• Tidak ada hasil yang ditemukan

NALISIS HUBUNGAN REVALUASI AKTIVA TETAP DENGAN RETURN ON INVESMENT (ROI) DAN RETURN ON ASSETS (ROA) (Studi Empiris Pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek IndoNALISIS HUBUNGAN REVALUASI AKTIVA TETAP DENGAN RETURN ON INVESMENT (ROI) DAN RET

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "NALISIS HUBUNGAN REVALUASI AKTIVA TETAP DENGAN RETURN ON INVESMENT (ROI) DAN RETURN ON ASSETS (ROA) (Studi Empiris Pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek IndoNALISIS HUBUNGAN REVALUASI AKTIVA TETAP DENGAN RETURN ON INVESMENT (ROI) DAN RET"

Copied!
32
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

LANDASAN TEORI A. Aktiva

Konsep kesatuan usaha menegaskan bahwa perusahaan merupakan

entitas yang berdiri sendiri, bertindak atas namanya sendiri dan perusahaan

menjadi fokus pelaporan. Hal ini berarti bahwa fungsi pengelolaaan dan

fungsi pemilikan terpisah, sehingga hubungan keduanya dipandang sebagai

hubungan bisnis. Hubungan bisnis dapat dipertahankan apabila aktiva

perusahaan yang dikelola oleh manajemen selalu ditunjukkan asal dan

sumbernya. Manfaat ekonomi masa depan yang terwujud dalam aktiva adalah

potensi dari aktiva tersebut untuk memberikan sumbangan, baik langsung

maupun tidak langsung, arus kas dan setara kas kepada perusahaan. Potensi

tersebut dapat sesuatu yang produktif dan merupakan bagian dari aktivitas

operasional perusahaan, dapat pula berbentuk sesuatu yang dapat diubah

menjadi kas atau setara kas atau berbentuk kemampuan untuk mengurangi

pengeluaran kas, seperti penurunan biaya akibat penggunaan proses produksi

alternatif.

Banyak aktiva, misalnya aktiva tetap memiliki bentuk fisik. Namun

demikian, bentuk fisik tersebut tidak esensial untuk menentukan eksistensi

aktiva, karena itu paten dan hak cipta, misalnya merupakan aktiva kalau

manfaat ekonomi yang diperoleh perusahaan di masa depan dan kalau

masing-masing aktiva tersebut dikuasai perusahaan. Aktiva perusahaan

berasal dari transaksi atau peristiwa lain yang terjadi dimasa lalu. Perusahaan

(2)

transaksi atau peristiwa lain juga dapat menghasilkan aktiva;

misalnya properti yang diterima perusahaan dari pemerintah sebagai bagian

dari program untuk merangsang pertumbuhan ekonomi dalam suatu wilayah.

Menurut suwardjono ( 2003: 71 ), aktiva dalah kekayaan atau sumber

ekonomik yang dikuasai dan digunakan oleh perusahaan untuk mencapai

tujuannya (biasanya mencari laba). Sedangkan kieso dan weygant (2008: 40)

menjelaskan aktiva adalah manfaat yang mungkin terjadi di masa depan, yang

diperoleh atau dikendalikan oleh sebuah entitas sebagai hasil dari

transaksi-transaksi atau kewajiban-kewajiban masa lalu.

Suatu objek atau pos harus mempunyai karakteristik berikut ini untuk

dapat dikatakan sebagai aktiva :

1. Mempunyai masa manfaat ekonomik yang cukup pasti di masa yang

akan datang (probable future economic benefits).

2. Dikuasai atau dikendalikan oleh entitas (controlled by a particular entry)

Dalam hai ini, suatu objek tidak harus dimiliki oleh entitas tetapi cukup

dikusai oleh entitas untuk dapat disebut sebagai aktiva. Penguasaan disini

berarti kemampuan entitas untuk mendapatkan, memelihara/menahan,

menukarkan, menggunakan manfaat ekonomik, dan mencegah akses

pihak lain terhadap manfaat tersebut (Suwardjono,2005:257).

3. Timbul karena transaksi masa lalu (results of past events) Kriteria ini

menyempurnakan kriteria penguasaan dan sekaligus sebagai kriteria atau

test pertama (first-test) pengakuan objek sebagai aktiva, akan teapi tidak

(3)

Selain ketiga karakteristik utama di atas, FASB (Financial Accounting

StandardsBoard) juga menyebutkan beberapa karakteristik pendukung, yaitu

melibatkan kos (aquired at a cost), berwujud (tangible), tertukarkan

(exchangeable), terpisahkan (severable), dan berkuatan hukum (legally

enforceable). Karakteristik pendukung tersebut lebih menguatkan atau

meyakinkan adanya aktiva, tetapi tidak adanya karakteristrik pendukung tidak

menghalangi suatu objek untuk memenuhi syarat sebagai aktiva.

Dalam neraca perusahaan, akiva di subklasifikasi menjadi lima

kelompok sebagai berikut (Kieso,Weygant dan Warfield, 2002;220-226) :

1. Aktiva lancar (Current Assets)

Aktiva lancar adalah kas dan aktiva lainnya yang diharapkan akan dapat

dikonversi menjadi kas, dijual, atau dikonsumsi dalam satu tahun atau

dalam siklus operasi, tergantung mana yang paling lama. Aktiva lancar

disajikan dalam neraca menurut ukuran likuiditas. Lima pos penting dari

aktiva lancar adalah kas, investasi jangka pendek, piutang usaha,

persediaan, dan pos-pos pembayaran dimuka.

2. Investasi jangka panjang (Long-term invesment)

Investasi jangka panjang atau sering disebut investasi saja merupakan

betntuk penyertaan janga panjang atau dimaksudkan untuk mengusai

peeusahaan lain seperti penyertaan dalam bentuk saham dan obligasi.

Investasi jangka panjang biasanya dipegang selama bertahun-tahun dan

(4)

3. Aktiva tetap (Fixed Asssets)

Aktiva tetap adalah aktiva berwujud yang diperoleh dalam bentuk siap

dipakai atau dengan dibangun lebih dahulu, yang digunakan dalam

operasi perusahaan, tidak dimaksudkan untuk dijual dalam rangka

kegiatan normal perusahaan dan mempunyai maa manfaat lebih dari satu

tahun.

4. Aktiva tak berwujud (Intangible Assets)

Aktiva tak berwujud adalah aktiva yang mencerminkan hak atau hak

istemewa atau posisi yang menguntungkan perusahaan dalam

menghasikan pendapat. Aktiva ini dikatakan tak berwujud karena tidak

memiliki subsansi fisik dan biasanya mempunyai tingkat ketidakpastian

yang tinggi berkenaaan dengan manfaat masa depannya.

5. Aktiva lainnya

Aktiva lainnya merupakan aktiva yang meliputi pos-pos yang tidak dapat

secara layak digolongkan dalam aktiva lancar, investasi, aktiva tetap,

maupun aktiva tak berwujud.

B. Aktiva Tetap

1. Pengertian dan Karakteristik Aktiva Tetap

Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) No. 16 (2008

;16) mendefinisikan aktiva tetap sebagai berikut:

“ aktiva tetap adalah aktiva berwujud yang diperoleh dalam bentuk siap

pakai atau dengan dibangun terlebih dahulu, yang digunakan dalam

(5)

kegiatan normal perusahaan dan mempunyai manfaat lebih dari satu

tahun.”

Berdasarkan menurut Rudianto (2012 :256), aktiva tetap adalah

barang berwujud milik perusahaaan yang sifatnya relatif permanen dan

digunakan dalam kegiatan normal perusahaan, bukan untuk diperjuak

belikan. Aktiva tetap adalah aktiva (kekayaan) yang dimiliki perusahaan

yang diperoleh dalam bentuk siap pakai atau dibangun terlebih dahulu,

sifatnya permanen dan digunakan dalam kegiatan normal perusahaan

untuk jangka panjang serta mempunyai nilai yang cukup material.

Namun, seiring dengan berjalannya waktu, aktiva tetap akan mengalami

penurunan nilai ekonomis atau disebut juga sebagai penyusunan (kecuali

tanah). Suhayati (2009 :68), mengatakan aktiva tetap adalah aktiva yang

dapatdigunakan oleh perusahaan dalam menjalankan aktivitas usaha dan

sifatnya usaha dan sifatnya relatif atau jangla waktu perputarannya lebih

dari satu tahun.

Menurut Standar Akuntansi Keuangan (2007: 16), aktiva tetap

adalah “aktiva berwujud yang dimiliki untuk digunakan dalam produksi

atau penyediaan barang atau jasa, untuk direntalkan kepada pihak lain

atau untuk tujuan administrasi dan diharapkan untuk digunakan selama

lebih dari satu periode.” Menurut Kieso Weygant (2008:566),

mendefinisikan bahwa aktiva tetap adalah sumber daya yang memiliki

tiga karakteristik yaitu memiliki bentuk fisik (bentuk ukuran yang jelas),

(6)

Firdaus (2010:177), mengatakan aktiva tetap adalah aset yang diperoleh

untuk digunakan dalam kegiatan perusahaan untuk jangka waktu yang

lebih dari satu tahun, tidak dimaksudkan untuk dijual kembali dala

kegiatan normal perusahaan, dan merupakan pengeluaran yang nilainya

besar atau material.

Hartanto (2007) menjelaskan beberapa kriteria suatua aktiva

digolongkan aktiva tetap, yaitu :

a. Dimiliki atau dikuasai oleh perusahaan

b. Berbentuk fisik (berwujud)

c. Mempunyai manfaat ekonomis di masa datang

d. Digunakan dalam kegiatan operasional perusahaan, bukan sebagai

investasi atau dijual kembali

e. Manfaat ekonomisnya lebih dari satu tahun.

Surya (2012:149) mengungkapkan bahwa aktiva tetap (fixed

assets) aset berwujud yang dimiliki oleh perusahaan untuk digunakan

dalam produksi atau menyediakan barang atau jasa, untuk disewakan,

atau untuk keperluan administrasi dan harapan dapat digunakan lebih dari

satu periode. Pengertian aset tetap menurut Munawir (2010:17) adalah

kekayaan yang dimiliki perusahaan yang fisiknya nampak dan digunakan

dalam operasi yang bersifat permanen (aktiva tersebut mempunyai umur

kegunaan jangka panjang atau tidak akan habis dipakai dalam satu

periode kegiatan perusahaan). Menurut Sugiri (2009:137) aktiva tetap

(7)

dalam produksi atau penyediaan barang atau jasa, untuk direntalkan

kepada pihak lain, atau untuk tujuan administratif, dan diharapkan untuk

digunakan selama lebih dari satu periode.

Berdasar beberapa pengertian diatas, dapat diambil kesimpulan

bahwa aktiva tetap berwujud adalah aktiva tetap yang dimikiliki bentuk

fisik, yang digunakan untuk menunjang kegiatan operasional

perusahaaan dan bukan untuk dijual kembali dalam kegiatan operasi

normal perusahaan, serta memiliki masa manfaat yang lebih dari satu

tahun.

2. Jenis-jenis aktiva tetap

Dalam beberapa pengertian aktiva tetap yang dibahas pada bagian

sebelumnya, aktiva tetap dikatakan memiliki sifat relatif permanen atau

dengan kata lain aktiva bersangkutan dapat digunakan dalam jangka

waktu yang relatif cukup lama. Untuk tujuan akuntansi, jangka waktu

penggunaan ini dibatasi dengan istilah “ lebih dari satu periode

akuntansi”. Aktiva tetap memiliki berbaagai jenis, bentuk dan umur

manfaat. Ada aktiva tetap yang umurnya tidak terbatas serta ada aktiva

tetap yang umurnya terbatas. Aktiva tetap yang umurnya terbatas seperti

kendaraan, sedangkan aktiva yang umurnya tidak terbatas adalah tanah.

Menurut Baridwan (2004:272) menyatakan bahwa penggolongan

aktiva tetap tersebut sebagai beriut :

a. Aktiva tetap yang umurnya tidak terbatas seperti tanah untuk letak

(8)

tidak terbatas tidak dilakukan penyusutan terhadap harga

perolehannya.

b. Aktiva tetap yang umurnya terbatas dan apabila sudah habis masa

penggunaanya bisa diganti dengan aktiva yang sejenis, misalnya

bangunan, mesin, alat-alat, mebel, kendaraan dan lain-lain.

Dilakukan penyusutan terhadap harga perlehannya dan disebut

Depresiasi.

Sedangkan menurut Sigit Hermawan (2008:93) aktiva tetap

diklasifikasikan menjadi empat kelompok yakni :

1. Tanah (land) sebagai tempat berdirinya bangunan untuk

operasional perusahaan seperti pabrik dan perkantoran. Tanah

ini tidak disusutkan karena memiliki nilai (harga) yang semakin

tinggi ( tidak semakin menyusut).

2. Bangunan (building) seperti gedung yang digunakan untuk

pabrik, kantor, gudang, dan toko.

3. Pengembangan tanah (land inprovement) seperti tempat parkir,

taman, car port, selokan, jalan seputar lokasi pabrik.

4. Peralatan (equipment) seperti kendaraan peralatan kantor,

peralatan pabrik, mesin-mesin, kendaraan, dan furnitur.

3. Konsep depresiasi aktiva tetap

Menurut Henry Simamora (2009:26) dalam bukunya yang berjudul

(9)

alokasi sistematik jumlah yang dapat disusutkan dari suatu aktiva tetap

sepanjang masa manfaatnya. Depresiasi adalah proses pengalokasian

harga perolehan, bukan proses penilaian aktiva tetap. Pengalokasian

harga perolehan diperlukan agar dapat dilakukan penandingan yang tepat

antara pendapataan dan biaya, sebagaimana diminta oleh prinsip

penandingan. Depresiasi aktiva tetap didasarkan pada tiga faktor berikut :

(1) harga perolehan, (2) nilai residu, dan (3) masa manfaat. Harga

perolehan meliputi semua pengeluaran yang diperlukan untuk

mendapatkan aktiva tetap, dan pengeluaran-pengeluaran lain agar aktiva

tersebut siap untuk digunakan. Nilai residu atau sering disebut nilai sisa,

adalah taksiran nilai tunai aktiva pada akhir masa manfaat aktiva

tersebut. Masa manfaat atau sering disebut umur aktiva, adalah jangka

waktu pemakaian aktiva yang diharapkan oleh perusahaan. Masa manfaat

dapat juga dinyatakan dalam jumlah satuan hasil yang diharapkan dari

suatu aktiva. Nlai residu dan manfaat ditakir berdasarkan pengalaman

perusahaan dalam menggunakan aktiva sejenis di masa lalu. Depresiasi

dapat dicatat dan dilaporkan dengan menggunakan beberapa metode

yang sesuai dengan prinsip akuntansi yang diterima umum. Apabila suatu

metode tertentu telah dipilih, maka metode tersebut harus diterapkan

secara konsisten sepanjang masa penggunaan aktiva yang bersangkutan,

sehingga laporan keuangan dari periode ke periode dapat

(10)

Adapun beberapa metode depresiasi yang selama ini dikenal dan

dipakai secara umum, bahkan diterima oleh undang-undang dan

peraturan perpajakan, yaitu antara lain sebagai berikut :

a. Metode garis lurus

Beban depresiasi periodik dengan menggunakan metode ini

menghasilkan jumlah yang sama besar. Metode ini digunakan secara

luas dalam praktek karena kemudahannya. Rumus untuk menghitung

biaya biaya depresiasi per tahun berdasarkanmetode ini adalah

sebagai berikut ;

𝐵𝑖𝑎𝑦𝑎 𝐷𝑒𝑝𝑟𝑒𝑠𝑖𝑎𝑠𝑖 = 𝐻𝑎𝑟𝑔𝑎 𝑑𝑖𝑑𝑒𝑝𝑟𝑒𝑠𝑖𝑎𝑠𝑖: 𝑀𝑎𝑠𝑎 𝑀𝑎𝑛𝑓𝑎𝑎𝑡

Keterangan :

Harga perolehan didepresiasi adalah harga perolehan dikurangi

dengan nilai residu

b. Metode saldo menurun

Beban depresiasi periodik dengan menggunakan metode ini

akan menghasilkan biaya depresiasi yang semakin menurun dari

tahun ke tahun. Hal ini terjadi karena perhitungan biaya depresiasi

periodik didasarkan pada nilai buku pada awal tahun pertama adalah

sama dengan harga perolehan aktiva, sedangkan pada tahun-tahun

berikutnya, nilai buku adalah selisih harga perolehan dengan

akumulasi depresiasi pada awal tahun. Rumus untuk menghitung

biaya depresiasi per tahun berdasarkan metode ini adalah sebagai

(11)

𝐵𝑖𝑎𝑦𝑎 𝐷𝑒𝑝𝑟𝑒𝑠𝑖𝑎𝑠𝑖 = 𝑁𝑖𝑙𝑎𝑖 𝐵𝑢𝑘𝑢 𝐴𝑤𝑎𝑙 𝑡𝑎ℎ𝑢𝑛 𝑥 𝑡𝑎𝑟𝑖𝑓 𝑑𝑒𝑝𝑟𝑒𝑠𝑖𝑎𝑠𝑖

Tarif depresiasi yag sering digunakan adalah tarif metode garis

lurus yang dikaitkan dua. Metode ini sejalan denga prinsip

penandingan karena biaya depresiasi yang lebih tinggi pada

tahun-tahun awal paralel dengan kemampuan aktiva menghasilkan laba

yang juga lebih besar ketika aktiva masih baru. Sebaliknya pada

tahun-tahun terakhir, biaya depresiasi semakin kecil, sejalan dengan

semakin menurunnya kemampuan aktiva untuk menghasilkan laba.

c. Metode jumlah angka tahun

Sama halnya denga metode saldo menurun, penggunaan

metode ini juga akan menghasilkan biaya depresiasi aktiva tetap

yang lebih tinggi pada tahun-tahun awal dan semakin kecil pada

tahun-tahun akhir. Metode ini disebut jumlah angka tahun karena

tarif depresiasinya didasarkan pada suatu pecahan yang :

1.) Pembilangnya adalah tahun-tahun pemakaian aktiva yang masih

tersisa sejak awal tahun.

2.) Penyebutnya adalah jumla tahun-tahun sejak tahun pertama

hingga tahun pemakaian aktiva yang terakhir

Rumus untuk menghitung biaya depresiasi per tahun

berdasarkan metode ini adalah sebagai berikut :

(12)

d. Metode satuan hasil

Dalam metode ini. Masa pemakaian aktiva tidak

dinyatakan dengan jangka waktu, melainkan engan jumlah

satuan (unit) yang dapat dihasilkan oleh aktiva yang

bersangkutan. Metode ini juga dapat didasarkan pada jam

kerja, oleh karena itu metode ini sering disebut juga metode

satuan kegiatan. Metode ini lebih tepat digunakan untuk

depresiasi aktiva yang dapat diukur satuan hasil yang bisa

diperoleh selama masa penggunanya, seperti mesin pabrik.

Oleh karena itu, dalam metode ini yang perlu di taksir adalah

jumlah satuan hasil yang diperkirakan dapat dihasilkan oleh

aktiva.

Rumus untuk menghitung biaya depresiasi per tahun

berdasarkan metode ini adalah sebagai berrikut :

(13)

C. Revaluasi (Penilaian kembali) Aktiva Tetap 1. Pengertian

Revaluasi aktiva tetap merupakan penilaian kembali aset tetap

perusahaan yang diakibatkan adanya kenaikan nilai aset tetap tersebut di

pasaran atau karena rendahnya nilai aset dalam laporan keuangan

perusahaan yang disebabkan oleh devaluasi atau sebab lain, sehingga

nilai aset dalam laporan keuangan tidak lagi mencerminkan nilai yang

wajar (Waluyo,2011). Revaluasi sebenarnya adalah penilaian kembali

terhadap aktiva. Sedangkan aktiva yang umumnya dinilai kembali adalah

aktiva tetap. (PSAK No. 16, terkait dengan pengukuran berikut

(subsequent measurement) aktiva tetap menyatakan bahwa:

“ penilaian kembali atau revaluasi aktiva tetap pada umumnya

tidak diperkenankan karena standar akuntansi keuangan manganut

penilaian berdasarkan harga perolehan atau harga pertukaran.

Penyimpangan dari ketentuan ini mungkin dilakukan berdasarkan

ketentuan pemerintah. Dalam hai ini pelaporan keuangan harus

menjelaskan mengenai penyimpangan dari konsep harga perolehan di

dalam penyajian aktiva tetap dan pengaruh dari penimpangan tersebut

terhadap gambaran keuangan perusahaan. Selisih antara nilai revaluasi

dengan nilai buku (nilai tercatat) aktiva tetap dibukukan dalam akun

modal dengan nama “ selisih penilaian aktiva tetap.’’

Secara umum, tindakan revaluasi atau penilaian kembali aktiva

(14)

penghasilan dan biaya yang lebih wajar sehingga dapat mencerminkan

kemampuan atau keadaan dan nilai perusahaan dan nilai perusahaan yang

sebenarnya.

Beberapa faktor yang menjadi alasan dilakukan revaluasi aktiva

tetap, antara lain sebagai berikut :

a. Perubahan harga perolehan dan taksiran umum.

b. Aktiva tetap telah habis didepresiasi.

c. Harga perolehan (cost) aktiva tetap tidak lagi menunjukkan keadaan

yang sebenarnya.

2. Faktor faktor yang berhubungan dan mempengaruhi revaluasi aset tetap

Berbagai faktor pernah diteliti oleh peneliti sebelumnya seperti Tay

(2009) memberikan bukti empiris bahwa keputusan revaluasi aset

tetap terkait dengan biaya kontrak, biaya politis, dan asimetri

informasi. Watts dan Zimmerman, (1990); Brown et al., (1992)

dalam Tay (2009) untuk keputusan revaluasi aset tetap termasuk

keinginan untuk meningkatkan kapasitas pinjaman, ancaman

pengambilalihan, penerbitan saham bonus, kemungkinan

pelanggaran perjanjian utang, mogok kerja, utang, penurunan arus kas

operasi, prospek pertumbuhan, dan likuiditas (Lin dan Peasnell,

2000a dalam Tay, 2009) tingkat hutang jaminan (Firmansyah dan

(15)

kontrol kepemilikan, stakeholder internasional, dan peluang

investasi (Missonier dan Piera, 2007). Berikut penjelasannya:

1. Leverage

Rasio leverage menurut Raharjaputra (2009: 200) mengukur

sejauhmana perusahaan mendanai usahanya dengan

membandingkan antara dana sendiri (shareholders equity) yang

telah disetorkan dengan jumlah pinjaman dari para kreditur

(creditors).

2. Pengambilalihan

Pengambilalihan adalah perbuatan hukum yang dilakukan oleh

badan hukum atau orang perseorangan untuk mengambil alih

baik seluruh ataupun sebagian besar saham perseroan yang

dapat mengakibatkan beralihnya pengendalian terhadap perseroan

tersebut (PP No. 27 Tahun 1998).

3. Saham Bonus

Definisi saham bonus menurut peraturan BAPEPAM-LK

nomor Kep-35/PM/2003 adalah saham yang dibagi-bagikan

secara cuma-cuma kepada pemegang saham berdasarkan jumlah

saham yang dimiliki.

4. Penurunan Arus Kas Operasi

Arus kas operasi adalah arus kas yang berasal dari aktivitas

(16)

merupakan aktivitas investasi dan aktivitas pendanaan (Harahap,

2013: 260). Penurunan arus kas operasi dilihat dari perubahan arus

kas operasi dari tahun sebelumnya ke arus kas operasi selama dua

tahun dibagi dengan aktiva tetap (Seng dan Su, 2010).

5. Likuiditas

Likuiditas mengacu pada kemampuan perusahaan untuk

memenuhi kewajiban jangka pendeknya. Rasio ini membandingkan

liabilitas jangka pendek dengan sumber daya jangka pendek

atau lancar yang tersedia untuk memenuhi liabilitas tersebut

(Horne, 2013: 167).

6. Ukuran Perusahaan

Ukuran perusahaan pada dasarnya adalah pengelompokan

perusahaan ke dalam beberapa kelompok, diantaranya

perusahaan besar, sedang dan kecil (Suwito dan Herawaty,

2005).

7. Tingkat Hutang Jaminan

Perusahaan akan lebih mudah memperoleh pinjaman ketika

pinjaman tersebut dijaminkan oleh aset perusahaan dan biaya

pinjaman pun akan lebih kecil dikeluarkan dibandingkan

pinjaman tanpa jaminan (Firmansyah dan Sherlita, 2012).

Jaminan adalah kekayaan atas kemampuan kesanggupan

debitur untuk melunasi hutangnya sesuai dengan yang

(17)

8. Operasi Asing

Operasi asing atau keterlibatan dalam kegiatan usaha luar

negeri adalah entitas anak, asosiasi, ventura bersama atau cabang

dari entitas yang aktifitasnya dilaksanakan di negara yang

mengunakan mata uang selain mata uang entitas pelapor

(PSAK No.10).

9. Kontrol Kepemilikan

Kontrol kepemilikan atau konsentrasi kepemilikan

menggambarkan siapa saja yang memegang kendali atas

keseluruhan atau sebagian besar atas kepemilikan perusahaan

serta keseluruhan atau sebagian besar pemegang kendali atas

aktivitas bisnis pada suatu perusahaan. Dengan demikian

terkonsentrasinya kepemilikan perusahaan akan menimbulkan

kontrol pada pemegang saham mayoritas dan bisa

mempengaruhi kebijakan manajemen melalui hak suara

(Yustiana, 2014).

10.Stakeholder Internasional

Stakeholder merupakan pihak-pihak yang memiliki kepentingan

terhadap perusahaan, memiliki komitmen terhadap dunia usaha

untuk berkontribusi dalam pembangunan secara berkelanjutan

(Sissandhy, 2014). Saat ini banyak perusahaan telah memperluas

kegiatan usaha di luar negeri dan berusaha mengakses pasar

(18)

internasional harus menyediakan informasi tidak hanya untuk

pemangku kepentingan domestik tetapi juga orang-orang luar

negeri misalnya pelanggan asing (Missonier dan Piera, 2007).

11.Peluang Investasi

Peluang Investasi (Investment Opportunity) merupakan

kombinasi antara aktiva yang dimiliki dan pilihan investasi di

masa yang akan datang dengan NPV positif (Hendarno, 2008).

Beberapa proksi yang digunakan dalam penelitian adalah

market to book value of equity ratio, market to book value of asset

ratio, earning to price/share ratio, property, capital expenditure to

book value of asset ratio (Ningrum, 2011).

3. Subjek Revaluasi Aktiva Tetap

Surat Keputusan Menteri Keuangan Republik Indonesian

No.486/KMK.03/2002 menyatakan bahwa subjek atau wajib pajak yang

dapat melakukan penilaian kembali aktiva tetap adalah wajib pajak

Badan dalam negeri, yang telah memenuhi semua kewajiban pajaknya

sampai dengan masa pajak berakhir sebelum dilakukan revaluasi.

Kewajiban pajak tersebut adalah semua kewajiban pajak dari wajib pajak

yang bersangkutan, seperti PPh, Badan PPN, PPnBM, PBB, pemotongan

pph pihak lain, yang terutang sampai dengan masa pajak sebelum

(19)

4. Objek Revaluasi Aktiva Tetap

Surat Keputusan Menteri Keuangan Indonesia No.486/KMK.

03/2002 menyatakan bahwa aktiva tetap yang dapat dinilai kembali

adalah aktiva tetap berwujud yang terletak atau berada di Indonesia, yang

dimiliki dan digunakan untuk mendapatkan, menagih, dan memelihara

penghasilan. Penilaian kembali dapat meliputi seluruh atau sebagian

aktiva tetap perusahaan termasuk aktiva tetap perusahaan yang sudah

pernah dilakukan penilaian kembali berdasarkan ketentuan:

a. Semua aktiva tetap berwujud dalam bentuk tanah, kelompok

bangunan, kelompok bukan bangunan.

b. Aktiva tetap tidak dimaksudkan untuk diahlikan atau dijual.

c. Aktiva tetap tidak boleh diahlikan kepada pihak lain sebelum lewat

lima tahun setelah penilaian kembali aktia tetap.

5. Beberapa Pendekatan Penilaian Revaluasi Aktiva Tetap

Dalam melakukan revaluasi aktiva tetap, ada beberapa pendekatan

penilaian yang dapat dilakukan, antara lain sebagai berikut:

a. Pendekatan Data Pasar (Market Data Approach)

Pendekatan data pasar dilakukan dengan cara membandingkan aktiva

tetap yang akan direvaluasi dengan aktiva sejenis yang ada

dipasaran. Dasar penilaian lain merupakan variasi dari pendekatan

data pasar yakni Fair Market Value (nilai pasar wajar), yaitu suatu

(20)

b. Pendekatan Biaya (Cost Approach)

1. Curren Cost Bases

Pendekatan Current Cost Bases dapat berupa Current

Reproduction Cost (biaya reproduksi sekarang) dan Current

Replacement Cost (biaya penggantian sekarang). Biaya

reproduksi sekarang aktiva tetap adalah estimasi biaya yang

diperlukan untuk memproduksi kembali aktiva tetap baru yang

sejenis, pada harga yang sekarang dengan menyesuaikan jumlah

akumulasi penyusutannya. Sedangkan biaya penggantian

sekarang aktiva tetap adalah estimasi biaya yang diperlukan

untuk memperoleh aktiva tetap baru yang sejenis, pada harga

sekarang dengan menyesuaikan jumlah akumulasi

penyusutannya.

2. Adjusted Historical Cost

Biaya historis yang disesuaikan merupakan dasar penilaian

harga perolehan yang disesuaikan dengan tingkat harga umum.

Dalam hal ini penyesuaian terhadap nilai aktiva tetap tersebut

dilakukan dengan menggunakan indeks harga umum.

c. Pendekatan pendapatan (Income Approach)

Pendekatan pendapatan adalah suatu metode penilaian di mana

keutungan bersih dianalisis guna mendapatkan besarnya jumlah

(21)

6. Jenis Revaluasi yang Dapat Dilakukan

a. Parsial

Revaluai parsial berarti perusahaan hanya melakukan revaluasi atas

sebagian aktiva tetap yang ada sesuai pertimbangan oleh perusahaan.

b. Menyeluruh

Revaluasi menyeluruh berarti perusahaan dapat melakukan revaluasi

atas seluruh aktiva tetap yang ada sesuai pertimbangan oleh

perusahaan.

7. Perhitungan pajak

Dengan dilakukannya revaluasi, biasanya akan diperoleh

peningkatan nilai aktiva tetap dari nilai sebelumnya, yang merupakan

selisih lebih dari nilai aktiva tetap. Atas selisih lebih dari revaluasi di atas

nilai sisa buku fiskal semula, dan setelah dikompensasi terlebih dahulu

dengan sisa kerugian fiskal tahun-tahun sebelummnya, dikenakan pajak

penghasilan (PPh) yang bersifat final sebesar 10%. PPh final tersebut

harus dibayar paling lambat 15 hari kerja setelah di terbitkan persetujuan

Direktur jendral pajak. Berbeda dengan pengaturan sebelummnya, untuk

pelunasan PPh atas revaluasi aktiva tetap kali ini ada kebijakan yang

(22)

kelonggaran kepada wajib pajak berupa pembayaran yang dapat

dilakukan dengan cara mengangsur. Dalam kebijakan tersebut terdapat 2

kategori pengangsuran, yaitu :

Tabel 2.1 Masa Angsuran PPh Final Hasil Revaluasi Aktiva Tetap

Keterangan PPh yag Terutang Masa Angsuran

Di atas Rp2.000.000.000.000.-s,d

Rp 4.000.000.000.000.-

2 (dua) tahun

Di atas Rp 4.000.000.000.000.-s,d

Rp 6.000.000.000.000.-

3 (tiga) tahun

Di atas Rp 6.000.000.000.000.-s,d

Rp 8.000.000.000.000.-

4 (empat) tahun

Di atas Rp 8.000.000.000.000 5 (lima) tahun

Sumber : Keputusan Menteri Keuangan RI 486/KMK.03/20

D. Keputusan Menteri Keuangan Republik Indonesia No.486/KMK. 03/2002 tentang Penilian Kembali Aktiva Tetap

1. Semua aktiva tetap berwujud (tanah, kelompok bangunan dan kelompok

bukan bangunan) dapat direvaluasi degan syarat tidak dimaksudkan

untuk diahlikan atau dijual kembali.

2. Penilaian kembali dapat meliputi seluruh atau sebagian aktiva tetap

perusahaan, termasuk aktiva tetap perusahaan yang sudah pernah

dilakuakn penlaian kembali berdasarkan ketentuan yang berlaku

(23)

3. Revaluasi aktiva tetap dilakukan berdasarkan harga pasar atau nilai wajar

aktiva pada saat penilaian dilakukan.

4. Yang dilakukan penilaian adalah perusahaan penilai independen atau ahli

penilai yang diakui atau memperleh izin pemerintah.

5. Jika nilai pasar atau nilai wajar yang ditetapkan tidak mencerminkan

keadaan yang sebenarnya, maka Dirjen pajak akan menetapkan kembali

nilai pasar atau nilai wajar yang bersangkutan. Selisih nilai pasar atau

nilai wajar dengan nilai buku fiskal aktiva tetap yang yang direvaluasi

harus dikompensasikan dahulu dengan kerugian fiskal tahun berjalan dan

sisa kerugian tahun-tahun sebelumnya yang masih dapat

dikompensasikan.

6. Selisih lebih karena revaluasi aktiva tetap setelah dilakukan kompensasi

kerugian dikenakan PPh 10%. Bagi wajib pajak yang karena kondisi

keuangannya tidak mengajukan pembayaran secara angsuran paling lama

12 (dua belas) bulan.

7. Dalam hal PPh terutang lebih dari Rp 2.000.000.000.0000 (dua triliun

rupiah), Wajib pajak dapat mengajukan permohonan pembayaran secara

angsuran lebih dari (satu) tahun hingga paling lama 5 (lima) tahun.

8. Wajib pajak yang melakukan revaluasi aktiva tetap wajib menyampaikan

pemberitahuan kepada kepala KPP tempat wajib pajak terdaftar dengan

melampirkan: laporan peilaian,neraca penyesuaian yang telah diaudit

akuntan publik, perhitungan selisih lebih karena revaluasi aktiva tetap,

(24)

9. Kepala KPP wajib menerbitkan pengesahan atas neraca penyesuaian

paling lambat 1 bulan sejak tanggal pemberitahuan diterima dengan

lengkap jika telah lewat batas waktu kepala KPP belum menerbitkan

pengesahan, maka neraca penyesuaian wajib pajak disetujui. Nilai pasar

atau nilai wajar aktiva tetap direvaluasi merupakan dasar penyusutan

aktiva dan perhitunganna dimulai tahun pajak dilakukan revaluasi. Tarif

penyusutan dan masa manfaat sesuai dengan kelompok aktiva

sebagaimana dimaksud pasal 11 Undang-undang PPh.

10. Apabila wajib pajak melakukan pengalihan aktiva tetap yang telah

direvaluasi sebelum berakhirnya masa manfaat baru aktiva tetap tersebut,

maka atas pengalihan tersebut dikenakan tambahan PPh yang bersifat

final sebesar 20% dari selisih lebih penilaian tanpa kompensasikan

dengan sisa kerugian fiskal tahun-tahun sebelumnya. Pengecualian dari

ketentuan ini dilakukan berdasarkan keputusan atau kebijakan

pemerintah atau keputusan pengadilan:pengalihan dilakukan dalam

rangka pengggabungan, peleburan atau pemekaran usaha; penerikan

aktiva tetap dari penggunaaan karena mengalami kerusakan berat dan

tidak dapat diperbaiki lagi.

E. Standar Akuntansi Keuangan Indonesia Menuju pada Penerapan International Financial Reporting Standards

International financial reporting standards (IFRS) merupakan stadar

dan interpretasi yang diakui oleh international Accounting standars Board

(25)

nama International Accounting Standards (IAS). IAS dikeluarkan antara

tahun 1973-2001 oleh dewan yang disebut International Accounting

Standards Committe (IASC). Pada tahun 2001, IASB mengadopsi

keseluruhan IAS dan melanjutkan perkembangannya hingga sekarang disebut

sengan standar baru IFRS. IFRS telah digunakan di banyak negara seperti

perserikatan Eropa, Hong Kong, Australia, Malaysia, Pakistan, India, Rusia,

Afrika Selatan, Singapura dan Turki. Pada tanggal 27 agustus 2008 diketahui

bahwa telah lebih dari 100 negara di seluruh dunia pada saat ini mensyaratkan

pelaporan dengan menggunakan IFRS. Indonesia yang tadinya lebih condong

ke standar akuntansi keluaran FASB (Financial Accounting Standards

Board), sejak tahun 1994 sudah mulai melakukan harmonisasi dan lebih

mendekatkan diri ke IFRS. Sedianya seluruh negara di dunia ini memakai

IFRS, maka semua bisnis di dunia berbicara di dalam bahasa yag sama. Kelak

tidak ada lagi kerepotan yang dialami oleh perusahaan multinasional untuk

mengkonsolidasi laporan keuangan dari anak-anak perusahaan di

negara-negara berbeda serta tidak ada lagi perusahaan yang repot jika harus listing di

pasar modal negara lain karena harus menyesuaikan laporan keuangannya

dengan standar akuntansi setempat.

Dewan Standar Akuntansi Keuangan (DSAK) dari IAI (Ikatan

Akuntansi Indonesia) telah menetapkan tahun 2008 sebagai target antara

dimana perbedaan-perbedaan mendasar antara PSAK dan IFRS sudah tidak

ada lagi. Saat ini, DSAK sudah menyiapkan Exposure Draft (ED) dari 4 buah

(26)

ditunggu-tunggu oleh para pengamat dan praktisi adalah ED dari PSAK 16 tentang

aktiva tetap dan aktiva lainnya.

Di dalam IAS 16, standar internasional memperoleh pengukuran aktiva

tetap memakai revoluation model ditahun berikutnya setelah aktiva dinilai

berdasarkan nilai perolehan. Perusahaan-perusahaan di indonesia dapat

menerapkan revalution model (fair value accounting) dalam pencatatan PPE

(Property,Plan, and Equipment) mulai tahun 2008 (asumsi bahwa PSAK 16

akan mulai efektif tahun 2008). Hal ini adalah perubahan yang cukup besar

karena selama ini revalution model belum dapat diterapkan Indonesia dan

hanya bisa dilakukan jika ketentuan pemerintah mengijinkan.

Revaluation model memperbolehkan PPE dicatat berdasarkan nilai

wajarnya. Permasalahannya di indonesia adalah sistem perpajakan yang tidak

mendukung standar ini. Di dalam peraturan perpajakan, revaluasi aset ke atas

(selisih lebih penilaian kembali aktiva tetap) dikenai pajak final sebesar 10%

dan harus dibayar pada tahun tersebut dan tidak menghasilkan hutang pajak

tangguhan yang bisa dibalik di tahun berikutnya bila nilai aktiva turun.

Apabila perusahaan memutuskan memakai revolution model dan setiap tahun

harga asetnya meningkat, maka setiap tahun perusahaan harus membayar

pajak final padahal kenaikan harga aset tersebut tidaklah membawa aliran kas

masuk ke dalam perusahaan. Bila aturan perpajakan tidak mendukung, maka

pendapat dipastikan perusahaan akan enggan menerapkan revoluation model.

Hal ini disebabkan karena bukan hanya sistem pajaknya saja yang

(27)

perusahaan harus bersiap-siap untuk mengeluarkan dana lebih banyak untuk

menyewa jasa penilai. Hal ini dikarenakan banyaknya aset tetap yang tidak

memiliki nilai pasar sehingga ketergantungan kepada jasa penilai (assessor)

akan besar untuk menilai aset-aset ini.

Apabila ternyata nilai wajar yang ditetapkan oleh penilai berbeda

dengan nilai wajar yang ditetapkan auditor dari akuntan publik, biasanya nilai

wajar auditor yang akan dipakai historical cost. Ketika perusahaan pertama

kali berubah dari pada memakai historical cost model ke revalution model,

maka akumulasi penyusutan akan dihapus dan beban penyusutan dihitung

kembali berdasarkan nilai wajar yang baru. Demikian selanjutnya apabila

revaluasi menerbitkan nilai baru, maka beban penyusutan dihitung kembali.

Peraturan lain dari IAS 16 adalah bahwa penerapan nilai wajar tidak bisa

diterapkan oleh aktiva secara individu tetapi harus secara keseluruhan dalam

golongan aktiva tersebut.

F. Kemampuan Dasar Menghasilkan Laba (Return on Invesment)

Return on invesment atau sering juga disebut sebagai Basic Earning

power (BEP) merupakan rasio yang menunjukkan kemampuan aktiva

perusahaan dalam menghasilkan laba operasi. Rasio ini sudah lazim

digunakan oleh banyak perusahaan dalam mengukur efektivitas dari

keseluruhan operasi perusahaan karena sifatnya yang menyeluruh

(komprehensif). Menurut Munawir (2004:89), ROI merupakan salah satu

bentuk rasio profitabilitas yang digunakan untuk mengukur kemampuan

(28)

digunakan untuk operasi perusahaan dalam menghasilkan keuntungan.

Dengan demikian rasio ini menghubungkan keuntungan yang diperoleh dari

operasi perusahaan dengan jumlah investasi atau aktiva yang digunakan

untuk menghasilkan keuntungan operasi tersebut.

Rasio ini dihitung dengan rumus :

ROI𝐿𝑎𝑏𝑎 𝑠𝑒𝑏𝑒𝑙𝑢𝑚 𝐵𝑢𝑛𝑔𝑎 𝑑𝑎𝑛 𝑝𝑎𝑗𝑎𝑘𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑎𝑘𝑡𝑖𝑣𝑎 𝑥100

G. Tingkat Pengembalian atas Total Aktiva (Return on Assets)

Return on assets merupakan rasio yang mengukur kemampuan

perusahaan dalam memanfaatkan aktiva yang dimilikinya untuk memperoleh

laba. Rasio ini mengukur tingkat pengembalian investasi yang telah dilakukan

perusahaan dengan menggunakan seluruh dana (aktiva) yang dimiliki

(Prastowo dan Juliaty,2005:91). Rasio ini digunakan sebagai salah satu

ukuran efisiensi dalam sebuah perusahaan mengalokasikan dan mengatur

sumber daya yang dimilikinya.

Rasio ini dihitung dengan rumus :

(29)

H. Hasil Penelitian Terdahulu

Anggaraini (1997) dalam penelitiannya mengenai revaluasi aktiva tetap

yang ditinjau adari aspek perpajakan, menyatakan bahwa dengan adaya

perbedaaan pengenaan pajak antara pajak yang bersifat final dan tidak final

serta pemilihan metode depresiasi akan mempengaruhi cash flow perusahaan.

Dengan adanya dua alternatif untuk memilih dikenakan pajak final dan tidak

final, perusahaan dapat memilihnya dengan meninjau adri dua sisi yatu

profitabilitas perusahaan dan lapisan tempat peghasilan kena pajak yang

dimiliki perusahaan berada.

Setiapningsih (1998), dalam penelitianya mengenainya selisih revaluasi

aktiva tetap, apakah dapat dikatakan sebagai penghasilan atau bukan,

menyatakan bahwa selisih revaluasi aktiva tetap dianggap sebagai

keuntungan (holding gains). Penggunaan istilah penghasilan dalam

perpajakan mempunyai pengertian yang lebih luas bila dibandingkan dengan

istilah penghasilan yang digunakan dalam praktek kehidupan sehari-hari,

karena dalam praktek penghasilan merupakan selisih antara pendapatan dan

biaya.

Adi (2003), dalam penelitiannya mengenai pengaruh revaluasi aktiva

tetap terhadap laporan keuangan perusahaan dan pajak menyatakan bahwa

manfaat revalausi yang diperoleh peusahaan melalui revaluasi ialah laporan

yang lebih relevan dan tentu saja lebih baik, dimana nilai buku aktiva tetap

sesuai dengan nilai rill aktiva, sehingga diperoleh keserasian antara nilai buku

(30)

harta yaitu aktiva dan modal. Selain berpengaruh terhadap neraca, revaluasi

juga berpengaruh terhadap pajak penghasilan, yaitu perusahaan berkewajiban

membayar sebesar pajak yang dibayarkan dan mengurangi laba bersih

perusahaan akhir periode.

Prameswari (2003), dalam penelitiannya mengenai pengaruh revaluasi

terhadap kewajiban pajak perusahaan, menyatakan bahwa perusahaan lebih

baik tidak melakuakn revaluasi terhadap aktiva tetap yang dimiliki, karena

pada tingkat tarif pajak 10%, 15% dan 30% PPh final yang dibayarkan tetap

lebih besar bila dibandingkan dengan estimasi beban pajak yang dapat

dihemat.

Da Santo (2004), dalam penelitiannya mengenai analisis revaluasi

aktiva tetap dalam laporan keuangan perusahan, menyatakan bahwa dalam

keadaan inflasi dan deflasi, penyimpangan terhadap prinsip harga perolehan

dapat dibenarkan agar neraca dapat menunjukkan jumlah aktiva dan modal

sehingga sesuai dengan keadaan inflasi atau deflasi serta laporan laba rugi

dapat menunjukkan laba atau rugi yang layak. Dengan dilakukannya revaluasi

aktiva tetap, neraca menunjukkan posisi keuangan yang wajar karena aktiva

tetap yang didasarkan pada harga perolehan dianggap kurang mencerminkan

nilai atau potensi nyata yang dimiliki perusahaan sehingga pemakai laporan

keuangan dapat menerima informasi yang lebih akurat dan dapat membantu

(31)

I. Perumusan Hipotesis Penelitian

Hubungan antara rerevaluasi aktiva tetap dengan ROI

Prinsip kos historis yang di ataur dalam standar akuntansi keuangan

mewajibkan perusahaan untuk mencatat pengakuan aktiva tetap yang dimilki

pada harga perolehannya. Bagi para pemakai informasi keuangan perusahan

khususnya para investor maupun calon investor, kondisi seperti ini tidak

menimbulkan permasalahan pada tahun-tahun awal perusahaan menjalankan

usahanya. Akan tetapi, pada beberapa tahun berikutnya, laporan keuangan

dengan penerapan kos historis ini akan mengaburkan informasi yang

terkandung di dalamnya seperti yang diisyaratkan dalam perhitungan rasio

ROI yang bisa digunakan oleh para investor maupun calon investor dalam

menilai gambaran masa depan perusahaan. Informasi yang kabur tersebut

umumnya diakibatkan oleh adanya fluktuasi nilai yang disebabkan oleh

inflasi dan masalah perekonomian lainnya.

Pendapat yang sesuai dengan itu penelitian Da Santo (2004), dalam

penelitiannya mengenai analisis hubungan revaluasi aktiva tetap dalam

laporan keuangan perusahan, menyatakan bahwa dalam keadaan inflasi dan

deflasi, penyimpangan terhadap prinsip harga perolehan dapat dibenarkan

agar neraca dapat menunjukkan jumlah aktiva dan modal sehingga sesuai

dengan keadaan inflasi atau deflasi serta laporan laba rugi dapat menunjukkan

laba atau rugi yang layak. Dengan dilakukannya revaluasi aktiva tetap, neraca

menunjukkan posisi keuangan yang wajar karena aktiva tetap yang

(32)

potensi nyata yang dimiliki perusahaan sehingga pemakai laporan keuangan

dapat menerima informasi yang lebih akurat dan dapat membantu manajemen

dalam pengembalian keputusan. Oleh karena itu, hipotesis dalam penelitian

ini sebagai berikut :

H1 : Terdapat Hubungan Revaluasi aktiva Tetap dengan ROI

Hubungan antara rerevaluasi aktiva tetap dengan ROA

Dimitropoulos et al (2013), Yao et al (2014) penelitiannya menunjukkan bahwa revaluasi aset berhubungan terhadap return on assets (ROA).

Perusahaan yang memiliki keunggulan kompetitif dibandingkan pesaing,

maka perusahaan tersebut memiliki peluang untuk meningkatkan laba bersih.

Laba bersih diperoleh perusahaan dari jumlah pendapatan dibagi dengan total

aktiva perusahaan. Peningkatan laba bersih perusahaan dipengaruhi oleh

penggunaan secara efisien pada aset perusahaan. Dengan memfokuskan pada

laba bersih dan pengelolaan atas aset Tetap secara efisien maka nilai return

on assets akan meningkat. Oleh karena itu, hipotesis dalam penelitian ini

sebagai berikut :

Referensi

Dokumen terkait

Oleh karena itu, ketika Allah telah menyatakan bahwa orang yang berhukum dengan selain hukum Islam adalah kafir, maka Allah memperingatkan agar kita tidak menolong mereka

[r]

376 AGUS DARSONO L PRAJURITAN BAWAH RT.02/X WONOSOBO TIMUR 7. 377 EDY SUBROTO L PRAJURITAN BAWAH RT.05/X WONOSOBO

Embriogenesis somatik dan regenerasi tanaman pada kultur in vitro organ bunga kakao.. Kemungkinan pemanfaatan limbah kulit buah kakao ( Theobroma cacao L.)

a) Model pembelajaran adalah bentuk kegiatan yang direncanakan dalam kegiatan belajar mengajar dibatasi pada Model pembelajaran terstruktur yaitu pembelajaran yang

Pada biaya yang dikeluarkan di lapangan cukup besar pada section yang menggunakan Synthetic Oil Base Mud namun dengan lumpur ini dapat mengatasi semua permasalahan pada

Jumlah daun pada umur 5 dan 6 MST berbeda nyata karena tanaman telah memberikan respon pada sistem tanam dan karena keadaan fisik, kimia, dan biologi tanah serta

LAMPIRAN I PERATURAN DIREKTUR JENDERAL NOMOR P-21C/2008 TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN, PENETAPAN, DAN PELAKSANAAN, SERTA MONITOR DAN EVALUASI STANDARD PROSEDUR OPERASI DI LINGKUNGAN