• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Prestasi belajar

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Prestasi belajar"

Copied!
19
0
0

Teks penuh

(1)

7

BAB II

TINJAUAN

PUSTAKA

A.

Prestasibelajar 1. Belajar a Pengertian belajar

Belajar adalah usaha memperoleh hal baru dalam tingkah laku (pengetahuan, kecakapan, ketrampilan, dan nilai-nilai) dengan aktivitas kejiwaan sendiri. Pernyataan tersebut tampak jelas bahwa sifat khas dari proses belajar adalah memperoleh sesuatu yang baru yang dahulu belum ada, sekarang ada, yang semula belum diketahui, sekarang diketahui, yang dahulu belum mengerti, sekarang dimengerti (Notoatmojo, 2003). Dijelaskan bahwa belajar pada hakikatnya adalah penyempurnaan potensi atau kemampuan pada organisme biologis dan psikis yang diperlukan dalam hubungan manusia dengan dunia luar dan hidup bermasyrakat.

b. Ciri-ciri kegiatan belajar

Kegiatan belajar dapat terjadi dimana saja, kapan saja, dan oleh siapa saja. Seseorang dikatakan belajar apabila didalam dirinya terjadi perubahan dari yang tidak tahu menjadi tahu, dari tidak dapat mengerjakan sesuatu menjadi dapat mengerjakan sesuatu (Nototatmojo, 2005). Disimpulkan bahwa belajar mempunyai ciri-ciri,yaitu:

1) Menghasilkan perubahan pada diri individu tersebut, baik aktual maupun potensial.

2) Perubahan tersebut didapatkan karena kemampuan baru yang berlaku untuk waktu yang relatif lama.

3) Perubahan tersebut terjadi karena usaha, bukan karena proses kematangan

(2)

c. Faktor-faktor yang mempengaruhi proses belajar

Kegiatan belajar terdapat tiga persoalan pokok, yaitu masukan (input), proses dan keluaran (output). Persoalan masukan menyangkut subjek atau sasaran belajar itu sendiri. Pesoalan proses belajar adalah mekanisme atau pross terjadinya perubahan kemampuan pada diri subjek belajar. Didalam proses ini terjadi pengaruh timbal balik antara berbagai faktor, antara lain subjek belajar, pengajar atau fasilitator belajar, metode yang digunakan, alat bantu belajar, dan materi atau bahan yang di pelajari. Sedangkan keluaran merupakan hasil belajar itu sendiri, yang terdiri dari kemampuan baru atau perubahan baru pada diri subjek belajar (Notoatmodjo 2005).

Menurut beberapa ahli pendidikan, faktor-faktor yang mempengaruhi proses belajar ada empat kelompok, yaitu :

1). Faktor materi

matreri atau hal yang dipelajari ikut menentukanproses dan hasil belajar.

2). Faktor lingkungan :

a). Lingkungan Fisik : sushu, kelembaban udara, dan kondisi tempat belajar.

b). Lingkungan sosial : manusia dengan segala interaksinya serta resprentasinya.

3). Faktor Instrumental

faktor yang terediri dari perangkat keras dan perangkat lunak. 4). Faktor Individual

terdiri dari kondisi fisiologis dan panca indra.

Belajar merupakan suatu proses yang terdiri dari input (masukan), dan output (hasil) dan selain dipengaruhi oleh faktor-faktor di atas, juga didukung oleh beberapa factor lain, seperti: metode, alat bantu, fasilitas belajar, dan bahan ajar. Proses belajar dan factor-faktor yang mempengaruhinya dapat digambarkan:

(3)

Skema 2.1 Proses belajar dan factor-faktor yang mempengaruhinya (Notoatmojdo, 2007:50).

Proses pembelajaran pada siswa, kedua inteligensi itu sangat diperlukan. IQ tidak dapat berfungsi dengan baik tanpa partisipasi penghayatan emosional terhadap mata pelajaran yang disampaikan di sekolah. Namun biasanya kedua inteligensi itu saling melengkapi. Keseimbangan antara IQ dan EQ merupakan kunci keberhasilan belajar siswa di sekolah. Pendidikan di sekolah bukan hanya perlu mengembangkan rational intelligence yaitu model pemahaman yang lazimnya dipahami siswa saja, melainkan juga perlu mengembangkan emotional intelligence siswa(Sevi, 2008).

d. Prinsip-prinsip belajar

Seseorang harus mempunyai prinsip-prinsip tertentu dalam mengajarkan sesuatu, begitu juga halnya dengan belajar. Untuk menertibkan diri dalam belajar harus mempunyai prinsip sebagaimana yang diketahui prinsip belajar memang kompleks tetapi dapat juga dianalisis dan diperinci dalam bentuk-bentuk prinsip atau azas belajar meliputi:

1). Belajar adalah suatu proses aktif dimana terjadi hubungan mempengaruhi secara dinamis antara siswa dan lingkungan.

Proses belajar Metode Input (Subyek Pelajaran) Fasilitas belajar Alat-alat bantu Output (Hasil belajar) Bahan belajar

(4)

2). Belajar harus senantiasa bertujuan, searah dan jelas bagi siswa. 3). Belajar yang paling efektif apabila didasari oleh dorongan motivasi

yang murni dan bersumber dari dalam diri siswa itu sendiri.

4). Senantiasa ada hambatan dan rintangan dalam belajar, karena itu siswa harus sanggup menghadapi atau mengatasi secara tepat.

5). Belajar memerlukan bimgingan baik itu dari guru atau tuntutan dari buku pelajaran itu sendiri.

Jenis belajar yang paling utama ialah belajar yang berpikiran kritis, lebih baik dari pada pembentukan kebiasaan-kebiasaan mekanis. Cara belajar paling efektif adalah pembentukan pemecahan masalah melalui kerja kelompok asalkan masalah tersebut disadari bersama. 2. Pengertian prestasi

Prestasi adalah hasil yang telah dicapai seseorang dalam melakukan kegiatan. Gagne dalam Djiwandono (2008) menyatakan bahwa prestasi belajar dibedakan menjadi lima aspek, yaitu : (1)kemampuan intelektual, (2)strategi kognitif, (3)informasi verbal, (4)sikap dan (5)keterampilan. Menurut Bloom dalam Djiwandono (2008) bahwa hasil belajar dibedakan menjadi tiga aspek yaitu (1)kognitif, (2)afektif dan (3)psikomotorik.

Prestasi merupakan kecakapan atau hasil kongkrit yang dapat dicapai pada saat atau periode tertentu. Berdasarkan pendapat tersebut, prestasi dalam penelitian ini adalah hasil yang telah dicapai siswa dalam proses pembelajaran.

3.

Pengertian prestasi belajar

a.

pengertian

Prestasi belajar adalah hasil yang dicapai oleh individu setelah mengalami suatu proses belajar dalam jangka waktu tertentu. Prestasi belajar juga diartikan sebagai kemampuan maksimal yang dicapai seseorang dalam suatu usaha yang menghasilkan pengetahuan atau nilai – nilai kecakapan (Sunartana, 2008).

(5)

Prestasi belajar bisa juga disebut kecakapan aktual (actual ability) yang diperoleh seseorang setelah belajar, suatu kecakapan potensial (potensial ability) yaitu kemampuan dasar yang berupa disposisi yang dimiliki oleh individu untuk memcapai prestasi. Kecakapan aktual dan kecakapan potensial ini dapat dimasukkan kedalam suatu istilah yang lebih umum yaitu kemampuan (Yasa, 2008)

Prestasi belajar adalah hasil yang dicapai seorang siswa dalam usaha belajarnya sebagaimana dicantumkan di dalam nilai rapornya. Melalui prestasi belajar seorang siswa dapat mengetahui kemajuan-kemajuan yang telah dicapainya dalam belajar (Sevi, 2008).

Pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa prestasi belajar dapat diartikan sebagai hasil atau nilai kecakapan yang dicapai oleh siswa dari suatu usaha atau belajar dalam jangka waktu tertentu yang dapat memberikan kepuasan bagi siswa.

b. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Prestasi Belajar

Mencapai prestasi belajar siswa sebagaimana yang diharapkan, maka perlu diperhatikan beberapa faktor yang mempengaruhi prestasi belajar antara lain; faktor yang terdapat dalam diri siswa (faktor intern), dan faktor yang terdiri dari luar siswa (faktor ekstern). Faktor-faktor yang berasal dari dalam diri anak bersifat fisiologis dan psikologis, sedangkan faktor yang berasal dari luar diri anak adalah faktor lingkungan, antara lain adalah keluarga dan masyarakat. faktor instrumen, antara lain adalah faktor, sekolah, dan sebagainya (Djamarah, 2008).

1). Faktor Intern

Faktor intern adalah faktor yang timbul dari dalam diri individu itu sendiri, adapun yang dapat digolongkan ke dalam faktor intern yaitu kecedersan atau intelegensi, bakat, minat, motivasi, dan kemampuan kognitif.

(6)

a) Kecerdasan atau intelegensi

Kecerdasan adalah kemampuan belajar disertai kecakapan untuk menyesuaikan diri dengan keadaan yang dihadapinya. Kemampuan ini sangat ditentukan oleh tinggi rendahnya intelegensi yang normal selalu menunjukkan kecakapan sesuai dengan tingkat perkembangan sebaya. Adakalanya perkembangan ini ditandai oleh kemajuan-kemajuan yang berbeda antara satu anak dengan anak yang lainnya, sehingga seseorang anak pada usia tertentu sudah memiliki tingkat kecerdasan yang lebih tinggi dibandingkan dengan kawan sebayanya. Faktor intelegensi merupakan suatu hal yang tidak diabaikan dalam kegiatan belajar mengajar.

Kecerdasan merupakan salah satu aspek yang penting, dan sangat menentukan berhasil tidaknya studi seseorang. Kalau seorang murid mempunyai tingkat kecerdasan normal atau di atas normal maka secara potensi orang tersebut dapat mencapai prestasi yang tinggi.

Intelegensi adalah semakin tinggi kemampuan intelegensi seseorang siswa maka semakin besar peluangnya untuk meraih sukses. Sebaliknya, semakin rendah kemampuan intelegensi seseorang siswa maka semakin kecil peluangnya untuk meraih sukses.

b) Bakat

Bakat adalah kemampuan tertentu yang telah dimiliki seseorang sebagai kecakapan pembawaan. Bakat dalam hal ini lebih dekat pengertiannya dengan kata aptitude yang berarti kecakapan, yaitu mengenai kesanggupan-kesanggupan tertentu.

Bakat adalah potensi atau kemampuan kalau diberikan kesempatan untuk dikembangkan melalui belajar akan menjadi kecakapan yang nyata. Bakat diartikan sebagai kemampuan individu untuk melakukan tugas tanpa banyak bergantung pada

(7)

upaya pendidikan dan latihan.

Menurut Sunarto dan Hartono dalam Djamarah (2008), bakat memungkinkan seseorang untuk mencapai prestasi dalam bidang tertentu, akan tetapi diperlukan latihan, pengetahuan, pengalaman, dan dorongan atau motivasi agar bakat itu dapat terwujud.

Pendapat di atas dijelaskan bahwa tumbuhnya keahlian tertentu pada seseorang sangat ditentukan oleh bakat yang dimilikinya sehubungan dengan bakat ini dapat mempunyai tinggi rendahnya prestasi belajar bidang-bidang studi tertentu. Dalam proses belajar terutama belajat keterampilan, bakat memegang peranan penting dalam mencapai suatu hasil akan prestasi yang baik. Apalagi seorang guru atau orang tua memaksa anaknya untuk melakukan sesuatu yang tidak sesuai dengan bakatnya maka akan merusak keinginan anak tersebut.

c) Minat

Menurut Slameto dalam Djamarah (2008), minat adalah sutu rasa lebih suka dan rasa keterkaitan pada suatu hal atau aktivitas, tanpa ada yang menyuruh. Minat pada dasarnya adalah penerimaan akan suatu hubungan antara diri sendiri dengan suatu di luar diri. Semakin kuat atau dekat hubungan tersebut, semakin basar minat.

Minat adalah kecenderungan yang tetap untuk memperhatikan dan mengenang beberapa kegiatan, kegiatan yang diminati seseorang, diperhatikan terus yang disertai dengan rasa sayang. Minat merupakan suatu kondisi yang terjadi apabila seseorang melihat ciri-ciri atai arti sementara situasi yang dihubungkan dengan keinginan-keinginan atau kebutuhan-kebutuhannya sendiri.

(8)

Berdasarkan pendapat di atas, jelaslah bahwa minat besar pengaruhnya terhadap belajar atau kegiatan. Bahkan pelajaran yang menarik minat siswa lebih mudah dipelajari dan disimpan karena minat menambah kegiatan belajar. Untuk menambah minat seorang siswa di dalam menerima pelajaran di sekolah siswa diharapkan dapat mengembangkan minat untuk melakukannya sendiri. Minat belajar yang telah dimiliki siswa merupakan salah satu faktor yang dapat mempengaruhi hasil belajarnya. Apabila seseorang mempunyai minat yang tinggi terhadap sesuatu hal maka akan terus berusaha untuk melakukan sehingga apa yang diinginkannya dapat tercapai sesuai dengan keinginannya.

d) Motivasi

Motivasi dalam belajar adalah faktor yang penting karena hal tersebut merupakan keadaan yang mendorong keadaan siswa untuk melakukan belajar. Persoalan mengenai motivasi dalam belajar adalah bagaimana cara mengatur agar motivasi dapat ditingkatkan. Demikian pula dalam kegiatan belajar mengajar sorang anak didik akan berhasil jika mempunyai motivasi untuk belajar.

Motivasi adalah segala daya yang mendorong seseorang untuk melakukan sesuatu. Motivasi merupakan menggerakkan siswa untuk melakukan sesuatu atau ingin melakukan sesuatu (Nasution dalam Djamarah, 2008).

Perkembangannya motivasi dapat dibedakan menjadi dua macam yaitu (a) motivasi instrinsik dan (b) motivasi ekstrinsik. Motivasi instrinsik dimaksudkan dengan motivasi yang bersumber dari dalam diri seseorang yang atas dasarnya kesadaran sendiri untuk melakukan sesuatu pekerjaan belajar. Sedangkan motivasi ekstrinsik dimaksudkan dengan motivasi yang datangnya dari luar diri seseorang siswa yang menyebabkan siswa tersebut melakukan kegiatan belajar.

(9)

Memberikan motivasi, seorang guru harus berusaha dengan segala kemampuan yang ada untuk mengarahkan perhatian siswa kepada sasaran tertentu. Dengan adanya dorongan ini dalam diri siswa akan timbul inisiatif dengan alasan mengapa ia menekuni pelajaran. Untuk membangkitkan motivasi kepada mereka, supaya dapat melakukan kegiatan belajar dengan kehendak sendiri dan belajar secara aktif.

2). Faktor Ekstern

Faktor ekstern adalah faktor-faktor yang dapat mempengaruhi prestasi belajar yang sifatnya di luar diri siswa, yaitu beberapa pengalaman-pengalaman, keadaan keluarga dan lingkungan sekitarnya. Pengaruh lingkungan ini pada umumnya bersifat positif dan tidak memberikan paksaan kepada individu, faktor ekstern yang dapat mempengaruhi belajar adalah keadaan keluarga, keadaan sekolah dan lingkungan masyarakat.

a). Keadaan Keluarga

Keluarga merupakan lingkungan terkecil dalam masyarakat tempat seseorang dilahirkan dan dibesarkan. Sebagaimana yang dijelaskan oleh Slameto bahwa: keluarga adalah lembaga pendidikan pertama dan utama. Keluarga yang sehat besar artinya untuk pendidikan kecil, tetapi bersifat menentukan dalam ukuran besar yaitu pendidikan bangsa, negara dan dunia.

Adanya rasa aman dalam keluarga sangat penting dalam keberhasilan seseorang dalam belajar. Rasa aman itu membuat seseorang akan terdorong untuk belajar, karena rasa aman merupakan salah satu kekuatan pendorong dari luar yang menambah motivasi untuk belajar. Keluarga merupakan lingkungan pendidikan yang pertama, karena dalam keluarga inilah anak pertama-tama mendapatkan pendidikan dan bimbingan, sedangkan tugas utama dalam keluarga bagi pendidikan anak ialah sebagai peletak dasar bagi pendidikan akhlak dan pandangan hidup keagamaan.

(10)

Orang tua hendaknya menyadari bahwa pendidikan dimulai dari keluarga. Sedangkan sekolah merupakan pendidikan lanjutan. Peralihan pendidikan informal ke lembaga-lembaga formal memerlukan kerjasama yang baik antara orang tua dan guru sebagai pendidik dalam usaha meningkatkan hasil belajar anak. Jalan kerjasama yang perlu ditingkatkan, dimana orang tua harus menaruh perhatian yang serius tentang cara belajar anak di rumah. Perhatian orang tua dapat memberikan dorongan dan motivasi sehingga anak dapat belajar dengan tekun. Karena anak memerlukan waktu, tempat dan keadaan yang baik untuk belajar.

b). Keadaan Sekolah

Sekolah merupakan lembaga pendidikan formal pertama yang sangat penting dalam menentukan keberhasilan belajar siswa, karena itu lingkungan sekolah yang baik dapat mendorong untuk belajar yang lebih giat. Keadaan sekolah ini meliputi cara penyajian pelajaran, hubungan guru dengan siswa, alat-alat pelajaran dan kurikulum. Hubungan antara guru dan siswa kurang baik akan mempengaruhi hasil-hasil belajarnya.

Guru dituntut untuk menguasai bahan pelajaran yang akan diajarkan, dan memiliki tingkah laku yang tepat dalam mengajar. Guru harus dituntut untuk menguasai bahan pelajaran yang disajikan, dan memiliki metode yang tepat dalam mengajar. Guru harus mampu mengelola seluruh proses kegiatan belajar-mengajar dengan menciptakan kondisi-kondisi belajar sedmikian rupa sehingga setiap anak dapat belajar secara efektif dan efisien.

c). Lingkungan Masyarakat

Lingkungan juga merupakan salah satu faktor yang tidak sedikit pengaruhnya terhadap hasil belajar siswa dalm proses pelaksanaan pendidikan, karena lingkungan alam sekitar sangat besar pengaruhnya terhadap perkembangan pribadi anak, sebab dalam kehidupan sehari-hari anak akan lebih banyak bergaul dengan

(11)

lingkungan dimana anak itu berada.

Lingkungan masyarakat dapat menimbulkan kesukaran belajar anak, terutama anak yang sebayanya. Apabila anak-anak yang sebaya merupakan anak-anak-anak-anak yang rajin belajar, maka anak akan terangsang untuk mengikuti jejak mereka. Sebaliknya bila anak-anak di sekitarnya merupakan kumpulan anak-anak nakal yang berkeliaran tiada menentukan anakpun dapat terpengaruh pula.

Lingkungan akan membentuk kepribadian anak, karena dalam pergaulan sehari-hari seorang anak akan selalu menyesuaikan dirinya dengan kebiasaan-kebiasaan lingkungannya, apabila seorang siswa bertempat tinggal di suatu lingkungan temannya yang rajin belajar maka kemungkinan besar hal tersebut akan membawa pengaruh pada dirinya, sehingga ia akan turut belajar sebagaimana temannya.

c. Pengukuran prestasi belajar atau scoring

Skor adalah harga kuantitatif suatu jawaban terhadap aitem dalam tes. Pemberian skor, dapat memperoleh deskripsi mengenai performansi siswa dalam tes, dapat melakukan analisis kuantitatif terhadap tes dan kaitannya dengan variabel lain, dan yang paling penting dapat memberikan evaluasi terhadap performansi subjek dalam bentuk nilai (Azwar, 2005).

Menurut Djiwandono (2008), scoring adalah proses pengubahan jawaban tes menjadi angka dan angka pernskoran tersebut diubah menjadi nilai, di Indonesia nilai berbentuk angka-angka dengan melalui proses tertentu. Penggunaan simbol untuk menyatakan nilai secara resmi antara 0-10, dan ada juga yang menggunakan 0-100, utau 0-4, dan ada yang menggunakan huruf A, B, C, D, E.

Pengukuran prestasi belajar mempunyai kriteria acuan penilaian yang pada awalnya dilakukan tes yang pada umumnya dapat dibeda-bedakan berdaasarkan cara melakukan interprestasi tarhadap hasil pekerjaan peserta dalam penetapan nilai akhir. Langkah pertama

(12)

adalah melakukan pemerikasaaan yaitu memberi tanda pada jawaban yang salah untuk mengetahui jumlah jawaban yang benar. Langkah kedua adalah pembijian yaitu menghitung nilai jumlah jawaban benar, dan menuliskan jumlahnya.

Langkah pengukuran prestasi belajar diatas yang disebut dengan penskoran, dan selanjutnya skor-skor terebut dijadikan satu dengan skor-skor lain serta telah disesuaikan pengaturannya dengan standar tertentu. Contoh, pada tes dari suatu modul selalu disertakan juga kunci dan pedoman scoring, scoring maksimum pada setiap soal tidak sama tergantung pada jumlah soal dan bobot soal tes tersebut. Prestasi belajar siswa dapat diketahui dengan cara mengubah skor mentah menjadi skor berstandar 100. Guru berpedoman pada aturan yang sudah ditetapkan sekolah untuk perskoran dalam prestasi belajar sebagai berikut : Istimewa : 91- 100, Amat baik : 81-90, Baik : 71-80, Cukup : 61-70, Kurang : 51-60, Sangat kurang : < 50.

Penentuan nilai akhir siswa dalam raport dirumuskan dengan cara : 2T + 3H + 5U

NA =

10

Keterangan :

T = Nilai tugas

H = Nilai ulangan harian U = Nilai ulangan umum

Contoh pengujuran prestasi belajar pada siswa X,

Missal : nilai tugas 60, nilai ulangan harian 70, nilai ulangan umum 80. Jadi

(13)

2(60) + 3(70) + 5(80) NA = 10 120 + 210 + 400 NA = 10 730 NA = 10 NA = 73

Jadi siswa X mempunyai prestasi belajar yang baik.

B. Pola asuh orang tua 1. Pengertian pola asuh

Pola asuh orang tua adalah gambaran yang dipakai oleh orang tua untuk mengasuh (merawat, menjaga, atau mendidik) anak. Orang tua mempunyai peran dan fungsi yang bermacam-macam, salah satunya adalah mengasuh anak. Pola asuh merupakan interaksi anak dan orang tua mendidik, membimbing, dan mendisiplinkan serta melindungi anak untuk mencapai kedewasaan sesuai norma-norma yang ada dalam masyarakat

Pola asuh dapat diartikan seluruh cara perlakuan orang tua yang diterapkan pada anak. Banyak ahli mengatakan pengasuhan anak adalah bagian penting dan mendasar, menyiapka anak untuk menjadi masyarakat yang baik. Terlihat bahwa pengasuhan anak menunjuk kepada pendidikan umum yang diterapkan. Pengasuhan terhadap anak berupa suatu proses interaksi antara orang tua dengan anak. Interaksi tersebut mecakup perawatan seperti dari mencakupi kebutuhan makan, medorong keberhasilan dan melindungi, maupun mensosialisasi yaitu mengajarkan tingkah laku umum yang diterima oleh masyarakat.

(14)

Pendampingan orang tua diwujudkan melalui pendidikan caca-cara orang tua dalam memdidik anaknya disebut sebagai pola pengasuhan. Interaksi anak dengan orang tua, anak cenderung menggunakan cara-cara tertentu yang dianggap paling baik bagi anak. Disinilah letaknya terjadi perbedaan dalam pola asuh. Disuatu sisi orang tua harus bisa menentukan pola asuh apa yang tepat dalam mepertimbangkan kebutuhan dan situasi anak, disisi lain sebagai orang tua juga mempunyai keinginan dan harapan untuk membentuk anak menjadi seseorang yang dicita-citakan tentunya menjadi lebih baik dari orang tuanya.

Setiap upaya yang dilakukan dalam mendidik anak, mutlak diketahui oleh orang tua dalam mengasuh anak meliputi :

a. Perilaku yang patut dicontoh

Setiap perilakunya tidak sekedar perilaku yang bersifat mekanik, tetapi harus didasarkan pada kesadaran bahwa perilakunya akan dijadikan lahan peniruan dan identifikasi bagi anak-anaknya.

b. Kesadaran diri

Harus ditukarkan anak-anak dengan mendorong mereka agar perilaku kesehariannya taat pada nilai-nilai moral. Oleh sebab itu orang tua senantiasa membantu mereka agar mampu melakukan observasi diri melalui komunikasi dialogis, baik secara verbal maupun non verbal tentang perilaku.

c. Komunikasi

Komunikasi dialogis yang terjadi antara orang tua dan anak-anaknya, terutama yang berhubungan upaya membantu mereka untuk memecahkan permasalahannya.

2. Tipe-tipe Pola asuh Orang tua

Menurut Marheni dalam Soetjiningsih (2004), dan Drew dalam Djayanti (2009) terdapat 4 macam pola asuh orang tua

a. Pola asuh Demokratis

Pola asuh demokratis adalah pola asuh yang memprioritaskan kepentingan anak, akan tetapi tidak ragu-ragu mengendalikan meraka.

(15)

orang tua dengan pola asuh ini bersikap rasional, selalu mendasari tindakannya pada rasio atau pemikiran-pemikiran. Orang tua tipe ini juga bersikap realistis terhadap kemampuan anak, tidak berharap yang berlebihanyang melampaui kemampuan anak. Orang tua tipe ini juga memberikan kebebasan kepada anak untuk memilih dan melakukan suatu tindakan, dan pendekatannyanmkepada anak bersifat hangat. b. Pola asuh Otoriter

Pola asuh ini cenderung menetapkan standar yang mutlak harus dituruti, biasanya dibarengi dengan ancaman-ancaman. Orang tua tipe ini cenderung memaksa, memerintah, dan menghukum. Apabila anak tidak mau melakukan apa yang dikatakan oleh orang tua, maka orang tua tipe ini tidak segan menghukum anak. Orang tua tipe ini juga tidak mengenal kompromi dan dalam komunikasi biasanya bersifat satu arah. Orang tua tipe ini tidak memerlukan umpan balik dari anaknya untuk mengerti mengenai anaknya.

c. Pola asuh Permisif

Pola asuh ini memberikan pengawasan yang sangat longgar. Memberikan kesempatan kepada anaknya untuk melakukan sesuatu tanpa pengawasan yang cukup darinya. Mereka cenderung tidak menegur atau memperingatkan anak apabila anak sedang dalam bahaya, dan sangat sedikit bimbingan yang diberikan oleh mereka. Namun orang tua tipe ini biasanya bersifat hangat, shingga sering kali disukai oleh anak.

d. Pola asuh campuran

Pola asuh campuran orang tua tidak konsisten dalam mengasuh anak, orang tua terombang-ambing antara tipe demokratis, otoriter, atau permisif. Orang tua mungkin menghadapi sikap anak dari waktu ke waktu dengan cara berbeda. Contohnya, orang tua bisa memukul anaknya ketika anak menolak perintah orang tua, pada kesempatan lain orang tua mengabaikan anak bila anak melanggar perintah orang tua.

(16)

3. Faktor-faktor yang mempengaruhi pola asuh a. Pendidikan orang tua

Pendidikan dan pengalaman orang tua dalam perawatan anak akan mempengaruhi kesiapan mereka menjalankan pengasuhan. Ada beberapa cara yang dapat dilakukan untuk menjadi lebih siap dalam menjalankan peran pengasuhan, antara lain : terlihat aktif dalam setiap pendidikan anak, mengamati segala sesuatu dengan berorientasi pada masalah anak, selalu berupaya menyediakan waktu untuk anak-anak dan menilai perkembangan fungsi keluarga dan kepercayaan anak. Pendidikan diartikan sebagai pengaruh lingkungan atas individu untuk menghasilkan perubahan-perubahan yang tetap atau permanen didalam kebiasan tingkah laku,pikiran, dan sikap. Orang tua yang telah mempunyai pengalaman sebelumnya dalam mengasuh anak akan lebih siap menjalankan peran asuh, selain itu orang tua aka lebih mampu mengamati tanda-tanda pertumbuhan dan perkembangan yang normal. b. Lingkungan

Lingkungan banyak mempengaruhi perkembangan anak, maka tidak mustahil jika lingkungan juga ikut sertamewarnai pola-pola pengasuhan yang diberikan orang tua kepada anaknya.

c. Budaya

Sering kali orang tua mengikuti cara-cara yang dilakukan oleh masyarakat dalam mengasuh anak, kebiasaan-kebiasaan masyarakat disekitarnya dalam mengasuh anak. Pola-pola tersebut dianggap berhasil dalam mendidik anak kearah kematangan. Orang tua mengharapkan kelak anaknya dapat diterima masyarakat dengan baik, oleh karena itu kebudayaan atau kebiasaan masyarakat dalam mengasuh anak juga mempengaruhi setiap orang tua dalam memberikan pola asuh terhadap anaknya.

(17)

C. Kerangka Teori

Skema 2.2 Kerangka Teori Notoatmodjo (2007), Djamarah (2008).

Tingkatan nilai Prestasi belajar A. Istimewa : 91- 100 B. Amat baik : 81-90 C. Baik : 71-80 D. Cukup : 61-70 E. Kurang : 51-60 F. Sangat kurang : < 50 Faktor-faktor yang

mempengaruhi prestasi belajar : • Keluarga :

─ Pola asuh orang tua : • Demokratis • Otoriter • Permisif • Campuran • Sekolah • Lingkungan Masyarakat

(18)

D. Kerangka Konsep

Kerangka konsep penelitian dimaksudkan untuk membatasi ruang lingkup dan mengarahkan penelitian yang akan dilakukan. Adapun kerangka konsep penelitian ini adalah sebagai berikut :

Skema 2.3 Kerangka Konsep

Pola asuh Orang tua Prestasi Belajar

(19)

E. Variabel Penelitian

Variabel penelitian dalam penelitian ini adalah : 1. Variabel Independen (Variabel Bebas)

Variabel independen pada penelitian ini adalah pola asuh.

Pola merupakan sebab timbulnya atau berubahnya veriabel dependen (variabel Terikat), yaitu prestasi belajar. Dapat dikatakan bahwa pola asuh adalah variabel yang mempengaruhi variabel prestasi belajar. 2. Variabel Dependen (Variabel Terikat)

Variabel dependen pada penelitian ini adalah prestasi belajar. Variabel tersebut dipengaruhi atau yang menjadi akibat adanya variabel pola asuh.

F. Hipotesis

Hipotesis penelitian ini adalah ada hubungan antara pola asuh orang tua dengan prestasi belajar anak usia remaja.

Referensi

Dokumen terkait

Uji ketoksikan akut memiliki spektrum yang luas yang mencakup semua organ, namun pada penelitian ini lebih dikhususkan terhadap organ ginjal karena ginjal merupakan

Dari segi eksternal, industri tempe di Kecamatan Matesih Kabupaten Karanganyar mempunyai peluang permintaan produk yang tinggi serta ancaman yang harus dihadapi yaitu

Hasil uji bivariat menunjukkan bahwa hubungan antara asupan natrium, kalium, dan lingkar pinggang dengan tekanan darah sistolik dan diastolik p&gt;.05.. Sedangkan hubungan

Kadar glukosa dalam Annona muricata 5,35 kali lebih besar dari Averhoa bilimbi , Hasil ini sejalan dengan efek kedua tumbuhan ini dalam mencegah kenaikan kadar

Regresi Sisaan Dbr = p-1 Dbs=n-p JKR=b.. nyata antara volume yang diduga dengan tabel terhadap volume nyatanya. Uji beda nyata bisa dilakukan dengan cara uji

Sedangkan pada variasi lamanya, pemberian beban pra-konsolidasi pada benda uji Seri II yang tidak diberi aditif semen adalah untuk melihat ada atau tidaknya

Dengan laporan keuangan yang baik akan dapat menarik investor untuk menanamkan modal diperusahaan dan auditor tidak pernah mengeluarkan opini audit going concern

pada fatwa DSN-MUI dapat dianalisis dari dua sudut pandang, yaitu; Pertama, sepuluh kaidah fikih dengan jumlah terbanyak adalah kaidah “Pada dasarnya segala