• Tidak ada hasil yang ditemukan

GAMBARAN UMUM WILAYAH KABUPATEN TABALONG

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "GAMBARAN UMUM WILAYAH KABUPATEN TABALONG"

Copied!
74
0
0

Teks penuh

(1)

2.1 GEOGRAFIS DAN ADMINISTRASI

Secara geografis Kabupaten Tabalong terletak pada koordinat antara 10 18’ s/d 2025’ Lintang Selatan dan 11509’ s/d 115047’ Bujur Timur . Sedangkan berdasarkan grid Propinsi kalimantan Selatan dari proyeksi UTM terletak pada Grid CE-25 sampai BD-39 dengan koordinat X = 295.000 m dan Y = 9.735.000 m pada Zone 50Lintang Selatan, dengan batas administrasi Kabupaten Dati II Tabalong sebagai berikut :

 Sebelah Utara : Propinsi Kalimantan Timur

 Sebelah Timur : Propinsi Kalimantan Timur

 Sebelah Selatan : Kabupaten Hulu Sungai Utara

 Sebelah Barat : Propinsi Kalimantan Tengah.

Secara administrasi wilayah Kabupaten Tabalong merupakan bagian dari Propinsi Kalimantan Selatan dengan luas wilayah sebesar 359.995 Ha. Untuk luas wilayah Kabupaten tablong terdapat 3 versi berbeda yaitu :

 Versi Data Pokok Kabupaten Tabalong Tahun 1997/1998 seluas367.465Ha (didapatkan dari penjumlahan luas kabupaten 359.995 Ha ditambah 7.470 Ha dari hasil peta batas kesepakatan antara Propinsi Kalsel dengan Propinsi Kalteng pada tanggal 31 Maret 1981).

 Versi Tabalong Dalam Angka 1998 seluas394.600Ha (tanpa penjelasan).

 Versi RUTR Kabupaten Tabalong dan RTRW Propinsi Kalsel seluas 359.995 Ha (hasil perhitungan peta penggunaan tanah skala 1 : 100.000 Kanwil BPN)

Untuk saat ini yang digunakan sebagai acuan dalam perencanaan adalah versi RTRW Propinsi karena berdasarkan hasil perhitungan peta.

Wilayah Kabupaten Dati II Tabalong terdiri dari 11wilayah kecamatan ditambah 2 perwakilan kecamatan, yang meliputi 7 wilayah kelurahan dan 173 wilayah desa. Berdasarkan SK. Gubernur

2

GAMBARAN UMUM WILAYAH

(2)

KDH Tingkat I Kalimantan Selatan No. 0312 tahun 1998 jumlah desa di wilayah Kabupaten Tabalong akan dilakukan penyatuan (regrouping) yang diperkirakan menjadi 7 wilayah kelurahan dan 124 wilayah desa. Namun secara definitif belum disyahkan oleh keputusan mendagri. Adapun nama-nama kecamatan di kabupaten Tabalong adalah :

1. Kecamatan Banua Lawas 7. Kecamatan Murung Pudak 2. Kecamatan Pugaan 8. Kecamatan Haruai

3. Kecamatan Kelua 9. Kecamatan Upau

4. Kecamatan Muara Harus 10. Kecamatan Muara Uya 5. Kecamatan Tanta 11. Kecamatan Jaro 6. Kecamatan Tanjung

Pusat kegiatan pemerintahan Kabupaten Tabalong berada di Kota Tanjung yang juga merupakan Ibukota Kabupaten Daerah Tingkat II Tabalong. Untuk lebih jelasnya, administrasi wilayah Kabupaten Tabalong dapat dilihat padaPeta 2.1.

2.2 KONDISI FISIK 2.2.1. Kondisi fisik

Ketinggian permukaan lahan di Kabupaten Tabalong berkisar antara 25 - 1.000 m diatas permukaan air laut, terdapat pula beberapa kawasan berupa dataran rendah khususnya di Kecamatan Banua Lawas dengann ketinggian berkisar 0 - 25 m diatas permukaan laut, sedangkan kawasan dataran tinggi (500 - 1000 m dpl) terdapat di Kecamatan Jaro dan Muara Uya.

Dengan demikian keadaan morfologi permukaan tanah di Kabupaten Tabalong sangat bervariasi berupa perbukitan, dataran bergelombang hingga dataran rendah/rawa, dengan kemiringan berkisar antara 0-2 % hingga diatas 40 %.

2.2.2. Kondisi Fisik Dasar A. Jenis Tanah

(3)

Dari kelima jenis tanah tersebut yang terbanyak adalah jenis tanah Podzolik Merah Kuning dengan bahan induk batuan endapan (43,17 %) dan tanah Podzolik Merah Kuningan, Latosol dan Litosol (29,05 %)

B. Geologi

Jenis batuan di wilayah Kabupaten Tabalong terdiri dari 3 jenis yaitu batuan endapan permukaan (Ressen dan Halosen), batuan terobosan (Miosen, Oligosen dan Eosen), dan batuan kapur yang terbentuk pada masa Kenozoikum dan Mezoikum. Ditinjau dari formasinya terdiri dari 14 formasi, yaitu :

- Formasi Aluvium Tua (Qai) - Formasi Dohor (Gtd) - Formasi Berai (Tomb) - Formasi Montalat (Tomm) - Formasi Warukin (Town) - Formasi Basal Kasau (Tkb) - Formasi Tanjung (Tet) - Formasi Pitab (Kp)

- Anggota Barabi Formasi Tanjung (Tetb) - Batuan tak terinci (Ksv) - Anggota Haruyan Formasi Pitab (Kph) - Formasi Granit (Mgr)

Dari seluruh formasi batuan tersebut yang terbanyak terdapat di Kabupaten Tabalong adalah batuan Formasi Berai (20,82 %), Formasi Warukin (16,44 %) dan Formasi Tanjung (23,55 %).

C. Bahan Galian

Dari tiga jenis golongan bahan galian (Golongan A, B dan C) ketiganya terdapat di wilayah Kabupaten Tabalong, yaitu :

1. Bahan galian golongan A (minyak bumi dan batubara) untuk galian batu bara terdapat di Kecamatan Hatuai, Murung Pudak dan Tanta , sedangkan minyak terdapat di Kecamatyan Tanta, Murung Pudak, Tanjung dan Haruai.

2. Bahan galian golongan B (emas, besi, nikel dan mangan/logam) hanya terdapat tambang emas yang baru ditemukan di Kecamatan Muara Uya.

(4)
(5)

Sungai Tabalong

Sungai Tabalong

Sungai Tabalong Kanan

Sungai.Missin Sungai Tutui Sungai Kumap

Sungai Ayu Sungai Uwi Sungai Uya

Sungai Mangkupum

Sungai Kinarum P

e

g

u

n

u

n

g

a

n

M

e

ra

tu

s

2.2.3. Hidrologi

Aliran sungai di Kabupaten Tabalong terdiri atas beberapa sungai kecil dan besar, yaitu terdiri dari sungai Missin, sungai Tutui dan sungai Kumap yang bermuara di Sungai Tabalong Kiwa, sedangkan sungai Ayu, sungai Uwi, sungai Uya, sungai Mangkupum dan sungai Kinarum bermuara di sungai Tabalong Kanan. Seluruh sungai tersebut berhulu di Pegunungan Meratus dengan cabang-cabang sungainya baik dihulu maupun hilir akan menjadi sungai Tabalong. Panjang sungai tabalong 75 Km dengan lebar60 m.

Sungai terbesar yang terdapat di Kabupaten Tabalong adalah Sungai Tabalong yang terbentuk oleh beberapa anak sungai yang berhulu di Pegunungan Meratus. Pola aliran Sungai Tabalong:

Gambar 2.2

Bagan Alir Sungai Tabalong

Sungai Tabalong memiliki panjang ± 75 Km dan lebar ± 60 m dengan debit air 124,5 m3/det, debit terbesar pada bulan April (209,1 m3/det) dan terendah pada bulan September (25,8 m3/det). Jika hujan terjadi secara berlebihan kapasitas sungai Tabalong tidak mampu menampung, sehingga menyebabkan banjir pada daerah rendah yaitu di kecamatan Banua Lawas, Kelua, Pugaan, Muara Harus, dan Tanta.Berdasarkan pola alirannya terdapat 1 DAS yang terbagi dalam 2 sub DAS dan 6 sub-sub DAS dengan luas catchment area masing-masing :

 DAS Tabalong (73.581 Ha)

 Sub DAS Tabalong Kiwa (26.110 Ha) dan Tabalong Kanan (38.261 Ha)

(6)

2.2.4. Klimatologi

Tabel 2.1

Curah Hujan Dan Hari Hujan 2009

Bulan Curah hujan (mm) Hari Hujan

Maksimum Minimum Rata-rata Jumlah Total

Januari 80 9 11 352 9

Pebruari 36 7 6 164 9

Maret 59 9 6 179 7

April 52 4 10 289 14

Mei 108 4 9 281 7

Juni 53 1 8 238 11

Juli 71 4 5 154 7

Agustus 63 3 5 147 6

September 26 6 3,5 107 7

Oktober 58 4 6,5 202 9

Nopember 87 6 11,5 346 10

Desember 37 2 22 268 16

Jumlah Total 2.727 112

Sumber : Kabupaten Tabalong Dalam Angka 2009

Kabupaten Tabalong beriklim tropis dengan suhu udara rata-rata 29 - 310C dan kelembaban udara rata-rata 68-93 %. Pada tahun 2009 curah hujan selama tahun 2009 adalah 2.727 mm dengan jumlah hari hujan 112 hari. Curah hujan dalam setahun sebesar 2.169 mm dengan hari hujan 126 hari, temperatur rata-rata 27,250C (suhu maksimum 330C pada bulan januari dan februari, suhu minimum 220C pada bulan agustus dan desember), kelembaban udara 83,58 % (kelembaban maksimum 100 % pada bulan februari, april, juni, desember dan kelembaban minimum 64 % pada bulan oktober).

2.2.5. Pola Penggunaan Lahan

Pola penggunaan lahan di Kabupaten Tabalong didominasi oleh penggunaan hutan dan perkebunan yaitu terdiri dari hutan lebat (52,75 %) dan perkebunan (20,58 %), yang secara rinci terdiri dari : 1. Hutan lebat = 193.820 Ha (52,75 %)

2. Hutan belukar = 22.934 Ha ( 6,24 %) 3. Hutan rawa = 6.695 Ha ( 1,82 %)

4. Semak = 6.239 Ha ( 1,70 %)

(7)

8. Kampung = 3.470 Ha ( 0,94 %) 9. Tegalan / Ladang = 4.380 Ha ( 1,20 %) 10. Sawah = 11.365 Ha ( 3,09 %)

11. Rawa = 3.710 Ha ( 1,01 %)

12. Lain-lain = 1.997 Ha ( 0,54 %)

2.3 KEPENDUDUKAN

2.3.1. Jumlah dan Perkembangan Penduduk Tabel 2.2

Luas Wilayah,Banyaknya Desa, Rumah Tangga Dan Penduduk 2009

No Kecamatan Luas (km2) Banyaknya

Desa Rumah Tangga Penduduk

1 Banua Lawas 161,67 15 4.227 17.653

2 Pugaan 64,06 7 1.633 6,347

3 Kelua 115,78 12 4.979 20.606

4 Muara Harus 62,90 7 1.423 5.819

5 Tanta 172,10 14 4.073 14.568

6 Tanjung 323,34 15 7.980 28.327

7 Murung Pudak 118,72 10 8.071 32.125

8 Haruai 469,77 13 4.901 19.476

9 Bintang Ara 391,50 9 1.864 7.510

10 Upau 323,00 6 1.777 6.267

11 Muara Uya 924,16 14 5.331 19.677

12 Jaro 819,00 9 3.237 12.623

Kabupaten Tabalong 3.946,00 131 49.496 190.989

Sumber : Kabupaten Tabalong Dalam Angka 2009

Jumlah penduduk Kabupaten Tabalong tahun 2009 sebesar 190.989 jiwa yang tersebar di 12 kecamatan dengan distribusi terbesar pada Kecamatan Murung Pudak sebanyak 32.125 jiwa, Kecamatan Tanjung sebesar 28.327 jiwa dan Kecamatan Kelua sebesar 20.606 jiwa

2.3.2. Kepadatan dan Penyebaran Penduduk Tabel 2.3

Persebaran Penduduk/(Km2) 2009

No Kecamatan Luas (km2) Rata-rata Penduduk

Desa Rumah Tangga Jiwa/Km2

1 Banua Lawas 161,67 15 4.227 109

2 Pugaan 64,06 7 1.633 99

3 Kelua 115,78 12 4.979 178

(8)

No Kecamatan Luas (km2) Rata-rata Penduduk

Desa Rumah Tangga Jiwa/Km2

5 Tanta 172,10 14 4.073 45

6 Tanjung 323,34 15 7.980 88

7 Murung Pudak 118,72 10 8.071 271

8 Haruai 469,77 13 4.901 41

9 Bintang Ara 391,50 9 1.864 19

10 Upau 323,00 6 1.777 19

11 Muara Uya 924,16 14 5.331 21

12 Jaro 819,00 9 3.237 15

Kabupaten Tabalong 3.946,00 131 49.496 48

Sumber : Kabupaten Tabalong Dalam Angka 2009

Dengan jumlah penduduk sebesar 190.989 jiwa dan luas wilayah 3.946,00 Km2, maka kepadatan penduduk di Kabupaten Tabalong pada tahun 2009 sebesar 48 jiwa/Km2. Kepadatan penduduk tertinggi terdapat pada Kecamatan Murung Pudak (271 jiwa/Km2), Kecamatan Kelua (178 jiwa/Km2) dan Kecamatan Banua Lawas (109 jiwa/Km2), sedangkan kepadatan terendah terdapat pada Kecamatan Jaro (15 jiwa/Km2), Kecamatan Upau (19 jiwa/Km2) dan Kecamatan Bintang Ara (19 jiwa/Km2).

2.3.3. Struktur Kependudukan

Tabel 2.4

Jumlah Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin 2009

No Kecamatan Luas (km2) Banyaknya

Laki-laki Perempuan Total

1 Banua Lawas 161,67 8.517 9.136 17.653

2 Pugaan 64,06 3.091 3.256 6,347

3 Kelua 115,78 10.094 10.512 20.606

4 Muara Harus 62,90 2.819 3.000 5.819

5 Tanta 172,10 7.065 7.503 14.568

6 Tanjung 323,34 14.164 14.163 28.327

7 Murung Pudak 118,72 16.339 15.786 32.125

8 Haruai 469,77 9.791 9.685 19.476

9 Bintang Ara 391,50 3.853 3.648 7.510

10 Upau 323,00 3.117 3.150 6.267

11 Muara Uya 924,16 9.917 9.760 19.677

12 Jaro 819,00 6.390 6.233 12.623

Kabupaten Tabalong 3.946,00 95.157 95.832 190.989

Sumber : Kabupaten Tabalong Dalam Angka 2009

(9)

berjumlah95.157jiwa dan penduduk wanita sebanyak95.832jiwa atau terdapat selisih penduduk wanita dengan penduduk pria sebesar 666 jiwa.

2.4 TRANSPORTASI

Berdasarkan data potensi desa seluruh desa di Tabalong memiliki sarana transportasi jalan yang sebagian besar melalui darat. Jalan merupakan saran transportasi yang sangat penting, karena sangan menentukan berkembangnnya tidaknya suatu daerah. Dengan adanya jalan akses keluar masuk antar daerah menjadi lebih mudah, dan daerah menjadi lebih terbuka dan tidak terisolir. Penduduk di suatu daerah dapat dengan mudah berinteraksi dengan penduduk di daerah lain. Penduduk desa dapat dengan mudah menjual hasil pertanian, perkebunan atau perikanannya ke kota. Sebaliknya penduduk kota juga dapat dengan mudah menjual barang hasil industry pabrikan seperti bahan sandang ke desa. Jika interaksi ini berlangsung terus menerus akan sangat berpengaruh terhadap perubahan struktur sosial dan perekonomian di daerah tersebut.

Semua desa di Tabalong rata-rata sudah bisa dilewati lewat jalur darat, walaupun tidak bisa dipungkiri bahwa desa seperti Salikung dan Sungai Kumap di kecamatan Muara Uya sulit untuk dicapai. Oleh karena itu dapat di mengerti apabila desa Salikung dan Sungai Kumap agak lamban pertumbuhannya dibandingkan dengan desa-desa disekitarnya.

Tabel 2.5

Panjang Jalan Menurut Jenis Permukiman Per Kecamatan Tahun 2009 Kode Kecamatan Aspal Kerikil Tanah Tidak Diperinci Jumlah

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)

Kabupaten Tabalong 483,522 229,98 156,80 - 870,30

(10)

Selain adanya jalan, mutu juga turut berpengaruh terhadap kemajuan suatu daerah. Jalan yang sudah beraspal sepanjang 483,522 km atau sekitar 55,56 persen dari keseluruhan panjang jalan yang ada. Jalan yang masih berupa kerikil dan tanah sepanjang 229, 98 km atau sebesar 26,43 persen. Kondisi jalan yang masih rusak juga banyak terjadi dan merata disetiap kecamatan. Hal ini merupakan pekerjaan rumah bagi pemerintah daerah untuk merealisasikan kondisi tersebut menjadi lebih baik.

Tabel 2.6

Panjang Jalan Menurut Kondisi Jalan Per Kecamatan Tahun 2008

Kode Kecamatan Baik/Mantab Sedang Rusak Ringan Rusak BERAT Jumlah

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)

Kabupaten Tabalong 501,35 100,27 143,03 125,65 870,30

Sumber: Tabalong Dalam Angka 2009

(11)

2.5 PEREKONOMIAN 2.5.1. Pendapatan Daerah

Globalisasi ekonomi telah meningkatkan persaingan antar wilayah dalam suatu system ekonomi. Salah satu cara untuk menghadapi dan memanfaatkan sistem perdagangan adalah meningkatkan daya saing melalui efesiensi dan produktifitas perlu dilakukan identifikasi perekonomian suatu daerah serta memonitor perubahannya untuk memperkuat kedudukan dan peran ekonomi daerah yang bersangkutan dalam perekonomian regional, nasional bahkan internasional.

Kebijakan ekonomi daerah yang sesuai dengan aspirasi masyarakat setempat diharapkan juga dapat menjawab tantangan perubahan faktor eksternal tersebut. Upaya-upaya untuk meningkatkan pengelolaan sumber daya daerah harus dilaksanakan secara komprehensif dan terintegrasi mulai dari aspek perencanaan, palaksanaan dan evaluasi sehingga otonomi yang diberikan kepada daerah akan mampu meningkatkan kesejahteraan masyarakat.

Pada dasarnya kebijakan otonomi daerah adalah memberikan keleluasaan kepada pemerintah daerah dalam membangun daerah yang bersangkutan melalui usaha yang sejauh mungkin mampu meningkatkan partisipasi aktif masyarakat. Misi utama pelaksanaan otonomi daerah adalah menciptakan efisiensi dan efektivitas pengelolaan sumber daya daerah; meningkatkan kualitas dan kesejahteraan masyarakat; memberdayakan dan menciptakan ruang bagi masyarakat untuk ikut serta berpartisipasi dalam proses pembangunan.

Dalam penerapan kebijakan otonomi daerah tentunya banyak kebijakan baru yang diterapkan oleh pemerintah daerah untuk memacu perekonomian wilayah yang bersangkutan. Informasi awal yang diperlukan untuk membuat kebijakan baru tersebut adalah dengan mengetahui corak perekonomian masing-masing daerah yang berbeda satu sama lain. Corak tersebut sangat bergantung dari kondisi sumber daya alam yang dimiliki oleh wilayah tersebut., antara lain: sumber daya alam dan sumber daya manusia yang menggerakkan kegiatan ekonomi, serta prasarana dan kebijakan daerah dalam rangka peningkatan ekonomi regional.

2.5.2. Pertumbuhan Ekonomi

(12)

nilai tambah yang diciptakan dalam suatu perekonomian, angka ini juga memberikan indikasi tentang sejauh mana aktivitas perekonomian yang terjadi pada suatu periode tertentu telah menghasilkan tambahan pendapatan bagi penduduk.

Laju pertumbuhan ekonomi merupakan suatu indikator ekonomi makro yang menggambarkan tingkat pertumbuhan ekonomi. Indikator ini biasanya digunakan untuk menilai sampai seberapa jauh keberhasilan pembangunan suatu daerah dalam periode waktu tertentu. Dengan demikian indikator ini dapat pula dipakai untuk menentukan arah kebijakan pembangunan yang akan datang. Pertumbuhan yang positif menunjukkan adanya peningkatan perekonomian dan sebaliknya.

Tabel 2.7

Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten Tabalong Tahun 2006-2009

No Sektor 2006 2007 *) 2008 **)

Pertambangan dan Penggalian Industri Pengolahan

Listrik dan Air Bersih Bangunan

Perdagangan, Hotel dan Rest Pengangkutan dan Komunikasi

Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan Jasa – jasa

Tanpa Minyak Bumi dan Batubara Dengan Minyak Bumi dan Batubara

13,34 Sumber : Monografi kabupeten Tabalong 2009

Hal ini dapat di jelaskan karena pertumbuhan ekonomi pada dasarnya merupakan suatu proses penggunaan faktor-faktor produksi untuk menghasilkan barang dan jasa (output). Pada gilirannya, proses ini tentunya juga akan menghasilkan suatu aliran balas jasa tehadap faktor produksi yang dimiliki oleh penduduk.

(13)

Sektor yang memiliki pertumbuhan terendah adalah industri pengolahan sebesar 0,60 persen. Sedangkan sektor yang mengalami penurunan pertumbuhan terbesar yaitu Perdagangan, Hotel dan Restoran yaitu dari 9,25 persen di 2007 menjadi 4,31 persen di 2008.

Secara makro atau keseluruhan maka pertumbuhan ekonomi kabupaten Tabalong adalah 5,49 persen, turun disbanding tahun 2007 yang sebesar 5,79 persen. Produksi sektor pertanian mengalami pertumbuhan sebesar 4,79 persen, lebih rendah dibandingkan pertumbuhan tahun 2007 yaitu sebesar 5,45 persen.

2.5.3. Struktur Ekonomi

Proses pembangunan ekonomi biasanya diikuti dengan terjadinya perubahan dalam struktur ekonomi baik itu struktur permintaan domestik, struktur produksi serta struktur perdagangan. Perubahan struktur ini sesungguhnya terjadi akibat adanya interaksi antara dua proses yaitu proses akumulasi (pembentukan modal) dan perubahan konsumsi masyarakat yang terjadi karena meningkatnya pendapatan perkapita. Perubahan pada permintaan ini yang kemudian mengubah komposisi barang dan jasa yang diproduksi dan diperdagangkan.

Tabel 2.8

Distribusi Persentase PDRB Tanpa Minyak Bumi dan Batubara Atas Dasar Harga Berlaku Tahun 2006-2008

Pertambangan dan Penggalian Industri Pengolahan

Listrik dan Air Bersih Bangunan

Perdagangan, Hotel dan Restoran Pengangkutan dan Komunikasi

Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan

Total 100,00 100,00 100,00

Sumber : Monografi kabupeten Tabalong 2009

(14)

dari masing-masing sektor ekonominya. Apabila sektor ekonomi ini disajikan dari waktu ke waktu maka dapat dilihat struktur perekonomian yang terjadi.

Pada tabel diatas ditunjukkan bahwa struktur perekonomian daerah ini didominasi oleh tiga sektor besar yaitu Pertanian, Perdagangan dan Jasa-jasa. Hal ini tercermin dari sumbangan ketiga sektor ini terhadap total PDRB atas dasar harga berlaku tanpa minyak bumi dan pertambangan yang cukup besar yaitu pertanian 42,46 persen, perdagangan, hotel dan restoran 13,93 persen dan jasa-jasa 20,27 persen.

Ketergantungan kepada sektor pertambangan masih tinggi. Jika sektor pertambangan batubara, minak bumi dan penggalian lainnya turut diperhitungkan maka sektor tersebut mempunyai kontribusi terbesar yaitu 57,29 persen. Sedangkan kontribusi sektor pertanian hanya sebesar 18,18 persen saja.

Pemerintah harus berinisiatif memperhatikan dan memikirkan sektor pertanian atau sektor lain yang dianggap mampu memberikan andil pada pendapatan asli daerah dan memberikan lapangan kerja bagi masyarakatnya. Karena pertambangan adalah salah satu sumber daya alam yang tidak dapat diperbaharui dan cenderung meninggalkan polutan yang merusak ekosistem alam.

Tabel 2.9

PDRB Perkapita dan Laju Pertumbuhan Tanpa Minyak Bumi dan Batubara Tahun 2006-2008

Rincian 2006 2007 *) 2009 **)

(1) (2) (3) (4)

I. Atas Dasar harga Berlaku

1. PDRB perkapita (Rp)

2. Indeks perkembangan (2000=100)

3. Laju pertumbuhan (%)

II. Atas Dasar Harga Konstan 2000

1. PDRB perkapita (Rp)

2. Indeks perkembangan (2000=100)

3. Laju pertumbuhan (%)

13.894.283 189,25 15,96 10.324.111 135,90 11,56

15.299.010 207,03 9,61 10.808.125 142,34 4,69

16.406.482 223,47 8,63 11.283.013 149,50 4,39

*)Angka diperbaiki

**) Angka sementara

(15)

Data tersebut diperoleh dengan cara membagi total nilai PDRB/pendapatan regional dengan jumlah penduduk pertengahan tahun (karena penyebarannya dianggap lebih merata). Kedua indikator tersebut biasanya digunakan untuk mengukur tingkat produktivitas dan tingkat kemakmuran penduduk suatu daerah. Apabila data tersebut disajikan secara berkala akan menunjukkan adanya perubahan kualitas sumber daya manusia dan perubahan tingkat kemakmuran.

Tingkat pertumbuhan PDRB perkapita juga dapat dipakai sebagai bahan pertimbangan kemampuan dari suatu region untuk memperluas atau mempertinggi output/keluaran pada tingkat yang lebih cepat dari pada tingkat pertumbuhan populasinya. Kenaikan PDRB perkapita ini menandakan bahwa secara rata-rata nilai tambah yang bisa dihasilkan oleh seorang penduduk di kabupaten Tabalong akibatnya adanya aktifitas produksi mulai meningkat dan terlihat secara nyata bahwa telah terjadi perubahan kualitas sumber daya manusia dan perubahan tingkat kemakmuran menjadi lebih baik.

PDRB perkapita tahun 2008 tumbuh sebesar 8,63 persen (atas dasar harga berlaku). PDRB perkapita penduduk Tabalong tahun 2008 yang dilihat berdasarkan harga berlaku adalah sebesar Rp. 16.406.482,-. Sedangkan tingkat produktivitas yang dilihat dari PDRB perkapita atas dasar harga konstan sebesar 4,39 persen atau jika dinilai berdasarkan nilainya adalah sebesar Rp. 11.283.013,-. Lebih tinggi dari tahun sebelumnya yang sebesar Rp. 10.808.125,-.

2.6 . KONDISI SARANA DAN PRASARANA BIDANG PU CIPTA KARYA

Kabupaten Tabalong dengan Ibu Kotanya Tanjung memiliki Luas wilayah 3.946 km2meliputi 12 kecamatan terdiri dari 131 desa/kelurahan. Bentuk Morfologi wilayah di dominasi oleh dataran sebesar 41,34 % dan pegunungan 29,79 %.

Berdasarkan data statistik, penduduk Kabupaten Tabalong tahun 2008 berjumlah 193.641 jiwa, yang terdiri dari laki-laki sebanyak 96.838 jiwa, perempuan sebanyak 96.803 jiwa serta jumlah rumah tangga sebanyak 51.244 rumah tangga.

(16)

pekerjaan umum berupa bangunan fisik untuk kepentingan umum dan keselamatan umum seperti jalan, irigasi,air bersih,sanitasi dan berbagai bangunan pelengkap kegiatan permukiman lainnya yang merupakan prasyarat agar berbagai aktivitas masyarakat dapat berlangsung dengan baik. Hingga akhir tahun 2007 dan akhir tahun 2008 infrastruktur pekerjaan umum yang dimiliki dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 2.10

Data Infrastruktur PU Tahun 2007/2008

No Jenis Infrastruktur Kuantitas

Tahun 2007 Tahun 2008 1 Jalan Kabupaten dengan jenis permukaan 470,412 Km 480,022 Km

a. Jalan Beraspal: 218,193 Km

- Aspal hotmix 176,239 Km

- Lapisan penetrasi 85,59 Km

- latasir

b. Jalan Kerikil 206,32 Km 227,78 Km

c. Jalan Batu 5,7 Km

d. Jalan Tanah 193,57 Km 156,8 Km

JUMLAH 870,302 Km 870,302 Km

2 Jembatan Kabupaten

a. Jembatan (ulin dan baja) 4406,2 m 4406,2 m

b. Jembatan Gantung 4559,9 m 4559,9 m

JUMLAH 8966,1 m 8966,1

3 Prasarana dan Sarana Pengairan,dengan jenis :

a. saluran pasangan batu 24.481,00 m 24.481,00 m

b. saluran pembuang 58.650,00 m 58.650,00 m

c. bending 18 m 18 m

d. pintu air 67 m 67 m

e. box pembagi 81 m 81 m

f. polder 17.150,00 m 17.150,00 m

g. jalan inspeksi 26.585,00 m 26.585,00 m

h. titian 6.050,00 m 6.050,00 m

Prasarana dan sarana lingkungan perumahan dan permukiman: 1. Wilayah Perkotaan

a. Jalan cor 1.258,90 m 1.258,90 m

b. Jalan beraspal 11.430,00 m 11.430,00 m

c. Paving blok 3.473,00 m 3.473,00 m

d. Jalan Perkerasan 7,955,10 m 7,955,10 m

e. Riol/Drainase 10.984,00 m 10.984,00 m

f. Titian/jembatan ulin 130 m 130 m

2. Wilayah Perdesaan

a. Jalan cor 1.798,00 m 1.798,00 m

b. Jalan beraspal 14.490,00 m 14.490,00 m

c. Paving Blok 4.769,00 m 4.769,00 m

(17)

No Jenis Infrastruktur Kuantitas

Tahun 2007 Tahun 2008

e. Riol/drainase 4.067,00 m 4.067,00 m

f. titian/jembatan ulin 1.543,50 m 1.543,50 m

Sumber : Renstra Dinas Pekerjaan Umum Tahun 2009-2014

Isu Strategis Dinas Pekerjaan Umum Bidang Cipta Karya a. Belum optimalnya fungsi sanitasi lingkungan yang ada

b. Perkembangan kawasan kumuh di perkotaan cenderung meningkat; c. Meningkatnya luas kawasan genangan;

d. Belum optimalnya capaian target cakupan penduduk yang memperoleh kemudahan pelayanan penyediaan air minum dengan target sebesar 86 % terdiri dari 49,5 % penggunaan air

ledeng/perpipaan dan 35,5 % penggunaan air non perpipaan yang terlindungi.

Permasalahan Dinas Pekerjaan Umum Bidang Cipta Karya

a. Belum cukup tersedianya prasarana dan sarana sanitasi lingkungan yang berkualitas.

Apabila diperhatikan data tentang rumah tangga bersanitasi di Kabupaten Tabalong 82,13 % ( hasil pendataan Dinas Kesehatan tahun 2008), ini menunjukkan bahwa secara umum kondisi sanitasi lingkungan rumah tangga sudah cukup baik. Kondisi riil di lapangan menunjukkan bahwa secara umum kondisi sanitasi lingkungan rumah tangga sudah cukup baik. Kondisi riil di lapangan menunjukkan bahwa secara kuantitas kepemilikan sanitasi rumah tangga masih belum baik karena fungsi sanitasi tersebut belum optimal

b. Kurang tertibnya kawasan perumahan dan permukiman perkotaan dan masih kurangnya sarana dan prasarana perumahan permukiman.

Persen kawasan lingkungan permukiman lingkungan kumuh di Kabupaten Tabalong (4,47 %) angka ini di dapat dari luas kawasan lingkungan permukiman kumuh dibandingkan dengan luas wilayah Kabupaten Tabalong. Sebagaimana diketahui potensi terbesar terjadinya kawasan lingkungan kumuh sebenarnya ada di perkotaan maka apabila luas permukiman kumuh dibandingkan dengan luas wilayah kota Tanjungmaka persen kawasan kumuh sebenarnya 39,94 % dan ini masih cukup tinggi

(18)

diketahui bahwa potensi kawasan genangan sebenarnya ada di kota Tanjung maka persen kawasan genangan sebenarnya 37,36 % dan ini masih cukup tinggi.

d. Pelayanan air bersih yang kurang merata.

Saat ini sistem pengolahan dan distribusi air bersih yang terbangun baru mampu melayani 10.173 rumah tangga artinya persen rumah tangga yang menggunakan air bersih adalah 20,55 % didapat dari jumlah rumah tangga yang ada di Kabupaten Tabalong. Persen rumah tangga yang menggunakan air bersih adalah 36,86 % (22,03 jiwa penduduk perkotaan) dan persen rumah tangga yang menggunakan air bersih adalah 10,69 % (13.861jiwa penduduk perdesaan).

2.6.1. Penataan Bangunan Dan Lingkungan A. Intensitas Pemanfaatan Lahan

Karak teristik lingkungan dan penataan bangunan merupakan elemen penting dalam Penyusunan Rencana Program Investasi Jangka Menengah untuk meninjau kondisi kawasan perencanaan dalam penataan bangunan dan lingkungannya. Di dalam karakteristik lingkungan dan penataaan bangunan akan terlihat beberapa aspek yang terkait dengan kondisi Intensitas Pemanfaatan lahan yaitu antara lain Koefisien Dasar Bangunan (KDB), Koefeisien Lantai Bangunan, Ketinggian bangunan, Garis Sempadan Bangunan (GSB).

Secara umum kondisi bangunan dan lingkungan pada kawasan perkotaan di Kabupaten Tabalong sudah cukup baik hal ini dapat dilihat dari adanya jarak antar bangunan, jaringan jalan yang menghubungkan antar kawasan cukup baik dengan saluran di kiri dan kanan jalan. Penataan bangunan yang cukup teratur di ibu Kota Kecamatan Tanjung dengan suasana perkotaan yang cukup kental ketersediaan fasilitas penunjang yang cukup lengkap dan memadai serta kompleksitas kegiatan sosial ekonoi masyarakat. Pada kawasan sekitar perdagangan dan jasa seperti pasar, perkantoran dan fasilitas-fasilitas sosial maka perkembangan penataan permukiman cukup baik, walaupun permukimannya cukup padat dan kurang memadai. Pada kawasan-kawasan yang berada pada koridor jalan utama penghubung antar kecamatan, keadaan umum lingkungan kawasan tersebut lebih tertata dengan baik.

(19)

dijadikan fasilitas pendukung dari fungsi-fungsi bangunan lainnya terutama kawasan permukiman. Namun hal ini sering tidak bisa tertata secara baik karena perkembangan kota yang kurang terkendali dan cenderung tidak terencana.

Bangunan yang berada di kawasan perkotaan tentu saja mempunyai nilai ekonomi yang lebih tinggi dari pada yang berada di wilayah perdesaan. Begitu pula bangunan fungsi perdagangan biasanya memiliki nilai ekonomi yang lebih tinggi dari pada bagunan perkantoran, pendidikan maupun permukiman.

B. Komposisi Garis Langit Bangunan/Skyline

Garis langit bangunan di kawasan perencanaan relatife datar, hanya sedikit terdapat penonjolan ketinggian terutama di kawasan perkotaan IKK Tanjung, sedangkan pada kawasan IKK Kecamatan lainnya garis langitnya relatife datar. Garis langit di kawasan perencanaan tidak terlalu signifikan, karena view dari jalan tidak memperlihatkan secara jelas, kecuali view dari sungai yang dapat melihat deretan garis langit bangunan dengan sangat jelas.

2.6.2. Pengembangan Permukiman A. Kondisi Perumahan

Salah satu kebutuhan pokok manusia adalah mendapatkan rumah dan lingkungan yang nyaman. Perumahan menjadi tempat untuk tumbuh, hidup, berinteraksi, perlindungan dari gangguan dan fungsi lainnya bagi penghuninya. Arti fisik perumahan dalam konteks yang diperluas

Gambar 2.3

(20)

disebut permukiman, yaitu tempat tinggal anggota masyarakat dan individu-individu yang biasanya hidup dalam ikatan perkawinan atau keluarga beserta berbagai fasilitas pendukungnya. Indikator untuk melihat keadaan perumahan dan permukiman adalah kondisi fisik bangunan, penguasaan tempat tinggal, utilitas dad fasilitas tempat tinggal dan kondisi lingkungan.

Tabel 2.11

Persentasi Rumah Tangga menurut Status Penguasaan Tempat Tinggal tahun 2008 No Statu Penguasaan Tempat Tinggal Persentase (%)

1 2 3 4 5 6 7

Milik Sendiri Kontrak Sewa Bebas Sewa Dinas

Milik orang tua Lainnya

78,78 0,78 7,86 3,46 4,80 3,84 0,48

Total 100.00

Sumber: Susenas 2008

Tabel diatas memperlihatkan status penguasaan tempat tinggal di Kabupaten Tabalong yang sebagian rumah tangga menempati rumah sendiri, yaitu mencapai 78,78 persen. Status sewa yang mencapai 7,86 persen memperlihatkan banyaknya migrasi penduduk dari luar Kabupaten yang masuk ke kabupaten Tabalong.

Gambar 2.4

Permukiman Kecamatan Muara Uya

(21)

38,04 persen. Sedangkan yang menempati rumah dengan luas lantai 100 meter atau lebih hanya sekitar 10,34 persen.

Tabel 2.12

Persentasi Rumah Tangga Menurut Kelompok Luas Lantai Tahun 2008 No Luas Lantai (m2) Persentase (%)

1 2 3 4 5

≤ 19 20 – 49

50 99 100 149

150 +

2.61 35.44 51.62 7.86 2.47

Total 100.00

Sumber: Susenas 2008

Selain dari luas lantai minimal, mutu rumah dapat dilihat dari jenis bahan yang digunakan untuk dinding rumah. Semakin baik kualitas dinding rumah diindikasikan tingkat kesejahteraan penghuninya baik pula.

Jenis bahan dinding antara lain tembok, kayu, bambu dan lainnya. Sebagian besar dinding rumah di Tabalong terbuat dari bahan kayu, karena bahan ini mudah didapat. Sebanyak 86.27 persen rumah tangga yang dinding rumahnya terbuat dari kayu. Hanya 13.56 persen rumah tangga yang dinding rumahnya terbuat dari bahan selain kayu dan tembok, misalnya terbuat dari daun (istilah di Tabalong kajang).

Fasilitas perumahan yang tidak kalah penting adalah penerangan. Fasilitas penerangan ini dapat bersumber dari listrik, atau bukan listrik. Sumber penerangan yang ideal adalah yang berasal dari listrik karena cahaya listrik lebih terang dibandingkan dengan sumber penerangan lainnya. Sebanyak 90,71 persen rumah tangga penerangannya berasal dari listrik PLN dan 2,35 persen rumah tangga sumber penerangannya berasal dari listrik bukan PLN. Sedangkan 9,29 persen rumah tangga sarana penerangan rumahnya menggunakan petromak, pelita dan lainnya.

Tabel 2.13

Persentasi Rumah Tangga Menurut Sumber Penerangan Yang Digunakan Tahun 2008

No Sumber Penerangan Persentase

1 2

Listrik PLN Listrik non PLN

(22)

No Sumber Penerangan Persentase 3

4 5

Petromak

Pelita/Sentir/Obor Lainnya

1.01 7.43 0.85

Total 100.00

Sumber: Susenas 2008

Dari table di atas menunjukkan keseriusan pemerintah dalam melayani masyarakat khususnya pada penerangan. Untuk daerah yang terpencil setidaknya pemerintah memberikan solusi supaya warga masyarakat bias menikmati listrik untuk kehidupan

Rumah sehat adalah bangunan rumah tinggal yang memenuhi syarat kesehatan yaitu rumah yang memiliki jamban yang sehat, sarana air bersih, tempat pembuangan sampah, sarana pembuangan air limbah, ventilasi rumah yang baik, kepadatan hunian rumah yang sesuai dan lantai rumah yag terbuat bukan dari tanah. Tahun 2008 dari sejumlah 40.774 buah rumah sebanyak 85,86% (42.736 buah) rumah telah diperiksa dengan hasil 22.281% (53,4%) dikategorikan rumah sehat. Target Indonesia Sehat 2010 adalah 80%. Pola Perkembangan permukiman berdasarkan pada pola perumahan dan fasilitas yang berkembang, mengarah pada daya tarik suatu kegiatan tertentu dan pola jaringan jalan. Pola perkembangan kawasan permukiman di kabupaten Tabalong juga berdasarkan pada daya tarik suatu kegiatan tertentu, misalnya kegiatan perumahan, perindustrian, perdagangan dan jasa serta pola jaringan jalan.

Pola persebaran kawasan permukiman sebagian besar dipengaruhi oleh nilai ekonomis lokasi terhadap prasarana jalan maupun prasarana dan sarana perhubungan lainnya. Pola persebaran kawasan permukiman di kabupaten Tabalong pada saat ini berada di wilayah Ibukota Kabupaten Tabalong yaitu kota Tanjung. Fungsi dari kota Tanjung adalah kawasan perdagangan skala regional dan sebagai pusat pemerintahan kabupaten Tabalong. Kawasan permukiman di kabupaten

(23)

Rumah dan pemukiman adalah sebuah subyek kata yang sangat tidak asing bagi siapa saja, dari golongan mana saja ia berasal, kaya atau miskin, kulit berwarna atau kulit putih, warga desa atau masyarakat kota membutuhkan rumah sebagai tempat berteduh maupun pemukiman sebagai tempat bersosialisasi sebagai actualisasinya sebagai anggota sebuah masyarakat.Tentunya banyak syarat dan ketentuan untuk sebuah rumah dan kemukiman dapat disebut baik, sehat dan layak ditinggali. Jadi sebuah rumah sehat meliputi beberapa persyaratan sebagai berikut

1. Sistem pengadaan air baik 2. Fasilitas untuk mandi baik 3. Sistem pembuangan limbah baik 4. Sistem pembuangan tinja baik 5. Tidak over crowded/tidak ramai 6. Ventilasi

7. Pencahayaan 8. Kebisingan

9. Kekuatan bangunan 10. Letak rumah

Rumah dan pemukiman adalah sebuah subyek kata yang sangat tidak asing bagi siapa saja, dari golongan mana saja ia berasal, kaya atau miskin, kulit berwarna atau kulit putih, warga desa atau masyarakat kota membutuhkan rumah sebagai tempat berteduh maupun pemukiman sebagai tempat bersosialisasi sebagai actualisasinya sebagai anggota sebuah masyarakat.Tentunya banyak syarat dan ketentuan untuk sebuah rumah dan kemukiman dapat disebut baik, sehat dan layak ditinggali. Berikut ini penjabaran mengenai bentuk permukiman di Kabupaten Tabalong.

B. Permukiman Bentuk Linear

Permukiman Linear merupakan permukiman yang mengikuti arah aliran jalan,sungai, rel Kereta api,dll Namun untuk Kabupaten Tabalong bentuk permukiman rata-rata adalah pola lingkungan yang liear,yakni mengikuti arah jalan dan Sungai.

1. Permukiman Tepi Sungai

(24)

kalimantan sangat identik dengan permukiman Tepi sungainya. Namun kalau dilihat dari segi fungsional kawasan,, apapun itu permukiman tepi sungai sangat tidak diperkenankan dan akan merusak tatanan ruangan kawasan itu.

2. Permukiman Tepi jalan

Permukiman tepi jalan merupakan permukiman yang mengikuti alur jalan dan berada di pinggiran jalan, Baik Jalan arteri maupun jalan Sekunder. Dan rata-rata kondisi permukiman tepi jalan dalam kondisi yang sedang, dan sebagian besar kondisi permukiman ini di areal kawasan perkotaan dalam kondisi yang baik.

Gambar 2.5

:Kondisi Permukiman Tepi sungai di Kecamatan haruai dan Di kecamatan Kelua

Gambar 2.6

A.Kondisi Permukiman Tepi Jalan diKecamatan Upau , B.Kondisi Permukiman Tepi Jalan diKecamatan Muara uya, C .Kondisi Permukiman Tepi Jalan diKecamatan haruai, D.Kondisi Permukiman Tepi Jalan

diKecamatan Jaro

(25)

C. Permukiman Konsentris

Merupakan permukiman yang terpusat atau memusat di suatu kawasan perkotaan ataupun di perdesaan. Untuk kawasan berpola konsentris biasanya ada di Ibu Kota Kabupaten, Kota, dan kecamatan. Untuk kabupaten tabalong Permukiman konsentris padat penduduk terdapat di kota Tanjung yang merupakan kawasan perkotaan kabupaten tabalong. Permukiman kawasan perkotaan yang tergolong kawasan dengan kepadatan pola permukiman ada Di Ibukota Kecamatan Kelua,dan Ibukota Kecamatan Jaro hal tersebut dikarenakan dua Kecamatan Terssebut merupakan kecamatan yang berbatasan langsung dengan Propinsi kalimantan tengah dan kalimantan Timur. Oleh karena dengan Tingkat Lajunya perekonomian kawasan maka semakin berkembang pula kawasan-kawasan tersebut.

2.6.3. Air Minum

Dalam rangka usaha memenuhi kebutuhan air bersih di Kabupaten Tabalong di perlukan upaya mengefektifkan dan mengembangkan beberapa jenis sumber air yang dan disertai dengan penelitian terhadap kualitas sumber air yang akan digunakan. Untuk dapat memenuhi kebutuhan di daerah pelayanan dalam kurun waktu tertentu, diperlukan pemilihan sumber air yang dapat memenuhi persyaratan secara teknis, ekonomis, dan kelayakan kesehatan. Dalam pengembangan yang dilakukan oleh Dinas PU/Cipta Karya sektor pengelolaan air bersih di bedakan menjadi 2 (dua) bentuk pengelolaan yaitu air bersih perpipaan dan air bersih non perpipaan.

A. Air Bersih Sistem Perpipaan

Untuk tahun 2009 jumlah penduduk Kabupaten Tabalong yang terlayani oleh PDAM sebesar jiwa atau sekitar 33,03% dari total jumlah penduduk 206.904 jiwa.

Gambar 2.7

A.Kondisi Permukiman di kota Kecamatan jaro, B.Kondisi Permukiman di kota Kecamatan Muara uya, C .Kondisi Permukiman di kota Kecamatan haruai, D.Kondisi Permukiman di kota Kecamatan Kelua

(26)

1. Area Pelayanan

Kebutuhan air minum sistem perpipaan di Kabupaten Tabalong dilayani oleh PDAM kabupaten Tabalong melalui Instalasi Pengolahan Air (IPA) yang ada di Kabupaten Tabalong yang meliputi: BNA Tanjung, IKK Muara Pudak, IKK Tanta, IKK Kalua, IKK Muara Harus, IKK Muara

Uya, IKK Jaro, IKK Pugaan, IKK Haruai, IKK Upau, IKK Bintang Ara.

Gambar 2.8

Lokasi Masing-Masing IKK PDAM Kabupaten Tabalong

Wilayah yang dilayani oleh masing-masing IKK berbeda untuk tiap daerahnya dan digambarkan sebagai berikut :

Tabel 2.14

Wilayah Pelayanan Air Minum pada BNA dan IKK di Kabupaten Tabalong

No. IKK Wilayah Pelayanan

1 BNA Tanjung

* Desa Tanjung * Desa Kapar * Desa Belimbing

(27)

No. IKK Wilayah Pelayanan

2 IKK Belimbing

* Desa Pembataan * Desa Mabu'un * Desa Belimbing * Desa Tanj. Selatan * Desa Sulingan * Pandan Arum * Desa Plamboyan * Bangun Sari * Desa Mabu'un Raya

3 IKK Tanta

* Desa Padangin * Desa Limau Manis * Desa Pamarangan Kanan * Desa Bayahin * Desa Tanta Hulu * Desa Mangkusip Hilir * Desa Luk Bayur * Desa Puain Kanan * Desa Mangkusip * Desa Tanta * Desa Puain Kiwa

* Desa Kabuau * Desa Pamarangan

4 IKK Kelua

* Desa Pare - Pare * Desa Pulau * Desa Pare - Pare * Desa Telaga Itar

* Desa Gayam * Desa Masintan * Desa Gayam * Desa Ampukung Hilir * Desa Bahungin * Desa Paliat * Desa Bahungin * Desa Ampukung Hulu * Desa Takulat * Desa Asam Pauh * Desa Takulat * Desa Pudak Setegal

5 IKK Muara

Harus Padangin, Harus, Tanta Ringin, Mantuil, Murung Karangan

6 IKK Muara

Uya

* Desa Lumbang * Desa Simpung Layung

* Desa Randu * Desa Uwie

* Desa Gendawang * Desa Ku'u * Desa Santuun * Desa Muara Uya

7 IKK Banua

Lawas/Pugaan Simpung Layung, Uwie, Lumbang Santu’un, Muara Uya

8 IKK Jaro Nalui, Jaro, Garagata

9 IKK Haruai Nawin, Halong

9 IKK Bintang

Ara

-Sumber : PDAM Kabupaten Tabalong, 2009

(28)

Tabel 2.15

Jumlah Pelanggan 4 (empat) tahun terakhir (2006-2009)

No Wilayah Pelayanan

Tahun

BNA Tanjung meliputi Kota Tanjung Murung Pudak dan Tanta

Cabang IKK Kelua meliputi Kecamatan Kelua dan Muara Harus

Cabang IKK Banua Lawas meliputi Kecamatan Banua Lawas dan Pugaan

Cabang IKK Muara Uya meliputi Kecamatan Muara Uya dan Jaro

Cabang IKK Haruai

Cabang IKK Bintang Ara, belum serah terima

7.453

Jumlah 9.968 10.268 10.781 11.319

Sumber : Business Plan PDAM Kabupaten Tabalong, 2009

Tabel 2.16

Pertumbuhan Sambungan Langganan 4 tahun terakhir (2006-2009) PDAM Kab. Tabalong

No Uraian Tahun 2006 Tahun 2007 Tahun 2008

Tahun 2009

Jumlah 9.968 10.268 10.781 11.319

(29)

2. Sumber Air Baku

Sumber air yang digunakan sebagai air baku oleh PDAM Kabupaten Tabalong sebagian besar dilayani oleh Sungai Tabalong. Hanya IKK Muara Uya yang sumber air bakunya berasal dari mata air dan IKK Jaro yang menggunakan mata air yang berasal dari pegunungan yang ditampung kemudian dialirkan dengan sistem gravitasi.

Tabel 2.17

Sumber Air Baku PDAM Kabupaten Tabalong

No. L O K A S I D E S A

Jenis dan

Sumber Air Baku

1 BNA Tanjung Air permukaan (Sei Tabalong)

2 IKK Belimbing Air permukaan (Sei Tabalong)

3 IKK Tanta Air permukaan (Sei Tabalong)

4 IKK Kelua Air permukaan (Sei Tabalong)

5 IKK Muara Harus Air permukaan (Sei Tabalong)

6 IKK Muara Uya Mata Air

7 IKK Banua Lawas/Pugaan Air permukaan (Sei Tabalong)

8 IKK Jaro Gravitasi (Air gunung)

9 IKK Haruai Air permukaan (Sei Tabalong)

9 IKK Bintang Ara Air permukaan (Sei Tabalong)

Sumber: PDAM Kabupaten Tabalong, 2009

(30)

3. Sistem Transmisi

Sistem yang digunakan untuk mentransmisikan air dari sumber air baku Sungai Tabalong menuju instalasi pengolahan air menggunakan sistem perpipaan yang dihubungkan dengan ponton sebagaimana gambar di bawah. Sedangkan untuk sumber air baku IKK Muara Uya dan IKK Jaro, maka pengambilan air sumber air dilakukan dengan menampung terlebih dahulu dengan menggunakan pipa dan baru dimanfaatkan sesuai kepentingannya.

Panjang jaringan pipa transmisi PDAM Kabupaten Tabalong yang dimiliki setiap IKK memiliki variasi diameter. Berikut ini variasi masing-masing diameter perdasarkan masing-masing IKK.

Tabel 2.18

Pipa Transmisi PDAM Kabupaten Tabalong

NO KECAMATAN

DIAMETER/

PANJANG PIPA

TRANSMISI

JUMLAH POMPA

INTAKE KETERANGAN

A. B. LAWAS/PUGAAN: Dia. 100 mm - 45 m 1bh Dia pipa yang akan diganti: Dia 50 mm - 700 m

B. KALUA : Dia. 150 mm - 300 m 1bh = 20 lt/dt 1bh = 10lt/dt

Dia pipa yang akan diganti: Dia 150 mm - 200 m

C. MUARA UYA : Dia. 100 mm - 25 m 2bh

-D. TANJUNG : Dia. 150 mm - 130 m

1bh = 40lt/dt 1bh = 30lt/dt 1bh = 20lt/dt 1bh = 20lt/dt

Dia pipa yang akan diganti: Dia 100 mm - 1.880 m Dia 75 mm - 4.330 m Dia 50 mm - 525 m

E. BELIMBING : Dia. 200 mm - 380 m

1bh = 40lt/dt 1bh = 30lt/dt 1bh = 20lt/dt

-F. TANTA : Dia. 150 mm - 300 m 1bh =20lt/dt

-Gambar Pipa

(31)

NO KECAMATAN

DIAMETER/

PANJANG PIPA

TRANSMISI

JUMLAH POMPA

INTAKE KETERANGAN

1bh =20lt/dt

G. JARO : Dia. 100 mm - 200 m -

-H. M. HARUS : Dia. 100 mm - 50 m -

-Sumber: PDAM Kab. Tabalong, 2009

4. Instalasi Pengolahan Air

Sistem pengolahan air sungai Tabalong dilakukan dengan pengolahan sederhana yang umumnya adalah menggunakan Bak Prasedimentasi dan Slow Sand Filter (Saringan Pasir Lambat) serta pembubuhan bahan kimia seperti tawas/chlor.

5. Kapasitas Terpasang dan Kapasitas Produksi

Kapasitas terpasang dan kapasitas produksi masing-masing Unit Produksi PDAM Kabupaten Tabalong dapat ditunjukkan pada Tabel berikut :

Tabel 2.19

Unit Produksi dan Kapasitas Produksi PDAM Kabupaten Tabalong

No. L O K A S I D E S A

Kapasitas Terpasang

(lt/dt)

Kapasitas Produksi (lt/dt)

Pemanfaatan Produktifitas Instalasi

Produksi (%)

1 BNA Tanjung 65 62,5 96,15

2 IKK Belimbing 80 75 93,75

3 IKK Tanta 25 22,5 90

4 IKK Kelua 37,5 17,5 46,66

5 IKK Muara Harus 5 5 100

6 IKK Muara Uya 5 5 100

7 IKK Banua Lawas/

Pugaan 10 10 100

8 IKK Jaro 5 5 100

9 IKK Haruai 20 20 100

9 IKK Bintang Ara 20 20 100

(32)

Gambar 2.9

Unit Bangunan BNA Tanjung

6. Sistem Distribusi

Sistem jaringan pipa distribusi PDAM Kabupaten Tabalong merupakan sistem jaringan yang saling berhubungan, baik antara IKK dengan IKK maupun IKK dengan BNA. Sistem jaringan Pipa Distribusi PDAM Kabupaten Tabalong merupakan sistem campuran, yaitu sistem loop dan sistem cabang (branch). Jaringan pipa distribusi dapat dibedakan menjadi :

 Pipa distribusi induk berdiameter antara 150 -250 mm

 Pipa distribusi sekunder berdiameter antara 50-100 mm

 Pipa distribusi induk berdiameter antara < 50 mm

Panjang jaringan distribusi PDAM Kabupaten Tabalong yang dimiliki setiap IKK memiliki variasi diameter. Berikut ini variasi masing-masing diameter perdasarkan masing-masing IKK.

Tabel 2.20

Jaringan Pipa Transmisi dan Distribusi

NO KECAMATAN DIAMETER/PANJANG

PIPA DISTRIBUSI

JUMLAH POMPA DISTRIBUSI

KETERANGAN

A. B. LAWAS/

PUGAAN:

Dia 100 mm - 2.734 m Dia 75 mm - 2.734 m Dia 50 mm - 2.734 m

2bh

Dia pipa yang akan diganti:

Dia 50 mm - 700 m

B. KALUA :

Dia 100 mm - 2.750 m Dia 75 mm - 4.700 m Dia 50 mm - 9.800 m Dia 40 mm - 8.000 m

1bh = 10lt/dt 1bh = 20lt/dt

Dia pipa yang akan diganti:

Dia 150 mm - 200 m

C. MUARA UYA :

Dia 150 mm - 1.520 m Dia 100 mm - 150 m Dia 75 mm - 2.396 m Dia 50 mm - 14.978 m

(33)

-NO KECAMATAN DIAMETER/PANJANG

1bh = 40lt/dt 1bh = 30lt/dt 1bh = 25lt/dt 1bh = 30lt/dt

Dia pipa yang akan diganti:

Dia 100 mm - 1.880 m Dia 75 mm - 4.330 m Dia 50 mm - 525 m

E. BELIMBING :

Dia 150 mm - 1.800 m Dia 100 mm - 8.747 m Dia 75 mm - 12.525 m Dia 50 mm - 11.338 m

1bh = 30lt/dt 1bh = 25lt/dt 1bh = 30lt/dt

-1bh = 20lt/dt 1bh = 15lt/dt 1bh = 10lt/dt

-Sumber: PDAM Kab. Tabalong, 2009

7. Kehilangan Air

Tingkat kehilangan air pada PDAM Kabupaten Tabalong diprakirakan sebesar 10% pada Tahun 2009. Hal ini dapat dilihat dari kapasitas produksi air, kapasitas distribusi dan jumlah penjualan air dan tingkat kebocoran/kehilangan air dari operasional PDAM Kabupaten Tabalong yang ditunjukkan pada tabel berikut .

Tabel 2.21

Kapasitas Produksi,Distribusi,Terjual dan Kebocoran PDAM Tabalong

No. U R A I A N 2006

1 Produksi 3.404.762

3.887.649 3.815.086 2.801.961

2 Distribusi

3.363.801 3.846.079 3.776.935 2.693.341

3 Terjual 2.085.557

(62%)

4 Kebocoran 1.278.244

(34)

Rangkuman keseluruhan data teknik PDAM yang ada dapat dilihat pada Tabel 2.23 Berikut

8. Aspek Kelembagaan

Jumlah karyawan PDAM Kabupaten Tabalong pada saaat ini berjumlah 88 orang. Karyawan ini berfungsi sebagai tenaga kerja administrasi dan teknik yang ada di Kantor Pusat Tanjung maupun yang tersebar di IKK yang ada. Berikut ini Jumlah dan sebaran pegawai PDAM Kabupaten Tabalong per IKK atau Instalasi Ibukota Kecamatan (IKK)

Tabel 2.22

Jumlah karyawan PDAM Kabupaten Tabalong Tahun 2009 No

Uraian ADM

Keuangan Teknik Jumlah

1

2

3

4

5

Kantor Pusat Kota Tabalong

Unit IKK Kelua & Muara Harus

Unit IKK Pugaan/Banua Lawas

Unit IKK Muara Uya/Jaro

Unit IKK Haruai

38

3

2

2

1

31

5

3

2

1

69

8

5

4

2

Jumlah 46 42 88

(35)

Data Teknik Operasional PDAM Tabalong Tahun 2009

NO LOKASI

JUML. WTP

P.

JRINGAN KAPASITAS JUML. SR JUMLAH JUMLAH PRSENTSI RESEVOIR

DAYA

PLN AIR AIR

TERJUAL KET. (UNIT) PIPA (M) (LTR/DT) PLNGGAN PENDUDUK TERLAYANI % (M³) (KVA) 2009

2009 2009 2009 2009 2009 2009 2009 2009 2009 PRODUKSI DISTRIBUSI 2009

1. TANJUNG 6 30.614 65 2.680 29.676 16.080 54,19 500 131 777.448 775.048 797.874 S. Tabalong

2. M. PUDAK 7 40.947 100 4.735 32.946 28.410 86,23 450 147.5 1.113.964 1.113.564 929.970 S. Tabalong

3. TANTA 3 28.826 25 1.167 16.763 7.002 41,77 350 66 362.713 260.313 218.928 S. Tabalong

4. KALUA 4 27.650 37.5 1.169 22.133 7.014 31,69 450 53 223.867 222.667 194.667 S. Tabalong

5. M. HARUS 1 7,957 5 325 6.213 1.950 31,39 50 33 28.870 28.570 26.246 S. Tabalong

6. M. UYA - 19.044 5 560 22.767 3.360 8,57 50 53 137.484 137.184 124.982 Mata Air

7. JARO - 10.000 5 85 15.025 510 3,40 50 - 6.424 6.124 5.840 Sistem

Gravitasi

8. B.

LWS/PUGAAN 1 24.212 10 570 26.195 3.420 13,06 300 55 135.542 134.342 123.660 S. Tabalong 9. HARUAI 1 7.000 20 100 20.203 600 2,30 200 Gset 53 15.649 15.529 14.227 S. Tabalong

10. UPAU - - - - 6.761 - - - S. Tabalong

11. BINTANG ARA 1 13.962 20 - 8.222 - - 200 Gset 53 - - - S. Tabalong

23 211.212 292.5 11.391 95,268 33,03 2600 644,5 2.801.961 2.693.341 2.436.394

(36)

Tabel 2.24

Komposisi Pegawai PDAM Kabupaten Tabalong Menurut Pendidikan No

Pendidikan Kantor Pusat

IKK

Sumber : Business Plan PDAM Kabupaten Tabalong, 2009

Jumlah pegawai PDAM Tabalong selama 4 tahun terakhir telah memenuhi standar sebagaimana diharapkan dalam Kepmendagri No. 47/1999 dimana untuk 1.000 orang pelanggan di PDAM tingkat kabupaten jumlah pegawai maksimal adalah 8 orang. Rasio pegawai dengan jumlah pelanggan selama 4 tahun terakhir dapat dilihat pada tabel dibawah.

Tabel 2.25

Rasio Pegawai PDAM Tabalong Terhadap JUmlah Pelanggan

Tahun Jumlah Pegawai Jumah Pelanggan Rasio Pegawai

2005 68 9303 7,31

2006 69 9693 7,22

2007 78 10409 7,49

2008 88 11319 (oktober 2009) 7,77

Sumber : Business Plan PDAM Kabupaten Tabalong, 2009

Komposisi pegawai menurut status pada saat ini ditunjukkan sebagaimana pada tabel berikut.

Tabel 2.26

Komposisi Pegawai PDAM tabalong Menurut Statusnya

No Status Pegawai 2006 2007 2008 2009

1

(37)

Mekanisme kinerja PDAM dapat ditunjukkan dengan adanya struktur organisasi PDAM yang mengatur tugas pokok dan fungsi masing-masing personil,

Gambar 2.10

Gambar Struktur Organisasi PDAM Kabupaten Tabalong

9. Keuangan

Perkembangan usaha perusahaan dapat dilihat dari perkembangan laporan keuangan neraca dan laba/rugi perusahaan. Adapun perkembangan usaha PDAM Tabalong selama 4 tahun terakhir dapat dilihat sebagai berikut:

a) Neraca Perusahaan

Aktiva/Passiva perusahaan selama 4 (empat) tahun terakhir terus mengalami peningkatan. Pada tahun 2005 aktiva/passiva PDAM Kabupaten Tabalong baru mencapai Rp. 6.081.248. 459,- meningkat menjadi Rp 26.161.678.951,- tahun 2008 atau meningkat 76,75 % dibandingkan tahun 2005, peningkatan ini terutama disebabkan oleh:

(38)

Perkembangan laba (rugi) perusahaan selama 4 tahun terakhir dari tahun 2005 sampai tahun 2008 dapat dilihat pada tabel dibawah,

Tabel 2.27

Laba(Rugi) Komparatif 4 Tahun Terakhir (2005-2008) PDAM Kab. Tabalong

Uraian 2005 2006 2007 2008

Pendapatan Usaha 3.717.254.350 4.337.189.565 5.818.779.180 8.469.402.910 Biaya langsung

usaha

2.320.449.233 2.933.852.926 3.888.604.866 7.045.153.417

Biaya umum dan administrasi

1.198.339.056 1.528.861.611 2.007.454.747 2.661.141.004

Pendapatan lain-lain 17.736.778 40.773.757 59.591.469 5.495.055

Laba (rugi) bersih 216.202.839 83.751.215 17.688.946 1.242.389.466 Sumber : Business Plan PDAM Kabupaten Tabalong, 2009

c) Cash Flow PDAM

Perkembangan cash flow selama 4 tahun terakhir dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 2.28

Laporan Cash Flow selama 4 tahun terakhir (2005-2008) PDAM Kab. Tabalong

Uraian 2005 2006 2007 2008

A. Penerimaan Kas

1. Penerimaan Operasional 2. Penerimaan Non Operasional Jumlah Penerimaan Kas

B. Pengeluaran Kas

1. Pengeluaran Operasional 2. Pengeluaran Non Operasional Jumlah Pengeluaran Kas

C. Kenaikan/Penurunan D.Saldo Awal Kas/Bank E.Saldo Akhir Kas/Bank

3.693.421.390

Sumber : Business Plan PDAM Kabupaten Tabalong, 2009

d) Tarif Air

(39)

Tarif Air Minum dan Ketentuan Lain Pemakaian

Air

Kelompok I Kelompok II Kelompok III Kelompok IV Kelompok V

B. Air Bersih Non Perpipaan

Kawasan pelayanan air minum non perpipaan, merupakan kawasan yang tidak terlayani dengan sistem perpipaan. Fasilitas sarana dan prasarana sistem non perpipaan terdiri dari sumur bor, sumur gali, Sumur Pompa Tangan (SPT). Cakupan pelayanan sampai saat ini adalah 12,54 % yang tersebar 12 Kecamatan.

Tabel 2.30

Cakupan Pelayanan Air Bersih Non Perpipaan

NO KECAMATAN LUAS

AREA (KM2)

BANYAKNYA

DESA KK PENDUDUK TERLAYANI

PROYEK AIR

10 5.363 32.182 440 2.910

2 TANJUNG 305,49 15 4.815 28.887 1.245 10.162

3 TANTA 172,00 14 5.422 12.929 1.150 6.070

4 HARUAI 215,65 13 5.605 19.999 3.806 12.877

5 BINTANG ARA 429,00 9 1.349 8.091 4.048 7.359

6 MUARA HARUS 62,90 7 1.022 6.132 600 6.620

7 KELUA 115,78 11 3.600 21.601 520 7.204

8 MUARA UYA 924,16 14 3.764 22.581 3.103 4.795

9 JARO 819,00 9 2.472 14.833 6.787 9.896

10 PUGAAN 64,06 7 1.183 7.096 1.557 1.643

11 BANUA LAWAS 161,67 13 2.994 17.968 1.000 6.724

12 UPAU 323,00 6 1.125 6.749 710 4.999

3.711,43 128 38.714 199.048 24.966 81.259

(40)

Gambar 2.11

(41)

1. Permasalahan Non Teknis

Secara umum permasalahan non teknis yang dapat diamati adalah sebagai berikut :

1. Pegawai belum memahami benar maksud dan tujuan perusahaan sebagaimana diamanatkan dalam Pertauran Daerah tentang pendirian PDAM

2. Pegawai kurang peduli dengan unit lain, cenderung lebih mementingkan dirinya sendiri, padahal perusahaan ini harus beroperasi diatas kerjasama yang baik antar unit kerja yang ada dalam organisasi untuk mencapai tujuan perusahaan

3. Selama ini pegawai kurang mendapat sentuhan pelatihan dan arahan dari pihak eksternal guna menimbulkan kepercayaan diri yang tinggi dalam ikut mengelola perusahaan ini

4. Adanya niat positif dari pihak Pemerintah Daerah Kabupaten Tabalong untuk meninhgkatkan kemajuan PDAM dimasa mendatang

5. Pelanggan PDAM selama ini belum dianggap sedagai asset perusahaan. Jadi masih tersamar ada jarak pemisah yang ada antara pelanggan dan perusahaan. Seyogyanya hal itu tidak boleh terjadi, karena pelanggan itu adalah raja dan wajib dilayani dengan baik oleh PDAM

2. Permasalahan Teknis

Permasalahan teknik yang dapat diamati di lapangan adalah sebagai berikut :

1. Kapasitas reservoir sudah tidak mencukupi untuk menampung debit yang di syaratkan dalam perhitungan perencanaan 20% dari total kebutuhan langganan selama satu hari.

2. Konstruksi pemasangan pompa kurang memenuhi aspek teknik, sesuai persyaratan yang telah ditentukan.

3. Laboratorium belum optimal, perlahan laboratorium belum tersedia, sehingga pembubuhan bahan kimia tidak terukur dengan tepat, yang berakibat pemakaian bahan kimia menjadi boros, dan kualitas air produksi tidak memenuhi ketentuan yang ada.

4. Sebagian Instalasi Pengelolaan Air efisiensinya sudah menurun yang mengakibatkan kualitas air hasil olahan kurang baik.

(42)

yang berakibat sulitnya mencari data kelengkapan assessories pipa pada waktu terjadi kebocoran dan pengembangan jaringan.

7. Pendistribusian aliran air ke pelanggan saat ini dilakukan secara bergilir.

8. Kebocoran air belum terukur/tercatat/terpantau dengan baik, sehubungan alat ukur debit aliran sudah rusak, dan angkanya cukup besar diatas 40%.

9. Pemasangan perpipaan yang dilakukan Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten Tabalong kurang terkoordinasi dengan PDAM, sehingga PDAM sulit melacak pipa yang terpasang, bahkan sampai saat ini ada 8 (delapan) lokasi pipa terpasang oleh Dinas P.U belum diserah terimakan pada PDAM Kabupaten Tabalong.

10. Sistem pemeliharaan tidak rutin, baru bersifat penanganan saja.

11. Penggantian water meter pelanggan masih insidentil, belum merupakan program rutin yang harus dilakukan setiap tahun.

12. Setiap penambahan Instalasi Pengelolaan Air baru belum diperhitungkan dengan kondisi eksisting yang ada, berakibat seperti kabel power, daya PLN dan kapasitas reservoir serta jaringan pipa tidak mampu dioperasikan secara optimal.

2.6.4. Persampahan

Secara kelembagaan pengelolaan sampah di Kabupaten Tabalong menjadi wewenang Dinas Kebersihan dan Pertamanan Kabupaten Tabalong berdasarkan Perda No. 18 Tahun 2000 tentang Pembantukan Kelembagaan di Lingkungan Pemerintahan Kabupaten Tabalong. Dengan adanya perubahan struktur organisasi di lingkungan pemerintah Kabupaten Tabalong, maka institusi yang menangani masalah kebersihan adalah Dinas Tata Kota dan Kebersihan.

A. Area Pelayanan

Wilayah pelayanan yang ditangani oleh Dinas Tata Kota dan Kebersihan Kabupaten Tabalong baru mencakup Kawasan Perkotaan Tanjung

B. Sumber, Timbulan dan Komposisi Sampah

(43)

 Sampah Pasar = 2 truk/hari = 12 m3/hari

 Sampah Rumah Sakit = 1 truk/hari = 6 m3/hari

Tabel 2.31

Volume Timbulan Sampah di Kabupaten Tabalong

Produksi Persampahan Tahun 2006 Tahun 2007 Tahun 2008

1) Kec. Perkotaan (Tanjung + M. Pudak) 2) Kec. Diluar Perkotaan

26. 280 m3 936 m3

30.660 m3 12, 480 m3

32.850 m3 1,560 m3 27.216 m3 31.908 m3 34.410 m3

C. Sistem Pengelolaan Sampah Kabupaten Tabalong 1. Sistem Pewadahan

Bentuk pewadahan yang digunakan di Kabupaten Tabalong bermacam-macam seperti pasangan bata, tong, plastik dan bak kayu yang disediakan oleh masyarakat baik untuk pewadahan individu maupun komunal. Wadah dari pasangan batu bata ini tidak effisien bagi gerobak pengumpul sampah yang melakukan kegiatan pengumpulan secara individual tidak langsung, karena umumnya akan terjadi ceceran sampah di luar wadah tersebut.

Gambar 2.12 Macam Bentuk Pewadahan

2. Sistem Pengumpulan

(44)

penyapuan jalan yang dikumpulkan dengan sistem individual langsung. Berikut gambar pola pengumpulan sampah Kabupaten Tabalong.

Gambar 2.13

Pola Pengumpulan Individual Tidak Langsung

3. Tempat Penampungan Sementara (TPS)

TPS dapat berupa landasan atau transfer depo. Pengertian landasan di sini adalah tempat perletakan container dan merupakan tempat bertemunya truk pembawa container dengan gerobak, tanpa ada fasilitas kantor dan peralatan lain. Sedangkan Depo dilengkapi tempat penyimpanan dan kantor. Jenis TPS yang ada di Kabupaten tabalong berupa Depo, beton, kayu dan besi plat.

Gambar 2.14

(45)

Jumlah TPS Sampah di Kabupaten Tabalong

No Jenis Sarana Tahun 2006 Tahun 2007 Tahun 2008

A Wilayah Perkotaan

1) TPS/ Depo PasarTanjung 2) TPS/ Depo Pasar Kapar 3) TPS Semen

4) TPS kayu 5) Tong Sampah

6) Bak Amroll (container)

1

B Wilayah Non Perkotaan 1) TPS/Depo Pasar Kelua 2) TPS/Depo Pasar M. Uya 3) Bak Amroll/ Pasar Kelua

1

4. Sistem Pengangkutan

Pada kegiatan pengangkutan sampah dari TPS ke TPA saat ini dilayani oleh 12 armada yang terdiri dari 3 unit ARM Truk, 2 unit TOSSA, 2 unit open truk dan 3 unit dump truk.

5. Tempat Pemrosesan Akhir

Kabupaten Tabalong mempunyai tiga TPA, yaitu TPA Kalua, TPA Maburai dan TPA Muara Uya. TPA Muara Uya dan Kelua saat ini masih belum berfungsi optimal, sedangkan TPA Maburai belum dilengkapi sarana dan prasarana yang memadai seperti belum adanya alat berat (dozer) dan jalan akses atau jalan operasional di TPA . TPA Maburai berjarak 15 km dari ibukota Tanjung.

(46)

Tabel 2.33 Kondisi Eksisting TPA

No Jenis Sarana Luas Tempat

1 2 3

TPA Maburai TPA Kelua TPA Muara Uya

23.233 m2 15.000 m2 17.000 m2

Desa Maburai Kec.Murung Pudak Desa Karangan Putih Kelua Desa Ayah Kec. Muara Uya

D. Kelembagaan

(47)

Gambar 2.16

Struktur Dinas Tata Kota dan Kebersihan Kabid Penataan Ruang

Kota

Kasi Penataan Ruang Kota

Kasi Pengendalian Penataan Ruang Kota

Kelompok Jabatan Fungsional Sekretaris

Kasubag Perencanaan &

Keuangan

Kasubag Umum & Kepegawaian

Kabid Kebersihan Lingkungan & Persampahan

Kabid Tata Bangunan

Kabid Pertamanan, Pemakaman, dan Penerangan Jalan Kasi Kebersihan

Lingkungan

Kasi Pengelolaan Persampahan

Kasi Pengawasan Pembangunan

Kasi Pertamanan & Pemakaman

Kasi Penerangan Jalan Kasi Pengawasn

(48)

Berikut ini pengelompokan tarif retribusi.

Tabel 2.34 Tarif Retribusi Pengelompokan tarif Perkantoran Rumah

Tangga

Perdagangan Lain-lain Keterangan

Berdasarkan jumlah karyawan

a. 1 s/d 20 orang Rp50.000 Dipungut per bulan

b. 21 s/d 50 orang Rp100.000 c. 51 s/d 100 orang Rp150.000 d. 101 orang dst. Rp250.000

Berdasarkan kelas jalan : a. Di tepi jalan

protokol

Rp3.000

b. Di tepi jalan lingkungan

Rp2.000

c. Di dalam gang Rp1.000

Pertokoan berdasarkan lokasi tempat usaha

a. Dalam ibukota kabupaten

Rp3.000

b. Dalam ibukota kecamatan

Rp2.000

Rumah makan / warung : a. Dalam ibukota kabupaten

- Restauran Rp10.000

- Rumah makan Rp5.000

- Warung Rp3.000

b. Dalam ibukota kecamatan

- Restauran Rp10.000

- Rumah makan Rp3.000

- Warung Rp2.000

Tempat hiburan, olah raga dan seni

Rp100 Dipungut per org / kegiatan Perhotelan

- Berbintang Rp50.000

- Melati Rp25.000

F. Peran Serta Masyarakat

(49)

kurangnya/ belum ada kemauan dan kemampuan masyarakat membayar retribusi sampah sehingga tidak dapat membantu biaya pengelolaan sampah

G. Isu-Isu Strategis

Terdapat pilot project TPST yang akan direncanakan, dalam hal ini masih berupa rencana, masih belum ada bangunan fisik.

Terdapat 3 lokasi yaitu di Jangkung ( Kecamatan Tanjung), di Mabu’un ( melayani 3 perumahan sekaligus yaitu: perumahan Citra Persada Indah, Swadarma Lestari, Bumi Tabalong Damai), dan di Kompleks Permata Indah dekat kompleks perkantoran Bupati

2.6.5. Air Limbah

Di wilayah Kabupaten Tabalong, pengelolaan terhadap limbah cair domestik telah dilakukan oleh masyarakat dengan membuat jamban baik yang digunakan secara individu maupun komunal. Namun demikian belum seluruh masyarakat yang ada di Kabupaten Tabalong membuat sarana kesehatan yang memenuhi syarat kesehatan.

Berdasarkan data yang ada, penggunaan jamban yang telah memenuhi syarat kesehatan di Kabupaten Tabalong baru mencapai 66,58%. Sedangkan sisanya tidak memiliki resapan sehingga air limbah dari tangki septik langsung dibuang menuju sungai.

Berikut ini adalah tabel daftar kegiatan dan dampak yang ditimbulkan yang terdapat di Kabupaten Tabalong.

Gambar 2.17

(50)

Daftar Kegiatan dan Dampak Yang Ditimbulkan di Kabupaten Tabalong

NO KECAMATAN KEGIATAN DAMPAK LINGKUNGAN YANG

MUNGKIN TIMBUL (pencemaran)

1 BINTANG

ARA

Industri Sektor Kehutanan  Kebisingan

 Debu

 Banjir

2 HARUAI Industri Sektor Kehutanan (Karet)

 Limbah cair mencemari sungai

 Polusi udara (bau)

3 TANJUNG Sektor Pertambangan Pasir di desa Jangkung dan desa Puain Kiwa

 Longsor

 Pelebaran sungai tidak terkendali

Sektor Perhotelan dan rumah makan

 Limbah masuk ke Sungao Tabalong

4 JARO Kawasan Hutan Lindung  Terjadi kebakaran waktu musim

kemarau

 Kebakaran hutan menyebabkan polusi udara

Penambangan Batu Bara  Air limbah 5 MUARA UYA Kecenderungan tumbuh industri

penambangan batu bara dan bijih besi

 Kemungkinan akan mengakibatkan perubahan bentang alam dan perubahan tata ruang

 Rawan bencana longsor

6 TANTA Industri Penambangan Batu bara  Rawan Pencemaran llimbah ke sungai

7 KELUA Banyak Kegiatan di hulu sungai (penebangan hutan)

 Pendangkalan sungai dan pelebaran sungai

 longsor

Industri Pengeringan Karet  pembuangan limbah ke sungai Tabalong

8 BENUA

LAWAS

Tambak Ikan di sungai  potensial menghasilkan limbah kotoran ikan

9 MURUNG

PUDAK

PT.PERTAMINA  Limbah Cair

Perusahan perkebunan Karet,Latex dan sawit

 Limbah latex menganding bahan Berbahaya dan beracun

10 PUGAAN Tambak ikan di sungai  Limbah kotoran ikan

 Penyakit ikan

Penambangan pasir  Pengikisan pada tebing sungai

(51)

MUNGKIN TIMBUL (pencemaran)

11 MUARA

HARUS

Tidak ada aktifitas Industri,hanya aktifitas Rumah tangga

 limbah Rumah tangga

12 UPAU Banyak Petani Karet  polusi air

 polusi udara Sumber : Renstra PU

A. Tingkat Kesehatan dan Lingkungan 1. Akses Dan Mutu Pelayanan Kesehatan

a) Cakupan Kunjungan Rawat Jalan dan Rawat Inap

Upaya kesehatan perorangan dilakukan oleh pemerintah dan atau masyarakat serta swasta untuk memelihara, meningkatkan kesehatan serta mencegah dan menyembuhkan/memulihkan kesehatan perorangan. Upaya pelayanan kepada masyarakat dilakukan secara rawat jalan bagi masyarakat yang mendapat gangguan kesehatan ringan dan pelayanan rawat inap baik secara langsung maupun melalui rujukan pasien bagi masyarakat yang mendapatkan gangguan kesehatan sedang hingga berat.

Cakupan kunjungan rawat jalan pada tahun 2008 adalah 52,93% dari jumlah penduduk yang ada di Kabupaten Tabalong. Terdiri dari 85.323 kunjungan rawat jalan yang dilakukan di UPT. Puskesmas se-Kabupaten Tabalong dan 18.997 kunjungan rawat jalan yang dilakukan di RSUD H.Badaruddin Tanjung. Untuk kunjungan rawat inap terdiri dari 5.003 rawat inap di RSUD H. Badaruddin Tanjung dan 506 rawat inap di 3 Puskesmas Perawatan yang ada di Kabupaten Tabalong.

Persentase pemanfaatan puskesmas oleh penduduk (rawat jalan+rawat inap) adalah 51,97% dan pemanfaatan Rumah Sakit (rawat jalan+rawat inap) adalah 12,18%. Capaian ini sudah jauh melampau target yang ditetapkan untuk Indonesia Sehat 2010 yaitu penduduk memanfaatkan puskesmas adalah 15% dan memanfaatkan Rumah Sakit 1,5%.

(52)

Persentase

Rumah Sakit yang Menyelenggarakan 4 Pelayanan Kesehatan Spesialis Dasar (tabel lampiran 43) Dari sejumlah 2 buah Rumah Sakit Umum dan 15 buah Puskesmas (Perawatan dan Non Perawatan) semuanya mempunyai kemampuan Laboratorium Kesehatan (100%). Ke-2 buah Rumah Sakit Umum yang ada juga telah memiliki 4 (empat) spesialis dasar. (100%). Target Indonesia Sehat 2010 adalah 100%.

c) Ketersediaan Obat Esensial dan Generik Sesuai Kebutuhan, pengadaan Obat Esensial/Generik dan Persentase Obat Generik Berlogo dalam Persediaan.

Upaya kefarmasian merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari upaya pelayanan kesehatan secara paripurna. Upaya tersebut dimaksudkan untuk ; 1). Menjamin ketersediaan, keterjangkauan, pemerataan obat generik dan obat esensial yang bermutu bagi masyarakat, 2) mempromosikan penggunaan obat rasional dan obat generik, 3) meningkatkan kualitas pelayanan kefarmasian di farmasi komunitas dan farmasi klinik serta pelayanan kesehatan dasar dan ke 4) melindungi masyarakat dari penggunaan alat kesehatan yang tidak memenuhi persyaratan, mutu dan keamanan.

Pada umumnya Sarana Pelayanan Kesehatan milik Pemerintah Daerah memberi pelayanan obat generik. Puskesmas, Puskemas Pembantu maupun Polindes 100% menggunakan obat generik. Ketersediaan obat generik oleh Dinas Kesehatan Kabupaten Tabalong pada tahun 2008 adalah berjumlah 345 item dari 455 item obat yang ada dalam daftar obat generik atau 75,8%. Ini mengalami peningkatan dari tahun 2007 yaitu tersedia 167 item dari sejumlah 227 jenis obat yang ada pada daftar generik berlogo atau sebesar 73,57% . Target Indonesia Sehat 2010 untuk ketersediaan obat generik sebesar 95%.

Gambar

Tabel 2.1Curah Hujan Dan Hari Hujan
Tabel 2.4Jumlah Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin
Tabel 2.5Panjang Jalan Menurut Jenis Permukiman Per Kecamatan Tahun 2009
Tabel 2.6Panjang Jalan Menurut Kondisi Jalan Per Kecamatan Tahun 2008
+7

Referensi

Dokumen terkait

Dengan melakukan dijitalisasi jaringan jalan di kawasan Aglomerasi Perkotaan Yogyakarta (APY) menggunakan bantuan software ArcGIS, dapat memberikan kemudahan dalam mencari

Arahan pengembangan pusat kegiatan dilakukan melalui pengembangan pusat-pusat permukiman baik pusat permukiman perkotaan maupun perdesaan untuk melayani kegiatan ekonomi,

memperlancar hubungan Sentebang (Kec. Jawai)-Pemangkat, Sentebang-Tebas, Liku-Temajuk (Kec.Paloh) dan atau ke perbatasan Serawak, Malaysia; d) Pembangunan jaringan

Untuk mendukung kondisi mantap jalan di perkotaan diperlukan bangunan pelengkap jalan yang dapat difungsikan sebagai perletakan utilitas (pipa

Hal ini dapat dicermati dari dokumen Rencana Detail Tata Ruang Kawasan (RDTRK) Kota Soreang 2001 beberapa fungsi perkotaan ditetapkan pada Kota Soreang yang tujuannya adalah

Kondisi saat ini pelayanan air bersih di wilayah Kabupaten Banyumas yang ditangani oleh PDAM masih dalam cakupan daerah perkotaan, meliputi: Kota Purwokerto, Kota

Rencana struktur ruang wilayah kabupaten adalah rencana yang mencakup sistem perkotaan wilayah kabupaten yang berkaitan dengan kawasan perdesaan dalam wilayah pelayanannya

Sementara banyak jalan raya telah mencapai tingkat jenuh yang tinggi di mana jumlah kendaraan yang melalui jalan tersebut nyaris melebihi kapasitasnya yang dilihat dari rasio