh No. M-81 HT.03.01 Th 1986) tanggal 31 Oktober 2000 di Semarang. Akta tersebut sudah didaftarkan ke Kementrian Hukum Dan HAM dengan No. pengesahan AHU-C-11.233 HT.01.01 TH.2011 tanggal 9/10/2001. Akta perubahan No. 10 tanggal 23 Mei 2017 yang dibuat di hadapan Notaris Indah Indriani, S.H., S.P1., berkedudukan di Semarang. Akta telah diterima dan dicatat dalam Sistem Administrasi Badan Hukum Kementerian Hukum dan HAM RI sesuai dengan Surat Nomor AHU-AH.01.03-0139521 tanggal 24 Mei 2017. 6 Jenis produk : Industri Meubel dari kayu

7 Jenis kayu yang digunakan : a. Eucalyptus (Eucalyptus pillularis, Eucalyptus saligna, Eucalyptus marginata, Eucalyptus paniculata, Tristania conferta, Eucalyptus maculate,

Eucalyptus microcorys),

b. Akasia (Acacia mangium) c. Mindi (Melia Azedarach)

d. Sungkai (Peronema Cenescens) e. Mangga (Mangifera Indica) f. Jati (Tectona Grandis) g. Trembesi (Samanea Saman) h. Radiata pine

i. Peroba Rosa

j. White Oak (Quercus Alba)

8 Kapasitas izin produksi : Industri Meubel dari kayu, kapasitas 8.362 m3/tahun 9 Pengurus perusahaan : Komisaris : Tn. Ashutosh Ladha

(12)

LAPORAN HASIL AUDIT PENILIKAN V VERIFIKASI LEGALITAS KAYU

PT MARATEA SEMARANG

10 Wakil Managemen untuk SVLK : Thomas Boedi Irianto 11 Jumlah karyawan : 241 karyawan

187 laki-laki 54 perempuan

2.2. Identitas Lembaga Verifikasi Legalitas Kayu

1. Nama Lembaga Sertifikasi PT TÜV Rheinland Indonesia

2. Alamat Menara Karya 10th Floor, Block X-5 Jl. HR. Rasuna Said Kav. 1-2 Jakarta

Ph 021-579 44 579 Fax 021-579 44 575

e-mail : forestry@idn.tuv.com

3 Akte Pendirian Akta Pendirian : No. 3 tanggal 11 September 1996 oleh Notaris Siti Mariam Muchtar Widodo SH, yang disahkan oleh Menteri Kehakiman RI tanggal 30 Oktober 1998 nomor 02-23576 HT.01.01.Th.98. Akta No. 04 tanggal 10 Agustus 2016 Notaris Anesta Chrisanti, S.H.,M.Kn. Pengesahan Menteri Menkum-ham RI Nomor AHU-AH.01.03-0071862 Tanggal 15 Agustus 2016.

4. Pengurus Lembaga VLK Komisaris Utama: Ralf Scheller Komisaris: Andreas Hoefer

DR. Indaryati Swarna Dewi Motik, MBA Muhammad Bascharul Asana

Direktur Utama: I Nyoman Susila Direktur:

Edmundus Wiharyono Abdul Qohar

General Manager Sustainability Assurance: Dian S. Soeminta, S.Hut

5. Tim Auditor VLK 1. Sapto Hariyono, M.H. (Lead Auditor) 2. Betanur Bengawaningtiyas (Auditor) 6. Pengambil Keputusan Heny Handayani, S.Hut

(13)

LAPORAN HASIL AUDIT PENILIKAN V VERIFIKASI LEGALITAS KAYU

PT MARATEA SEMARANG

Profil Tim Auditor dan Pengambil Keputusan VLK

No Nama Auditor Jabatan Kualifikasi

1. Sapto Hariyono, M.H. Lead Auditor 1. Sarjana Kehutanan; 2. Magister Ilmu Hukum;

3. Pengalaman 8 tahun di Industri Woodworking dan Furniture 4. Pengalaman kerja 6 tahun di PT

Sucofindo, Specialist

Kehutanan, Kelautan dan Lingkungan;

5. Lead Auditor ISO 9001, SVLK dan PHPL;

6. Pelatihan PHPL, SVLK, COC FSC, IRCA;

7. Pelatihan AMDAL A, B dan C 8. Profesional Lingkungan Hidup

(Ikatan Ahli Lingkungan Hidup Indonesia)

2. Betanur Bengawaningtyas, S.Hut. Auditor VLK a. Sarjana Kehutanan b. Auditor VLK 2 tahun c. Pelatihan VLK

3 Heni Handayani, S.Hut Pengambil

Keputusan

a. Sarjana Kehutanan.

b. Pengalaman kerja 3 tahun sebagai Kepala Bagian Perencanaan IUPHHK-HA PT Dalek Hutani Esa Provinsi Jambi.

c. Lead Auditor : PHPL & SVLK, VLO, PHTL – LEI, IFCC, ISPO. d. Training/Pelatihan : PHPL &

SVLK, ISO IRCA 9001, SFM PEFC/IFCC, CoC PEFC/IFCC.

(14)

LAPORAN HASIL AUDIT PENILIKAN V VERIFIKASI LEGALITAS KAYU

PT MARATEA SEMARANG

III. METODOLOGI VERIFIKASI

3.1. Metode Verifikasi

Metode verifikasi yang digunakan dalam kegiatan audit Sertifikasi Verifikasi Legalitas Kayu ini mengacu pada Lampiran 3.4 Perdirjen PHPL No. P.14/PHPL/SET/4/2016 tanggal 29 April 2016 Jo P.15/PHPL/PPHH/HPL.3/8/2016 tanggal 31 Agustus 2016 tentang Pedoman Pelaksanaan VLK Pada Pemegang IUIPHHK dan IUI.

3.1.1. Metoda Penilaian Dokumen

Penilaian dokumen merupakan kegiatan untuk menghimpun, mempelajari, dan menganalisis data dan dokumen agar dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya. Penilaian dokumen yang akan dilakukan meliputi dokumen dan data perusahaan, terdiri dari dokumen primer dan data sekunder yang diperoleh dengan cara penelaahan berbagai dokumen-dokumen seperti dokumen Legalitas Perusahaan, dokumen yang menyangkut perijinan perusahaan, dokumen Rencana Penebangan dan laporan penggunaannya, laporan-laporan penelitian yang relevan dengan kriteria dan indikator yang disyaratkan. Dokumen-dokumen yang ditelaah untuk aspek lingkungan antara lain; AMDAL, laporan UKL dan UPL dan dokumen-dokumen lain yang relevan. perencanaan, laporan pelaksanaan, laporan keuangan, form-form yang digunakan dalam proses produksi, bukti transaksi, hasil-hasil studi dan lain-lain. Dokumen-dokumen dan laporan yang akan dinilai dalam kegiatan ini meliputi dokumen yang ada di unit manajemen dalam rentang waktu 1 (satu) tahun terakhir.

Analisis data yang meliputi data primer dan data sekunder, Analisis data primer dan data sekunder dari proses penilaian lapangan dilakukan berdasarkan metode ilmiah yang telah baku (matematis) dan umum digunakan. Pada prinsipnya, analisis data yang dilakukan tergantung pada keoptimalan data untuk bisa menjawab suatu kriteria, indikator dan verifier, ketersediaan data, kondisi serta kendala-kendala lapangan yang dijumpai. Pada beberapa indikator, analisis data dilakukan secara diskriptif (recognaisance), distribusi frekuensi dan prosentase sehingga dapat mendukung data primer atau sekunder yang dianalisis secara matematis.

Kegiatan yang ada dalam penilaian dokumen ini juga menyangkut kegiatan seperti:

- Mempelajari dan menganalisa pernyataan perusahaan (yang berisi komitmen unit manajemen IUIHHK, yang terdiri dari: visi, misi dan tujuan perusahaan pemegang izin ).

- Mempelajari dan menganalisis dokumen unit manajemen dan dokumen tambahan yang diperlukan.

- Mempelajari dan menganalisa semua rekaman atau catatan terkait (laporan-laporan, dsb.) yang terkait dan diperlukan pada verifikasi ini.

3.1.2. Metoda Verifikasi Di Lapangan

Dalam kegiatan verifikasi dilakukan kegiatan pengamatan, pencatatan, uji petik dan penelusuran untuk menguji kebenaran data. Hasil pengamatan akan dianalisa dengan menggunakan kriteria,

(15)

LAPORAN HASIL AUDIT PENILIKAN V VERIFIKASI LEGALITAS KAYU

PT MARATEA SEMARANG

indikator dan verifier verifikasi legalitas kayu, sehingga diperoleh jawabannya. Cara/metoda yang ditempuh meliputi :

1. Wawancara (wawancara responden dan wawancara informan), dengan mengajukan sejumlah pertanyaan yang dimodifikasi untuk menjawab kriteria, indikator dan verifier yang disyaratkan . Sasaran wawancara informan adalah unit manajemen serta informan lain yang masih relevan dalam konteks penilaian kinerja unit manajemen.

2. Verifikasi dokumen adalah kegiatan yang dilakukan oleh Tim Audit untuk menghimpun, mempelajari data dan dokumen pemegang izin dan menganalisis menggunakan kriteria dan indikator yang ditetapkan sesuai ketentuan

3. Observasi lapangan adalah kegiatan yang dilakukan oleh Tim Audit untuk menguji kebenaran data melalui pengamatan, pencatatan, uji petik dan penelusuran, dan menganalisis menggunakan kriteria dan indikator yang telah ditetapkan untuk dapat melihat pemenuhannya 4. Uji petik dilapangan dengan mengambil sampling sesuai dengan yang diatur dalam Permenhut

No. 09/Menhut-II/2005 dan akan disesuaikan dengan jumlah persediaan kayu yang ada saat penilaian dilakukan,memeriksa keabsahan dan kelengkapan dari dokumen yang dinilai, kemudian memeriksa dan membanding realisasi produksi dengan kapasitas produksi yang sah. Penentuan jumlah batang kayu bulat yang akan di uji petik adalah sebagai berikut :

- Apabila jumlah batang dari satu partai kurang atau sama dengan 100 batang maka jumlah sampelnya adalah 100%

- Apabila jumlah batang dari satu partai antara 101 sampai dengan 1000 batang maka jumlah sampelnya minimal 100 batang

- Apabila jumlah batang dari satu partai lebih dari 1000 batang, maka jumlah sampelnya adalah 10%

Penentuan jumlah keping sampel sortimen yang akan di uji petik adalah sebagai berikut : - Apabila jumlah dalam partai 1 – 35 keping, maka jumlah sampelnya adalah 100%

- Apabila jumlah dalam partai 36 – 500 keping, maka jumlah sampelnya adalah 35 keping - Apabila jumlah dalam partai 501 – 1.000 keping, maka jumlah sampelnya adalah 60 keping - Apabila jumlah dalam partai 1.001 – 2.000 keping, maka jumlah sampelnya adalah 10% - Apabila jumlah dalam partai 2.001 – 3.000 keping, maka jumlah sampelnya adalah 125

keping

- Apabila jumlah dalam partai lebih dari 3.000 keping, maka jumlah sampelnya adalah 5% 5. Pengamatan terhadap proses kerja dan penilaian dokumen, yang meliputi dokumen perusahaan,

dokumen data sekunder diperoleh dengan cara penelaahan berbagai dokumen-dokumen termasuk laporan penelitian yang relevan dengan verifier yang berkaitan dengan lingkungan, antara lain SEL atau AMDAL, RKL-RPL, SOP, berbagai laporan kegiatan, laporan penelitian, dan dokumen-dokumen lain yang relevan.

(16)

LAPORAN HASIL AUDIT PENILIKAN V VERIFIKASI LEGALITAS KAYU

PT MARATEA SEMARANG

Untuk menjawab kebutuhan indikator dan verifier, proses penilaian lapangan pada satuan waktu dan tempat yang sama kadang-kadang dapat dilakukan penilaian untuk lebih dari satu indikator atau verifier.

3.1.3. Lokasi Pengambilan Data, Pengamatan dan Pengukuran

Lokasi pengambilan data primer dan data sekunder dilakukan di kantor UM yang berada kantor pusat dan pabrik PT Maratea Semarang. Sedangkan lokasi pengamatan dan pengukuran, dilakukan di tempat-tempat tertentu yang disesuaikan dengan masing-masing kriteria, indikator dan verifier yang akan diamati dan dianalisis.

3.1.4. Metode Pengambilan Keputusan /Penentuan Nilai/Skala Intensitas

Hasil analisis data dan informasi pada setiap verifier, diharapkan dapat memenuhi kebutuhan data dan informasi yang dipersyaratkan pada masing-masing verifier, sehingga dapat ditentukan norma penilaian verifier pada audit VLK.

Penentuan pengambilan keputusan atas verifier, kriteria dan indikator mengacu kepada standar verifikasi legalitas kayu yang sudah ditetapkan dalam Lampiran 2.5. Perdirjen PHPL No. P.14/PHPL/SET/4/2016 tanggal 29 April 2016 Jo P.15/PHPL/PPHH/HPL.3/8/2016 tanggal 31 Agustus 2016.

Dokumen yang dipakai sebagai acuan ini tidak mutlak digunakan dalam menilai pada masing-masing indikator atau verifier, hal ini disebabkan antara lain :

1) tidak semua indikator atau verifier mungkin ada dalam suatu UM, 2) tidak semua indikator atau verifier terjawab sesuai dengan dokumen,

3) pertimbangan-pertimbangan teknis dan non-teknis lain yang membuat suatu penilaian menjadi menyimpang dari Dokumen, sehingga Penilai harus berani menyimpulkan sendiri tanpa mengacu dokumen tersebut.

Tahap Pelaksanaan pengambilan keputusan hasil audit Sertifikasi VLK akan dilaksanakan oleh tim Pengambil Keputusan. dengan tahapan seperti berikut ini :

a.

Keputusan status sertifikat PT Maratea Semarang akan dilakukan oleh Pengambil Keputusan LV-LK berdasarkan laporan sertifikasi yang dilaksanakan oleh tim auditor. Dalam kegiatan audit Sertifikasi VLK ini pengambilan keputusan akan dilakukan oleh personal yang berwenang untuk melakukan pengambilan keputusan yang berasal dari internal PT TUV Rheinland Indonesia.

b.

Laporan hasil audit lengkap yang sudah dibuat oleh Tim audit VLK akan diterima oleh Pengambil Keputusan paling lambat 14 (empat belas) hari kalender sejak pertemuan penutupan audit sertifikasi dilaksanakan.

c.

Pengambil Keputusan dipastikan akan mendapatkan laporan akhir yang juga sudah memasukan keberatan atau perbaikan dari pihak auditee atas laporan audit yang dibuat oleh tim penilai lapangan dan telah diselesaikan oleh Tim adhoc.

(17)

LAPORAN HASIL AUDIT PENILIKAN V VERIFIKASI LEGALITAS KAYU

PT MARATEA SEMARANG

d.

Sebelum proses pengambilan keputusan, pengambil keputusan memeriksa kelengkapan dokumen laporan yang diperlukan yang mencakup :

- Laporan Penilaian VLK (Buku I) - Lampiran Laporan (Buku II) - Resume Hasil Penilaian - Rencana Audit/Audit Plan - Kontrak Penilaian

- Laporan Tinjauan Kontrak

- Dokumen-Dokumen Berita Acara yang diperlukan - Dokumen lainnya yang dianggap perlu

e.

Proses pengambilan keputusan juga bila diperlukan dihadiri oleh tim audit lapangan untuk keperluan klarifikasi oleh pengambil keputusan atau Tim pengambil keputusan.

f.

Keputusan hasil audit Sertifikasi berupa Penerbitan Sertifikat atau Penerbitan Surat Keputusan Tidak Lulus.

g.

Penyampaian dan pembuatan laporan, pengambilan keputusan dan penyampaian hasil keputusan verifikasi selambat-lambatnya 21 (dua puluh satu) hari kalender terhitung sejak Pertemuan Penutupan.

h.

Laporan hasil verifikasi LK disajikan dalam bentuk soft copy dalam format pdf dan buku, disampaikan kepada auditee, dan Kementerian melalui Direktur Jenderal sebagai bahan pembinaan lebih lanjut

i.

Pengumuman hasil keputusan verifikasi disertai dengan resume hasil verifikasi dilakukan melalui website LVLK dan website Kementrian Kehutanan atau media massa.

3.2. Kriteria dan Indikator

Kriteria dan indikator yang digunakan oleh Tim Auditor dalam melakukan Verifikasi Legalitas Kayu berdasarkan pada Perdirjen PHPL Nomor P.14/PHPL/SET/4/2016 tanggal 29 April 2016 Jo P.15/PHPL/PPHH/HPL.3/8/2016 tanggal 31 Agustus 2016 tentang Standar dan Pedoman Pelaksanaan Penilaian Kinerja Pengelolaan Hutan Produksi Lestari (PHPL) dan Verifikasi Legalitas Kayu (VLK) yaitu Lampiran 2.5 tentang Standar Verifikasi Legalitas Kayu Pada Pemegang IUIPHHK Kapasitas > 6.000 M3/Tahun dan IUI Dengan Nilai Investasi > 500 Juta (di luar tanah dan

bangunan) dengan jumlah kriteria dan indikator yang diterapkan ada 4 Prinsip, 9 Kriteria, 15 Indikator, 56 Verifier.

3.3. Tahapan Verifikasi 3.3.1. Tahap Persiapan

(18)

LAPORAN HASIL AUDIT PENILIKAN V VERIFIKASI LEGALITAS KAYU

PT MARATEA SEMARANG

diperlukan sebelum pelaksanaan kegiatan verifikasi lapangan dengan mengacu kepada prosedur Persiapan audit PHPL dan VLK (ID-824-PRC-PREP-UV-N-PHPL-VLK) yang mencakup :

a. Perekrutan tim verifikasi legalitas kayu dengan mengacu kepada daftar auditor VLK PT TUV Rheinland Indonesia.

b. Persiapan logistik, perjalanan dan akomodasi dengan mempertimbangkan lokasi kegiatan verifikasi dan jumlah HOK (hari orang kerja) yang diperlukan.

c. Pengumpulan data dan informasi berkaitan dengan obyek yang akan di sertifikasi.

d. Pemberitahuan kepada IUPHHK yang akan diverifkasi terkait dengan rencana verifikasi legalitas kayu dengan mengirimkan surat pemberitahun rencana audit VLK.

e. Pembuatan Rencana audit penilikan verifikasi legalitas kayu. 3.3.2. Pelaksanaan Audit Lapangan Legalitas Kayu

Untuk audit lapangan legalitas kayu mengacu kepada Prosedur Verifikasi Lapangan Legalitas Kayu PT TUV Rheinland Indonesia No. ID-824-PRC-AU-EXE-UV-N-VLK Rev 1 yang mencakup kegiatan-kegiatan sebagai berikut:

a. Sebelum audit di lapangan dilakukan, harus dipastikan tim audit telah menetapkan program auditnya termasuk rencana dan jadwal audit dan susunan tim audit dan ketua tim audit.

b. Rencana audit selanjutnya disampaikan kepada klien/auditee dan dipresentasikan pada pertemuan pembukaan kepada klien.

c. Penugasan dan pengaturan kerja tim audit ditetapkan dalam rencana audit.

d. Setiap anggota tim audit harus mempersiapkan daftar periksa atau chek list audit dan rencana pengambilan sampling audit untuk masing-masing aspek yang akan diauditnya.

e. Pada saat audit di lapangan harus dipastikan bahwa semua verifier dari masing-masing indikator dapat diverifikasi. Daftar periksa atau check list dapat menjadi acuan untuk pemenuhan ketercukupan masing-masing verifier.

f. Verifikasi LK pada dokumen Pemegang IUI (Izin Usaha Industri) sesuai Lampiran 3.4 Perdirjen PHPL Nomor P.14/PHPL/SET/4/2016 tanggal 29 April 2016 Jo P.15/PHPL/PPHH/HPL.3/8/ 2016 tanggal 31 Agustus 2016.

g. Verifikasi dokumen, merupakan kegiatan untuk menghimpun, mempelajari, serta menganalisis data dan dokumen agar dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya. Verifikasi dokumen dilakukan dengan menggunakan kriteria dan indikator yang telah ditetapkan pada Pemegang IUPHHK dan IUI sesuai Lampiran 2.5. Perdirjen PHPL Nomor P.14/PHPL/SET/4/2016 tanggal 29 April 2016 Jo P.15/PHPL/PPHH/HPL.3/8/2016 tanggal 31 Agustus 2016.

h. Observasi lapangan, merupakan kegiatan pengamatan, pencatatan, uji petik dan penelusuran untuk menguji kebenaran data. Hasil pengamatan lapangan akan dianalisa dengan menggunakan kriteria dan indikator yang telah ditetapkan untuk dapat melihat pemenuhannya. Metode verifikasi lapangan dan dokumen mengacu kepada Perdirjen PHPL Nomor

(19)

LAPORAN HASIL AUDIT PENILIKAN V VERIFIKASI LEGALITAS KAYU

PT MARATEA SEMARANG

Agustus 2016 tentang Standar dan Pedoman Pelaksanaan Penilaian Kinerja Pengelolaan Hutan Produksi Lestari dan Verifikasi Legalitas Kayu (Lampiran 2.5 dan Lampiran 3.4).

i. Pada saat audit di lapangan hal-hal lain yang perlu dilakukan adalah sebagai berikut :

- Pertemuan Pembukaan dan dibuatkan Notulensi Pertemuan Pembukaan yang dilampiri dengan Daftar Hadir Pertemuan Pembukaan.

- Dalam pertemuan pembukaan tersebut, lead auditor menginformasikan rencana audit, ringkasan singkat bagaimana audit akan dilaksanakan, mengkonfimasikan saluran komunikasi, memberikan kepada auditee untuk mengajukan pertanyaan atau klarifikasi. Selain itu dalam rapat pembukaan audit juga perlu diperhatikan hal-hal berikut :

 Perkenalan peserta, termasuk ringkasan tugasnya/peranannya;  Konfirmasi tujuan, ruang lingkup dan kriteria audit;

 Konfirmasi jadwal audit dan pengaturan lain dengan auditee, seperti tanggal dan waktu untuk rapat penutupan, rapat intern antara tim audit dan manajemen auditi, serta perubahan yang menyusul;

 Metode dan prosedur yang digunakan untuk melaksanakan audit, termasuk menjelaskan kepada auditee bahwa bukti audit hanya akan didasarkan pada sampel informasi yang tersedia dan oleh karena itu terdapat unsur ketidakpastian dalam audit;

 Konfirmasi saluran komunikasi formal antara tim audit dan auditee;  Konfirmasi bahasa yang digunakan selama audit;

 Konfirmasi bahwa selama audit auditee akan selalu diberi informasi perkembangan audit;  Konfirmasi kebutuhan sumberdaya dan fasilitas yang diperlukan oleh tim audit;

 Konfirmasi hal-hal yang terkait dengan kerahasiaan;

 Konfirmasi prosedur keselamatan kerja, tindakan darurat, dan keamanan yang sesuai untuk tim audit;

 Konfirmasi ketersediaan, peran dan identitas setiap pemandu;  Metode pelaporan, termasuk pengkategorian ketidaksesuaian;  Informasi tentang kondisi yang dapat menyebabkan audit diakhiri;

 Informasi tentang sistem banding terhadap pelaksanaan dan kesimpulan audit. j. Pengumpulan dan Verifikasi Informasi

- Selama audit, informasi yang sesuai dengan tujuan, ruang lingkup, dan kriteria audit, termasuk informasi yang terkait dengan hubungan antar fungsi, kegiatan dan proses, sebaiknya dikumpulkan dengan sampling yang sesuai dan sebaiknya diverifikasi. Hanya informasi yang dapat diverifikasi yang dapat menjadi bukti audit. Bukti audit sebaiknya direkam.

(20)

LAPORAN HASIL AUDIT PENILIKAN V VERIFIKASI LEGALITAS KAYU

PT MARATEA SEMARANG

- Bukti audit didasarkan pada sampel informasi yang tersedia. Oleh karena itu terdapat unsur ketidakpastian dalam audit, yang sebaiknya menjadi perhatian dalam membuat kesimpulan audit.

- Metode untuk mengumpulkan informasi mencakup :

 Wawancara, Observasi kegiatan atau observasi lapangan, dan Tinjauan dokumen. k. Pengambilan contoh untuk organisasi multi lokasi

Metode pengambilan contoh lokasi mengacu kepada ketentuan berikut : Tabel.3.1. Metode Pengambilan Sampel Lokasi Multi-site

Tipe audit Pengambilan contoh keterangan

Audit awal ( Y = √ x ) Y = ukuran sample

X = jumlah lokasi terjauh Dibulatkan ke atas Audit surveillance

(Penilikan)

( Y = 0.6 √ x ) Y = ukuran sample X = jumlah lokasi terjauh Dibulatkan ke atas

Pengambilan contoh tidak dilakukan pada lokasi yang sama dengan audit awal

Audit resertifikasi ( Y = 0.8 √ x ) Y = ukuran sample X = jumlah lokasi terjauh Dibulatkan ke atas

Pengambilan contoh tidak dilakukan pada lokasi yang sama dengan audit awal

Apabila audit penilikan dilakukan di multi lokasi VLK, maka LVLK harus memeriksa daftar keseluruhan lokasi yang dicakup oleh organisasi multi lokasi.

l. Perumusan Temuan audit

- Bukti audit dievaluasi terhadap kriteria audit untuk menghasilkan temuan audit. Temuan audit dapat menunjukkan kesesuaian maupun ketidaksesuaian dengan verifier audit. Bila tercakup dalam tujuan audit, temuan audit dapat mengidentifikasi peluang untuk peningkatan.

- Tim audit melakukan pertemuan untuk meninjau temuan audit pada tahap yang sesuai selama audit.

- Kesesuaian dengan verifier audit sebaiknya dirangkum untuk menunjukkan lokasi, fungsi atau proses yang diaudit. Bila tercakup dalam rencana audit, setiap temuan kesesuaian dan bukti pendukungnya sebaiknya juga direkam.

- Ketidaksesuaian dan bukti audit pendukungnya sebaiknya direkam, ketidaksesuaian dapat dikelompokkan. Ketidaksesuaian tersebut sebaiknya ditinjau dengan auditee untuk memperoleh kepastian bahwa bukti audit adalah akurat dan ketidaksesuaian dipahami.

(21)

LAPORAN HASIL AUDIT PENILIKAN V VERIFIKASI LEGALITAS KAYU

PT MARATEA SEMARANG

Setiap upaya sebaiknya dilakukan untuk menyelesaikan setiap perbedaan pendapat perihal bukti dan / atau temuan audit, dan hal-hal yang tidak dapat disepakati sebaiknya direkam. m. Penyiapan kesimpulan audit sebelum dilakukan Pertemuan Penutupan

n. Pelaksanaan Pertemuan Penutupan

- Merupakan pertemuan antara Tim Auditor dengan Pemegang Izin untuk memaparkan hasil kegiatan verifikasi dan mengkonfirmasi temuan-temuan di lapangan.

- Pertemuan penutupan dipimpin oleh ketua tim audit dan diselenggarakan untuk mempresentasikan temuan dan kesimpulan audit sehingga temuan dan kesimpulan tersebut dimengerti dan disetujui oleh auditee dan bila sesuai untuk menyepakati jangka waktu yang diberikan kepada auditi untuk menyampaikan rencana tindakan korektif dan pencegahan. Peserta rapat penutupan sebaiknya termasuk auditee, dan dapat juga mencakup klien audit dan pihak lain. Bila perlu, ketua tim audit sebaiknya memberitahu auditee tentang situasi yang ditemui selama audit yang dapat mengurangi tingkat kepercayaan terhadap kesimpulan audit.

- Dalam hal masih terdapat dokumen yang belum dapat diperlihatkan Pemegang Izin diberikan kesempatan untuk menyampaikan kekurangan dokumen selambat-lambatnya 10 (sepuluh) hari kalender sejak pertemuan penutupan, dan bila sampai dengan batas waktu tersebut tidak dapat memperlihatkan dokumen maka dinyatakan tidak memenuhi.

- Setiap perbedaan pendapat yang terkait dengan temuan dan/atau kesimpulan audit antara Tim audit dan pemegang izin sebaiknya dibahas dan bila mungkin diselesaikan. Bila tidak dapat diselesaikan, seluruh pendapat sebaiknya direkam.

- Hasil pertemuan penutupan dituangkan dalam bentuk Notulensi Pertemuan Penutupan yang ditandatangani oleh kedua belah pihak dan dilampiri dengan Daftar Hadir Pertemuan Pertemuan.

3.3.3. Pelaporan Hasil Verifikasi Lapangan

a. Tim audit VLK membuat laporan berdasarkan format acuan yang diatur dalam Lampiran 3.14 Perdirjen PHPL Nomor P.14/PHPL/SET/4/2016 tanggal 29 April 2016 Jo P.15/PHPL/PPHH/ HPL.3/8/2016 tanggal 31 Agustus 2016 tentang Pedoman Penyusunan Laporan Pelaksanaan Verifikasi Legalitas Kayu.

b. Laporan audit VLK mencakup Buku I Laporan Audit VLK, Buku II Lampiran Laporan VLK dan Resume Hasil Verifikasi.

c. Disajikan dalam bentuk buku dan soft copy untuk disampaikan kepada Pemegang Izin dalam waktu 21 hari kalender setelah selesainya Pertemuan Penutupan.

3.3.4. Pengambilan Keputusan Sertifikasi VLK

a. Keputusan Pemberian, Kelanjutan, Pembekuan atau Pencabutan Sertifikat Legalitas Kayu (S-LK) dilakukan oleh Pengambil Keputusan LV-LK berdasarkan laporan auditor. Dalam hal

(22)

LAPORAN HASIL AUDIT PENILIKAN V VERIFIKASI LEGALITAS KAYU

PT MARATEA SEMARANG

tenaga tetap sebagai Pengambil Keputusan tidak kompeten, maka Pengambil Keputusan harus didampingi personil yang kompeten yang bukan dari auditor yang melakukan verifikasi.

b. Keputusan Penerbitan Sertifikat Legalitas Kayu (S-LK) diberikan jika semua norma penilaian untuk setiap verifier pada Standar Verifikasi Legalitas Kayu pada Pemegang IUIPHHK dan IUI “Memenuhi”.

c. Dalam hal hasil verifikasi “Tidak Memenuhi”, LV-LK menyampaikan laporan hasil verifikasi kepada Pemegang Izin dan LV-LK memberi kesempatan Pemegang Izin untuk memperbaiki verifier yang “Tidak Memenuhi” dengan batas waktu selambat-lambatnya 7 (tujuh) hari kalender sejak Pemegang Izin menerima laporan hasil verifikasi.

d. Keputusan Pembekuan Sertifikat Legalitas Kayu (S-LK) diberikan jika terdapat verifier pada Standar Verifikasi Legalitas Kayu pada Pemegang IUIPHHK dan IUI yang “Tidak Memenuhi” dan tidak diperbaiki sampai dengan batas waktu yang telah ditentukan yaitu selambat-lambatnya 10 (sepuluh) hari kalender sejak Pemegang Izin menerima laporan hasil verifikasi.

e. Keputusan Pencabutan Sertifikat Legalitas Kayu (S-LK) diberikan jika keputusan pembekuan yang dilakukan tidak ditindaklanjuti oleh Pemegang IUIPHHK dan IUI sesuai dengan batas waktu yang telah ditetapkan dalam Lampiran 3.4 Perdirjen PHPL Nomor P.14/PHPL/SET/4/2016 tanggal 29 April 2016 Jo P.15/PHPL/PPHH/HPL.3/8/2016 tanggal 31 Agustus 2016 tentang Pedoman Pelaporan Pelaksanaan Verifikasi Legalitas Kayu.

f. LV-LK tidak boleh mendelegasikan kewenangan pengambilan keputusan kepada orang lain atau institusi lain untuk memberikan, memelihara, memperluas, menunda atau mencabut Sertifikat LK.

g. LV-LK memberikan keputusan Sertifikat Legalitas Kayu yang ditandatangani oleh Pengambil Keputusan kepada setiap Pemegang Izin yang telah memenuhi semua norma penilaian SVLK. h. Pada saat kontrak Verifikasi LK sudah dilakukan, maka LV-LK memilih dan mengangkat Tim

pengambil keputusan yang terdiri dari 1 orang atau bila diperlukan membuat tim pengambil keputusan yang terdiri dari maksimal 3 orang.

i. Laporan hasil audit lengkap yang sudah dibuat oleh Tim audit VLK diterima oleh pengambil keputusan atau tim pengambil keputusan paling lambat 7 hari kalender sebelum proses pengambilan keputusan dilakukan.

j. Harus dipastikan bahwa laporan audit akhir adalah laporan audit yang diserahkan kepada pengambil keputusan atau Tim pengambil keputusan sudah memasukan keberatan atau perbaikan dari pihak auditee atas laporan audit yang dibuat oleh Tim penilai lapangan dan telah diselesaikan oleh Tim adhoc.

k. Pengambil keputusan atau Ketua tim pengambil keputusan menetapkan jadwal dan rencana proses pengambilan keputusan, sedangkan tempat pengambilan keputusan bisa ditetapkan di kantor lembaga sertifikasi maupun di luar kantor.

l. Bila proses pengambilan keputusan oleh satu tim, namun tidak dapat dihadiri semua anggota tim dalam suatu pertemuan pengambilan keputusan karena suatu hal, maka Lembaga Verifikasi dapat melaksanakan prosesnya dengan teleconference atau media lain yang memungkinkan

(23)

LAPORAN HASIL AUDIT PENILIKAN V VERIFIKASI LEGALITAS KAYU

PT MARATEA SEMARANG

adanya pembahasan laporan hasil audit pada media tersebut seperti email, web jejaring sosial, internet chat conference, dll. sejauh rekamannya proses pengambilan keputusan dapat didokumentasikan dan dipertanggungjawabkan.

m. Sebelum proses pengambilan keputusan, pemgambil keputusan atau ketua tim pengambil keputusan memeriksa kelengkapan dokumen laporan yang diperlukan yang mencakup :

- Laporan Penilaian VLK - Lampiran Laporan - Resume hasil verifikasi - Rencana audit/audit plan - Kontrak penilaian

- Laporan Tinjauan kontrak

- Dokumen-dokumen Notulensi yang diperlukan - Dokumen lainnya yang dianggap perlu

n. Proses Pengambilan keputusan juga bila diperlukan dihadiri oleh tim penilai Lapangan untuk keperluan klarifikasi oleh pengambil keputusan atau tim pengambil keputusan.

o. Keputusan untuk merekomendasikan Penerbitan Sertifikat LK kepada perusahaan atau organisasi didasarkan pada hasil pengambilan keputusan oleh pengambil keputusan atau tim pengambil keputusan dengan hasil pada seluruh verifier ” Memenuhi ”.

(24)

LAPORAN HASIL AUDIT PENILIKAN V VERIFIKASI LEGALITAS KAYU

PT MARATEA SEMARANG

IV. HASIL VERIFIKASI DAN ANALISIS

PT Maratea Semarang adalah pemegang Izin Usaha Industri (IUI) yang memiliki nilai investasi lebih besar dari Rp 500.000.000,- (lima ratus juta rupiah) di luar tanah dan bangunan tempat usaha. Sesuai Peraturan Direktur Jenderal PHPL Nomor P.14/PHPL/SET/4/2016 tanggal 29 April 2016 Jo P.15/PHPL/PPHH/HPL.3/8/2016 tanggal 31 Agustus 2016 tentang Standar dan Pedoman Pelaksanaan Penilaian Kinerja Pengelolaan Hutan Produksi Lestari dan Verifikasi Legalitas Kayu, Lampiran 3.4 tentang Pedoman Pelaksanaan Verifikasi Legalitas Kayu Pada Pemegang IUIPHHK dan IUI, maka verifikasi terhadap PT Maratea Semarang dilakukan terhadap dokumen dalam kurun waktu 12 (dua belas) bulan terakhir, dengan menggunakan standar verifikasi LK Lampiran 2.5 tentang Standar VLK Pemegang IUIPHHK Kapasitas > 6,000 M3/tahun dan IUI dengan nilai investasi > 500 Juta.

Dalam pelaksanaan verifikasi apabila terdapat verifier pada standar tersebut yang tidak sesuai dengan kondisi perusahaan maka verifier dimaksud termasuk dalam kategori tidak dapat diterapkan (Not Applicable) atau tidak perlu diverifikasi lebih lanjut.

4.1. Verifier Yang Tidak Diterapkan

No Prinsip / Kriteria / Indikator /

Verifier Hasil Verifikasi

1

P1, K1.1, I1.1.1.(c)

Izin HO (izin gangguan lingkungan sekitar industri).

Sesuai Permendagri No.19 Tahun 2017 tanggal 29 Maret 2017 maka penetapan Izin Gangguan dicabut dan dinyatakan tidak berlaku.

2

P1, K1.1, I1.1.1.h

Rencana Pemenuhan Bahan Baku Industri (RPBBI) untuk IUIPHHK.

PT Maratea Semarang merupakan industri lanjutan sesuai Keputusan Kepala Badan Penanaman Modal Propinsi Jawa Tengah No. 10/33/T/INUDTSRI/2002 tanggal 23 September 2002 sehingga tidak berkewajiban menyusun dan melaporkan RPBBI ke instansi yang berwenang.

3

P1, K1.3, I1.3.1.

Akte notaris pembentukan kelompok atau dokumen pembentukan kelompok.

PT Maratea Semarang bukan unit usaha dalam bentuk kelompok dan tidak mempunyai/ menggunakan akta pembentukan kelompok.

Perusahaan berbentuk perseroan terbatas sesuai akta pendirian Nomor 191 tanggal 31 Oktober 2000 dan akta perubahan terakhir Nomor 10 tanggal 23 Mei 2017.

4 P1, K1.3, I1.3.1.

Internal audit anggota kelompok.

5

P2, K2.1, I2.1.1.b

Daftar Pemeriksaan Kayu Gergajian (DPKB)

Selama periode audit PT Maratea Semarang tidak melakukan pembelian bahan baku kayu kayu bulat sehingga tidak diwajibkan membuat RPBBI.

6

P2, K2.1, I2.1.1.f

Dokumen angkutan berupa Nota untuk kayu limbah industri

Selama periode audit PT Maratea Semarang tidak melakukan pembelian bahan baku kayu yang berasal dari kayu limbah industri.

(25)

LAPORAN HASIL AUDIT PENILIKAN V VERIFIKASI LEGALITAS KAYU

PT MARATEA SEMARANG

No Prinsip / Kriteria / Indikator /

Verifier Hasil Verifikasi

7 P2,K2.1, I2.1.1.i

Dokumen pendukung RPBBI.

Selama periode audit PT Maratea Semarang tidak melakukan pembelian bahan baku kayu kayu bulat, sehingga tidak diwajibkan membuat RPBBI.

8

P2, K2.1, I2.1.1.(h)

Informasi terkait VLBB untuk pemasok yang belum memiliki SLK/S-PHPL/DKP

Berdasarkan Perdirjen PHPL No. P.14/PHPL/SET/4 /2016 Pasal 7, bahwa batas waktu penetapan VLBB adalah 31 Desember 2017, sehingga Verifier 2.1.1.(h) sudah tidak relevan untuk diverifikasi.

9

P2, K2.1, I2.1.2.f

Bukti pembayaran bea masuk (bila terkena bea masuk)

Selama periode audit PT Maratea Semarang tidak melakukan impor bahan baku kayu atau produk kayu yang dikenakan bea masuk.

10

P2, K2.1, I2.1.2.g

Dokumen lain yang relevan untuk jenis kayu yang dibatasi perdagangannya.

Jenis kayu yang digunakan PT Maratea Semarang adalah Eucalyptus (Eucalyptus pillularis, Eucalyptus

saligna, Eucalyptus marginata, Eucalyptus paniculata, Tristania conferta, Eucalyptus maculate,

Eucalyptus microcorys), Akasia (Acacia

mangium),Mindi (Melia Azedarach), Sungkai (Peronema Cenescens), Mangga (Mangifera Indica), Jati (Tectona Grandis), Trembesi (Samanea Saman), Radiata pine, Peroba Rosa, White Oak (Quercus Alba) yang tidak termasuk dibatasi perdagangannya.

11

P2, K2.1, I2.1.3.d.

Hasil produksi dari bahan baku kayu lelang dipisahkan.

Selama periode audit PT Maratea Semarang tidak melakukan pembelian bahan baku kayu yang berasal dari lelang.

12

P2, K2.1, I2.1.4.a

Dokumen Sertifikat Legalitas Kayu atau Deklarasi Kesesuaian Pemasok

PT Maratea Semarang tidak melakukan mekanisme kontrak kerjasama atau kontrak jasa dengan menggunakan jasa pihak lain

13

P2, K2.1, I2.1.4.b

Kontrak jasa pengolahan produk antara auditee dengan pihak penyedia jasa (pihak lain)

PT Maratea Semarang tidak melakukan mekanisme kontrak kerjasama atau kontrak jasa dengan menggunakan jasa pihak lain

14

P2, K2.1, I2.1.4.c

Berita acara serah terima kayu yang dijasakan

PT Maratea Semarang tidak melakukan mekanisme kontrak kerjasama atau kontrak jasa dengan menggunakan jasa pihak lain

15

P2, K2.1, I2.1.4.d

Ada pemisahan produk yang dijasakan pada perusahaan jasa

PT Maratea Semarang tidak melakukan mekanisme kontrak kerjasama atau kontrak jasa dengan menggunakan jasa pihak lain

16

P2, K2.1, I2.1.4.e.

Adanya pendokumentasian bahan baku proses produksi dan ekspor apabila ekspor dilakukan melalui industri penyedia jasa.

Selama periode audit PT Maratea Semarang tidak melakukan penjasaan terhadap ekspor kepada pihak lain. Seluruh kegiatan ekspor dilakukan oleh perusahaan sendiri.

(26)

LAPORAN HASIL AUDIT PENILIKAN V VERIFIKASI LEGALITAS KAYU

PT MARATEA SEMARANG

No Prinsip / Kriteria / Indikator /

Verifier Hasil Verifikasi

17

P3, K3.2, I3.2.1.g.

Hasil verifikasi teknis (Laporan Surveyor) untuk produk yang wajib verifikasi teknis

Produk yang diekspor PT Maratea Semarang adalah mebel dengan HS Code 9401.69.90; 9403.50.00; 9403.60.10; dan 9403.60.90.

Produk tersebut tidak termasuk produk industri kehutanan yang wajib melalui verifikasi atau penelusuran teknis oleh surveyor sebelum muat barang.

18

P3, K3.2, I3.2.1.h.

Bukti pembayaran bea keluar bila terkena bea keluar.

Produk yang diekspor PT Maratea Semarang adalah mebel dengan HS Code 9401.69.90; 9403.50.00; 9403.60.10; dan 9403.60.90 yang tidak termasuk barang ekspor yang dikenakan Bea Keluar (BK).

19

P3, K3.2, I3.2.1.i.

Dokumen lain yang relevan untuk

jenis kayu dibatasi

perdagangannya.

Jenis kayu yang digunakan oleh PT Maratea Semarang adalah Eucalyptus (Eucalyptus pillularis,

Eucalyptus saligna, Eucalyptus marginata, Eucalyptus paniculata, Tristania conferta, Eucalyptus maculate,

Eucalyptus microcorys), Akasia (Acacia mangium), Mindi (Melia Azedarach), Sungkai (Peronema Cenescens), Mangga (Mangifera Indica), Jati (Tectona Grandis), Trembesi (Samanea Saman), Radiata pine, Peroba Rosa, White Oak (Quercus Alba) yang tidak termasuk jenis yang dibatasi perdagangannya.

4.1. Verifier Yang Diterapkan

P1. Pemegang izin usaha mendukung terselenggaranya perdagangan kayu yang sah K1.1. Unit usaha dalam bentuk :

(a) Industri memiliki izin yang sah, dan

(b) Eksportir produk olahan memiliki izin yang sah

1.1.1 Unit usaha adalah produsen yang memiliki izin yang sah

a. Akte pendirian perusahaan dan/atau perubahan terakhir Hasil Verifikasi

Kronologis Akta Perusahaan

PT Maratea Semarang telah berdiri sejak tahun 2000 berdasarkan Akta Pendirian Nomor 191 tanggal 31 Oktober 2000 yang dibuat di hadapan Notaris Dr. Liliana Tedjosaputro, S.H., M.H., berkedudukan di Semarang. Kronologis akta pendirian sampai dengan akta perubahan terakhir dapat dilihat pada tabel berikut.

(27)

LAPORAN HASIL AUDIT PENILIKAN V VERIFIKASI LEGALITAS KAYU

PT MARATEA SEMARANG

Tabel 4.1. Kronologis Akta Perusahaan No Nomor Akta

dan Tanggal Notaris Uraian Catatan Pengesahan

1 Nomor 191 tanggal 31 Oktober 2000 Dr. Liliana Tedjosaputro, S.H., M.H.

Akta pendirian perseroan terbatas. Keputusan Menteri Kehakiman dan HAM RI dengan Nomor C-11.233 HT.01.01 TH.2001 tanggal 9 Oktober 2001 2 Nomor 44 tanggal 7 Desember 2001 Prof. DR. Liliana Tedjosaputro, S.H., M.H., M.M.

Perubahan susunan pengurus dan pemegang saham.

 Pengalihan saham dari Giovanni Gallizio ke Heric K. Silva (2,500 lembar saham).

 Susunan pemegang saham

- Maratea Associates LLC : 247,500 - Heric K. Silva : 2,500

 Susunan pengurus - Direktur: Heric K. Silva - Komisaris: D.R. Venantia Sri Indrijati Wijono

Departemen Kehakiman dan HAM dengan Nomor C-03196 HT.01.04.TH.2002 tanggal 27 Februari 2002 3 Nomor 194 tanggal 29 Maret 2003 Prof. DR. Liliana Tedjosaputro, S.H., M.H., M.M.

Perubahan susunan pengurus -Komisaris: Heric K. Silva -Direktur: Flor Keledjian

Departemen Kehakiman dan HAM dengan Nomor C-UM.02.01.7910 tanggal 22 April 2003 4 Nomor 60 tanggal 08 Maret 2004 Prof. DR. Liliana Tedjosaputro, S.H., M.H., M.M.

Perubahan susunan pengurus dan pemegang saham.

 Pengalihan pemegang saham dari Heric K. Silva ke Devide Berruto (2,500 lembar saham).

 Susunan pemegang saham

- Maratea Associates LLC : 247,500 - Devide Berruto: 2,500

 Susunan pengurus - Direktur: Devide Berruto - Komisaris: Flor Keledjian

Departemen Kehakiman dan HAM dengan Nomor C-UM.02.01.4437 tanggal 20 April 2004 5 Nomor 46 tanggal 04 Nopember 2004 Prof. DR. Liliana Tedjosaputro, S.H., M.H., M.M.

Perubahan susunan pengurus dan pemegang saham.

 Pengalihan pemegang saham dari Devide Berruto ke Derrick Chuck Woo (2,500 lembar saham)

 Susunan pemegang saham

- Maratea Associates LLC : 247,500 - Derrick Chuck Woo : 2,500

 Susunan pengurus

Departemen Kehakiman dan HAM dengan Nomor C-UM.02.01.3848 tanggal 23 Maret 2005

(28)

LAPORAN HASIL AUDIT PENILIKAN V VERIFIKASI LEGALITAS KAYU

PT MARATEA SEMARANG

- Direktur: Derrick Chuck Woo - Komisaris: Flor Keledjian 6 Nomor 138 tanggal 25 Mei 2007 Prof. DR. Liliana Tedjosaputro, S.H., M.H., M.M.

Perubahan susunan pengurus dan pemegang saham.

 Pengalihan pemegang saham dari Derrick Chuck Woo ke Navish Gupta (2,500 lembar saham)

 Susunan pemegang saham

- Maratea Associates LLC : 247,500 - Navish Gupta: 2,500

 Susunan pengurus - Direktur: Navish Gupta - Komisaris: Karl Franz Wernet

Departemen Hukum dan HAM dengan Nomor W9-HT.01.10-327 tanggal 29 Juni 2007 7 Nomor 07 tanggal 03 Januari 2008 Kiagus Daud, S.H, M.Kn.

Penyesuaian seluruh anggaran dasar terhadap UU Nomor 40 Tahun 2007.

Keputusan Menteri Hukum dan HAM Nomor AHU-06786.AH.01.02.Tahun 2008 tanggal 12 Februari 2008 8 Nomor 02 tanggal 03 Maret 2012 Kiagus Daud, S.H, M.Kn.

Perubahan susunan pengurus - Direktur: Navish Gupta

- Komisaris: Giovanni Rodolfo Gallizio

Kementerian Hukum dan HAM dengan Nomor AHU-AH.01.10-09288 tanggal 15 Maret 2012 9 Nomor 10 tanggal 23 Mei 2017 Indah Indriani, S.H., S.P1.

Perubahan susunan pengurus - Direktur: Giovanni Rodolfo Gallizio - Komisaris: Ashutosh Ladha

Kementerian Hukum dan HAM dengan Nomor AHU-AH.01.03-0139521 tanggal 24 Mei 2017

Akta Pendirian Perusahaan

Informasi yang tercantum dalam Akta Pendirian Nomor 191 tanggal 31 Oktober 2000 yang dibuat di hadapan Notaris Dr. Liliana Tedjosaputro, S.H., M.H., antara lain sebagai berikut.

 Nama : PT Maratea Semarang.

 Tempat kedudukan : Kotamadya Semarang, dan dapat membuka cabang atau perwakilan di tempat lain, baik di dalam maupun di luar wilayah RI sebagaimana ditetapkan oleh direksi.  Jangka waktu pendirian : tidak ditentukan lamanya, dengan ketentuan berlaku 30 tahun dimulai

sejak berproduksi komersial, kecuali apabila ijin PMA diperbaharui oleh pihak yang berwenang.  Maksud dan tujuan perseroan : menjalankan usaha di bidang industri.

 Kegiatan usaha : menjalankan usaha industri mebel dari kayu.

Akta tersebut telah mendapatkan pengesahan berdasarkan Keputusan Menteri Kehakiman dan HAM RI No. C-11.233 HT.01.01 TH.2001 tanggal 9 Oktober 2001. Akta pendirian dan pengesahannya dapat dilihat pada Buku II Lampiran II-1a.

(29)

LAPORAN HASIL AUDIT PENILIKAN V VERIFIKASI LEGALITAS KAYU

PT MARATEA SEMARANG

Akta Perubahan No 10 tahun 2017

Akta Nomor 10 tanggal 23 Mei 2017 yang dibuat di hadapan Notaris Indah Indriani, S.H., S.P1., berkedudukan di Semarang memuat informasi sebagai berikut.

Berita Acara PT Maratea Semarang

 Latar belakang perubahan akta : perubahan susunan pengurus  Susunan pengurus perusahaan :

No Nama Jabatan

1 Giovanni Rodolfo Gallizio Direktur

2 Ashutosh Ladha Komisaris

Akta perubahan terakhir telah diterima dan dicatat dalam Sistem Administrasi Badan Hukum Kementerian Hukum dan HAM RI sesuai dengan Surat Nomor AHU-AH.01.03-0139521 tanggal 24 Mei 2017 perihal Penerimaan dan Pemberitahuan Perubahan Data Perseroan PT Maratea Semarang yang diterbitkan oleh Direktur Jenderal Administrasi Hukum Umum (a.n. Menteri Hukum dan HAM RI).

Akta penyesuaian anggaran dasar dan persetujuannya dapat dilihat pada Buku II Lampiran II-1b. Akta Perubahan Terakhir

Akta perubahan terakhir adalah Akta No.8 tanggal 7 September 2017 yang dibuat di hadapan Notaris Indah Indriani, S.H. berkedudukan di Semarang memuat informasi sebagai berikut.

Berita Acara PT Maratea Semarang yaitu : Penjualan dan/atau pengalihan saham dan Meningkatkan Modal ditempatkan.

Kepemilikan sahan berdasarkan Akta terkini adalah :

a. Maratea Associates : 997,500 saham Rp. 9,102,187,500.-

b. Tn. Giovanni Rodlofo Gallizio : 2,500 saham Rp. 22,812,500.-

Total : 1,000,000 saham Rp. 9,125,000,000.-

Akta perubahan terakhir telah diterima dan dicatat dalam Sistem Administrasi Badan Hukum Kementerian Hukum dan HAM RI sesuai dengan Surat Nomor AHU-AH.01.03-0170032 tanggal 15 September2017 perihal Penerimaan dan Pemberitahuan Perubahan Data Perseroan PT Maratea Semarang yang diterbitkan oleh Direktur Jenderal Administrasi Hukum Umum (a.n. Menteri Hukum dan HAM RI).

Akta perubahan terakhir dan pencatatannya dapat dilihat pada Buku II Lampiran II-1c. Justifikasi :

Verifier ini memiliki nilai Memenuhi apabila Tersedia akta pendirian perusahaan dan/atau perubahan terakhir yang telah disahkan (khusus PT) atau didaftarkan ke instansi yang berwenang sesuai dengan bentuk badan hukumnya.

(30)

LAPORAN HASIL AUDIT PENILIKAN V VERIFIKASI LEGALITAS KAYU

PT MARATEA SEMARANG

PT Maratea Semarang memiliki akta pendirian dan akta akta-akta perubahan anggaran dasar

yang lengkap serta telah disahkan oleh instansi yang berwenang. Informasi mengenai pengurus dan kegiatan usaha yang tercantum di dalam akta perusahaan telah sesuai dengan kegiatan operasional perusahaan. Dengan demikian verifier 1.1.1.a. memiliki norma penilaian memenuhi. Norma Penilaian : Memenuhi

b. Surat Izin Usaha Perdagangan (SIUP) atau Izin Perdagangan yang tercantum dalam Izin Industri

Hasil Verifikasi

PT Maratea Semarang merupakan perusahaan Penanaman Modal Asing (PMA). Perusahaan tidak memiliki dokumen Surat Izin Usaha Perdagangan (SIUP). Izin perdagangan tercantum pada dokumen IUI berdasarkan Keputusan Kepala Badan Penanaman Modal Pemerintah Provinsi Jawa Tengah dengan Nomor 10/33/T/INDUSTRI/2002 tanggal 23 September 2002 tentang Pemberian Izin Usaha Industri.

Klausul terkait izin perdagangan yang tercantum dalam Izin Usaha Industri tercantum pada keputusan butir KETIGA yang berbunyi sebagai berikut: “Izin Usaha Industri ini berlaku:

(1) Selama 30 tahun sejak perusahaan berproduksi komersial bulan Juni 2001 s.d. Juni 2031; (2) Untuk melaksanakan kegiatan pembelian/penjualan dalam negeri dan ekspor dengan

mengikuti ketentuan yang berlaku;

(3) Untuk pemakaian gudang atau tempat penyimpanan yang berada dalam komplek usaha industri yang bersangkutan yang digunakan untuk menyimpan peralatan, perlengkapan, bahan baku/penolong untuk keperluan kegiatan usaha industri tersebut.”

Dokumen IUI dapat dilihat pada Buku II Lampiran II-5a. Justifikasi :

Verifier ini memiliki nilai Memenuhi apabila Tersedia Izin Usaha Perdagangan yang masih berlaku sesuai dengan ruang lingkup usahanya.

PT Maratea Semarang telah memiliki izin perdagangan yang tercantum dalam dokumen izin industri yang diterbitkan oleh instansi yang berwenang. Hasil verifikasi dokumen menunjukkan bahwa izin perdagangan masih berlaku dan terdapat kesesuaian ruang lingkup usaha yang tercantum di dalam izin perdagangan dengan hasil observasi lapangan. Dengan demikian verifier 1.1.1.b. memiliki norma penilaian memenuhi.

(31)

LAPORAN HASIL AUDIT PENILIKAN V VERIFIKASI LEGALITAS KAYU

PT MARATEA SEMARANG

d. Tanda Daftar Perusahaan (TDP) Hasil Verifikasi

PT Maratea Semarang memiliki TDP yang sah dan masih berlaku. TDP diterbitkan oleh Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu Kota Semarang dengan Nomor 11.01.1.31.04284 tanggal 15 November 2017. Informasi yang terdapat di TDP antara lain sebagai berikut.

 Tanggal Akhir Berlaku : 23 Januari 2022

 Pendaftaran : Ulang / Pembaharuan Ke-3  Nama Perusahaan : Maratea Semarang, PT

 Status : Kantor Tunggal

 Pengurus Utama : Giovanni Gallizio

 Alamat : Kawasan Industri LIK Jl. Industri Raya Barat III/IV No. 253-254, Kel. Kaligawe, Kec. Gayamsari, Semarang

 NPWP : 01.882.907.7-518.000

 Nomor Telepon/Fax : (024) 6590511 / (024) 8590515  Kegiatan UsahaPokok : Industri Furniture dari Kayu

 KBLI : 31001

Dokumen TDP dapat dilihat pada Buku II Lampiran II-2a.

Berdasarkan hasil verifikasi PT Maratea Semarang telah memiliki dokumen NIB (Nomor Induk Berusaha) dengan nomor 81200100861566 ditetapkan tanggal 16 Agustus 2019 oleh Pemerintah Indonesia memelui Lembaga Penyelenggara OSS (One Single Submission). Dokumen NIB berlaku sebagai TDP, Angka Pengenal Impor (API) dan hak akses kepabeanan.

Dokumen NIB dapat dilihat pada Buku II Lampiran II-2b. Justifikasi :

Verifier ini memiliki nilai Memenuhi apabila Tersedia TDP masih berlaku sesuai dengan ruang lingkup usahanya, atau Tersedia bukti pengurusan perpanjangan dari instansi yang berwenang berupa: a. Surat keterangan; atau b. Tanda terima.

PT Maratea Semarang telah memiliki TDP dan NIB yang diterbitkan oleh instansi yang berwenang. Hasil verifikasi dokumen menunjukkan bahwa TDP masih berlaku dan terdapat kesesuaian ruang lingkup usaha yang tercantum di dalam TDP dengan hasil observasi lapangan. Dengan demikian verifier 1.1.1.d. memiliki norma penilaian memenuhi.

(32)

LAPORAN HASIL AUDIT PENILIKAN V VERIFIKASI LEGALITAS KAYU

PT MARATEA SEMARANG

e. Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP) Hasil Verifikasi

Pada audit penilikan V PT Maratea Semarang telah melakukan pembaharuan alamat pada dokumen NPWP dan Surat Keterangan Terdaftar sehubungan dengan adanya penataan wilayah di Kota Semarang, yang semula termasuk wilayah Kel. Muktiharjo Lor, Kec. Genuk menjadi Kel. Kaligawe, Kec. Gayamsari sebagaimana Surat Keterangan Domisili dengan Nomor 474/02/I/2018 tanggal 9 Januari 2018 yang diterbitkan oleh Lurah Kaligawe, Kec. Gayamsari.

Dokumen NPWP

Dokumen NPWP yang diterbitkan Direktorat Jenderal Pajak, Kementerian Keuangan RI memuat informasi sebagai berikut.

 NPWP : 01.882.907.7-518.000

 Nama : PT Maratea Semarang

 Alamat : Kawasan LIK Jl. Industri Raya Barat III/IV No. 253-254 Kota Semarang  Terdaftar : 19 Agustus 2008

Surat Keterangan Terdaftar (SKT)

SKT Nomor S-725KT/WPJ.10/KP.1703/2018 tanggal 30 Januari 2018 yang diterbitkan oleh Kepala Seksi Pelayanan, KPP Pratama Semarang Gayamsari, Kantor Wilayah DJP Jawa Tengah I, Direktorat Jenderal Pajak, Kementerian Keuangan RI (a.n. Kepala Kantor) antara lain memuat informasi sebagai berikut.

 Nama Perusahaan : PT Maratea Semarang  NPWP : 01.882.907.7-518.000

 KLU Utama : 31001 – Industri Furniture dari Kayu

 Alamat : Kawasan LIK Jl. Industri Raya Barat III/IV No. 253-254 Kaligawe, Gayamsari, Kota Semarang

 Kategori : Badan

 Tanggal Terdaftar : 19 Agustus 2008

 Kewajiban Pajak : PPh Pasal 4 (2), 15, 19, 21, 22, 23, 25, 26, 29; dan PPh Final Surat Pengukuhan Pengusaha Kena Pajak (SPPKP)

SPPKP Nomor PEM-00789/WPJ.10/KP.1703/2012 tanggal 18 Agustus 2014 yang diterbitkan Kepala Seksi Pelayanan, KPP Pratama Semarang Gayamsari, Kantor Wilayah DJP Jawa Tengah I, Direktorat Jenderal Pajak, Kementerian Keuangan RI (a.n. Kepala Kantor) antara lain memuat informasi sebagai berikut.

 NPWP : 01.882.907.7-518.000  Nama Perusahaan : PT Maratea Semarang

Gambar

Tabel 4.2 Pemasok Kayu Gergajian (KG) Lokal
Tabel 4.5. Rekapitulasi Pembelian Kayu Gergajian Impor
Tabel 4.8. Contoh Dokumen Pembelian Bahan Baku Impor  Pemasok
Tabel 4.10. Penerimaan Bahan Baku per Bulan
+7

Referensi

Dokumen terkait

Pemegang SIUP CV Abhinaya Mulia pemenuhan terhadap Standar Verifikasi Legalitas Kayu untuk seluruh norma penilaian setiap verifier yang applicable konsisten

Menindaklanjuti hasil kegiatan Penilikan Kedua Verifikasi Legalitas Kayu (VLK) pada PT Kalimantan Subur Permai (Auditee) di Provinsi Kalimantan Barat yang telah

NA CV Klapa Mas adalah pemegang IPK pada APL untuk IUP-B, bukan pada areal kawasan hutan yang dilepaskan untuk peruntukan kegiatan non kehutanan.. Izin usaha dan lampiran

Seluruh pembelian bahan baku periode Agustus 2016 s/d September 2017 yang dilakukan oleh PT Semeru Karya Buana telah dilengkapi dengan dokumen angkutan hasil hutan yang

Wawancara (wawancara responden dan wawancara informan), dengan mengajukan sejumlah pertanyaan yang dimodifikasi untuk menjawab kriteria, indikator dan verifier yang

Tidak Diterapkan CV Gilang Permata hanya menerima bahan baku kayu dalam bentuk kayu gergajian, furniture 1/2 jadi dan handycraft dan tidak pernah menerima kayu

Kegiatan Surveillance/ Penilikan dilakukan sekurang-kurangnya setiap 12 (dua belas) bulan sekali selama masa berlaku S-LK. Nilai hasil Audit Penilikan-2 Verifikasi Legalitas

Kegiatan Surveillance/ Penilikan dilakukan sekurang-kurangnya setiap 12 (dua belas) bulan sekali selama masa berlaku S-LK. Nilai hasil Audit Penilikan-1 Verifikasi Legalitas