• Tidak ada hasil yang ditemukan

V. GAMBARAN UMUM USAHA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "V. GAMBARAN UMUM USAHA"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

45 V. GAMBARAN UMUM USAHA

5.1. Gambaran Umum Wilayah 5.1.1. Kondisi Fisik Desa Ciburuy

Pelaksanaan unit usaha pupuk organik Koperasi Lisung Kiwari terletak di Desa Ciburuy, Kecamatan Cigombong, Kabupaten Bogor. Desa Ciburuy memiliki iklim yang cukup sejuk dikarenakan berada di kaki gunung salak. Desa Ciburuy terletak pada ketinggian 600 meter di atas permukaan laut. Suhu rata-rata sepanjang tahun di Desa Ciburuy berkisar antara 230-320 Celcius dan memiliki curah hujan rata-rata sepanjang tahun sebesar 3000-4000 mm. Jarak menuju ibukota provinsi di Bandung sejauh 120 km, sedangkan jarak menuju ibukota negara di jakarta sejauh 81 km. Berdasarkan keadaan iklim dan kondisi fisik yang ada, pengusahaan pupuk kompos sesuai untuk diusahakan di Desa Ciburuy. Batas wilayah Desa Ciburuy adalah sebagai berikut:

Sebelah utara : Desa Muara Jaya Sebelah timur : Desa Sorogol Sebelah barat : Desa Cisalada Sebelah selatan : Desa Cigombong 5.1.2. Potensi Pertanian

Desa Ciburuy memiliki luas wilayah sebesar 160 Ha, terdiri dari lahan darat seluas 73 Ha dan lahan pertanian seluas 87 Ha. Penggunaan lahan pertanian di Desa Ciburuy digunakan untuk persawahan dengan komoditas utama yang diusahakan petani adalah padi sawah organik sebesar 90 persen atau seluas 78,3 Ha. Sisanya dimanfaatkan untuk budidaya peternakan dan ikan air tawar serta penangkaran benih padi. Pemanfaatan lahan darat di Desa Ciburuy digunakan untuk pemukiman, sekolah, fasilitas publik, dan bangunan-bangunan usaha seperti lahan processing beras SAE, lantai penjemuran serta lahan usaha pembuatan pupuk kompos OFER.

Proses bercocok tanam padi di daerah Ciburuy dapat dilakukan sebanyak 2-3 kali dalam setahun dengan produktivitas berkisar 7 ton per Ha padi kering panen. Padi yang dihasilkan ini merupakan padi organik. Total keseluruhan padi organik yang dihasilkan di Desa Ciburuy sebesar 548,1 ton padi kering panen.

(2)

46 Berdasarkan pengalaman bertani selama ini, total jerami yang dihasilkan sebesar tiga kali lipat dari hasil gabah padi, artinya terdapat sebesar 21 ton per Ha atau 1644,3 ton jerami padi yang tersedia setiap kali panen. Rendemen kompos yang dibuat dari jerami kurang lebih 60% dari bobot awal jerami, sehingga kompos jerami yang dapat dihasilkan dalam satu Ha lahan sawah adalah sebesar 12,6 ton per Ha. Apabila seluruh jerami yang tersedia dibuat kompos akan dihasilkan kompos sebanyak 986,58 ton di Desa Ciburuy. Oleh karena itu Desa Ciburuy berpotensi dalam mengusahakan pembuatan pupuk kompos.

5.2. Gambaran Umum Usaha

5.2.1. Sejarah dan Perkembangan Usaha

Pada tahun 2002 Gapoktan Silih Asih mulai menjalin mitra dengan LPS di bawah Badan Amil Zakat Nasional (BAZNAS) dan Dompet Dhuafa Republika. Gapoktan Silih Asih merupakan gabungan dari 11 kelompok tani di Desa Ciburuy yang bergerak di bidang usahatani padi bebas pestisida yang digarap oleh 6 kelompok tani dan sisanya bergerak pada bidang perikanan serta benih padi. Adanya kebutuhan sarana produksi pertanian bagi seluruh petani yang tergabung sebagai anggota gapoktan menjadi dasar dalam pengembangan pertanian organik pada subsektor penyediaan input terutama komoditi pupuk organik. Dalam upaya mewujudkan kemudahan dan kemandirian petani secara bersama pada subsektor penyediaan input, dibentuklah kelompok swadaya berupa koperasi yang dikenal

dengan nama Koperasi Lisung Kiwari dengan nomor

518/03/BH/KPTS/KANKOP/2005 yang beralamat di Kampung Ciburuy RT 02/RW 02 Desa Ciburuy Kecamatan Cigombong Kabupaten Bogor. Salah satu unit usaha Koperasi Lisung Kiwari untuk mengembangkan pertanian organik . yaitu pengusahaan pupuk kompos dengan merk OFER (Organic Fertilizer).

Pelaksanaan unit usaha pupuk OFER sendiri mendapat bantuan dari pihak LPS melalui program pembinaan dan bantuan pemasaran. Pihak LPS mengadakan pelatihan pembuatan pupuk kompos secara berkala sehingga petani dapat memenuhi kebutuhannya sendiri akan pupuk. Hal ini penting untuk dilakukan mengingat komponen yang paling berpengaruh di tingkat pertanian adalah pupuk. Pola pembinaan yang dilaksanakan mencakup tiga hal, yaitu quality control, kuota

(3)

47 pembuatan yang disesuaikan dengan kebutuhan masing-masing cluster dan pemilihan bahan baku. Pembinaan pelatihan dilaksanakan hingga akhir tahun 2003. Pada masa pembinaan berlangsung, upaya memperbaiki kualitas terus dilakukan. Salah satunya dengan mencoba melakukan pengemasan sehingga pupuk tidak hanya berkualitas tetapi juga kontinuitas dan memiliki daya tahan yang lebih lama. Selain digunakan untuk memenuhi kebutuhannya sendiri, Kelebihan pupuk yang sudah tidak terpakai di pasarkan di wilayah sekitar. Hasilnya pupuk kompos produksi petani binaan LPS mendapat respons yang cukup baik di pasaran sehingga membuka peluang untuk pengusahaan pupuk kompos. LPS pun melakukan upaya penguatan posisi pupuk kompos di pasaran agar memperoleh hak paten dengan cara mendaftarkan pupuk kompos ke lembaga Hak Atas Kekayaan Intelektual (HAKI) untuk merk dagang Organic Fertilizer (OFER). Pada tahun 2004 pengusahaan pupuk kompos OFER mulai dijalankan secara komersial.

5.2.2. Pengadaan Input

Bahan baku utama yang digunakan adalah bahan-bahan yang berasal dari limbah pertanian seperti jerami, arang sekam, dedak halus, serta campuran kotoran sapi. Unit usaha Koperasi Lisung Kiwari memperoleh bahan baku utama berupa limbah pertanian secara gratis dari sisa panen padi yang dihasilkan para petani anggota gapoktan di Desa Ciburuy. Sedangkan kotoran sapi sebagai bahan baku campuran diperoleh dari PT Karyana-Cicurug. PT Karyana-Cicurug merupakan perusahaan skala besar yang menyediakan tiga jenis kotoran sapi atau pupuk kandang terdiri dari grade satu dengan kadar air paling rendah hingga

grade tiga dengan kadar air paling tinggi (basah). Jenis pupuk kandang yang

digunakan oleh unit usaha KKT Lisung Kiwari yaitu kotoran sapi grade dua dengan harga Rp3.000 per karung (30 kg). Bahan baku tambahan seperti molase, kapur pertanian, serta EM4 diperoleh dari toko pertanian.

5.2.3. Proses Produksi

Pembuatan pupuk organik dapat dilakukan secara tradisional dan dengan teknologi pengomposan. Pembuatan pupuk organik dengan cara tradisional membutuhkan waktu berbulan-bulan karena bahan-bahan organik dibiarkan

(4)

48 melapuk dengan sendirinya sehingga proses fermentasi yang berlangsung secara alami. Pada pembuatan pupuk organik dengan teknologi pengomposan proses fermentasi dapat dipercepat dengan cara menambahkan bahan lain yang disebut aktivator. Aktivator merupakan bahan bagi bakteri pengurai yang terdiri dari enzim, asam humat bahan, dan mikroorganisme (kultur bakteri). Pada unit usaha Koperasi Lisung Kiwari pembuatan pupuk kompos dilakukan dengan bantuan aktivator Effective microorganism (EM4). Keunggulan yang dimiliki EM4 yaitu dapat meningkatkan fermentasi limbah organik dan kotoran ternak hingga lingkungan menjadi tidak bau, meningkatkan ketersediaan unsur hara untuk tanaman, serta menekan pertumbuhan mikroorganisme pathogen tanah. Proses pengomposan pupuk kompos OFER diproduksi dengan sistem aerob (menggunakan oksigen), dimana mikroba menggunakan oksigen dalam proses dekomposisi bahan organik. Proses dekomposisi dapat juga terjadi tanpa menggunakan oksigen yang disebut proses anaerob. Pengomposan secara anaerob memanfaatkan mikroorganisme yang tidak membutuhkan udara dalam mendegradasi bahan organik. Namun, pada proses ini akan dihasilkan bau yang tidak sedap.

Kegiatan pengusahaan pupuk kompos OFER ini secara umum meliputi persiapan lokasi pembuatan, pemilihan bahan, pemotongan bahan, penumpukan bahan, pengayaan, pembalikan, pengayakan, dan pengemasan. Metode pembuatan pupuk kompos OFER dilakukan dengan cara ditumpuk berlapis-lapis pada areal terbuka dan ternaungi. Semua tahap kegiatan dilakukan secara manual dengan peralatan yang tergolong sederhana (cangkul, sekop, ember dsb). Mesin yang digunakan pada usaha ini hanya mesin pencacah jerami atau chopper sehingga pemotongan jerami tidak lagi dilakukan secara manual dengan golok. Jangka waktu pembuatan pupuk kompos untuk satu siklus produksi selama 7 hari, dimana hari sabtu dijadikan patokan mulai produksi dan. Dalam satu siklus produksi menggunakan empat lantai petakan pengomposan ukuran 5x2,5 m dengan kapasitas satu ton untuk setiap petak sehingga total kapasitas produksi sebesar 16 ton per bulan. Tenaga kerja berasal dari petani anggota gapoktan silih asih yang terdiri dari tiga orang tenaga kerja yaitu mengaduk dengan mengolah, mengayak, dan menimbang sekaligus mengemas.

(5)

49 1) Persiapan bahan dan lokasi

Bahan-bahan yang akan digunakan dipersiapkan dekat tempat pengomposan agar mudah dan mempercepat waktu pengolahan. Selain bahan baku juga perlu disiapkan cangkul untuk mengaduk dan ember untuk menyiram serta karung goni atau plastik yang berlubang untuk menutupi tumpukan. Lokasi pengomposan yang dimiliki unit usaha Lisung Kiwari terdiri dari lahan pengomposan ukuran 5x10 m dan dua buah gudang untuk penyimpanan bahan baku dan kompos siap jual. Lokasi pengomposan dinaungi dengan atap dari genteng, seng, nipah, atau bahan lainnya untuk menghindari curah hujan. Lahan pengomposan unit usaha KKT Lisung Kiwari memiliki empat petakan atau bedengan yang berdampingan dengan panjang 5 m, lebar 2,5 m dan tinggi 30 cm untuk setiap petakan yang berkapasitas satu ton.

2) Pemilihan bahan

Dalam pembuatan pupuk kompos bahan baku yang baik digunakan adalah bahan dengan kandungan C/N ratio cukup rendah yang idealnya bernilai antara 20-30 C/N ratio karena mudah melapuk dan terdekomposisi. Apabila nilai C/N ratio suatu bahan semakin tinggi maka semakin lambat bahan tersebut untuk diubah menjadi kompos. Pada pengusahaan pupuk kompos OFER bahan baku yang dipilih adalah bahan-bahan yang berasal dari limbah pertanian seperti jerami kering, arang sekam, dan dedak halus, serta kotoran sapi yang relatif sudah matang sebagai bahan campuran dari limbah peternakan. Unit usaha Lisung Kiwari memilih menggunakan bahan-bahan dari limbah pertanian karena potensi jerami yang begitu besar di Desa Ciburuy sehingga berpeluang untuk dapat dimanfaatkan menjadi pupuk kompos walaupun kandungan nilai C/N ratio pada jerami cukup besar senilai 80 C/N ratio.

Kandungan nilai C/N ratio yang tinggi tersebut disiasati dengan mencampur bahan lain yang nilai C/N ratio-nya rendah agar dapat mempersingkat laju pengomposan. Bahan yang digunakan adalah kotoran sapi sebagai bahan campurannya karena memiliki kandungan nilai C/N ratio yang rendah sebesar 20 C/N ratio. Apabila pengadaan bahan baku berupa sekam bakar sulit diperoleh maka dapat diganti dengan abu gosok yang relatif mudah diperoleh di daerah

(6)

50 perdesaan. Pemilihan bahan-bahan tersebut mampu menghasilkan pupuk kompos yang bermutu dan berkualitas sehingga nilai jualnya menjadi lebih tinggi.

3) Pemotongan bahan

Bahan-bahan organik yang digunakan dipotong atau dicacah menjadi berukuran kecil dan seragam agar proses pengomposan berlangsung cepat. Ukuran potongan ± 5-10 cm. ukuran yang kecil memudahkan mikroba atau bakteri untuk merombak bahan-bahan tersebut sehingga proses fermentasi berlangsung lebih cepat. Pada pembuatan pupuk kompos OFER sudah menggunakan mesin chopper.

4) Penumpukan bahan dan pengolahan adonan

Pembuatan pupuk kompos dilakukan dengan cara menumpuk bahan-bahan secara berlapis-lapis. Bahan-bahan ditimbun dengan ketinggian tertentu yaitu untuk dataran rendah sekitar 15-20 cm sedangkan untuk dataran menengah hingga tinggi sebaiknya lebih dari 20 cm. Hal tersebut dilakukan untuk memperoleh kondisi suhu adonan yang optimum. Lapisan paling dasar yaitu kotoran sapi yang disebar dan diratakan terlebih dahulu kemudian diatasnya ditaburkan sekam bakar diikuti jerami, dedak dan dolomit sebagai bahan terakhir. Bahan-bahan yang telah ditumpuk disiram perlahan-lahan dengan larutan kultur bakteri (larutan bioaktivator, molase, dan air) dan diaduk dengan sekop secara merata.

Dalam penumpukan bahan, aerasi atau pergerakan udara dalam timbunan harus tetap dipertahankan agar jasad pembusuk atau mikroba mendapat suplai oksigen atau udara yang dibutuhkan untuk hidup (aerob) dan aktivitas pelapukan. Bila tidak tersedia oksigen dan tumpukan tidak menghasilkan suhu yang ideal, maka pelapukan atau fermentasi akan gagal dan terjadi pembusukan yang tidak diharapkan oleh bakteri-bakteri anaerob.

5) Pengayaan (enrichment)

Pengayaan dimaksudkan sebagai penambahan bahan lain misal, bahan yang mengandung hara dan nutrisi lebih banyak. Bahan-bahan kompos dapat diperkaya dengan penambahan kapur pertanian (dolomit), molase, serbuk gergaji, tepung tulang dan sebagainya. Disamping untuk memperkaya, penambahan bahan ini dapat mempercepat pengomposan. Pengayaan yang dilakukan pada pembuatan pupuk kompos yaitu menyiram kembali tumpukan bahan dengan larutan kultur

(7)

51 bakteri sekali lagi. Setelah itu, gundukkan adonan ditutup dengan karung goni atau plastik berlubang selama sekitar 5 hari agar aerasi berjalan lancar.

6) Pembalikan berulang

Tumpukan adonan bahan-bahan dibiarkan selama ± 5-6 hari. Setiap dua hari sekali dilakukan pembalikan dan diaduk secara merata agar suhu tetap terkontrol. Bila suhu terlalu tinggi harus segera diaduk dan dibalik lagi sehingga suhu tetap optimum berada pada kisaran 40-450C. Disamping itu kandungan air diusahakan mencapai 30 persen yaitu bila dikepal dengan tangan air tidak keluar dari adonan dan bila dilepas akan megar.

7) Pengayakan

Pupuk kompos yang telah jadi dimana proses dekomposisi sudah relatif berhenti indikatornya adalah perkembangan suhu dari gundukan adonan yang semakin menurun. Setelah terfermentasi selama 4-7 hari, adonan kompos siap dikemas dan digunakan sebagai pupuk organik. Ciri-ciri dari bahan-bahan yang sudah menjadi kompos yaitu warna berubah mendekati kehitaman dan teksturnya remah atau mudah diayak.

Pupuk kompos yang siap kemas sebaiknya diayak terlebih dahulu agar kualitas pupuk kompos menjadi lebih baik dan butiran pupuk kompos menjadi halus dan merata. Pengayakan dilakukan dengan menggunakan saringan kawat atau kawat ram berlubang diameter 0,5-1 cm. Pada unit usaha pengomposan Koperasi Lisung Kiwari perlu melakukan pengayakan karena kompos yang dihasilkan bertujuan komersil sehingga kualitas menjadi sangat penting untuk diperhatikan.

8) Pengemasan

Pupuk kompos OFER dikemas dengan karung standar berlabel yang terdapat kemasan plastik didalamnya (inner bag). Hal tersebut dilakukan agar kadar air atau kelembaban pupuk kompos OFER tetap terjaga dan tidak mudah kering. Oleh karena itu pupuk kompos OFER memiliki ketahanan produk yang cukup kuat untuk penggunaan dan penyimpanan dalam jangka panjang.

5.2.4. Pemasaran

Kemitraan dalam pemasaran dilakukan dengan Lembaga Pertanian Sehat. Lembaga Pertanian Sehat (LPS) berperan sebagai lembaga saluran pemasaran dan

(8)

52 distribusi produk yang dihasilkan petani binaan disamping pemberdayaan petani dalam membangun komunitas petani dan melatih, membina serta mengembangkan produk pertanian sehat yang mudah diaplikasikan oleh petani. Sasaran pasar pupuk kompos OFER yang dibidik oleh LPS adalah konsumen kelas hobies tanaman hias dan beberapa cluster petani binaan LPS serta seluruh elemen masyarakat yang peduli akan terciptanya pertanian yang sehat, baik itu para petani di pedesaan maupun masyarakat kota.

Pemasaran pupuk OFER sendiri secara umum dibagi menjadi dua,yaitu segmen pasar eksternal dan pasar internal. Ruang lingkup pasar eksternal mencakup agen, retail, dan pelaku usaha tanaman hias yang tersebar di wilayah Bogor dan Jakarta. Sedangkan ruang lingkup pasar internal mencakup lima cluster petani oragnik binaan LPS yang berada di Cianjur, Karawang dan Brebes.

Referensi

Dokumen terkait

Hasil analisis sidik ragam terhadap C/N (lampiran 25), menunjukkan bahwa perlakuan berbanding bahan kompos berpengaruh nyata terhadap C/N (P 0,020), karena kandungan N

PT.Masyarakat Pratama Anindita khusus cabang medan dalam memproduksi Pupuk Dolomit mengambil bahan baku dari batu merah yang berada di sungai seperti sungai pancur batu..

Sifat kimia tanah dicirikan oleh reaksi tanah agak masam sampai netral, dan kandungan bahan organik bervariasi dari rendah hingga tinggi.. Kandungan P dan K total bervariasi dari

Sampah Organik (Kompos) merupakan hasil perombakan bahan organik oleh mikrobia dengan hasil akhir berupa kompos yang memiliki nisbah C/N yang rendah. Bahan yang

Tempat produksi terdiri dari tempat penerimaan bahan baku, ruang sortasi udang, ruang es, ruang sortasi dan penyusunan ikan dan keong, ruang penyusunan udang, contact

Di dalam proses produksi pada Pabrik Kelapa Sawit (PKS) Kebun Adolina, bahan baku yang digunakan adalah tandan buah segar (TBS) kelapa sawit yang diperoleh dari

pembuatan pupuk cair dari limbah organik kubis dengan pengaruh rasio bahan baku dan lama waktu terhadap proses fermentasi serta berapa % kandungan N, P, K dan

Hasil analisis kandungan hara kompos Kandungan Hara Kompos solid saja Kompos solid plus pH 7.2 7.9 C-organik C 32.44 39.27 Nitrogen N 3.20 2.10 C/N 10.14 18.70 Fosfor P 0.86 1.25