• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II TINJAUAN PUSTAKA"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

6 BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Bioekologi Rusa Timor 2.1.1. Morfologi Rusa Timor

Rusa timor merupakan salah satu jenis rusa asli Indonesia yang keberadaannya dilindungi oleh Peraturan Pemerintah No. 7 Tahun 1999. Klasifikasi rusa timor sebagai berikut:

Gambar 1. Rusa Timor (Rusa timorensis de Blainville, 1822) Sumber: dokumentasi pribadi

Kingdom : Animalia Phylum : Vertebrata Sub Phylum : Chordata

Class : Mammalia

Ordo : Artiodactyla Family : Cervidae

Genus : Rusa

Spesies : Rusa timorensis Nama Indonesia : Rusa timor

(2)

7 Mamalia merupakan kelompok satwa yang memiliki ciri utama menyusui dan melahirkan. Berdasarkan berat badan dewasa, mamalia dibagi menjadi dua kategori yaitu mamalia kecil <5kg dan mamalia besar dengan berat >5kg. Mamalia memiliki peran yang penting dalam ekosistem salah satunya sebagai pemencar biji, penyubur tanah, penyerbuk bunga, serta pengendali hama secara biologi (Suyanto, 2002). Menurut Kartono (2015) menjelaskan peran mamalia penting dalam mempertahankan dan menjaga proses-proses ekologis yang bermanfaat bagi kesejahteraan manusia dan karakteristik terkait sifat biologi dan perannya yang menjadikan mamalia menarik untuk diteliti. (Cardillo et al. 2005) penelitian yang mendesak khususnya kelompok mamalia yang besar segera dilakukan untuk mengingat kelompok satwa ini cenderung rentan terhadap kepunahan akibat kerusakan dan fragmentasi habitat serta laju reproduksi semakin rendah.

Peran ini tidak terlepas dari sifat dan karakteristik pakan yaitu kelompok herbivora, insektivora, karnivora, dan omnivora. Keberadaan mamalia bisa dijumpai secara langsung, tanda keberadaan, suara yang terdengar dan sisa bagian tubuh/kotoran satwa dan bisa dilihat untuk mamalia diurnal dan nokturnal serta membantu untuk mengetahui keberadaan satwa mamalia besar, primata dan karnivora Jones et al. (1996).

Rusa timor yang dicirikan mempunyai badan yang berukuran kecil dengan berat badan rusa dewasa mencapai 60-100kg, mempunyai panjang badan antara 195-210cm dan tinggi badan mencapai 91-110cm. Gambaran fisik rusa ini antara lain mempunyai tungkai pendek, ekor panjang, dahi cekung, gigi seri relatif lebih

(3)

8 besar, bulu berwarna coklat kemerah-merahan hingga abu-abu kecoklatan dengan bagian bawah perut dan ekor kecil berwarna putih kecoklatan. Rusa jantan memiliki tanduk (ranggah) yang bercabang. Ranggah tersebut akan tumbuh pertama kali pada anak jantan saat umur 8bulan. Menjelang dewasa ranggah menjadi sempurna yang ditandai dengan ujungnya terdapat 3 hingga 4 runcing. Ranggah tambah pada tronjolan tulang tengkorak yang disebut pesidel dan bagian dalam mampat, sedangkan tanduk pada bagian dalamnya kosong. Pada setiap periode waktu tertentu, ranggah akan tanggal dan tumbuh baru (Schroder, 1976).

2.1.2. Penyebaran

Rusa timor atau rusa jawa merupakan jenis rusa yang endemik berada di wilayah pulau Timor di Indonesia, Jawa, dan Bali. Satwa ini merupakan spesies pendatang dari Sulawesi, Maluku, Irian Jaya, Kalimantan, Kepulauan Sunda Kecil, Papua Nugini, Australia, dan Mauritius. Rusa timor merupakan satwa yang memiliki adaptasi yang tinggi terhadap lingkungan. Tidak kurang dari 16 genus, 38 spesies, dan 189 sub spesies rusa tersebar di seluruh dunia, mulai dari daerah beriklim daerah sub-tropis dan tropis di dataran Asia hingga ke daerah dingin di daratan Eropa (Semiadi dan Nugraha, 2004). Rusa timor diduga berasal dari pulau Bali dan Jawa, tersebar ke berbagai wilayah di Indonesia. Sampai diintroduksi juga ke berbagai negara.

Penyebaran atau wilayah jelajah (home range) rusa timor bervariasi sesuai dengan keadaan sumberdaya lingkungan, jadi semakin baik kondisi lingkungannya maka semakin sempit ukuran wilayah jelajahnya (Alikodra, 2002). Rusa timor tersebar di dalam suatu kawasan seluas 300 Ha hanya melakukan 12-13% wilayah jelajah dan kawasan seluas 100 Ha rusa timor melakukan home

(4)

9

range 6-7% dari luas kawasan. Wilayah jelajah dan daerah inti berada di dalam

pulau tidak sampai keluar pulau dan ditemukan sarang untuk tidur dengan ditemukan bekas dari badan rusa beserta bulu rusa yang tertinggal di semak yang mereka buat menjadi tempat untuk beristirahat mulai dari ukuran kecil sampai besar sesuai jumlah mereka dalam kelompok (Turwewi, 2018).

2.1.3. Perilaku

Perilaku satwa merupakan gerak gerik atau ekspresi untuk memenuhi rangsangan satwa yang disebabkan oleh faktor-faktor yang mempengaruhinya dnegan memanfaatkan rangsangan yang diperoleh dari lingkungannya, baik faktor dari dalam satwa itu yakni faktor fisiologi seperti sekresi hormon dan motivasi maupun dari luar seperti suara, pandangan, tenaga mekanis, dan rangsangan kimia. (Suratmo, 1979).

Aktivitas gerak biasanya dilakukan pada rusa untuk berpindah dari suatu tempat ke tempat lainnya, umumnya untuk suatu area vegetasi ke vegetasi lainnya untuk mencari tempat berlindung yang lebih aman akibat ada gangguan, atau untuk mencari makan (Masyud dkk, 2007).

Pada tahun 1969, Scott dalam Sativaningsih (2005) mengidentifikasi pola perilaku satwa yang merupakan bagian dari tingkah laku yang mempunyai fungsi khusus. Pola dari satu perilaku terdiri beberapa rangkaian gerakan berperilaku, sedangkan satu gerakan berperilaku dapat ditemukan dalam beberapa pola perilaku yang berbeda-beda, dikarenakan satu gerakan perilaku tidak mempunyai fungsi yang khusus. Sistem dari satu perilaku didefinisikan sebagai kumpulan pola perilaku yang mempunyai fungsi umum yang sama.

(5)

10 Krebs dan Davies (1987) berpendapat pada setiap individu dalam satu spesies memiliki berbeda cara untuk mendapatkan pasangan betina, sumberdaya dan tempat bersarang yang sering dikenal dengan strategi. Strategi didefinisikan sebagai pola atau struktur perilaku yang digunakan oleh suatu individu dalam persaingan untuk mendapatkan sumberdaya. Strategi tersebut bisa dilakukan dalam lingkungan yang berbeda. Strategi terbaik yang dilakukan satwa tergantung pada habitatnya.

2.1.4. Habitat

Habitat merupakan tempat yang berfungsi untuk memenuhi segala kebutuhan satwa. Kebutuhan yang disebut diantaranya sebagai tempat makan, minum, berlindung dan berkembang biak (Alikodra, 1990). Habitat yang disukai rusa timor yaitu hutan yang terbuka, semak, savana, padang rumput dan bahkan rusa dapat dijumpai pada aliran sungai (sumber air) serta daerah yang berawa (Garsetiasih, 1996). Hoogerwerf (1970) menambahkan bahwa rusa dapat pula hidup dengan baik pada daerah yang kering, bahkan rusa mampu bertahan hidup bahkan kondisi air sangat minim atau relatif sangat sedikit.

Berdasarkan habitatnya, rusa terkadang memiliki perilaku makan yang terlihat berbeda yaitu jika rusa berada di padang rumput atau savana, rusa termasuk grasser. Sedangkan jika berada di daerah hutan semak, rusa cenderung browser. Situasi ini juga disesuaikan dengan habitat tempat rusa tersebut tumbuh (Gusmarini, 2005).

Vegetasi merupakan cover penting dalam kehidupan satwa, karena bukan hanya pakan saja yang termasuk didalamnya tetapi perlindungan terhadap cuaca serta predator merupakan bagian dari fungsi vegetasi. Selain vegetasi, air juga

(6)

11 menjadi salah satu komponen habitat yang dibutuhkan oleh satwa untuk proses metabolisme dalam tubuh. Kebutuhan satwa akan air tergantung kondisi habitat, dan ruang digunakan satwa untuk dapat melakukan aktivitas alaminya, seperti makan, minum, berkembang biak dan bahkan berlindung, serta luas ruang dalam habitat tergantung pada besarnya jenis satwa. Semakin besar ukuran satwa makan semakin besar pula ruang yang dibutuhkan oleh satwa tersebut (Takandjandji, 2009).

2.1.5. Populasi

Struktur populasi berbentuk piramida terbalik, yang mengindikasikan proses regenarasi tidak berjalan baik, meskipun sebagian besar populasi rusa adalah berumur dewasa. Dari segi sex rasio, struktur populasi rusa tersebut menunjukkan bahwa sebenarnya perbandingan rusa jantan dan betina ini tidak seimbang, sehingga sesungguhnya Effective Population Size (EPS). secara alami sex rasio rusa jantan dan betina yang dipandang optimal adalah 1:5-10 bahkan pernah dilaporkan dapat mencapai 1: 15-20. Akibatnya tingkat perkembangbiakan atau pertumbuhan populasi menjadi rendah seperti ditandai dengan persentase jumlah anak jauh lebih kecil dibanding rusa dewasa (Masyud, 2007).

2.2. Profil Kawasan

2.2.1. Letak, Luas dan Status

Taman Hutan Raya adalah kawasan pelestarian alam untuk tujuan koleksi tumbuhan dan atau satwa yang alami atau buatan, jenis asli dan atau bukan asli, yang dimanfaatkan bagi kepentingan penelitian, ilmu pengetahuan, pendidikan, menunjang budidaya, budaya, pariwisata dan rekreasi. Taman Raya Raya Soerjo yang ditetapkan dengan keputusan Presiden No.29 Tahun 1992 seluas sekitar

(7)

12 27.868,30 Ha dan keputusan surat Menteri Pertanian Nomor: 250/Kpts/Um/5/1972 tanggal 25 Mei 1972 meliputi kawasan hutan lindung Gunung Anjasmoro, Gunung Gede, Gunung Biru, Gunung Limas seluas 20.000ha serta kawasan hutan cagar alam di Arjuno Lalijiwo seluas 4.960ha.

2.2.2. Topografi

Kawasan bergelombang dan bergunung dengan ketinggian 1.000-3.339mdpl. Beberapa gunung yang termasuk didalam Kawasan Taman Hutan Raya Raden Soerjo sebagai berikut:

a. Gunung Arjuno dengan puncak tertinggi 3.339mdpl. b. Gunung Welirang dengan puncak tertinggi 3.156mdpl. c. Gunung Anjasmoro dengan puncak tertinggi 3.217mdpl. d. Gunung Kembar I dengan puncak tertinggi 3.061mdpl. e. Gunung Kembar II dengan puncak tertinggi 3.256mdpl. f. Gunung Biru dengan puncak tertinggi 2.337mdpl. g. Gunung Ringgit dengan puncak tertinggi 2.474mdpl.

Keterangan tingkatannya mencapai (30-90)% yaitu dari tipe C dan D dengan curah hujan data tahunan berkisar 2500-4500 mm. Suhu udara pada malam hari berkisar antara 5oC-10oC. Sedangkan pada musim kemarau dapat mencapai 4oC. Kelembapan udara cukup tinggi, berkisar antara (42-45)% hingga (90-97)%.

2.2.3. Iklim danTanah

Iklim disekitar Taman Hutan Raya memiliki tekanan udara antara 1007-1017,5 mb. Tanah yang termasuk di Taman Hutan Raya yaitu regusol berasal dari abu vulkanik intermediair dengan warna coklat kekuning-kuningan dan bersifat sangat peka terhadap erosi.

(8)

13 2.2.4. Aksesibilitas

Jaringan jalan yang mendukung lancarnya perhubungan merupakan saran yang sangat penting, kawasan Taman Hutan Raya, Malang, Pasuruan, Mojokerto, dan Jombang. Obyek-obyek wisata alam atau budaya di Taman Hutan Raya Raden Soerjo dapat dicapai dari daerah-daerah sekitarnya.

2.3. Keberhasilan Penangkar

2.3.1. Tingkat Keberhasilan Penangkaran

Upaya penyelamatan kepunahan rusa timor salah satunya dengan usaha konservasi exsitu berupa penangkaran. Penangkaran merupakan usaha pemeliharaan dan pengembangbiakan satwa liar dengan tujuan untuk menjamin kelestarian populasinya dan pengembangan pemanfaatannya secara berkelanjutan, baik sebagai satwa konsumsi, wisata, maupun kepentingan pendidikan dan ilmu pengetahuan (Fitriyanty et al., 2014).

(Masy’ud dan Taurin, 2000) menyatakan untuk keberhasilan penangkaran terlihat pada keberhasilan reproduksi satwa yang ditentukan oleh keberhasilan daru manajemen kesehatan, pakan, bibit, teknologi reproduksi dan pemuliaannya. Semiadi et al. (2004) juga menambahkan untuk indikator keberhasilan pengembangan suatu populasi penangkaran dapat ditinjau dari persentase anak hidup pada umur 12 bulan dan nilai produktivitas indukan. Keberhasilan kegiatan penangkaran sangat ditentukan oleh pengetahuan mengenai cara hidup, pola perilaku, dan faktor-faktor lain. (Purwaningsih, 2012). Kondisi penangkaran juga harus disesuaikan dengan habitat aslinya agar satwa dapat beradaptasi dan mencegah satwa stress (Ripai, 2016).

Gambar

Gambar 1. Rusa Timor (Rusa timorensis de Blainville, 1822)  Sumber: dokumentasi pribadi

Referensi

Dokumen terkait

Kekuatan sosial dan politik, kecenderungan, dan konteksnya perlu diperhatikan untuk menentukan seberapa jauh perubahan tersebut berpengaruh terhadap tingkah laku

Semua tingkah laku manusia pada hakikatnya mempunyai motif (Gerungan, 2004:151).Motif berasal dari kata “motive” yang berarti secara obyektif merupakan dorongan dari dalam

Berdasarkan pengertian-pengertian yang telah dikemukakan oleh beberapa ahli diatas, peneliti menyimpulkan bahwa kecanduan internet merupakan suatu tingkah laku dimana

Selain itu pula dijelaskan bahwa rehabilitasi satwa dilakukan agar satwa yang telah lama berada di lingkungan manusia mempunyai ketahanan hidup yang tinggi untuk

Berdasarkan pendapat-pendapat para ahli dapat disimpulkan bahwa perilaku agresif adalah bentuk tindakan tingkah laku sosial yang menyimpang, dengan maksud untuk menyakiti

sistem pengendalian sosial. Pengendalian sosial tersebut lebih bersifat pengawasan terhadap tingkah laku masyarakat sehingga hidup persekutuan dapat dipertahankan

Berdasarkan pendapat-pendapat tersebut, dapat disimpulkan bahwa disiplin kerja pegawai merupakan sikap atau tingkah laku yang menunjukkan kesetiaan dan ketaatan

Aksis I: Gangguan Klinis, kondisi lain yang menjadi fokus perhatian klinis Gangguan klinis merupakan pola perilaku abnormal (gangguan mental) yang meenyebabkan hendaya