• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGKAYAAN MATERI GENETIK A JAVA LIGHT BREAKING COCOA MELALUI KEGIATAN SELEKSI DAN EKSPLORASI PADA POPULASI KAKAO EDEL DI WILAYAH JAWA TIMUR

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PENGKAYAAN MATERI GENETIK A JAVA LIGHT BREAKING COCOA MELALUI KEGIATAN SELEKSI DAN EKSPLORASI PADA POPULASI KAKAO EDEL DI WILAYAH JAWA TIMUR"

Copied!
5
0
0

Teks penuh

(1)

PENGKAYAAN MATERI GENETIK ”A” JAVA LIGHT BREAKING COCOA

MELALUI KEGIATAN SELEKSI DAN EKSPLORASI PADA POPULASI

KAKAO EDEL DI WILAYAH JAWA TIMUR

Indah Anita Sari∗, Agung Wahyu Susilo, dan Yusianto

Pusat Penelitian Kopi dan Kakao Indonesia Jl. PB. Sudirman No. 90, Jember 68118

Telepon (0331) 757130

e-Mail: indah.sari83@yahoo.com Disajikan 29-30 Nop 2012

ABSTRAK

Prioritas pemuliaan kakao edel terutama diarahkan guna mendapatkan klon-klon unggul yang mampu mendukung pro-duksi ”A” Java Light Breaking Cocoa yang sudah berhasil masuk segmen pasar spesialti. Klon-klon unggul baru kakao edel diharapkan memiliki sifat toleran terhadap penyakit VSD, memiliki warna daun kotil putih, ukuran biji besar, daya hasil tinggi dan stabil. Materi genetik atau plasma nutfah kakao edel yang saat ini keberadaannya tersebar di beberapa kebun di PTPN XII, Propinsi Jawa Timur merupakan materi dasar program pemuliaan tanaman dalam perakitan bahan tanam unggul kakao edel baru sehingga keberadaannya harus tetap dilestarikan. Kegiatan seleksi dilakukan pada populasi koleksi kakao edel di Kebun Penataran, PTPN XII dengan kriteria seleksi berdasarkan pada sifat toleransi terhadap penyakit VSD, tingkat warna biji segar, potensi dan mutu hasilnya. Evaluasi sifat ketahanan tanaman dilakukan dengan metode skoring dengan skala 0 -6. Pengujian mutu fisik biji meliputi jumlah biji per buah, berat per biji kering, volume per biji, persentase biji berwarna putih dan kadar kulit biji. Analisis data menggunakan excell dan uji gerombol menggunakan program Statistica. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian koleksi kakao edel di PTPN XII mengalami penurunan akibat adanya serangan penyakit pembuluh kayu (VSD). Rerata skor VSD dari 40 aksesi adalah 2,17 dengan rentang antara 0,67-6. Hasil eksplorasi dan seleksi berdasarkan sifat keta-hanan tanaman terhadap penyakit VSD menunjukkan bahwa terdapat tiga nomor punah VSD (PNT-11, PNT-24 dan PNT-33) dan tiga nomor bersifat toleran (PNT-16, PNT-37 dan PNT-38). Genotipe yang memiliki sifat toleran menunjukkan performa baik, sehat dan tidak berdampak pada penurunan produksi buah, sedangkan genotipe yang diduga rentan menunjukkan kondisii yang merana, pertumbuhan terganggu dan berdampak pada tidak munculnya bunga dan buah. PNT-16 selain memiliki sifat toleran juga memiliki potensi jumlah buah yang paling tinggi. Hasi seleksi awal berdasar sifat ketahanan tanaman terhadap VSD, potensi hasil dan mutu biji diperoleh sembilan genotipe yang menunjukkan sifat toleran, memiliki sifat potensi hasil dan mutu hasil baik yaitu PNT-8, PNT-12, PNT-16, PNT-17, PNT-18, PNT-30, PNT-37, PNT-38 dan PNT-39. Sedangkan evaluasi mutu hasil belum sepenuhnya dapat dilakukan karena masih menunggu kemasakan buah.

Kata Kunci: Penyelamatan, ”A” light java cocoa, seleksi, eksplorasi, genotipe harapan

I.

PENDAHULUAN

Indonesia dikenal sebagai negara penghasil kakao edel (kakao mulia) yaitu ”A” Java Light Breaking Co-coa yang memiliki nilai ekonomi lebih tinggi dibanding dengan kakao lindak. Peranan kakao edel cenderung semakin menurun, padahal peluang pasar kakao edel masih dapat diharapkan dengan terus merosotnya kemampuan produksi negara-negara pemasok utama kakao edel. Kebutuhan industri kakao edel memang hanya 10 persen, namun kebutuhan kakao edel dapat meningkat 20-30 persen. Kebutuhan dunia akan kakao edel sampai saat ini baru dapat dipenuhi sebesar 30 persen. Adanya kelangkaan biji kakao edel

menye-babkan harga di pasaran dunia meningkat karena se-cara ekonomi permintaan lebih tinggi dibandingkan de-ngan penawaran. Peluang pasar yang bagus ini diman-faatkan oleh beberapa perkebunan besar untuk memu-lai kembali pertanaman kakao edel. Kendala yang di-hadapi adalah adanya keterbatasan bahan tanam, se-hingga kebutuhan bahan tanam unggul kakao edel yang memiliki produksi dan mutu biji tinggi khususnya komponen warna biji segar dan memiliki toleransi ter-hadap penyakit VSD (Vascular Streak Dieback) sangat diharapkan keberadaannya.

Pengembangan tanaman kakao edel pada awal-nya dilakukan oleh industri perkebunan khususawal-nya di

(2)

PTPN XII, Jawa Timur. Akan tetapi terjadi penurunan produksi akibat adanya keterbatasan bahan tanam. Luas areal kakao edel yang semula seluas 20.000 hek-tar menurun menjadi 5.000 hekhek-tar. Adanya pencemaran warna ungu pada biji kakao edel lebih dari 15% pada kakao mulia memberikan dampak pada penekanan harga. Dalam rangka peningkatan produksi dan kual-itas kakao edel, maka klon unggul baru diharapkan memiliki sifat warna daun kotil putih, ukuran biji be-sar, kadar lemak tinggi, daya hasil tinggi dan stabil, memiliki citarasa yang baik serta memiliki sifat toleran terhadap penyakit VSD. Meskipun permintaan pasar dunia akan kakao edel sangat tinggi, namun produksi kakao edel masih sangat terbatas.

Adanya jaminan bahan tanam unggul kakao edel diharapkan dapat mendorong kembali industri perke-bunan penghasil kakao edel untuk membangun per-tanaman ”A” Java Light Breaking Cocoa yang selama ini semakin menurun. Produktivitas dan kualitas yang baik dari bahan tanam yang dihasilkan pada riset ini akan memberikan dampak positif terhadap produksi kakao edel dan juga akan memberikan kontribusi ter-hadap pemenuhan kebutuhan kakao edel di pasar dunia. Keuntungan dan kesempatan yang bagus da-pat dimanfaatkan oleh industri perkebunan kakao edel terutama di PTPN XII yang selama ini dikenal seba-gai pemasok kakao edel di pasaran dunia. Keber-adaan bahan tanam unggul kakao edel akan berdampak pada peningkatan produksi kakao edel di Indonesia yang secara otomatis akan mempengaruhi perekono-mian kakao edel secara internasional yang sampai saat ini baru dapat dipenuhi sebesar 30%. Citra kakao Indonesia sebagai penghasil ”A” Java Light Break-ing Cocoa pun akan kembali berkibar di pasar inter-nasional. Hasil perhitungan menggunakan asumsi-asumsi menunjukkan bahwa kakao edel memberikan angka B/C rasio 1,47, dengan nilai tambah Rp46.000 per kg biji kakao kering ( dengan asumsi harga kakao edel Rp72.000 per kg, harga kakao bulk/lindak Rp26.000 per kg). Dengan adanya peningkatan harga yang cukup signifikan ini maka akan sangat menguntungkan pada idustri perkebunan kakao edel dan juga dengan pening-katan nilai ekspor akan meningkatkan devisa bagi ne-gara. Begitu juga dengan masyarakat sebagai pengguna bahan tanam unggul kakao edel akan mendapatkan ke-untungan baik dari segi kepastian bahan tanam mau-pun dari segi ekonomi yaitu peningkatan pendapatan.

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menyela-matkan koleksi kakao edel yang tersebar di wilayah Jawa Timur dan mendapatkan klon unggul harapan kakao edel yang memiliki produksi tinggi, mutu biji baik, tingkat light breaking tinggi, cita rasa baik dan tol-eran terhadap penyakit VSD melalui eksplorasi dan se-leksi beberapa aksesi kakao edel di wilayah Jawa Timur. Sasaran dari riset yang dilakukan adalah terciptanya

bahan tanam kakao edel yang unggul akan mampu me-ningkatkan produksi ”A” Java Light Breaking Cocoa dan dapat memberikan pasokan bagi kebutuhan kakao edel di pasar internasional yang sampai saat ini baru dapat dipenuhi sebesar 30 persen.

II.

METODOLOGI

Kegiatan seleksi dan eksplorasi dilakukan di kebun Penataran, PTPN XII di lokasi koleksi kakao edel hasil peremajaan tanaman tahun 1938. Seleksi dan eksplorasi dilakukan berdasarkan pada tiga kriteria meliputi sifat ketahanan tanaman terhadap penyakit pembuluh kayu (VSD), potensi hasil dan mutu bijinya.

A. Evaluasi sifat ketahanan tanaman terhadap penyakit pembuluh kayu (VSD)

Evaluasi sifat ketahanan tanaman terhadap penyakit pembuluh kayu (VSD) dilakukan dengan melakukan skoring pada setiap nomor koleksi dan setiap individu tanaman. Skoring dilakukan selama tiga kali yaitu pada bulan ke-3, bulan ke-6 dan bulan ke-9. Metode skoring dilakukan menurut Susilo et al. (2010).

B. Evaluasi sifat potensi hasil

Evaluasi potensi daya hasil dilakukan pada karak-ter jumlah dan ukuran buah. Potensi jumlah buah di-amati pada setiap individu tanaman pada setiap nomor koleksi. Jumlah buah yang diamati meliputi jumlah buah kecil (ukuran <5 cm), sedang ( ukuran 5-10 cm) dan besar ( ukuran >10 cm). Buah yang sudah diamati diberi tanda dengan cat sebagai indikator bahwa buah tersebut sudah diamati sebelumnya. Tanda atau cat berfungsi untuk mengantisipasi adanya pengulangan pengamatan pada periode berikutnya. Karakter uku-ran buah dilakukan pada ukuuku-ran berat, panjang dan lilit buah.

C. Evaluasi sifat potensi mutu biji

Evaluasi mutu biji yang dilakukan adalah mutu biji fisik meliputi warna biji, jumlah biji baik per buah, jum-lah biji kepeng per buah, volume per biji, berat per biji kering (baik dan kepeng), dan kadar kulit biji. Biji yang diamati adalah biji hasil fermentasi selama 3-4 hari. Karakter biji kering merupakan biji yang sudah di oven selama 24 jam dengan suhu 80◦C ˙Pengamatan

warna biji dilakukan secara manual dengan menghi-tung persentase warna biji putih per buah pada setiap nomor koleksi. Analisis warna biji dilakukan dengan membelah biji satu per satu dan mengelompokkan biji-biji tersebut berdasarkan pada kelompok warna yaitu putih, keunguan dan ungu gelap.

D. Analisis data

Analisis data dilakukan dengan menggunakan gram excel dan analisis gerombol menggunakan pro-gram statistica. Evaluasi dilakukan berdasarkan pada sifat ketahanan tanaman terhadap penyakit VSD dan potensi hasil serta mutu bijinya.

(3)

III.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Upaya penyelamatan ”A” Java Light Breaking Co-coa dilakukan melalui kegiatan eksplorasi dan seleksi pada koleksi tanaman kakao edel hasil duplikasi ta-naman tahun tanam 1938. Kondisi tanaman seba-gian rusak bahkan beberapa nomor koleksi punah aki-bat adanya serangan penyakit pembuluh kayu (VSD). Kegiatan identifikasi dan karakterisasi koleksi kakao edel di Kebun Penataran, PTPN XII yang berjumlah 40 nomor koleksi menunjukkan keragaan yang berbeda pada karakter pertumbuhan, respons ketahanan ter-hadap penyakit pembuluh kayu (VSD), potensi hasil dan potensi mutu bijinya. Adanya keragaman karak-ter karak-tersebut dimanfaatkan dalam pelaksanaan eksplo-rasi dan seleksi guna mendapatkan genotipe harapan kakao edel yang memiliki sifat yang dinginkan an-tara lain memiliki sifat ketahanan terhadap penyakit VSD, memiliki keragaan pertumbuhan baik, potensi produksi tinggi, persentase warna biji putih tinggi,dan mutu biji yang baik.

Hasil evaluasi menunjukkan bahwa terdapat perbe-daan respons setiap nomor koleksi terhadap penyakit VSD. Tingkat kerusakan akibat penyakit ini da-pat menyebabkan tanaman merana, penurunan pro-duksi bahkan mati. Adanya perbedaan respons mengindikasikan bahwa masing-masing nomor koleksi memiliki sifat toleransi yang berbeda dan perbedaan ini menunjukkan adanya perbedaan sifat ketahanan antar genotipe. Genotipe yang memiliki sifat toleran menun-jukkan performa baik, sehat dan tidak berdampak pada penurunan produksi buah. Berbeda dengan genotipe yang diduga rentan menunjukkan kondisi yang mer-ana, pertumbuhan terganggu dan berdampak pada tidak munculnya bunga dan buah.

Tingkat ketahanan tanaman terhadap VSD ditunjuk-kan dengan nilai skoring VSD. Hasil skoring pada 40 nomor koleksi diperoleh rerata skor VSD 2,17 dengan kisaran 0,67-6,00. Nilai skor VSD pada 40 nomor koleksi kakao edel di kebun Penataran, PTPN XII (Gambar 1). Adanya perbedaan respons ketahanan tanaman ter-hadap penyakit VSD pada nomor-nomor koleksi di-jadikan salah satu kriteria dalam kegiatan seleksi ta-naman kakao edel di kebun PTPN XII.

Koleksi dengan kode PNT 11, PNT 24 dan PNT 33 memiliki skor 6 yang berarti tanaman mati (punah). Menurut Wardojo (1992) cit. Susilo dan Suhendi (2001), serangan VSD dapat menyebabkan kematian tanaman yang rentan, baik pada fase pembibitan maupun pada pertanaman di lapang. Demikian pula bila serangan terjadi pada pertanaman dewasa di lapang yang rentan dapat juga menyebabkan kematian tanaman. Hasil se-leksi awal terhadap respons ketahanan penyakit VSD pada 40 nomor koleksi di kebun Penataran diperoleh tiga nomor yang memiliki sifat lebih toleran yaitu

PNT-GAMBAR1: Nilai skor VSD pada 40 nomor koleksi kakao edel di

Kebun Penataran PTPN XII Nilai skor (Score): 0 = sehat (healthy); 6= mati (dead)

16, PNT-37 dan PNT-38.

Evaluasi potensi jumlah buah dilakukan pada 37 nomor koleksi kakao edel yang masih hidup. Rerata jumlah buah pada masing-masing nomor koleksi ditun-jukkan padaGAMBAR2.

GAMBAR 2: Rerata Jumlah Buah 40 Koleksi Kakao Edel pada

Semester Pertama

Potensi jumlah buah merupakan salah satu indikator yang menunjukkan potensi daya hasil tanaman. Kode koleksi PNT-16 memiliki potensi jumlah buah yang pa-ling tinggi dibanding dengan koleksi yang lain. Se-dangkan beberapa koleksi tidak menunjukkan adanya buah pada semester pertama karena adanya serangan penyakit VSD yang cukup tinggi. Tingginya jum-lah buah didukung oleh adanya pembentukan daun (flush) yang merangsang adanya pertumbuhan bunga dan buah. Evaluasi mutu biji baru dapat dilakukan pada 14 nomor koleksi. Hal ini berkaitan dengan ke-mampuan tanaman dalam menghasilkan buah. Semua koleksi memiliki ukuran panjang cenderung mendekati klon DR 2, kecuali PNT-20. Data awal hasil pengamatan komponen mutu pada 14 nomor koleksi kakao edel di PTPN XII dapat dilihat padaTABEL1.

Hasil evaluasi mutu biji menunjukkan bahwa PNT-31 memiliki jumlah biji kepeng per buah paling tinggi.

(4)

TABEL1: Karakter Mutu Biji pada Beberapa Koleksi Kakao Edel di Kebun PTPN XII

Tingginya biji kepeng mengindikasikan bahwa sema-kin banyak biji yang tidak terbuahi secara sempurna. Biji yang tidak tersebuki sempurna akan menyebabkan biji tidak berisi atau kepeng. Jumlah biji pada beberapa nomor koleksi yang diamati menunjukkan lebih ren-dah dibandingkan dengan klon pembanding (DR 2 dan DRC 16), kecuali PNT-16, PNT-42 dan PNT-1K. Sedang-kan karakter berat per biji kering dari nomor koleksi yang telah diamati menunjukkan berat lebih dari satu gram kecuali PNT-14, PNT-16 dan PNT-3K.

Karakter warna biji segar merupakan salah satu parameter penting dalam perdagangan kakao edel. Tingkat kecerahan atau warna putih pada 14 nomor yang telah diamati secara manual menunjukkan tingkat warna putih yang relatif tinggi dibanding dengan klon pembanding DR2, kecuali koleksi PNT-16 yang memi-liki persentase warna biji putih dibawah 85%.Ekspresi warna biji pada kakao mulia sangat ditentukan oleh genetik dan lingkungan. Pengaruh lingkungan da-pat terjadi dengan adanya pencemaran pollen yang menyerbuki yang kemudian disebut sebagai efek xenia (Anita-Sari, 2011). Sedangkan dari aspek genetik meru-pakan kemampuan atau potensi dari masing-masing genotipe dalam menghasilkan warna biji. Menurut Chatt (1955) cit. Iswanto dan Winarno (1997), bahwa potensi genetik warna biji segar kakao bervariasi dari putih (kakao mulia) hingga ungu tua (kakao lindak) dan potensi derajat warna biji setiap genotipe akan berbeda.

Menurut Jalil & Ismail (2008), warna ungu dan keun-guan pada biji kakao merupakan akibat dari perubahan secara kompleks antara catechin dan tannin. Cakiner et al. (2005) menyebutkan bahwa antosianin merupakan bagian dari warna merah dan ungu, sedangkan pro

an-thosianin terjadi pada kulit biji dan berhubungan de-ngan warna hitam, merah, cokelat. Tingkat antosianin pada biji kakao segar tersebut berhubungan dengan tingkat flavanol. Hasil analisis kimia menunjukkan bahwa biji berwarna ungu memiliki tingkat antosianin lebih tinggi dibandingkan dengan biji berwarna putih. Antosianin merupakan komponen kimiawi pada warna biji kakao (Ziegledr & Brehl, 1988 cit. Cakiner et al., 2005), dihasilkan pada bagian metabolisme (Stafford, 1990 cit. Cakiner et al., 2005) dan regulasi di dalam biji merupakan indikasi potensial flavanol yang mem-pengaruhi kualitas biji kakao. Perbedaan flavanol ini merupakan parameter penting dalam pelaksanaan se-leksi dan pemuliaan kakao.

Perbedaan karakter warna biji dipengaruhi oleh prekusor pembentuk komponen warna antara lain flavonoids yang masuk dalam kelompok polifenol (Anonim, 2009). Adanya perbedaan tingkat warna mempengaruhi kandungan polifenol yang dimungkin-kan adimungkin-kan menyebabdimungkin-kan perbedaan flavour dari masing-masing genotipe. Menurut Elwers et al. ( 2009), rasa pahit dan sepat sebagai akibat dari perbedaan kan-dungan polifenol. Oleh karena itu seleksi atas dasar tingkat warna sangat perlu dilakukan dengan pertim-bangan warna biji pada kakao mulia merupakan salah satu standar mutu yang dipakai dalam perdagangan dan berpengaruh terhadap flavour yang dihasilkan.

Hasil evaluasi terhadap 40 nomor koleksi terdapat sembilan nomor yang diduga memiliki potensi hasil tinggi dan toleran terhadap penyakit VSD yaitu PNT-8, PNT-12, PNT-16, PNT-17, PNT-1PNT-8, PNT-30, PNT-37, PNT-38 dan PNT-39

(5)

IV.

KESIMPULAN

1. Sebagian koleksi kakao edel di PTPN XII menga-lami penurunan akibat adanya serangan penyakit pembuluh kayu (VSD) dengan rerata skor VSD dari 40 aksesi adalah 2,17 dengan rentang antara 0,67-6. 2. Hasil eksplorasi dan seleksi berdasarkan sifat ke-tahanan tanaman terhadap penyakit VSD menun-jukkan bahwa terdapat tiga nomor punah VSD (PNT-11, PNT-24 dan PNT-33) dan tiga nomor bersifat toleran (PNT-16, PNT-37 dan PNT-38. Genotipe yang memiliki sifat toleran menunjukkan performa baik, sehat dan tidak berdampak pada penurunan produksi buah, sedangkan genotipe yang diduga rentan menunjukkan kondisii yang merana, pertumbuhan terganggu dan berdampak pada tidak munculnya bunga dan buah.

3. Hasil seleksi awal berdasar sifat ketahanan ta-naman terhadap VSD, potensi hasil dan mutu biji diperoleh sembilan genotipe yang menunjukkan sifat toleran, memiliki sifat potensi hasil dan mutu hasil baik yaitu 8, 12, 16, 17, 18, 30, 37, 38 dan PNT-39. Sedangkan evaluasi mutu hasil belum sepenuh-nya dapat dilakukan karena masih menunggu ke-masakan buah.

DAFTAR PUSTAKA

[1] Anita-Sari, I dan A.W. Susilo, 2011, Indikasi efek xenia pada kakao (Theobroma cacao L.), Pelita Perkebunan, 27(1): 37-45

[2] Anonim, (2009), DeZaan: Cocoa and Chocolate Manual, Archer Daniels Midland Company, 167p. [3] Cakiner, M.S., G. R. Ziegler, & M.Y. Guiltinan,

(2005), Seed color as an indicator of flavanol con-tent in Theobroma cacao L., University Park. 27p. [4] Elwers, S., A. Zambrano, C. Rohsius, & R. Lieberei,

Differences between the content of phenolic com-pounds in Criollo,Forastero and Trinitario cocoa seed (Theobroma cacao L.), (2009), Eur Food Res Technol, 229, 937948.

[5] Halimah & Sri Sukamto, 2006, Sejarah dan Perkem-bangan Penyakit Vascular Streak Dieback di In-donesia, Warta 22(3) : 107-119

[6] Iswanto, A. dan H. Winarno, 1993, Usaha Memper-tahanankan Keunggulan Kakao Mulia melalui Pe-manfaatan Bahan Tanaman, Prosiding Lokakarya Kakao Mulia, Jember, 21 September: 44-50

[7] Iswanto,A.; H. Winarno & Rubiyo, (1993), Pand-uan Praktis, Diskripsi klon-klon kakao mulia DR 1, DR 2, DR 38 dan DRC 16, Pusat Penelitian Kopi dan Kakao,

[8] Iswanto, A., 1999, Perbedaan Produksi dan Karak-ter Biji Antara Hibrida Kakao F1, Klonal F1, dan

Keturunan F2, Warta Pusat Penelitian Kopi dan Kakao, 15(2): 235-239

[9] Jalil, A.M.M. & A. Ismail, (2008), Polyphenols in cocoa and cocoa product: is there a link between antioxidant properties and health. Molecules, 13, 2190-2219

[10] Mawardi. S., 1982, 1912-1981: Tujuh Puluh Tahun Pemuliaan Tanaman Cokelat di Indonesia, Menara Perkebunan 50(1): 17-22

[11] Keane, P.J., 2000, An Overview of The Pest and Disease Problems of Cocoa, In: Selection for Resis-tance and Quality in Cocoa in Indonesia. ACIAR Project. I. 38-79

[12] Lambert, S., 2002, Trends in World Cocoa Production-Consumption, Price and Threat, In: Se-lection for Resistance and Quality in Cocoa in In-donesia, 17- 26

[13] Pawirosoemardjo, S. & A. Purwantara, 1992, Occu-rance and Control of VSD in Java and Soth East Su-lawesi. P. 209- 215 In: Cocoa Pest and Management in South East Asia and Australi

[14] Prawoto, A.A., (2008). Perbanyakan Tanaman, Kakao: Manajemen Agrobisnis dari Hulu hingga Hilir, Swadaya. Jakarta

[15] Saleh. A., 1991, Pengujian Ketahanan Klon dan Hibrida Tanaman Kakao Tahan VSD, Konp. Nas. Kakao, 233-241

[16] Suhendi, D. & H. Winarno, (1996), Penampilan sifat biji putih pada persilangan beberapa klon Kakao Mulia, Prosd. Simposium Pemuliaan Ta-naman, 24-25 Mei 1996, 432-434.

[17] Suhendi, D., 2006, Partisipasi Pekebun Dalam Ke-giatan Pemuliaan Tanaman untuk Memperoleh Ba-han Tanam Unggul Kakao, Warta Pusat Penelitian Kopi dan Kakao 22(2): 52-58

[18] Susilo, A.W. dan D. Suhendi, 2001, Respons Bebe-rapa Populasi Hibrida F1 Kakao terhadap Penyakit VSD, Prosiding Konggres Nasional PFI XVI Bogor (22-24 Agustus).

[19] Susilo, A.W., D. Suhendi., S. Mawardi, 2001, Daya Gabung Sifat Ketahanan Terhadap Penyakit Vas-cular Streak Dieback Beberapa Klon Kakao, Pelita Perkebunan 17(3): 97-104

Referensi

Dokumen terkait

Tujuan dari kegiatan Program Layanan Masyarakat melalui PKM (Program Kemitraan Masyarakat) pada pelatihan pembukuan sederhana bagi pelaku usaha kerajinan anyam mendong di

MI NU Islamiyyah Kudus tahun pelajaran 2015/2016... 2) Pengaruh Tata tertib Sekolah terhadap Prestasi Belajar. Peserta Didik pada Mata Pelajaran Aqidah Akhlak di

Hukum penawaran menyatakan semkain tinggi harga suatu barang semakin banyak jumlah barang yang dibutuhkan, semakin rendah harga suatu barang semakin sedikit jumlah barang

Selanjutnya, penelitian yang dilakukan Ruswinarno dengan judul “Penggunaan Model Pembelajaran Berbasis Masalah (Problem Based Learning) untuk Meningkatkan Hasil

Kegiatan dalam tahap perencanaan ini merancang dan merencanakan pembelajaran IPA kelas 4 dengan menyusun RPP materi Wujud benda dan sifatnya dengan menggunakan

Klang Valley Dist’n T’sport to Export T’sport to Factory T’sport to Central Ware/H Mgt of Central Ware/H Inbound Product Mgt - Raw Mat - FinishGd’s T’sport to Port T’sport

Tujuan penelitian adalah Menganalisis hubungan umur suami, pengalaman kontrasepsi yang lalu, jumlah anak, dan sikap kepriaan dengan keikutsertaan suami pada program

menempati urutan pertama dengan 780 kasus, kemudian urutan kedua head injury dengan 267 kasus, dan chepalgia dengan 124 kasus dalam kurun waktu satu tahun terakhir