• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB III GAMBARAN UMUM WILAYAH STUDI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB III GAMBARAN UMUM WILAYAH STUDI"

Copied!
15
0
0

Teks penuh

(1)

BAB III

GAMBARAN UMUM WILAYAH STUDI

Bab ini secara garis besar membahas tinjauan mengenai gambaran wilayah studi yaitu Kota Soreang. Gambaran umum Kota Soreang dibagi dua bagian utama yaitu tinjauan eksternal dan internal Kota Soreang. Tinjauan eksternal didasarkan pada kedudukan Kota Soreang dalam konstelasi Wilayah Metropolitan Bandung. Sedangkan tinjauan internal Kota Soreang meliputi tinjauan kependudukan Kota Soreang dan fasilitas serta utilitas yang terdapat di Kota Soreang.

3.1 Tinjauan Eksternal Kota Soreang Dalam Lingkup Wilayah Metropolitan Bandung

Sebagaimana yang terdapat dalam PP 47 Tahun 1997 tentang RTRWN 2015 dan Perda 2 Tahun 2003 tentang RTRWP Jawa Barat 2010, Metropolitan Bandung ditetapkan sebagai Pusat Kegiatan Nasional (PKN). Sebagai PKN, Metropolitan Bandung berperan sebagai pintu gerbang ke kawasan-kawasan internasional, dan juga berfungsi sebagai pusat jasa, pusat pengolahan dan simpul transportasi dengan skala pelayanan nasional atau beberapa propinsi. Pada skala regional, Metropolitan Bandung juga merupakan kawasan andalan, yaitu kawasan yang berpotensi untuk mendorong perkembangan ekonomi ke kawasan sekitarnya.

Wilayah Metropolitan Bandung mencakup wilayah seluas 338.394,38 ha yang meliputi seluruh wilayah Kota Bandung, Kota Cimahi, Kabupaten Bandung dan lima kecamatan di Kabupaten Sumedang. Wilayah Soreang dan sekitarnya memiliki fungsi kegiatan pemerintahan, pertanian dan perdagangan. Arahan pemanfaatan ruang Kota Soreang adalah :

a. Penataan sarana dan prasarana perkotaan b. Pengembangan pemukiman skala besar

c. Perdagangan, untuk mengantisipasi pengalihan perdagangan dari wilayah Bandung

d. Jasa yang mendukung kegiatan fungsi wilayah e. Pengembangan industri non polutan

f. Pengembangan pertanian sawah irigasi teknis sebagai lumbung padi Metropolitan Bandung.

(2)

sebagai kota satelit 1 yaitu kawasan perkotaan di sekitar dan/atau tekait langsung dengan Kota inti Bandung Cimahi (Padalarang-Ngamprah, Soreang-Ketapang, Majalaya-Solokan Jeruk, Rancaekek-Cicalengka, Jatinangor-Tanjung Sari dan Lembang-Parongpong).

Tabel III.1

Arahan Fungsi Kota-Kota Di Metropolitan Bandung Sampai Tahun 2025 No Hierarki Kota/kawasan Perkotaan Perkiraan Penduduk Perkotaan 2025 (Jiwa) Fungsi Pengembangan 1 Kota Inti Kota Bandung-Cimahi 3.500.000 ● Perdagangan dan jasa

● Pemerintahan ● Pendidikan tinggi 2 Kota Satelit I Padalarang-Ngamprah 500.000 ● Industri

● Perdagangan ● Pemukiman Soreang-Ketapang 300.000 ● Pemerintahan ● Industri pertanian ● Perdagangan ● Permukiman Rancaekek-Cicalengka 300.000 ● Perdagangan ● Permukiman ● Industri Lembang 200.000 ● Pariwisata ● Permukiman Jatinagor-Tanjung sari 200.000 ● Pendidikan tinggi

● Permukiman ● Industri

Majalaya 200.000 ● Industri

● Permukiman

Sumber : Executive Summary Penataan Ruang Metropolitan Bandung

Dalam sektor ekonomi kedudukan Kota Soreang dalam konteks Wilayah Metropolitan Bandung berada pada orde dua untuk Kecamatan Katapang dan orde empat untuk Kecamatan Soreang yang terhubung dengan hubungan langsung dalam hierarki ekonomi kecamatan di Metropolitan Bandung. Kontribusi sumbangan PDRB Kota Soreang terhadap wilayah Metropolitan Bandung adalah sebesar 0.00495 % untuk Kecamatan Soreang dan 0.010159 % untuk Kecamatan Ketapang (Kajian Perekonomian Wilayah Metropolitan Bandung,2010). Hal ini karena sebagian besar wilayah Kecamatan Soreang masih berbasiskan pertanian dan perdagangan, hotel, restoran serta pertambangan sebagai fungsi penunjang sedangkan untuk Kecamatan Katapang memiliki fungsi utama sebagai penyedia listrik, gas, dan air bersih serta industri pengolahan, pengangkutan dan komunikasi sebagai fungsi penunjang.

(3)

pengembangan terminal tipe B di Kota Soreang, pengaktifan kembali jalur kereta api yang melewati Kota Soreang dan stasiun, dan rencana pembangunan jalan tol Soreang – Pasir Koja yang tentunya akan mendorong Kota Soreang menjadi salah astu transhipment point utama di wilayah Metropolitan Bandung.

Perkembangan yang cukup pesat di wilayah Kota Bandung saat ini telah mengimbas ke wilayah sekitarnya yaitu wilayah Kabupaten Bandung. Kondisi ini menunjukkan bahwa pada intinya kegiatan kota dan perkembangannya tidak dapat dibatasi oleh batas administratif saja. Pengaruh pelayanan dari pusat-pusat kegiatan dapat mencapai wilayah lain selama tingkat aksessibilitasnya memungkinkan. Wilayah Kabupaten Bandung yang berbatasan langsung dengan Kota Bandung dan dihubungkan dengan tingkat aksesibilitas yang tinggi mengakibatkan kedua wilayah tersebut secara fungsional memiliki hubungan yang sangat kuat. Namun demikian huungan yang kuat tersebut diwujudkan dalam arti Kota Soreang merupakan kota satelit bagi Kota Bandung atau dengan kata lain Kota Soreang diarahkan menjadi suatu kota mandiri yang mendukung Kota Bandung. Dalam konteks sebagai kota mandiri sebagai ibukota Kabupaten Bandung, Kota Soreang harus memiliki aktivitas dan infrastruktur yang mampu melayani penduduk kotanya sendiri dan kota-kota lain yang berada dalam wilayah pelayanannya.

Perkembangan dan fungsi Kota Soreang tidak akan terlepas dari perkembangan Kota Bandung, hal ini dapat dilihat dengan sangat tingginya pergerakan penduduk dari dan ke Kota Bandung dan Soreang setiap hari. Di samping Kota Bandung, maka simpul pelayanan yang ada di Kabupaten Bandung juga mempengaruhi perkembangan Kota Soreang secara intensif yaitu Kota Margahayu, Kota Banjaran, Kota Dayeuhkolot dan Kota Cimahi. Perkembangan Kota Soreang secara umum membentuk pola ribbon development dimana perkembangan kotanya mengikuti pola jaringan jalan terutama dipengaruhi oleh perkembangan dan pertumbuhan bangunan di sepanjang Jalan Wahid Hasyim (dahulu jalan Kopo), Jalan Raya Banjaran dan Jalan Raya Soreang-Ciwidey. Melihat perkembangan yang demikian maka yang harus diperhatikan pengembangan kota adalah menyusun pola dan sistem jalan yang tepat hingga struktur ruang akan diarahkan melalui penataan sistem jalannya. Rencana pembangunan terminal di Kota Soreang dan rencana pembangunan Jalan Tol Pasir Koja-Soreang menjadi faktor yang mempengaruhi perkembangan fisik Kota Soreang.

(4)

lebih rendah. Interaksi Kota Soreang dalam aktivitas sosial ekonomi maupun keruangan masih kecil, hal ini terjadi karena adanya ketimpangan antara fungsi pelayanan di Kota Soreang dengan kota-kota di sekitarnya seperti Kota Margahayu dan Kota Banjaran. Fasilitas dan utilitas di Kota Soreang masih belum sesuai baik dari kualitas maupun kuantitasnya bila diakitkan dengan fungsinya sebagai ibukota Kabupaten Bandung.

Pelayanan fasilitas sosial ekonomi dan utilitas di Kota Soreang masih minim, sehingga pengembangan aktivitasnya pun masih sangat terbatas, kecuali fasilitas pemerintahan yang melayani kebutuhan regional Kabupaten Bandung. Di samping itu kultur masyarakat Kota Soreang yang masih agraris belum mendukung terwujudnya kultur masyarakat kota. Untuk itu perlu adanya perubahan terhadap Kota Soreang agar menjadi pusat pelayanan kota dan wilayah lainnya sesuai dengan fungsinya sebagai ibukota Kabupaten Bandung.

3.2 Tinjauan Internal Kota Soreang

Kota Soreang merupakan ibukota Kabupaten Bandung berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 2 Tahun 1986. Kota Soreang merupakan wilayah perkotaan yang secara regulasi selalu didorong untuk menjadi kawasan perkotaan. Hal ini dapat dicermati dari dokumen Rencana Detail Tata Ruang Kawasan (RDTRK) Kota Soreang 2001 beberapa fungsi perkotaan ditetapkan pada Kota Soreang yang tujuannya adalah untuk semakin mengukuhkan Kota Soreang sebagai ibukota Kabupaten Bandung.

Fungsi Kota Soreang berdasarkan kajian regional dan sektoral sebagaimana tercantum dalam RDTRK Kota Soreang tahun 2001 adalah sebagai berikut :

a. Sebagai Pusat Pemerintahan

Kota Soreang merupakan pusat pemerintahan Ibukota Kabupaten Bandung yang melayani kebutuhan administrasi pemerintah dan birokrasi untuk masyarakat dan swasta.

b. Sebagai Pusat Pelayanan Sosial dan Ekonomi

Sebagai Ibukota Kabupaten Bandung, maka Kota Soreang berfungsi juga sebagai pusat pelayanan sosial dan ekonomi. Hinterland dari Kota Soreang adalah Kecamatan Ketapang dan Kecamatan Ciwidey. Pengembangan fungsi pusat sosial dan ekonomi dapat dilihat dengan adaya rumah sakit umum, pasar dan terminal kelas B dan pengembangan prasarana pariwisata juga pusat pemasaran hasil industri kecil dan pertanian.

(5)

Sebagai pusat pengembangan SDM, soreang didukung dengan rencana pembangunan fasilitas-fasilitas pendidikan dan pelatihan.

Wilayah Kota Soreang terdiri dari sebagian Kecamatan Soreang dan sebagian Kecamatan Ketapang dengan luas 1.678 Ha. Kota Soreang dalam lingkup wilayah Kabupaten Bandung berlokasi di tengah-tengah, tepatnya sekitar 20 Km sebelah selatan Kota Bandung. Batas-batas administrasi Kota Soreang adalah :

a. Sebelah Utara : Kecamatan Margaasih, Kecamatan Margahayu b. Sebelah Selatan : Kecamatan Pasirjambu, Kecamatan Banjaran c. Sebelah Timur : Kecamatan Pamengpeuk, Kecamatan Banjaran d. Sebelah Barat : Kecamatan Ciwidey, Kecamatan Cililin

Sesuai dengan RTRW Kabupaten Bandung Tahun 2001, maka wilayah Kota Soreang meliputi :

a. Kecamatan Soreang, terdiri dari : ● Desa Karamatmulya ● Desa Pamekaran ● Desa Soreang ● Desa Sadu ● Desa Panyirapan

b. Kecamatan Ketapang, terdiri dari : ● Desa Parung Serab

● Desa Sekarwangi ● Desa Cingcin

(6)

Legenda :

PROGRAM STUDI PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA SEKOLAH ARSITEKTUR

PERENCANAAN DAN PENGEMBANGAN KEBIJAKAN

2008

Gambar 3.1

Peta Batas Administrasi

Kota Soreang

Soreang

Ketapang

Padalarang Batujajar Cililin Banjaran Arjasari Majalaya Ciparay Rancaekek Cileunyi Bojongsoang Pamengpeuk Cimahi Utara Cimahi Selatan Margaasih Kotamadya Bandung Dayeuhkolot Margahayu Ngamprah Cimahi Tengah

Batas Kecamatan

Batas Kabupaten/Kota

Jalan Kereta Api

Jalan Kabupaten/Kota

Kota Soreang

(7)

Legenda :

PROGRAM STUDI PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA SEKOLAH ARSITEKTUR

PERENCANAAN DAN PENGEMBANGAN KEBIJAKAN

2008

Gambar 3.2

Peta Jaringan Jalan

Kota Soreang

Desa Sadu Desa Panyirapan Desa Soreang Desa Cingcin Desa Ciluncat Desa Gandasari Desa Padasuka Desa Buminagara Desa Parungserab Desa Katapang Desa Kutawaringin Desa Sukamulya Batas Kota

Jalan Lokal Sekunder

Jalan Kolektor Primer Jalan Kereta Api

Rencana Jalan Tol Transmisi Listrik

Sungai

(8)

Dengan kedudukan geografis Kota Soreang yang cukup dekat dengan Kota Bandung yang telah mencapai tahapan kota Metropolitan dan berperan sebagai Pusat Kegiatan Nasional (PKN) makan perkembangan Kota Soreang sangat dipengaruhi berbagai aktivitas yang terjadi di Kota Bandung. Hal ini didukung pula oleh kenyataan bahwa Kota Soreang belum memiliki kegiatan sosial ekonomi dan sosial yang memadai sebagai ibukota Kabupaten Bandung. 3.2.1 Kependudukan

Di banyak kota-kota baik kota kecil, menengah maupun kota besar pada umumnya tampak adanya kecendrungan bahwa penduduk perkotaan terus meningkat. Gejala yang sama juga terlihat di Kota Soreang. Berdasarkan hasil perhitungan diperkirakan jumlah penduduk Kota Soreang pada tahun 2010 adalah 112.760 jiwa, sedangkan pada tahun 2000 berjumlah 69.189 jiwa. Hal ini menunjukkan bahwa terjadi peningkatan selama 10 tahun terakhir sebesar 43.481 jiwa.

Kepadatan penduduk di Kota Soreang pada tahun 2000 adalah 41,23 jiwa/ha dan diramalkan akan meningkat menjadi 67,20 jiwa/ha pada tahun 2010. Jumlah penduduk Kota Soreang terdistribusi ke dalam 5 (lima) Bagian Wilayah Kota (BWK). Jumlah dan kepadatan penduduk tertinggi terdapat di BWK I yaitu sebagai BWK Pusat Kota sedangkan kepadatan terendah terdapat di BWK V yang didominasi guna lahannya oleh lahan konservasi.

Tabel III.2

Persebaran Penduduk Kota Soreang Tahun 2005-2010 Lokasi Unit Lingkungan Luas Lahan (Ha) Penduduk (tahun) 2005 2010 Kota Soreang 1678 103820 112760 BWK I Unit Lingkungan 1 2 3 432.32 187.76 146.07 98.49 36070 16420 10970 8640 40380 18480 12250 9650 BWK II Unit Lingkungan 1 2 3 349.82 133.89 122.09 93.34 18230 6980 6360 4890 20380 7800 7110 5470 BWK III Unit Lingkungan 1 2 3 283.30 102.12 93.08 88.10 19450 7010 6390 6050 21750 7480 7150 6760 BWK IV Unit Lingkungan 1 2 158.80 80.46 78.34 11680 5920 5760 13050 6610 6440 BWK V Unit Lingkungan 1 453.76453.76 1839018390 1720017200

(9)

3.2.2 Karakteristik Ekonomi Masyarakat

Sebagai kota yang tengah tumbuh dan berkembang dan berada pada proses transisi dari kawasan pedesaan, perekonomian Kota Soreang didukung oleh perkembangan berbagai sektor. Sektor industri dengan skala kecil dan menengah berkembang cukup pesat di Kota Soreang. Industri ini pada umumnya bergerak dalam bidang konveksi dengan pangsa pasar tak hanya bersifat lokal, tapijuga telah menjangkau pasar internasional. Kenyataan ini menyebabkan mayoritas masyarakat juga bermata pencaharian pada sektor industri. Lebih jelasnya, sebaran mata pencaharian penduduk pada berbagai sektor dapat dilihat pada tabel berikut ini.

Tabel III.3

Mata Pencaharian Masyarakat Kota Soreang Pada Berbagai Sektor

No Desa Sektor

Pertanian Industri Perdagangan Jasa Lainnya

1 Karamatmulya 423 932 593 827 37 2 Pamekaran 117 2113 931 2300 966 3 Soreang 812 6241 2547 1125 82 4 Sadu 388 1100 1562 425 29 5 Panyirapan 393 386 1188 213 1086 6 Parung Serab 506 336 747 240 421 7 Sekarwangi 330 235 564 307 163 8 Cingcin 68 305 165 215 156 Total 3037 11648 8297 5652 2940

Sumber : Kabupaten Bandung Dalam Angka, 2005

Sektor lain yang juga dominan sebagai mata pencaharian masyarakat adalah perdagangan dan jasa. Dominannya tiga sektor ini sebagai mata pencaharian penduduk semakin mencirikan status kekotaan dari Kota Soreang.

3.2.3 Karakteristik Sektor Transportasi

Transportasi merupakan sektor penting yang dapat mendukung aktivitas masyarakat perkotaan. Pada bagian ini akan diberikan gambaran tentang ketersediaan sarana dan prasarana transportasi di Kota Soreang.

3.2.3.1 Prasarana Jalan

(10)

ibukota Kabupaten Bandung, maka sudah selayaknya Kota Soreang memiliki sistem jaringan jalan yang baik dan lancar agar dapat diakses oleh kota-kota lain di Kabupaten Bandung. Pada saat ini, prasarana jalan yang menghubungkan akses ke Kota Soreang terdiri dari :

a. Jalan Raya Bandung-Soreang b. Jalan Raya Banjaran-Soreang c. Jalan Raya Ciwidey-Soreang

d. Jalan Raya Margaasih-Soreang (via Parung Serab) e. Jalan Raya Soreang-Baleendah (via Katapang)

Dari kelima jalan tersebut, Jalan Raya Bandung – Soreang - Ciwidey merupakan jalan arteri yang memiliki arus lalu lintas yang paling padat dibandingkan ruas jalan lainnya.

Tabel III. 4

Daftar Inventarisasi Jalan Di Kota Soreang

No Nama Jalan Panjang Jalan (m) Lebar Jalan (m) Kondisi Keterangan 1 Bandung-Soreang 5500 7,2 Hotmix Batas Kota Soreang-Batas

Pemerintahan

2 Soreang-Ciwidey 7000 7,2 Hotmix Pusat Pemerintahan-Batas Kota Soreang 3 Soreang-Banjaran 2400 7,2 Hotmix Pertigaan Soreang-Batas Kota Soreang 4 Soreang-Parung Serab 1875 7,2 Hotmix Rumah Sakit-Batas Kota Soreang 5 Jl. Cingcin 3375 3,8 Hotmix Pertigaan Cingcin/Soreang-Perigaan Banjaran 6 Jl. Katapang 1000 3,6 Aspal Pertigaan Katapang-Soreang-Kantor

Camat Katapang

7 Jl. Cipeer (terminal baru) 1825 7,2 Hotmix Pertigaan Katapang-Soreang-Kantor Camat Katapang 8 Jl. Tembus Kantor Pemerintahan 1000 7,2 Hotmix Pertigaan Katapang-Soreang-Kantor Camat Katapang 9 Jl. Cabek 1125 3,6 Aspal Pusat Pemerintahan

10 Jl. Bojong 680 3,6 Aspal Pusat Pemerintahan 11 Jl. Sekarwangi-Parung Serab 2000 3,6 Aspal Pusat Pemerintahan 12 Jl. Rachmat 250 3,6 Aspal Pusat Pemerintahan 13 Jl. Pesantren 1000 3,6 Aspal Pusat Pemerintahan 14 Jl. Ciloa 1000 3,6 Aspal Pusat Pemerintahan 15 Jl. Cipatik 2000 3,8 Aspal Pusat Pemerintahan

Sumber : RDTRK Kota Soreang

(11)

km dan 10.80 km. Bila dilihat berdasarkan kondisinya, jaringan jalan di dalam Kota Soreang masih memiliki tingkat kerusakan yang cukup banyak. Terutama untuk kelas jalan desa dan kabupaten. Kondisi lebih buruk lagi terjadi pada musim penghujan karena konstruksi jalan yang masih belum memiliki kualitas yang baik. Pada tabel III.5 akan diberikan data tentang kondisi jaringan jalan yang ada di Kota Soreang dan pada gambar 3.2 akan disajikan peta jaringan jalan yang ada di Kota Soreang.

Tabel III. 5

Daftar Inventarisasi Jalan Berdasarkan Kondisi dan Kelas Jalan Di Kota Soreang

Desa

Panjang Jalan Desa (km) Panjang Jalan Kabupaten (km) Panjang Jalan Propinsi (km) Jalan Aspal Jalan Batu Jalan Tanah Baik Rusak Ringan Rusak Berat Baik Rusak Ringan Rusak Berat Baik Rusak Ringan Rusak Berat Karamatmulya 1.00 1.00 3.00 0.80 4.10 - - 1.00 0.50 - - Pamekaran 6.80 - 1.50 - - 4.80 - 1.20 2.30 - - Soreang 7.00 - - - - 3.00 3.00 - 1.00 - - Sadu - 0.50 - - - - - 4.50 2.00 1.00 - Panyirapan - - 6.00 1.70 5.70 - - - - - - Parung Serab 2.00 2.00 5.00 1.00 - - - 2.00 1.00 - - Sekarwangi 2.00 3.00 3.00 1.00 - - - 3.00 2.00 - - Cingcin - - 3.00 1.00 - - - 1.00 - - 1.00

Sumber : Kabupaten Bandung Dalam Angka, 2005

3.2.3.2 Moda Transportasi

(12)

● Trayek Soreang - Bandung ● Trayek Soreang - Ciwidey ● Trayek Soreang - Banjaran ● Trayek Soreang - Baleendah ● Trayek Soreang – Margaasih

Jumlah moda transportasi yang terdapat di Kota Soreang dapat dilihat pada tabel di bawah ini.

Tabel III. 6

Daftar Inventarisasi Moda Transportasi Di Kota Soreang No Desa Jenis Moda Ojeg motor Kendaraan Roda 4 Kendaraan Roda 2 Delman Becak 1 Karamatmulya 15 50 98 28 -2 Pamekaran 80 94 2122 29 -3 Soreang 120 152 215 28 -4 Sadu 96 15 60 65 -5 Panyirapan 10 21 41 40 -6 Parung Serab 28 68 104 89 24 7 Sekarwangi 38 47 78 32 52 8 Cingcin 42 312 1688 24 62 Total 429 759 4406 335 138

Sumber : Kabupaten Bandung Dalam Angka, 2005

3.2.3.3 Prasarana Terminal

(13)

3.2.3.4 Prasarana Jalan Rel Kereta Api

Sampai saat ini, rel kereta api yang menghubungkan Kota Bnadung dan Kota Ciwidey (melalui Kota Banjaran dan Kota Soreang) masih ada, namun kondisinya sudah tidak layak dipakai lagi. Kondisi saat ini, di sepanjang jalan rel kereta api tersebut sudah dipenuhi oleh permukiman penduduk yang sifatnya tidak memiliki ijin mendirikan bangunan karena pihak Badan Pertanahan Nasional (BPN) dan Dinas Tata Ruang dan Wilayah sudah dipastikan tidak akan memberi ijin bagi pembangunan di sepanjang rel kereta api yang lahannya merupakan milik PT. KAI. Stasiun di Kota Soreang sudah tidak dapat difungsikan lagi, dan bila dikaji dari segi keterkaitan wilayah keberadaan stasiun ini merupakan potensi yang dapat dikembangkan bagi pertumbuhan Kota Soreang.

3.2.4 Utilitas 3.2.4.1 Air Bersih

Sebagian besar penduduk Kota Soreang dalam pemenuhan kebutuhan akan air bersih menggunakan air tanah, tetapi kualitasnya masih sering tercemar terutama pada musim hujan.

3.2.4.2 Drainase

Potensi sistem drainase di Kota Soreang antara lain tersedianya alur air pada bentang alam sebagai saluran air hujan, tersedianya sungai-sungai sebagai badan air penerima. Permasalahan sistem drainase adalah terjadinya genangan pada saat musim hujan di 11 lokasi. Penyebab permasalahan adalah kondisi jaringan drainase Kota Soreang dan dimensinyapun masih belum memenuhi standar kebutuhan.

3.2.4.3 Air Limbah

Permasalahan utama pengelolaan air limbah di Kota Soreang adalah pengelolaan air limbah industri kecil yang saat ini penanganannya belum terintegrasi secara efektif.

(14)

munculnya pusat-pusat kegiatan baru yang mendukung perkembangan fungsi Kota Soreang. Selain fasilitas kantor pusat pemerintahan Kabupaten Bandung, fasilitas umum yang tersedia di Kecamatan soreang masih terbatas dari segi jumlah, intensitas kegiatan dan skala pelayanan.

3.3 Gambaran Umum Perkembangan Kota Soreang

Perkembangan Kota Soreang akan dijelaskan dengan penggambaran perubahan klasifikasi kawasan Kota Soreang berdasarkan PODES 2000, 2003, dan 2005. Dari keadaan demografi, jumlah penduduk Kota Soreang terus meningkat dengan laju pertumbuhan penduduk sebesar 0.31/tahun. Perkembangan jumlah penduduk per desa di Kota Soreang tahun 2000-2005 dapat dilihat pada tabel III.7

Tabel III. 7

Jumlah Penduduk Per Desa Di Kota Soreang Tahun 2000-2005

Nama Desa Jumlah

2000 2003 2005 Parung Serab 5694 7598 6803 Sekarwangi 4405 4830 5257 Cingcin 7817 13529 16263 Sadu 6728 7916 8953 Panyirapan 4866 4915 5830 Karamatmulya 5734 6189 7168 Soreang 14495 15456 16861 Pamekaran 9552 9684 11569

Sumber : Data PODES 2000,2003,2005

Hampir di seluruh desa pertambahan penduduk terjadi walaupun dari segi jumlahnya tidak terlalu signifikan pada jumlah penduduk total Kota Soreang. Jumlah penduduk terbesar terdapat di desa Soreang dan desa Cingcin, karena dua desa tersebutlah yang merupakan pusat permukiman penduduk Kota Soreang. Di desa Cingcin terdapat perumahan formal Gading Tutuka dan CPI yang menyebabkan pertambahan yang sangat signifikan dari tahun 2002-2003. Desa Pamekaran merupakan pusat aktivitas penduduk Kota Soreang dan wilayah Selatan Kabupaten Bandung, dimana terdapat pusat fasilitas perkotaan di antaranya pasar, pertokoan, rumah sakit, terminal dan kantor pusat pemerintahan Kabupaten Bandung.

(15)

Karena memang pada kedua desa tersebut telah terdapat fasilitas perkotaan dengan pelayanan regional seperti pasar dan kantor pusat pemerintahan Kota Soreang.

Berdasarkan data PODES 2003, jumlah desa-kota di Kota Soreang bertambah menjadi lima dengan berubahnya status Desa Cingcin, sekarwangi dan Parung Serab. Hal ini karena adanya pembangunan perumahan Gading Tutuka di Desa Cingcin yang menyebabkan bertambahnya jumlah penduduk sekitar 6000 jiwa yang secara otomatis menambah intensitas aktivitas dan fasilitas di desa tersebut. Desa Sekarwangi dan Parung Serab yang sebagian besar berada di koridor jalan Bandung-Soreang dan Jalan Soreang-Cimahi terimbas dampak semakin ramainya aktivitas pergerakan lalu lintas di kedua jalur regional tersebut.

Gambar

Tabel III.1
Tabel III.2
Tabel III.3
Tabel III. 4
+4

Referensi

Dokumen terkait

PEKERJAAN : PENYUSUNAN RENCANA DETAIL TATA RUANG KAWASAN (RDTRK) LOKASI : KOTA MATARAM. HPS

Penyusunan Rancangan Peraturan Daerah Tentang Rencana Detail Tata Ruang Kawasan Ibukota (Ranperda RDTRK Ibukota) Kabupaten Bolaang Mongondow

Disamping itu, pada PPK ini terdapat 1 taman kota dan 1 kawasan car free day di Bundaran Gajah pada hari Minggu, oleh karena itu PPK ini menjadi lokasi penelitina yang

Jatinangor ditetapkan sebagai kawasan pendidikan sesuai dengan kebijaksanaan relokasi beberapa perguruan tinggi dari Bandung yang dimulai sejak tahun 1982, yang meliputi empat

Kawasan Informal pesisir Kota Bandar Lampung di Teluk Betung selatan dalam dokumen skripsi ditulis oleh Ahmad Rizqi Fajaruddin Tahun 2012 dengan judul Pro dan Kontra Penataan

Pada penelitian ini wilayah studi yang diambil yaitu Kota Bandar Lampung secara umum dan Kampung Adat Negeri Olok Gading khususnya.. 3.1 Kota

Perkotaan Tanru Tedong di Kecamatan Dua Pitue yang didukung dengan penataan kawasan perkotaan, pengembangan Ruang Terbuka Hijau (RTH), pengembangan prasarana

Berdirinya suatu kawasan yang dinamai Cikarang Techno Park bertujuan untuk membuat kolaborasi diantara para pelaku yang bergerak di bidang inovasi teknologi diantaranya