• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

1

Pada saat sekarang ini dunia lingkungan bisnis semakin kompleks dan kompetitif, setiap profesi berusaha untuk senantiasa menemukan kembali keunggulan kompetitif masing-masing agar keberadaan profesi tersebut dapat bernilai tambah bagi masyarakat. Akuntan publik merupakan profesi yang lahir dan besar dari tuntutan publik akan adanya mekanisme komunikasi independen antara entitas ekonomi dengan para stakeholder terutama berkaitan dengan akuntabilitas entitas yang bersangkutan. Hasil pekerjaan akuntan publik digunakan oleh publik (pengguna laporan keuangan) sebagai salah satu bahan dalam pengambilan keputusan ekonomi. Pengguna hasil pekerjaan akuntan publik tidak hanya klien yang memberikan penugasan, namun juga publik (investor atau pemegang saham, kreditor, instansi pemerintah, masyarakat, dan lain-lain).

Akuntan publik adalah suatu yang saat ini di hadapkan pada suatu lingkungan yang benar-benar baru dengan kondisi lingkungan usaha yang terus berubah. Sebelum krisis ekonomi terjadi, negara-negara ASEAN (Association South East Of Asian Nation) telah sepakat untuk memasuki era perdagangan bebas yang di mulai pada tahun 2003 lalu, jasa akuntan publik termasuk salah satu yang disepakati yang artinya pada saatnya akuntan publik dari negara-negara ASEAN dapat melakukan usaha sendiri di negara kita. Begitu pula akuntan publik di Indonesia dapat melaksanakan profesi akuntan publik di negara-negara ASEAN.

Pada kenyataannya, saat ini akuntan publik asing lebih dipercaya masyarakat karena akuntan publik asing mempunyai sistem pengendalian mutu yang baik dan audit teknologinya sudah canggih, dengan itu semua akuntan publik asing dapat mendapat klien dengan mudah. Ini semua merupakan ancaman bagi akuntan publik lokal, namun inti permasalahannya adalah telah hilangnya atau setidaknya telah berkurangnya kepercayaan masyarakat terhadap akuntan publik lokal.

(2)

Dengan sejumlah peluang yang ada profesi akuntan publik dihadapkan pada banyaknya tantangan yang harus dijawab dengan nyata dan sedini mungkin. Banyak pihak mengkhawatirkan bahkan memandang dengan sangat beralasan bila dilihat dari berbagai sudut, antara lain: profesionalisme akuntan publik, penguasaan teknologi informasi, ilmu pengetahuan di bidang akuntan, dan tentunya dengan pengalaman auditor menjanjikan efektivitas perencanaan audit.

Profesi akuntan publik mendapat kepercayaan dari klien dan pihak ketiga untuk membuktikan kewajaran laporan keuangan yang disajikan oleh klien. Oleh karena itu, akuntan publik tidak memihak pada kepentingan klien maupun pihak ketiga tersebut. Profesi akuntan publik perlu membangun keunggulan kompetitifnya dalam masyarakat melalui pengembangan secara berkelanjutan standar profesional bertaraf Internasional, hal ini dimaksudkan agar jenis dan kualitas jasa yang di sediakan oleh profesi akuntan publik untuk memenuhi kebutuhan masyarakat. Dalam hal ini dimaksudkan agar jenis dan kualitas jasa yang disediakan oleh profesi akuntan publik harus dapat menunjukkan bahwa jasa audit yang diberikan adalah berkualitas dan dapat dipercaya. Karena profesi akuntan publik memiliki peran penting untuk memberikan informasi yang dapat diandalkan, dipercaya dan memenuhi kebutuhan pengguna jasa akuntan publik dalam dunia usaha yang semakin kompetitif maka pengalaman seorang akuntan publik dalam hal ini yaitu auditor sangat menentukan prospek dari profesi akuntan publik. Pengalaman merupakan faktor penting yang harus dipertimbangkan, sesuai dengan Standar Auditing yaitu pada standar umum pertama (Seksi 150, paragraf 02) yang menyatakan bahwa:

“Audit harus dilaksanakan oleh seorang atau lebih yang memiliki keahlian dan pelatihan teknis yang cukup sebagai auditor.”

Berdasarkan itu auditor yang profesional adalah auditor yang mempunyai latar belakang pendidikan yang sesuai dan mempunyai pengalaman tentunya.

Auditor yang berpengalaman mempunyai struktur pengetahuan yang tinggi dan menggunakan strategi yang terarah untuk memfokuskan pada informasi yang relevan. Oleh karena itu, pengalaman merupakan salah satu faktor yang

(3)

berperan dalam menigkatkan profesionalisme auditor. Pengalaman merupakan salah satu bagian dari keahlian auditor, menurut Ashton (1991) bahwa :

”Defenisi keahlian dalam bidang auditing pun sering diukur dengan pengalaman.”

Banyak pihak yang beranggapan bahwa semakin lama seseorang bekerja, ia akan semakin berpengalaman dan akhirnya hasil kerja mereka akan semakin berkualitas dalam pelaksanaan penugasan audit, diantaranya terhadap perencanaan audit yang dengan sendirinya sangat menentukan kualitas tahap-tahap penugasan audit berikutnya.

Perencanaan audit harus dilakukan oleh sebuah KAP dalam setiap penugasannya, karena dengan merencanakan penugasannya dengan baik maka akan mendapatkan bukti kompeten yang mencukupi. Apalagi pada situasi saat ini dimana harga BBM mengalami kenaikan yang sangat tinggi, menghemat biaya audit sangat penting sekali. Mendapatkan bukti yang kompeten merupakan hal yang sangat hakiki jika KAP ingin menekan tanggung jawab hukum seminimal mungkin dan mempertahankan reputasi yang baik dalam profesinya. Dengan biaya yang wajar KAP akan dapat bersaing sehingga para kliennya tidak berpaling, dengan catatan bahwa KAP tersebut memang kompeten dibidangnya. Dengan demikian akuntan publik dapat memberikan jasa yang berkualitas mendapat kepercayaan publik dan dapat memenuhi tanggung jawab profesinya kepada masyarakat, klien, rekan seprofesi maupun dalam menghadapi persaingan yang ketat dalam era globalisasi, dengan pengalamannya auditor dapat mempertahankan kualitas penugasan audit .

Pengalaman yang banyak sangat menentukan efektivitas perencanaan audit yang merupakan awal dari penugasan audit dan pengalaman auditor yang dituangkan dalam penugasan audit pastinya membuat profesi akuntan publik sebagai akuntan publik yang berdedikasi. Penelitian mengenai pengalaman auditor telah dilakukan sebelumnya, yang menurut pengetahuan penulis yaitu berdasarkan Richard M.Tubbs (1992) bahwa:

”Akuntan yang berpengalaman akan memperlihatkan adanya experential learning melebihi pengetahuan mahasiswa.”

(4)

Penelitian Tubbs (1992) tersebut menggunakan metode eksperimen dengan subyeknya 72 auditor dari 10 KAP di Florida dan korelasinya dihitung dengan Rank Spearman, dimana hasil penelitian menunjukkan bahwa pengalaman auditor sangat berpengaruh terhadap tingkat pengetahuan auditor.

Hal ini menunjukkan bahwa akuntan yang berpengalaman lebih mempunyai tingkat kemampuan yang tinggi dalam melaksanakan proses audit. Penelitian lain yang pernah dilakukan oleh Yudhi Octora sebuah skripsi yang tidak dipublikasikan UNPAD 2004. Yudhi (2004) menyatakan bahwa:

”Keahlian berkembang dapat dilihat dan dinilai dari waktu dan pengalaman.”

Penelitian Yudhi (2004) tersebut menggunakan metode penelitian deskriptif dengan pendekatan survei, dengan subyek 20 auditor di 5 KAP di Bandung serta perhitungan korelasi rank spearman. Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa keahlian audit sangat mempengaruhi kepuasan kerja auditor.

Berdasarkan uraian diatas dan melihat kondisi yang seperti ini penulis tertarik untuk melakukan penelitian dan memilih judul penelitian:

“Pengaruh Pengalaman Auditor terhadap Efektivitas Perencanaan Audit.”

1.2 Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang penelitian tersebut di atas, maka masalah yang dapat diidentifikasikan adalah :

1. Apakah pengalaman auditor mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap efektivitas perencanaan audit.

2. Seberapa besar pengaruh pengalaman auditor terhadap efektivitas perencanaan audit.

1.3 Maksud dan Tujuan Penelitian 1.3.1 Maksud Penelitian

Sesuai dengan identifikasi masalah yang telah diuraikan sebelumnya, penelitian ini dilaksanakan dengan maksud untuk mengetahui pengaruh pengalaman auditor terhadap efektivitas perencanaan audit.

(5)

1.3.2 Tujuan Penelitian

Penelitian ini mempunyai tujuan untuk :

1. Untuk mengetahui pengaruh pengalaman auditor yang signifikan terhadap efektivitas perencanaan audit.

2. Untuk mengetahui seberapa besar pengaruh pengalaman auditor terhadap efektivitas perencanaan audit.

Kegunaan Penelitian

Penulis berharap agar penelitian yang dilakukan dapat memberikan kegunaan sebagai berikut:

1. Bagi Penulis

Penelitian ini merupakan bagian dari proses belajar sehingga akan dapat menambah wawasan dan pengetahuan bagi penulis dalam bidang auditing mengenai pengaruh pengalaman auditor terhadap efektivitas perencanaan audit.

2. Bagi Kantor Akuntan Publik

Melalui penelitian ini diharapkan dapat memberikan suatu masukan yang bermanfaat untuk mengetahui kekurangan, kelemahan, dan kendala yang dihadapi dalam meningkatkan profesi akuntan publik dapat memperbaiki segala kekurangan dan kelemahannya agar mampu memenuhi tanggung jawabnya kepada klien-kliennya.

3. Bagi Pembaca

Bagi pembaca pada umumnya diharapkan dapat dijadikan sumber pengetahuan dan sumbangan pemikiran yang bermanfaat apabila ada yang bermaksud untuk mengadakan penelitian yang lebih lanjut.

1.5 Kerangka Pemikiran

Profesi akuntan publik berkaitan erat dalam bisnis, masyarakat bisnis sangat memerlukan jasa yang diberikan oleh akuntan publik, karena akuntan publik menyediakan jasa untuk mengumpulkan dan mengevaluasi bahan bukti yang dapat diukur mengenai suatu entitas ekonomi dari masyarakat bisnis

(6)

tersebut, serta mengingat permasalahan lingkungan bisnis yang semakin kompleks dan semakin kompetitif, dalam lingkungan seperti itu masyarakat membutuhkan suatu profesionalitas dari profesi akuntan publik. Oleh karena itu, akuntan sebagai alat penghasil laporan keuangan harus memberikan tanggapan atas adanya dinamika dalam dunia usaha agar dapat berkembang sesuai kebutuhan dan dapat mempertahankan kepercayaan masyarakat.

Kepercayaan pemakai jasa akan mendorong akuntan publik untuk dapat mempertahankan kualitas pekerjaannya. Ukuran dalam keberhasilan pelaksanaan tugas akuntan publik adalah seberapa jauh para pemakai informasi keuangan merasa terbantu dengan opini akuntan publik, bukan berapa banyak jumlah kecurangan yang berhasil ditemukan oleh akuntan publik. Auditor yang berpengalaman adalah auditor yang mampu mengenal lingkungan bisnis dan mampu memperhatikan perkembangan ilmu pengetahuan dan keterampilan yang sesuai dengan profesinya dan menerapkannya kedalam penugasan auditnya yaitu audit atas laporan keuangan.

Akuntan publik dituntut pada suatu etika yang telah diatur oleh dewan pengatur yang ditetapkan oleh IAI (Ikatan Akuntan Indonesia) sehingga akuntan dapat bekerja dengan mengerahkan segala kemampuannya tanpa ada intervensi dari pihak manapun yang dapat mengganggu kinerja dari akuntan publik itu sendiri. Selain adanya kode etik sebagai pedoman para akuntan publik dalam melaksanakan tugas auditnya, seorang akuntan publik pasti akan lebih dipercaya apabila akuntan publik tersebut sudah berpengalaman.

Laporan auditor independen harus sesuai dengan standar pelaporan yang telah ditentukan dalam Standar Profesi Akuntan Publik (SPAP). Opini yang diberikan auditor pun seharusnya dapat memberikan masukan yang berarti bagi pengguna laporan pemeriksaan tersebut. Norma pemeriksaan akuntan yang telah disetujui oleh semua pihak dan menjadi pedoman seorang auditor dalam melakukan pemeriksaan yaitu: sesuai dengan Standar Auditing yaitu pada Standar Umum Pertama (Seksi 150, paragraf 02) yang menyatakan bahwa:

“Audit harus dilaksanakan oleh seorang atau lebih yang memiliki keahlian dan pelatihan teknis yang cukup sebagai auditor.”

(7)

Dengan pernyataan standar auditing ini, maka dimaksudkan bahwa orang yang melaksanakan tugas audit adalah orang yang benar-benar memiliki keahlian dan pelatihan teknis yang cukup sebagai auditor dan bisa dikatakan keahlian dan pelatihan teknis tersebut didapat auditor dari pengalamannya yaitu lamanya ia bekerja sebagai auditor, frekuensi melaksanakan tugas audit dan pendidikan berkelanjutan.

Dalam sebuah proses audit salah satu bagian terpenting adalah tahap perencanaan, karena hal tersebut dapat menentukan baik tidaknya pelaksanaan tahap audit selanjutnya, menurut Arens & Loebbecke (2000:218) memberikan tiga alasan mengapa auditor harus merencanakan pekerjaan dengan baik, yaitu:

1. To enable the auditor to obtain sufficient competence evidence for the circumstance.

2. To help keep audit cost reasonable. 3. To avoid misunderstanding with client.

Perencanaan audit merupakan bagian terpenting, maka alasan auditor merencanakan penugasannya yaitu untuk memperoleh bahan bukti yang cukup, membantu menekan biaya audit serta menghindari kesalahpahaman atau perselisihan dengan klien. Dengan alasan tersebut, auditor dapat melaksanakan proses audit dengan efektif, dan hasil pekerjaan auditor tersebut digunakan oleh publik (pengguna laporan keuangan) sebagai salah satu bahan dalam pengambilan keputusan ekonomi.

Sedangkan menurut SPAP pada standar pekerjaan lapangan, standar keempat mengenai perencanaan dan supervisi audit menyatakan:

“Pekerjaan harus direncanakan sebaik-baiknya dan jika digunakan asisten harus disupervisi dengan semestinya.”

Perencanaan pemeriksaan yang baik diperlukan auditor untuk memperoleh bukti yang kompeten dalam jumlah yang cukup, hal ini untuk menjamin tanggung jawab hukum secara optimal, menjaga dan mempertahankan reputasi yang baik dalam profesinya, menekan biaya audit dalam batas yang wajar juga sebagai alat pengendalian dan sebagai dasar untuk menyusun anggaran.

(8)

Menurut Arens & Loebbecke (2000:219) mengenai perencanaan audit yang didalamnya mengatur hal-hal sebagai berikut:

1. Preplan

2. Obtain Background Information of Client

3. Obtain Information about Client’s Legal Obligation 4. Perform Prelimanary Analitical Procedures

5. Set Materiality and Asset Acceptable Audit Risk and Inherent Risk 6. Understand Internal Control Structure and Asses Control risk 7. Develop Overall Audit Plan and Audit Program

Berdasarkan kutipan diatas, dalam tahap perencanaan ini terdapat langkah-langkah mengenai perencanaan audit. Dengan adanya teori ini penulis mengidentifikasikan bahwa tahapan perencanaan audit adalah tahapan yang sangat penting karena menyangkut suatu proses (rangkaian kegiatan) berkaitan dengan pengambilan keputusan mengenai beberapa hal yang akan dilaksanakan dalam pelaksanaan audit atas laporan keuangan.

Pada intinya suatu perencanaan audit haruslah direncanakan sebaik-baiknya demi kelangsungan tahap-tahap proses audit selanjutnya dan sesebaik-baiknya perncanaan audit tersebut dilakukan oleh auditor yang berpengalaman agar menambah keyakinan pemakai laporan sebagai alat dalam pengambilan keputusan. Berdasarkan uraian di atas, maka penulis dapat menarik kesimpulan dan membuat hipotesis sebagai berikut :

“Pengalaman Auditor Berpengaruh terhadap Efektivitas Perencanaan Audit.”

1.6 Metodologi Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif analitik dengan pendekatan survei, yaitu analisis data, informasi-informasi dan bukti-bukti yang telah dikumpulkan kemudian dibandingkan dengan teori-teori yang berkaitan dengan masalah-masalah yang diteliti, sehingga dapat disimpulkan.

Pengujian hipotesis penelitian dilakukan dengan menggunakan teknik statistik parametik, dan dalam mengolah data menjadi informasi hasil penelitian adalah mentabulasi data dan test yang dilakukan adalah test Rank Spearman

(9)

dengan tingkat signifikansi 5%, alat bantu yang digunakan dalam penelitian ini adalah software SPSS 11.5 dan SPSS 13.0.

Teknik dalam mengumpulkan data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu sebagai berikut :

1. Penelitian Kepustakaan (Library Research)

Yaitu teknik pengumpulan data dengan cara mempelajari dan memahami buku literatur yang ada hubungannya dengan masalah yang diteliti. Untuk dapat memperoleh bahan-bahan yang akan dijadikan landasan pemikiran teoritis didalam penyusunan skripsi ini.

2. Penelitian Lapangan (Field Research)

Yaitu mengadakan pengamatan langsung dari perusahaan yang dilakukan penulis dengan teknik :

a. Pengamatan (Observation)

Penulis mengadakan pengamatan, dilakukan dengan cara mengamati apa yang dilihat dan didengar tentang hal-hal dan bahan-bahan yang dibutuhkan.

b. Kuesioner (Questionare)

Penulis membuat kuesioner, dilakukan dengan memberikan daftar pernyaatan yang harus dijawab untuk mempermudah pengumpulan data dan efesiensi waktu serta sebagai petunjuk ke arah adanya pengaruh pengalaman auditor terhadap efektivitas perencanaan audit.

c. Wawancara (Interview)

Penulis mengadakan hubungan langsung dengan pihak-pihak yang dianggap dapat memberikan informasi yang sesuai dengan ketentuan. Dalam teknik wawancara ini, penulis mengadakan tanya jawab kepada sumber- sumber yang dapat memberikan data atau informasi.

(10)

1.7 Lokasi dan waktu Penelitian

Untuk memperoleh data yang menunjang tersusunnya skripsi ini penulis melakukan survei dengan menyebarkan kuesioner pada 20 Kantor Akuntan Publik dengan 90 orang responden yang ada di Kotamadya Bandung. Waktu penelitian dari bulan Maret 2006 sampai dengan selesai.

Referensi

Dokumen terkait

menjawab pertanyaan peserta didiknya, ketika itu pula dia mendorong peserta didiknya untuk menjadi penyimak dan pembelajar yang baik. Berbeda dengan penugasan yang

Luaran dari program ini tentunya untuk peluang bisnis bagi mahasiswa, dengan kita menggunakan susu sapi murni dengan varian rasa brand “LoveMilk” ini diharapkan

Apabila kita kaji lagi bahwa matahari adalah urutan surat ke 91 di dalam Al Quran dengan jumlah ayat 15.. Alasannya adalah berdasarkan angka di atas bahwa surat ke 108 dalam Al

perbedaan antara frekuensi yang nyata ( hasil observasi) dengan frekuensi yang diharapkan.. perbedaan antara frekuensi yang nyata ( hasil observasi) dengan frekuensi

KSU di sini akan mengambil alih peran dari pengusaha besar kain dengan menyediakan bahan baku kain dengan harga pabrik (PT Ap ac. Inti Corpora) bukan dengan harga pasar seperti

Peraturan Kepala Badan Pertanahan Nasional Nomor 23 Tahun 2009 Tentang Ketentuan Pelaksanaan Peraturan Pemerintah Nomor 37 Tahun 1998 Tentang Peraturan

Hasil pembelajaran Tari Bedana cukup baik walaupun terkadang kegiatan ekstrakurikuler sering libur karena bertabrakan dengan kegiatan lain dan bentuk tubuh masih

memecahkan kasus yang diberikan oleh pendidik tentang materi minyak bumi dalam proses pembelajaran melalui diskusi kelompok sesuai langkah-langkah dari model Case Based