BAB II
LANDASAN TEORI A. Aktiva
Konsep kesatuan usaha menegaskan bahwa perusahaan merupakan
entitas yang berdiri sendiri, bertindak atas namanya sendiri dan perusahaan
menjadi fokus pelaporan. Hal ini berarti bahwa fungsi pengelolaaan dan
fungsi pemilikan terpisah, sehingga hubungan keduanya dipandang sebagai
hubungan bisnis. Hubungan bisnis dapat dipertahankan apabila aktiva
perusahaan yang dikelola oleh manajemen selalu ditunjukkan asal dan
sumbernya. Manfaat ekonomi masa depan yang terwujud dalam aktiva adalah
potensi dari aktiva tersebut untuk memberikan sumbangan, baik langsung
maupun tidak langsung, arus kas dan setara kas kepada perusahaan. Potensi
tersebut dapat sesuatu yang produktif dan merupakan bagian dari aktivitas
operasional perusahaan, dapat pula berbentuk sesuatu yang dapat diubah
menjadi kas atau setara kas atau berbentuk kemampuan untuk mengurangi
pengeluaran kas, seperti penurunan biaya akibat penggunaan proses produksi
alternatif.
Banyak aktiva, misalnya aktiva tetap memiliki bentuk fisik. Namun
demikian, bentuk fisik tersebut tidak esensial untuk menentukan eksistensi
aktiva, karena itu paten dan hak cipta, misalnya merupakan aktiva kalau
manfaat ekonomi yang diperoleh perusahaan di masa depan dan kalau
masing-masing aktiva tersebut dikuasai perusahaan. Aktiva perusahaan
berasal dari transaksi atau peristiwa lain yang terjadi dimasa lalu. Perusahaan
transaksi atau peristiwa lain juga dapat menghasilkan aktiva;
misalnya properti yang diterima perusahaan dari pemerintah sebagai bagian
dari program untuk merangsang pertumbuhan ekonomi dalam suatu wilayah.
Menurut suwardjono ( 2003: 71 ), aktiva dalah kekayaan atau sumber
ekonomik yang dikuasai dan digunakan oleh perusahaan untuk mencapai
tujuannya (biasanya mencari laba). Sedangkan kieso dan weygant (2008: 40)
menjelaskan aktiva adalah manfaat yang mungkin terjadi di masa depan, yang
diperoleh atau dikendalikan oleh sebuah entitas sebagai hasil dari
transaksi-transaksi atau kewajiban-kewajiban masa lalu.
Suatu objek atau pos harus mempunyai karakteristik berikut ini untuk
dapat dikatakan sebagai aktiva :
1. Mempunyai masa manfaat ekonomik yang cukup pasti di masa yang
akan datang (probable future economic benefits).
2. Dikuasai atau dikendalikan oleh entitas (controlled by a particular entry)
Dalam hai ini, suatu objek tidak harus dimiliki oleh entitas tetapi cukup
dikusai oleh entitas untuk dapat disebut sebagai aktiva. Penguasaan disini
berarti kemampuan entitas untuk mendapatkan, memelihara/menahan,
menukarkan, menggunakan manfaat ekonomik, dan mencegah akses
pihak lain terhadap manfaat tersebut (Suwardjono,2005:257).
3. Timbul karena transaksi masa lalu (results of past events) Kriteria ini
menyempurnakan kriteria penguasaan dan sekaligus sebagai kriteria atau
test pertama (first-test) pengakuan objek sebagai aktiva, akan teapi tidak
Selain ketiga karakteristik utama di atas, FASB (Financial Accounting
StandardsBoard) juga menyebutkan beberapa karakteristik pendukung, yaitu
melibatkan kos (aquired at a cost), berwujud (tangible), tertukarkan
(exchangeable), terpisahkan (severable), dan berkuatan hukum (legally
enforceable). Karakteristik pendukung tersebut lebih menguatkan atau
meyakinkan adanya aktiva, tetapi tidak adanya karakteristrik pendukung tidak
menghalangi suatu objek untuk memenuhi syarat sebagai aktiva.
Dalam neraca perusahaan, akiva di subklasifikasi menjadi lima
kelompok sebagai berikut (Kieso,Weygant dan Warfield, 2002;220-226) :
1. Aktiva lancar (Current Assets)
Aktiva lancar adalah kas dan aktiva lainnya yang diharapkan akan dapat
dikonversi menjadi kas, dijual, atau dikonsumsi dalam satu tahun atau
dalam siklus operasi, tergantung mana yang paling lama. Aktiva lancar
disajikan dalam neraca menurut ukuran likuiditas. Lima pos penting dari
aktiva lancar adalah kas, investasi jangka pendek, piutang usaha,
persediaan, dan pos-pos pembayaran dimuka.
2. Investasi jangka panjang (Long-term invesment)
Investasi jangka panjang atau sering disebut investasi saja merupakan
betntuk penyertaan janga panjang atau dimaksudkan untuk mengusai
peeusahaan lain seperti penyertaan dalam bentuk saham dan obligasi.
Investasi jangka panjang biasanya dipegang selama bertahun-tahun dan
3. Aktiva tetap (Fixed Asssets)
Aktiva tetap adalah aktiva berwujud yang diperoleh dalam bentuk siap
dipakai atau dengan dibangun lebih dahulu, yang digunakan dalam
operasi perusahaan, tidak dimaksudkan untuk dijual dalam rangka
kegiatan normal perusahaan dan mempunyai maa manfaat lebih dari satu
tahun.
4. Aktiva tak berwujud (Intangible Assets)
Aktiva tak berwujud adalah aktiva yang mencerminkan hak atau hak
istemewa atau posisi yang menguntungkan perusahaan dalam
menghasikan pendapat. Aktiva ini dikatakan tak berwujud karena tidak
memiliki subsansi fisik dan biasanya mempunyai tingkat ketidakpastian
yang tinggi berkenaaan dengan manfaat masa depannya.
5. Aktiva lainnya
Aktiva lainnya merupakan aktiva yang meliputi pos-pos yang tidak dapat
secara layak digolongkan dalam aktiva lancar, investasi, aktiva tetap,
maupun aktiva tak berwujud.
B. Aktiva Tetap
1. Pengertian dan Karakteristik Aktiva Tetap
Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) No. 16 (2008
;16) mendefinisikan aktiva tetap sebagai berikut:
“ aktiva tetap adalah aktiva berwujud yang diperoleh dalam bentuk siap
pakai atau dengan dibangun terlebih dahulu, yang digunakan dalam
kegiatan normal perusahaan dan mempunyai manfaat lebih dari satu
tahun.”
Berdasarkan menurut Rudianto (2012 :256), aktiva tetap adalah
barang berwujud milik perusahaaan yang sifatnya relatif permanen dan
digunakan dalam kegiatan normal perusahaan, bukan untuk diperjuak
belikan. Aktiva tetap adalah aktiva (kekayaan) yang dimiliki perusahaan
yang diperoleh dalam bentuk siap pakai atau dibangun terlebih dahulu,
sifatnya permanen dan digunakan dalam kegiatan normal perusahaan
untuk jangka panjang serta mempunyai nilai yang cukup material.
Namun, seiring dengan berjalannya waktu, aktiva tetap akan mengalami
penurunan nilai ekonomis atau disebut juga sebagai penyusunan (kecuali
tanah). Suhayati (2009 :68), mengatakan aktiva tetap adalah aktiva yang
dapatdigunakan oleh perusahaan dalam menjalankan aktivitas usaha dan
sifatnya usaha dan sifatnya relatif atau jangla waktu perputarannya lebih
dari satu tahun.
Menurut Standar Akuntansi Keuangan (2007: 16), aktiva tetap
adalah “aktiva berwujud yang dimiliki untuk digunakan dalam produksi
atau penyediaan barang atau jasa, untuk direntalkan kepada pihak lain
atau untuk tujuan administrasi dan diharapkan untuk digunakan selama
lebih dari satu periode.” Menurut Kieso Weygant (2008:566),
mendefinisikan bahwa aktiva tetap adalah sumber daya yang memiliki
tiga karakteristik yaitu memiliki bentuk fisik (bentuk ukuran yang jelas),
Firdaus (2010:177), mengatakan aktiva tetap adalah aset yang diperoleh
untuk digunakan dalam kegiatan perusahaan untuk jangka waktu yang
lebih dari satu tahun, tidak dimaksudkan untuk dijual kembali dala
kegiatan normal perusahaan, dan merupakan pengeluaran yang nilainya
besar atau material.
Hartanto (2007) menjelaskan beberapa kriteria suatua aktiva
digolongkan aktiva tetap, yaitu :
a. Dimiliki atau dikuasai oleh perusahaan
b. Berbentuk fisik (berwujud)
c. Mempunyai manfaat ekonomis di masa datang
d. Digunakan dalam kegiatan operasional perusahaan, bukan sebagai
investasi atau dijual kembali
e. Manfaat ekonomisnya lebih dari satu tahun.
Surya (2012:149) mengungkapkan bahwa aktiva tetap (fixed
assets) aset berwujud yang dimiliki oleh perusahaan untuk digunakan
dalam produksi atau menyediakan barang atau jasa, untuk disewakan,
atau untuk keperluan administrasi dan harapan dapat digunakan lebih dari
satu periode. Pengertian aset tetap menurut Munawir (2010:17) adalah
kekayaan yang dimiliki perusahaan yang fisiknya nampak dan digunakan
dalam operasi yang bersifat permanen (aktiva tersebut mempunyai umur
kegunaan jangka panjang atau tidak akan habis dipakai dalam satu
periode kegiatan perusahaan). Menurut Sugiri (2009:137) aktiva tetap
dalam produksi atau penyediaan barang atau jasa, untuk direntalkan
kepada pihak lain, atau untuk tujuan administratif, dan diharapkan untuk
digunakan selama lebih dari satu periode.
Berdasar beberapa pengertian diatas, dapat diambil kesimpulan
bahwa aktiva tetap berwujud adalah aktiva tetap yang dimikiliki bentuk
fisik, yang digunakan untuk menunjang kegiatan operasional
perusahaaan dan bukan untuk dijual kembali dalam kegiatan operasi
normal perusahaan, serta memiliki masa manfaat yang lebih dari satu
tahun.
2. Jenis-jenis aktiva tetap
Dalam beberapa pengertian aktiva tetap yang dibahas pada bagian
sebelumnya, aktiva tetap dikatakan memiliki sifat relatif permanen atau
dengan kata lain aktiva bersangkutan dapat digunakan dalam jangka
waktu yang relatif cukup lama. Untuk tujuan akuntansi, jangka waktu
penggunaan ini dibatasi dengan istilah “ lebih dari satu periode
akuntansi”. Aktiva tetap memiliki berbaagai jenis, bentuk dan umur
manfaat. Ada aktiva tetap yang umurnya tidak terbatas serta ada aktiva
tetap yang umurnya terbatas. Aktiva tetap yang umurnya terbatas seperti
kendaraan, sedangkan aktiva yang umurnya tidak terbatas adalah tanah.
Menurut Baridwan (2004:272) menyatakan bahwa penggolongan
aktiva tetap tersebut sebagai beriut :
a. Aktiva tetap yang umurnya tidak terbatas seperti tanah untuk letak
tidak terbatas tidak dilakukan penyusutan terhadap harga
perolehannya.
b. Aktiva tetap yang umurnya terbatas dan apabila sudah habis masa
penggunaanya bisa diganti dengan aktiva yang sejenis, misalnya
bangunan, mesin, alat-alat, mebel, kendaraan dan lain-lain.
Dilakukan penyusutan terhadap harga perlehannya dan disebut
Depresiasi.
Sedangkan menurut Sigit Hermawan (2008:93) aktiva tetap
diklasifikasikan menjadi empat kelompok yakni :
1. Tanah (land) sebagai tempat berdirinya bangunan untuk
operasional perusahaan seperti pabrik dan perkantoran. Tanah
ini tidak disusutkan karena memiliki nilai (harga) yang semakin
tinggi ( tidak semakin menyusut).
2. Bangunan (building) seperti gedung yang digunakan untuk
pabrik, kantor, gudang, dan toko.
3. Pengembangan tanah (land inprovement) seperti tempat parkir,
taman, car port, selokan, jalan seputar lokasi pabrik.
4. Peralatan (equipment) seperti kendaraan peralatan kantor,
peralatan pabrik, mesin-mesin, kendaraan, dan furnitur.
3. Konsep depresiasi aktiva tetap
Menurut Henry Simamora (2009:26) dalam bukunya yang berjudul
alokasi sistematik jumlah yang dapat disusutkan dari suatu aktiva tetap
sepanjang masa manfaatnya. Depresiasi adalah proses pengalokasian
harga perolehan, bukan proses penilaian aktiva tetap. Pengalokasian
harga perolehan diperlukan agar dapat dilakukan penandingan yang tepat
antara pendapataan dan biaya, sebagaimana diminta oleh prinsip
penandingan. Depresiasi aktiva tetap didasarkan pada tiga faktor berikut :
(1) harga perolehan, (2) nilai residu, dan (3) masa manfaat. Harga
perolehan meliputi semua pengeluaran yang diperlukan untuk
mendapatkan aktiva tetap, dan pengeluaran-pengeluaran lain agar aktiva
tersebut siap untuk digunakan. Nilai residu atau sering disebut nilai sisa,
adalah taksiran nilai tunai aktiva pada akhir masa manfaat aktiva
tersebut. Masa manfaat atau sering disebut umur aktiva, adalah jangka
waktu pemakaian aktiva yang diharapkan oleh perusahaan. Masa manfaat
dapat juga dinyatakan dalam jumlah satuan hasil yang diharapkan dari
suatu aktiva. Nlai residu dan manfaat ditakir berdasarkan pengalaman
perusahaan dalam menggunakan aktiva sejenis di masa lalu. Depresiasi
dapat dicatat dan dilaporkan dengan menggunakan beberapa metode
yang sesuai dengan prinsip akuntansi yang diterima umum. Apabila suatu
metode tertentu telah dipilih, maka metode tersebut harus diterapkan
secara konsisten sepanjang masa penggunaan aktiva yang bersangkutan,
sehingga laporan keuangan dari periode ke periode dapat
Adapun beberapa metode depresiasi yang selama ini dikenal dan
dipakai secara umum, bahkan diterima oleh undang-undang dan
peraturan perpajakan, yaitu antara lain sebagai berikut :
a. Metode garis lurus
Beban depresiasi periodik dengan menggunakan metode ini
menghasilkan jumlah yang sama besar. Metode ini digunakan secara
luas dalam praktek karena kemudahannya. Rumus untuk menghitung
biaya biaya depresiasi per tahun berdasarkanmetode ini adalah
sebagai berikut ;
𝐵𝑖𝑎𝑦𝑎 𝐷𝑒𝑝𝑟𝑒𝑠𝑖𝑎𝑠𝑖 = 𝐻𝑎𝑟𝑔𝑎 𝑑𝑖𝑑𝑒𝑝𝑟𝑒𝑠𝑖𝑎𝑠𝑖: 𝑀𝑎𝑠𝑎 𝑀𝑎𝑛𝑓𝑎𝑎𝑡
Keterangan :
Harga perolehan didepresiasi adalah harga perolehan dikurangi
dengan nilai residu
b. Metode saldo menurun
Beban depresiasi periodik dengan menggunakan metode ini
akan menghasilkan biaya depresiasi yang semakin menurun dari
tahun ke tahun. Hal ini terjadi karena perhitungan biaya depresiasi
periodik didasarkan pada nilai buku pada awal tahun pertama adalah
sama dengan harga perolehan aktiva, sedangkan pada tahun-tahun
berikutnya, nilai buku adalah selisih harga perolehan dengan
akumulasi depresiasi pada awal tahun. Rumus untuk menghitung
biaya depresiasi per tahun berdasarkan metode ini adalah sebagai
𝐵𝑖𝑎𝑦𝑎 𝐷𝑒𝑝𝑟𝑒𝑠𝑖𝑎𝑠𝑖 = 𝑁𝑖𝑙𝑎𝑖 𝐵𝑢𝑘𝑢 𝐴𝑤𝑎𝑙 𝑡𝑎ℎ𝑢𝑛 𝑥 𝑡𝑎𝑟𝑖𝑓 𝑑𝑒𝑝𝑟𝑒𝑠𝑖𝑎𝑠𝑖
Tarif depresiasi yag sering digunakan adalah tarif metode garis
lurus yang dikaitkan dua. Metode ini sejalan denga prinsip
penandingan karena biaya depresiasi yang lebih tinggi pada
tahun-tahun awal paralel dengan kemampuan aktiva menghasilkan laba
yang juga lebih besar ketika aktiva masih baru. Sebaliknya pada
tahun-tahun terakhir, biaya depresiasi semakin kecil, sejalan dengan
semakin menurunnya kemampuan aktiva untuk menghasilkan laba.
c. Metode jumlah angka tahun
Sama halnya denga metode saldo menurun, penggunaan
metode ini juga akan menghasilkan biaya depresiasi aktiva tetap
yang lebih tinggi pada tahun-tahun awal dan semakin kecil pada
tahun-tahun akhir. Metode ini disebut jumlah angka tahun karena
tarif depresiasinya didasarkan pada suatu pecahan yang :
1.) Pembilangnya adalah tahun-tahun pemakaian aktiva yang masih
tersisa sejak awal tahun.
2.) Penyebutnya adalah jumla tahun-tahun sejak tahun pertama
hingga tahun pemakaian aktiva yang terakhir
Rumus untuk menghitung biaya depresiasi per tahun
berdasarkan metode ini adalah sebagai berikut :
d. Metode satuan hasil
Dalam metode ini. Masa pemakaian aktiva tidak
dinyatakan dengan jangka waktu, melainkan engan jumlah
satuan (unit) yang dapat dihasilkan oleh aktiva yang
bersangkutan. Metode ini juga dapat didasarkan pada jam
kerja, oleh karena itu metode ini sering disebut juga metode
satuan kegiatan. Metode ini lebih tepat digunakan untuk
depresiasi aktiva yang dapat diukur satuan hasil yang bisa
diperoleh selama masa penggunanya, seperti mesin pabrik.
Oleh karena itu, dalam metode ini yang perlu di taksir adalah
jumlah satuan hasil yang diperkirakan dapat dihasilkan oleh
aktiva.
Rumus untuk menghitung biaya depresiasi per tahun
berdasarkan metode ini adalah sebagai berrikut :
C. Revaluasi (Penilaian kembali) Aktiva Tetap 1. Pengertian
Revaluasi aktiva tetap merupakan penilaian kembali aset tetap
perusahaan yang diakibatkan adanya kenaikan nilai aset tetap tersebut di
pasaran atau karena rendahnya nilai aset dalam laporan keuangan
perusahaan yang disebabkan oleh devaluasi atau sebab lain, sehingga
nilai aset dalam laporan keuangan tidak lagi mencerminkan nilai yang
wajar (Waluyo,2011). Revaluasi sebenarnya adalah penilaian kembali
terhadap aktiva. Sedangkan aktiva yang umumnya dinilai kembali adalah
aktiva tetap. (PSAK No. 16, terkait dengan pengukuran berikut
(subsequent measurement) aktiva tetap menyatakan bahwa:
“ penilaian kembali atau revaluasi aktiva tetap pada umumnya
tidak diperkenankan karena standar akuntansi keuangan manganut
penilaian berdasarkan harga perolehan atau harga pertukaran.
Penyimpangan dari ketentuan ini mungkin dilakukan berdasarkan
ketentuan pemerintah. Dalam hai ini pelaporan keuangan harus
menjelaskan mengenai penyimpangan dari konsep harga perolehan di
dalam penyajian aktiva tetap dan pengaruh dari penimpangan tersebut
terhadap gambaran keuangan perusahaan. Selisih antara nilai revaluasi
dengan nilai buku (nilai tercatat) aktiva tetap dibukukan dalam akun
modal dengan nama “ selisih penilaian aktiva tetap.’’
Secara umum, tindakan revaluasi atau penilaian kembali aktiva
penghasilan dan biaya yang lebih wajar sehingga dapat mencerminkan
kemampuan atau keadaan dan nilai perusahaan dan nilai perusahaan yang
sebenarnya.
Beberapa faktor yang menjadi alasan dilakukan revaluasi aktiva
tetap, antara lain sebagai berikut :
a. Perubahan harga perolehan dan taksiran umum.
b. Aktiva tetap telah habis didepresiasi.
c. Harga perolehan (cost) aktiva tetap tidak lagi menunjukkan keadaan
yang sebenarnya.
2. Faktor faktor yang berhubungan dan mempengaruhi revaluasi aset tetap
Berbagai faktor pernah diteliti oleh peneliti sebelumnya seperti Tay
(2009) memberikan bukti empiris bahwa keputusan revaluasi aset
tetap terkait dengan biaya kontrak, biaya politis, dan asimetri
informasi. Watts dan Zimmerman, (1990); Brown et al., (1992)
dalam Tay (2009) untuk keputusan revaluasi aset tetap termasuk
keinginan untuk meningkatkan kapasitas pinjaman, ancaman
pengambilalihan, penerbitan saham bonus, kemungkinan
pelanggaran perjanjian utang, mogok kerja, utang, penurunan arus kas
operasi, prospek pertumbuhan, dan likuiditas (Lin dan Peasnell,
2000a dalam Tay, 2009) tingkat hutang jaminan (Firmansyah dan
kontrol kepemilikan, stakeholder internasional, dan peluang
investasi (Missonier dan Piera, 2007). Berikut penjelasannya:
1. Leverage
Rasio leverage menurut Raharjaputra (2009: 200) mengukur
sejauhmana perusahaan mendanai usahanya dengan
membandingkan antara dana sendiri (shareholders equity) yang
telah disetorkan dengan jumlah pinjaman dari para kreditur
(creditors).
2. Pengambilalihan
Pengambilalihan adalah perbuatan hukum yang dilakukan oleh
badan hukum atau orang perseorangan untuk mengambil alih
baik seluruh ataupun sebagian besar saham perseroan yang
dapat mengakibatkan beralihnya pengendalian terhadap perseroan
tersebut (PP No. 27 Tahun 1998).
3. Saham Bonus
Definisi saham bonus menurut peraturan BAPEPAM-LK
nomor Kep-35/PM/2003 adalah saham yang dibagi-bagikan
secara cuma-cuma kepada pemegang saham berdasarkan jumlah
saham yang dimiliki.
4. Penurunan Arus Kas Operasi
Arus kas operasi adalah arus kas yang berasal dari aktivitas
merupakan aktivitas investasi dan aktivitas pendanaan (Harahap,
2013: 260). Penurunan arus kas operasi dilihat dari perubahan arus
kas operasi dari tahun sebelumnya ke arus kas operasi selama dua
tahun dibagi dengan aktiva tetap (Seng dan Su, 2010).
5. Likuiditas
Likuiditas mengacu pada kemampuan perusahaan untuk
memenuhi kewajiban jangka pendeknya. Rasio ini membandingkan
liabilitas jangka pendek dengan sumber daya jangka pendek
atau lancar yang tersedia untuk memenuhi liabilitas tersebut
(Horne, 2013: 167).
6. Ukuran Perusahaan
Ukuran perusahaan pada dasarnya adalah pengelompokan
perusahaan ke dalam beberapa kelompok, diantaranya
perusahaan besar, sedang dan kecil (Suwito dan Herawaty,
2005).
7. Tingkat Hutang Jaminan
Perusahaan akan lebih mudah memperoleh pinjaman ketika
pinjaman tersebut dijaminkan oleh aset perusahaan dan biaya
pinjaman pun akan lebih kecil dikeluarkan dibandingkan
pinjaman tanpa jaminan (Firmansyah dan Sherlita, 2012).
Jaminan adalah kekayaan atas kemampuan kesanggupan
debitur untuk melunasi hutangnya sesuai dengan yang
8. Operasi Asing
Operasi asing atau keterlibatan dalam kegiatan usaha luar
negeri adalah entitas anak, asosiasi, ventura bersama atau cabang
dari entitas yang aktifitasnya dilaksanakan di negara yang
mengunakan mata uang selain mata uang entitas pelapor
(PSAK No.10).
9. Kontrol Kepemilikan
Kontrol kepemilikan atau konsentrasi kepemilikan
menggambarkan siapa saja yang memegang kendali atas
keseluruhan atau sebagian besar atas kepemilikan perusahaan
serta keseluruhan atau sebagian besar pemegang kendali atas
aktivitas bisnis pada suatu perusahaan. Dengan demikian
terkonsentrasinya kepemilikan perusahaan akan menimbulkan
kontrol pada pemegang saham mayoritas dan bisa
mempengaruhi kebijakan manajemen melalui hak suara
(Yustiana, 2014).
10.Stakeholder Internasional
Stakeholder merupakan pihak-pihak yang memiliki kepentingan
terhadap perusahaan, memiliki komitmen terhadap dunia usaha
untuk berkontribusi dalam pembangunan secara berkelanjutan
(Sissandhy, 2014). Saat ini banyak perusahaan telah memperluas
kegiatan usaha di luar negeri dan berusaha mengakses pasar
internasional harus menyediakan informasi tidak hanya untuk
pemangku kepentingan domestik tetapi juga orang-orang luar
negeri misalnya pelanggan asing (Missonier dan Piera, 2007).
11.Peluang Investasi
Peluang Investasi (Investment Opportunity) merupakan
kombinasi antara aktiva yang dimiliki dan pilihan investasi di
masa yang akan datang dengan NPV positif (Hendarno, 2008).
Beberapa proksi yang digunakan dalam penelitian adalah
market to book value of equity ratio, market to book value of asset
ratio, earning to price/share ratio, property, capital expenditure to
book value of asset ratio (Ningrum, 2011).
3. Subjek Revaluasi Aktiva Tetap
Surat Keputusan Menteri Keuangan Republik Indonesian
No.486/KMK.03/2002 menyatakan bahwa subjek atau wajib pajak yang
dapat melakukan penilaian kembali aktiva tetap adalah wajib pajak
Badan dalam negeri, yang telah memenuhi semua kewajiban pajaknya
sampai dengan masa pajak berakhir sebelum dilakukan revaluasi.
Kewajiban pajak tersebut adalah semua kewajiban pajak dari wajib pajak
yang bersangkutan, seperti PPh, Badan PPN, PPnBM, PBB, pemotongan
pph pihak lain, yang terutang sampai dengan masa pajak sebelum
4. Objek Revaluasi Aktiva Tetap
Surat Keputusan Menteri Keuangan Indonesia No.486/KMK.
03/2002 menyatakan bahwa aktiva tetap yang dapat dinilai kembali
adalah aktiva tetap berwujud yang terletak atau berada di Indonesia, yang
dimiliki dan digunakan untuk mendapatkan, menagih, dan memelihara
penghasilan. Penilaian kembali dapat meliputi seluruh atau sebagian
aktiva tetap perusahaan termasuk aktiva tetap perusahaan yang sudah
pernah dilakukan penilaian kembali berdasarkan ketentuan:
a. Semua aktiva tetap berwujud dalam bentuk tanah, kelompok
bangunan, kelompok bukan bangunan.
b. Aktiva tetap tidak dimaksudkan untuk diahlikan atau dijual.
c. Aktiva tetap tidak boleh diahlikan kepada pihak lain sebelum lewat
lima tahun setelah penilaian kembali aktia tetap.
5. Beberapa Pendekatan Penilaian Revaluasi Aktiva Tetap
Dalam melakukan revaluasi aktiva tetap, ada beberapa pendekatan
penilaian yang dapat dilakukan, antara lain sebagai berikut:
a. Pendekatan Data Pasar (Market Data Approach)
Pendekatan data pasar dilakukan dengan cara membandingkan aktiva
tetap yang akan direvaluasi dengan aktiva sejenis yang ada
dipasaran. Dasar penilaian lain merupakan variasi dari pendekatan
data pasar yakni Fair Market Value (nilai pasar wajar), yaitu suatu
b. Pendekatan Biaya (Cost Approach)
1. Curren Cost Bases
Pendekatan Current Cost Bases dapat berupa Current
Reproduction Cost (biaya reproduksi sekarang) dan Current
Replacement Cost (biaya penggantian sekarang). Biaya
reproduksi sekarang aktiva tetap adalah estimasi biaya yang
diperlukan untuk memproduksi kembali aktiva tetap baru yang
sejenis, pada harga yang sekarang dengan menyesuaikan jumlah
akumulasi penyusutannya. Sedangkan biaya penggantian
sekarang aktiva tetap adalah estimasi biaya yang diperlukan
untuk memperoleh aktiva tetap baru yang sejenis, pada harga
sekarang dengan menyesuaikan jumlah akumulasi
penyusutannya.
2. Adjusted Historical Cost
Biaya historis yang disesuaikan merupakan dasar penilaian
harga perolehan yang disesuaikan dengan tingkat harga umum.
Dalam hal ini penyesuaian terhadap nilai aktiva tetap tersebut
dilakukan dengan menggunakan indeks harga umum.
c. Pendekatan pendapatan (Income Approach)
Pendekatan pendapatan adalah suatu metode penilaian di mana
keutungan bersih dianalisis guna mendapatkan besarnya jumlah
6. Jenis Revaluasi yang Dapat Dilakukan
a. Parsial
Revaluai parsial berarti perusahaan hanya melakukan revaluasi atas
sebagian aktiva tetap yang ada sesuai pertimbangan oleh perusahaan.
b. Menyeluruh
Revaluasi menyeluruh berarti perusahaan dapat melakukan revaluasi
atas seluruh aktiva tetap yang ada sesuai pertimbangan oleh
perusahaan.
7. Perhitungan pajak
Dengan dilakukannya revaluasi, biasanya akan diperoleh
peningkatan nilai aktiva tetap dari nilai sebelumnya, yang merupakan
selisih lebih dari nilai aktiva tetap. Atas selisih lebih dari revaluasi di atas
nilai sisa buku fiskal semula, dan setelah dikompensasi terlebih dahulu
dengan sisa kerugian fiskal tahun-tahun sebelummnya, dikenakan pajak
penghasilan (PPh) yang bersifat final sebesar 10%. PPh final tersebut
harus dibayar paling lambat 15 hari kerja setelah di terbitkan persetujuan
Direktur jendral pajak. Berbeda dengan pengaturan sebelummnya, untuk
pelunasan PPh atas revaluasi aktiva tetap kali ini ada kebijakan yang
kelonggaran kepada wajib pajak berupa pembayaran yang dapat
dilakukan dengan cara mengangsur. Dalam kebijakan tersebut terdapat 2
kategori pengangsuran, yaitu :
Tabel 2.1 Masa Angsuran PPh Final Hasil Revaluasi Aktiva Tetap
Keterangan PPh yag Terutang Masa Angsuran
Di atas Rp2.000.000.000.000.-s,d
Rp 4.000.000.000.000.-
2 (dua) tahun
Di atas Rp 4.000.000.000.000.-s,d
Rp 6.000.000.000.000.-
3 (tiga) tahun
Di atas Rp 6.000.000.000.000.-s,d
Rp 8.000.000.000.000.-
4 (empat) tahun
Di atas Rp 8.000.000.000.000 5 (lima) tahun
Sumber : Keputusan Menteri Keuangan RI 486/KMK.03/20
D. Keputusan Menteri Keuangan Republik Indonesia No.486/KMK. 03/2002 tentang Penilian Kembali Aktiva Tetap
1. Semua aktiva tetap berwujud (tanah, kelompok bangunan dan kelompok
bukan bangunan) dapat direvaluasi degan syarat tidak dimaksudkan
untuk diahlikan atau dijual kembali.
2. Penilaian kembali dapat meliputi seluruh atau sebagian aktiva tetap
perusahaan, termasuk aktiva tetap perusahaan yang sudah pernah
dilakuakn penlaian kembali berdasarkan ketentuan yang berlaku
3. Revaluasi aktiva tetap dilakukan berdasarkan harga pasar atau nilai wajar
aktiva pada saat penilaian dilakukan.
4. Yang dilakukan penilaian adalah perusahaan penilai independen atau ahli
penilai yang diakui atau memperleh izin pemerintah.
5. Jika nilai pasar atau nilai wajar yang ditetapkan tidak mencerminkan
keadaan yang sebenarnya, maka Dirjen pajak akan menetapkan kembali
nilai pasar atau nilai wajar yang bersangkutan. Selisih nilai pasar atau
nilai wajar dengan nilai buku fiskal aktiva tetap yang yang direvaluasi
harus dikompensasikan dahulu dengan kerugian fiskal tahun berjalan dan
sisa kerugian tahun-tahun sebelumnya yang masih dapat
dikompensasikan.
6. Selisih lebih karena revaluasi aktiva tetap setelah dilakukan kompensasi
kerugian dikenakan PPh 10%. Bagi wajib pajak yang karena kondisi
keuangannya tidak mengajukan pembayaran secara angsuran paling lama
12 (dua belas) bulan.
7. Dalam hal PPh terutang lebih dari Rp 2.000.000.000.0000 (dua triliun
rupiah), Wajib pajak dapat mengajukan permohonan pembayaran secara
angsuran lebih dari (satu) tahun hingga paling lama 5 (lima) tahun.
8. Wajib pajak yang melakukan revaluasi aktiva tetap wajib menyampaikan
pemberitahuan kepada kepala KPP tempat wajib pajak terdaftar dengan
melampirkan: laporan peilaian,neraca penyesuaian yang telah diaudit
akuntan publik, perhitungan selisih lebih karena revaluasi aktiva tetap,
9. Kepala KPP wajib menerbitkan pengesahan atas neraca penyesuaian
paling lambat 1 bulan sejak tanggal pemberitahuan diterima dengan
lengkap jika telah lewat batas waktu kepala KPP belum menerbitkan
pengesahan, maka neraca penyesuaian wajib pajak disetujui. Nilai pasar
atau nilai wajar aktiva tetap direvaluasi merupakan dasar penyusutan
aktiva dan perhitunganna dimulai tahun pajak dilakukan revaluasi. Tarif
penyusutan dan masa manfaat sesuai dengan kelompok aktiva
sebagaimana dimaksud pasal 11 Undang-undang PPh.
10. Apabila wajib pajak melakukan pengalihan aktiva tetap yang telah
direvaluasi sebelum berakhirnya masa manfaat baru aktiva tetap tersebut,
maka atas pengalihan tersebut dikenakan tambahan PPh yang bersifat
final sebesar 20% dari selisih lebih penilaian tanpa kompensasikan
dengan sisa kerugian fiskal tahun-tahun sebelumnya. Pengecualian dari
ketentuan ini dilakukan berdasarkan keputusan atau kebijakan
pemerintah atau keputusan pengadilan:pengalihan dilakukan dalam
rangka pengggabungan, peleburan atau pemekaran usaha; penerikan
aktiva tetap dari penggunaaan karena mengalami kerusakan berat dan
tidak dapat diperbaiki lagi.
E. Standar Akuntansi Keuangan Indonesia Menuju pada Penerapan International Financial Reporting Standards
International financial reporting standards (IFRS) merupakan stadar
dan interpretasi yang diakui oleh international Accounting standars Board
nama International Accounting Standards (IAS). IAS dikeluarkan antara
tahun 1973-2001 oleh dewan yang disebut International Accounting
Standards Committe (IASC). Pada tahun 2001, IASB mengadopsi
keseluruhan IAS dan melanjutkan perkembangannya hingga sekarang disebut
sengan standar baru IFRS. IFRS telah digunakan di banyak negara seperti
perserikatan Eropa, Hong Kong, Australia, Malaysia, Pakistan, India, Rusia,
Afrika Selatan, Singapura dan Turki. Pada tanggal 27 agustus 2008 diketahui
bahwa telah lebih dari 100 negara di seluruh dunia pada saat ini mensyaratkan
pelaporan dengan menggunakan IFRS. Indonesia yang tadinya lebih condong
ke standar akuntansi keluaran FASB (Financial Accounting Standards
Board), sejak tahun 1994 sudah mulai melakukan harmonisasi dan lebih
mendekatkan diri ke IFRS. Sedianya seluruh negara di dunia ini memakai
IFRS, maka semua bisnis di dunia berbicara di dalam bahasa yag sama. Kelak
tidak ada lagi kerepotan yang dialami oleh perusahaan multinasional untuk
mengkonsolidasi laporan keuangan dari anak-anak perusahaan di
negara-negara berbeda serta tidak ada lagi perusahaan yang repot jika harus listing di
pasar modal negara lain karena harus menyesuaikan laporan keuangannya
dengan standar akuntansi setempat.
Dewan Standar Akuntansi Keuangan (DSAK) dari IAI (Ikatan
Akuntansi Indonesia) telah menetapkan tahun 2008 sebagai target antara
dimana perbedaan-perbedaan mendasar antara PSAK dan IFRS sudah tidak
ada lagi. Saat ini, DSAK sudah menyiapkan Exposure Draft (ED) dari 4 buah
ditunggu-tunggu oleh para pengamat dan praktisi adalah ED dari PSAK 16 tentang
aktiva tetap dan aktiva lainnya.
Di dalam IAS 16, standar internasional memperoleh pengukuran aktiva
tetap memakai revoluation model ditahun berikutnya setelah aktiva dinilai
berdasarkan nilai perolehan. Perusahaan-perusahaan di indonesia dapat
menerapkan revalution model (fair value accounting) dalam pencatatan PPE
(Property,Plan, and Equipment) mulai tahun 2008 (asumsi bahwa PSAK 16
akan mulai efektif tahun 2008). Hal ini adalah perubahan yang cukup besar
karena selama ini revalution model belum dapat diterapkan Indonesia dan
hanya bisa dilakukan jika ketentuan pemerintah mengijinkan.
Revaluation model memperbolehkan PPE dicatat berdasarkan nilai
wajarnya. Permasalahannya di indonesia adalah sistem perpajakan yang tidak
mendukung standar ini. Di dalam peraturan perpajakan, revaluasi aset ke atas
(selisih lebih penilaian kembali aktiva tetap) dikenai pajak final sebesar 10%
dan harus dibayar pada tahun tersebut dan tidak menghasilkan hutang pajak
tangguhan yang bisa dibalik di tahun berikutnya bila nilai aktiva turun.
Apabila perusahaan memutuskan memakai revolution model dan setiap tahun
harga asetnya meningkat, maka setiap tahun perusahaan harus membayar
pajak final padahal kenaikan harga aset tersebut tidaklah membawa aliran kas
masuk ke dalam perusahaan. Bila aturan perpajakan tidak mendukung, maka
pendapat dipastikan perusahaan akan enggan menerapkan revoluation model.
Hal ini disebabkan karena bukan hanya sistem pajaknya saja yang
perusahaan harus bersiap-siap untuk mengeluarkan dana lebih banyak untuk
menyewa jasa penilai. Hal ini dikarenakan banyaknya aset tetap yang tidak
memiliki nilai pasar sehingga ketergantungan kepada jasa penilai (assessor)
akan besar untuk menilai aset-aset ini.
Apabila ternyata nilai wajar yang ditetapkan oleh penilai berbeda
dengan nilai wajar yang ditetapkan auditor dari akuntan publik, biasanya nilai
wajar auditor yang akan dipakai historical cost. Ketika perusahaan pertama
kali berubah dari pada memakai historical cost model ke revalution model,
maka akumulasi penyusutan akan dihapus dan beban penyusutan dihitung
kembali berdasarkan nilai wajar yang baru. Demikian selanjutnya apabila
revaluasi menerbitkan nilai baru, maka beban penyusutan dihitung kembali.
Peraturan lain dari IAS 16 adalah bahwa penerapan nilai wajar tidak bisa
diterapkan oleh aktiva secara individu tetapi harus secara keseluruhan dalam
golongan aktiva tersebut.
F. Kemampuan Dasar Menghasilkan Laba (Return on Invesment)
Return on invesment atau sering juga disebut sebagai Basic Earning
power (BEP) merupakan rasio yang menunjukkan kemampuan aktiva
perusahaan dalam menghasilkan laba operasi. Rasio ini sudah lazim
digunakan oleh banyak perusahaan dalam mengukur efektivitas dari
keseluruhan operasi perusahaan karena sifatnya yang menyeluruh
(komprehensif). Menurut Munawir (2004:89), ROI merupakan salah satu
bentuk rasio profitabilitas yang digunakan untuk mengukur kemampuan
digunakan untuk operasi perusahaan dalam menghasilkan keuntungan.
Dengan demikian rasio ini menghubungkan keuntungan yang diperoleh dari
operasi perusahaan dengan jumlah investasi atau aktiva yang digunakan
untuk menghasilkan keuntungan operasi tersebut.
Rasio ini dihitung dengan rumus :
ROI𝐿𝑎𝑏𝑎 𝑠𝑒𝑏𝑒𝑙𝑢𝑚 𝐵𝑢𝑛𝑔𝑎 𝑑𝑎𝑛 𝑝𝑎𝑗𝑎𝑘𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑎𝑘𝑡𝑖𝑣𝑎 𝑥100
G. Tingkat Pengembalian atas Total Aktiva (Return on Assets)
Return on assets merupakan rasio yang mengukur kemampuan
perusahaan dalam memanfaatkan aktiva yang dimilikinya untuk memperoleh
laba. Rasio ini mengukur tingkat pengembalian investasi yang telah dilakukan
perusahaan dengan menggunakan seluruh dana (aktiva) yang dimiliki
(Prastowo dan Juliaty,2005:91). Rasio ini digunakan sebagai salah satu
ukuran efisiensi dalam sebuah perusahaan mengalokasikan dan mengatur
sumber daya yang dimilikinya.
Rasio ini dihitung dengan rumus :
H. Hasil Penelitian Terdahulu
Anggaraini (1997) dalam penelitiannya mengenai revaluasi aktiva tetap
yang ditinjau adari aspek perpajakan, menyatakan bahwa dengan adaya
perbedaaan pengenaan pajak antara pajak yang bersifat final dan tidak final
serta pemilihan metode depresiasi akan mempengaruhi cash flow perusahaan.
Dengan adanya dua alternatif untuk memilih dikenakan pajak final dan tidak
final, perusahaan dapat memilihnya dengan meninjau adri dua sisi yatu
profitabilitas perusahaan dan lapisan tempat peghasilan kena pajak yang
dimiliki perusahaan berada.
Setiapningsih (1998), dalam penelitianya mengenainya selisih revaluasi
aktiva tetap, apakah dapat dikatakan sebagai penghasilan atau bukan,
menyatakan bahwa selisih revaluasi aktiva tetap dianggap sebagai
keuntungan (holding gains). Penggunaan istilah penghasilan dalam
perpajakan mempunyai pengertian yang lebih luas bila dibandingkan dengan
istilah penghasilan yang digunakan dalam praktek kehidupan sehari-hari,
karena dalam praktek penghasilan merupakan selisih antara pendapatan dan
biaya.
Adi (2003), dalam penelitiannya mengenai pengaruh revaluasi aktiva
tetap terhadap laporan keuangan perusahaan dan pajak menyatakan bahwa
manfaat revalausi yang diperoleh peusahaan melalui revaluasi ialah laporan
yang lebih relevan dan tentu saja lebih baik, dimana nilai buku aktiva tetap
sesuai dengan nilai rill aktiva, sehingga diperoleh keserasian antara nilai buku
harta yaitu aktiva dan modal. Selain berpengaruh terhadap neraca, revaluasi
juga berpengaruh terhadap pajak penghasilan, yaitu perusahaan berkewajiban
membayar sebesar pajak yang dibayarkan dan mengurangi laba bersih
perusahaan akhir periode.
Prameswari (2003), dalam penelitiannya mengenai pengaruh revaluasi
terhadap kewajiban pajak perusahaan, menyatakan bahwa perusahaan lebih
baik tidak melakuakn revaluasi terhadap aktiva tetap yang dimiliki, karena
pada tingkat tarif pajak 10%, 15% dan 30% PPh final yang dibayarkan tetap
lebih besar bila dibandingkan dengan estimasi beban pajak yang dapat
dihemat.
Da Santo (2004), dalam penelitiannya mengenai analisis revaluasi
aktiva tetap dalam laporan keuangan perusahan, menyatakan bahwa dalam
keadaan inflasi dan deflasi, penyimpangan terhadap prinsip harga perolehan
dapat dibenarkan agar neraca dapat menunjukkan jumlah aktiva dan modal
sehingga sesuai dengan keadaan inflasi atau deflasi serta laporan laba rugi
dapat menunjukkan laba atau rugi yang layak. Dengan dilakukannya revaluasi
aktiva tetap, neraca menunjukkan posisi keuangan yang wajar karena aktiva
tetap yang didasarkan pada harga perolehan dianggap kurang mencerminkan
nilai atau potensi nyata yang dimiliki perusahaan sehingga pemakai laporan
keuangan dapat menerima informasi yang lebih akurat dan dapat membantu
I. Perumusan Hipotesis Penelitian
Hubungan antara rerevaluasi aktiva tetap dengan ROI
Prinsip kos historis yang di ataur dalam standar akuntansi keuangan
mewajibkan perusahaan untuk mencatat pengakuan aktiva tetap yang dimilki
pada harga perolehannya. Bagi para pemakai informasi keuangan perusahan
khususnya para investor maupun calon investor, kondisi seperti ini tidak
menimbulkan permasalahan pada tahun-tahun awal perusahaan menjalankan
usahanya. Akan tetapi, pada beberapa tahun berikutnya, laporan keuangan
dengan penerapan kos historis ini akan mengaburkan informasi yang
terkandung di dalamnya seperti yang diisyaratkan dalam perhitungan rasio
ROI yang bisa digunakan oleh para investor maupun calon investor dalam
menilai gambaran masa depan perusahaan. Informasi yang kabur tersebut
umumnya diakibatkan oleh adanya fluktuasi nilai yang disebabkan oleh
inflasi dan masalah perekonomian lainnya.
Pendapat yang sesuai dengan itu penelitian Da Santo (2004), dalam
penelitiannya mengenai analisis hubungan revaluasi aktiva tetap dalam
laporan keuangan perusahan, menyatakan bahwa dalam keadaan inflasi dan
deflasi, penyimpangan terhadap prinsip harga perolehan dapat dibenarkan
agar neraca dapat menunjukkan jumlah aktiva dan modal sehingga sesuai
dengan keadaan inflasi atau deflasi serta laporan laba rugi dapat menunjukkan
laba atau rugi yang layak. Dengan dilakukannya revaluasi aktiva tetap, neraca
menunjukkan posisi keuangan yang wajar karena aktiva tetap yang
potensi nyata yang dimiliki perusahaan sehingga pemakai laporan keuangan
dapat menerima informasi yang lebih akurat dan dapat membantu manajemen
dalam pengembalian keputusan. Oleh karena itu, hipotesis dalam penelitian
ini sebagai berikut :
H1 : Terdapat Hubungan Revaluasi aktiva Tetap dengan ROI
Hubungan antara rerevaluasi aktiva tetap dengan ROA
Dimitropoulos et al (2013), Yao et al (2014) penelitiannya menunjukkan bahwa revaluasi aset berhubungan terhadap return on assets (ROA).
Perusahaan yang memiliki keunggulan kompetitif dibandingkan pesaing,
maka perusahaan tersebut memiliki peluang untuk meningkatkan laba bersih.
Laba bersih diperoleh perusahaan dari jumlah pendapatan dibagi dengan total
aktiva perusahaan. Peningkatan laba bersih perusahaan dipengaruhi oleh
penggunaan secara efisien pada aset perusahaan. Dengan memfokuskan pada
laba bersih dan pengelolaan atas aset Tetap secara efisien maka nilai return
on assets akan meningkat. Oleh karena itu, hipotesis dalam penelitian ini
sebagai berikut :