• Tidak ada hasil yang ditemukan

HASIL DAN PEMBAHASAN. Keragaman Protein Plasma Darah

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "HASIL DAN PEMBAHASAN. Keragaman Protein Plasma Darah"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

32 HASIL DAN PEMBAHASAN

Keragaman Protein Plasma Darah

Hasil analisis plasma darah dari lokus Alb, PAlb, Tf, PTf-1, dan PTf-2 yang dilakukan pada itik lokal petelur Pegagan, Alabio, dan Mojosari divisualisasikan pada Gambar 6. Adapun reko nstruksi po la pita protein plasma darah disajikan pada Gambar 7.

Gambar 6. Visualisasi Pola pita Alb, P Alb, TF, PTf-1, dan PTf-2

Gambar 7.Rekonstruksi Pola Pita Alb, PAlb, TF, PTf-1, dan PTf-2

1 2 3 4 5 6 Pos t- Transferrin 2 Pos t-Transferrin 1 Transferrin Pos t-Albumin Albumin

(2)

33 Hasil dari contoh reko nstruksi po la pita yang telah divisualisasikan dapat dilihat dengan jelas perbedaan genotipe pada masing- masing lokus yang diamati. Polimorfisme yaitu suatu keadaan yang terdapat beberapa bentuk fenotipe yang berbeda yang berhubungan satu sama lainnya. Polimorfisme suatu protein darah dapat dipelajari melalui struktur protein karena perbedaan basa dalam DN A dianggap sebagai sifat biokimia untuk membedakan jenis organisme. Pita-pita yang muncul dapat digunakan untuk menduga protein atau enzim yang dibawa oleh alel dalam lok us yang sama atau lok us yang berbeda (non alel) (Selander, 1976; Nicholas,1987). Hasil dari frekuensi genotipe lokus Alb, PAlb, TF, PTf-1, dan PTf-2 dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabe l 1.Frekuensi Genotipe Lok us Alb, P Alb, TF, PTf-1, dan PTf-2

Lokus Populasi Itik Petelur Rataan

Genotipe Pegagan Mojosari Alabio

Albumin AB 0,50 0,90 0,80 0,73 BB 0,10 0,10 0,20 0,13 BC 0,40 0,00 0,00 0,13 Post Albumin AA 0,00 0,90 1,00 0,6 AB 0,40 0,10 0,00 0,17 BB 0,60 0,00 0,00 0,20 Transferrin AC 0,80 1,00 1,00 0,93 BC 0,20 0,00 0,00 0,07 Post transferrin-1 AA 0,90 1,00 1,00 0,97 AB 0,10 0,00 0,00 0,03 Post transferrin-2 AA 0,30 1,00 0,50 0,60 AB 0,70 0,00 0,00 0,23 BB 0,00 0,00 0,50 0,17

Lokus Albumin (Alb)

Dilihat dari Tabel 1 pita protein pada lokus Alb diperoleh tiga genot ipe, yaitu AB, BB, dan BC, dengan total frekuensi genotipe masing- masing adalah 0,73; 0,13 ; dan0,13. Dari hasil analisis pada lokus albumin untuk itik Pegagan, Alabio dan Mojosari ditemukan frekuensi genotipe tertinggi adalah genotipe AB dengan nilai sebesar 0,73 dan genotipe terendah adalah genotipe BB dan BC dengan nilai masing-masing 0,13. Pada itik Mojosari dan Alabio tidak ditemukan genotipe BC.

(3)

34 Frekuensi gen yang diperoleh padakelompok itik Pegagan adalah tipe A (AlbA) de ngan frekuensi gen 0,25 tipe B (AlbB) de ngan frekuensi gen sebesar 0,55 dan tipe C (AlbC) dengan frekuensi sebesar 0,20. Berarti lokus Albumin pada semua plasma darah itik yang dianalisis adalah polimorfik. Hal ini menunjukkan adanya variasi genotipe pada lokus PAlb pada Itik Pegagan, Mojosari dan Alabio. Hasil penelitian lain pada itik Talang Benih dan itik Cihateup menurut Azmi et al. (2006) dan Wulandari (2005) juga ditemukantiga alel yaitu AlbA, AlbB, da n AlbC. Selanjutnya Suryana (2011) juga menemukan AlbA, AlbB , dan AlbC

Lokus Post Albumin (PAlb)

pada itik Alabio.

Berdasarkan Tabel 1 hasil pola migrasi pita protein, pada lokus PAlb ditemukan tiga genotipe yaitu AA, AB da n BB, de ngan frekuensi genotipe masing-masing berur utan ada lah 0,63 ; 0,17 ; da n 0,20. Frekuensi genotipe yang tertinggi ditemukan pada kelompok itik lok al petelur Pegagan, Alabio dan Mojosari adalah frekuensi genot ipe AA sebesar 0,63 dan frekuensi genot ipe yang t erendah adalah AB sebesar 0,17.

Alel yang ditemukan padalokus postalbumin (PAlb) adalah alel A dan B.Hal ini menunjukkan adanya variasi alel pada lok us post albumin (PAlb) pada kelompok Itik Pegagan, Mojosari dan Alabio yang diteliti. Pada itik Mojosari tidak ditemukan genotipe BB dan pada itik Alabio tidak ditemukan genotipe AB dan BB, dengan demikian dapat dinyatakan bahwa pada lokus post albumin pada semua plasma darah yang dianalisis adalah polimorfik.

Lokus Transferrin (Tf)

Berdasarkan 1 hasil pola migrasi pita protein pada lokus Transferrin (Tabel 1) ditemukan dua macam genotipe dengan variasi polimer heterozigot yaitu AC dan BC, dengan frekuensi genotipe masing- masing adalah 0,93 dan 0,07. Diantara ketiga jenis itik yang diteliti, frekuensi genotipe tertinggi ditemukan pada genotipe AC dan frekuensi genot ipe terenda h adalah genotipe BC, dan adapun pada itik Mojosari dan itik Alabio tidak ditemukan genotipe BC, de ngan de mikian genotipe BC hanya ditemukan pada itik Pegagan.

Lok us transferrin yang dianalisis adalah polimorfik. Hal ini menunjukkan adanya variasi pada lokustransferrin (Tf) pada populasi Itik Pegagan, Mojosari dan

(4)

35 Alabio yang diteliti sampel darahnya.Hasil analisis elektroforesis mendapatkan adanya tiga pita alel yaitu A (TfA). B (TfB) dan C (TfC) dengan nilai frekuensi alel masing- masing adalah 0,40 ; 0,10 ; dan 0,50. Hasil penelitian ini berbeda denganAzmi et al. (2006) dan Wulandari (2005) yang hanya menemuka n dua pita alel yaitu TfB da n TfC

Lokus Post Transferrin-1(PTf-1) .

Berdasarkan pola migrasi pita protein, pada lok uspost transferrin-1 (Tabel 1) ditemukan dua genot ipe yaitu AA da n AB, de ngan frekuensi genotipe berturut-tur ut adalah 0,97 dan 0,03. Frekuensi genotipe tertinggi ditemukan pada genotipe AA dan frekuensi genotipe terendah ditemukan pada genotipe AB.

Pada post transferrin-1 itik Mojosari dan Itik Alabio tidak ditemukan genotipe AB, dengan demikian dapat dinyatakan bahwa pada lokus post transferrin-1 pada semua plasma darah yang dianalisis adalah polimorfik. Hal ini menunjukkan adanya variasi pada lok us post transferrin-1(PTf-1) pada populasi Itik Pegagan, Mojosari dan Alabio yang diteliti sampel darahnya.

Lokus Post Transferrin-2(PTf-2)

Berdasarkan pola migrasi pita protein, pada lokus post transferrin-2 (Tabe l 1) ditemukan tiga genot ipe ya itu AA, AB da n BB, dengan frekuens i genotipe berturut-tur ut ada lah 0,60; 0,23; da n 0,17. Frekuensi genotipe terbesar terdapat pada genotipe AA da n yang terenda h pada genot ipe BB.

Genotipe AB da n BB untuk lok us post transferrin-2 (PTf-2) tidak ditemukan pada itik Mojosari. Pada itik Alabio tidak ditemukan genotipe AB dan pada itik Pegagan tidak ditemuka n genotipe BB, dengan demikian dapat dinyatakan bahwa pada lokus post transferrin-1 pada semua plasma darah yang dianalisis ada lah polimorfik. Hal ini menunjukkan adanya variasi pada lok us post transferrin-2(PTf-2) pada kelompokitik Pegagan, Mojosari dan Alabio yang diteliti sampel darahnya.

(5)

16 Frekuensi Alel

Frekuensi alel tertinggi ditemukan pada lokus post albumin yaitu alel A dengan nilai sebesar 1 pada itik Alabio, pada lokus post transferrin-1 Alel A pada itik Mojosari dan Alabio. Pada lokus post transferrin-2 Alel A sebesar 1 pada itik Mojosari. Adapun frekuensi alel merupakan parameter dasar dalam mempelajari proses terjadinya evolusi, karena peruba han genetik pada sebuah populasi biasanya digambarkan dengan adanya perubahan pada frekuensi alel (Nei dan Kumar, 2000). Hasil analisis frekuensi alel pada itik lokal petelur Pegagan, Mojosari dan Alabio berdasarkan lokus Alb, Palb, Tf, PTf-1 da n PTf-2 disajikan pada Tabel 2.

Tabe l 2.F rekuensiAlel Itik Petelur Lokal

Lokus Populasi Itik Lokal Petelur Total

Alel Pegagan Mojosari Alabio

Albumin A 0,25 0,45 0,40 0,37 B 0,55 0,50 0,60 0,57 C 0,20 0,00 0,00 0,07 Post Albumin A 0,20 0,95 1,00 0,72 B 0,80 0,05 0,00 0,28 Transferrin A 0,40 0,50 0,50 0,47 B 0,10 0,00 0,00 0,03 C 0,50 0,50 0,50 0,50 Post Transferrin-1 A 0,95 1,00 1,00 0,98 B 0,05 0,00 0,00 0,02 Post Transferrin-2 A 0,65 1,00 0,50 0,72 B 0,35 0,00 0,50 0,28

Berdasarkan po la migrasi pita proteinlokus albumin, pada ketiga jenis itik petelur yang diteliti ditemukan tiga macam alel yaitu Alel A, B dan C, dengan nilai berur utan sebesar 0,37;0,57; da n 0,07.N ilai frekuensi alel yang tertinggi ditemukan pada alel B pada itik Alabio sebesar 0,60 dan yang terendah alel C sebesar 0,00 pada itik Mojosari dan Alabio. Rataan frekuensi alel yang nilainya terbesar yaitu alel A pada post transferrin-1 dan yang terenda h yaitu alel B pada lokus transferrin. Pada itik Mojosari dan Alabio tidak ditemukan adanya alel C.Hal ini menunjukkan adanya

(6)

17 variasi pada lokus albumin. Hasil yang sama diperoleh oleh Suryana (2011) pada itik Alabio. Selanjut nya pada itik Talang Benih dan itik Cihateup Azmi et al. (2006) dan Wulandari (2005) juga menemukan tiga pita protein.

Frekuensi alel pada lokus post albumin juga terdapat variasi, terdapat dua macam alel pada lok us ini yaitu alel A dan B, alel A dengan nilai rataan sebesar 0,72 dan alel B dengan nilai sebesar 0,28. N ilai frekuensi alel yang terbesar ditemukan yaitu alel A pada itik Alabio sebesar 1,00 dan yang terendah alel B pada itik Alabio dengan nilai yaitu 0,00 atau pada itik Alabio t idak d itemuka n alel B.

Berdasarkan pola migrasi pita protein, pada ketiga jenis itik petelur yang diteliti dilok us tansferrin terdapat alel A, B da n C, dengan nilai total masing- masing berurutan sebesar 0,47, 0,03 dan 0,50. Nilai frekuensi alel terbesar ditemukan pada alel A pada itik Mojosari dan Alabio sebesar 0,50 dan alel C pada itik Pegagan, Alabio dan Mojosari. Rataan frekuensialel yang tertinggi adalah alel C dan yang terenda h adalah alel B. Tidak ditemukan alel B pada jenis itik Mojosari dan Alabio.Beragamnya hasil alel yang ditemukan, hal ini menunjukkan adanya variasi pada lokus transferrin, dengan demikian dapat dikatakan bahwa pada lokus transferrin pada semua plasma darah yang dianalisis adalah polimorfik.Azmi et al. (2006) dan Wulandari (2005) yang hanya menemukan dua pita alel yaitu TfB da n TfC

Berdasarkan pola migrasi pita protein, pada ketiga jenis itik petelur yang diteliti pada lok us post tansferrin-1 ditemukan alel A dan B, dengan nilai total masing- masing alel berurutan adalah 0,98 dan 0,02. Hasil yang didapatkan bahwa nilai rataan frekuensi alel yang tertinggi yaitu alel A dan yang terendah yaitu alel B. Nilai frekuensi alel terbesar adalah alel A pada itik Mojosari dan Alabio dengan nilai 1,00 dan yang terenda h alel B dengan nilai 0,00 pada itik Mojosari dan Alabio. Beragamnya hasil alel yang ditemuka n, hal ini menunjukkan adanya variasi pada lokus post transferrin-1. Hasil penelitian ini berbeda dengan penelitian Azmi et al. (2006). Adapun pada itik Talang Benih tidak ditemukan alel A pada lokus post transferrin-1.

.

Berdasarkan pola migrasi pita protein, pada ketiga jenis itik petelur yang diteliti dilokus post tansferrin-2 ditemukan alel A dan B. N ilai frekuensi alel yang tertinggi ditemukan yaitu alel A pada itik Mojosari dan yang terendah ditemukan yaitu alel B pada itik Mojosari. Nilai total dari kedua alel secara berurutan adalah

(7)

18 0,72 dan 0,28. N ilai rataan frekuensi alel yang tertinggi adalah alel A dan yang terendah adalah alel B. Beragamnya hasil alel yang ditemukan, hal ini menunjukkan adanya variasi pada lokus post transferrin-2. Hasil penelitian ini berbeda dengan penelitian Azmi et al. (2006) pada itik Talang Benih yaitu tidak ditemukan alel A pada lokus post transferrin-2.

Keseimbanga n Hardy-Weinberg

Hasil pengujian keseimbangan populasi menggunakan uji 2

Tabel 5. Hasil uji 2

terhadap lokus Albumin, Post Albumin, Transferrin, Post Transferrin-1 dan Post Transferrin-2 pada itik pe telur lokal disajikan pada Tabel 3.

Populasi

lokus Albumin, Post Albumin, Transferrin, Post Transferrin-1 dan Post Transferrin-2

Lokus Alb PAlb Tf Ptf-1 PTf-2 Pegagan 6.68* 2,20 10,00* 8,62* Mojosari 0,03 Alabio Keterangan : (*) (tn n ) = = = = nyata

tidak nyata pada tarafα = 0.05 tidak didefinisikan

banyaknya sampel

Tabe l 3 memperlihatkan hasil dari perhitungan 2 pada itik Pegagan adalah berada pada keadaan tidak seimbang pada lokus albumin, transferrin dan post transferrin-1. Hal ini berarti bahwa keragaman genotipnya rendah dan tidak memenuhi hukum Hardy-Weinberg yang menyatakan bahwa frekuensi genotipe suatu populasi yang cukup besar akan selalu dalam keadaan seimbang bila tidak ada seleksi, mutasi, migrasi dan genetic drift (Noor, 2010) sehingga diduga sudah terjadi seleksi, sedangkan lokus post albumindalam keadaan seimbangdan lokus post transferrin 2 t idak dapat didefinisikan karena memiliki nilai hitung 2

Frekuensi gen pada kelompok itik Mojosari seimbang pada lokus post albumin, namun pada lokus albumin, transferrin, post transferrin-1 dan post transferrin-2 tidak dapat dianalisis lebih jauh karena nilai hitung 2

tak hinggga.

hitungnya tak hingga.Begitu juga dengan semua lokus yang diteliti pada itik Alabio menunjukkan keadaan tidak dapat didefinisikan karena adanya suatu nilai tak hingga pada lokus

(8)

19 sehingga tidak dapat dianalisis lebih jauh. Begitu juga pada lok us post transferrin-2pada ketiga jenis itik petelur yang diteliti menunjukkan keadaan tidak dapat didefinisikan. Hal ini tidak sesuai dengan hukum Hardy-Weinbergbahwa frekue nsi genotipe suatu populasi yang cukup besar akan selalu dalam keadaan seimbang bila tidak ada seleksi, mutasi, migrasi dan genetic drift (Noor,2010).

Heterozigositas

Hasil analisis heterozigos itas tiga kelompok itik petelur lokalya itu Pegagan, Mojosari dan Alabio disajikan pada Tabel 4.

Tabe l 4. N ilai Heterozigos itas pada Tiga Populasi Itik Pegagan, Mojosari da n Alabio

Itik Lok us Total

Albumin Palb Tf PTf-1 PTf-2

Pegagan 0,90 0,40 1,00 1,00 1,00 0,80

Mojosari 0,90 0,10 1,00 1,00 0,00 0,60

Alabio 0,80 0,00 1,00 0,00 1,00 0,56

Rataan 0,87 0,17 1,00 1,00 0,23 0,65

Tabe l 4 menunjukka n bahwa nilai heterozigos itas itik Pegagan sebesar 0,80. Nilai heterozigositas pada itik Alabio sebesar 0,56. N ilai heterozigositas pada itik Mojosari adalah 0,60.Hal ini menunjukkan bahwa variasi genetik pada itik Pegagan tinggi sehingga sangat bermanfaat untuk program seleksi perbaikan genetik itik Pegagan, hal ini juga sesuai de ngan ya ng dilapo rka n Marson et al. (2005) bahwa pendugaan nilai heterozigos itasuntuk mendapatkan keragaman genetik dalam populasi yang dapat digunakan untuk membantu program seleksi pada ternak yang akan digunakan sebagai sumber genetik pada generasi berikutnya.

Nilai heterozgositas itik Alabio paling rendah jika dibandingka n dengan itik Pegagan dan itik Mojosari. Rendahnya nilai heterozigositas pada itik Alabio diduga akibat seleksi yang dilakukan oleh para peternak untuk menghasilkan itik petelur.

Nilai heterozigos itas pada ketiga jenis itik d iurutkan dari mulai yang tertinggi adalah lokus transferrin (1,00), post transferrin-1 (1,00), albumin (0,87), post transferrin-2 (0,23), dan lok us post albumin (0,17). Hal ini menunjukkan bahwa pada lokus transferrin bervariasi, sehingga untuk melakukan program seleksi pada

(9)

20 ketiga jenis itik ini, maka lokus transferrin dapat digunakan sebagai acuan seleksi. Sebaliknya pada lokus post albumin dan post transferrin-2 yang memiliki nilai keragaman genetik rendah. N ilai rataan heterozigositas keseluruhan pada itik lokal petelur Pegagan, Mojosari dan Alabio adalah 0,65. Ferguson (1980) menyatakan bahwa heterozigot menggambarkan adanya variasi genetik pada suatu populasi.Semakin tinggi nilai heterozigositas pada suatu populasi maka tinggi pula variasi genetik pada populasi tersebut.

Jarak Genetik dan Pohon Filoge nik

Berdasarkan hasil dari analisis jarak genetik dan pohon kekerabatan diperoleh jarak genetik dan dendogram yang ditampilkan pada Tabel 5 dan Gambar 8.

Tabe l 5.Jarak Genetik Itik P egagan , Mojosari da n Alabio

Populasi Pegagan Mojosari Alabio

Pegagan - - -

Mojosari 1,58 - -

Alabio 1,47 1,48 -

Jarak genetik ketiga itik pada Tabel 5, menunjukkan bahwa hubungan kekerabatan yang paling dekat antara populasi itik Alabio dengan Pegagan sebesar 1,47. Adapun hubungan kekerabatan terjauh adalah antara itik Mojosari dengan Pegagan sebe sar 1,58. Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian Brahmantiyo et al. (2003), yang memperoleh hasil bahwa itik Alabio memiliki hubungan kekerabatan dengan itik Mojosari. Selanjutnya pada penelitian Brahmantiyo et al. (2005), juga menemukan bahwa itik Mojosari memiliki hubungan kekerabatan dengan itik C irebon dan itik C ihateup.

Semakin dekat hubungan kekerabatan megidentifikasikan adanya kesamaan yang tinggi pada lokus- lokus protein darah yang diamati, dan sebaliknya.Semakin jauh hubungan kekerabatan mengidentifikasikan adanya keragaman atau variasi yang tinggi pada lokus-lokus protein darah yang diamati (Nei dan Kumar, 2000), dari hasil jarak genetik yang diperoleh digunakan untuk membuat pohon kekerabatan diantara ketiga jenis itik petelur yang diteliti, seperti yang disajikan pada Gambar 8.

(10)

21 0,76 Mojosari

0,74 Alabio

0,02

0,74 Pegagan

Gambar 8. Dendo gram Pohon FilogenikItik Petelur Lokal

Gambar 8 memperlihatkan kesamaan pada masing- masing populasi berdasarkan lokus-lok us ya ng diamati. Populasi itik Pegagan memiliki kesamaan yang dekat dengan itik Alabio. Adapun dengan itik Mojosari keduanya masih memiliki hubungan kekerabatan namun kesamaan diantara ketiganya yang palingdekat adalah itik Alabio dan Pegagan,hal ini memungkinka n ketiga jenis itik ini dapat dikawinkan, sehingga bisa memperoleh galur itik petelur lokal yang unggul.

Gambar

Gambar 6. Visualisasi Pola pita  Alb, P Alb, TF, PTf-1, dan PTf-2
Tabe l 1.Frekuensi Genotipe Lok us Alb, P Alb, TF, PTf-1, dan PTf-2
Tabe l 2.F rekuensiAlel Itik Petelur Lokal
Tabel 5. Hasil uji  2
+4

Referensi

Dokumen terkait

Adanya peningkatan menunjukkan bahwa dengan menggunakan model pembelajaran semi guided inquiry dapat mengembangkan keterampilan menganalisis asumsi dan keterampilan

Hal ini berarti terdapat perbedaan yang signifikan antara mean pengetahuan siswa/i pada kelompok eksperimen dan kelompok kontrol sesudah diberikan promosi

Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemberian pupuk anorganik, kotoran sapi serta kombinasi kotoran sapi dan pupuk hijau dengan komposisi yang berbeda-beda tidak

[r]

 Fluida panas bumi muncul ke permukaan dengan cepat. (>

Panggabean, HimpunanPutusan Mahkamah Agung Mencapai Perjanjian Kredit Perbankan(Berikut Tanggapan), Jilid 1, (Bandung : Penerbit PT. Sebagai perbandingan, Pasal

Yoshida Genjiro menyisipkan beberapa ejaan bahasa Jepang kuno didalam cerpennya.Sehingga tidak semua pembelajar bahasa Jepang mampu memahami isi dan makna cerita

Penggunaan istilah puisi prismatis kurang lazim digunakan padahal keberadaannya tidak dapat ditutupi atau dihapus dari sejarah perpuisian di Indonesia. Dengan