• Tidak ada hasil yang ditemukan

DAFTAR ISI. Pengaruh Pelayanan dan Fasilitas terhadap Kepuasan Mahasiswa 1 Sekolah Tinggi Agama Buddha Negeri Sriwijaya Tangeran Banten Heriyanto

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "DAFTAR ISI. Pengaruh Pelayanan dan Fasilitas terhadap Kepuasan Mahasiswa 1 Sekolah Tinggi Agama Buddha Negeri Sriwijaya Tangeran Banten Heriyanto"

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)
(2)

DAFTAR ISI

Pengaruh Pelayanan dan Fasilitas terhadap Kepuasan Mahasiswa 1 Sekolah Tinggi Agama Buddha Negeri Sriwijaya Tangeran Banten

Heriyanto

Pentingnya Kompetensi Sosial Bagi Dosen 15

Muawanah

Exelent Service Management di Sekolah Buddhis 29

I ketut Damana

Praktik Hidup Berkesadaran Untuk Anak Usia Dini 37

Waluyo

Budaya Pembuatan Jubah Bhikkhu Menurut Buddhisme Theravada 49 di Indonesia

Sugianto

Kesejahteraan Masyarakat Sebagai Keniscayaan 59

Dalam Tinjauan “Mahasudassana Sutta dan Dasa Raja Dhamma”.

Sapardi

Cinta dan Perdamaian Dalam Perspektif Buddha 69

Tejo Ismoyo

Pengaruh Pengalaman Mengajar terhadap 77

Kompetensi Kepribadian Guru

Tri Amiro

(3)

Pengaruh Pengalaman Mengajar terhadap Kompetensi Kepribadian Guru

Tri Amiro

Sekolah Tinggi Agama Buddha Negeri Sriwijaya demiro79@gmail.com

Abstract

The purpose of this study is to describe the effect of teaching experience on teacher personality competence. As an educator, teachers have a primary teaching task in which personality traits are a highly developed factor in the development of human resources. The method used in this research is ex post facto with descriptive quantitative approach. The result of this research shows that the teaching experience on teacher personality competence is not significant, that is 1.5%.

Keyword: pengalaman mengajar, kompetensi kepribadian A.

Pendahuluan

Masa depan suatu bangsa terletak dan dipercayakan pada generasi muda. Generasi muda merupakan generasi yang akan menggantikan genarasi masa lalu dengan berbagai sejarahnya. Maka dengan demikian, posisi strategis suatu bangsa maupun agama, diakui ataupun tidak, memang berada ditangan anak-anak tersebut. Negara dan agama membutuhkan generasi muda yang tangguh dan cerdas. Kemajuan suatu Negara dan agama, akan tetap lestari apabila generasi mudanya dapat dijadikan tulang punggung yang siap untuk mengabdi. Sedangkan dalam kehidupan nyata dapat kita lihat masih sangat banyak anak-anak dan remaja yang belum bias mematuhi dan menjalankan norma-norma dan aturan.

Tanggung jawab generasi muda sangat berat untuk membawa bangsa ini pada sebuah kemajuan. Oleh karena itu generasi muda hasrus benar-benar dipersiapkan agar tiba saatnya nanti melaksanakan tanggung jawab, dapat dilaksanakan dengan sebaik-baiknya. Anak-anak dan remaja perlu diarahkan dan mendapatkan perhatian yang cukup dari berbagai pihak agar mereka tumbuh dan berkembang menjadi generasi yang berbudaya baik serta memiliki budi pekerti luhur. Seorang manusia tumbuh dan besar dalam lingkungan masyarakat, bukan hanya dibesarkan dalam lingkungan keluarga saja. Salah satu pihak yang memiliki tanggung jawab dalam mempersiapkan generasi di masa yang akan datang adalah guru. Guru sebagai pendidik harus dapat mempengaruhi ke arah proses itu sesuai dengan tata nilai yang dianggap baik dan berlaku dalam masyarakat. Sebagai seorang tenaga pendidik, memiliki ciri khas kepribadian yang sangat berpengaruh terhadap keberhasilan pengembangan generasi bangsa.

(4)

Guru Pendidikan Agama Buddha, dalam hal ini juga memiliki peranan yang sangat strategis, yang merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari proses pendidikan di Indonesia. Oleh karenanya, guru Pendidikan Agama Buddha juga harus memiliki kepribadian yang sama dengan guru-guru bidang studi lainnya. Pada dasarnya kepribadian memang susah untuk diukur karena bersifat abstrak, tidak dapat dilihat dengan nyata. Tetapi hanya dapat dilihat melalui performance, ucapan dan perbuatan pada saat menghadapi sebuah persoalan atau masalah.

Peningkatan kualitas pendidikan akan berkaitan erat dengan peningkatan kompetensi guru. Baik kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi professional dan kompetensi sosial. Bukan hanya kompetensi professional saja yang harus diutamakan dan dan ditingkatkan oleh seorang guru. Akan tetapi kompetensi kepribadian juga merupakan bagian penting yang harus diperhatikan dalam rangka melaksanakan proses transformasi ilmu dari guru kepada siswanya.

Kepribadian seorang guru akan ikut menentukan apakah guru tersebut dapat dikatakan sebagai pendidik baik atau bahkan sebaliknya. Seorang guru harus menghindari sikap dan perbuatan yang bisa menimbulkan citra negative bagi dirinya. Seorang guru harus bisa menjaga wibawa agar dihormati oleh anak didik dan masyarakat secara luas. Guru yang merupakan ujung tombak tenaga kependidikan belum sepenuhnya menerapkan semua kompetensi yang dimilikinya. Terutama kompetensi kepribadian untuk mendidik dalam arti yang sebenarnya. Seorang guru tidak hanya memiliki tugas untuk mengajar saja, tetapi sekaligus sebagai seorang pendidik. Selain menyampaikan materi pelajaran agar dapat dimengerti oleh siswa, seorang guru masih memiliki tugas lain yang tidak kalah pentingnya, yaitu proses pendewasaan siswa. Agar kelak di kemudian hari mereka mampu memaknai materi sebuah pelajaran yang dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari, memiliki kepribadian yang baik, dan berbudi luhur.

Pencapaian kompetensi kepribadian seorang guru tidak dapat terlepas dari pengalaman mengajar seorang guru. Berapa lama seorang guru telah mengajar ikut menentukan kompetensi kepribadian guru tersebut. Namun senioritas juga bukan merupakan jaminan bahwa seorang guru memiliki kompetensi yang baik. Karena tidak menutup kemungkinan juga seorang guru yang masih baru pun bisa memiliki dan mencapai kompetensi yang baik pula. Masih sering dijumpai guru yang terlambat masuk kelas, memberikan tugas kepada siswa dan dibiarkan siswa belajar sendiri sementara guru tersebut pergi ke kantor untuk melakukan pekerjaan yang mungkin kurang bermanfaat. Fenomena yang demikian juga terjadi dengan beberapa guru pendidikan Agama Buddha. Sedangkan guru sebagai contoh atau teladan bagi siswa-siswanya harus memiliki sikap dan kepribadian yang utuh agar dapat dijadikan panutan dalam berbagai bidang kehidupan. Melihata keadaan yang demikian dapat membuat atau memicu menurunnya moral siswa tau peserta didik. Meskipun bukan merupakan satu-satunya factor namun perlu disadari oleh para guru.

(5)

Oleh karena itu seyogyanya seorang guru khususnya guru pendidikan Agama Buddha harus selalu berusaha memilih dan melakukan perbuatan yang positif.

B.

Kerangka Teori

Kompetensi Guru

Kompetensi dapat diartikan sebagai kekuasaan (kewenangan) untuk menentukan atau memutuskan sesuatu hal (Usaman, 1995: 14). Sedangkan dalam Undang-undang Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen pasal 1 ayat (10), dinyatakan bahwa yang dimaksud dengan kompetensi adalah seperangkat pengetahuan, keterampilan dan perilaku yang harus dimiliki, dihayati, dan dikuasai oleh guru atau dosen dalam melaksanakan tugas keprofesionalan. Kompetensi berarti suatu hal yang menggambarkan kualifikasi atau kemampuan seseorang, baik yang kualitatif maupun kuantitatif (Usaman, 1995:4).

Guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, meniali, dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini, jalur pendidikan formal, pendidikan dadar pendidikan menengah (Rahmat, 2009:15). Sedangkan menurut Usman menyatakan bahwa guru merupakan jabatan atau profesi yang memerlukan keahlian khusu sebagai guru dan tidak bisa dilakukan oleh orang yang tidak memiliki keahlian untuk melakukan kegiatan atau pekerjaan sebagai guru (1995:6). Kompetensi guru merupakan kemampuan seorang guru dalam melaksanakan kewajiban-kewajiban secara bertanggung jawab dan layak (Usman, 1995:14).

Berdasarkan pengertian-pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa kompetensi guru merupakan pengetahuan, keterampilan, nilai dan sikap yang harus dihayati, dimiliki dan dikuasai oleh seorang guru dalam melaksanakan tugas dan pekerjaan. Kompetensi guru dapat dimaknai sebagai gambaran tentang apa yang idealnya dilakukan oleh seorang guru dalam melaksanakan tugasnya, baik berwujud kegiatan, perilaku maupun hasil yang dapat ditunjukkan.

Jenis-jenis Kompetensi Guru

Kompetensi yang dimiliki guru merupakan satu kesatuan kemampuan yang harus dimiliki oleh seorang guru. Apabila diuraikan, kompetensi dapat dibagi atau diklasifikasikan menjadi beberapa jenis. Menurut Undang-undang Nomor 14 tahun 2005 tentang Guru dan Dosen pasal 10 ayat (1) dan PP Nomor 19 tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan pasal 28 ayat (3), dijelaskan bahwa kompetensi guru meliputi Kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi sosial, dan kompetensi profesi. Kompetensi

Pedagogik adalah seperangkat kemampuan dan keterampilan yang berkaitan

dengan interaksi belajar dan mengajar anatara guru dan siswa dalam kelas.

Kompetensi kepribadian adalah seperangkat kemampuan dan karakteristik

(6)

personal yang mencerminkan realitas sikap dan perilaku guru dalam melaksnaakn tugas-tugasnya dalam kehidupan sehari-sehari. Kompetensi

professional seperangkat kemampuan dan keterampilan terhadap penguasaan

materi pelajaran secara mendalam, utuh dan komprehensif. Kompetensi sosial adalah seperangkat kemampuan dan keterampilan yang terkait dengan hubungan atau interaksi dengan orang lain. Artinya, guru harus dituntut memiliki keterampilan berinteraksi dengan masyarakat khususnya dalam mengidentifikasi, menganalisis, dan menyelesaikan problem masyarakat.

Kompetensi Kepribadian Guru

Adalah kemampuan personal yang mencerminkan kepribadian yang mantap, stabil, dewasa, arif dan berwibawa, menjadi teladan bagi peserta didik, dan berakhlak mulia. Sesuai dengan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 16 tahun 2007 tentang Standar Kualifikasi Akademik dan Kompetensi Guru dinyatakan tentang Sub kompetensi dalam kompetensi kepribadian adalah sebagai berikut:

a. Bertindak sesuai dengan norma agama, hukum, sosial, dan kebudayaan nasional Indonesia. Merupakan kepribadian yang mantap dimana seorang guru harus menghargai peserta didik tanpa membedakan keyakinan yang dianut, suku, adat-istiadat daerah asal dan gender. Selain itu juga harus bersikap sesuai dengan agama yang dianut, hokum dan norma social yang berlaku dalam masyarakat serta kebudayaan nasional yang beragam. b. Menampilkan diri sebagai pribadi yang jujur, berakhlak mulia, dan teladan

bagi peserta didik dan masyarakat. Merupakan kepribadian yang dewasa, seorang guru harus berperilaku jujur dan manusiawi, berperilaku yang mencerminkan ketakwaan dan akhlak mulia, berperilaku yang dapat diteladani oleh peserta didik dan anggota masyarakat di sekitarnya.

c. Menampilkan diri sebagai pribadi yang mantap, stabil, dewasa, arif dan berwibawa. Merupakan kepribadian yang arif yang didasarkan pada kemamfaatan peserta didik, sekolah dan masyarakat dan menunjukkan keterbukaan dalam berpikir dan bertindak.

d. Menunjukkan etos kerja, tanggung jawab yang tinggi, rasa bangga menjadi guru, dan rasa percaya diri. Merupakan kepribadian yang berwibawa meliputi memiliki perilaku yang berpengaruh positif terhadap peserta didik dan memiliki perilaku yang disegani dan mampu bekerja mandiri secara professional.

e. Menjunjung tinggi kode etik guru, yaitu bahwa seorang guru harus mampu memahami dan menerapkan serta berperilaku sesuai dengan kode etik profesi guru. Seorang guru harus memiliki akhlak yang mulia dan dapat menjadi teladan meliputibertindak sesuai dengan norma religius (imtaq, jujur, ikhlas, suka menolong) dan memiliki perilaku yang diteladani peserta didik.

(7)

Perlunya Kompetensi Kepribadian Guru

Sebagai tenaga pendidik, guru memiliki tugas utama mengajar dimana ciri khas kepribadian merupakan faktor yang sangat berpengaruh terhadap pengembangan sumber daya manusia. Selain sebagai pengajar guru memiliki tugas untuk mendidik, yaitu menanamkan nilai-nilai yang dianggap baik yang berlaku di masyarakat. Nilai-nilai yang dimaksud antara norma, moral, estetika, dan ilmu pengetahuan yang mempengaruhi perilaku anak didik sebagai bagian anggota masyarakat.

Penerapan disiplin yang baik akan membentuk watak dan sikap mental serta kepribadian yang kuat dalam diri siswa. Seorang guru harus mampu mengajarkan siswanya untuk disiplin dalam segala hal. Siswa yang demikian akan terwujud apabila guru juga memiliki disiplin dalam melaksanakan tugas dan kewajibannya. Dalam Lohicca Sutta, Digha Nikaya dijelaskan tentang ciri-ciri guru yang berhasil, yaitu sebagai berikut: “guru yang apabila sedang mengajar didengarkan dan diperhatikan oleh siswanya serta mampu membuat siswanya menguasai pelajaran yang diberikan serta siswa tersebut memiliki budi pekerti yang baik dan mampu menerapkan ilmu yang diperolehnya untuk kebaikan dan kebahagiaan semua makhluk” (Walshe, 2009:146).

Pendidik dan subjek didik (siswa) melakukan pemanusiaan diri ketika mereka terlihat di dalam masyarakat profesional yang dinamakan keguruan; hanya tahap proses pemanusiaan saja yang berbeda. Pihak pendidik maupun anak didik harus melihat transasksi personal sebagai kesempatan belajar, khususnya untuk guru dan tenaga kependidikan, tertumpang tanggung jawab tambahan menyediakan serta mengatur kondisi untuk membelajarkan subjek didik, mengoptimalkan kesempatan bagi subjek didik untuk menemukan menjadi dirinya sendiri (Rahmat, 2009: 23).

Guru sebagai satu pribadi merupakan model atau teladan bagi siswa-siswanya dan semua orang yang menganggapnya sebagai guru. Menjadi teladan merupakan sifat dasar kegiatan pembelajaran, dan ketika seorang guru tidak mau menerima ataupun menggunkannya secara konstruktif maka akan mengurangi keefektifan pembelajaran. Peran dan fungsi ini patut dipahami dan jangan sampai menjadi sebuah beban yang memberatkan sehingga dengan keterampilan dan kerendahan hati akan memperkaya arti pembelajaran.

Dalam ajaran agama Buddha, dalam kaitannya dengan kompetensi kepribadian guru, maka seorang guru yang baik yang bisa menjadi teladan bagi siswa-siswanya adalah seorang gutu yang menjalan sila dengan baik. Sila atau moral yang baik dapat ditunjukkan dengan bagaimana seorang guru berperilaku dalam kehidupan sehari-hari, menjalankan Pancasila Buddhis dengan baik atau tidak. Salah satu bagian dari Pancasila Buddhis adalah selalu berusaha untuk selalu mengucapkan ucapan benar. Dalam Sutta Pitaka,

Anguttara Nikaya, Pancaka Nipata 198, Vaca Sutta dinyatakan tentang

syarat-syarat atau kriteria sebuah ucapan dikatakan sebagai ucapan yang benar yaitu: a) ucapan tersebut tepat waktu, b) ucapan tersebut benar, c) ucapan tersebut

(8)

lembut, d) ucapan tersebut bertujuan, dan e) ucapan tersebut diucapkan dengan pikiran yang dipenuhi cinta kasih (Nyanaponika & Bodhi, 2003: 359).

Guru Pendidikan Agama Buddha

Menurut Undang-undang Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan dosen, bahwa yang dimkasud dengan guru adalah pendidik professional dengan tugas utama mendidik, mengajar, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi pada jalur pendidikan formal, pendikan dasar, dan pendidikan menengah.

Guru memiliki peranan sebagai agen pembelajaran, yaitu bahwa seorang guru berperan sebagai fasilitator, motivator, pemacu, dan pemberi inspirasi belajar bagi peserta didiknya. Sebagai motivator guru harus mampu membangkitkan motivasi belajar anak.

Penguasaan guru terhadap materi pelajaran Pendidikan Agama Buddha mencakup komponen yang hendak dikembangkan dalam Pendidikan Agama Buddha yang terdiri dari:

1. Mengintepretasikan materi, struktur, konsep, dan pola pikir ilmu-ilmu yang relevan dengan pembelajaran Pendidikan Agama Buddha. 2. Menganalisis materi, struktur, konsep, dan pola pikir ilmu-ilmu yang

relevan dengan pembelajaran Pendidikan Agama Buddha.

Menurut salah satu kitab suci agama Buddha yaitu Sutta Pitaka, seorang guru memiliki tugas dan tanggung jawab yang sangat besar terhadap muridnya. Buddha bersabda dalam Digha Nikaya (31), Patika Vagga, Sigalaka Sutta bahwa kewajiban seorang guru adalah sebagai berikut: memberikan instruksi yang menyeluruh, memastikan semua murid menangkap seluruh materi yang diajarkan, memberikan landasan menyeluruh terhadap semua keterampilan, merekomendasikan murid-murid mereka kepada teman dan rekan mereka, memberikan keamanan di segala penjuru setiap saat (Walshe, 2009: 491).

Pengalaman Mengajar

Setiap kegiatan, apapun wujudnya sangat membutuhkan pengalaman.

Experience is the best teacher, pengalaman adalah guru yang terbaik. Pengalaman

adalah guru yang tidak berjiwa dan tidak pernah marah. Menurut Kamus Besar Bahasa Indoensia pengalaman diartikan sebagai sesuatu yang pernah dialami (dijalani, dirasai, ditanggung dan sebagainya) (Depdiknas, 2008:34). Pengalaman juga dapat diartikan sebagai hasil persentuhan alam dangan panca indera manusia. Pengalaman memungkinkan seseorang menjadi tahu (www.wikipedia.com).

Mengajar adalah segala upaya yang disengaja dalam rangka memberi kemungkinan bagi siswa untuk terjadinya proses belajar sesuai dengan tujuan yang dirumuskan. Menurut Sardiman mengajar diartikan sebagai suatu aktivitas mengorganisasi atau mengatur lingkungan sebaik-baiknya dan menghubungkan dengan anak, sehingga terjadi proses belajar. Atau dikatakan,

(9)

mengajar sebagai upaya menciptakan kondisi yang kondusif untuk berlangsungnya kegiatan belajar bagi para siswa. Jadi, mengajar pada prinsipnya adalah merupakan usaha mengorganisasikan lingkungan dalam hubungannya dengan anak didik dan bahan pengajaran, sehingga terjadi proses belajar mengajar untuk membantu siswa dalam proses menuju dewasa. Sebagai pelaksana proses belajar mengajar, seorang guru pasti pernah mengalami masalah dalam mengajar. Selama mengajar seorang guru akan menemukan hal-hal yang baru, akan memberikan pelajarn yang berarti bagi dirinya dan akan dimanfaatkan sebagaimana mestinya. Setiap guru menghadapi berbagai macam keadaan yang berbeda-beda pada saat mengajar. Segala macam keadaan yang dihadapi akan mendorong guru untuk mencari jalan keluar untuk mengatasinya. Semakin lama guru mengajar maka seharusnya guru akan lebih banyak mendapatkan pengalaman yang memberikan manfaat baginya.

Pengalaman mengajar dapat didefinisikan sebagai masa kerja yang dapat dilihat dari berapa lama seseorang melaksanakan tugasnya (mengajar) sebagai seorang guru. Faktor yang paling penting yang harus diperhatikan oleh guru adalah bahwa ia harus senantiasa meningkatkan pengalamannya sehingga memiliki pengalaman yang berkualitas.

C.

Metode Penelitian

Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dengan metode ex post

facto. Pada penelitian ini tidak ada manipulasi langsung terhadap variable

bebas yaitu pengalaman mengajar. Karena peniliti tidak memberikan perlakuan atau memanipulasi perubahan khusus terhadap subjek penelitian. Data yang berhasil dikumpulkan setelah semua kejadian yang dipermasalahkan berlangsung (lewat). Penelitian tentang pengaruh pengalaman mengajar terhadap pencapaian kompetensi guru termasuk penelitian dengan pendekatan kuantitatif deskriptif dan analisis regresi. Analisis data dengan mengunakan data-data numerical atau angka yang diolah dengan meted statistik, setelah diperoleh hasil kemudian dideskripsikan dengan menguraikan kesimpulan yang berdasarkan pada angka-angka yang diolah dengan metode statistic tersebut. Penelitian ini menjelaskan pengaruh pengalaman mengajar terhadap pencapaian kompetensi kepribadian guru.

D. Pembahasan

Deskripsi data yang akan disajikan dari hasil penelitian ini alah untuk memberikan gambaran secara umum mengenai penyebaran data yang diperoleh di lapangan. Data yang disajikan berupa data mentah yang diolah dengan menggunakan teknik statistik deskriptif dengan bantuan software SPSS 21.0.

Deskripsi data yang disajikan berebntuk rerata (mean), pemusatan data atau varian (median), simpangan baku atau penyimpangan data (standard deviation),

(10)

dan rentang (range). Berdasarkan judul dan perumusan masalah penelitian dimana penelitian ini terdiri dari satu variabel bebas dan satu varibel terikat, yaitu meliputi kompetensi kepribadian guru Pendidikan Agama Buddha (Y), pengalaman mengajar (X). Berdasarkan hasil analisis diperoleh rerata skor kompetensi kepribadian guru sebesar 230,34 dengan simpangan baku 20,87 dan varian 435,44. Skor minimum sebesar 184,00 skor maksimum 294,00 dan rentang 110,00.

Untuk menguji hipotesis, penelitian ini menggunakan uji F dengan program SPSS. Uji F digunakan untuk mengetahui pengaruh variabel bebas terhadap varibel terikat. Jika F hitung lebih besar dari F tabel atau probabilitasnya kurang dari 0,05 maka H0 ditolak, artinya ada pengaruh yang signifikan

variabel pengalaman mengajar terhadap kompetensi kepribadian guru. Apabila probabilitas lebih dari 0,05 maka H0 diterima, artinya tidak ada

pengaruh variabel pengalaman mengajar terhadap kompetensi kepribadian guru.

Tabel Uji Regresi Linear Sederhana ANOVAb

Sum of

Model Squares df Mean Square F Sig.

1 Regression 671.350 1 671.350 1.550 .216a

Residual 43743.757 101 433.107

Total 44415.107 102

a. Predictors: (Constant), Pengalamanmengajar b. Dependent Variable: Kompetensikepribadian

Untuk melihat berapa besar pengaruh variabel bebas terhadap variabel terikat menggunakan tabel ANOVAb. menunjukkan bahwa dari analisis regresi

sederhana diperoleh harga F sebesar 1,550 dengan Sig (probabilitas/p) 0,216. Probabilitasnya lebih besar dari 0,05 sehingga dapat dikatakan bahwa H0

diterima atau H1 ditolak yang berarti bahwa tidak ada pengaruh pengalaman

mengajar terhadap kompetensi kepribadian guru.

Besarnya pengaruh variabel bebas (X) terhadap variabel terikat (Y) memiliki nilai sebesar R Square (R2) sebesar 0,015. Nilai ini menunjukkan pengaruh

varibel pengalaman mengajar terhadap kompetensi kepribadian guru hanya sebesar 1,5%. Angka 1,5% menyatakan tingkat pengaruh pengalaman mengajar terhadap kompetensi kepribadian guru, pengaruh ini sangat kecil. Sedangkan sisanya 98,5% dijelaskan atau dipengaruhi oleh variabel lain yang tidak dilibatkan dalam penelitian ini.

Untuk melihat hubungan antara variable bebas (X) dengan variable bebas (Y) menggunakan tabel Correlation. Besarnya korelasi atau hubungan antara pengalaman mengajar dan kompetensi kepribadian adalah (-0,123) yang berarti bahwa perubahan variabel pengalaman mengajar diikuti oleh perubahan variabel kompetensi kepribadian secara berlawanan.

(11)

Tabel Hubungan Pengalaman Mengajar dengan Kompetensi Kepribadian Guru Correlati ons

Kompetensi Pengalama

kepribadian nmengajar

Pearson Correlation Kompetensikepribadian 1.000 -.123

Pengalamanmengajar -.123 1.000

Sig. (1-tailed) Kompetensikepribadian . .108

Pengalamanmengajar .108 .

N Kompetensikepribadian 103 103

Pengalamanmengajar 103 103

Berdasarkan analisis regresi linear sederhana diperoleh persamaan regresi. Persamaan regresi linear sederhana ini didasarkan pada koefisien regresi. Diperoleh persamaan regresi untuk meramalkan atau memprediksi variabel terikat (Y) jika variabel bebas (X) diketahui. Diperoleh persamaan regresi sebagai berikut:

Y = 234,682 – 2,405 X

Dimana :

Y = Kompetensi Kepribadian Guru X = Pengalaman Mengajar

Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah: Terdapat pengaruh antara pengalaman mengajar terhadap kompetensi kepribadian guru Pendidikan Agama Buddha. Hasil penelitian menunjukkan bahwa hipotesis yang diajukan diterima, artinya bahwa terdapat pengaruh antara pengalaman mengajar terhadap kompetensi kepribadian guru Pendidikan Agama Buddha. Besarnya pengaruh pengalaman mengajar terhadap kompetensi kepribadian guru yaitu sebesar 0,015 atau 1,5% (sangat kecil atau hampir tidak ada).

Pengalaman mengajar memiliki pengaruh yang berlawanan terrhadap kompetensi kepribadian guru. Peningkatan atau penurunan pengalaman mengajar akan diikuti perubahan naik atau turunya kompetensi kepribadian guru. Pengaruh variable bebas (X) terhadap varibel terikat (Y) sebesar 1,5%. Artinya pengalaman mengajar memiliki pengaruh yang sangat kecil atau tidak signifikan terhadap kompetensi kepribadian guru.

E.

Penutup

Simpulan dari penelitian ini yaitu terdapat pengaruh antara pengalaman mengajar terhadap kompetensi kepribadian guru Pendidikan Agama Buddha. Besarnya pengaruh pengalaman mengajar terhadap kompetensi kepribadian guru yaitu sebesar 0,015 atau 1,5% (sangat kecil atau hampir tidak ada). Pengalaman mengajar memiliki pengaruh yang berlawanan terrhadap kompetensi kepribadian guru. Peningkatan atau penurunan pengalaman mengajar akan diikuti perubahan naik atau turunya kompetensi kepribadian

(12)

guru. Pengaruh variable bebas (X) terhadap varibel terikat (Y) sebesar 1,5%. Artinya pengalaman mengajar memiliki pengaruh yang sangat kecil atau tidak signifikan terhadap kompetensi kepribadian guru.

Daftar Pustaka

Cervone, Daniel & Pervin, Lawrence A. 2011.Personality: Theory and Research,

10th ed (Kepribadian: Teori dan Penelitian, Edisi 10). Diterjemahkan oleh Alya

Tusyan, Evelyn Ridha Manulu, dkk. Jakarta: Penerbit Salemba Humanika.

Departemen Pendidikan Nasional. 2009. Kamus Besar Bahasa Indonesia: Pusat

Bahasa. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama.

Friedman, Howard. & Schustack, Miriam W. 2006. Personality Theoric and

Modern Research (Kepribadian: Teori Klasik dan Modern). Diterjemahkan oleh

Benedictine Widyasinta. Jakarta: Penerbit Erlangga

Mulyasa, E. 2009. Menjadi Guru Profesional Menciptakan Pembelajaran Kreatif dan

Menyenangkan. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.

Nyanaponika Thera and Bhikkhu Bodhi. 1999. Numerical Disources of Buddha:

An Anthology from Anguttara Nikaya. Sri Lanka: Buddhist Publication

Society (Diterjemahkan oleh Cintiawati, Wena dan Anggawati, Lanny. 2003) Petikan Anguttara Nikaya. Klaten: Vihara Bodhivamsa.

Rahmat, Abdul. 2009. Super Teacher. Bandung: MQS Publishing.

Sugiyono. 2008. Metodologi Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta.

Usman, Moh. Uzer. 2010. Menjadi Guru Profesional. Edisi Kedua. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.

Walshe, Maurice. 2009. The Long Disources of the Buddha A Translation of the

Digha Nikaya (Kotbah-kotbab Panjang Sang Buddha Digha Nikaya).

Diterjemahkan oleh Team Giri Mangala Publication. Jakarta: Dhammacitta Press.

Waluyo. 2010. Tingkat Kepuasan Mahasiswa Terhadap Kualitas Layanan STABN

Sriwijaya Tahun 2010. Penelitian tidak diterbitkan. Tangerang: Sekolah

Tinggi Agama Buddha Negeri Sriwijaya.

Gambar

Tabel Uji Regresi Linear Sederhana
Tabel Hubungan Pengalaman Mengajar dengan Kompetensi Kepribadian Guru

Referensi

Dokumen terkait

Di triwulan IV utang klaim dan reasuransi mengalami penurunan masing-masing sebesar 252,53 dan 379,2, sedangkan laba bersih mengalami penurunan juga sebesar

Melalui kegiatan pembelajaran dengan pendekatan saintifik menggunakan model pembelajaran Problem Based Learning (PBL) peserta didik dapat menganalisis berbagai

Bantuan keuangan dari Propinsi Jawa Barat Bantuan keuangan dari Propinsi DKI Jakarta 01 Dana Bagi Hasil Retribusi dari Provinsi dan Pemerintah.

Hasil penelitian dengan uji chi-square menunjukkan ada hubungan yang signifikan antara kepatuhan diet garam rendah dengan kejadian rehospitalisasi pada pasien gagal

Dari hasil penelitian dapat diketahui bahwa produksi, biaya produksi, penerimaan dan pendapatan yang diterima oleh pengrajin terasi dan ikan asin berbeda-beda, ini

Pola pertumbuhan allometrik positif adalah pola pertumbuhan yang menunjukkan bahwa pertambahan bobot lebih dominan daripada pertambahan panjang tubuh ikan.. Jenis

Pencegahan adalah tindakan/cara/ proses yang dilakukan agar seseorang atau sekelompok orang tidak melakukan tindak kekerasan di lingkungan satuan pendidikan. Upaya Pencegahan

Data yang diperoleh pada indikator kesepuluh, yakni: perkuliahan daring melalui aplikasi zoom lebih memberi kemudahan dalam berinteraksi antara dosen dengan