• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENERAPAN METODE BERCERITA MEDIA KOTAK GAMBAR UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERHITUNG PERMULAAN DI TK KUMARA DIPA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PENERAPAN METODE BERCERITA MEDIA KOTAK GAMBAR UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERHITUNG PERMULAAN DI TK KUMARA DIPA"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

PENERAPAN METODE BERCERITA MEDIA KOTAK GAMBAR UNTUK

MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERHITUNG PERMULAAN DI TK

KUMARA DIPA

Ni Made Suaryani Pratiwi

1

, I Nyoman Wirya

2

, Nice Maylani Asril

3 1,2,3

Jurusan Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini

Fakultas Ilmu Pendidikan

Universitas Pendidikan Ganesha

Singaraja, Indonesia

e-mail: madesuaryanipratiwi@gmail.com

1

,

wiryanyoman14@gmail.com

2

,

nice.asril@gmail.com

3

Abstrak

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perkembangan kemampuan berhitung permulaan pada anak kelompok AI TK Kumara Dipa Desa Telaga dengan menerapkan metode bercerita dengan media kotak gambar. Jenis penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas yang dilaksanakan dalam dua siklus. Subjek dalam penelitian ini adalah anak kelompok A1 TK Kumara Dipa Tahun Pelajaran 2014/2015. Data penelitian ini tentang kemampuan berhitung permulaan sebagai tahap awal dalam proses belajar permulaan yang dikumpulkan dengan metode observasi, instrument yang digunakan sesuai dengan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 58 tentang kurikulum pendidikan anak usia dini yaitu dengan menggunakan tiga indikator. Data hasil penelitian dianalisis dengan meggunakan metode analisis deskriptif kuantitatif. Hasil analisis data menunjukan bahwa terjadi peningkatan kemampuan berhitung permulaan pada anak kelompok A1 dengan metode berceritadengan media kotak gambar, pada siklus I sebesar 70% yang berada pada katagori sedang ternyata mengalami peningkatan pada siklus II menjadi 87,50% tergolong pada katagori tinggi jadi peningkatan kemampuan berhitung permulaan pada anak kelompok A1 TK Kumara Dipa Desa Telaga sebesar 17,50%. Hal ini karena metode bercerita dapat meningkatkan percaya diri anak, meningkatkan tanggung jawab anak dan kotak gambar dapat menarik anak untuk belajar sehingga berhitung permulaan mudah dipahami oleh anak.

Kata-kata kunci: metode bercerita, media kotak gambar, kemampuan berhitung permulaan

Abstract

The purpose of this research was to determine the development of numeracy skills in children beginning kindergarten A1 Group Kumara Dipa academic year 2014/2015, by applying the method to the media box picture storytelling. This research was classroom action research in two circle. The subject in this research ware children in group A1 Kumara Dipa Kindegarten academic year 2014/2015. This studied data on calculating skill beginning as early stage in the process of learning starters collected by observation method. Instrument used in accordance with the Regulation of the Minister of National Education No. 58 on early childhood education curriculum by using three indicators. Data were analyzed with descriptive analysis of quantitative receipts.Results of the data analysis showed that there is an increase in the child's ability to count beginning with the A1 group media storytelling with picture box, in the first cycle by 70% which is in the category of being turns increased in the second cycle into 87.50% belong to the category of so high an increase numeracy skills in children beginning kindergarten group A1 Kumara Dipa Lake Village at 17.50%. This is becuse the method of storytelling can increase the confidence of children, increasing the responsibility of the child and the child can draw a picture box to learn to count beginning easily understood by children.

(2)

PENDAHULUAN

Salah satu faktor yang mempengaruhi kualitas kehidupan suatu bangsa adalah pendidikan. Pendidikan sangat berperan penting untuk menciptakan kehidupan bangsa yang cerdas, damai, terbuka dan demokratis. Dalam mencapai tujuan yang diinginkan hendaknya dilakukan pembaharuan dalam bidang pendidikan. Dengan demikian, pendidikan akan mampu memberikan sumbangan yang baik bagi kemajuan bangsa. Meningkatnya tuntutan sumber daya yang berkualitas untuk membangun bangsa di masa depan secara tidak disadari pendidikan anak diabaikan begitu saja, hal ini dapat dilihat dari banyaknya anak-anak usia prasekolah di pagi hari berkeliaran di jalan atau ikut bekerja dengan orang tuanya. Masyarakat sendiri bahkan banyak yang berpandangan bahwa anak usia prasekolah masih terlalu kecil untuk diberikan pendidikan. Masih banyak orang yang keliru tentang kapan anak mulai diberikan rangsangan pendidikan (Depdiknas, 2004:14)

Banyak orang berpandangan bahwa pendidikan bagi anak baru dimulai pada usia tujuh tahun ketika anak mulai memasuki pendidikan (SD) Sekolah Dasar. Menurut Seefelt (2008:5.3) mengatakan bahwa hasil riset para ahli psikologi perkembangan di Amerika bahwa waktu yang sangat tepat untuk memaksimalkan potensi kecerdasan anak harus dimulai ketika anak menginjak usia tiga tahun pertama. Pada usia inilah anak diberikan rangsangan pendidikan permainan karena semakin dini anak diberikan rangsangan maka semakin optimal pula perkembangan dan pertumbuhan anak (Nuarca 2009:68)

Ibrahim (dalam Dhien 2004:7.3) menyatakan hasil riset para ahli di bidang neurologi bahwa sekitar 50% kapasitas kecerdasan orang dewasa terjadi ketika orang tersebut berumur 4 tahun, 80% terjadi ketika berumur 8 tahun dan mencapai 100% setelah anak berusia 18 tahun. Demikian pesat perkembangan yang terjadi pada masa–masa awal kehidupan anak menjadikan usia dini sebagai salah satu periode penting bagi anak. Masa anak-anak dikatakan sebagai masa emas

perkembangan kecerdasan anak (Golden Age) yang hanya terjadi sekali dalam kehidupan manusia, dan masa ini pula dapat menentukan kualitas anak dimasa yang akan datang. Jadi pendidikan yang diberikan secara tepat kepada anak sejak usia dini dapat memberikan pengaruh positif yang berkepanjangan pada anak.

Maka dari itulah pembaharuan pendidikan harusnya dilakukan dari jenjang pendidikan dasar yaitu dari Pendidikan Anak Usia Dini. Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) merupakan salah satu bentuk penyelenggaraan pendidikan yang lebih mengutamakan pada peletakan dasar kearah pembinaan tumbuh kembang anak dengan mengembangkan seluruh aspek perkembang anak baik fisik maupun non fisik (Nuarca, 2009:10). Pendidikan Anak Usia Dini adalah pembinaan yang ditujukan kepada anak usia 0–6 tahun yang dilakukan dengan memberikan rangsangan pendidikan untu membantu mengoptimalkan pertumbuhan dan perkembangannya agar anak dapat memasuki pendidikan lebih lanjut.

Menurut Hamalik (2001:6) mengatakan bahwa dalam pembelajaran terdapat berbagai macam metode pembelajaran seperti metode bercakap-cakap, metode tanya jawab, metode bercerita, metode pemberian tugas, metode karya wisata, metode demonstrasi, metode sosiodrama, metode bermain peran, metode eksperimen dan metode proyek. Metode-metode tersebut sangat sesuai diterapkan untuk anak usia dini dan mampu mengembangkan potensi yang dimiliki oleh anak.

Selain metode pembelajaran, yang sangat berperan penting dalam proses pembelajaran pada anak usia dini adalah dengan menggunakan media belajar yang sesuai dengan perkembangan anak, karena media merupakan alat komunikasi yang mampu berperan sebagai perantara atau pengirim pesan. Pemilihan media disesuaikan dengan materi pembelajaran agar tidak terjadi kekeliruan dalam proses penyampaian pesan (Tegeh, 2008:14)

Salah satu kemampuan anak yang bisa dikembangkan adalah kemampuan

(3)

berhitung permulaan pada anak. Santyasa (dalam Admin 2012:5.4)mengemukakan bahwa anak dapat diajar tentang berhitung pemula pada usia prasekolah yaitu pada Usia Taman Kanak-Kanak (TK). Durkin (dalam Dhien, 2007:5.3) mengatakan bahwa tidak ada pengaruh negatif pada anak-anak tentang berhitung pemula sejak usia dini. Anak-anak yang telah diajarkan berhitung pemula sebelum melanjutkan kejenjang yang lebih tinggi, pada umumnya lebih maju di sekolah dari anak-anak yang belum pernah memperoleh pembelajaran tentang berhitung sejak usia dini. Ahli lain yaitu Stainberg (dalam Dhien, 2007:5.3) telah berhasil dalam eksperimennya tentang berhitung pemula sejak usia dini untuk anak-anak berusia antara 1-4 tahun. Stainberg juga menemukan bahwa anak-anak yang telah mendapat pelajaran tentang berhitung pemula pada usia dini umumnya lebih maju di sekolah dibandingkan dengan anak yang belum mendapatkan pengajaran tentang berhitung pemula pada usia dini. Steinberg (dalam Dhien (2007:5.3) mengemukakan bahwa, setidaknya ada empat keuntungan mengenalkan anak berhitung pemula sejak usia dini dilihat dari segi proses belajar mengajar: belajar berhitung pemula sejak usia dini meningkatkan kemampuan kognitif anak. Situasi akrab di rumah dan di KB atau di TK merupakan faktor yang kondusif bagi anak untuk belajar. Anak-anak usia dini umumnya cepat mengingat tentang perhitungan, dan pemikiran anak bisa terstruktur dan memiliki kepastian dalam bertindak bertingkah laku dapat diatur. Anak-anak yang berusia dini dapat mempelajari sesuatu dengan mudah dan cepat.

Pendapat yang sama juga dikemukakan oleh Leonhardt (dalam Dhien 2007:5.3) bahwa “berhitung pemula sangat penting bagi anak. Anak-anak yang gemar mempelajari berhitung akan mempunyai kemampuan perhitungan yang tinggi. Anak-anak akan berpikir jika melakukan sesuatu sebelum bertindak, dan memahami gagasan-gagasan yang rumit secara lebih baik”. Hal ini diperkuat lagi oleh Tom dan Harriet Sobol (dalam Dhien (2007:5.3)

bahwa “anak yang sudah memiliki kesiapan berhitung di TK akan lebih percaya diri dan memiliki tingkat akurasi yang baik”. Proses yang dialami dalam pembelajaran berhitung pemula adalah berupa penyajian kembali dan penafsiran suatu kegiatan yang dimulai dari mengenali angka. Anak-anak harus mampu memahami konsep cara pengucapan angka dengan memperhatikan volume, lompatan, durasi, rangkaian, tekanan, tempo, pengulangan, dan kontras (suara) membedakan suara-suara dalam angka (Dhien, 2007:5.14).

Berdasarkan pendapat Stainberg (2005:12) bahwa pengajaran tentang berhitung pemula dengan memperkenalkan konsep angka kepada anak dapat dikembangkan di TK. Hal ini mengingat bahwa anak harus memiliki kemampuan berhitung di usia dini agar anak dapat memasuki pendidikan lebih lanjut. Mengenalkan berhitung pemula pada anak usia dini akan mempengaruhi seberapa siap anak memperoleh manfaat dari pelajaran berhitung dengan pengenalan awal konsep angka secara formal di pendidikan lebih lanjut.

Kenyataannya di TK Kumara Dipa tahun 2013/2014 kemampuan anak dalam berhitung pemula sebagai tahapan proses berhitung awal masih rendah. Dari hasil observasi di TK Kumara Dipa tahun 2014/2015 ditemukan bahwa berhitung kepada anak masih sangat minim. Hal ini karena dalam memperkenalkan berhitung pemula kepada anak, guru lebih banyak menggunakan media-media yang kurang menarik minat anak untuk belajar, sehingga rasa ingin tahu anak dalam belajar berhitung tergolong rendah. Hal ini dibuktikan dari hasil observasi dan wawancara terhadap guru TK Kumara Dipa yang mengatakan bahwa kemampuan kognitif anak dalam berhitung pemula masih kurang hal tersebut dapat dilihat dari data yang didapat pada kelompok A1 semester 1 dari 14 jumlah anak 8 orang anak yang kemampuan berhitung permulaan masih kurang optimal.

Dilihat dari data tersebut diatas maka kekurangan kemampuan anak dalam berhitung pemula disebabkan oleh

(4)

beberapa faktor yaitu baik faktor internal maupun eksternal yang sangat dapat berpengaruh pada minat anak dalam mengikuti kegiatan pembelajaran. Berdasarkan observasi yang dilakukan oleh peneliti sebelumnya tahun 2013/2014, didapatkan penyebab tentang berkurangnya kemampuan berhitung permulaan anak di TK Kumara Dipa yaitu dikarenakan, kurangnya kemampuan mengajar guru dalam berhitung permulaan pada anak kelompok A1 TK Kumara Dipa, selain itu dikarenakan juga oleh kurangnya media yang digunakan untuk meningkatkan kemampuan berhitung permulaan pada anak kelompok A1 di TK Kumara Dipa.

Berdasarkan permasalahan di atas maka dilakukan penelitian dengan judul “Penerapan Metode Bercerita Dengan Media Kotak Gambar Untuk Meningkatkan Kemampuan Berhitung Permulaan Pada Anak Kelompok A1 di TK Kumara Dipa Desa Telaga, Kecamatan Busungbiu, Kabupaten Buleleng Tahun Pelajaran 2014/2015”. Menurut pakar ahli Dyah (2010:35) Kotak gambar adalah “Kotak yang berisikan gambar binatang yang dibawah gambar tersebut berisikan angka-angka yang digunakan didalam Kotak pada potongan-potongan gambar suatu media, baik karton, maupun kertas”. Anggarini (2011:17) memaparkan bahwa “Kotak gambar adalah media yang berfungsi untuk mengenalkan suatu hal dengan cara yang menarik bagi anak”. Dapat disimpulkan bahwa kotak gambar adalah media yang digunakan untuk memperkenalkan gambar-gambar yang berisikan tentang tema yang diberikan misalnya hewan atau binatang yang diceritakan oleh gurunya dan dibawah gambar berisikan angka-angka 1-5, agar anak lebih mudah untuk memahami konsep dari lambang bilangan sehingga anak bisa berhitung permulaan 1-5.

Penerapan metode bercerita yang dilakukan dengan media kotak gambar dapat membantu anak dalam berhitung sehingga membantu mempersiapkan anak-anak di TK Kumara Dipa untuk memasuki pendidikan lebih lanjut.

METODE

Penelitian ini tergolong Penelitian Tindakan Kelas (PTK), menurut Agung (2010:2) menyatakan “PTK sebagai suatu bentuk penelitian yang bersifat reflektif dengan melakukan tindakan-tindakan tertentu agar dapat memperbaiki dan atau meningkatkan praktek-praktek pembelajaran di kelas secara lebih profesional”. Dalam model PTK ini ada empat tahapan pada satu siklus penelitian. Keempat tahapan tersebut terdiri dari: perencanaan, tindakan, observasi/evaluasi dan refleksi.

Observasi ini dilaksanakan pada semester ganjil tahun 2014/2015. Penerapan tindakan kelas ini dilakukan pada kelompok A1 TK Kumara Dipa Desa Telaga. Penentuan waktu penelitian ini mengacu pada kalender akademik sekolah di TK Kumara Dipa Desa Telaga. Karena PTK memerlukan beberapa siklus yang memerlukan proses belajar mengajar yang efektif di kelas.

Subyek penelitian tindakan kelas ini adalah anak kelompok A1 TK Kumara Dipa yang berjumlah 14 orang anak yang terdiri 8 orang anak perempuan dan 6 orang ana laki - laki. Obyek dari penelitian ini adalah keseluruhan proses dan hasil pembelajaran dalam peningkatan kemampuan berhitung permulaan menggunakan metode bercerita dengan media kotak gambar Pemilihan subjek penelitian sebagai tempat dilaksanakannya penelitian didasarkan atas pertimbangan bahwa pemahaman perkembangan dalam berhitung permulaan pada anak kelompok A1 masih rendah.

Metode penelitian yang digunakan oleh penulis dalam mengumpulkan data adalah dengan metode observasi terhadap anak Tk Kumara Dipa Singaraja. Menurut Agung (2012:61), menyatakan bahwa “metode observasi ialah suatu cara memperoleh data dengan jalan mengadakan pengamatan dan pencatatan secara sistematis tentang suatu objek tertentu”. Metode observasi dilakukan secara langsung dan alamiah untuk mendapatkan data dalam berbagai situasi dan kejadian yang dilakukan. Penelitian ini, metode obsevasi digunakan untuk

(5)

mengumpulkan data tentang peningkatan kemampuan berhitung permulaan pada anak, yang dilaksanakan pada saat proses belajar berlangsung dengan menggunakan metode bercerita berbantuan media kotak gambar. Dalam penelitian ini, observasi dilakukan pada saat pelaksanaaan tindakan pada masing-masing siklus dengan menggunakan instrument penelitian berupa lembar observasi.Setiap kegiatan observasi dikategorikan ke dalam kualitas yang berpedoman pada Permendiknas No.58 Tahun 2009 yaitu, satu bintang (*) belum berkembang, (**) mulai berkembang, (***) berkembang sesuai harapan, (****) berkembang sangat baik. Peneliti menjadi instrumen utama yang terjun langsung kelapangan untuk mengumpulkan data yang diperlukan.Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan kisi-kisi instrumen berupa lembar observasi dan foto. Berikut kisi-kisi instrument penelitian penerapan metode bermain berbantuan media kotak gambar untuk meningkatkan kemampuan berhitung permulaan.

Penelitian tindakan kelas ini menggunakan dua metode yaitu, metode analisis statistik deskriptif dan metode deskriptif kuantitatif. Kedua jenis metode analisis data ini akan dijelaskan sebagai berikut. Data peningkatan kemampuan berhitung permulaan pada anak dianalisis dengan menggunakan metode analisis statistik deskriptif. Menurut Agung (2010:76) menyatakan bahwa “metode analisis statistik deskriptif ialah suatu cara pengolahan data yang dilakukan dengan jalan menerapkan rumus-rumus statistik desktiptif”. Rumus-rumus yang digunakan yaitu distribusi frekuensi, rentangan, modus, median, mean, grafik dan standar deviasi. Penggunaan rumus-rumus tersebut dilakukan untuk menggambarkan suatu objek atau variabel tertentu sehingga diperoleh kesimpulan umum

Penyajian data, langkah yang dilakukan adalah menghitung rentangan (R) dengan rumus skor tertinggi (Xt) dikurangi skor terendah (Xr) ditambah satu, jika hasil lebih kecil dari 15 (R<15) maka data tersebut disusun kedalam data tabel data tunggal” (Agung,2012).

Modus suatu data terletak pada nilai yang memiliki frekuensi paling banyak. Menurut Koyan (2012:13) “modus adalah skor yang paling sering muncul”. Menghitung modus dengan data tunggal dilakukan dengan cara mengurutkan data dari data terkecil sampai data terbesar kemudian dicari nilai tengahnya. Median merupakan nilai yang membagi data terurut menjadi dua bagian yang sama. Median suatu data terletak pada nilai yang berada pada frekuensi komulatif ½ N. Menurut Koyan (2012:14) “median atau nilai tengah adalah nilai yang menunjukkan bahwa di bawah dan di atas nilai tersebut, masing-masing terdapat 50% nilai (data)”.

Berdasarkan hasil perhitungan modus, median, dan mean, maka dapat dibuat gambar grafik polygon. Jika nilai modus lebih besar dari median dan mean (Mo > Me > M), maka dapat disimpulkan bahwa nilai anak dikatakan cenderung tinggi, sehingga grafik dapat disebut kurva juling negatif. Sebaliknya, jika nilai modus lebih kecil dari median dan mean (Mo < Me < M), maka dapat disimpulkan bahwa nilai anak dikatakan cenderung rendah, sehingga grafik dapat disebut kurva juling positif (Koyan, 2012:15)

Metode analisis deskriptif kuantitatif ialah “suatu cara pengolahan data yang dilakukan dengan jalan menyusun secara sistematis dalam bentuk angka-angka atau presentase mengenai objek yang diteliti, sehingga diperoleh kesimpulan umum” (Agung, 2012:67). Metode analisis deskriptif kuantitatif ini digunakan untuk menentukan tinggi rendahnya kemampuan berhitung permulaan anak yang dikonversikan kedalam Penilaian Acuan Patokan (PAP) skala lima. Tingkatan kemampuan berhitung permulaan pada anak dengan menggunakan metode bercerita dapat ditentukan dengan membandingkan M (%) atau rata-rata persen kedalam PAP skala lima.

Kriteria keberhasilan pada penelitian ini adalah adanya peningkatan dalam kemampuan berhitung permulaan pada anak kelompok A1 Tk Kumara Dipa Desa Telaga. Penelitian ini dinyatakan berhasil jika terjadi perubahan positif skor rata-rata

(6)

dari siklus I ke siklus berikutnya dan jika dikonversikan pada pedoman PAP skala lima tentang tingkat kemampuan berhitung permulaan pada anak kelompok A1 setelah diterapkan metode bercerita dengan media kotak gambar.

HASIL PEMBAHASAN Hasil

Hasil pengamatan kemampuan berhitung permulaan anak pada anak kelompok A1 TK Kumara Dipasaat berlangsungnya kegiatan pembelajaran dengan penerapan metode bercerita dengan media kotakgambar dalam enam kali pertemuan, maka diperoleh data kemampuan berhitung permulaan anak sebagai berikut yang disajikan dalam tabel distribusi frekuensi tunggal.

Gambar 1. Grafik tentang kemampuan berhitung permulaan pada siklus I

Berdasarkan gambar diatas diperoleh modus (Mo) =13 (angka 13 paling sering muncul atau memiliki frekuensi tertinggi). Sedangkan median (Me) dari data kemampuan berhitung permulaan pada siklus I kelompol sampel adalah 14. Adapun rata-rata atau mean (M) dari data kemampuan berhitung permulaan pada siklus I kelompok sampel adalah 14,5. Data tabel distribusi kemampuan berhitung

Berdasarkan perhitungan dan grafik

polygon di atas terlihat M>Me>Mo (14,5>14>13), sehingga dapat disimpulkan bahwa sebaran data-data kemampuan berhitung permulaan anak pada siklus I merupakan kurva juring positif. Hal ini dapat

diinterpretasikan bahwa skor kemampuan berhitung permulaan pada anak kelompok A1 semester II tahun pelajaran 2014/2015 di TK Kumara Dipa Desa Telaga berada pada kriteriasedang.

Penentuan tingkat kemampuan berhitung permulaan pada anak dapat dihitung dengan membandingkan rata-rata persen (M%) dan diperoleh hasil M% sebesar 72,85 % yang jika dikonversikan ke dalam PAP skala lima, berada pada tingkat penguasaan 65-79 yang berarti bahwa perkembangan kemampuan berhitung permulaan anak kelompok A1 di TK Kumara Diapa Desa Telaga pada siklus I berada pada kriteria sedang.dengan kriteria Penilaian Acuan Patokan (PAP) skala lima.

Dari table diketahui bahwa Modus atau Mo adalah skor 16 (angka 16 paling sering muncul atau memiliki frekuensi tertinggi). Sedangkan median (Me) dari data kemampuan berhitung permulaan pada siklus IIkelompol sampel adalah 17. Adapun Mean (M) dari data kemampuan berhitung permulaan pada siklus II kelompok sampel adalah 17,5. Data tabel distribusi kemampuan berhitung permulaan pada siklus II dapat digambarkan menjadi grafik polygon sebagai berikut.

Gambar 2. Grafik tentang kemampuan berhitung permulaan pada siklus II Berdasarkan perhitungan dan grafik

polygon di atas terlihat Mo<Me<M (16<17<17,5), sehingga dapat disimpulkan bahwa sebaran data-data kemampuan berhitung permulaan pada siklus II merupakan kurva juring negatif. Dengan demikian dapat diinterpretasikan bahwa

(7)

skor kemampuan berhitung permulaan pada anak kelompok A1 semester II tahun pelajaran 2014/2015 di TK Kumara Dipa Desa Telaga meningkat dibadingkan siklus I yaitu berada pada kriteriaTinggi.

Adapun tingkat rata-rata persen (M%) dari tabel diatas adalah = 87,50%. Jika dikonversikan ke dalam PAP skala lima berada pada tingkat penguasaan 80-89 yang berarti bahwa perkembangan kemampuan berhitung permulaan anak kelompok A1 di TK Kumara Diapa Desa Telaga pada siklus II berada pada kriteria tinggi.

Melalui proses perbaikan kegiatan pembelajaran dan pelaksanaan tindakan siklus I, maka pada pelaksanaan siklus II telah tampak adanya peningkatan proses pembelajaran yang diperlihatkan melalui peningkatan kemampuan berhitung permulaan anak di TK Kumara Dipa Desa Telaga kelompok A1. Hal ini dikarenakan, pada tahap proses siklus I tingkat kemampuan berhitung permulaan pada anak kelompok A1 di TK Kumara Dipa masih rendah. Oleh karena itu, guru dan peneliti mengambil solusi pada siklus I dengan dilakukan perbaikan seperti: meningkatkan adaptasi metode dan media pada anak, meningkatkan kepercayaan diri pada anak dan pengenalan lebih dalam terhadap metode dan media yang akan digunakan. Jadi, pada siklus II terjadi peningkatan berhitung permulaan pada anak kelompok A1 di TK Kumara Dipa.

Adapun temuan-temuan yang diperoleh selama tindakan pelaksanaan siklus II adalah sebagai berikut. Secara garis besar proses pembelajaran dapat berjalan sesuai dengan rencana pelaksanaan pembelajaran yang direncanakan oleh peneliti, sehingga kreativitas anak meningkat dan sesuai dengan harapan. Anak yang awalnya kurang kreatif dalam mengikuti proses kegiatan pembelajaran menjadi sangat kreatif. Dalam pelaksanaan proses kegiatan pembelajaran perkembangan kemampuan berhitung permulaan, anak sudah meningkat yang awalnya kurang mampu menjadi mampu. Peneliti dalam hal ini berperan sebagai guru yang memberikan

bimbingan pada anak apabila ada anak yang belum memahami kegiatan yang sedang dilaksanakan.

Secara umum proses kegiatan pembelajaran dengan penerapan metode bercerita dengan media kotak gambar untuk meningkatkan perkembangan kemampuan berhitung permulaan pada anak sudah berjalan dengan baik, hal ini terlihat dari adanya peningkatan rata-rata persentase (M%) baik itu perkembangan kemampuan berhitung permulaan anak dari siklus I ke siklus II, sehingga peneliti memandang penelitian ini cukup sampai di siklus II dan tidak dilanjutkan ke siklus berikutnya.

Pembahasan

Penyajian hasil penelitian diatas memberikan penjelasan bahwa dengan penerapan metode bercerita dengan media kotak gambar ternyata mampu meningkatkan kemampuan berhitung permulaan pada anak. Hal ini dapat dilihat dari analisis mengenai perkembangan kemampuan berhitung permulaan anak dalam mengenal lambang bilangan dapat diuraikan sebagai berikut.

Berdasarkan hasil analisis statistik deskriptif dan analisis deskriptif kuantitatif, diperoleh rata-rata persentase kemampuan berhitung permulaan anak di kelompok A1 TK Kumara Dipa Desa Telaga pada siklus I sebesar 70,00% dan berada pada kategori sedang, hal ini dikarenakan pada tahap siklus I, masih banyak anak yang belum mengerti dan paham tentang metode dan media yang akan diterapkan, selain itu, penyebab lainya kenapa persentase pada siklus I berada pada kategori sedang karena banyak anak yang belum mengerti dan bisa berhitung permulaan hal ini dikarenakan pembelajaran yang diberikan oleh guru tidak menggunakan media yang baru sehingga pembelajaran menjadi monoton dan menyebabkan anak cepat bosan terhadap pembelajaran yang diberikan, sehingga saat dikenalkan metode bercerita dengan media kotak gambar anak belum sepenuhnya bisa mengerti dan memahami tentang proses pembelajaran

(8)

yang diberikan kususnya dalam berhitung permulaan.

Seperti yang disampaikan oleh Dimyati dan Mudjiono (1994:4) mengemukakan bahwa “kemampuan anak usia dini akan dapat berkembang dengan baik jika didukung oleh media dan metode yang tepat dalam pembelajaran. Sependapat dengan teori diatas Woolfolk (1995:102) mengemukakan bahwa berhitung merupakan satu atau beberapa kemampuan yang sangat penting untuk dikembangkan pada anak dalam rangka memecahkan masalah.

Oleh karena itu peneliti dan guru melakukan pembenahan dan mencari solusi terhadap kendalan yang dialami oleh anak didik agar pada siklus berikutnya mengalami peningkatan pembelajaran yang diberikan oleh guru nantinya, seperti: menjelaskan kembali kepada anak tentang media yang digunakan, memperdalam percaya diri anak, memperdalam media dan metode yang digunakan, sehingga anak bisa berkembang dengan baik dalam hal berhitung permulaan.

Setelah dilakukan perbaikan terhadap hasil siklus I di persentase kemampuan berhitung permulaan anak di kelompok A1 TK Kumara Dipa Desa Telaga pada siklus II sebesar 87,50%, ini menunjukkan adanya peningkatan rata-rata persentase kemampuan berhitung permulaan anak dari siklus I ke siklus II sebesar 17,50%, dan berada pada kategori tinggi. Hal ini bisa terjadi karena peneliti dan guru sudah melakukan perbaikan pembelajaran pada siklus I dimana pada siklus I masih banyak mengalami kekurangan, setelah dicarikan solusi terhadap permasalahan yang dialami oleh anak didik, maka pada tahap siklus II sudah terjadi peningkatan seperti yang disampaikan diatas. Perbaikan yang dilakukan seperti peningkatan kepercayaan diri anak, pengenalan lebih dalam terhadap media dan metode yang digunakan, jadi pada siklus II sudah terjadi peningkatan berhitung permulaan pada anak kelompok A1 di TK Kumara Dipa.

Seperti yang disampaikan oleh Armini (2009:12) mengemukakan bahwa kemampuan anak didik tidak akan bisa

berkembang jika tidakdilakukan berulang kali samapai pembelajaran yang diberikan dimengerti oleh anak didik.

Penelitian ini hanya dilakukan sampai kriteria tinggi, hal ini dikarenakan terbatasnya waktu yang diberikan di TK Kumara Dipa Desa Telaga untuk melakukan penelitian selama 2 bulan. Terjadinya peningkatan kemampuan berhitung permulaan anak pada saat penerapan metode bercerita dengan media kotak gambar dalam Penelitian Tindakan Kelas (PTK) disebabkan oleh rasa tertarik anak pada kegiatan dan media pembelajaran yang disajikan oleh guru sehingga keinginan mereka untuk belajar semakin meningkat, dan pada akhirnya anak mampu meningkatkan kemampuan berhitung permulaan pada anak.

Penerapan metode bercerita dilakukan dalam beberapa proses kegiatan pembelajaran yang mampu meningkatkan perkembangan kemampuan berhitung permulaan pada anak dengan metode bercerita dengan media kotak gambar anak akan diberikan tugas untuk bisa mencari pemecahan atas permasalah yang ada tentunya dengan imajinasi mereka yang tinggi. Dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran ini anak akan mengenal banyak hal secara mandiridan bertanggung jawab dengan kegiatanya. Keberhasilan dalam penelitian ini sesuai dengan kajian-kajian teori yang mendukung dalam pelaksanaan penelitian ini, bercerita merupakan suatu metode pembelajaran yang memberikan kesempatan kepada anak untuk mendengarkan dan melaksanakan cerita yang telah disiapkan oleh guru sehingga guru dapat menilai anak dan anak mampu meningkatkan kemampuanya dalam mendengarkan isi cerita yang berkaitan dengan berhitung permulaan.

Berdasarkan hasil penelitian dan uraian di atas dapat dinyatakan bahwa dengan penerapan metode bercerita dengan media kotak gambar anak mampu meningkatkan kemampuan berhitung permulaan pada anak kelompok A1 semester II tahun ajaran 2014-2015 di TK

(9)

Kumara Dipa Desa Telaga, Kec. Busungbiu, Kab.Buleleng.

SIMPULAN DAN SARAN Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah diuraikan pada bab IV dapat disimpulkan bahwa Penerapan Bercerita Dengan Media Kotak Gambar Untuk Meningkatkan Kemampuan Berhitung Permulaan Pada Anak Kelompok A1 Di TK Kumara Dipa Desa Telaga Tahun Ajaran 2014-2015, terdapat peningkatan yang terlihat dari peningkatan rata-rata persentase kemampuan berhitung permulaan anak, yakni pada siklus I sebesar 70,00% menjadi sebesar 87,50% pada siklus II hal ini menunjukkan adanya peningkatan rata-rata persentase kemampuan berhitung permulaan anak dari siklus I ke siklus II sebesar 17,50% dan berada pada kategori tinggi.

Saran

Berdasarkan simpulan diatas, dapat diajukan saran-saran sebagai berikut. Kepada guru diharapkan lebih kreatif dalam memilih dan menerapkan metode pembelajaran untuk anak demi meningkatkan kemampuan berhitung permulaan anak. Kepada semua pengelola di TK diharapkan lebih memperhatikan kegiatan pembelajaran yang sedang berlangsung, terutama untuk anak didiknya karena anak didik di TK adalah anak usia dini yang perlu mendapatkan perhatian yang lebih saat proses pembelajaran berlangsung. Kepada kepala sekolah diharapkan mampu memberikan suatu informasi mengenai metode yang tepat digunakan dalam proses pembelajaran, sehingga pembelajaran bisa berlangsung secara efektif, efesien, dan inovatif. Kepada peneliti lain disarankan untuk mengadakan penelitian lebih lanjut karena dalam penelitian yang dilaksanakan dalam dua siklus ini memperoleh data rata-rata persentase kemampuan berhitung permulaan anak, yakni siklus I berada pada kriteria sedang dan siklus II berada pada kriteria tinggi sehingga disarankan kepada peneliti lain untuk mengadakan

penelitian lebih lanjut agar penelitian ini bisa mencapai nilai rata-rata persentase dengan kriteria sangat tinggi untuk kemampuan berhitung permulaan anak dan juga bisa sebagai penyempurnaan skripsi ini.

DAFTAR PUSTAKA

Agung, A. A. Gede. 1997. Pengantar Evaluasi Pengajaran. Singaraja: STKIP Singaraja.

---. 2010. Metodologi Penelitian Pendidikan, Suatu Pengantar.

Singaraja: FIP Undiksha Singaraja Anggarini Ni Made, 2011. Implementasi

Metode Drill Berbantuan Media Kartu Huruf dalam Pembelajaran Bahasa Bali untuk Meningkatkan Hasil Belajar Menulis Aksara Bali Siswa Kelas IV SD NO. 1 Baktiseraga Kecamatan Buleleng Kabupaten Buleleng Tahun Pelajaran 2011/2012. Skripsi (tidak diterbitkan). Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar Universitas Pendidikan Ganesha.

Armini, Ni Made. 2009. Meningkatkan Kemampuan Berhitung Permulaan dengan Menggunakan Metode Bercerita dan Media Box gambardalam Pembelajaran Berhitung pada Siswa Kelas 1 Semester 1 di SD Negeri 2 Sukadana Kecamatan Kubu Tahun 2009/2010.

Skripsi (Tidak diterbitkan). Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar Universitas Pendidikan Ganesha. Depdiknas. 2004. Penyempurnaan

Kurikulum 2004 Standar

Kompetensi Taman Kanak-Kanak, Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional.

Depdiknas. 2006. Penilaian Pembelajaran Matematika Bentuk Tes. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional. Dhien, Nurbiana, dkk. 2007. Metode

Pengembangan Bahasa. Jakarta: Universitas Terbuka.

(10)

Gunarti, dkk. 2008. Metode Pengembangan Perilaku dan Kemampuan Dasar Anak Usia Dini. Jakarta: Universitas Terbuka.

Hamalik, Oemar, 2001. Proes Belajar Mengajar. Jakarta: Bumi Aksara. Nuarca, Ketut. 2009. PAUD sebagai

Kebutuhan Mendasar. Denpasar: Udayana University Press.

Permendiknas. 2009. Instrumen Pendidikan Taman Kanak Kanak. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional Seefelt. 2008. Pendidikan Anak Usia Dini.

Jakarta: Macanan Jaya Cemerlang. Tegeh, I Made. 2008. Media Pembelajaran.

Gambar

Gambar 1. Grafik tentang kemampuan  berhitung permulaan pada siklus I

Referensi

Dokumen terkait

Septiana Zumala Laili, NIM A 310 070 178, Jurusan Pendidikan Bahasa, Sastra Indonesia, dan Daerah, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Muhammadiyah

Pengetahuan gizi dan kesehatan ibu, kebiasaan makan, riwayat kesehatan, kondisi sanitasi lingkungan, dan perkembangan kognitif balita normal lebih baik dibandingkan balita

Sekolah bisa dikatakan sebagai lingkungan yang paling berperan untuk bisa mengembangkan rasa percaya diri anak setelah lingkungan keluarga. Rasa percaya diri siswa di

mulai membuka crayon yang telah guru sediakan. Gambar 8: Kertas Mewarnai Berisi Objek Bunga untuk Diwarnai Anak DS Proses mewarnai dimulai dengan Avita dan Nina memilih warna

dimaksud pada ayat (1), Direktur Jenderal dapat memperpanjang persetujuan prinsip paling lama 1 (satu) tahun dengan tembusan kepada Kepala Badan dan Kepala Dinas

Tujuan penelitian ini untuk mengevaluasi pelaksanaan penjaminan mutu pendidikan di SMK Negeri 1 Magelang meliputi: penetapan standar mutu, pemetaan mutu,

Pembentukan anakan, tinggi tanaman, lebar daun, dan jumlah gabah dipengaruhi oleh ketersediaan unsur hara nitrogen (Ismunadji dan Dijkshoorn 1971), pada saat ini sangat jarang

Penelitian untuk menghasilkan bimbingan berlandaskan Neo-Sufisme (BBN) untuk mengembangkan perilaku arif mahasiswa dikembangkan secara teo- retik berdasarkan pendekatan teori