Available online http://ojs.uma.ac.id/index.php/perspektif
Implementasi Program Gerakan Indonesia Sadar Administrasi
dalam Percepatan Kepemilikan Akta Kelahiran Usia 0-18 Tahun
Implementation of the Administration Awareness Indonesian
Movement Program in Accelerating Ownership of Birth
Certificates for Age 0-18
Listiyono, Humaizi & Heri Kusmanto*
Program Studi Magister Studi Pembangunan, Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik, Universitas Sumatera Utara, Indonesia
Diterima: 16 November 2020; Direview 16 November 2020; Disetujui: 6 Januari 2020.
Abstrak
Dalam hal pemenuhan hak dan kewajiban penduduk Kabupaten Langkat di bidang pencatatan sipil akta kelahiran, maka diperlukan pengaturan secara komprehensif untuk menjadi pegangan dan pedoman bagi seluruh aparat pemerintah di Kabupaten Langkat. Sebagaimana Instruksi Mendagri Nomor 470/837/SJ 07 tentang Gerakan Indonesia Sadar Administrasi (GISA) yang bertujuan untuk meningkatkan kesadaran masyarakat di bidang administrasi kependudukan, pemerintah yang efektif dan efisien serta negara yang memiliki daya saing. Pemerintah daerah diharapkan mendukung penuh program tersebut dengan menciptakan ekosistem yang ideal. Penelitian ini bertujuan untuk melihat implementasi program Gerakan Indonesia Sadar Administrasi dalam percepatan kepemilikan akta kelahiran usia 0-18 tahun di Kabupaten Langkat. Dalam penelitian ini, metodelogi penelitian yang digunakan penuli adalah metode penelitian deskriptif dengan pendekatan kualitatif dengan maksud untuk memusatkan perhatian terhadap masalah-masalah atau fenomena yang ada pada saat penelitian dilakukan. Informan kunci penelitian adalah Kepala Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil dan Kepala Bidang Pencatatan Sipil. Berdasarkan hasil penyajian dan analisis data, maka dapat disimpulkan bahwa implementasi program Gerakan Indonesia Sadar Administrasi dalam percepatan kepemilikan akta kelahiran usia 0-18 tahun di Kabupaten Langkat masih kurang optimal, seperti belum maksimalnya proses komunikasi, keterbatasan sumber daya, tidak ada anggaran pada program, dan terjadi transisi pejabat struktural.
Kata Kunci: Implementasi; Program; Kebijakan Publik; Gerakan Indonesia Sadar Administrasi.
Abstract
In terms of fulfilling the rights and obligations of the residents of Langkat Regency in the field of civil registration of birth certificates, a comprehensive arrangement is needed to serve as guidelines and guidelines for all government officials in Langkat Regency. As the Minister of Home Affairs Instruction Number 470/837 / SJ 07 concerning the Administration of a Conscious Indonesia Movement (GISA) which aims to increase public awareness in the field of population administration, effective and efficient government and a competitive state. The local government is expected to fully support the program by creating an ideal ecosystem. This study aims to see the implementation of the Administrative Awareness Movement program in accelerating ownership of birth certificates aged 0-18 years in Langkat Regency. In this study, the research methodology used by the writers was a descriptive research method with a qualitative approach with the intention of focusing on the problems or phenomena that existed at the time the research was carried out. Key research informants were the Head of the Population and Civil Registry Office and the Head of the Civil Registration Division. Based on the results of the presentation and analysis of the data, it can be concluded that the implementation of the Administration Awareness Indonesia Movement program in accelerating the ownership of birth certificates aged 0-18 years in Langkat Regency is still not optimal, such as the communication process has not been maximal, limited resources, no budget for the program and there is a transition of structural officials.
Keywords: Implementation; Program; Public Policy; the Administration of a Conscious Indonesia Movement,
How to Cite: Listiyono, Humaizi & Kusmanto, H. (2021). Implementasi Program Gerakan Indonesia Sadar Administrasi Dalam Percepatan Kepemilikan Akta Kelahiran Usia 0-18 Tahun Di Kabupaten Langkat. PERSPEKTIF, 10 (2): 352-370
*Corresponding author:
PENDAHULUAN
Negara Indonesia pada hakikatnya berkewajiban memberikan perlindungan dan pengakuan terhadap penentuan status pribadi dan status hukum atas setiap peristiwa kependudukan dan peristiwa penting yang dialami oleh penduduk Indonesia, sehingga Pemerintah perlu melakukan pengaturan mengenai administrasi kependudukan. Pengelolaan pada administrasi kependudukan dilakukan dengan cara pendaftaran penduduk. Berbagai langkah-langkahperbaikan dan penyempurnaan dalam suatu penyelenggaraan administrasi kependudukan telah dilakukan terkait sistem, pengorganisasian, sumber daya manusia, serta peningkatan kesadaran penduduk.
Dalam kaitan status kependudukan, Pemerintah berupaya memperoleh data-data kependudukan di Indonesia yang akurat guna pemetaan yang tepat dan menanggulangi masalah kependudukan tingkat lokal dan nasional. Amanat UU Nomor 23 Tahun 2006 sebagaimana diubah menjadi UU Nomor 24 tahun 2013 tentang Administrasi Kependudukan. Pasal 58 Ayat (4) disebutkan bahwa data kependudukan dimanfaatkan untuk beberapa hal, diantaranya: 1) Pelayanan public; 2) Perencanaan pembangunan; 3) Alokasi anggaran; 4) Pembangunan demokrasi; 5) Penegakan hukum dan pencegahan criminal Pemerintah juga memberikan kewenangan kepada pemerintah daerah untuk mengurus urusan pemerintahannya sendiri. Peraturan Pemerintah Nomor 40 Tahun 2019 tentang Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2006 tentang Administrasi Kependudukan sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2013 tentang Administrasi Kependudukan, Pasal 81 ayat 1 disebutkan bahwa Bupati/Wali Kota menyelenggarakan urusan administrasi kependudukan di daerah kabupaten/kota.
Menurut UU No. 24 Tahun 2013 Tentang Administrasi Kependudukan, tugas dan kewenangan Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil sebagai Instansi pelaksana di kabupaten/kota bertugas menjalankan penyelenggaraan administrasi kependudukan mengenai pendaftaran penduduk dan Catatan sipil yang meliputi kelahiran, kematian, lahir mati, perkawinan, perceraian, pengakuan anak, pengesahan anak dan lain-lain. Peristiwa penting tersebut harus dicatat ke dalam
Catatan sipil dan ditata dengan sebaik-baiknya sebagai bentuk tertib administrasi public (Chair & Kariono, 2011; Sirait, 2011; Angkat et al., 2016; Sari et al., 2019).
Pemerintah melalui Kementerian Dalam Negeri (KEMENDAGRI) meluncurkan program kebijakan dalam meningkatkan dan mewujudkan tertib administrasi kependudukan yang tertuang dalam Instruksi Mendagri Nomor 470/837/SJ tanggal 07 Februari 2018 tentang Gerakan Indonesia Sadar Administrasi (GISA). Program ini bertujuan untuk meningkatkan kesadaran masyarakat di bidang administrasi kependudukan, pemerintah yang efektif dan efisien serta negara yang memiliki daya saing. Sehubungan dengan instruksi Mendagri tersebut, Pemerintah daerah diharapkan mendukung penuh program GISA dengan menciptakan ekosistem yang ideal untuk pelaksanaan GISA. Program GISA difokuskan kepada: 1) Program Sadar Kepemilikan Dokumen Kependudukan; 2) Program Sadar Pemutakhiran Data Penduduk; 3) Program Sadar Pemanfaatan Data Kependudukan Sebagai Satu satunya Data Yang Dipergunakan untuk Semua Kepentingan; 4) Program Sadar Melayani Administrasi Kependudukan Menuju Masyarakat yang Bahagia.
GISA dalam hal ini mewajibkan seluruh warga masyarakat memiliki dokumen administrasi kependudukan secara lengkap. Dokumen tersebut meliputi KTP Elektonik, Kartu Keluarga, Akta Kelahiran, Akta Kematian, Akta Perkawinan, Akta Perceraian, dan Kartu Indonesia Anak (KIA). Dokumen-dokumen tersebut wajib dimiliki untuk keperluan layanan publik seperti pengurusan BPJS, SIM, Perbankan, Paspor, Hak Waris dan lain sebagainya (Purba et al., 2019; Zulkfli, 2013; Thomas, 2018; Cahyaningrum, et al., 20190.
Catatan kelahiran pada dasarnya berperan penting dalam pemerintahan dan pembangunan penyelenggaraan negara. Akta kelahiran sebagai alat pemutakhiran data tentang status individu yang akurat dan sarana untuk memperoleh gambaran wilayah dalam bentuk angka kelahiran. Catatan kelahiran sebagai tertib administrasi dan Akta kelahiran sebagai bukti legalitas seseorang dan menjadi bukti awal kewarganegaraan.
Akta kelahiran sangat dibutuhkan seseorang dalam kehidupan sehari-hari untuk mengurus hal-hal yang bersifat administratif.
Berbagai kegiatan banyak yang membutuhkan informasi yang terdapat di dalam akta kelahiran. Kegiatan-kegiatan tersebut antara lain persyaratan untuk masuk sekolah, membuat Kartu Keluarga, Kartu Tanda Penduduk, mencari pekerjaan, menikah, mendaftar CPNS dan sebagainya. Akta kelahiran juga dibutuhkan untuk mengurus tunjangan bagi anak PNS/TNI/Polri, pencairan asuransi, dan pengurusan warisan. Upaya meningkatkan kepemilikan akta kelahiran menjadi penting dilakukan sebagai bentuk kewajiban negara dalam rangka melindungi sekaligus memenuhi hak atas identitas diri dan status kewarganegaraan semua warganya (Sembiring, et al., 2016; Purba et al., 2019; Qhilby et al., 2017).
Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kabupaten Langkat menindaklanjuti instruksi Menteri Dalam Negeri tersebut melalui implementasi GISA di Kabupaten Langkat. Penyelengaraan GISA Dinas Kependudukan Dan Catatan Sipil Kabupaten Langkat dimulai sejak Oktober 2018. Sosialisasi GISA dilaksanakan dengan menghadirkan berbagai sektor dari instansi terkait seperti Dinas Pemberdayaan Masyarakat Desa sebagai
leading sector dari aparatur desa dalam
gerakan desa tertib administrasi, Komisi Pemilihan Umum Kabupaten Langkat sebagai gerakan untuk suksesnya Pemilihan Presiden dan Pemilihan Legislatif tahun 2019, para Camat dan Kepala Desa/Lurah Se- Kabupaten Langkat.
Penulis memfokuskan penelitian ini pada sadar kepemilikan akta kelahiran usia 0-18 tahun di Kabupaten Langkat melalui GISA ini. Berdasarkan data dari Dinas Keluarga Berencana dan Pemberdayaan Perempuan dan Anak (KBPPA) Kabupaten Langkat tahun 2019, jumlah angka kelahiran total (Total Fertility
Rate) mengalami penurunan dari 2,6 menjadi
2,28 anak per wanita. Kendati demikian, jumlah usia 0-18 tahun di Kabupaten Langkat sebanyak 304.514 jiwa. Berdasarkan data bulan Oktober 2018 sebelum dilaksanakan GISA, jumlah usia 0-18 tahun di Kabupaten Langkat tahun 2018 yang memiliki akta kelahiran sebanyak 245.365 orang atau 80,58 %. Penduduk usia 0-18 tahun yang belum memiliki akta kelahiran sebanyak 59.149 orang atau 19,42%. Berikut ini data jumlah catatan kelahiran usia 0-18 tahun di Kabupaten Langkat.
Berdasarkan data tahun 2019, jumlah usia 0-18 tahun yang memiliki Akta Kelahiran adalah 261.314 jiwa atau 79,57%, sedangkan usia 0-18 tahun yang belum tercatat sebanyak 67.104 jiwa atau 20,43 % dari total jumlah usia 0-18 tahun pada Oktober 2019 sebanyak 328.418 jiwa. Target pencapaian GISA Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kabupaten Langkat adalah 85%. Rasio jumlah usia 0-18 tahun yang memiliki akta kelahiran sebelum dan sesudah pelaksanaan GISA tidak mengalami kenaikan yang signifikan. Berikut data jumlah Catatan kelahiran usia 0-18 tahun di Kabupaten Langkat.
Dari hasil observasi awal diperoleh data bahwa dalam melakukan program sadar kepemilikan akta kelahiran usia 0-18 tahun melalui GISA di Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kabupaten Langkat belum optimal. Target pencapaian kinerja dalam kepemilikan Akta Kelahiran usia 0-18 Tahun di Kabupaten Langkat belum sepenuhnya dapat terealisasi sehingga masih ditemukan beberapa fenomena.
Penyelenggaraan rapat koordinasi merupakan salah satu bentuk penyaluran komunikasi dan informasi dalam penyelenggaraan administrasi kependudukan dan penyelenggaraan pelayanan di Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kabupaten Langkat, akan tetapi intensitasnya dirasakan masih rendah, rapat koordinasi di Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil dibagi menjadi dua yaitu rapat koordinasi internal dan rapat koordinasi eksternal, dimana rapat koordinasi internal dilakukan secara kondisional sesuai instruksi dari Sekretaris Dinas kepada Kepala Bidang, Kepala-Kepala Seksi serta Kepala-Kepala UPT di Kecamatan.
Rapat koordinasi eksternal dilakukan dengan berbagai sektor seperti Camat dan Kepala Desa/Lurah. Rapat eksternal dalam periode tahun 2018-2019 hanya dilakukan sebanyak tiga kali. Hal ini menjadi kendala dalam pelaksanaan GISA karena tidak ada rapat rutin yang dilakukan sebagai bentuk evaluasi kegiatan dan penanganan masalah di lapangan.
Kurangnya sosialisasi terkait dengan instruksi Permendagri Nomor 407/837/SJ tentang Gerakan Indonesia Sadar Administrasi Kependudukan (GISA) sehingga masyarakat masih kurang menyadari pentingnya administrasi kependudukan. Hal ini bisa dilihat dari data kepemilikan Akta Kelahiran yang
tidak mencapai target. Kurangnya kesadaran dan kepedulian masyarakat terhadap pentingnya akta kelahiran disebabkan masyarakat banyak yang belum mengetahui informasi dan prosedur yang jelas tentang administrasi kependudukan dan manfaatnya dalam kehidupan bermasyarakat. Hal ini dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain tidak diperoleh informasi kependudukan dalam bentuk brosur, pamflet, spanduk, baleho, reklame ataupun informasi melalui media elektronik seperti radio dan televisi (iklan layanan masyarakat).
Di wilayah Kabupaten Langkat sendiri pemasangan spanduk hanya dilakukan di kantor Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kabupaten Langkat saja sedangkan di kantor Camat atau titik strategis pemasangan spanduk di ruas jalan tidak ada. Belum adanya portal Instansi Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kabupaten Langkat yang mencakup pembaharuan berita, prosedur kepengurusan dokumen kependudukan dan lain-lain, sehingga masih dianggap kurang sosialisasi.
Kuantitas sumber daya manusia (human
resource) atau pegawai yang bertugas di Sub
Bidang Pencatatan Kelahiran Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kabupaten Langkat masih kurang bila dibandingkan dengan standar tenaga yang seharusnya bila dihitung berdasarkan jumlah penduduk, beban kerja dan jumlah fasilitas berupa peralatan teknologi informasi dan sarana pendukung lainnya yang ada. Keterbatasan SDM pada Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kabupaten Langkat Bidang Catatan Sipil Seksi Kelahiran dalam melakukan proses implementasi kebijakan dan pelayanan publik berakibat pada pelayanan yang tidak maksimal dan menghambat dalam pencapaian target GISA. Perbandingan rasio pemohon akta catatan sipil dan jumlah pegawai tidak ideal sehingga terjadi penambahan beban kerja secara signifikan yang dirasakan langsung oleh pegawai. Jumlah pegawai sebagai pengadministrasi akta kelahiran berjumlah 2 orang untuk proses pencetakan akta kelahiran.
Sarana dan prasarana yang memadai merupakan salah satu indikator yang menunjang keberhasilan program di bidang kependudukan. Meski berusaha memberikan sosialisasi dan pemahaman kepada masyarakat terhadap pentingnya akta kelahiran. Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kabupaten
Langkat menghadapi berbagai kendala sarana dan prasarana penunjang seperti jaringan komunikasi data dan ketidaksediaan pengolahan data ruang arsip dokumen kependudukan sehingga berkas menumpuk di ruang kerja.
Semua proses penerbitan Akta Kelahiran mulai dari pengentrian data sampai proses pencetakan sangat tergantung pada jaringan. Jika jaringan aplikasi Sistem Informasi Administrasi Kependudukan dalam kondisi yang sedang buruk maka jumlah permohonan yang bisa diproses juga sedikit dan kemungkinan besar banyak yang tertunda dan menumpuk. Hal ini menyebabkan antrian pencetakan juga lebih lambat. Selain itu seperti kendaraan operasional dinas, lemari, kursi, meja komputer, komputer, printer, dan server komputer, yang tersedia belum mencukupi untuk mendukung kegiatan percepatan kepemilikan akta kelahiran melalui GISA, sehingga proses pelayanan belum optimal.
Struktur birokrasi, kebijakan yang begitu kompleks menuntut adanya kerjasama dari semua pihak yang terdapat dalam suatu struktur untuk dapat melaksanakan suatu kebijakan, struktur birokrasi yang terdapat di Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil sekarang dirasakan belum kondusif karena sedang mengalami masa transisi dimana Kepala Dinas dari Bapak Metehsa Sitepu, M.H, telah wafat sehingga ditunjuk Bapak Amansyah sebagai pelaksana tugas selanjutnya diganti lagi Bapak Drs. Mulyono sebagai pelaksana tugas yang baru hingga saat ini dan pergantian Kepala Bidang Catatan Sipil karena memasuki masa purna bakti pada Mei 2019, tentunya hal ini akan menghambat jalannya kebijakan dan pelayanan publik karena diperlukan waktu untuk melakukan penyesuaian terhadap berbagai aspek dengan struktur birokrasi yang baru agar struktur birokrasi kembali kondusif dan proses implementasi kebijakan dapat terealisasi secara maksimal.
METODE PENELITIAN
Kegiatan penelitian ini dilakukan di Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kabupaten Langkat. Penulis tertarik untuk meneliti di daerah ini karena berbagai pertimbangan dan alasan antara lain: 1) Kepemilikan akta kelahiran di Kabupaten Langkat melalui Program Gerakan Indonesia Sadar Administrasi belum mengalami kenaikan yang
signifikan; 2) Letak geografi Kabupaten Langkat, Wilayah terdiri atas pulau, daratan, dan pegunungan. Jarak tempuh Kecamatan terjauh ke Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kabupaten Langkat membutuhkan waktu sekitar 3 hingga 4 jam.
Dalam menentukan metode penelitian, terlebih dahulu perlu diketahui jenis penelitian yang digunakan. Hal ini untuk mengetahui gambaran yang jelas di dalam penelitian serta memahami makna sebenarnya dari jenis penelitian tersebut, sehingga memudahkan untuk melakukan langkah selanjutnya dalam proses analisis data.Dalam melakukan suatu penelitian, peneliti dapat menggunakan beberapa metode ataupun cara yang sejalan dan mendukung peneliti memperoleh data dalam melakukan penelitiannya.
Adapun jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian deskriptif dengan analisis kualitatif, yaitu prosedur pemecahan masalah yang diselidiki dengan pengamatan dengan cara menggambarkan keadaan objek penelitian pada saat sekarang berdasarkan fakta-fakta yang tampak atau sebagaimana adanya dan data diperoleh dengan wawancara yaitu mendapatkan data dengan tanya jawab dan berhadapan langsung dengan informan atau narasumber (Sugiyono, 2014).
Menurut Sugiyono (2009), “Metode penelitian kualitatif yaitu penelitian yang bermaksud untuk memahami fenomena tentang apa yang dialami oleh subyek penelitian misalnya perilaku, persepsi, motivasi, tindakan dan lain-lain. Moleong (2014) menyatakan bahwa, “Dalam penelitian kualitatif, peneliti sendiri atau dengan bantuan orang lain merupakan alat pengumpul data utama”.
Dengan demikian, pendekatan induktif ini bertujuan meneliti, menemukan atau menggali secara luas fakta dan informasi serta hal-hal yang mempengaruhi terjadinya sesuatu kemudian ditarik kesimpulan yang bersifat umum. Penulis memilih menggunakan pendekatan induktif karena dalam pelaksanaannya lebih tepat dalam proses pengambilan data, karena pada sebelumnya dilakukan pengamatan terhadap suatu masalah yang timbul. Pendekatan induktif sering disebut sebagai sebuah pendekatan pengambilan kesimpulan dari khusus menjadi umum (going from specific to the general).
Nasution (1996) menjelaskan bahwa, “Unit analisis dalam penelitian kualitatif adalah dapat bersifat perorangan, kelompok yang menjadi satuan kajian atau juga keseluruhan program atau keseluruhan latar. Berkaitan dengan penelitian kualitatiftidak ada pengertian populasi dalam penelitian ini”.
Unit analisis pada penelitian ini ialah program GISA dalam kepemilikan akta kelahiran di Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kabupaten Langkat. Untuk menentukan narasumber dalam penelitian ini data-data yang diperoleh dari informan atau narasumber menggunakan purposive sampling yaitu teknik penentuan narasumber pengambilan sumber data dengan pertimbangan menguasai atau memahami permasalahan dalam penelitian ini sehingga bisa memiliki data dan memberikan informasi yang lengkap dan akurat.
Berdasarkan hal tersebut dapat dikemukakan bahwa, peneliti sebagai human
instrument berfungsi menetapkan fokus
penelitian, memilih informan sebagai sumber data, melakukan pengumpulan data, menilai kualitas data, analisis data, menafsirkan data dan membuat kesimpulan atas temuan di lapangan. Sehingga rancangan penelitian masih bersifat sementara dan akan berkembang setelah peneliti memasuki objek penelitian. Instrumen harus divalidasi seberapa jauh peneliti kualitatif siap melakukan penelitian lanjutan ke lapangan. Untuk menjadi instrumen penelitian yang baik, peneliti kualitatif dituntut untuk memiliki wawasan yang luas, baik wawasan teoritis maupun wawasan yang terikat dengan konteks sosial yang diteliti yang berupa nilai budaya, keyakinan, hukum, adat istiadat yang terjadi dan berkembang pada konteks sosial tersebut.
Kriteria-kriteria informan penelitian yang ditetapkan sementara ini adalah merupakan orang-orang yang memahami dan terlibat langsung dalam pelaksanaan Catatan akta kelahiran melalui GISA dalam pelayanan administrasi kependudukan di Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil di Kabupaten Langkat.Informan yang akan diwawancarai sebagai sumber data penelitian ini sebanyak 19 informan dengan rincian sebagai berikut: 1) Kepala Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil; 2) Kepala Bidang Catatan Sipil; 3) Kepala Seksi Kelahiran; 4) Pegawai Pengadministrasi Akta kelahiran/Staf; 5) Camat; 6) Kepala UPTD Kecamatan; 7) Masyarakat.
Teknik pengumpulan data merupakan cara peneliti untuk memperoleh data dalam penelitian. Pada penelitian ini peneliti memilih jenis penelitian kualitatif, untuk memperoleh data harus dengan mendalam, jelas, dan spesifikasi.Data diperoleh melalui suatu proses yang disebut pengumpulan data. Pengumpulan data menurut Nazir (2011) adalah,“Prosedur yang sistematis dan standar untuk memperoleh data yang diperlukan”. Tanpa mengetahui teknik pengumpulan data, maka peneliti tidak akan mendapatkan data yang memenuhi standar data yang ditetapkan.Teknik pengumpulan data mempunyai kelebihan dan kekurangan masing-masing sehingga untuk memperoleh data yang akurat, relevan, dan dapat dipertanggungjawabkan maka penulis mengumpulkan data atau informasi dari informan kunci (key informan) sesuai dengan fokus penelitian yang telah ditetapkan.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Implementasi Program Gerakan Indonesia Sadar Administrasi
Komunikasi merupakan proses penyampaian informasi dari komunikator kepada komunikan. Sementara itu, komunikasi kebijakan berarti merupakan proses penyampaian informasi kebijakan dari pembuat kebijakan (policy makers) kepada pelaksana kebijakan (policy implementors). Menurut George C. Edward III dalam Nugroho (2011) Salah satu unsur yang dapat mempengaruhi keberhasilan pelaksanaan sebuah kebijakan adalah komunikasi. Terwujudnya suatu komunikasi yang baik antara pemerintah dengan pemerintah maupun pemerintah dengan masyarakat akan mewujudkan adanya hubungan yang sinergis dan terhindar dari kesalahpahaman atau miss komunikasi sehingga tujuan yang telah dirumuskan dapat tercapai. Persyaratan pertama bagi implementasi kebijakan yang efektif adalah bahwa mereka yang melaksanakan keputusan harus mengetahui apa yang harus dilakukan. Keputusan-keputusan kebijakan dan perintah-perintah harus diteruskan kepada staf atau pegawai yang tepat sebelum keputusan dan perintah-perintah tersebut dapat diikuti.
Komunikasi dalam konteks penelitian ini digunakan agar pelaksanaan GISA pada kepemilikan akta kelahiran di Kabupaten Langkat dapat berjalan dengan baik.
Komunikasi yang dilakukan oleh Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kabupaten Langkat kepada masyarakat berupa penyampaian harus benar dan tepat agar masyarakat dapat memahami pentingnya dokumen kependudukan dalam hal ini akta kelahiran. Dalam implementasi kebijakan, komunikasi mencakup beberapa dimensi yaitu tranformasi informasi (transimisi), kejelasan informasi (clarity) dan konsistensi informasi (consistency).
Dimensi tranformasi menghendaki agar informasi tidak hanya disampaikan kepada pelaksana kebijakan tetapi juga kepada kelompok sasaran dan pihak yang terkait. Penyampaian informasi disini adalah cara aparatur dalam menyampaikan informasi mengenai prosedur pengurusan dokumen kependudukan kepada masyarakat. Menurut Agustino (2008), Penyaluran komunikasi yang baik akan menghasilkan suatu implementasi yang baik pula. Penyampaian informasi ini harus dilakukan dengan baik untuk menghasilkan suatu pelaksanaan kebijakan yang optimal. Penyampaian informasi tentunya tidak selalu berjalan dengan baik seringkali terjadi masalah dalam penyampaian informasi seperti adanya salah pengertian atau kesalahpahaman yang disebabkan oleh human
error atau faktor lainnya seperti banyaknya
tingkatan birokrasi yang harus dilalui dalam proses penyampaian informasi.
Kurangnya sosialisasi terkait dengan Instruksi MENDAGRI Nomor 407/837/SJ tentang Gerakan Indonesia Sadar Administrasi Kependudukan (GISA) sehingga masyarakat masih kurang menyadari pentingnya administrasi kependudukan. Hal ini bisa dilihat dari data kepemilikan Akta Kelahiran yang tidak mencapai target. Kurangnya kesadaran dan kepedulian masyarakat terhadap pentingnya akta kelahiran disebabkan masyarakat banyak yang belum mengetahui informasi dan prosedur yang jelas tentang administrasi kependudukan dan manfaatnya dalam kehidupan bermasyarakat. Hal ini dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain tidak diperoleh informasi kependudukan dalam bentuk brosur, pamflet, spanduk, reklame ataupun informasi iklan layanan masyarakat.
Pemasangan spanduk di wilayah Kabupaten Langkat sendiri hanya dilakukan di kantor Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil
Kabupaten Langkat saja sedangkan di Kantor Camat atau titik strategis pemasangan spanduk di ruas jalan tidak ada. Terdapat portal Instansi Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kabupaten Langkat yang mencakup pembaharuan berita, prosedur kepengurusan dokumen kependudukan dan lain-lain, Namun masih dianggap kurang sosialisasi karena banyak masyarakat yang tidak memantau portal dalam mencari informasi tentang kependudukan. Kepala Bidang Pencatatan Sipil Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kabupaten Langkat. Selanjutnya Camat Stabat menambahkan bahwa sejak pelaksanaan launching sekaligus sosialisasi GISA oleh Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kabupaten Langkat, pemerintah Kecamatan telah melakukan sosialisasi kepada masyarakat diperwakilan tiap desa.
Melihat tersebut, penyampaian informasi ini sudah berjalan baik. Namun, komunikasi kepada masyarakat sendiri dirasa belum tersampaikan dengan baik. Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kabupaten Langkat sendiri tidak memberikan sosialisasi secara langsung kepada masyarakat. Sosialisasi dilakukan oleh pemerintah kecamatan terhadap perwakilan tiap-tiap desa. Hal ini akan berdampak pada sosialisasi kepada masyarakat tidak tersampaikan secara meratadan informasi yang diberikan oleh Pemerintah Kabupaten Langkat mengenai GISA ini tidak tersampaikan kepada seluruh masyarakat.
Penyampaian informasi yang tidak disampaikan secara langsung oleh Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kabupaten Langkat sendiri berdampak kepada hanya sebagian masyarakat yang mengerti dan mengetahui kebijakan ini. Akibat dari permasalahan tersebut penyampaian informasi itu tidak berjalan dengan semestinya, masih banyak masyarakat yang belum mengetahui bagaimana masyarakat juga turut serta dalam proses percepatan kepemilikan akta kelahiran. Adapun komunikasi penyampaian informasi yang dilakukan Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kabupaten Langkat kepada Pemerintah Kecamatan dan Desa Se-Kabupaten Langkat dalam melaksanakan implementasi kebijakan GISA ini berupa penyampaian informasi melalui pencanangan dan sosialisasi GISA. Penyelenggaraan pencanangan dan sosialisasi GISA merupakan salah satu bentuk
penyaluran komunikasi dan informasi dalam penyelenggaraan administrasi kependudukan dan penyelenggaraan pelayanan di Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kabupaten Langkat, akan tetapi intensitasnya dirasakan masih rendah. Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil tidak pernah melakukan monitoring kegiatan GISA tersebut.
Rapat koordinasi di Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil dibagi menjadi dua yaitu rapat koordinasi internal dan rapat koordinasi eksternal, dimana rapat koordinasi internal dilakukan secara kondisional sesuai instruksi dari Sekretaris Dinas kepada Kepala-Kepala Bidang, Kepala-Kepala Seksi serta Kepala UPT di Kecamatan, sementara rapat koordinasi eksternal tidak pernah dilakukan. Rapat internal kegiatan GISA dalam periode tahun 2018-2019 hanya dilakukan sebanyak tiga kali. Hal ini menjadi kendala dalam pelaksanaan GISA karena tidak ada rapat rutin yang dilakukan sebagai bentuk evaluasi kegiatan dan penanganan masalah di lapangan
Kepala UPT Kecamatan Stabat, menyebutkan, bahwa Penyampaian informasi yang dilakukan Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kabupaten Langkat dengan kami berjalan dengan baik dan lancar. Namun sejauh ini Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kabupaten Langkat telah menyampaikan kebijakan GISA ini pada saat sosialisasi GISA, Namun evaluasi hasil kerja dari program yang disampaikan baru dilaksanakan Agustus 2019 yang lalu.
Berdasarkan hasil wawancara tersebut peneliti menilai penyampaian informasi yang dilakukan dalam mengimplementasikan GISA dalam percepatan kepemilikan akta kelahiran belum berjalan dengan baik. Hal ini dapat dilihat dari kerjasama yang belum optimalantara Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kabupaten Langkat dengan Kecamatan dan desa dalam implementasi GISA ini.
Untuk menciptakan komunikasi yang baik dalam melaksanakan administrasi kependudukan yang dilakukan oleh aparatur pemerintahan. Karena pelayanan akta kelahiran ini merupakan tugas rutin jadi komunikasinya juga intens karena kita bertemu hampir setiap jam kerja dan sangat intens terkait dengan tidak hanya dalam penyelenggaraan administrasi kependudukan tapi juga tugas-tugas yang lain, jadi memang
untuk soal komunikasi termasuk kita tidak memiliki masalah.
Sejalan dengan pernyataan di atas bahwa salah satu proses komunikasi yang baik adalah ketika melibatkan masyarakat ataupun tokoh-tokoh masyarakat sebagai salah satu mitra aparatur pemerintah. Hal ini kemudian dipertegas dengan pernyataan dari masyarakat yang menyatakan bahwa komunikasi yang dilakukan oleh aparatur pemerintah Kabupaten Langkat telah berjalan dengan lancer.
Berdasarkan uraian tersebut bahwa penyampaian informasi yang dilakukan oleh Pemerintah Kabupaten Langkat mengenai penerapan GISA dalam hal percepatan kepemilikan akta kelahiran di Kabupaten Langkat sudah berjalan sebagaimana mestinya namun belum tersampaikan dengan baik. Hal ini disebabkan karena penyampaian informasi hanya tersampaikan secara jelas antara Disdukcapil dengan Pemerintah Kecamatan dan Desa, namun berbanding terbalik dengan masyarakat. Penyampaian informasi ini belum optimal karena sebagian besar masyarakat belum mengetahui mengenai kebijakan GISA ini. Tidak sampainya penyampaian informasi kepada masyarakat ini berdampak pada kurangnya kesadaran masyarakat dalam tertib administrasi kependudukan ini.
Setelah dicermati, bahwa komunikasi yang ada di Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Ini belum berjalan dengan baik. Bentuk komunikasi yang dijalin antara pegawai dengan masyarakat yaitukomunikasi dalam bentuk sosialisasi tentang pengurusan administrasi kependudukan ini lebih tepatnya pada kepemilikan akta kelahiran. Adapun bentuk sosialisasi dengan cara sosialisasi tidak langsung turun ke masyarakat sehingga transmisi informasi tidak berjalan dengan baik begitu juga dengan kejelasan informasi yang diterima oleh masyarakat akan terganggu. Untuk itu Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil ini sangat mengharapkan kerjasama dari camat, dan pemerintah desa agar masyarakat yang belum tertib dokumen kependudukan bisa sesegera melengkapinya.
Dimensi kejelasan menghendaki agar informasi yang jelas dan mudah dipahami, selain itu untuk menghindari kesalahan interpretasi dari pelaksana kebijakan kelompok sasaran maupun pihak yang terkait dalam implementasi kebijakan. Kejelasan
dalam memberikan informasi dan berkomunikasi dapat menentukan keberhasilan suatu implementasi kebijakan, maka dari itu dibutuhkan suatu komunikasi yang benar-benar jelas. Kejelasan dalam berkomunikasi bukan hanya ditujukan kepada aparatur pelaksana kebijakan atau implementor melainkan kepada masyarakat. Hal tersebut juga sangat penting untuk masyarakat agar dapat memahami apa yang dimaksud aparatur dalam kebijakan tersebut. Kejelasan informasi haruslah bersifat terbuka dan menyeluruh kepada pihak-pihak yang membutuhkan, supaya aparatur maupun masyarakat mudah mengetahui, memahami, dan mengerti satu sama lain.
Berdasarkan wawancara peneliti dengan informan Camat Secanggang mengenai kejelasan informasi dalam penyampaian kebijakan GISA Kabupaten Langkat dalam hal percepatan kepemilikan akta kelahiran, proses komunikasi yang terjadi antara Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kabupaten Langkat dengan para Camat dan Kepala Desa/Lurah sudah berjalan secara jelas. Namun, hal ini berbanding terbalik dengan kejelasan yang diperoleh masyarakat Kabupaten Langkat, hal ini berdasarkan data yang peniliti peroleh dari hasil wawancara dengan informan dari masyarakat yang berada di Kecamatan Stabat mengenai kejelasan dalam kebijakan GISA dalam hal percepatan kepemilikan akta kelahiran.
Kurangnya komunikasi yang jelas dari pemerintah Kabupaten Langkat khususnya Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kabupaten Langkat mengenai ketentuan-ketentuan dalam proses pengurusan akta kelahiran kepada masyarakat menyebabkan masih adanya masyarakat yang tidak mengetahui secara jelas bagaimana prosedur pengurusan akta kelahiran, mengingat sosialisasi mengenai GISA ini tidak pernah dilakukan secara langsung. Padahal untuk membantu dalam segi percepatan kepemilikan akta kelahiran ini, masyarakat harus aktif melaporkan setiap peristiwa kelahiran agar segera dicatatkan di Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kabupaten Langkat.
Berdasarkan penjelasan di atas bahwa komunikasi yang disampaikan atau diberikan oleh Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kabupaten Langkat kepada masyarakat sudah dilaksanakan namun belum begitu jelas,
terbukti dengan banyaknya masyarakat yang belum mengetahui apa itu kebijakan GISA ini, bagaimana bunyi kebijakan GISA ini, serta apa saja isi dari kebijakan ini. Dalam hal kejelasan informasi, hanya Pemerintah Kecamatan dan Desa/Kelurahan yang mengetahui dengan jelas mengenai kebijakan ini. Akibat dari ketidakjelasan ini masyarakat menjadi kurang peduli karena tidak mengetahui mereka juga berperan serta dalam implementasi kebijakan GISA dalam hal percepatan kepemilikan akta kelahiran, oleh karena itu dibutuhkan suatu peran aktif dari Pemerintah Kabupaten Langkat dalam memberikan kejelasan informasi kepada masyarakat mengenai kebijakan GISA ini.
Dimensi konsistensi menghendaki agar informasi yang disampaikan harus konsisten sehingga tidak menimbulkan kebingungan pelaksana kebijakan, kelompok sasaran maupun pihak terkait. Hal tersebut menjadi penting mengingat didalam sebuah komunikasi yang diberikan dalam pelaksanaan suatu kebijakan haruslah bersifat konsisten dan jelas untuk ditetapkan atau dijalankan. Jika perintah yang diberikan sering berubah-ubah dan dalam pelaksanaannya tidak sesuai, maka hal tersebut dapat menimbulkan ketidakjelasan dan kebingungan bagi pelaksana kebijakan dilapangan dalam menjalankan suatu kebijakan. Konsistensi ini terkait dengan sikap, persepsi, dan respon dari Pemerintah Kabupaten Langkat sebagai pelaksana dalam memahami secara jelas dan benar terhadap mekanisme-mekanisme dan pedoman yang dilaksanakan.
Tingkat keefektifan kebijakan tergantung kepada konsistensi dan kejelasan perintah pelaksanaanya. Walaupun perintah yang disampaikan kepada pelaksana kebijakan mempunyai unsur kejelasan, tetapi apabila perintah tersebut bertentangan maka perintah tersebut tidak akan memudahkan para pelaksana kebijakan menjalankan tugasnya dengan baik. Disisi lain, perintah implementasi kebijakan yang tidak konsisten akan mendorong para pelaksana mengambil tindakan yang sangat longgar dalam menafsirkan dan mengimplementasikan kebijakan.
Konsistensi sangat dibutuhkan dalam pelaksanaan kerja untuk menjaga kinerja aparatur agar tetap pada alur sesuai dengan isi dari kebijakan. Pelaksanaan kerja akan sesuai dengan prosedur kerja apabila tujuan yang
telah dirumuskan dilaksanakan secara konsisten. Pelaksanaan kerja yang sesuai dengan prosedur akan menghasilkan kualitas kerja yang berpengaruh terhadap keberhasilan implementasi kebijakan. Pemerintah Kabupaten Langkat dalam menjalankan GISA dalam hal percepatan kepemilikan akta kelahiran dilakukan dengan cara penetapan tujuan yang ingin dicapai terlebih dahulu.
Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kabupaten langkat dalam melaksanakan kebijakan GISA ini telah konsisten berdasarkan tugas pokok dan wewenangnya dalam menyampaikan informasi kepada Pemerintah Kecamatan, Desa dan Kelurahan mengenai percepatan kepemilikan akta kelahiran.
Berdasarkan dari penjelasan ketiga indikator yang mempengaruhi variabel komunikasi yaitu transmission (penyampaian informasi), clarity (kejelasan), dan consistency (konsisten) bahwa komunikasi dalam implementasi kebijakan GISA ini sudah berjalan cukup baik namun belum optimal. Hal ini dikarenakan tidak adanya komunikasi secara langsung yang dilakukan Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kabupaten Langkat dalam bentuk sosialisasi langsung kepada masyarakat yang berakibat pada kurang optimalnya partisipasi masyarakat terhadap implementasi kebijakan GISA dalam hal percepatan kepemilikan akta kelahiran. kejelasan serta konsistensi informasi yang disampaikan kepada Camat dan Kepala Desa /Lurah namun masyarakat sebagai sasaran program pelaksanaan administrasi kependudukan ini tidak tersampaikan dengan optimal.
Sumber daya memiliki peranan penting dalam implementasi kebijakan agar berjalan efektif dan efisien. Tanpa adanya sumber daya, kebijakan tidak akan berjalan dengan lancar dan tidak akan memenuhi indikator-indikator yang telah ditetapkan. Edward III dalam Widodo (2011) mengemukakan bahwa: Bagaimanapun jelas dan konsistensinya ketentuan-ketentuan dan aturan-aturan serta bagaimanapun akuratnya penyampaian ketentuan-ketentuan atau aturan-aturan tersebut, jika para pelaksana kebijakan yang bertanggung jawab untuk melaksanakan kebijakan kurang mempunyai sumber-sumber daya untuk melaksanakan kebijakan secara efektif maka implementasi kebijakan tersebut tidak akan efektif. Sumber daya di sini berkaitan dengan segala sumber yang dapat
digunakan untuk mendukung keberhasilan implementasi kebijakan. Sumber daya ini mencakup sumber daya manusia, anggaran, fasilitas, informasi dan kewenangan.
Untuk mendukung jalannya implementasi GISA dalam percepatan kepemilikan akta kelahiran usia 0-18 tahun di Kabupaten Langkat dibutuhkan sumber daya yang optimal baik itu sumber daya manusia maupun sumber daya finansial. Dalam implementasi kebijakan GISA dalam percepatan kepemilikan akta kelahiran usia 0-18 tahun di Kabupaten Langkat, sumber daya belum mamadai, meliputi sumber daya staf dan sumber daya informasi.
Implementasi kebijakan tidak akan berhasil tanpa adanya dukungan dari sumber daya manusia yang cukup kualitas dan kuantitasnya. Kualitas sumber daya manusia berkaitan dengan keterampilan, dedikasi, profesionalitas, dan kompetensi di bidangnya, sedangkan kuantitas berkaitan dengan jumlah sumber daya manusia apakah sudah cukup untuk melingkupi seluruh kelompok sasaran. Ketersedian jumlah staf yang cukup menjadi faktor penentu suatu kebijakan. Kegagalan yang sering terjadi dalam implementasi kebijakan salah satunya disebabkan oleh karena staf yang tidak mencukupi, memadai, ataupun tidak kompeten di bidangnya. Namun jumlah staf yang memadai belum menjamin keberhasilan implementasi suatu kebijakan, staf harus mempunyai ketrampilan dan kompetensi dibidangnya masing-masing.
Staf merupakan faktor yang sangat penting dalam keberhasilan dan kegagalan pelaksanaan kebijakan. Hal ini dikarenakan manusia adalah unsur penggerak dan pelaksana dari kebijakan itu sendiri. Staf dapat dikatakan berhasil jika dalam suatu lembaga birokrasi, aparatur memiliki keahlian, pengetahuan, keterampilan, dan kemampuan dalam melaksanakan tugas atau pekerjaannya. Aparatur bertanggung jawab terhadap pekerjaannya dan memiliki kepatuhan terhadap atasan dalam melaksanakan tugas atau pekerjaan yang diembannya. Staf merupakan aset yang sangat penting dan berharga untuk Organisasi Perangkat Daerah khususnya pada Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil yang berwenang dalam proses implementasi kebijakan GISA dalam percepatan kepemilikan akta kelahiran usia 0-18 tahun di Kabupaten Langkat.
Perkembangan yang terus berjalan secara dinamis menuntut aparatur harus ahli dalam segala hal. Hal ini untuk menciptakan pelayanan prima dan maksimal kepada masyarakat. Sumber daya manusia dalam mendukung jalannya GISA dilihat dari kualitas dan kuantitas aparatur Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kabupaten Langkat. Dalam hal ini, staf atau pegawai memiliki tugas dan kompetensi yang menunjang kemampuan dalam mengimplementasikan kebijakan GISA dalam percepatan kepemilikan akta kelahiran usia 0-18 tahun. Namun hal ini tidak menjadi hambatan dalam pelaksanakan program GISA dengan memberikan bimbingan teknis (bimtek). Bila melihat dari latar belakang pendidikan aparat Sub Bidang Pencatatan Kelahiran sudah menunjang.
Melihat kepada kualitas aparatur, peneliti menilai sebagian besar aparatur telah paham dan mengerti akan kebijakan ini.Hal itu dilihat dari saat peneliti mengajukan pertanyaan mengenai GISA ini, aparatur dengan lugas menjawab pertanyaan-pertanyaan yang diajukan oleh peneliti, dan dari latar belakang pendidikan juga sudah memadai dari situ peneliti dapat menyimpulkan jika dilihat dari kualitas stafyang ada sudah cukup baik.
Sejalan dengan yang disampaikan oleh KepalaBidang, staf atau pegawai sudah mampu melaksanakan dengan cukup baik, namun adanya kekurangan dalam sumber daya manusia yang dibutuhkan membuat pelaksanakan sedikit terhambat, seperti yang disampaikan oleh Kepala Sub Bidang Pencatatan Kelahiran.
Sumber daya manusia yang tidak memadai berakibat tidak dapat dilaksanakannya program secara sempurna karena tidak bisa melakukan tugas dengan baik dan sesuai dengan yang diharapkan.
Dilihat dari segi kuantitas staf Bidang Pencatatan Sipil masih sangat kurang untuk melaksanakan implementasi kebijakan ini. Staf Bidang Pencatatan Sipil hanya berjumlah 10 orang. Sub Bidang Pencatatan Kelahiran hanya memiliki staf 2 (dua) orang. Idealnya berdasarkan perhitungan Analisis Beban Kinerja jumlah petugas pengadministrasi akta kelahiran yaitu 5 orang. Hal ini akan menjadi permasalahan dalam percepatan pencapaian target dikarenakan kekurangan tenaga ahli.
Jumlah staf Bidang Pencatatan Sipil berjumlah 10 (sepuluh) orang. Seluruh staf
terlibat dalam mengimplementasikan GISA tersebut karena dibagi atas tiga seksi yaitu seksi kelahiran, seksi perkawinan dan perceraian, dan seksi perubahan status anak dan pewarganegaraan dan kematian. Namun staf pada seksi kelahiran sendiri hanya berjumlah 2 (dua) orang.
Melihat kepada jumlah aparatur tersebut dan jumlah pemohon yang ada di Kabupaten Langkat, dengan jelas bahwa jumlah tersebut tidak sesuai dengan tugas yang embannya. Akibat dari jumlah aparatur yang minim menimbulkan beberapa permasalahan seperti adanya kewenangan ganda dan pelemparan wewenang sehingga dalam implementasi kebijakan sendiri seringkali menemui sedikit kesulitan. Proses implementasi kebijakan GISA yang dinilai tidak terlalu sulit dan rumit dinilai menjadi sulit yang diakibatkan dari kurangnya aparatur dalam bidang Pencatatan Sipil. Kurangnya staf aparatur bidang pencatatan sipil berpengaruh terhadap kinerja aparat pelaksana dalam implementasi GISA. Hal ini diperkuat dengan Daftar Urut Kepangkatan Pegawai Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kabupaten Langkat Seksi Kelahiran terdiri atas dua orang.
Sejalan dengan hal tersebut, Kepala Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kabupaten Langkat berharap adanya penambahan formasi pada Bidang Pencatatan Sipil, seperti pernyataannya sebagai berikut: “Kami berharap pemerintah daerah melakukan penambahan formasi kepegawaian pada Bidang Pencatatan Sipil. Karena kita memang harus seimbang juga tuntutan pekerjaan dengan SDM dan infrastruktur.
Sumber daya manusia menjadi salah satu kunci utama dalam pelaksanakan kebijakan yang telah ditetapkan oleh aparatur pemerintahan daerah, memiliki sumber daya manusia yang memadai dan ideal membuat kinerja dari aparatur pemerintah menjadi lebih efisien dan efektif, seperti yang disampaikan oleh Kepala Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kabupaten Langkat.
Berdasarkan uraian di atas bahwa ketersediaan staf yang dipilih belum memadai sehingga proses implementasi kebijakan GISA belum berjalan dengan lancar, namun dilihat dari kualitas staf sudah memadai dengan melihat kepada tingkat intelektual berdasarkan hasil wawancara, akan tetapi hal tersebut masih dinilai kurang apabila kuantitas stafnya
masih belum memadai sehingga menghambat keberhasilan dalam implementasi kebijakan GISA ini.
Ada dua bentuk informasi yaitu informasi mengenai bagaimana cara menyelesaikan kebijakan atau program serta bagaimana pelaksana harus mengetahui tindakan apa yang harus dilakukan dan informasi tentang data pendukung kepatuhan kepada peraturan pemerintah dan Undang-Undang. Informasi mempunyai peranan yang penting dalam menyediakan informasi bagi aparatur pelaksana kebijakan, supaya informasi yang dihasilkan oleh sistem informasi dapat digunakan aparatur pelaksana. Pengembangan dan analisis sistem informasi pada suatu organisasi bertujuan untuk memperbaiki dan meningkatkan kualitas informasi yang akan dihasilkan, meningkatkan kontrol pada organisasi dan penghematan daya perolehan informasi.
Informasi yang relevan tentang bagaimana cara mengimplementasikan suatu kebijakan khususnya dalam kebijakan GISA harus terintegrasi dengan baik. Hal ini dimaksudkan agar pelaksana kebijakan tidak akan melakukan suatu kesalahan dalam menginterpretasikan bagaimana cara mengimplementasikan atau melaksanakan kebijakan GISA tersebut, disamping itu informasi sangat penting untuk menyadarkan aparatur yang terlibat dalam implementasi kebijakan agar diantara mereka dapat melaksanakan dan mematuhi apa yang sudah menjadi tugas dan kewajibannya masing-masing sesuai dengan prosedur standar operasional yang sudah ditetapkan oleh Bupati. Informasi yang didapatkan oleh aparatur staf Bidang Pencatatan Sipil sebagai pelaksana kebijakan ini cukup jelas. Hal ini dilakukan karena dengan melaksanakan implementasi kebijakan GISA dalam percepatan kepemilikan akta kelahiran dapat terlaksana dengan baik dan dapat mencapai tujuan yang sudah ditetapkan oleh Pemerintah Kabupaten Langkat.
Informasi yang diberikan Bupati kepada staf Bidang Pencatatan Sipil sebagai pelaksana kebijakan GISA ini kemudian oleh aparatur staf Bidang Pencatatan Sipil diterapkan dalam pelaksanaanya. Sejalan dengan pernyataan tersebut, peneliti pun mendapatkan informasi serupa berdasarkan hasil wawancara dengan
informan yaitu Kepala Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kabupaten Langkat.
Berdasarkan uraian tersebut informasi mengenai implementasi kebijakan GISA dalam percepatan kepemilikan akta kelahiran telah terintegrasi dengan baik. Mereka dapat melaksanakan dan mematuhi apa yang sudah menjadi tugas dan kewajibannya masing-masing sesuai dengan prosedur standar operasional yang sudah ditetapkan oleh Bupati. Kewenangan untuk membuat keputusan sendiri yang dimiliki oleh suatu lembaga akan mempengaruhi lembaga itu dalam melaksanakan suatu kebijakan. Kewenangan menjadi penting kehadirannya ketika mereka dihadapkan kepada suatu masalah dan mengharuskan mereka mengambil suatu keputusan yang pada saat itu lembaga tidak memberikan kewenangan untuk membuat keputusan itu sendiri dalam memecahkan masalah yang dihadapi yang menyebabkan wibawa lembaga itu merosot di mata masyarakat.
Kewenangan yang dimiliki Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kabupaten Langkat dalam implementasi kebijakan GISA bersifat formal. Kewenangan merupakan otoritas atau legitimasi bagi para pelaksana dalam melaksanakan kebijakan yang sudah ditetapkan, ketika wewenang itu nihil maka kekuatan para pelaksana tidak terlegitimasi sehingga dapat menggagalkan proses pelaksanaan itu sendiri. Tetapi, dalam konteks yang lain ketika wewenang formal tersebut sering terjadi kesalahan dalam melihat efektivitas dari kewenangan itu sendiri. Disatu pihak, efektivitas kewenangan diperlukan dalam pelaksanaan implementasi kebijakan, tetapi disisi lain efektivitas akan menyusut pada saat wewenang diselewengkan oleh para pelaksana demi kepentingannya sendiri atau demi kepentingan kelompoknya.
Kewenangan Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kabupaten Langkat yang dilimpahkan kepada Bidang Pencatatan Sipil dalam kebijakan GISA ini berdasarkan wawancara peneliti dengan staf Bidang Pencatatan Sipil.
Dari pernyataan tersebut sudah jelas bahwa wewenang Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kabupaten Langkat dalam pelaksanaan implementasi kebijakan GISA ini adalah dari segi sosialisasi dan pembinaan kepada seluruh aparat Kecamatan,
desa/kelurahan serta masyarakat. Kewenangan-kewenangan yang telah diuraikan tersebut terkadang tidak dijalankan dengan optimal karena kurangnya sumber daya manusia. Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kabupaten Langkat lebih baik melakukan sosialisasi secara langsung kepada masyarakat umum. Dengan tidak dilakukan sosialisasi secara langsung kepada masyarakat maka berdampak pada tidak semua masyarakat umum mengetahui tentang peran mereka dalam implementasi kebijakan GISA ini.Penyebab dari tidak dilakukannya sosialisasi langsung dengan masyarakat adalah karena kewalahannya aparatur dalam pelaksanaan tugas pokoknya, ditambah dengan kuantitas pegawai yang kurang. Hal ini berakibat pada kurang optimalnya proses menjalankan wewenang dalam implementasi GISA.
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa kewenangan yang dimiliki Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kabupaten Langat masih belum berjalan dengan lancar. Karena kurangnya sumberdaya manusia. Setiap SKPD mempunyai staf dan kewenangan yang berbeda-beda atau mempunyai kewenangan masing-masing, namun karena keterbatasan kuantitas pegawai menyebabkan setiap pegawai mempunyai kewenangan dan tugas yang berlebih. Hal tersebut berakibat pada kurang optimalnya pelaksanaan kewenanganya dalam menjalankan/ mengerjakan beberapa tugas pokoknya.
Peralatan dan perlengkapan yang memadai dapat menjadi modal yang dapat diwujudkan pada setiap program dan tujuan lembaga pemerintah ke arah yang lebih baik. Fasilitas fisik merupakan sumber daya yang penting dalam implementasi kebijakan, tentunya harus memiliki sumber daya yang handal dan memahami perangkat-perangkat berbasis teknologi. Selain itu jika fasilitas seperti kantor dan kondisi tempat kerja yang tidak memadai akan berdampak pada implementasi kebijakan GISA ini tidak akan terlaksana dengan baik.
Fasilitas-fasilitas yang berada di Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kabupaten Langkat pada umumnya memiliki beberapa fasilitas yang dibutuhkan aparatur pelaksana kebijakan dan menunjang berjalannya GISA ini. Sarana dan prasarana yang diberikan aparatur Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil
Kabupaten Langkat diantaranya berupa ruang tunggu yang nyaman dan papan informasi yang berguna bagi masyarakat dalam mengurus administrasi kependudukan dan pencatatan sipil.Seperti yang disampaikan oleh Sekretaris Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil.
Fasilitas lain yang diberikan pihak Dinas Kepedudukan dan Catatan Sipil Kabupaten Langkat kepada masyarakat dalam kepengurusan administrasi kependudukan dan pencatatan sipil, yaitu menerapkan kepengurusan secara gratis. Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kabupaten Langkat menghadapi berbagai kendala sarana dan prasarana penunjang seperti jaringan komunikasi data dan ketidaksediaan pengolahan data ruang arsip dokumen kependudukan sehingga berkas menumpuk di ruang kerja. Semua proses penerbitan Akta Kelahiran mulai dari pengentrian data sampai proses pencetakan sangat tergantung pada jaringan. Jika jaringan aplikasi Sistem Informasi Administrasi Kependudukan dalam kondisi yang sedang buruk maka jumlah permohonan yang bisa diproses juga sedikit dan kemungkinan besar banyak yang tertunda dan menumpuk. Hal ini menyebabkan antrian pencetakan juga lebih lambat.
Sarana dan prasarana merupakan faktor penting dalam implementasi kebijakan. Implementor mungkin mempunyai staf yang mencukupi, kapabilitas, dan kompeten tetapi tanpa adanya fasilitas pendukung, seperti sarana dan prasarana, maka implementasi kebijakan tersebut tidak akan berhasil. Berikut ini data inventarisasi sarana dan prasarana di Dinas Kependududkan dan Catatan Sipil Kabupaten Langkat Bidang Catatan Sipil Seksi Kelahiran.
Berdasarkan keterangan tersebut dapat peneliti ketahui bahwa dari segi fasilitas yang ada di Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kabupaten Langkat dalam menunjang pelaksanaan implementasi GISA ini belum cukup baik. Kurangnya fasilitas pendukung seperti kendaraan yang digunakan aparat pelaksana GISA terkait membuat mobilitas pelaksana menjadi terbatas, namun hal ini masih bisa tertutupi oleh kendaraan operasional pribadi milik aparatur. Fasilitas-fasilitas yang belum terpenuhi tentunya akan berdampak pada keberhasilan implementasi kebijakan GISA.
Disposisi merupakan watak dan karakteristik yang dimiliki oleh implementor, bahkan pelaksana kebijakan seperti komitmen, kejujuran, dan sifat demokratis. Jika implementor setuju dengan bagian isi dari kebijakan maka mereka akan melaksanakan dengan senang hati tetapi jika pandangan mereka berbeda dengan pembuat kebijakan maka proses implementasi akan mengalami masalah. Implementor yang memiliki komitmen tinggi dan jujur akan senantiasa bertahan diantara hambatan yang ditemui dalam program atau kebijakan. Kejujuran mengarahkan implementor untuk tetap berada dalam asa program yang digariskan, sedangkan komitmen yang tinggi dari pelaksana kebijakan membuat mereka antusias dalam melaksanakan tugas, wewenang, fungsi, dan tanggung jawab sesuai peraturan yang telah ditetapkan.
Ada tiga bentuk sikap/respon implementor terhadap kebijakan yaitu kesadaran pelaksana, petunjuk/arahan pelaksana untuk merespon program ke arah penerimaan atau penolakan, dan intensitas dari respon tersebut. Dukungan dari pimpinan sangat mempengaruhi pelaksanaan program untuk mencapai tujuan secara efektif dan efisien. Wujud dari dukungan pimpinan ini adalah menempatkan kebijakan menjadi prioritas program, penempatan pelaksana dengan orang-orang yang mendukung program, memperhatikan keseimbangan daerah, agama, suku, jenis kelamin dan karakteristik demografi yang lain.
Disposisi atau sikap implementor dalam melaksanakan GISA dalam percepatan kepemilikan akta kelahiran usia 0-18 tahun di Kabupaten Langkat dapat dilihat melalui tingkat kepatuhan/komitmen pelaksana dan pemberian insentif/reward kepada para pelaksana kebijakan, jika pelaksana ingin efektif maka para pelaksana tidak hanya mengetahui apa yang akan dilakukan tetapi juga harus memiliki kemampuan untuk melaksanakannya.
Tingkat Kepatuhan/Komitmen
Tingkat komitmen dan kejujuran dalam implementasi kebijakan adalah hal terpenting dari efek disposisi, karena dalam dapat berdampak pada keinginan dan kemauan untuk melaksanakan suatu kebijakan. Efek disposisi atau tingkat kepatuhan pelaksana dalam
implementasi kebijakan dapat menimbulkan hambatan-hambatan yang nyata terhadap implementasi GISA. Hambatan-hambatan yang sering muncul adalah maksud umum dari suatu standar dan tujuan suatu kebijakan ketika para pelaksana kebijakan tidak sepenuhnya menyadari dan memahami terhadap tujuan umum dari suatu standar dan tujuan kebijakan merupakan hal yang sangat penting. Komitmen merupakan suatu keputusan yang harus dicapai, sikap ini yang harus dimiliki oleh pelaksana kebijakan karena dengan berkomitmen mereka dapat melaksanakan kebijakan sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan tanpa menyelewengkan suatu pekerjaan apapun.
Aparatur yang melakukan proses implementasi GISA juga dapat menerima masukan atau aspirasi dari masyarakat apabila dalam pelaksanaan kebijakan dinilai menyimpang dari kebijakannya. Sikap tersebut adalah sikap demokratis yang dimiliki oleh pelaksana kebijakan yang mampu menerima masukan dari pihak lain, karena pelaksana kebijakan juga harus mempunyai sifat yang demokratis dalam mengambil keputusan agar keputusan yang dibuat sesuai dan tepat serta tidak merugikan pihak lain. Sifat demokratis yang dimiliki aparatur yang bertugas melaksanakan proses implementasi GISA merupakan bukti bahwa mereka menerima masukan atau aspirasi dari pihak lain.
Senada dengan teori diatas dengan hasil penelitian menunjukan bahwa Kepala Dinas bahkan pegawai yang ada, sudah memiliki komitmen yang tinggi, sifat kejujuran semangat pengabdian yang tinggi dalam mengimplementasikan GISA dalam percepatan kepemilikan akta kelahiran, dan memiliki sifat demokratis yang memadai dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat. Komitmen dari para pelaksana implementasi GISA, dimana aparatur Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kabupaten Langkat sebagai pelaksana kebijakan tersebut selalu menjalankan apa yang menjadi tugasnya sesuai dengan tugas pokok dan fungsinya sesuai struktur organisasinya masing-masing. Hal ini diketahui berdasarkan hasil wawancara peneliti dengan Plt. Kepala Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kabupaten Langkat.
Disposisi implementor adalah kecenderungan sikap maupun pemahaman yang dimiliki oleh implementor yang akan
mempengaruhi pencapaian tujuan dari implementasi kebijakan. Pemahaman serta dukungan terhadap kebijakan GISA dalam percepatan kepemilikan akta kelahiran di Kabupaten Langkat ini sangat ditunjukan oleh para pegawai. Argumen dari Ka UPT Kecamatan Secanggang terkait pemahaman tentang GISA.
Kemudian penulis juga bertanya kepada Bapak Rikandi sebagai masyarakat terkait sikap yang ditunjukan oleh pegawai atau petugas dalam proses pengurusan akta kelahiran melalui program GISA. Para aparatur Kependudukan dan Catatan Sipil Kabupaten Langkat menjalankan komitmennya dengan didasari untuk memberikan pelayanan yang baik kepada masyarakat pada saat pelaksanaan GISA ini. Sejalan dengan pengamatan peneliti tidak ada kendala yang terjadi pada saat proses pelaksanaan GISA ini, semuanya berjalan cukup baik.
Insentif yang ada pada pelaksana kebijakan disampaikan melalui keuntungan-keuntungan atau biaya-biaya tambahan yang akan membuat pelaksana kebijakan melaksanakan perintah dengan baik khususnya mengenai implementasi GISA dalam percepatan kepemilikan akta kelahiran usia 0-18 tahun. Merubah aparatur dalam birokrasi pemerintahan merupakan pekerjaan tersulit dan terkadang tidak menjamin proses implementasi berjalan sesuai tujuan. Umumnya para aparatur bertindak menurut kepentingannya sendiri dengan menambah keuntungan-keuntungan atau biaya tertentu akan mendorong pelaksanaan menjadi lebih baik meskipun itu diluar peraturan yang telah ditetapkan dimana para aparatur tidak diperbolehkan meminta sesuatu kepada masyarakat diluar administrasi dengan alasan untuk mempercepat proses pekerjaan.
Tujuan atau sasaran kebijakan yang jelas dan konsisten dalam kepemilikan akta kelahiran di Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kabupaten Langkat, mengikuti peraturan yang berpacu pada sistem peraturan perundang-undangan yang berlaku. Proses implementasi GISA dalam percepatan kepemilikan akta kelahiran di Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kabupaten Langkat memiliki peraturan yang jelas sehingga menjamin kepatuhan para pegawai di lapangan dan kelompok sasaran, yakni masyarakat se-Kabupaten Langkat.
Tidak ada insentif dalam menjalankan implementasi GISA ini berdampak pada lemahnya kinerja aparat dan menghambat tujuan implementasi GISA. Berdasarkan uraian dari dua indikator di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa disposisi atau sikap pelaksana dalam melaksanakan implementasi kebijakan GISA ini berjalan kurang optimal. Hal ini juga merupakan dampak dari tidak adanya insentif. Insentif sendiri bisa meningkatkan kinerja pelaksana dalam implementasi kebijakan GISA, ketika kinerja pelaksana baik maka besar kemungkinan berdampak pada keberhasilan implementasi GISA.
Struktur birokrasi adalah karakteristik, norma-norma, dan pola-pola hubungan yang terjadi berulang-ulang dalam badan-badan eksekutif yang mempunyai hubungan baik potensial maupun nyata dengan apa yang mereka miliki dalam menjalankan kebijakan. Ketika struktur birokrasi tidak kondusif terhadap implementasi suatu kebijakan, maka hal ini akan menyebabkan ketidak efektifan dan menghambat jalannya pelaksanaan kebijakan. Struktur birokrasi yang bertugas mengimplementasikan kebijakan memiliki pengaruh yang signifikan terhadap implementasi kebijakan.
Aspek struktur organisasi ini melingkupi dua hal yaitu mekanisme dan struktur birokrasi itu sendiri. Aspek pertama adalah mekanisme, dalam implementasi kebijakan biasanya sudah dibuat standard operation procedur (SOP). SOP menjadi pedoman bagi setiap implementator dalam bertindak agar dalam pelaksanaan kebijakan tidak melenceng dari tujuan dan sasaran kebijakan. Aspek kedua adalah struktur birokrasi yang panjang dan terfragmentasi akan cenderung melemahkan pengawasan dan menyebabkan prosedur birokrasi yang rumit dan kompleks yang selanjutnya akan menyebabkan aktivitas organisasi menjadi tidak fleksibel.
Standar Operasional Prosedur (SOP) menjadi pedoman bagi setiap implementor dalam bertindak. Dilihat dari Standar operasional prosedur pelayanan pencatatan sipil, prosedur pelayanan adalah rangkaian proses atau tata cara kerja yang berkaitan satu sama lain, sehingga mewujudkan adanya tahapan secara jelas dan pasti serta cara-cara yang dapat ditempuh dalam rangka penyelesaian sesuatu layanan. Hasil wawancara senada dengan observasi bahwa
Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil memiliki aturan yang jelas atau aturan operasional/prosedur kerja (SOP) yang jelas dalam mengatur tugas/fungsi dari masing-masing orang/jabatan yang ada dalam melaksanakan pokok-pokok kebijakan terlebih lagi dalam bidang GISA dalam percepatan kepemilikan akta kelahiran.
Tugas pokok dan fungsi (tupoksi) yang jelas dan tidak tumpang tindih menjadikan pelaksanaan dan kepengurusan administrasi kependudukan berjalan dengan semestinya.
Dalam pelaksanaanya aparatur pemerintah di Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kabupaten Langkat telah menerapkan Standar Operasional Prosedur (SOP) yang dapat dijadikan pegangan sehari-hari dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat. Hal ini kemudian memberi kesan bahwa pelayanan tidak lambat dan fleksibel dalam pelaksanaan administrasi kependudukan. SOP merupakan pedoman yang digunakan untuk mendorong aparatur dalam mendukung jalannya kinerja aparatur yang optimal dalam menjalani tugas pokok dan fungsinya masing-masing, Mengenai SOP dalam implementasi GISA ini, telah ada ketentuan berupa SOP dalam implementasi GISA.
Fragmentasi atau penyebaran tanggung jawab yang terjadi di dalam implementasi GISA ini terwujud melalui pola kinerja mereka yang saling bekerja sama untuk mensukseskan pelaksanaan implementasi GISA ini. Hal itu dilakukan demi mencapai keberhasilan implementasi GISA guna percepatan kepemilikan akta kelahiran. Kepala Dinas sebagai pelaksana implementasi GISA ini dalam menjalankan tugasnya saling melengkapi dan mendukung masing-masing dari mereka, sehingga pola hubungan yang terjadi bersifat saling bekerjasama.
Seiring dengan berjalannya pelaksanaan GISA di Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kabupaten Langkat ditemukan adanya kendala dan hambatan dari aparatur pemerintah, seperti adanya mutasi yang mempengaruhi kinerja dari aparatur pemerintah tersebut.
Mutasi/pergantian pada struktur organisasi akan berdampak terhadap capaian kinerja organisasi itu sendiri. Karena pejabat struktural yang baru membutuhkan penyesuaian terhadap tugas pekerjaannya yang baru pula. Tanggung jawab Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil dalam
implementasi GISA adalah melakukan sosialisasi, pembinaan dan pengawasan. Penyebaran tanggungjawab tersusun berdasarkan bagian-bagian/bidang-bidang yang terdapat pada struktur organisasinya. Setiap bidang melaksanakan tugasnya sesuai dengan tugas yang diberikan kepada masing- masing bagian. Dalam hal penyebaran tanggung jawab di Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil dilakukan secara merata tidak ada kesenjangan-kesenjangan atau pilih kasih kepada para aparatur pelaksana. Penyebaran tanggung jawab diberikan sesuai dengan struktur organisasi yang sudah ditetapkan Kepala Dinas. Dalam implementasi GISA ini, Pencatatan kelahiran tugas sepenuhnya diberikan pada Sub Bidang Pencatatan Kelahiran.
Berdasarkan penjelasan dari kedua indikator tersebut baik SOP maupun fragmentasi maka dapat ditarik kesimpulan bahwa tanggung jawab aparatur pelaksana menjalankan tugasnya saling melengkapi dan mendukung masing-masing dari mereka sehingga hubungan yang terjadi adalah hubungan kerjasama. Penyebaran tanggung jawab tersebut dapat diwujudkan dalam kinerja antara bagian yang satu dengan bagian yang lain, antara bagian tersebut saling bekerjasama dalam melaksanakan tugasnya masing-masing. Namun struktur birokrasi dalam implementasi GISA ini belum berjalan optimal. Hal ini dikarenakan pergantian atau mutasi baik itu pimpinan OPD maupun pejabat struktural lainnya sehingga membutuhkan penyesuaian terhadap tugas pekerjaan.
Faktor Penghambat
Komunikasi, Penyampaian informasi
yang dilakukan antara Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kabupaten Langkat dengan para Camat dan Kepala Desa/Lurah berupa penyampaian informasi melalui pencanangan dan sosialisasi GISA sudah berjalan secara jelas. Namun, hal ini berbanding terbalik dengan masyarakat Kabupaten Langkat. Tidak langsung turun ke masyarakat sehingga transmisi informasi tidak berjalan dengan baik begitu juga dengan kejelasan informasi yang diterima oleh masyarakat belum optimal karena sebagian besar masyarakat belum mengetahui mengenai kebijakan GISA ini. Untuk itu Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil ini sangat mengharapkan kerjasama dari
Camat, dan Kepala Desa/Lurah agar masyarakat yang belum tertib dokumen kependudukan bisa sesegera melengkapinya.
Rapat koordinasi di Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil dibagi menjadi dua yaitu rapat koordinasi internal dan rapat koordinasi eksternal, dimana rapat koordinasi internal dilakukan secara kondisional sesuai instruksi dari Sekretaris Dinas kepada Kepala-Kepala Bidang, Kepala-Kepala Seksi serta Kepala UPT di Kecamatan, sementara rapat koordinasi eksternal tidak pernah dilakukan. Rapat internal kegiatan GISA dalam periode tahun 2018-2019 hanya dilakukan sebanyak tiga kali. Hal ini menjadi kendala dalam pelaksanaan GISA karena tidak ada rapat rutin yang dilakukan sebagai bentuk evaluasi kegiatan dan penanganan masalah di lapangan.
Komunikasi yang disampaikan atau diberikan oleh Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kabupaten Langkat kepada masyarakat sudah dilaksanakan namun belum begitu jelas, terbukti dengan banyaknya masyarakat yang belum mengetahui apa itu kebijakan GISA ini, bagaimana bunyi kebijakan GISA ini, serta apa saja isi dari kebijakan ini. Dalam hal kejelasan informasi, hanya Pemerintah Kecamatan dan Desa/Kelurahan yang mengetahui dengan jelas mengenai kebijakan ini. Akibat dari ketidakjelasan ini masyarakat menjadi kurang peduli karena tidak mengetahui mereka juga berperan serta dalam implementasi kebijakan GISA dalam hal percepatan kepemilikan akta kelahiran, oleh karena itu dibutuhkan suatu peran aktif dari Pemerintah Kabupaten Langkat dalam memberikan kejelasan informasi kepada masyarakat mengenai kebijakan GISA ini.
Sumber Daya, Sumber daya manusia
menjadi salah satu kunci utama dalam pelaksanakan kebijakan yang telah ditetapkan oleh aparatur pemerintahan daerah, memiliki sumber daya manusia yang memadai dan ideal membuat kinerja dari aparatur pemerintah menjadi lebih efisien dan efektif. Apabila sumber daya manusia tidak memadai, maka pelaksanaan administrasi kependudukan tidak akan berjalan dengan baik dan tidak sesuai dengan yang diharapkan. Dalam hal ini aparatur Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kabupaten Langkat, yang berperan dalam sumber daya manusia adalah seluruh aparatur dan staf pada sub bidang pencatan kelahiran