PENERAPAN PEER LEARNING MODEL SYNDICATE GROUP DALAM MENINGKATKAN KEAKTIFAN DAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI POKOK LISTRIK
STATIS KELAS IX B MTs. DIPONEGORO KECAMATAN UNGARAN TIMUR SEMESTER 1 TAHUN PELAJARAN
2014/2015 SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Sebagian Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan dalam Ilmu Fisika
Oleh : RUMIYANTO NIM : 113611061
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI WALISONGO
SEMARANG 2015
PERNYATAAN KEASLIAN
Yang bertanda tangan di bawah ini :
Nama : Rumiyanto
NIM : 113611061
Jurusan : Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Program Studi : Pendidikan Fisika
menyatakan bahwa skripsi yang berjudul :
PENERAPAN PEER LEARNING MODEL SYNDICATE GROUP DALAM MENINGKATKAN KEAKTIFAN DAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI POKOK LISTRIK STATIS KELAS IX B MTs. DIPONEGORO KECAMATAN UNGARAN TIMUR SEMESTER 1 TAHUN PELAJARAN 2014/2015
secara keseluruhan adalah hasil penelitian/karya saya sendiri, kecuali bagian tertentu yang dirujuk sumbernya.
Semarang, 30 April 2015 Pembuat Pernyataan,
Rumiyanto NIM : 113611061
DAFTAR GAMBAR
Gambar 3.1 Bagan Prosedur Penelitian, 33
Gambar 4.1 Grafik Ketercapaian Keaktifan Belajar Siklus I, 58 Gambar 4.2 Grafik Ketercapaian Hasil Belajar Siklus I, 60 Gambar 4.3 Grafik Ketercapaian Keaktifan Belajar Siklus II, 71 Gambar 4.4 Grafik Ketercapaian Hasil Belajar Siklus II, 73 Gambar 4.5 Grafik Ketercapaian Keaktifan Belajar Siklus I dan
II, 75
DAFTAR TABEL
Tabel 4.1 Observasi Langkah Pembelajaran Siklus I, 55 Tabel 4.2 Observasi Keaktifan Belajar Siswa Sikus I, 56 Tabel 4.3 Distribusi Observasi Keaktifan Siklus I, 57 Tabel 4.4 Hasil Belajar Siswa Siklus I, 58
Tabel 4.5 Observasi Langkah Pembelajaran Siklus II, 68 Tabel 4.6 Observasi Keaktifan Belajar Siswa Siklus II, 69 Tabel 4.7 Distribusi Keaktifan Siklus II, 70
Tabel 4.8 Hasil Belajar Siswa Siklus II, 71
Tabel 4.9 Keaktifan Belajar Siswa Siklus I dan II, 74 Tabel 4.10 Hasil Belajar Siswa Siklus I dan II, 76
KEMENTERIAN AGAMA R.I.
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI WALISONGO FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
Jl. Prof. Dr. Hamka (Kampus II) Ngaliyan Semarang Telp. 024-7601295 Fax. 7615387
PENGESAHAN
Naskah skripsi berikut ini :
Judul : Penerapan Peer Learning Model Syndicate Group dalam Meningkatkan Keaktifan dan Hasil Belajar Siswa Pada Materi Pokok Listrik Statis Kelas IX B MTs. Diponegoro Kecamatan Ungaran Timur Semester 1 Tahun Pelajaran 2014/2015
Penulis : Rumiyanto
NIM : 113611061
Jurusan : Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Program Studi : Pendidikan Fisika
telah diujikan dalam siding munaqasyah oleh Dewan Penguji Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Walisongo Semarang dan dapat diterima sebagai salah satu syarat memperoleh gelar sarjana dalam Ilmu Pendidikan.
Semarang, 8 Desember 2015 DEWAN PENGUJI
Ketua,
Alis Asikin, M.A.
NIP. 196907241999031002 Sekretaris, Mursid, M.Ag. NIP. 196703052001121001 Penguji I, Atik Rahmawati, S. Pd., M. Si NIP. 197505162006042002 Penguji II,
Dr. Saifudin Zuhri, M. Ag.
NIP. 195808051987031002 Pembimbing,
Agus Sudarmanto, M.Si.
NOTA DINAS
Semarang, 15 Juni 2015 Kepada
Yth. Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Walisongo
di Semarang
Assalamu’alaikum wr. wb.
Dengan ini diberitahukan bahwa saya telah melakukan bimbingan, arahan, dan koreksi naskah skripsi dengan :
Judul : Penerapan Peer Learning Model Syndicate Group dalam Meningkatkan Keaktifan dan Hasil Belajar Siswa Pada Materi Pokok Listrik Statis Kelas IX B MTs. Diponegoro Kecamatan Ungaran Timur Semester 1 Tahun Pelajaran 2014/2015
Penulis : Rumiyanto
NIM : 113611061
Jurusan : Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Program Studi : Pendidikan Fisika
Saya memandang bahwa naskah skripsi tersebut dapat diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Walisongo untuk diujikan dalam Sidang Munaqasyah.
Wassalamu’alaikum wr. wb.
Pembimbing,
Agus Sudarmanto, M.Si. NIP. 197708232009121001 DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL ……….. i PERNYATAAN KEASLIAN ……… ii PENGESAHAN ………. iii NOTA PEMBIMBING ……….. iv ABTRAK ……… v
KATA PENGANTAR ……… vii
DAFTAR ISI ………... ix DAFTAR TABEL ………... x DAFTAR GAMBAR ……….. xi BAB I : PENDAHULUAN ……… 1 A. Latar Belakang ………. 1 B. Rumusan Masalah ……… 4
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ………. 5
BAB II : LANDASAN TEORI ……… 7
A. Deskripsi Teori ………. 7
B. Kajian Pustaka .………. C. Hipotesis Tindakan ………... 28 30 BAB III : METODE PENELITIAN ……….. 31
A. Jenis dan Pendekatan Penelitian ………... 31
B. Tempat dan Waktu Penelitian ………... 31
C. Subyek dan Kolaborator Penelitian ………….. 32
D. Siklus Penelitian ………... 32
E. Teknik Pengumpulan Data ……… 39
F. Teknik Analisa Data ……….. 41
BAB IV : DESKRIPSI DAN ANALISA DATA ………….. 43
A. Deskripsi Data ……….. 43
B. Analisis Data per Siklus ………... 48
C. Analisa Akhir ……….. 74
BAB V : PENUTUP ………. 78
A. Kesimpulan ………... 78
B. Saran ………. 78
DAFTAR PUSTAKA ………. xii
DAFTAR LAMPIRAN ………... xv
5. Drs. Imam Sunaryo Sebagai kolaborator juga sebagai Kepala MTs. Diponegoro Ungaran Timur.
6. Kedua Orang Tua yang telah memberi motivasi dan doa.
7. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang telah membantu sehingga penyusunan skripsi ini dapat terselesaikan.
Tidak ada yang dapat diberikan kepada semua pihak yang telah membantu, hanya untaian kata terima kasih sebesar-besarnya, serta iringan doa, semoga Allah SWT membalas semua amal kebaikan, selalu melimpahkan rahmat, taufiq, hidayah serta inayah-Nya dan semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi siapa saja yang berkesempatan membacanya. Pada akhirnya disadari dengan sepenuh hati bahwa penulisan skripsi ini belum mencapai kesempurnaan dalam arti yang sebenarnya, maka kritik saran yang membangun sangat dinanti guna penyempurnaan lebih lanjut.
Semarang, Penulis,
Rumiyanto NIM: 113611061
ABSTRAK
Judul : Penerapan Peer Learning Model Syndicate Group dalam Meningkatkan Keaktifan dan Hasil Belajar Siswa Pada Materi Pokok Listrik Statis Kelas IX B MTs. Diponegoro Kecamatan Ungaran Timur Semester 1 Tahun Pelajaran 2014/2015
Penulis : Rumiyanto
NIM : 113611061
Skripsi ini membahas tentang penerapan penerapan peer learning model syndicate group dalam meningkatkan keaktifan dan hasil belajar siswa pada materi pokok listrik statis kelas IX B MTs. Diponegoro Kecamatan Ungaran Timur semester 1 tahun pelajaran 2014/2015. Kajian ini dilatar belakangi oleh pengamatan bahwa kelas IX A lebih aktif dalam pembelajaran jika dibandingkan kelas IX B. Pada ulangan harian KD sistem reproduksi dengan KKM yang ditentukan oleh guru mata pelajaran sebesar 70, hasilnya kelas IX A 23 siswa nilainya tuntas, 6 siswa nilainya belum tuntas, dan rata-rata hasil belajar 75,76. Kelas IX B 11 siswa nilainya tuntas, 16 siswa nilainya belum tuntas, dan rata-rata hasil belajar 68,41. Sehingga muncul pemikiran untuk meningkatkan keaktifan dan hasil belajar kelas IX B dengan suatu penelitian tindakan kelas.
Penelitian ini guna menjawab permasalahan : (1) Bagaimana penerapan peer learning model syndicate group pada materi pokok listrik statis Kelas IX B MTs. Diponegoro Ungaran Timur Semester 1 Tahun Pelajaran 2014/2015? (2) Apakah penerapan peer learning model syndicate group dapat meningkatkan keaktifan dan hasil belajar siswa pada materi pokok listrik statis kelas IXB MTs. Diponegoro Ungaran Timur Semester 1 Tahun Pelajaran 2014/2015? Kajian ini menunjukkan bahwa : (1) Hasil dari pemberian tindakan pada silkus I keaktifan belajar siswa secara klasikal sebesar 72,59 % dengan rata-rata hasil belajar 78,52 sedangkan pada siklus II keaktifan belajar siswa secara klasikal 77,78 % dengan rata-rata
hasil belajar 83,52. (2) Penerapan Peer Learning model Syndicate Group dapat meningkatkan keaktifan dan hasil belajar siswa pada materi pokok listrik statis kelas IX B MTs. Diponegoro Kecamatan Ungaran Timur semester 1 tahun pelajaran 2014/2015. Hasil temuan ini memberi gambaran kepada guru untuk mendesain pembelajaran dengan baik guna pencapaian hasil yang lebih baik
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur dengan hati yang tulus dan pikiran yang jernih, tercurahkan kepada Allah SWT, atas limpahan rahmat, hidayah, dan taufik serta inayah-Nya dan tidak lupa pula penulis panjatkan shalawat serta salam kepada Nabi Muhammad SAW yang telah mengangkat derajat manusia dari Zaman Jahiliyah ke Zaman Islamiyah.
Skripsi berjudul “Penerapan Peer Learning Model Syndicate Group dalam Meningkatkan Keaktifan dan Hasil Belajar Siswa Pada Materi Pokok Listrik Statis Kelas IX B MTs. Diponegoro Kecamatan Ungaran Timur Semester 1 Tahun Pelajaran 2014/2015” ini disusun guna memenuhi sebagian persyaratan dalam memperoleh gelar Sarjana S-1 pada Program Studi Pendidikan Fisika UIN Walisongo Semarang. Penyelesaikan skripsi ini tidak lepas dari berbagai pihak yang membantu baik moril maupun materiil, maka pada kesempatan ini dengan kerendahan hati dan rasa hormat ucapan terima kasih kepada :
1. Bapak Raharjo, M. Ed. St. selaku Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri Walisongo Semarang. 2. Bapak Alis Asikin, M.A. selaku ketua pengelola program
Kualifikasi S1 RA dan Guru Madrasah.
3. Bapak Joko Budi Poernomo, M.Pd. sebagai dosen wali studi 4. Bapak Agus Sudarmanto, M.Si. selaku dosen pembimbing
skripsi . Kesabaran Beliau dalam membimbing menjadi motivasi.
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pembelajaran IPA dilakukan untuk menumbuhkan kemampuan berpikir, bekerja, dan bersikap ilmiah serta mengkomunikasikannya sebagai aspek penting kecakapan hidup. Proses belajar mengajar IPA lebih ditekankan pada pendekatan keterampilan proses, hingga siswa dapat menemukan fakta-fakta, membangun konsep-konsep, teori-teori dan sikap ilmiah siswa itu sendiri yang akhirnya dapat berpengaruh positif terhadap kualitas proses pendidikan maupun produk pendidikan.
Hakikat dan tujuan pembelajaran IPA diharapkan dapat memberikan antara lain sebagai berikut:
a. Kesadaran akan keindahan dan keteraturan alam untuk meningkatkan keyakinan terhadap Tuhan Yang Maha Esa. b. Pengetahuan, yaitu pengetahuan tentang dasar dari prindip
dan konsep, fakta yang ada di alam. Hubungan saling ketergantungan, dan hubungan antara sains dan teknologi. c. Keterampilan dan kemampuan untuk menangani peralatan,
memecahkan masalah dan melakukan observasi.
d. Sikap ilmiah, antara lain skeptis, kritis, sensitif, obyektif, jujur terbuka, benar, dan dapat bekerja sama.
e. Kebiasaan mengembangkan kemampuan berpikir analisis induktif dan deduktif dengan menggunakan konsep dan prinsip sains untuk menjelaskan berbagai peristiwa alam. Apresiatif terhadap sains dengan menikmati dan
menyadari keindahan keteraturan perilaku alam serta penerapannya dalam teknologi.1
Jadi pembelajaran IPA menekankan pada pemberian pengalaman langsung untuk mengembangkan kompetensi agar menjelajahi dan memahami alam sekitar secara ilmiah. Untuk dapat memberikan hal tersebut pembelajaran aktif merupakan salah satu teknik untuk dikembangkan dalam proses belajar mengajar. Semua anak berhak mendapatkan pembelajaran, karena dengan pembelajaran anak dapat memperoleh ilmu pengetahuan. Dan Allah akan mengangkat derajat orang-orang yang mempunyai ilmu pengetahuan, sebagaimana yang dinyatakan dalam Al-Qur’an surat Al-Mujaadilah ayat 11:
Hai orang-orang beriman apabila kamu dikatakan kepadamu: "Berlapang-lapanglah dalam majlis", Maka lapangkanlah niscaya Allah akan memberi kelapangan untukmu. dan apabila dikatakan: "Berdirilah kamu", Maka berdirilah, niscaya Allah
1
Trianto, Model Pembelajaran Terpadu Konsep, Strategi, dan
Implementasinya dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP), (Jakarta : PT Bumi Aksara, 2012), hlm : 143.
kepala sekolah dalam melakukan supervisi guna meningkatkan kualitas pembelajaran dan mutu sekolah yang dipimpinnya.
2. Manfaat Praktis a. Bagi Guru
Melalui penelitian tindakan kelas dengan menggunakan pembelajaran peer learning model syndicate group guru menjadi lebih terarah dalam pengajaran sehingga tidak hanya menggunakan metode ceramah. Selain itu guru juga dapat menjadi lebih berkompeten dalam mendesain pembelajaran yang berkualitas dan menyenangkan dalam pembelajaran IPA.
b. Bagi Siswa
Diharapkan dengan penggunaan pembelajaran peer learning model syndicate group pada pembelajaran IPA dapat menumbuhkan semangat dan minat belajar siswa. Selain itu, siswa menjadi lebih terlatih dalam hal pemecahan masalah yang memerlukan pemikiran logis. Siswa juga mendapatkan kesempatan mengungkapkan gagasan dan pendapatnya serta terlatih untuk berbicara di depan umum serta meningkatkan kepercayaan diri siswa.
c. Bagi Kepala Sekolah/Madrasah
Dengan adanya penelitian tindakan kelas ini, kepala sekolah/Madrasah dapat mengetahui interaksi dan hubungan antara guru dan siswa dalam pembelajaran serta mengetahui keefektifan pembelajaran yang dilakukan oleh guru. Hal-hal tersebut dapat digunakan sebagai acuan bagi
akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. dan Allah Maha mengetahui apa yang kamu kerjakan (Q.S. Al-Mujaadilah/58:11)2
Pembelajaran aktif secara sederhana didefinisikan sebagai metode pengajaran yang melibatkan siswa secara aktif dalam proses pembelajaran. Pembelajaran aktif mengkondisikan siswa agar selalu melakukan pengalaman belajar yang bermakna dan senantiasa berpikir tentang apa yang dapat dilakukannya dalam pembelajaran. Jumlah siswa dalam pembelajaran aktif bebas boleh perseorangan atau kelompok belajar, yang penting siswa harus aktif.3
Dari kutipan di atas maka yang dimaksud pembelajaran aktif adalah adanya interaksi siswa yang menyeluruh terhadap proses pembelajaran. Interaksi yang dimaksud adalah partisipasi siswa dari awal sampai dengan akhir pembelajaran. Peer learning (pembelajaran sebaya) adalah salah satu teknik dari pembelajaran aktif kolaboratif sedangkan syndicate group (kelompok sindikat) adalah salah satu model pembelajaran aktif kolaboratif dari metode diskusi kelompok. Dengan pemilihan teknik dan model ini diharapkan dapat meningkatkan keaktifan siswa.
Pembagian kelas IX dilakukan dengan cara yang sama yaitu kesamaan tingkat kognitif yang didasarkan dari hasil belajar semester sebelumnya. Dalam perjalanan proses pembelajaran, terjadi
2
DEPAG RI, “Al-Qur’an dan Terjemahnya”,(Bandung: Diponegoro, 2003), hlm.434.
3
Warsono, Hariyanto, Pembelajaran Aktif Teori dan Asesmen, (Bandung : PT Remaja Rosdakarya, 2012), hlm : 15.
perbedaan yang signifikan dimana Kelas IX A mayoritas siswanya aktif sedangkan IX B cenderung pasif. Pada ulangan harian KD sistem reproduksi dengan KKM yang ditentukan oleh guru mata pelajaran sebesar 70, hasilnya kelas IX A prosentase siswa yang nilainya tuntas adalah 79,3 %, dan nilai belum tuntas 20,7 %, sedangkan kelas IX B prosentase siswa yang nilainya tuntas hanya 40,7 %, dan nilai belum tuntas adalah 59,3 %. Jadi dapat dikatakan bahwa tingkat keaktifan belajar siswa berbanding lurus dengan pencapaian hasil kognitif siswa.
Berdasar pada fakta di atas muncul pemikiran tentang bagaimana cara mendesain pembelajaran dapat meningkatkan keaktifan dan hasil belajar siswa kelas IX B. Penjabaran atas pemikiran tersebut terangkai dalam penelitian tindakan kelas terhadap kelas IX B dengan pemilihan pembelajaran kolaboratif teknik peer learning (pembelajaran sebaya), metode diskusi kelompok dengan model syndicate group (kelompok sindikat) pada materi listrik statis di semester 1 tahun pelajaran 2014/2015.
B. Rumusan Masalah
Bedasar pada latar belakang di atas maka rumusan masalah sebagai berikut :
1. Bagaimana penerapan peer learning model syndicate group pada materi pokok listrik statis Kelas IX B MTs. Diponegoro Ungaran Timur Semester 1 Tahun Pelajaran 2014/2015?
2. Apakah penerapan peer learning model syndicate group dapat meningkatkan keaktifan dan hasil belajar siswa pada materi pokok listrik statis kelas IX B MTs. Diponegoro Ungaran Timur Semester 1 Tahun Pelajaran 2014/2015 ?
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian
Berdasar pada rumusan masalah, penelitian ini bertujuan untuk;
1. Mendeskripsikan penerapan peer learning model syndicate group pada materi pokok listrik statis Kelas IX B MTs. Diponegoro Ungaran Timur Semester 1 Tahun Pelajaran 2014/2015.
2. Mengetahui apakah penerapan peer learning model syndicate group dapat meningkatkan keaktifan dan hasil belajar siswa pada materi pokok listrik statis kelas IX B MTs. Diponegoro Ungaran Timur Semester 1 Tahun Pelajaran 2014/2015.
Berdasar pada tujuan adapun manfaat yang dapat dicapai dari penelitian ini adalah sebagai berikut;
1. Manfaat Teoritis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat dipakai dalam mengembangkan pembelajaran peer learning model syndicate group dalam pembelajaran IPA.
ditingkatkan tetapi berbeda model pembelajaran yang diterapkan, materi pokok, waktu dan tempat penelitian.
C. Hipotesis Tindakan
Hipotesis dari penelitian ini adalah penerapan peer learning model syndicate group dapat meningkatkan keaktifan dan hasil belajar siswa pada materi pokok listrik statis kelas IX B MTs. Diponegoro Ungaran Timur Semester 1 Tahun Pelajaran 2014/2015
Keberhasilan kelas dilihat dari jumlah peserta didik yang mampu aktif mencapai 75% dari jumlah peserta didik yang ada di kelas tersebut. Hal ini sesuai dengan kriteria keberhasilan yang ditentukan oleh Guru Mata Pelajaran. Hal ini diperkuat oleh pendapat berikut;
Mengenai hal ini E. Mulyasa mengatakan bahwa: pembelajaran dikatakan berhasil dan berkualitas apabila seluruhnya atau sedikit -sedikit sebagian sebesar (75%) peserta didik terlibat secara aktif, baik fisik, mental maupun sosial dalam proses pembelajaran, disamping menunjukan kegiatan belajar yang tinggi, semangat belajar yang besar, dan rasa percaya pada diri sendiri.32
32
Ilham, “Mengembangkan Keaktifan Belajar Siswa”
http.//abangilham.wordpress.com/ . diakses tanggal 10 Desember 2015
BAB II LANDASAN TEORI
A. Deskripsi Teori 1. Pembelajaran Aktif
Proses pembelajaran aktif banyak dikembangkan oleh para pakar pendidikan. Definisi pembelajaran aktif berdasarkan teori para pakar menyebutkan antara lain dalam kutipan di bawah ini;
“Menurut Charles C. Bonwell dan J.A. Eison (1991) seluruh bentuk pengajaran yang berfokus kepada siswa sebagai penanggung jawab pembelajaran adalah pembelajaran aktif.”1
“Menurut Michael Prince (2004) pembelajaran aktif diwujudkan dalam pembelajaran kolaboratif, pembelajaran kooperatif, pembelajaran berbasis masalah, dan pembelajaran berbasis proyek.”2
“Menurut Felder dan Brent, pembelajaran aktif sebagai semua hal yang terkait dengan pembelajaran di kelas yang memfasilitasi siswa untuk melakukan banyak kegiatan”3
Berdasar definisi pembelajaran aktif di atas maka dapat disimpulkan bahwa pembelajaran aktif adalah pembelajaran
1
Warsono, Hariyanto, Pembelajaran Aktif Teori dan Asesmen, (Bandung : PT Remaja Rosdakarya, 2012). hlm :14
2
Warsono, Hariyanto, Pembelajaran Aktif … . hlm : 15
3
yang melibatkan interaksi siswa secara menyeluruh dalam proses pembelajaran. Yang dimaksud menyeluruh adalah partisipasi siswa dari awal sampai dengan akhir pada proses pembelajaran
Macam pemmbelajaran aktif dibagi menjadi 4 yaitu; 1. Pembelajaran Kolaboratif
2. Pembelajaran Kooperatif 3. Pembelajaran Berbasis Masalah 4. Pembelajaran Berbasis Proyek 2. Pembelajaran Kolaboratif
Ada dua pendapat yang berbeda dalam mendefinisikan pembelajaran kolaboratif :
a. Pendapat yang mengartikan pembelajaran kolaboratif sama dengan pembelajaran kooperatif
“Menurut Egen dan Kauchak, pembelajaran kooperatif adalah suatu kelompok strategi pengajaran yang melibatkan siswa secara kolaboratif untuk mencapai tujuan bersama”4
b. Pendapat yang mengartikan pembelajaran kolaboratif tidak sama dengan pembelajaran kooperatif
“Menurut Michael Prince, pembelajaran kolaboratif menekankan interaksi siswa dari pada aktivitas mandiri
4
Warsono, Hariyanto, Pembelajaran Aktif …. . hlm : 49
belajar peserta didik kelas XI IPA 1 MAN 1 Blora semester gasal tahun pelajaran 2010/2011 pada materi pokok gerak getaran, dangan tingkat keaktifan belajar pada siklus I mencapai 71,7 % sedangkan pada siklus II tingkat keberhasilan sebesar 79,5 %. 30
2. Iqtirobl Fudlla NIM 073611009 Fakultas Tarbiyah Institut Agama Islam Negeri Walisongo Semarang dengan judul “Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif TGT (Teams Games Tournament) untuk meningkatkan Keaktifan Peserta Didik pada Mata Pelajaran Fisika Materi Pokok Kalor Kelas VII A MTs. NU 01 Kramat Tegal Semester Gasal Tahun Pelajaran 2011/2012” dengan ketercapaian tingkat keaktifan peserta didik pada pra siklus 30,95 %, pada siklus I sebesar 45,24 % dan siklus II sebesar 90,48 %.31
Persamaan penelitian ini dengan dua penelitian yang dilakukan di atas adalah tentang pola penelitian dan aspek yang
30
Siti Nur Innayah, “Pemanfaatan Alat-alat Laboratorium Fisika untuk Meningkatkan Keaktifan dan Hasil Belajar Peserta Didik Kelas XI IPA 1 MAN 1 Blora Semester Gasal Tahun Pelajaran 2010/2011 pada Materi Pokok Gerak Getaran”, Skripsi (Semarang : Fakultas Tarbiyah Institut Agama Islam Negeri Walisongo, 2011), hlm : 57
31
Iqtirobl Fudlla, “Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif TGT (Teams Games Tournament) untuk meningkatkan Keaktifan Peserta Didik pada Mata Pelajaran Fisika Materi Pokok Kalor Kelas VII A MTs. NU 01 Kramat Tegal Semester Gasal Tahun Pelajaran 2011/2012”, Skripsi (Semarang : Fakultas Tarbiyah Institut Agama Islam Negeri Walisongo,2012), hlm : 57
besarnya F dinyatakan dalam satuan newton, dan jarak antara dua muatan dinyatakan dalam meter, sedang Q dinyatakan dalam coulomb.29
Jadi untuk menentukan besar gaya tarik menarik antar muatan listrik dapat di tentukan dengan persamaan matematik : F=k Keterangan : F = Gaya Coulomb (N) k = Konstanta (9 ×109Nm2/C2) Q1 = Muatan 1 (C) Q2 = Muatan 2 (C) r = Jarak 2 muatan (m) B. Kajian Pustaka
Berdasar pada skripsi yang telah disusun oleh;
1. Siti Nur Innayah NIM 063611009 Fakultas Tarbiyah Institut Agama Islam Negeri Walisongo Semarang dengan judul “Pemanfaatan Alat-alat Laboratorium Fisika untuk Meningkatkan Keaktifan dan Hasil Belajar Peserta Didik Kelas XI IPA 1 MAN 1 Blora Semester Gasal Tahun Pelajaran 2010/2011 pada Materi Pokok Gerak Getaran” dimana hasil penelitian beliau menunjukkan pemanfaatan alat-alat laboratorium fisika dapat meningkatkan keaktifan dan hasil
29
Ganawati, Dewi, dkk, Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam …. . hlm : 150
siswa sedangkan pembelajaran kooperatif menekankan kerjasama dari pada kompetitif.”5
Menanggapi dua pendapat yang berbeda tadi dapat dikemukakan bahwa baik pembelajaran kolaboratif dan pembelajaran kooperatif adalah bagian dari pembelajaran aktif. Pembelajaran kolaboratif memiliki definisi yang lebih luas dari pada pembelajaran kooperatif.
Pembelajaran kolaboratif didasarkan pada asumsi-asumsi mengenai proses belajar peserta didik sebagai berikut;6
1. Belajar itu aktif dan konstruktif
Untuk mempelajari bahan pelajaran, peserta didik harus terlibat secara aktif dengan bahan itu. Peserta didik perlu mengintegrasikan bahan baru ini dengan pengetahuan yang telah dimiliki sebelumnya. Peserta didik membangun makna atau mencipta sesuatu yang baru yang terkait dengan bahan pelajaran.
2. Belajar itu bergantung konteks
Kegiatan pembelajaran menghadapkan peserta didik pada tugas atau masalah menantang yang terkait dengan konteks yang sudah dikenal peserta didik. Peserta didik
5
Warsono, Hariyanto, Pembelajaran Aktif …. . hlm : 53
6
Semiawan, Conny, Pendidikan Keterampilan Proses, (Jakarta : Grasindo, 1992), hlm : 34-35
terlibat langsung dalam penyelesaian tugas atau pemecahan masalah itu.
3. Peserta didik itu beraneka latar belakang
Para peserta didik mempunyai perbedaan dalam banyak hal, seperti latar belakang, gaya belajar, pengalaman, dan aspirasi. Perbedaan-perbedaan itu diakui dan diterima dalam kegiatan kerjasama, dan bahkan diperlukan untuk meningkatkan mutu pencapaian hasil bersama dalam proses belajar.
4. Belajar itu bersifat sosial
Proses belajar merupakan proses interaksi sosial yang di dalamnya peserta didik membangun makna yang diterima bersama.
Adapun jenis pembelajaran kolaboratif antara lain ;7 a. Collective Learning (Pembelajaran Kolektif)
b. Learning Community (Komunitas Pembelajaran) c. Peer Teaching (Pengajaran Kelompok Guru) d. Peer Learning (Pembelajaran Sebaya)
e. Reciprocal Teaching (Pengajaran Berbalasan) f. Team Learning (Belajar Tim)
g. Study Circle (Lingkar Study) h. Study Group (Kelompok Belajar) i. Work Group (Kelompok Karya)
7
Warsono, Hariyanto, Pembelajaran Aktif …. . hlm : 69-72
a. Dengan menggosokkan dua benda Contoh :
1.Kain wool dengan batang plastik 2.Kain sutera dengan batang kaca b. Dengan menginduksikan dua benda
Contoh :
1.Mendekatkan penggaris yang telah digosok dengan rambut ke potongan kertas kecil
2.Mendekatkan 2 batang kaca yang telah digosok dengan kain sutera
3.Mendekatkan 2 batang plastik yang telah digosok dengan kain wool
4.Mendekatkan batang kaca yang telah digosok dengan kain sutera dengan batang plastik yang telah digosok dengan kain wool
d. Hukum Coulomb
Hukum Coulomb merupakan gaya tarik antara dua muatan listrik. Penjelasan mengenai hukum Coulomb dijelaskan sebagai berikut;
Jika muatan benda pertama dinyatakan dengan Q1 dan benda
kedua Q2, jarak antara dua muatan adalah r, maka besarnya
gaya tolak-menolak atau tarik-menarik antara dua muatan sejenis maupun tak sejenis, F, dapat ditulis sebagai berikut: F=k
Dengan k adalah konstanta perbandingan dan jika di ruang hampa udara besarnya 9 × 109Nm2/C2. Dalam satuan MKS
Dari perkembangan teori atom di atas maka dapat disimpulkan mengenai teori atom sebagai berikut :
1. Benda terdiri atas atom-atom sejenis.
2. Setiap atom terdiri atas sebuah inti yang dikelilingi oleh satu atau lebih elektron.
3. Inti atom bermuatan positif, elektron bermuatan negatif. 4. Inti atom terdiri atas proton yang bermuatan positif dan
netron yang tidak bermuatan listrik. c. Muatan Listrik
1. Jenis Muatan Listrik
Benda atau materi pada umumnya mempunyai jumlah proton sama dengan jumlah elektron benda disebut dalam keadaan netral. Jika keseimbangan antara jumlah proton dan jumlah elektron terusik yaitu adanya pengurangan atau penambahan muatan elektron, maka benda tersebut dikatakan bermuatan listrik. Benda akan bermuatan listrik positif bila kekurangan elektron dan benda bermuatan negatif apabila kelebihan elektron.
2. Sifat Muatan Listrik
a. Muatan sejenis tolak menolak
b.
Muatan tidak sejenis tarik menarik 3. Perpindahan Muatan ListrikCara memindahkan muatan listrik dari suatu benda ke benda yang lain :
3. Peer learning
Peer learning adalah termasuk dalam salah satu dari teknik pembelajaran kolaboratif. Berdasar pada buku sumber, peer learning dapat dijelaskan seperti kutipan berikut;
“Peer learning (pembelajaran sebaya) adalah suatu proses pendidikan dimana kelompok sebaya yang memiliki minat yang sama pada suatu topik tertentu saling berinteraksi. Dalam kesempatan ini, setiap anggota belajar bersama dan saling belajar dari anggota yang lain.”8
Peer learning adalah proses pembelajaran yang dilakukan kelompok sebaya dengan kesamaan minat pada topik tertentu. Peer learning merupakan salah satu teknik pembelajaran kolaboratif.
Adapun model pembelajaran dari peer learning antara lain ;9
a. Buzz Group b. Syndicate Group c. Affinity Group
d. Solution and Critic Group e. Teach-Write-Discuss Group
8
Warsono, Hariyanto, Pembelajaran Aktif …. . hlm : 70
9
4. Syndicate Group
Salah satu model pembelajaran teknik peer learning adalah syndicate group. Langkah – langkah pembelajaran dari model pembelajaran ini terdapat dalam kutipan berikut ini;
Menurut Canei (1986), syndicate group merupakan salah satu jenis diskusi kelompok kecil (3-6 orang), di mana setiap kelompok mengerjakan tugas yang berbeda antara satu kelompok dengan kelompok yang lain. Setiap kelompok akan melaporkan hasil pekerjaannya didepan kelas dalam suatu diskusi pleno atau diskusi kelas. Guru menjelaskan garis besar problem kepada kelas, menggambarkan aspek-aspek masalah, kemudian tiap-tiap kelompok (syndicate) diberi tugas untuk mempelajari suatu aspek tertentu. Guru menyediakan referensi atau informasi-informasi yang lain. Setiap sindikat bersidang sendiri-sendiri atau membaca bahan, berdiskusi, dan menyusun laporan yang berupa laporan sindikat.10
Suatu kelompok besar (kelas) dibagi lagi menjadi beberapa kelompok kecil, masing – masing kelompok kecil mendiskusikan suatu tugas tertentu yang berbeda antar kelompok kecil. Guru menjelaskan tema umum tentang masalah, menggambarkan aspek – aspek pokok masalah tersebut. Setiap kelompok membahas hanya satu aspek. Guru menyediakan referensi atau sumber – sumber informasi lain. Setiap kelompok sindikat berdiskusi sendiri – sendiri, dan pada akhir diskusi disampaikan disampaikan laporan setiap sindikat yang selanjutnya di bawa ke pleno (sidang umum)
10
Modjiono dan Dimyati, Strategi Belajar Mengajar, (Jakarta : Depdikbud, 1992). hlm : 192
Kesimpulan dari teorinya adalah :
a. Sebagian besar massa atom terpusatkan dalam suatu inti yang disebut inti atom
b. Inti atom bermuatan positif
c. Sebagian besar volume atom adalah ruang kosong 4. Teori Atom Bohr (1913)
Teori Bohr dapat digambarkan sebagai berikut;
Kesimpulan dari teori ini adalah ;
a. Elektron harus mempunyai cukup energi untuk membuatnya berada dalam gerak konstan mengelilingi inti
b. Gerak elektron mengelilingi inti dianalogikan seperti gerak planet mengelilingi matahari.
Teori atom menurut Thomson mengemukakan model atom plum pudding. Ilustrasi dari penelitian Thomson seperti gambar berikut;
Kesimpulan dari teorinya adalah :
a. Eksperimen menentukan rasio muatan terhadap massa electron (q/me)
b. q/me = -1,76 x 10 8
C/g
c. Model atom “Plum Pudding” (Kismis)
3. Teori Atom Rutherford (1908)
Teori Atom menurut Rutherford didasarkan percobaan seperti yang diilustrasikan berikut ini;
untuk dibahas lebih lanjut, sehingga seluruh aspek dari tema masalah selesai dibahas.11
Berdasar kutipan di atas, maka langkah – langkah pembelajaran pada model syndicate group adalah ;
a. menjelaskan tujuan pembelajaran b. menjelaskan materi pembelajaran
c. menjelaskan metode yang akan digunakan d. mengelompokkan materi pembelajaran e. mengelompokkan siswa
f. menjelaskan pembagian waktu dalam kegiatan pembelajaran g. mengadakan diskusi di sindikat (diskusi kelompok)
h. tiap kelompok melaporkan hasil diskusinya atau diskusi kelas dievaluasi
i. melaksanakan tindak lanjut 5. Keaktifan Belajar
a. Pengertian Belajar
Pengertian belajar yang dikemukakan oleh para pakar pendidikan adalah sebagai berikut;
“Pengertian belajar menurut teori kognitif adalah perubahan persepsi dan pemahaman, yang tidak selalu berbentuk tingkah laku yang dapat diamati dan dapat diukur.” 12
11
Warsono, Hariyanto, Pembelajaran Aktif Teori dan Asesmen, (Bandung : PT Remaja Rosdakarya, 2012). hlm : 82
12
Budiningsih, C. A., , Belajar dan Pembelajaran, (Jakarta: PT Asdi Mahastya, 2005), hlm : 31
“Skinner berpandangan bahwa belajar adalah perilaku. Pada saat orang belajar maka responnya menjadi lebih baik. Sebaliknya, bila ia tidak belajar maka responnya menurun.”
13
“Menurut Gagne belajar merupakan kegiatan yang kompleks. Hasil belajar berupa kapabilitas. Setelah belajar orang memiliki ketrampilan, pengetahuan, sikap, dan nilai.”14
Jadi belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan individu untuk memperoleh suatu perubahan yang baru, sebagai hasil dari pengalaman dalam iteraksi terhadap lingkungan.
b. Pengertian Keaktifan Belajar
Keaktifan belajar berasal dari dua kata yaitu keaktifan dan belajar. Keaktifan berasal dari kata aktif, sedangkan definisi belajar sudah dijelaskan sebelumnya.
“Aktif berarti giat (bekerja atau berusaha), sedangkan keaktifan diartikan sebagai hal atau dimana siswa dapat aktif.”15
Keaktifan siswa dalam belajar tampak dalam kegiatan berbuat sesuatu untuk memahami materi pelajaran yang disajikan oleh guru. Jadi siswa berpartisipasi aktif dari awal sampai dengan akhir dari proses pembelajaran.
13
Dimyati dan Mudjiono, Belajar dan Pembelajaran, (Jakarta : Rineka Cipta, 2009). hlm : 9
14
Dimyati dan Mudjiono, Belajar dan … . hlm : 10
15
Kamus Besar Bahasa Indonesia, 2002. hlm :12
1. Teori Atom Dalton (1808)
Dalton mengemukakan bahwa materi tersusun atas partikel yang terkecil yang disebut atom. Teori Dalton dapat diilustrasikan dengan gambar berikut ;
Kesimpulan dari teori atom menurut Dalton adalah sebagai berikut;
a.Unsur tersusun atas partikel yang sangat kecil, yang disebut atom. Semua atom unsur tertentu adalah identik, yaitu mempunyai ukuran, masa dan sifat kimia yang sama. Atom satu unsur tertentu berbeda dari atom semua unsur yang lain. b.Senyawa tersusun atas atom-atom dari dua unsur atau lebih.
Dalam setiap senyawa perbandingan antara jumlah atom dari setiap dua unsur yang ada bias merupakan bilangan bulat atau pecahan sederhana.
c.Yang terjadi dalamreaksi kimiahanyalah pemisahan, penggabungan, atau penyusunan ulang atom-atom; reaksi kimia tidak mengakibatkan penciptaan atau pemusnahan atom-atom.
Listrik statis adalah suatu kumpulan muatan listrik dalam jumlah tertentu yang tidak mengalir atau tetap (statis), tapi jika terjadi pengosongan muatan akan memakan waktu yang cukup singkat. Atau definisi listrik statis yang lainnya yaitu suatu fenomena kelistrikan yang dimana muatan listriknya tidak bergerak dan biasanya terdapat pada benda yang bermuatan listrik. Dapat dikatakan juga listrik statis timbul karena adanya fenomena dimana benda-benda yang memiliki aliran listrik saling berpautan tanpa adanya sumber daya listrik atau dengan kata lain benda tersebut dapat menghasilkan proton maupun elektron tanpa menggunakan elemen pembangkit energi listrik. Listrik statis dapat ditimbulkan oleh dua benda yang memiliki muatan listrik berbeda.
Dari pengertian listrik statis di atas dapat disimpulkan bahwa listrik statis adalah fenomena muatan listrik yang terdapat pada benda yang dapat berpindah jika benda bermuatan listrik yang berbeda. Contoh fenomena tersebut antara lain penggaris plastik yang dapat menarik potongan kertas kecil, terjadinya petir dan kilat dan sebagainya.
b. Teori Atom
Teori atom berkembang dari waktu ke waktu. Adapun teori atom menurut para ahli terangkum seperti dibawah ini :28
28
Indriana Kartini , “Teori Atom”, httpelisa1.ugm.ac. idfilescyrajehaJ7HaZ4Jq, diakses 11 Desember 2015
Keaktifan siswa dalam mengikuti proses belajar mengajar dapat dilihat dalam:
a. Turut serta dalam melaksanakan tugas belajarnya. b. Terlibat dalam pemecahan masalah
c. Bertanya kepada siswa lain atau guru apabila tidak memahami persoalan yang dihadapinya.
d. Berusaha mencari berbagai informasi yang diperlukan untuk memecahkan masalah
e. Melaksanakan diskusi kelompok sesuai dengan petunjuk guru.
f. Menilai kemampuan dirinya dan hasil-hasil yang diperoleh.
g. Melatih diri dalam memecahkan masalah soal atau masalah yang sejenis.
h. Kesempatan menggunakan atau menerapkan apa yang telah diperoleh dalam menyelesaikan tugas atau persoalan yang dihadapinya.16
Berdasar kutipan di atas, maka dikembangkan lebih lanjut pada bab selanjutnya, sebagai dasar penentuan indikator pengamatan keaktifan belajar siswa.
c. Pentingnya Keaktifan Belajar
Keaktifan siswa memiliki arti penting dalam proses pembelajaran;
“Pentingnya keaktifan belajar siswa yaitu untuk melatih siswa menyampaikan gagasan secara individu maupun berkelompok.” 17
16
Nana Sudjana, Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar, (Bandung : PT Remaja Rosdakarya, 2012). hlm : 61
17
Keaktifan siswa dalam proses pembelajaran akan menyebabkan interaksi siswa yang menyeluruh dalam proses pembelajaran. Hal ini mengakibatkan suasana kelas menjadi segar dan kondusif, dimana masing-masing siswa dapat melibatkan kemampuannya semaksimal mungkin. Aktivitas yang timbul dari siswa akan mengakibatkan pula terbentuknya pengetahuan dan keterampilan. Dalam setiap proses belajar, siswa selalu menampakkan keaktifan.
Melibatkan siswa secara aktif dalam pembelajaran IPA sangat penting, karena dalam IPA banyak kegiatan pemecahan masalah yang menuntut kreativitas siswa aktif. Siswa sebagai subyek didik adalah yang merencanakan dan ia sendiri yang melaksanakan belajar. Untuk menarik keterlibatan siswa dalam pembelajaran guru harus membangun hubungan baik yaitu dengan menjalin rasa simpati dan saling pengertian.
6. Hasil Belajar
Definisi tentang hasil belajar yang dikemukakan pakar pendidikan sebagai berikut ;
Hasil belajar merupakan hal yang dapat dipandang dari dua sisi yaitu sisi siswa dan dari sisi guru. Dari sisi siswa hasil belajar merupakan tingkat perkembangan mental yang lebih baik bila dibandingkan pada saat sebelum belajar. Dari sisi
Listrik statis yang dimaksud dalam penelitian ini adalah materi pokok mata pelajaran IPA SMP/MTs. kelas IX semester 1 pada Standar Kompetensi (3) Memahami konsep kelistrikan dan penerapannya dalam kehidupan sehari-hari dan pada Kompetensi Dasar (3.1) Mendeskripsikan muatan listrik untuk memahami gejala-gejala listrik statis serta kaitannya dalam kehidupan sehari-hari.
a. Pengertian Listrik Statis
Listrik Statis merupakan sub bab dari konsep fisika kelistrikan. Definisi dari listrik statis dapat dijelaskan sebagai berikut;
“Dalam ilmu fisika, listrik dibedakan menjadi dua macam, yaitu listrik statis dan listrik dinamis. Listrik statis mempelajari sifat kelistrikan suatu benda tanpa memperhatikan gerakan atau aliran muatan listrik. Dalam ilmu fisika disebut elektrostatika.”26
Listrik statis adalah ketidakseimbangan muatan listrik dalam atau pada permukaan benda. Muatan listrik tetap ada sampai benda kehilangannya dengan cara sebuah arus listrik melepaskan muatan listrik. Listrik statis kontras dengan arus listrik, yang mengalir melalui kabel atau konduktor lainnya dan mentransmisikan listrik.27
26
Ganawati, Dewi, dkk, Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam Terpadu dan Kontekstual IX untuk SMP/MTs, (Jakarta : Pusat Perbukuan, Departemen Pendidikan Nasional, 2008). hlm : 146
27
Indriana Kartini, “Listrik Statis”,
Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) berkaitan dengan cara mencari tahu tentang alam secara sistematis sehingga IPA bukan hanya penguasaan kumpulan pengetahuan yang berupa fakta-fakta, konsep-konsep, atau prinsip-prinsip saja tetapi juga merupakan suatu proses penemuan. Pendidikan IPA diharapkan dapat menjadi wahana bagi peserta didik untuk mempelajari sendiri diri sendiri dan alam sekitar, serta prospek pengembangan lebih lanjut dalam menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari. Proses pembelajarannya menekankan pada pemberian pengalaman langsung untuk mengembangkan kompetensi agar menjelajahi dan memahami alam sekitar secara ilmiah. Pembelajaran IPA diarahkan untuk inkuiri dan berbuat sehingga dapat membantu peserta didik untuk memperoleh pemahaman yang lebih mendalam tentang alam sekitar.
Secara umum Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) di SMP/MTs. meliputi bidang kajian energi dan perubahannya, bumi antariksa, mahkluk hidup dan proses kehidupan, dan materi dan sifatnya yang sebenarnya sangat berperan dalam membantu peserta didik untuk memahami fenomena alam.25
Dari uraian di atas pembelajaran IPA menekankan keterampilan proses yang dilakukan secara sistematis dan ilmiah bukan hanya sekedar transfer ilmu dari guru kepada para peserta didiknya.
8. Listrik Statis
25
Trianto, Model Pembelajaran…. . hlm : 138
guru adalah bagaimana guru bisa menyampaikan pembelajaran dengan baik dan siswa bisa menerimanya.18 “Hasil belajar adalah perubahan perilaku secara keseluruhan bukan hanya seluruh aspek potensi kemanusiaan saja”.19 Nana Sudjana (2005:3) Hasil belajar adalah proses pemberian nilai terhadap hasil-hasil belajar yang dicapai siswa dengan kriteria tertentu. Hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman belajarnya.20
Dari beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa hasil belajar adalah pengusaan serangkaian pengetahuan atau ketrampilan yang diperoleh oleh siswa yang yang dipengaruhi oleh berbagai faktor, yaitu faktor yang berasal dari diri siswa maupun dari luar diri siswa yang diberikan oleh guru.
Sedangkan pentingnya hasil belajar adalah sebagai berikut; pentingnya hasil belajar untuk menentukan nilai belajar siswa melalui kegiatan penilaian dan/atau pengukuran hasil belajar. Dari pengertian ini, maka tujuan utamanya adalah untuk mengetahui tingkat keberhasilan yang dicapai oleh siswa setelah mengikuti suatu kegiatan pembelajaran. Dimana
18 Dimyati dan Mudjiono. Belajar dan Pembelajaran. (Jakarta:
Rineka Cipta. 2009.) hlm : 3
19
Suprijono, Agus. Cooperatif Learning: Teori dan Aplikasi PAIKEM. (Yogyakarta : Pustaka Pelajar. 2009) hlm : 7
20
Sudjana, Nana. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya. 2005) hlm : 3
tingkat keberhasilan tersebut kemudian ditandai dengan skala nilai berupa huruf atau kata atau simbol.21
Hasil belajar merupakan hal yang dianggap penting sebab tujuan utamanya adalah untuk mengetahui tingkat keberhasilan yang dicapai oleh siswa setelah mengikuti suatu kegiatan pembelajaran.
7. Pembelajaran IPA
Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) merupakan salah satu mata pelajaran yang diajarkan pada sekolah formal. Penjelasan mengenai pembelajaran IPA dapat dijelaskan sebagi berikut;
IPA adalah suatu kumpulan teori yang sistematis, penerapannya secara umum terbatas pada gejala-gejala alam, lahir dan berkembang melalui metode ilmiah seperti observasi dan eksperimen serta menuntut sikap ilmiah seperti rasa ingin tahu, terbuka, jujur, dan sebagainya.22
Secara umum IPA meliputi tiga bidang ilmu dasar, yaitu biologi, fisika dan kimia. Fisika merupakan cabang dari IPA dan merupakan ilmu yang lahir dan berkembang melalui observasi, perumusan masalah, hipotesis, pengujian hipotesis melalui eksperimen, penarikan kesimpulan serta penemuan teori dan konsep.
Dapat dikatakan bahwa hakikat fisika adalah ilmu pengetahuan yang mempelajari gejala – gejala melalui serangkaian proses yang dikenal dengan nama proses ilmiah
21Dimyati dan Mudjiono. Belajar dan Pembelajaran…. . hlm : 200 22
Trianto, Model Pembelajaran .... . hlm : 136
yang dibangun atas dasar sikap ilmiah dan hasilnya terwujud sebagai produk ilmiah yang tersusun atas tiga komponen terpenting berupa konsep, prinsip dan teori yang berlaku secara universal.23
Secara khusus fungsi dan tujuan IPA berdasarkan kurikulum KTSP berbasis kompetensi dalam Depdiknas adalah sebagai berikut.
1. Menanamkan keyakinan terhadap Tuhan Yang Maha Esa. 2. Mengembangkan keterampilan, sikap dan nilai ilmiah. 3. Mempersiapkan siswa menjadi warga negara yang melek
sains dan teknologi.
4. Menguasai konsep sains untuk bekal hidup di masyarakat dan melanjutkan pendidikan ke jenjang lebih tinggi.
Dari fungsi dan tujuan tersebut kiranya semakin jelas bahwa fungsi IPA semata-mata tidaklah pada dimensi pengetahuan (keilmuan), tetapi lebih dari itu, IPA lebih menekankan pada dimensis nilai ukhrawi, di mana dengan memperhatikan keteraturan di alam semesta akan semakin meningkatkan keyakinan akan adanya sebuah kekuatan yang mahadahsyat yang tidak dapat dibantah lagi, yaitu Tuhan Yang Maha Esa. Dengan dimensi ini IPA hakihatnya mentautkan antara aspek logika-materiil dengan aspek jiwa-spiritual, yang sementara ini dianggap cakrawala kosong, karena suatu anggapan antara IPA dan agama merupakan dua sisi yang berbeda dan tidak mungkin dipersatukan satu sama lain dalam satu bidang kajian. Padahal senyatanya terdapat benang merah ketertautan di antara keduanya.24
23
Trianto, Model Pembelajaran …. . hlm : 137
24
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis dan Pendekatan Penelitian
Berdasar pada rumusan masalah dan tujuan penelitian maka jenis penelitian yang dilakukan adalah penelitian tindakan kelas (PTK) dengan pendekatan naturalistik yang hasil penelitian ini dipaparkan secara deskriptif
.
B. Tempat dan Waktu Penelitian a. Tempat Penelitian :
Nama Madrasah : MTs. Diponegoro
Alamat :
Dusun : Mendiro
RT / RW : 004 / 007
Desa : Kalongan
Kecamatan : Ungaran Timur
Kabupaten : Semarang
Kode Pos : 50551
Telp. : 024 70790152
E_mail : diponegoro_mts@yahoo.com
Alasan pemilihan tempat penelitian di sini karena penulis adalah guru mata pelajaran di madrasah ini.
b. Waktu Penelitian :
Penelitian ini dilaksanakan pada semester 1 tahun pelajaran 2014 / 2015 mulai tanggal 29 Oktober 2014 s.d. 3 Nopember 2014
C. Subjek dan Kolaborator Penelitian 1. Subjek Penelitian
Penelitian Tindakan Kelas (PTK) ini diterapkan pada Siswa kelas IX B
2. Kolaborator Penelitian
Kolaborator penelitian ini adalah Drs. Imam Sunaryo Selaku Kepala Madrasah. Alasan pemilihan kolaborator kepala madrasah adalah penulis merupakan guru mata pelajaran IPA di madrasah tersebut sekaligus untuk kepentingan kegiatan supervisi terhadap guru yang bersangkutan. Kolaborator ini berfungsi sebagai observer
D. Siklus Penelitian
Penelitian ini direncanakan akan dilaksanakan dalam dua siklus yang dipergunakan adalah model Kemmis & Taggart terdapat empat tahap rencana tindakan, meliputi : Perencanaan, pelaksanaan tindakan dan pengamatan/ observasi, dan refleksi.1
1
Arikunto, Suharsimi, Prosedur Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta. 2010. Hlm : 132
Gambar 3.12
Bagan Prosedur Penelitian Keterangan Bagan :
Siklus I
1. Perencanaan
Perencanaan pada penelitian tindakan kelas ini mulai dari perencanaan pembelajaran dengan cara menyusun RPP oleh penulis. Penyusunan RPP merupakan pedoman bagi guru untuk melaksanakan kegiatan pembelajaran. Hal-hal yang harus diperhatikan dalam RPP ini meliputi:
2
Arikunto Suharsimi, dkk Arikunto, Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: PT. Bumi Aksara. 2012. hlm : 16
1) Menentukan alokasi waktu dalam kegiatan pembelajaran 2) Menetapkan teknik pembelajaran
3) Menyiapakan alat yang mendukung pembelajaran 4) Kesimpulan dan evaluasi.
Selain menyiapkan RPP peneliti menentukan titik atau fokus peristiwa yang perlu mendapatkan perhatian khusus untuk diamati kemudian membuat istrumen pengamatan untuk membantu peneliti dan observer.
2. Pelaksanaan Tindakan dan Pengamatan
Pelaksanaan tindakan dilakukan oleh peneliti. Tindakan yang dilakukan minimal dua siklus. Jika pada siklus kedua hasil yang diharapkan sudah sesuai (tuntas) maka tidak perlu dilakukan tindakan / pembelajaran pada siklus berikutnya. Masing- masing siklus terdiri dari tiga kegiatan yaitu kegiatan awal, kegiatan inti dan kegiatan akhir. Pelaksanaan tindakan ini dilakukan setelah perencanaan tersusun matang.
Tindakan yang dilakukan pada siklus I A. Kegiatan awal
Pada kegiatan awal pembelajaran, guru biasanya membuka salam, berdoa, presensi serta memberikan motivasi ataupun apersepsi. Hal ini penting dilakukan seorang guru sebelum memulai kegiatan pembelajaran. Kegiatan awal ini biasanya tidak berdurasi lama, hanya sekitar lima sampai sepuluh menit.
3. Data hasil belajar siswa
Data hasil belajar siswa masing – masing jawaban dinilai menggunakan menggunakan rating scale. Rentang penilaiannya adalah ;
Skor Kriteria
0 Jika tidak menjawab
1 Jika ketepatan jawaban kurang dari 50 %
2 Jika ketepatan jawaban lebih dari 50 % sampai dengan 70 %
3 Jika ketepatan jawaban lebih dari 70 % sampai dengan 80 %
4 Jika ketepatan jawaban lebih dari 80 % sampai dengan 100 %
Data tiga data di atas maka dianalisis menggunakan pehitungan rumus:
Nilai = x 100%6
6
Ngalim Purwanto, Prinsip-Prinsip dan Teknik Evaluasi Pengajaran, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2000), hlm. 112
B. Kegiatan inti a. Eksplorasi
Dalam kegiatan eksplorasi, guru menggali pengetahuan siswa sebanyak-banyaknya untuk menuju pada materi yang akan dipelajari.
b. Elaborasi
Dalam kegiatan elaborasi, guru memberi kesempatan pada siswa untuk unjuk kerja. Hal ini bisa dilakukan melalui diskusi kelompok maupun individu, tergantung kebutuhan. Kegiatan elaborasi ini merupakan saat dimana siswa dapat melatih kerjasama, toleransi, keaktifan, dll.
c. Konfirmasi
Dalam kegiatan konfirmasi, guru lebih menekankan pada pemantapan siswa akan penguasaan materi pembelajaran yang telah dipelajari. Hal ini bisa berupa simpulan atau rangkuman. Simpulan dan rangkuman ini bersumber dari siswa yang dituntun oleh guru.
C. Kegiatah akhir
Dalam kegiatan akhir ini, guru biasanya melakukan evalusi dan refleksi.
3. Pengamatan
Pengamatan dilakukan oleh observer untuk mengamati kegiatan pembelajaran terhadap siswa dan guru dengan menggunakan teknik peer learning model bus group dalam mata pelajaran IPA. Observer menggunakan lembar observasi untuk mencatat penerapan dan keaktifan dalam kegiatan pembelajaran. 4. Refleksi
Kegiatan refleksi penelitian tindakan kelas dilakukan untuk memahami dan memaknai segala sesuatu yang berkaitan dengan proses dan hasil yang diperoleh akibat tindakan yang dilakukan pada siklus I. Pada tahap ini dilakukan analisis terhadap temuan-temuan yang berkaitan dengan hambatan dan kekurangan yang dijumpai selama siklus I yang dilakukan. Kelebihan tetap dipertahankan, sedangkan kekurangan akan diperbaiki pada siklus selanjutnya.
Siklus II
Pada siklus II kegiatan Pembelajaran akan dilakukan sama pada siklus I. Siklus II merupakan penyempurnaan dari kelemahan dan kekurangan pada siklus I. Adapun kegiatan yang dilakukan pada siklus II ini antara lain;
1. Perencanaan
Perencanaan pada penelitian tindakan kelas ini mulai dari perencanaan pembelajaran dengan cara menyusun RPP oleh
F. Teknik Analisa Data
Hasil observasi data dianalisa dan dipaparkan secara deskriptif kuantitatif. Data yang dianalisa adalah sebagai berikut ; 1. Data pengamatan langkah-langkah pembelajaran guru
Pengamatan langkah – langkah pembelajaran guru masing – masing indikator menggunakan dinilai menggunakan skala Guttman
“Skala Guttman selain dapat dibentuk pilihan ganda juga dapat dibuat dalam bentuk checklist. Jawaban dapat dibuat skor tertinggi satu dan terendah nol. Misalnya ya skor 1 dan tidak skor 0.”5
Jadi pemberian skor atas pengamatan yang dilakukan oleh observer menggunakan skor 1 jika dilakukan dan skor 0 jika tidak dilakukan dari masing – masing indikator yang diamati. 2. Data pengamatan keaktifan belajar siswa
Pengamatan keaktifan belajar siswa masing – masing indikator menggunakan dinilai menggunakan rating scale. Rentang penilaiannya adalah ;
Skor Kriteria
1 Jika sangat tidak aktif 2 Jika kurang aktif 3 Jika cukup aktif 4 Jika sangat aktif
Kriteria keaktifan akan dijabarkan lebih lanjut pada bab selanjutnya per indikator penilaian.
5
Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif dan R & D, (Bandung : Alfabeta, 2010). hlm : 139
Observasi atau pengamatan meliputi kegiatan pemuatan perhatian terhadap suatu objek dengan menggunakan seluruh alat indera.3
Dalam observasi penelitian ini digunakan untuk mengamati keaktifan belajar siswa. Data ini diperoleh dari hasil pengamatan yang dilakukan observer yang membantu dalam penelitian ini melalui lembar observasi yang telah ditentukan. 3) Dokumentasi
Metode dokumentasi yaitu mencari data mengenai hal-hal atau variabel yang berupa catatan lapangan, transkrip, buku surat, notulen rapat, surat kabar, majalah, prasasti, agenda dan sebagainya. 4
Dokumentasi dalam penelitian ini berupa foto kegiatan penelitian tiap siklus, dan instrument penelitian. Dari data tersebut dapat diketahui hasil sehingga dapat digunakan sebagai perbandingan antara sebelum dan setelah penelitian dilakukan.
3
Arikunto, Suharsimi, Prosedur Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta. 2010. Hlm : 156
4
Arikunto, Suharsimi, Prosedur Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta. 2010. Hlm : 206
penulis. Penyusunan RPP merupakan pedoman bagi guru untuk melaksanakan kegiatan pembelajaran. Hal-hal yang harus diperhatikan dalam RPP ini meliputi:
1) Menentukan alokasi waktu dalam kegiatan pembelajaran 2) Menetapkan teknik pembelajaran
3) Menyiapakan alat yang mendukung pembelajaran 4) Kesimpulan dan evaluasi.
Selain menyiapkan RPP peneliti menentukan titik atau fokus peristiwa yang perlu mendapatkan perhatian khusus untuk diamati kemudian membuat istrumen pengamatan untuk membantu peneliti dan kolaborator/observer.
2. Pelaksanaan Tindakan dan Pengamatan
Pelaksanaan tindakan dilakukan oleh peneliti.Tindakan yang dilakukan minimal dua siklus. Jika pada siklus kedua hasil yang diharapkan sudah sesuai (tuntas) maka tidak perlu dilakukan tindakan / pembelajaran pada siklus berikutnya. Masing- masing siklus terdiri dari tiga kegiatan. Pelaksanaan tindakan ini dilakukan setelah perencanaan tersusun matang. Tindakan yang dilakukan pada siklus II
A. Kegiatan awal
Pada kegiatan awal pembelajaran, guru biasanya membuka salam, berdoa, presensi serta memberikan motivasi ataupun apersepsi. Hal ini penting dilakukan seorang guru sebelum memulai kegiatan pembelajaran.
Kegiatan awal ini biasanya tidak berdurasi lama, hanya sekitar lima sampai sepuluh menit.
B. Kegiatan inti a. Eksplorasi
Dalam kegiatan eksplorasi, guru menggali pengetahuan siswa sebanyak-banyaknya untuk menuju pada materi yang akan dipelajari.
b. Elaborasi
Dalam kegiatan elaborasi, guru member kesempatan pada siswa untuk unjuk kerja. Hal ini bisa dilakukan melalui diskusi kelompok maupun individu, tergantung kebutuhan. Kegiatan elaborasi ini merupakan saat dimana siswa dapat melatih kerjasama, toleransi, keaktifan, dll.
c. Konfirmasi
Dalam kegiatan konfirmasi, guru lebih menekankan pada pemantapan siswa akan penguasaan materi pembelajaran yang telah dipelajari. Hal ini bisa berupa simpulan atau rangkuman. kesimpulan dan rangkuman ini bersumber dari siswa yang dituntun oleh guru.
C. Kegiatah akhir
Dalam kegiatan akhir ini, guru biasanya melakukan evalusi dan refleksi.
3. Pengamatan
Pengamatan dilakukan oleh observer untuk mengamati kegiatan pembelajaran terhadap siswa dan guru dengan menggunakan teknik peer learning model syndicate group dalam mata pelajaran IPA. Observer menggunakan lembar observasi untuk mencatat penerapan dan keaktifan dalam kegiatan pembelajaran.
4. Refleksi
Kegiatan refleksi penelitian tindakan kelas dilakukan untuk memahami dan memaknai segala sesuatu yang berkaitan dengan proses dan hasil yang diperoleh akibat tindakan yang dilakukan pada siklus II. Pada tahap ini dilakukan analisis terhadap temuan-temuan yang berkaitan dengan hambatan dan kekurangan yang dijumpai selama siklus II yang dilakukan.
E. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang dilakukan pada penelitian ini meliputi :
1) Hasil Tes
Hasil tes ini menjadi data acuan dalam analisa hasil belajar setiap siklus
BAB IV
DESKRIPSI DAN ANALISA DATA
A. Deskripsi Data
Penulis adalah tenaga pendidik yang mengampu mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) kelas VII s.d. IX di madrasah ini. Penelitian Tindakan Kelas dilakukan di kelas IX B dengan siswa yang berjumlah 27 siswa. Pembagian kelas pada kenaikan dari kelas VIII ke kelas IX tidak digolongkan berdasarkan prestasi melainkan dibuat persebarannya merata. Pada proses kegiatan belajar mengajar awal kelas IX B gambaran siswanya lebih pasif jika dibandingkan kelas IX A hal ini ternyata berpengaruh terhadap nilai kognitif IX A lebih baik dari IX B.
Berdasar pada gambaran nyata demikian timbul keinginan melakukan penelitian tindakan kelas terhadap kelas IX B agar siswa dapat menjadi lebih aktif. Dengan menggunakan teknik peer learning dengan model syndicate group pada materi listrik statis dengan harapan dapat meningkatkan keaktifan siswa IX B.
Adapun langkah – langkah peer learning model syndicate group adalah sebagai berikut :
1. menjelaskan tujuan pembelajaran 2. menjelaskan materi pembelajaran
3. menjelaskan metode yang akan digunakan 4. mengelompokkan materi pembelajaran
5. mengelompokkan siswa
6. menjelaskan pembagian waktu dalam kegiatan pembelajaran 7. mengadakan diskusi disindikat (diskusi kelompok)
8. tiap kelompok melaporkan hasil diskusinya atau diskusi kelas dievaluasi
9. melaksanakan tindak lanjut
Keaktifan siswa dalam mengikuti proses belajar mengajar dapat dilihat dalam:
1. Turut serta dalam melaksanakan tugas belajarnya. 2. Terlibat dalam pemecahan masalah
3. Bertanya kepada siswa lain atau guru apabila tidak memahami persoalan yang dihadapinya.
4. Berusaha mencari berbagai informasi yang diperlukan untuk memecahkan masalah
5. Melaksanakan diskusi kelompok sesuai dengan petunjuk guru. 6. Menilai kemampuan dirinya dan hasil-hasil yang diperoleh. 7. Melatih diri dalam memecahkan masalah soal atau masalah yang
sejenis.
8. Kesempatan menggunakan atau menerapkan apa yang telah diperoleh dalam menyelesaikan tugas atau persoalan yang dihadapinya.
Berdasarkan grafik di atas hasil belajar siswa dari siklus I ke siklus II mengalami peningkatan. Silkus I hasil belajar secara klasikal mencapai 78,52 %, sedangkan pada siklus II hasil belajar siswa mencapai 83,52 %. Sehingga terdapat kenaikan sebesar 5 %.
Sedangkan perbandingan hasil belajar dari siklus I dengan siklus II dapat dilihat pada tabel berikut;
Tabel 4.10
Hasil Belajar Siswa Siklus I dan Siklus II
Uraian Jumlah Siswa Presentase
Siklus I Siklus II Siklus I Siklus II
siswa tuntas 18 25 66.67 92.59
siswa belum tuntas 9 2 33.33 7.41
Ketercapaian Hasil Belajar 78.52 83.52 Untuk lebih memperjelas perbandingan hasil belajar siswa siklus I dengan siklus II, maka dapat dibuat grafik sebagai berikut ini;
Gambar 4.6
Grafik Hasil Belajar Siswa Siklus I dan Siklus II
Berdasar pada langkah-langkah peer learning model syndicate group dan kriteria keaktifan siswa maka dapat disusun instrumen pengamatan sebagai berikut :
a. Instrumen pengamatan untuk peneliti yang bertindak sebagai guru
1. Apakah guru menjelaskan kepada peserta didik tentang tujuan pembelajaran ?
2. Apakah guru menjelaskan kepada peserta didik tentang materi pembelajaran ?
3. Apakah guru menjelaskan metode yang akan digunakan dalam mengajar ?
4. Apakah guru mengelompokkan materi pembelajaran ? 5. Apakah guru mengelompokkan peserta didik ?
6. Apakah guru menjelaskan pembagian waktu dalam kegiatan pembelajaran ?
7. Apakah guru memfasilitasi peserta didik mengadakan diskusi di sindikat (diskusi kelompok) ?
8. Apakah guru memfasilitasi semua kelompok melaporkan hasil diskusinya ?
9. Apakah guru melaksanakan tindak lanjut ?
Instrumen ini di isi oleh observer, berfungsi sebagai bahan refleksi yang ditujukan kepada guru sebagai evaluasi dan bahan masukan dalam menyusun tindakan pada siklus
berikutnya. Penskoran dengan menggunakan Skala Guttman yaitu 1 jika dilakukan dan 0 jika tidak dilakukan.
b. Instrumen pengamatan keaktifan siswa
Indikator pengamatan keaktifan siswa dalam belajar dapat dirinci sebagai berikut ;
1 Apakah siswa mempersiapkan diri dan sarana belajar dengan baik sebelum pelajaran dimulai?
Dinilai dengan kriteria sebagai berikut; Skor Kriteria
1 Jika hanya mendengarkan
2 Jika mendengarkan dan peralatan belajar sudah di atas meja yaitu buku tulis dan alat tulis
3 Jika mendengarkan dan peralatan belajar sudah di atas meja yaitu buku tulis, buku LKS dan alat tulis
4 Jika mendengarkan dan peralatan belajar sudah di atas meja yaitu buku tulis, buku LKS, buku paket, dan alat tulis
2 Apakah siswa tertib dalam pembentukan kelompok? Dinilai dengan kriteria sebagai berikut;
Skor Kriteria
1 Jika kurang adanya partisipasi
2 Jika dalam penataan tempat memindahkan kursi 3 Jika dalam penataan tempat memindahkan kursi
dan menggeser meja
4 Jika dalam penataan tempat memindahkan kursi, menggeser meja dan mengorganisasi teman dalam satu kelompok
Untuk lebih memperjelas perbandingan keaktifan belajar siswa siklus I dengan siklus II, maka dapat dibuat grafik sebagai berikut ini;
Gambar 4.5
Grafik Ketercapaian Keaktifan Belajar pada Siklus I dan II Berdasarkan grafik di atas keaktifan belajar siswa dari siklus I ke siklus II mengalami peningkatan. Silkus I keaktifan siswa secara klasikal 72,59 %, sedangkan pada siklus II keaktifan siswa secara klasikal 77,78 %. Sehingga terdapat kenaikan sebesar 5,19 %
C. Analisa Data Akhir
Perbandingan keaktifan belajar siswa siklus I, dan siklus II dapat dilihat pada tabel berikut ini;
Tabel 4.9
Destribusi Keaktifan Belajar Siswa pada Siklus I dan Siklus II
Aspek Keaktifan
Siklus I Siklus II
Keaktifan Klasikal Per Indikator Jumlah Siswa Persentase Jumlah Siswa Persentase (%) (%) 1 82 75.93 82 75.93 2 78 72.22 84 77.78 3 76 70.37 79 73.15 4 73 67.59 84 77.78 5 83 76.85 91 84.26 Ketercapaian klasikal (%) 72.59 77.78
3 Apakah siswa berperan aktif dalam diskusi kelompoknya? Dinilai dengan kriteria sebagai berikut;
Skor Kriteria
1 Jika dalam diskusi membaca satu sumber yang ada
2 Jika dalam diskusi membaca lebih dari satu sumber yang ada
3 Jika dalam diskusi membaca lebih dari satu sumber yang ada, dan mampu memberikan pendapat dalam satu kelompok
4 Jika dalam diskusi membaca lebih dari satu sumber yang ada, mampu memberikan pendapat dalam satu kelompok, dan mampu memecahkan permasalahan yang ada dengan bertanya kepada guru sewaktu mendampingi kelompok
4 Apakah siswa terlibat aktif dalam presentasi kelompoknya?
Dinilai dengan kriteria sebagai berikut; Skor Kriteria
1 Jika kurang partisipasi dalam presentasi kelompok
2 Jika mampu mempresentasikan hasil diskusi 3 Jika mampu menjawab pertanyaan selama
presentasi
4 Jika mampu bertanya dan menjawab pertanyaan selama presentasi