• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TEAMS GAMES TOURNAMENT(TGT) PADA PEMBELAJARAN EKONOMI UNTUK MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR DAN PARTISIPASI SISWA KELAS X-A SMA N 1 GODEAN SKRIPSI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TEAMS GAMES TOURNAMENT(TGT) PADA PEMBELAJARAN EKONOMI UNTUK MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR DAN PARTISIPASI SISWA KELAS X-A SMA N 1 GODEAN SKRIPSI"

Copied!
287
0
0

Teks penuh

(1)

i

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE

TEAMS GAMES TOURNAMENT(TGT)

PADA

PEMBELAJARAN EKONOMI UNTUK MENINGKATKAN

PRESTASI BELAJAR DAN PARTISIPASI SISWA KELAS X-A

SMA N 1 GODEAN

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Pendidikan Akuntansi

Oleh:

NINDA TANOVE

NIM : 081334062

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AKUNTANSI

JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA

(2)
(3)
(4)

iv

PERSEMBAHAN

Kupers emb a hk a n k a ry a ini unt uk :

Alla h SWT, y a ng t a k hent iny a memb erik a n a nugera h d a n s ela lu

menga s ihik u leb ih d a ri y a ng a k u t a hu.

Ba pa k Da rwis Sugeng d a n Ib u Sus a nt i, k ed ua ora ngt ua k u y a ng

t ela h mengorb a nk a n b a ny a k ha l unt uk k u, perha t ia n, k as ih s a y a ng,

s ert a d uk unga n y a ng sa nga t b era rt i unt uk k u.

Kris t a nt y o Wa hy u Nugroho, y a ng t ela h memb erik a n sema nga t ,

perha t ia n, d a n sela lu s a b a r mela lui ha ri- hari b ers a ma k u d a la m

s et ia p k ea d a a n, t erima k a sih.

Sa ha b a t - sa ha b a t k u d a n t ema n- t ema nk u, t erima k a sih a t as

k eb ers a maa n, pers a ud a ra a n, penga la ma n, d a n d uk unga n y a ng

k a lia n b erik a n.

(5)

v

M OT T O

D r ea m , Bel i eve, a n d M a k e It H a p p en

(A gn esM o)

D o a l l t h e good s y ou ca n , A l l t h e b est y ou ca n , In a l l

t i m es y ou ca n , In a l l p l a ces y ou ca n , For a l l t h e

cr ea t u r es y ou ca n .

(6)
(7)
(8)

viii

ABSTRAK

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TEAMS GAMES TOURNAMENT (TGT) PADA PEMBELAJARAN EKONOMI UNTUK MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR DAN PARTISIPASI

SISWA KELAS X-A SMA N 1 GODEAN

Ninda Tanove

Universitas Sanata Dharma 2013

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana penerapan model pembelajaran kooperatif tipe TGT dalam meningkatkan prestasi belajar dan partisipasi siswa pada mata pelajaran ekonomi.

Penelitian ini dilaksanakan pada siswa kelas XA, SMA N 1 Godean.Pelaksanaan penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan dalam dua siklus yang masing-masing terdiri dari empat tahap yaitu perencanaan, tindakan, observasi, dan refleksi. Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan instrumen observasi kegiatan guru, lembar observasi kegiatan siswa, lembar observasi kegiatan kelas, lembar observasi guru dalam proses pembelajaran, lembar observasi kelas, lembar observasi kegiatan belajar siswa dalam kelompok, lembar observasi partisipasi, dan instrumen refleksi. Data yang diperoleh dianalisis dengan menggunakan analisis deskriptif dan analisis komparatif.

Ditinjau dari aspek prestasi belajar siswa, hasil penelitian menyatakan bahwa penerapan model pembelajaran kooperatif tipe TGT mampu meningkatkan hasil belajar siswa kelas X-A. Peningkatan hasil belajar siswa tersebut tampak dari nilai yang dicapai oleh siswa pada waktu pre test dan post test. Rata-rata peningkatan nilai kelas pada siklus I adalah 2,1 atau 36,8%. Pada saat pre test

rata-rata skor siswa dalam kelas mencapai 3,6 sedangkan rata-rata skor siswa setelah post test naik menjadi 5,7. Peningkatan nilai siswa ini belum mencapai target yang ditentukan. Karena pada awal penelitian, telah ditetapkan target nilai 7(sesuai KKM). Pada siklus II, rata-rata peningkatan nilai kelas pada siklus I adalah 0,69 atau 7,73%. Pada saat pre test rata-rata skor siswa dalam kelas mencapai 8,24 sedangkan rata-rata skor siswa setelah post test naik menjadi 8,93. Peningkatan nilai siswa ini telah melampaui target yang ditentukan.

(9)

ix

(10)

x

ABSTRACT

THE APPLICATION OF COOPERATIVE LEARNING METHOD OF TEAMS GAMES TOURNAMENT (TGT) TYPE IN ECONOMICS

SUBJECT TO INCREASE STUDENTS’S ACHIEVEMENT AND PARTICIPATION OF XA CLASS STUDENTS OF GODEAN 1 SENIOR

HIGH SCHOOL

Ninda Tanove Sanata Dharma University

2013

The reasearch aims to know how the implementation of cooperative learning of TGT type in order to increase student’s achievement and participation on Economic lesson.

This research was conducted on first grade of Godean 1 Senior High School Yogyakarta. This research is a class action research which was conducted based on 2 cycles in which each cycle consists of four steps: planning, realization, observation, and reflection. The data was collected using the observation instrument teacher’s activity, student’s activity sheets observation, classroom’s activities sheet observation, theacher’s sheet observation in the learning process, classroom’s sheet observation, sheets observation in the group learning activities, sheet observation participation and reflection instruments. The data were analyzed by using descriptive and comparative analysis.

Based on student’s achievement, the results of studies suggest that the application of cooperative learning model TGT type able to improve student learning outcomes XA classes. Improved student learning outcomes is evident from scores achieved by students at pre-test and post test. The average increase in the value of the class in the first cycle was 2.1 or 36.8%. At the pre-test mean score of students in the class reached 3.6 while the average post-test scores of students after rising to 5.7. The increase in the value of the student has not achieved the target set. Since the beginning of the study, has been set a target value of 7 (according KKM). In the second cycle, the average increase in the value of the class in the first cycle was 0.69 or 7.73%. At the pre-test mean score of students in the class reaches 8.24 while the average post-test scores of students after rising to 8.93. The increase in the value of the student has exceeded the target set.

(11)

xi

(12)

xii

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan rahmat yang diberikan, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Teams Games Tournament (TGT) Pada Pembelajaran Ekonomi Untuk Meningkatkan Prestasi Belajar dan Partisipasi Siswa Kelas X-A SMA N 1 Godean.”

Skripsi ini disusun dan diajukan untuk memenuhi salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan, Program Studi Pendidikan Akuntansi. Penulis menyadari bahwa keberhasilan ini tidak lepas dari bantuan berbagai pihak, oleh karena itu penyusun mengucapkan terima kasih kepada:

1. Bapak Rohandi, Ph. D. selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

2. Bapak Indra Darmawan, SE., M.Si. selaku Ketua Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

3. Bapak Laurentius Saptono, S.Pd.,M.si.selaku Ketua Program Studi Pendidikan Akuntansi, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

4. Ibu Natalina Premastuti Brataningrum,S.Pd.,M.Pd. selaku Dosen Pembimbing yang telah banyak meluangkan waktu dalam memberikan bimbingan, memberikan kritik dan saran untuk kesempurnaan skripsi ini.

(13)

xiii

6. Bapak A. Joko Wicoyo, S.Pd., M.S yang telah memberikan bimbingan dalam

abstract skripsi ini.

7. Seluruh Bapak dan Ibu Dosen Program Studi Pendidikan Akuntansi serta para staf karyawan Universitas Sanata Dharma Yogyakarta yang telah memberikan pengetahuan dalam proses perkuliahan dan pelayanan selama penulis belajar di Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

8. Mbak Theresia Aris Sudarsilah, selaku sekretaris Program Studi Pendidikan Akuntansi yang telah memberikan bantuan pelayanan yang baik sehingga proses penyusunan skripsi ini dapat berjalan dengan lancar.

9. Seluruh keluarga besar SMA N 1 Godean, khususnya Kelas X-A yang telah memberikan kesempatan kepada penulis dalam pelaksanaan penelitian tindakan kelas ini. Terima kasih banyak atas ijin dan bantuan yang diberikan. 10. Kedua orang tuaku, Bapak Darwis Sugeng dan Ibu Susanti yang tercinta, yang

tidak pernah lelah memberikan doa, kasih sayang, dukungan baik moril maupun material, serta semangat kepada penulis.

11. Kristantyo Wahyu Nugroho, sahabat dalam hidupku, yang telah membantu, mendukung, mendampingi, memberi semangat, memberi kritik-saran, serta doa selama ini.

12. Ndembikwati (Mega, Mina, Yustina, Tatik, Titik, Devi, Rosa, Novi), terima kasih untuk persahabatan selama ini, untuk dukungan, semangat dan doa.  13. Ndembikwan (Vembri, Stevanus, Ryan, Tyo, Himo, Landung), terima kasih

(14)

xiv

14. Teman-teman seperjuanganku Amy, Sisca, Nety, Novi, Tere, Aga, terima kasih atas kerjasamanya selama ini dan segala bantuan dari teman-teman semua. 15. Teman-teman yang telah membantu dalam penelitian (Mega, Mina, Devi,

Titik, Amy, Sari, Tatik, Vembri, Tyo, Ryan), terima kasih untuk bantuan yang diberikan, sehingga penelitian dapat berjalan dengan lancar.

16. Seluruh mahasiswa angkatan 2008 Prodi Pendidikan Akuntansi yang juga telah memberi kritik dan saran masukan, semangat,segala informasi yang diberikan, serta perhatian yang sangat berarti sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

17. “AB 5317 GJ”, yang telah setia membawa kemanapun aku pergi. 18. “CQ40”, yang telah membantu dalam penyusunan skripsi ini.

19. Semua pihak yang telah membantu dan memberikan dukungan kepada penulis yang tidak dapat disebutkan satu-persatu.

(15)
(16)

xvi

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

HALAMAN PERSEMBAHAN ... iv

HALAMAN MOTTO ... v

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... vi

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS ... vii

ABSTRAK ... viii

ABSTRACT... x

KATA PENGANTAR ... xii

DAFTAR ISI ... xvi

DAFTAR TABEL ... xx

DAFTAR GAMBAR ... xxii

DARTAR LAMPIRAN ... xxiii

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Batasan Masalah ... 5

C. Rumusan Masalah ... 5

(17)

xvii

E. Manfaat Penelitian ... 6

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Penelitian Tindakan Kelas ... 8

B. Pembelajaran Kooperatif ... 15

C. Prestasi Belajar ... 27

D. Partisipasi ... 30

E. Mata pelajaran Ekonomi ... 31

F. Kajian Penelitian Yang Relevan ... 33

G. Kerangka Teoritik ... 35

H. Pertanyaan Penelitian ... 38

BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian ... 39

B. Tempat dan Waktu Penelitian ... 39

C. Subjek dan Obyek Penelitian ... 39

D. Prosedur Penelitian ... 40

E. Instrumen Penelitian ... 46

F. Definisi Operasional Variabel dan Pengukurannya ... 47

G. Teknik Pengumpulan Data ... 53

H. Teknik Analisis Data ... 54

BAB IV GAMBARAN UMUM A. Sejarah Singkat ... 57

B. Visi dan Misi ... 58

(18)

xviii

D. Sarana & Prasarana ... 59

E. Struktur Organisasi ... 61

F. Kondisi Siswa ... 62

G. Prestasi ... 63

H. Personil Sekolah ... 64

BAB V HASIL OBSERVASI DAN PEMBAHASAN A. Hasil Observasi ... 67

1. Observasi Pendahuluan ... 67

2. Siklus I ... 77

a. Perencanaan ... 77

b. Tindakan ... 81

c. Observasi ... 83

d. Refleksi ... 92

3. Siklus II ... 97

a. Perencanaan ... 98

b. Tindakan ... 101

c. Observasi ... 103

d. Refleksi ... 112

B. Analisis Komparatif Tingkat Prestasi Sebagai Dampak Penerapan Metode Kooperatif Tipe Teams Games Tournament ... 116

1. Siklus I ... 117

(19)

xix

C. Analisis Komparatif Partisipasi Belajar Sebagai Dampak Penerapan

Metode Kooperatif Tipe Teams Games Tournament ... 120

BAB VI KESIMPULAN, KETERBATASAN, DAN SARAN A. Kesimpulan ... 124

1. Prestasi ... 124

2. Partisipasi ... 125

B. Keterbatasan Penelitian ... 126

C. Saran ... 126

DAFTAR PUSTAKA ... 128

(20)

xx

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Operasionalisasi Variabel Partisipasi Terhadap Penerapan Metode Pembelajaran Kooperatif Tipe Teams Games Tournament (TGT)

dalam Mata Pelajaran Ekonomi ... 52

Tabel 3.2 Peningkatan Prestasi Belajar Siswa ... 55

Tabel 3.3 Peningkatan Partisipasi Siswa ... 56

Tabel 5.1 Kegiatan Guru Dalam Proses Pembelajaran ... 69

Tabel 5.2 Partisipasi Siswa dalam Proses Pembelajaran ... 70

Tabel 5.3 Keadaan Kelas Selama Proses Pembelajaran ... 73

Tabel 5.4 Aktivitas Guru Pada Siklus I... 84

Tabel 5.5 Partisipasi Siswa Siklus I ... 87

Tabel 5.6 Instrumen Pengamatan Kelas ... 90

Tabel 5.7 Kesan Guru Mitra Terhadap Perangkat Pembelajaran dan Metode Pembelajaran Kooperatif Tipe TGT Siklus I ... 92

Tabel 5.8 Refleksi Siswa Terhadap Perangkat dan Metode Pembelajaran Kooperatif Tipe TGT Siklus I ... 95

Tabel 5.9 Aktivitas Guru Pada Siklus II ... 104

Tabel 5.10 Partisipasi Siswa Siklus II... 107

Tabel 5.11 Instrumen Pengamatan Kelas ... 110

(21)

xxi

Tabel 5.13 Refleksi Siswa Terhadap Perangkat dan Metode Pembelajaran

Koperatif Tipe TGT Siklus II ... 115 Tabel 5.14 Perkembangan Belajar Siswa Pada Siklus I ... 117 Tabel 5.15 Perkembangan Belajar Siswa pada Siklus II ... 118 Tabel 5.16 Indikator Keberhasilan Tingkat Partisipasi Belajar Siswa dalam

(22)

xxii

DAFTAR GAMBAR

(23)

xxiii

DAFTAR LAMPIRAN

(24)

xxiv

(25)

xxv

(26)

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Menurut UU No. 20 tahun 2003 tentang sistem Pendidikan Nasional, Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia serta ketrampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat bangsa dan negara. Pendidikan memiliki tujuan untuk mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga Negara yang demokratis serta bertanggung jawab.

(27)

peroleh dapat menjadi bekal dalam bekerja. Idealnya, agar pendidikan mampu menganstisipasi kebutuhan dan tantangan masa depan, penyempurnaan pendidikan perlu terus menerus dilakukan, diselaraskan dengan perkembangan zaman, perkembangan dunia kerja dan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni.

Dalam kenyataannya, pendidikan di Indonesia masih bermasalah dan memerlukan banyak sekali perbaikan. Salah satu masalah yang dihadapi adalah lemahnya proses pembelajaran. Dalam proses pembelajaran, pendidik kurang mendorong peserta didik untuk menggunakan kemampuan otaknya. Seringkali pendidik hanya menganggap peserta didik sebagai gelas kosong yang terus-menerus diisi hingga gelas tersebut tidak dapat menampung isinya lagi. Peserta didik diberi pembelajaran tanpa memperhatikan kebutuhan peserta didik. Pembelajaran dipusatkan hanya pada guru, sehingga peserta didik hanya mempunyai sedikit kesempatan untuk berperan aktif dalam proses pembelajaran. Peserta didik dipaksa untuk mengingat, menghafal, dan menimbun segala informasi tanpa dituntut untuk memahami informasi yang diingatnya untuk dihubungkan dengan kehidupan sehari-hari. Pendidikan kita belum terarah untuk membangun dan mengembangkan karakter serta potensi yang dimiliki peserta didik. Dengan kata lain, pendidikan kita belum sesuai dengan tujuan pendidikan itu sendiri.

(28)

pembelajaran dengan metode ceramah, siswa kurang memperhatikan. Hanya ada beberapa siswa yang benar-benar menyimak penjelasan dari guru. Saat guru menggunakan metode diskusi dan memberikan tugas kelompok, hanya beberapa siswa saja yang terlibat aktif mengerjakan. Sedangkan siswa yang lain asyik dengan aktivitas lain dan menggantungkan jawaban dari teman yang mengerjakan. Keadaan tersebut menunjukkan bahwa metode ceramah, diskusi, maupun pemberian tugas oleh guru belum sepenuhnya berhasil membangkitkan partisipasi dari peserta didik dalam proses pembelajaran. Sehingga prestasi yang diharapkan belum meningkat sesuai harapan.

(29)

mengembangkan sikap, kecerdasan, dan ketrampilan sesuai dengan tujuan pendidikan.

Ada berbagai macam model pembelajaran yang dapat diterapkan di sekolah. Semua model pembelajaran tersebut tidak ada yang paling baik. Karena masing-masing model pembelajaran dapat dirasa baik, jika telah diujicobakan untuk suatu mata pelajaran tertentu. Oleh karena itu, perlu dilakukan seleksi pada masing-masing model pembelajaran untuk digunakan dalam mengajarkan materi tertentu.

(30)

Berdasarkan uraian di atas, penulis berkeyakinan bahwa model pembelajaran kooperatif tipe TGT mampu meningkatkan prestasi belajar dan partisipasi peserta didik. Oleh karena itu, penulis tertarik untuk melakukan penelitian tindakan kelas dengan judul “Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Teams Games Tournament (TGT) Pada

Pembelajaran Ekonomi Untuk Meningkatkan Prestasi Belajar dan

Partisipasi Siswa“ yang akan dilakukan pada siswa kelas X-A SMA N 1 Godean.

B. Batasan Masalah

Ada berbagai model pembelajaran kooperatif yang dapat mempengaruhi peningkatan prestasi belajar dan partisipasi siswa. Namun dalam penelitian ini, peneliti menggunakan tipe Teams Games Tournament

(TGT) untuk meningkatkan prestasi belajar dan partisipasi siswa dalam pembelajaran ekonomi.

C. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka dapat dirumuskan permasalahan:

1. Bagaimana penerapan model pembelajaran kooperatif tipe TGT dalam meningkatkan prestasi belajar siswa pada mata pelajaran ekonomi? 2. Bagaimana penerapan model pembelajaran kooperatif tipe TGT dalam

(31)

D. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah:

1. Untuk mengetahui bagaimana penerapan model pembelajaran kooperatif tipe TGT dalam meningkatkan prestasi belajar siswa pada mata pelajaran ekonomi.

2. Untuk mengetahui bagaimana penerapan model pembelajaran kooperatif tipe TGT dalam meningkatkan partisipasi siswa pada mata pelajaran ekonomi.

E. Manfaat Penelitian

Dari penelitian ini, diharapkan akan bermanfaat bagi : 1. Bagi Guru

Dengan adanya penelitian dengan menggunakan metode pembelajaran kooperatif ini, diharapkan dapat memberikan masukan untuk para guru agar guru tersebut kreatif dalam menerapkan metode-metode pembelajaran sehingga kegiatan pembelajaran di dalam kelas berlangsung tidak monoton dan tidak menimbulkan kebosanan.

2. Bagi Universitas Sanata Dharma

(32)

3. Bagi Peneliti

(33)

8

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Penelitian Tindakan Kelas

1. Pengertian Penelitian Tindakan Kelas

Penelitian tindakan kelas (PTK), pertama kali diperkenalkan oleh ahli psikologi sosial Amerika yang bernama Kurt Lewin pada tahun 1946. Inti gagasan Lewin inilah yang selanjutnya dikembangkan oleh ahli-ahli lain seperti Stephen Kemmis, Robin Mc Tanggart, John Elliot, Dave Ebbutt, dan sebagainya. PTK di Indonesia baru dikenal pada akhir dekade 80-an. Oleh karenanya, sampai dewasa ini keberadaannya sebagai salah satu jenis penelitian masih sering menjadi perdebatan jika dikaitkan dengan bobot keilmiahannya (Aqib, 2007:13).

Dalam bahasa Inggris, Penelitian Tindakan Kelas diartikan dengan

Classroom Action Research, disingkat CAR. Namanya sendiri sebetulnya sudah menunjukkan isi yang terkandung di dalamnya. Menurut Aqib (2007:12), ada 3 pengertian yang dapat menerangkan apa itu PTK, yaitu: a. Penelitian, yaitu kegiatan mencermati suatu objek, menggunakan

aturan metodologi tertentu untuk memperoleh data atau informasi bermanfaat untuk meningkatkan mutu dari suatu hal yang menarik minat dan penting bagi peneliti.

b. Tindakan, yaitu sesuatu gerak kegiatan yang sengaja dilakukan dengan tujuan tertentu, yang dalam penelitian ini berbentuk rangkaian siklus kegiatan.

(34)

sedang belajar, kelompok orang yang sedang belajar di lab, lapangan olahraga, workshop dan lain-lain.

Dengan menggabungkan batasan pengertian tiga kata tersebut segera dapat disimpulkan bahwa penelitian tindakan kelas merupakan suatu pencermatan terhadap kegiatan yang sengaja dimunculkan, dan terjadi dalam sebuah kelas (Aqib, 2007:13).

Pendapat lain dikemukakan oleh Susilo (2007:16), beliau mengemukakan bahwa classroom action research merupakan penelitian yang dilakukan oleh guru di kelas atau di sekolah tempat mengajar, dengan penekanan pada penyempurnaan atau peningkatan praktik dan proses dalam pembelajaran. Carr dan Kemmis dalam Wijaya (2009:8) mengemukakan bahwa hakikat PTK atau action research adalah suatu bentuk penelitian refleksi diri (self reflektive) yang dilakukan oleh para partisipan dalam situasi sosial untuk memperbaiki rasionalitas dan kebenaran praktik-praktik sosial atau pendidikan yang dilakukan sendiri, pengertian mengenai praktik-praktik tersebut, dan situasi-situasi di mana praktik-praktik tersebut dilaksanakan. Sedangkan Mc Niff dalam Wijaya (2009:8), memandang hakikat PTK adalah sebagai bentuk penelitian reflektif yang dilakukan oleh guru sendiri yang hasilnya dapat dimanfaatkan sebagai alat untuk pengembangan keahlian mengajar. 2. Tahap Pelaksanaan Penelitian Tindakan Kelas

(35)

McTaggart. Model Kemmis dan McTaggart merupakan pengembangan dari konsep dasar yang diperkenalkan oleh Kurt Lewin. Konsep pokok penelitian tindakan Model Kurt Lewin terdiri dari empat komponen, yaitu a) perencanaan (planning), b) tindakan (acting), c) pengamatan (observing), dan d) refleksi (reflecting). Sedangkan dalam Model Kemmis & McTaggart, komponen tindakan (acting) dengan pengamatan (observing) dijadikan sebagai satu kesatuan. Disatukannya kedua komponen tersebut disebabkan oleh adanya kenyataan bahwa antara penerapan acting dan observing merupakan dua kegiatan yang tidak terpisahkan. Maksudnya, kedua kegiatan harus dilakukan dalam satu kesatuan waktu, ketika tindakan dilaksanakan begitu pula observasi juga harus dilaksanakan. Keempat komponen tersebut dipandang sebagai satu siklus. Pengertian siklus dalam hal ini adalah putaran kegiatan yang terdiri dari perencanaan, tindakan, pengamatan, dan refleksi. (Kusumah, Wijaya. dan Dedi Dwitagama, 2009:20-21).

Adapun model untuk masing-masing tahap dalam PTK dapat dilihat

(36)

Gambar 2.1. Tahap Penelitian Tindakan Kelas

Berikut adalah tahap pelaksanaan tindakan kelas Kemmis & McTaggart (Arikunto, suharsimi, dkk, 2006:17-22 ) :

a. Perencanaan (planning)

Pada tahap pertama ini peneliti harus menjelaskan tentang apa, mengapa, kapan, di mana, oleh siapa dan bagaimana tindakan dilakukan. Idealnya kegiatan dilakukan secara berpasangan untuk bekerja secara kolaboratif. Pihak pertama melakukan tindakan dan pihak kedua melakukan observasi terhadap tindakan, sehingga subyektifitas dapat dikurangi dan observasi menjadi lebih cermat. Lain halnya jika pelaksana tindakan dan observer adalah orang yang sama, meskipun hal ini juga bisa dilakukan dalam PTK.

(37)

titik atau fokus peristiwa yang perlu mendapatkan perhatian khusus untuk diamati, kemudian pembuatan instrumen observasi untuk merekam fakta selama berlangsungnya tindakan. Jika pelaksana tindakan dan observer adalah orang yang berbeda, maka harus dibuat kesepakatan terlebih dahulu antara pihak pelaksana dan pihak peneliti. b. Pelaksanaan (acting)

Tahap ini adalah waktu untuk melaksanakan isi perencanaan yaitu melaksanakan tindakan di kelas. Pihak guru pelaksana tindakan harus mengingat betul dan berusaha agar mengikuti apa yang sudah dirumuskan dalam tahap perencanaan, juga harus berlaku wajar, tidak dibuat-buat. Kesesuaian antara planning dan acting akan diperhatikan secara seksama dalam refleksi.

Saat menyusun laporan penelitian, peneliti tidak lagi melaporkan perencanaan, melainkan langsung pada pelaksanaan. Oleh sebab itu bentuk dan isi laporan harus sudah dapat menggambarkan semua kegiatan yang dilakukan, mulai dari persiapan sampai dengan penyelesaian.

c. Pengamatan (observing)

(38)

melaksanakan tindakan ia akan memusatkan perhatiannya pada tindakan, sehingga tidak sempat menganalisis peristiwa yang sedang terjadi. Oleh karena itu, peneliti harus melakukan pengamatan balik terhadap apa yang terjadi ketika tindakan berlangsung. Sambil melakukan pengamatan balik ini, guru pelaksana mencatat sedikit demi sedikit apa yang terjadi agar memperoleh data yang akurat untuk perbaikan siklus berikutnya.

d. Refleksi (reflecting)

Pada tahap ini peneliti mengemukakan kembali apa yang telah dilakukan. Kegiatan refleksi ini sangat tepat dilakukan ketika guru pelaksana sudah melakukan tindakan, kemudian berhadapan dengan peneliti untuk mendiskusikan implementasi rancangan tindakan. Dalam hal ini guru pelaksana sedang merefleksikan (memantulkan) pengalamannya kepada peneliti yang baru saja mengamati kegiatannya dalam tindakan.

(39)

hal-hal yang dirasakan sudah memuaskan karena sudah sesuai dengan rancangan. Selain itu harus mengenali hal-hal yang masih perlu perbaikan secara cermat. Jika PTK dilakukan dalam beberapa siklus, maka dalam tahap refleksi terakhir, peneliti menyampaikan rencana yang disarankan kepada peneliti lain apabila ia menghentikan kegiatannya, atau kepada diri sendiri apabila peneliti akan melanjutkannya pada kesempatan yang lain.

3. Tujuan Penelitian Tindakan Kelas Dilakukan

Menurut Susilo dalam buku Panduan Penelitian Tindakan Kelas (2007:17-18), tujuan dari dilaksanakannya PTK adalah sebagai berikut:

a. Tujuan utama penelitian tindakan kelas adalah untuk perbaikan dan peningkatan kualitas proses pembelajaran di kelas.

b. Perbaikan dan peningkatan pelayanan professional guru kepada peserta didik dalam konteks pembelajaran di kelas.

c. Mendapatkan pengalaman tentang keterampilan praktik dalam proses pembelajaran secara reflektif, dan bukan untuk mendapatkan ilmu baru.

d. Pengembangan kemampuan dan ketrampilan guru dalam melaksanakan proses pembelajaran di kelas dalam rangka mengatasi permasalahan aktual yang dihadapi sehari-hari.

e. Adapun tujuan penyerta penelitian tindakan kelas yang dapat dicapai adalah terjadinya proses latihan dalam jabatan selama proses penelitian itu berlangsung.

4. Manfaat Penelitian Tindakan Kelas

Menurut Susilo (2007:18), banyak manfaat yang dapat diperoleh dari dilaksanakannya penelitian tindakan kelas yang terkait dengan komponen utama pendidikan dan pembelajaran, antara lain :

a. Inovasi pembelajaran

(40)

d. Melalui PTK secara kolaboratif akan tercipta peluang yang luas terhadap terciptanya karya tulis bagi guru.

e. Karya Tulis Ilmiah semakin diperlukan guru di masa depan untuk meningkatkan kariernya, dan dalam rangka membuat rancangan penelitian tindakan kelas yang lebih berbobot sambil mengajar di kelas.

B.Pembelajaran Kooperatif

1. Model Pembelajaran Kooperatif

Pembelajaran kooperatif adalah salah satu bentuk pembelajaran yang berdasarkan faham konstruktivis. Pembelajaran kooperatif merupakan strategi belajar dengan sejumlah siswa sebagai anggota kelompok kecil yang tingkat kemampuannya berbeda. Dalam menyelesaikan tugas kelompoknya, setiap anggota kelompok harus saling bekerja sama dan saling membantu untuk memahami materi pelajaran. Dalam pembelajaran kooperatif, belajar dikatakan belum selesai jika salah satu teman dalam kelompok belum menguasai bahan pelajaran (Isjoni, 2011:14-15).

(41)

dalam kelompok-kelompok tertentu untuk mencapai tujuan pembelajaran yang telah dirumuskan.

Pembelajaran kooperatif bukanlah sesuatu yang baru dan telah dianjurkan oleh para ahli pendidikan untuk digunakan dalam pembelajaran. Slavin dalam Sanjaya (2006:240) mengemukakan dua alasan, pertama, beberapa hasil penelitian membuktikan bahwa penggunaan pembelajaran kooperatif dapat meningkatkan prestasi belajar siswa sekaligus dapat meningkatkan kemampuan hubungan sosial, menumbuhkan sikap menerima kekurangan diri dan orang lain, serta dapat meningkatkan harga diri. Kedua, pembelajaran kooperatif dapat merealisasikan kebutuhan siswa dalam belajar berpikir, memecahkan masalah dan mengintegrasikan pengetahuan dengan ketrampilan.

(42)

mampu menunjukkan prestasi yang dipersyaratkan. Jadi, setiap anggota kelompok memiliki tanggung jawab yang sama untuk keberhasilan kelompoknya. Setiap individu akan saling membantu, mereka akan mempunyai motivasi untuk keberhasilan kelompok, sehingga setiap individu akan memiliki kesempatan yang sama untuk memberikan kontribusi demi keberhasilan kelompok.

Kelompok yang dibentuk dalam pembelajaran kooperatif, terdiri dari siswa-siswa yang sederajat tetapi heterogen dalam kemampuan, jenis kelamin, suku/ras, dan satu sama lain saling membantu. Pembentukan kelompok ini bertujuan untuk memberikan kesempatan kepada semua siswa agar bisa terlibat secara aktif dalam proses berpikir dan belajar. Tugas masing-masing anggota kelompok adalah mencapai ketuntasan materi yang disajikan oleh guru, dan saling membantu teman sekelompoknya untuk mencapai ketuntasan dalam belajar. Proses belajar belum bisa dikatakan selesai apabila salah satu anggota kelompok belum memahami materi yang dipelajari.

(43)

Tujuan pembelajaran kooperatif menurut Johnson & Johnson (Trianto, 2009:57) adalah memaksimalkan belajar siswa untuk peningkatan prestasi akademik dan pemahaman baik secara individu maupun secara kelompok. Dengan pembelajaran kooperatif, diharapkan kelak akan muncul generasi baru yang memiliki prestasi akademik yang cemerlang dan memiliki solidaritas sosial yang kuat.

Pembelajaran kooperatif mempunyai berbagai kelebihan dan kekurangan. Menurut Sanjaya (2006:247-248), kelebihan pembelajaran kooperatif adalah:

a. Melalui pembelajaran kooperatif siswa tidak terlalu menggantungkan pada guru, akan tetapi dapat menambah kepercayaan kemampuan berpikir sendiri, menemukan informasi dari berbagai sumber, dan belajar dari siswa yang lain.

b. Pembelajaran kooperatif dapat mengembangkan kemampuan mengungkapkan ide atau gagasan dengan kata-kata secara verbal dan membandingkannya dengan ide-ide orang lain.

c. Pembelajaran kooperatif dapat membantu anak untuk respek pada orang lain dan menyadari akan segala keterbatasannya serta menerima segala perbedaannya.

d. Pembelajaran kooperatif dapat membantu memberdayakan setiap siswa untuk lebih bertanggung jawab dalam belajar.

e. Pembelajaran kooperatif merupakan strategi yang cukup ampuh untuk meningkatkan prestasi akademik sekaligus kemampuan sosial, termasuk mengembangkan rasa harga diri, hubungan interpersonal yang positif dengan yang lain, mengembangkan ketrampilan me-manage waktu, dan sikap positif terhadap sekolah. f. Melalui pembelajaran kooperatif dapat mengembangkan

kemampuan siswa untuk menguji ide dan pemahamannya sendiri, menerima umpan balik. Siswa dapat berpraktik memecahkan masalah tanpa takut membuat kesalahan, karena keputusan yang dibuat adalah tanggung jawab kelompoknya.

g. Pembelajaran kooperatif dapat meningkatkan kemampuan siswa menggunakan informasi dan kemampuan belajar abstrak menjadi nyata (riil).

(44)

Sedangkan kekurangan pembelajaran kooperatif adalah (Sanjaya, 2006:248-249):

a. Untuk memahami dan mengerti filosofis pembelajaran kooperatif memang membutuhkan waktu. Sangat tidak rasional kalau kita mengharapkan secara otomatis siswa dapat mengerti dan memahami filsafat cooperative learning. Untuk siswa yang dianggap memiliki kelebihan, contohnya, mereka akan merasa terhambat oleh siswa yang dianggap kurang memiliki kemampuan. Akibatnya, keadaan semacam ini dapat mengganggu iklim kerja sama dalam kelompok.

b. Ciri utama dari pembelajaran kooperatif adalah bahwa siswa saling membelajarkan. Oleh karena itu, jika tanpa peer teaching yang efektif, maka dibandingkan dengan pengajaran langsung dari guru, bisa terjadi cara belajar yang demikian apa seharusnya dipelajari dan dipahami tidak pernah dicapai oleh siswa.

c. Penilaian yang diberikan dalam pembelajaran kooperatif didasarkan kepada hasil kerja kelompok. Namun demikian, guru perlu menyadari, bahwa sebenarnya hasil atau prestasi yang diharapkan adalah prestasi setiap individu siswa.

d. Keberhasilan pembelajaran kooperatif dalam upaya mengembangkan kesadaran berkelompok memerlukan periode waktu yang cukup panjang, dan hal ini tidak mungkin dapat tercapai hanya dengan satu kali atau sekali-sekali penerapan strategi ini.

e. Walaupun kemampuan bekerja sama merupakan kemampuan yang sangat penting untuk siswa, akan tetapi banyak aktivitas dalam kehidupan yang hanya didasarkan kepada kemampuan secara individual. Oleh karena itu idealnya melalui pembelajaran kooperatif selain siswa belajar bekerja sama, siswa juga harus belajar bagaimana membangun kepercayaan diri. Untuk mencapai kedua hal itu, dalam pembelajaran kooperatif memang bukan pekerjaan yang mudah.

Terdapat 5 tipe pembelajaran kooperatif (Slavin, 2005:11-17), yaitu: a. Student Teams Achievement Division ( STAD )

(45)

bahwa semua anggota tim telah menguasai pelajaran. Selanjutnya, semua siswa mengerjakan kuis mengenai materi secara sendiri-sendiri, di mana saat itu mereka tidak diperbolehkan untuk saling membantu.

Skor kuis para siswa dibandingkan dengan rata-rata pencapaian mereka, dan kepada masing-masing tim akan diberikan poin berdasarkan tingkat kemajuan yang diraih siswa dibandingkan hasil yang mereka capai sebelumnya. Poin ini kemudian dijumlahkan untuk memperoleh skor tim, dan tim yang berhasil memenuhi kriteria tertentu akan mendapatkan sertifikat atau penghargaan lainnya. Seluruh rangkaian kegiatan, termasuk presentasi yang disampaikan guru, praktik tim, dan kuis biasanya memerlukan waktu 3-5 periode kelas.

b. Jigsaw II

Jigsaw II adalah adaptasi dari teknik teka-teki Elliot Aronson. Dalam teknik ini, siswa bekerja dalam anggota 4 orang dengan latar belakang yang berbeda. Para siswa ditugaskan untuk membaca bab, buku kecil, atau materi lain, biasanya bidang studi sosial. Biografi, atau materi-materi yang bersifat penjelasan terperinci lainnya. Tiap anggota tim ditugaskan secara acak untuk menjadi “ahli” dalam aspek tertentu dari tugas membaca tersebut. Setelah itu, para ahli dari tim berbeda bertemu untuk mendiskusikan topik yang sedang mereka bahas, lalu mereka kembali kepada timnya untuk mengajarkan topik mereka itu kepada teman satu timnya. Akhirnya, akan ada kuis atau bentuk penilaian lainnya untuk semua topik. Penghitungan skor dan rekognisi didasarkan pada kemajuan yang dicapai seperti dalam STAD.

c. Teams Games Tournament ( TGT )

(46)

dan yang berprestasi tinggi (bermain dengan yang berprestasi tinggi) keduanya memiliki kesempatan yang sama untuk sukses. Tim dengan tingkat kinerja tertinggi mendapatkan sertifikat atau bentuk penghargaan tim lainnya.

TGT memiliki banyak kesamaan dinamika dengan STAD, tetapi menambahkan dimensi kegembiraan yang diperoleh dari penggunaan permainan. Teman satu tim akan saling membantu dalam mempersiapkan diri untuk permainan dengan mempelajari lembar kegiatan dan menjelaskan masalah-masalah satu sama lain, tetapi sewaktu siswa sedang bermain dalam game, temannya tidak boleh membantu, memastikan telah terjadi tanggung jawab individual. Sebagian guru memilih TGT karena faktor menyenangkan dan kegiatannya , sementara yang lain lebih memilih yang murni bersifat kooperatif saja yaitu STAD, dan banyak juga yang mengkombinasikan keduanya.

d. Team Accelerated Instruction (TAI)

Team Accelerated Instruction (TAI) menggunakan bauran kemampuan empat anggota yang berbeda dan memberi sertifikat untuk tim dengan kinerja terbaik. TAI menggabungkan pembelajaran kooperatif dengan pengajaran yang individual. Dalam TAI, para siswa memasuki sekuen individual berdasarkan tes penempatan dan kemudian menlanjutkannya dengan tingkat kemampuan mereka sendiri. Secara umum, anggota kelompok bekerja pada unit pelajaran yang berbeda. Teman satu tim saling memeriksa hasil kerja masing-masing menggunakan lembar jawaban dan saling membantu dalam menyelesaikan berbagai masalah. Unit tes yang terakhir akan dilakukan tanpa bantuan teman satu tim dan skornya dihitung dengan monitor siswa. Tiap minggu, guru menjumlah angka dari tiap unit yang telah diselesaikan semua anggota tim dan memberikan sertifikat atau penghargaan tim lainnya untuk tim yang berhasil melampaui kriteria skor yang didasarkan pada angka tes terakhir yang telah dilakukan, dengan poin ekstra untuk lembar jawaban yang sempurna dan pekerjaan rumah yang telah diselesaikan. Para siswa bertanggung jawab untuk saling mengecek satu sama lain dan mengelola materi yang disampaikan, dan guru dapat menghabiskan waktu di dalam kelas penyampaian pelajaran kepada kelompok kecil siswa yang terdiri dari beberapa tim yang belajar pada tingkat yang sama.

(47)

tanpa bantuan teman satu tim. Para siswa juga mendapatkan kesempatan sukses yang sama karena semuanya telah ditempatkan berdasarkan tingkat kemampuan atau pengetahuan lain yang dimiliki sebelumnya.

Namun demikian individualisasi yang menjadi bagian dari TAI membuatnya menjadi sedikit berbeda dari STAD dan TGT. Dalam beberapa pembelajaran, kebanyakan konsep dibangun dari konsep sebelumnya. Apabila konsep sebelumnya tidak dikuasai, akan sulit atau tidak mungkin untuk mempelajari konsep berikutnya. Dalam TAI, para siswa belajar pada tingkat kemampuan mereka sendiri-sendiri, jadi apabila mereka tidak memenuhi syarat kemampuan tertentu mereka dapat membangun dasar yang kuat sebelum melangkah ke tahap berikutnya.

e. Cooperatif Integrated Reading and Composition (CIRC)

CIRC merupakan program komperehensif untuk mengajarkan membaca dan menulis pada kelas sekolah dasar pada tingkat yang lebih tinggi dan juga pada sekolah menengah. Dalam CIRC, guru menggunakan novel atau bahan bacaan yang berisi latihan soal dan cerita. Mereka mungkin menggunakan novel atau bahan bacaan yang berisi latihan soal dan cerita. Mereka mungkin menggunakan kelompok membaca, seperti dalam kelas membaca tradisional. Para siswa ditugaskan untuk berpasangan dalam tim mereka untuk belajar dalam serangkaian kegiatan yang bersifat kognitif, termasuk membacakan cerita satu sama lain, membuat prediksi mengenai bagaimana akhir dari sebuah cerita naratif, saling merangkum cerita satu sama lain, menulis tanggapan terhadap cerita, dan melatih pengucapan, penerimaan, dan kosa kata. Para siswa juga belajar dalam timnya untuk menguasai gagasan utama dan kemampuan komprehesif lainnya. Selama periode seni berbahasa, siswa terlibat dalam pelatihan penulisan, konsep penulisan, saling merevisi dan menyunting karya yang satu dengan yang lainnya, dan mempersiapkan pemuatan hasil kerja tim atau buku-buku kelas.

(48)

2. Pembelajaran kooperatif tipe Teams Games Tournament (TGT)

Teams Games Tournament (TGT) adalah salah satu tipe pembelajaran kooperatif yang menempatkan siswa dalam kelompok-kelompok belajar yang beranggotakan 5 sampai 6 orang siswa yang memiliki kemampuan, jenis kelamin dan suku kata atau ras yang berbeda (Isjoni, 2011:83-84). Guru menyajikan materi, dan siswa bekerja dalam kelompok mereka masing-masing. Dalam kerja kelompok, guru memberikan LKS kepada setiap kelompok. Tugas yang diberikan dikerjakan bersama-sama dengan anggota kelompoknya. Apabila ada dari anggota kelompok yang tidak mengerti dengan tugas yang diberikan, maka anggota kelompok yang lain bertanggung jawab untuk memberikan jawaban atau menjelaskannya, sebelum mengajukan pertanyaan tersebut kepada guru.

(49)

Hal ini dapat ditentukan dengan melihat nilai yang mereka peroleh pada saat pre-test. Skor yang diperoleh setiap peserta dalam permainan akademik dicatat pada lembar pencatat skor. Skor kelompok diperoleh dengan menjumlahkan skor-skor yang diperoleh anggota suatu kelompok, kemudian dibagi banyaknya anggota kelompok tersebut. Skor kelompok ini digunakan untuk memberikan penghargaan tim berupa sertifikat dengan mencamtumkan predikat tertentu.

Dalam permainan ini setiap siswa yang bersaing merupakan wakil dari kelompoknya. Siswa yang mewakili kelompoknya, masing-masing ditempatkan dalam meja-meja turnamen. Tiap meja turnamen ditempati 5 sampai 6 orang peserta, dan diusahakan agar tidak ada peserta yang berasal dari kelompok peserta homogen. Permainan ini diawali dengan memberitahukan aturan permainan. Setelah itu permainan dimulai dengan membagikan kartu-kartu soal untuk bermain (kartu soal dan kunci ditaruh terbalik di atas meja sehingga soal dan kunci tidak terbaca).

(50)

penantang sesuai dengan waktu yang telah ditentukan dalam soal. Setelah waktu untuk mengerjakan soal selesai, maka pemain akan membacakan hasil pekerjaannya yang akan ditanggapi oleh penantang searah jarum jam. Setelah itu pembaca soal akan membuka kunci jawaban dan skor hanya diberikan kepada pemain yang menjawab benar atau penantang yang pertama kali memberikan jawaban benar.

Jika semua pemain menjawab salah maka kartu dibiarkan saja. Permainan dilanjutkan pada kartu soal berikutnya sampai semua kartu soal habis dibacakan, dimana posisi pemain diputar searah jarum jam agar setiap peserta dalam satu meja turnamen dapat berperan sebagai pembaca soal, pemain, dan penantang. Disini permainan dapat dilakukan berkali-kali dengan syarat bahwa setiap peserta harus mempunyai kesempatan yang sama sebagai pemain, penantang, dan pembaca soal.

(51)

kemudian menentukan kriteria penghargaan yang diterima kelompoknya.

Kelebihan dari pembelajaran TGT Menurut Suarjana (http://ekocin.wordpress.com/2011/06/17/model-pembelajaran-teams-games-tournaments-tgt-2/), antara lain:

1) Lebih meningkatkan pencurahan waktu untuk tugas. 2) Mengedepankan penerimaan terhadap perbedaan individu.

3) Dengan waktu yang sedikit dapat menguasai materi secara mendalam.

4) Proses belajar mengajar berlangsung dengan keaktifan dari siswa. 5) Mendidik siswa untuk berlatih bersosialisasi dengan orang lain. 6) Motivasi belajar lebih tinggi.

7) Hasil belajar lebih baik.

8) Meningkatkan kebaikan budi, kepekaan dan toleransi.

Sedangkan kelemahan TGT menurut Suarjana (http://ekocin.wordpress.com/2011/06/17/model-pembelajaran-teams-games-tournaments-tgt-2/) adalah:

1) Bagi guru:

a) Sulitnya pengelompokan siswa yang mempunyai kemampuan heterogen dari segi akademis. Kelemahan ini akan dapat diatasi jika guru yang bertindak sebagai pemegang kendali teliti dalam menentukan pembagian kelompok.

b) Waktu yang dihabiskan untuk diskusi oleh siswa cukup banyak sehingga melewati waktu yang sudah ditetapkan. Kesulitan ini dapat diatasi jika guru mampu menguasai kelas secara menyeluruh.

2) Bagi siswa:

(52)

C. Prestasi Belajar

1. Pengertian Prestasi

Belajar adalah suatu perubahan tingkah laku yang relatif permanen sebagai hasil dari pengalaman (Matlin dalam Reni, 2004:168). Dalam konteks sekolah, belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan siswa untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalaman siswa sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya. Sedangkan Prestasi belajar adalah hasil dari penilaian pendidik terhadap proses belajar dan hasil belajar siswa sesuai dengan tujuan instruksional yang menyangkut isi pelajaran dan perilaku yang diharapkan dari siswa (Lanawati dalam Reni, 2004:168).

2. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Prestasi

(53)

Kemudian, dapat digolongkan lebih rinci lagi beberapa penyebab siswa tidak berhasil menampilkan prestasi sesuai dengan potensi yang dimilikinya, antara lain (Reni, 2004:70-73):

a. Faktor sekolah

1) Apabila lingkungan sekolah tidak mendukung atau memberikan nilai tinggi pada keberhasilan akademik, artinya iklim sekolah anti intelektual. Umumnya, anak muda akan melakukan olahraga dengan baik dan mungkin saja menghargai kegiatan yang sifatnya artistik, misalnya seni dan musik. Termasuk juga siswa berbakat yang memiliki tingkat kreativitas tinggi.

2) Kurikulum mungkin saja tidak cocok untuk anak yang cerdas. Anak yang memiliki tingkat intelegensi yang tinggi kehilangan minat. Mereka menjadi bosan dan menolak untuk menyelesaikan tugas yang dianggapnya kurang relevan.

3) Lingkungan kelas kaku atau otoritarian. Siswa berbakat menginginkan adanya kesempatan untuk dapat mengendalikan pengalaman belajarnya sendiri.

4) Penghargaan tidak dibuat untuk perbedaan individual. Semua siswa harus maju melalui kurikulum pada tingkat yang sama. Padahal, ada siswa yang lebih cepat atau lebih lambat dari siswa lainnya. 5) Siswa lebih diharapkan untuk memperlihatkan kemampuannya

daripada tampil berbeda di antara kelompok teman sekelasnya. 6) Gaya belajar siswa dapat saja tidak cocok dengan gaya mengajar

guru. b. Faktor rumah

1) Belajar tidak dinilai atau didukung dan prestasi tidak diberi imbalan.

2) Tidak adanya sikap positif orangtua terhadap karier mereka sendiri, misalnya ayahnya seorang petugas penjualan, tetapi selalu menghina atau merendahkan pekerjaannya.

3) Belajar didukung, tetapi orangtua bersikap dominan. Anak tidak mengembangkan disiplin yang sifatnya internal. Ada perbedaan komitmen terhadap tugas antara anak berbakat yang berprestasi dan anak berbakat yang berprestasi kurang. Orangtua juga terlalu mengontrol waktu anak. Anak-anak terlalu komitmen terhadap waktu sehingga kehabisan waktu untuk berteman dan mengembangkan minat pribadinya. Orangtua terlalu menuntut anak.

(54)

5) Perebutan kekuasaan di dalam keluarga, terutama apabila salah seorang dari orang tuanya bersikap liberal dan yang lainnya kaku sehingga menimbulkan situasi menang kalah dan anak terpecah di antara dua kekuatan tersebut ketika memilih. Akibatnya, mereka sering underachievement.

6) Status sosial ekonomi rendah, ditambah lagi dengan pendidikan orangtua yang rendah terhadap pendidikan dan karier sehingga anak-anak cenderung berprestasi rendah. Namun, ada juga keluarga miskin yang menilai tinggi pendidikan dan mendukung anaknya yang cerdas dan ada juga yang sebaliknya.

7) Keluarga mengalami disfungsi karena berbagai alasan, diantarnya ketergantungan obat atau alkohol, tidak adanya ketrampilan menjadi orangtua, perceraian, kehilangan pekerjaan, riwayat penyalahgunaan (abuse), atau penyakit-penyakit. Kadang-kadang ini hanya merupakan masalah sementara saja, seperti kasus orangtua masuk rumah sakit karena mengalami kecelakaan. Namun, adakalanya lebih lama. Dalam keadaan disfungsi ini, anggota keluarga dapat saja menjadi saling tidak percaya satu sama lain. Akibatnya, kesehatan fisik ditelantarkan, komunikasi tidak jelas, masalah sering kali dilimpahkan pada orang lain dan tidak terselesaikan. Nilai-nilai sering tidak konsisten, sering terjadi tindak kekejaman (fisik, sosial, atau emosional), kebebasan pribadi disangkal, dan rahasia untuk menyembunyikan kesulitan merupakan hukum tidak tertulis.

c. Adanya perbedaan budaya

Budaya tempat seorang anak dilahirkan dapat mempengaruhi pandangan terhadap keberbakatan. Ada budaya yang menganggap anak berbakat difavoritkan, ada yang menganggap wahyu, ada yang menganggap perlu dimanfaatkan bagi lingkungannya, dan sebagainya. d. Faktor-faktor lainnya

1) Terjadinya gangguan belajar, kondisi tidak mampu, atau suatu bentuk ketidaksesuaian dengan cara mengajar dapat mengarah pada rendahnya prestasi sebagaimana juga gangguan emosi.

2) Faktor-faktor kepribadian seperti perfectionism, terlau sensitif, tidak berdaya guna dalam ketrampilan sosial atau sebaliknya, terlalu terlibat dalam banyak kegiatan, dapat menjurus ke kesulitan belajar dan underachievement.

3) Penyebab masalah siswa seperti ini adalah diberikannya perhatian yang berlebihan untuk tingkah laku menyimpangnya daripada program berbakatnya.

(55)

rumah atau di sekolah merupakan tanggung jawab setiap orang untuk tidak menciptakan ketidakpuasan. Perasaan malu harus disembunyikan sehingga menjurus ke depresi, perfectionism, membenci diri, atau sering mengakibatkan siswa berprestasi rendah.

D. Partisipasi

Menurut Suryosubroto (2002: 279) dalam bukunya Proses Belajar Mengajar di Sekolah, menjelaskan bahwa partisipasi adalah keterlibatan mental dan emosi seseorang kepada pencapaian tujuan dan ikut bertanggung jawab didalamnya. Adapun konsep partisipasi menurut Ensiklopedi Pendidikan dalam Asrofudin adalah suatu gejala demokrasi dimana orang diikutsertakan dalam perencanaan serta pelaksanaan dan juga ikut memikul tanggung jawab sesuai dengan tingkat kematangan dan tingkat kewajibannya. Partisipasi itu menjadi baik dalam bidang-bidang fisik maupun bidang mental serta penentuan kebijaksanaan.

Sedangkan menurut Mikkelsen (2003:64), partisipasi merupakan suatu proses belajar yang aktif yang mengandung arti bahwa orang atau kelompok orang yang terkait mengambil inisiatif dan menggunakan kebebasannya untuk melakukan hal tersebut, selain itu partisipasi belajar juga merupakan keterlibatan siswa dalam proses pembelajaran yang dapat terjadi di sekolah maupun di lingkungan masyarakat.

Sementara itu, Dimyati dan Mudjiono (2006:118-119), mengemukakan dimensi proses pembelajaran yang mengakibatkan terjadinya kadar CBSA, antara lain:

(56)

3. Partisipasi siswa dalam kegiatan pembelajaran terutama yang berbentuk interaksi antar siswa.

4. Kekohesifan (kekompakan) kelas sebagai kelompok.

5. Kebebasan atau lebih tepat kesempatan yang diberikan kepada siswa untuk mengambil keputusan-keputusan penting dalam sekolah, dan

6. Jumlah waktu yang digunakan untuk menanggulangi masalah pribadi siswa, baik yang berhubungan maupun yang tidak berhubungan dengan sekolah/pembelajaran.

Tidak ada proses belajar tanpa partisipasi dan keaktifan anak didik yang belajar. Setiap anak didik pasti aktif dalam belajar, hanya yang membedakannya adalah kadar/bobot keaktifan anak didik dalam belajar. Ada keaktifan itu dengan kategori rendah, sedang dan tinggi. Disini perlu kreatifitas guru dalam mengajar agar siswa berpartisipasi aktif dalam pembelajaran. Penggunaan strategi dan metode yang tepat akan menentukan keberhasilan kegiatan belajar mengajar. Metode belajar mengajar yang bersifat partisipatoris yang dilakukan guru akan mampu membawa siswa dalam situasi yang lebih kondusif karena siswa lebih berperan serta lebih terbuka dan sensitif dalam kegiatan belajar mengajar.

E. Mata Pelajaran Ekonomi

1. Pengertian Mata Pelajaran Ekonomi

(57)

tentang upaya manusia untuk memenuhi kebutuhan hidupnya yang banyak, bervariasi, dan berkembang dengan sumber daya yang ada melalui kegiatan produksi, konsumsi, dan atau distribusi (Depdiknas 2006). Suyanto dan Nurhadi (2000:4) menyimpulkan bahwa ilmu ekonomi adalah ilmu pengetahuan sosial yang mempelajari bagaimana manusia berusaha mencapai kemakmuran atau memenuhi kebutuhannya. Menurut kurikulum tingkat satuan pendidikan (2006:137), ekonomi merupakan ilmu tentang perilaku dan tindakan manusia untuk memenuhi kebutuhan hidupnya yang bervariasi, dan berkembang dengan sumber daya yang ada melalui pilihan-pilihan kegiatan produksi, konsumsi, dan distribusi.

2. Fungsi Mata Pelajaran Ekonomi

Mata pelajaran ekonomi berfungsi membekali siswa dengan pengetahuan dan ketrampilan dasar agar mampu mengambil keputusan secara rasional tindakan ekonomi dalam menentukan berbagai pilihan (Depdiknas 2006). Selain itu mata pelajaran ekonomi juga berfungsi sebagai pengembang kemampuan siswa untuk berekonomi, dengan cara mengenal berbagai kenyataan dan peristiwa ekonomi, memahami konsep dan teori serta terlatih dalam memecahkan permasalahan ekonomi yang terjadi di masyarakat.

3. Tujuan Diberikannya Mata Pelajaran Ekonomi

(58)

a. Memahami sejumlah konsep ekonomi untuk mengkaitkan peristiwa dan masalah ekonomi dengan kehidupan sehari-hari , terutama yang terjadi di lingkungan individu, rumah tangga, masyarakat, dan Negara.

b. Menampilkan sikap ingin tahu terhadap sejumlah konsep ekonomi yang diperlukan untuk mendalami ilmu ekonomi.

c. Membentuk sikap bijak, rasional, dan bertanggung jawab dengan memiliki pengetahuan dan ketrampilan ilmu ekonomi, manajemen, dan akuntansi yang bermanfaat bagi diri sendiri, rumah tangga, masyarakat, dan Negara.

d. Membuat keputusan yang bertanggungjawab mengenai nilai-nilai sosial ekonomi dalam masyarakat yang majemuk,baik dalam skala nasional maupun internasional.

4. Pendekatan dan Pengorganisasian Materi Pelajaran Ekonomi

Pembelajaran ekonomi di SMA menggunakan pendekatan pemecahan masalah di mana siswa diharapkan mampu menghadapi masalah ekonomi yang terjadi dalam kehidupannya. Untuk itu organisasi materi dimulai dari pengenalan fakta tentang peristiwa ekonomi, memahami teori/konsep dasar untuk memecahkan masalah ekonomi dan menerapkan dalam kehidupan sehari-hari. Pembelajaran siswa harus menyentuh inti dari pendidikan ekonomi sekalipun pada tataran yang masih sederhana. Cakupan dan kedalaman materi pelajaran ekonomi di SMA harus mengacu pada kurikulum yang berlaku, kemampuan awal siswa, dan kondisi lingkungan sekitar siswa.

F. Kajian Penelitian Yang Relevan

(59)

peningkatan partisipasi dan prestasi akan tetapi objek dan sasarannya yang berbeda. Peneliti mengkaji 2 buah skripsi yang digunakan peneliti sebagai acuan, yaitu :

1. Peningkatan Partisipasi dan Motivasi Siswa Melalui Penerapan Metode Pembelajaran Kooperatif Tipe Teams Games Tournament (TGT) Dalam Mata Pelajaran Ekonomi, Studi kasus Siswa kelas XC SMA Stella Duce 2 Yogyakarta oleh Andika Wahyu Kartikasari, Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta, 2009.

Berdasarkan pengamatan dan analisis data diperoleh kesimpulan bahwa proses pembelajaran kooperatif tipe TGT mampu meningkatkan partisipasi siswa kelas XC SMA Stella Duce 2 Yogyakarta. Hal ini tampak dari indikator partisipasi siswa yang menunjukkan bahwa terdapat peningkatan persentase dari hasil siklus I ke siklus II. Atau keadaannya stabil dan melebihi target yang ditentukan. Bahkan beberapa indikator menunjukkan kenaikan persentase yang sangat tajam.

2. Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Teams Games Tournaments (TGT) Dalam Pembelajaran Ekonomi Untuk Meningkatkan Prestasi Belajar Siswa, Studi Kasus Pada Siswa Kelas X SMA Stella Duce 1 Yogyakarta oleh Irene Septilya Wahyu Indah Ayudiany, Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta, 2010.

(60)

siswa kelas XB. Peningkatan hasil belajar siswa tersebut tampak dari nilai yang dicapai oleh siswa pada waktu pre test dan post test. Rata-rata peningkatan nilai kelas adalah 1,81 atau 26%. Pada saat pre test rata-rata skor siswa dalam kelas mencapai 5,20 sedangkan rata-rata skor siswa setelah post test naik menjadi 7,01. Peningkatan nilai siswa ini telah melampaui target yang ditetapkan. Pada awal penelitian, target yang ditetapkan sebesar 20%. Jadi bila dibandingkan dengan target yang ditetapkan ada selisih sebesar 6%. Hal ini menunjukkan bahwa penerapan model pembelajaran kooperatif tipe TGT pada mata pelajaran Ekonomi dalam penelitian ini sudah dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas XB SMA Stella Duce 1 Yogyakarta.

G. Kerangka Teoritik

Prestasi belajar adalah hasil dari penilaian pendidik terhadap proses belajar dan hasil belajar siswa sesuai dengan tujuan instruksional yang menyangkut isi pelajaran dan perilaku yang diharapkan dari siswa (Lanawati dalam Reni, 2004:168). Sedangkan menurut Suryosubroto (2002: 279) dalam bukunya Proses Belajar Mengajar di Sekolah, menjelaskan bahwa partisipasi adalah keterlibatan mental dan emosi seseorang kepada pencapaian tujuan dan ikut bertanggung jawab didalamnya.

(61)

aktivitas lain di luar aktivitas belajar. Misalnya : bermain handphone, mengobrol dengan teman sebangku, bersikap acuh tak acuh, tidur-tiduran, dan kegiatan lain di luar aktivitas belajar. Agar kegiatan belajar dapat terfokus pada tujuan pembelajaran dan prestasi belajar meningkat, perlu adanya peningkatan motivasi dalam pembelajaran. Menurut Uno (2007:34), ada beberapa teknik untuk meningkatkan motivasi dalam pembelajaran yaitu menggunakan permainan dan membuat suasana persaingan yang sehat di antara siswa. Permainan ini dapat membuat siswa berperan aktif dalam pembelajaran. Siswa yang memiliki tingkat keaktifan yang tinggi dan memiliki hubungan sosial yang baik, cenderung memiliki prestasi akademik yang tinggi. Komunikasi dalam kelompok dapat menyebabkan meningkatnya prestasi akademik siswa.

(62)

kelompok belajar. Siswa dapat belajar mengemukakan pendapat, belajar mendengarkan orang lain serta belajar menghormati terhadap yang lain.

Teams Games Tournament (TGT) adalah salah satu tipe pembelajaran kooperatif yang menempatkan siswa dalam kelompok-kelompok belajar yang beranggotakan 5 sampai 6 orang siswa yang memiliki kemampuan, jenis kelamin dan suku bangsa atau ras yang berbeda (Isjoni, 2011:83-84). Dalam TGT ini sangat ditekankan kerjasama dan kebersamaan dalam kelompok. Masing-masing kelompok memiliki tujuan yang sama yaitu mendapatkan penghargaan yang terbaik. Untuk mendapatkan penghargaan yang baik, masing-masing individu harus menyumbangkan nilai terbaik untuk kelompoknya. Karena keberhasilan kelompok ditentukan oleh keberhasilan individu sebagai anggota kelompok.

(63)

H. Pertanyaan Penelitian

Dalam penelitian ini, peneliti menyusun beberapa pertanyaan penelitian yang mendukung hipotesis penelitian ini, yaitu:

1. Bagaimana penerapan model pembelajaran kooperatif tipe TGT dalam meningkatkan prestasi belajar siswa pada mata pelajaran ekonomi?

(64)

39

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Penelitian ini termasuk jenis penelitian tindakan kelas. Yaitu penelitian yang dilakukan oleh guru di kelas atau di sekolah tempat mengajar, dengan penekanan pada penyempurnaan atau peningkatan praktik dan proses dalam pembelajaran (Susilo, 2007:16). Dalam penelitian kali ini, penulis ingin mengungkap pengaruh model pembelajaran kooperatif tipe Teams Games Tournament pada pembelajaran ekonomi siswa SMA N 1 Godean kelas X-A.

B. Tempat dan Waktu Penelitian

1. Lokasi penelitian

Penelitian ini dilakukan di SMA N 1 Godean. 2. Waktu penelitian

Penelitian ini dilakukan pada bulan Juni - September 2012.

C. Subyek dan Objek penelitian

1. Subyek penelitian

(65)

2. Obyek penelitian

Obyek dalam penelitian ini adalah peningkatan prestasi belajar dan partisipasi siswa pada mata pelajaran ekonomi melalui penerapan model pembelajaran kooperatif tipe TGT.

D. Prosedur Penelitian

Prosedur penelitian ini merujuk pada model kemmis & Mc Taggart (Kusumah, Wijaya. dan Dedi Dwitagama, 2009:20-21 ) yang merupakan pengembangan dari konsep dasar yang diperkenalkan Kurt Lewin yang terdiri atas empat komponen pokok penelitian kelas, yaitu :

1. Perencanaan

Dalam perencanaan, peneliti merumuskan masalah, menentukan tujuan dan metode penelitian serta membuat rencana tindakan yang akan dilakukan untuk meningkatkan prestasi belajar dan partisipasi siswa. 2. Pelaksanaan, yaitu waktu untuk melaksanakan isi dari perencanaan. 3. Pengamatan, yaitu observasi atas hasil atau dampak pelaksanaan

tindakan.

4. Refleksi, yaitu analisis, pemaknaan dan penyimpulan hasil observasi terhadap kegiatan belajar mengajar dalam upaya meningkatkan prestasi belajar dan partisipasi siswa.

(66)

1. Siklus pertama

Kegiatan dalam siklus pertama dilaksanakan dalam 1 kali pertemuan/tatap muka di kelas. Kegiatan yang dilakukan meliputi: a. Perencanaan

Pada tahap ini, dilakukan penyusunan rencana tindakan berupa penyiapan pembelajaran kooperatif tipe TGT, yaitu meliputi : 1) Peneliti dan guru menggali data awal karakteristik siswa untuk

menetapkan para siswa menjadi beberapa kelompok, biasanya terdiri dari 4-5 siswa dan membagi siswa secara heterogen berdasarkan prestasi dan jenis kelamin. Perangkat yang disiapkan dalam tahap ini adalah rencana pembelajaran dengan model pembelajaran kooperatif tipe TGT, materi, lembar soal, lembar jawab siswa, dan lembar observasi.

2) Peneliti menyusun instrumen pengumpulan data, meliputi: a) Instrumen untuk mengobservasi kegiatan guru di kelas. b) Lembar untuk mengobservasi partisipasi siswa dalam

diskusi kelompok.

c) Lembar untuk mengobservasi dalam turnamen. d) Lembar penilaian dalam turnamen.

e) Lembar penilaian dalam games.

(67)

b. Tindakan

Pada tahap ini dilaksanakan implementasi pembelajaran kooperatif tipe TGT sesuai dengan rencana tindakan dengan langkah-langkah sebagai berikut:

1) Presentasi kelas

Pada awal pembelajaran guru menyampaikan materi dengan pengajaran langsung melalui ceramah. Pada saat guru menyampaikan materi tersebut siswa harus benar-benar memperhatikan dan memahami materi yang disampaikan guru karena akan membantu siswa untuk menyelesaikan tugas dalam kelompok.

2) Membagi siswa dalam kelompok

Siswa dibagi menjadi 8 kelompok dengan cara ditentukan oleh guru. Masing-masing kelompok terdiri dari 4-5 siswa. Selama kegiatan berlangsung, masing-masing anggota kelompok bertugas mempelajari materi atau menyelesaikan tugas yang diberikan oleh guru pada lembar latihan dan membantu teman satu kelompok menguasai materi pelajaran tersebut.

(68)

bekerja kelompok, mendiskusikan jawaban secara bersama-sama, jika ada pertanyaan hendaknya bertanya dahulu pada teman lain dalam kelompoknya sebelum bertanya pada guru. Selama siswa belajar dalam kelompok, sebaiknya guru berkeliling kelas, memuji pekerjaan siswa, memonitor pekerjaan siswa dan jalannya belajar kelompok.

3) Games

Permainan ini dirancang untuk mengetahui pemahaman siswa setelah mengikuti kelas presentasi dan belajar bersama kelompok. Dimana permainan ini berisi tentang pernyataan -pernyataan yang sesuai dengan materi. Di sini guru menggunakan teknik permainan yang bernama “Mix an dMatch”, dimana siswa dalam satu kelompok diminta untu kmenjodohkan beberapa pernyataan yang dibuat oleh guru dalam waktu tiga menit, bagi siswa yang menjodohkan dengan benar akan diberi skor. Skor inilah yang nantinya akan dipakai guru untuk memilih siswa yang akan mewakili kelompok dalam babak turnamen.

4) Turnamen

(69)

suatu meja turnamen yang disediakan, penentuan meja turnamen dalam penelitian ini didasarkan pada pengamatan guru kelas dan hasil tes sebelumnya. Jalannya turnamen sebagai berikut:

a) Guru menentukan kelompok baru berdasarkan hasil penilaian games.

b) Guru menentukan nomor urut siswa dan menempatkan siswa pada meja turnamen (8 orang dalam 4 kelompok, kemampuan setara).

c) Guru membacakan soal 1.

d) Siswa mendapat kesempatan berpikir bersama kelompok selama 10 detik.

e) Setelah 10 detik, peluit dibunyikan, Kelompok yang ingin menjawab, harus menunjukkan bendera.

f) Guru memilih siswa yang boleh menjawab dari kelompok tersebut secara acak.

g) Siswa lain tidak boleh membantu menjawab.

h) Guru memberikan skor 10 untuk jawaban yang benar. i) Guru membacakan soal 2, Dan seterusnya hingga soal ke 8

dengan cara yang sama seperti diatas.

j) Setelah selesai, guru menghitung skor yang diakumulasi dengan semua anggota dalam satu kelompok.

(70)

l) Penghargaan sertifikat, Great Team untuk kriteria teratas,

Excellent Team (kriteria atas), Very Good Team (kriteria tengah), Good Team (kriteria bawah).

5) Penghargaan kelompok

Skor dalam turnamen nantinya yang akan dijadikan skor untuk penghargaan kelompok. Pada akhir turnamen guru mengumumkan kelompok yang menang, masing-masing tim akan mendapat hadiah sesuai skor yang memenuhi kriteria yang ditentukan.

c. Pengamatan

Tahap ini dilaksanakan bersamaan waktunya dengan tahap tindakan. Pada tahap ini, peneliti melakukan observasi atas hasil atau dampak pelaksanaan tindakan, yaitu prestasi belajar dan partisipasi siswa. Prestasi belajar dapat dilihat dari nilai pre test dan

post test. Sedangkan partisipasi siswa dapat dilihat dari keaktifan siswa selama proses pembelajaran berlangsung. Pengamatan juga dilakukan dengan video camcorder.

d. Refleksi

(71)

self-reflection dahulu terkait dengan ketrampilan kooperatif siswa dalam kegiatan masing-masing fase, kemudian dilakukan refleksi dan diskusi bersama guru untuk penyempurnaan tindakan dalam siklus kedua.

2. Siklus kedua

Tahap-tahap dan kegiatan-kegiatan pada siklus kedua pada dasarnya sama dengan siklus pertama, hanya tindakannya yang berbeda. Tindakan pada siklus kedua ini ditentukan berdasarkan hasil refleksi siklus pertama. Kemudian diambil suatu kesimpulan, saran, dan rekomendasi.

E. Instrumen Penelitian

Untuk memperoleh data penelitian ini, maka diperlukan instrumen penelitian, yaitu alat yang digunakan oleh peneliti dalam mengumpulkan data penelitian (Arikunto, 2007: 10). Adapun instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah :

1. Instrumen pra penelitian

a. Instrumen untuk mengobservasi kegiatan guru di kelas.

b. Instrumen observasi terhadap siswa dalam mengikuti proses belajar mengajar di kelas.

Gambar

Tabel 5.16  Indikator Keberhasilan Tingkat Partisipasi Belajar Siswa dalam
Gambar 2.1  Siklus Penelitian Tindakan Kelas Sebagai Spiral……………..11
Tabel 3.3 Peningkatan Partisipasi Siswa
Tabel 5.1 Kegiatan Guru Dalam Proses Pembelajaran
+7

Referensi

Dokumen terkait

Data dari hasil observasi dapat berupa data kuantitatif yang berupa penugasan materi (nilai evaluasi) dan tanggapan proses pemebelajaran yang dilaksanakan oleh

kelas". Penelitian adalah kegiatan mencermati suatu objek menggunakan aturan metodologi tertentu untuk memperoleh data atau informasi yang bermanfaat bagi peneliti

Data aktivitas siswa yang diperoleh melalui instrumen observasi aktivitas siswa yang dilakukan selama proses pembelajaran berlangsung. Indikator aktivitas siswa

Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode pengamatan untuk mengamati aktivitas guru dan aktivitas siswa selama pembelajaran

Dari hasil analisis pada kelas eksperimen dan kelas kontrol menunjukkan bahwa persentase kemampuan psikomotor siswa dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe TGT

Aktivitas peneliti pada tahap persiapan adalah mempersiapkan materi pembelajaran, perangkat pembelajaran termasuk lembar kerja siswa yang akan dipelajari siswa dalam

Berdasarkan hasil observasi, wawancara, angket siswa dan penelitian terkait yang telah dilakukan sebelumnya tentang manfaat menggunakan metode permainan dalam meningkatkan motivasi dan

SIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah dilakukan pada siswa kelas X MIPA MA Izzatul Ma'arif Tappina, dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran kooperatif