• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI NILAI TUKAR RUPIAH PERIODE TRIWULAN I 2009 TRIWULAN IV 2014

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI NILAI TUKAR RUPIAH PERIODE TRIWULAN I 2009 TRIWULAN IV 2014"

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI NILAI TUKAR RUPIAH PERIODE TRIWULAN I 2009 – TRIWULAN IV 2014

RIZAL AKMALUDIN

Tasikmalaya akmaludinrizal@gmail.com

Program Studi Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi Universitas Siliwangi Jl. Siliwangi 24 Tasikmalaya, Jawa Barat Indonesia (0265)330634

ABSTRAK

Hampir semua Negara menganut perekonomian terbuka, yaitu membuka diri terhadap sistem perdagangan dan sistem keuangan internasional. Kompleksitas sistem pembayarannya pun menjadi semakin tinggi akibat adanya globalisasi perekonomian. Nilai tukar merupakan salah satu variabel utama dalam perekonomian terbuka, mengingat pembayarannya menggunakan valuta asing. Fenomena yang terjadi di Indonesia, nilai tukar begitu mudah untuk berfluktuasi dari periode ke periode dalam waktu yang singkat. Konsekuensinya perusahaan-perusahaan multinasional akan menghadapi kecemasan depresiasi atau apresiasi karena ketidakpastian nilai tukar. Penelitian ini bertujuan untuk melihat pengaruh faktor fundamental ekonomi yang dapat mempengaruhi nilai tukar, diantaranya : inflasi, BI Rate, jumlah uang beredar, dan laju pertumbuhan ekonomi serta faktor teknisnya yaitu berkaitan dengan cadangan devisa. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode OLS (Ordinary Least Square) dengan model regresi semi log linier berganda. Hasil penelitian menunjukan bahwa BI Rate, jumlah uang beredar, cadangan devisa secara parsial berpengaruh signifikan terhadap fluktuasi nilai tukar, sementara inflasi dan laju pertumbuhan ekonomi berpengaruh tidak signifikan terhadap nilai tukar. Secara bersama-sama inflasi, BI Rate, jumlah uang beredar, laju pertumbuhan ekonomi, dan cadangan devisa berpengaruh signifikan terhadap nilai tukar, serta variabel yang paling berpengaruh terhadap fluktuasi nilai tukar adalah jumlah uang beredar.

Kata Kunci : Nilai tukar, Inflasi, BI Rate, jumlah uang beredar, laju pertumbuhan ekonomi, cadangan devisa.

PENDAHULUAN

Globalisasi perekonomian sering didefinisikan sebagai proses semakin menghilangnya atau menipisnya batas ekonomi antar negara. Sejalan dengan berkembangnya proses globalisasi perekonomian, maka dibidang perdagangan internasioal retriksi semakin berkurang. Hal ini membawa dampak meningkatnya volume dan nilai perdagangan internasional (Agus Budi Santosa, 2008). Kompleksitas sistem pembayaran dalam perdagangan internasional semakin bertambah tinggi dalam kondisi perekonomian global seperti

yang berkembang akhir-akhir ini. Hal tersebut terjadi akibat semakin besarnya volume dan keanekaragaman barang dan jasa yang akan di perdagangkan di negara lain. Oleh karena itu upaya untuk meraih manfaat dari globalisasi ekonomi harus didahului upaya untuk menentukan kurs valuta asing pada tingkat yang menguntungkan. Penentuan kurs valuta asing menjadi pertimbangan penting bagi negara yang terlibat dalam perdagangan internasional, karena kurs valuta asing berpengaruh besar terhadap biaya dan manfaat dalam perdagangan internasional

(2)

(Hadori Yunus, 2006). Persoalan yang sedang dihadapi perekonomian Indonesia sekarang cukup kompleks menyangkut berbagai dimensi ekonomi baik sistem maupun kelembagaanya. Salah satu yang menjadi fenomena permasalahan saat ini adalah terus ter depresiasinya nilai tukar rupiah atau bisa dikatakan mata uang domestik negara kita terus menerus mengalami kemerosotan.

Tujuan dilakukannya penelitian ini adalah untuk : Mengetahui ada atau tidaknya pengaruh tingkat inflasi, tingkat suku bunga (BI Rate), jumlah uang beredar, laju pertumbuhan ekonomi, serta cadangan devisa secara parsial maupun secara bersama-sama terhadap fluktuasi nilai tukar rupiah juga untuk mengetahui elastisitas dari kesemua variabel tersebut terhadap nilai tukar.

Nilai tukar valuta asing adalah harga satu satuan mata uang dalam satuan mata uang lain (Roshinta Puspita Ningrum). Menurut Sadono Sukirno (2011;397) Kurs valuta asing dapat juga di definisikan sebagai jumlah uang domestik yang dibutuhkan, yaitu banyak nya rupiah yang dibutuhkan, untuk memperoleh satu unit mata uang asing.

Menurut Sadono Sukirno (2011:14), Inflasi dapat didefinisikan sebagai suatu proses kenaikan harga-harga yang berlaku dalam sesuatu perekonomian. Tingkat inflasi (presentasi pertambahan kenaikan harga) berbeda dari satu periode ke periode lainnya, dan berbeda pula dari satu negara ke negara lain.

BI Rate adalah suku bunga kebijakan yang mencerminkan sikap atau stance kebijakan moneter yang ditetapkan oleh bank Indonesia dan diumumkan kepada publik.

Jumlah Uang beredar Menurut Boediono (1988:2), Pengertian yang paling sempit definisi “uang” adalah uang kertas dan uang logam yang ada di masyarakat.

Uang tunai ini disebut uang kartal atau dalam bahasa inggris dinamakan currency. Para ekonom klasik mengatakan uang inilah yang merupakan daya beli yang langsung bisa digunakan (dibelanjakan) dan oleh karena itu langsung mempengaruhi harga barang-barang.

Menurut BPS, Salah satu indikator penting untuk mengetahui kondisi ekonomi di suatu negara dalam suatu periode tertentu adalah data Produk Domestik Bruto (PDB), baik atas dasar harga berlaku maupun atas dasar harga konstan. Menurut Sadono Sukirno (2011;49), kegunaan data pendapatan nasional adalah untuk menentukan tingkat pertumbuhan ekonomi yang dicapai suatu negara dari periode ke periode. Dengan mengamati tingkat pertumbuhan yang dicapai dari periode ke periode dapatlah dinilai prestasi dan kesuksesan negara tersebut dalam mengendalikan kegiatan ekonominya dalam jangka pendek dan usaha mengembangkan perekonomiannya dalam jangka panjang.

Cadangan Devisa, Menurut Hendra Halwani (2005:116), Dalam perkembangan ekonomi nasional Indonesia dikenal dengan dua terminologi cadangan devisa, yaitu official exchange foreign reserve, dan country foreign exchange reserve, yang masing-masing mempunyai cakupan berbeda. Pertama, merupakan cadangan devisa milik negara yang dikelola, diurus, dan di tata usahakan oleh bank sentral, sesuai dengan tugas yang diberikan oleh UU No.13 Tahun 1968. Kedua, mencakup seluruh devisa yang dimiliki badan, pereorangan, lembaga, terutama lembaga keuangan nasional yang secara moneter merupakan bagian dari kekayaan nasional.

(3)

METODE PENELITIAN

Penelitian ini akan dilaksanakan dengan mengambil data statistik ekonomi keuangan Indonesia (SEKI), atau laporan keuangan Bank Indonesia mengenai nilai tukar rupiah, BI Rate, jumlah uang beredar, cadangan devisa. Sementara inflasi dan laju pertumbuhan ekonomi diperoleh dari penerbitan laporan Badan Pusat Statistik. Jenis dari penelitian ini adalah penelitian kuantitatif, dimana tujuan penelitian ini ialah untuk mempelajari dinamika korelasi antara faktor-faktor resiko dengan efek, dengan cara pendekatan, observasi atau pengumpulan data sekaligus pada suatu saat (point time approach). Metode Penelitian yang dipilih adalah OLS (Ordinary Least Square). Model penelitian yang dipilih oleh peneliti adalah model regresi semi log linier berganda. Uji regresi semi log linier berganada ini digunakan untuk mengetahui hubungan atau pengaruh antara tingkat inflasi, BI Rate, jumlah uang beredar, laju pertumbuhan ekonomi, dan cadangan devisa terhadap fluktuasi nilai tukar rupiah, baik secara parsial maupun bersama-sama. Adapun persamaan regresi semi log linier berganda, yaitu :

Log ER= α + β1 I + β2 SB + log β3 JUB + log β4 LPE + log β5 CD + e

Dimana:

log ER = Nilai tukar rupiah I = Tingkat inflasi

SB = Tingkat suku bunga (BI Rate)

log JUB = Jumlah uang beredar LPE = Laju pertumbuhan ekonomi log CD = Cadangan Devisa

β1- β6 = Koefisien Regresi masing-masing variabel independen

e = error term

Pengujian Hipotesis, ada beberapa uji yang dipakai diantaranya uji t, yang bertujuan untuk mengetahui seberapa jauh pengaruh variabel independen secara parsial dalam menerangkan variabel dependen.

Uji F, dalam uji ini kita ingin melihat apakah beberapa parameter regresi secara bersama-sama telah memenuhi suatu hipotesis, dalam artian untuk melihat apakah variabel independen secara bersama-sama mempengaruhi variabel dependen.

Uji Koefisien Determinasi, dengan melihat nilai R2 disebut juga koefisien determinasi, yang bertujuan untuk mengetahui seberapa jauh kemampuan model regresi dalam menerangkan variasi variabel dependen (Goodness of fit).

Kemudian elastisitas, konsep elastisitas menunjukan tanggapan atau kepekaan dari suatu varibel terikat karena adanya perubahan dalam varibel bebas tertentu. Besarnya koefisien elastisitas ini ditunjukan oleh perbandingan anatara persentase pertumbuhan dalam varibel terikat dan persentase variable bebas yang mempengaruhinya. Untuk analisis elastisitas tidak perlu memerlukan perbandingan dengan tabel krisis/statistik, tetapi cukup dengan melihat kriteria, jika:

E < 1 : Inelastis E > 1 : Elastis

E = 1 : Elastis Unitary

Uji Asumsi Klasik, ada beberapa hal yang harus terpenuhi dalam asumsi klasik diantaranya :

ď‚· Uji normalitas ini bertujuan untuk apakah dalam model regresi variabel independen, variabel dependen, maupun kedua-duanya mempunyai distribusi normal atau tidak. Model regresi yang baik adalah memiliki distribusi data normal atau mendekati normal. Uji signifikansi

(4)

pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen melalui uji statistik hanya akan valid jika residual yang didapatkan mempunyai distribusi normal. Uji Normalitas yang digunakan adalah uji jarque berra.

ď‚· Uji multikolinearitas ini bertujuan untuk menguji apakah model regresi ditemukan adanya kolerasi antar variabel bebas (variabel independen). Model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi diantara variabel bebas.

ď‚· Uji heteroskedastisitas ini bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan variasi dari satu pengamatan ke pengamatan lainnya. Model yang baik adalah model yang tidak terjadi heteroskedastisitas. Menurut Bhuono Agung Nugroho (2005:62) dalam

Rizki Ansori (2010),

heteroskedastisitas menguji terjadinya perbedaan variance residual suatu periode pengamatan ke pengamatan lainnya.

ď‚· Uji Autokorelasi. Menurut Moch. Doddy Ariefianto (2012:26), Autokorelasi menunjukan sifat residual regresi yang tidak bebas dari satu observasi ke observasi lainnya, atau secara formal fenomena ini umum di temukan pada regresi dengan data yang bersifat time series tetapi kadang juga ditemukan pada data cross section. Autokorelasi timbul dari spesifikasi yang tidak tepat terhadap hubungan antara variabel endogeneous dengan variabel penjelas. Akibat kurang memadainya spesifikasi maka dampak faktor yang tidak masuk ke dalam model akan terlihat pada pola residual.

PEMBAHASAN

Periode Nilai Tukar Inflasi BI Rate Jumlah Uang Beredar Laju Pertumbuhan Ekonomi Cadangan Devisa TW 1 09 11691.67 0.12 8.25 440213.2 1.67 54.841 TW 2 09 10376 -0.05 7.25 464171.2 2.39 57.576 TW 3 09 9899.33 0.69 6.58 483191 3.88 62.288 TW 4 09 9483.33 0.16 6.5 498807.8 -2.34 66.105 TW 1 10 9265.33 0.33 6.5 493690.5 2.04 71.823 TW 2 10 9086.33 0.47 6.5 518042.7 2.68 76.321 TW 3 10 8967.33 0.92 6.5 548394 3.4 86.551 TW 4 10 8991.67 0.53 6.5 577432.2 -1.42 96.207 TW 1 11 8859.33 0.23 6.67 590220.2 1.69 105.709 TW 2 11 8561.67 0.12 6.75 610876.8 2.81 119.655 TW 3 11 8637.67 0.62 6.75 652863.3 3.31 114.503 TW 4 11 9011.67 0.26 6.17 685192.8 -1.47 110.123 TW 1 12 9055.67 0.29 5.83 697901.5 1.58 110.493 TW 2 12 9363.33 0.3 5.75 749881.9 2.83 106.502 TW 3 12 9543.33 0.55 5.75 779858.7 3.19 110.172 TW 4 12 9680 0.26 5.75 805973.1 -1.49 112.781 TW 1 13 9726 0.8 5.75 794821.1 1.39 104.8

(5)

TW 2 13 9871.67 0.3 5.83 837863 2.56 98.095 TW 3 13 10948.33 1.35 6.92 867827.9 3.07 95.675 TW 4 13 11807.67 0.25 7.42 871222.4 -1.43 99.387 TW 1 14 11726.33 0.47 7.5 843570.9 0.91 102.592 TW 2 14 11704.33 0.19 7.5 910971.6 2.47 107.678 TW 3 14 11819.33 0.56 7.5 921187.1 3 111.164 TW 4 14 12226.33 1.48 7.67 946035 -1.4 111.862

` Sumber: Bank Indonesia dan Badan Pusat Statistik

Hasil regresi OLS dengan menggunakan e-views 8 pada model Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Nilai Tukar Rupiah Periode (Triwulan I 2009 – Triwulan IV 2014), diperoleh persamaan sebagai berikut:

Log (ER) = 3,367 – 0,011 I + 0,083 SB + 0,533 LOG (JUB) – 0,003 LPE – 0,411 LOG (CD) Dependent Variable: LOG(ER)

Method: Least Squares Date: 01/30/16 Time: 10:04 Sample: 2009Q1 2014Q4 Included observations: 24

Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.

C 3.366137 0.360721 9.331683 0.0000 I -0.011336 0.014787 -0.766634 0.4532 SB 0.083312 0.007830 10.63958 0.0000 LOG(JUB) 0.533511 0.036730 14.52530 0.0000 LPE -0.002786 0.002641 -1.054665 0.3055 LOG(CD) -0.411448 0.038387 -10.71849 0.0000

R-squared 0.966269 Mean dependent var 9.205020 Adjusted R-squared 0.956900 S.D. dependent var 0.116078 S.E. of regression 0.024099 Akaike info criterion -4.401007 Sum squared resid 0.010453 Schwarz criterion -4.106494 Log likelihood 58.81209 Hannan-Quinn criter. -4.322873 F-statistic 103.1276 Durbin-Watson stat 1.518492 Prob(F-statistic) 0.000000

Sumber: Hasil uji menggunakan Eviews-8

a. Variabel Inflasi

Variabel bebas inflasi berpengaruh negatif dan tidak signifikan terhadap nilai tukar, hal ini ditandakan oleh nilai probabilitas sebesar 0,453> 0,05 atau nilai t hitung sebesar -0,76 7< 2,101. Maka H0

diterima atau menolak Ha. Hal tersebut

sejalan dengan peneilitian yang dilakukan oleh Immamudin Yuliadi (2007) dimana hasil penelitiannya menunjukan baik dalam jangka pendek ataupun jangka panjang inflasi tidak berpengaruh secara signifikan

terhadap nilai tukar. Begitupun dengan penelitian yang dilakukan oleh Adwin surja atmadja (2002), Agus budi santosa (2008) inflasi tidak berpengaruh secara signifikan terhadap nilai tukar. Artinya dalam keadaan inflasi yang tinggi ataupun rendah tidak akan berpengaruh pada fluktuasi nilai tukar. Ini merupakan penyebab dari Negara Indonesia cenderung melakukan impor walaupun ada pada inflasi domestik yang rendah hal ini terjadi atas adanya akibat masyarakat Indonesia yang konsumtif dan

(6)

cenderung memilih produk asing dalam memenuhi kebutuhannya. Kemudian elastisitas dari variabel inflasi terhadap nilai tukar adalah inelastic. Artinya bahwa setiap kenaikan inflasi sebesar 1% akan mengapresiasi nilai tukar sebesar 0,011336%.

b. Variabel BI Rate

Variabel bebas BI Rate berpengaruh positif dan signifikan terhadap nilai tukar, hal ini ditandakan oleh nilai probabilitas sebesar 0,000< 0,05 atau nilai t hitung sebesar 10,639> 2,101. Maka H0 ditolak

atau menerima Ha. Hasil uji sesuai dengan

penelitian yang dilakukan Roshinta Puspitaningrum (2014), Muhammadinah (2011), Rizki Ansori (2010) dimana suku bunga berpengaruh signifikan terhadap nilai tukar. Kemudian sesuai juga dengan penelitian yang dilakukan oleh Agus Budi Santosa (2008) tingkat suku bunga baik dalam jangka pendek ataupun jangka panjang berpengaruh secara signifikan terhadap nilai tukar. Teori yang menjelaskan pengaruh tingkat suku bunga terhadap nilai tukar mata uang asing adalah Interest rate parity theory. Tingkat bunga yang tinggi tidak memberikan jaminan nilai tukar mata uang suatu negara menguat. Implikasi dari teori ini adalah bahwa investor tidak bisa menanamkan dananya ke negara yang tingkat suku bunganya tinggi dengan harapan mendapatkan keuntungan yang lebih besar pula. Kemudian elastisitas BI Rate terhadap nilai tukar ada adalah inelastic. Artinya bahwa setiap kenaikan BI Rate sebesar 1% akan mendepresiasi nilai tukar sebesar 0,083312%.

c. Variabel Jumlah Uang Beredar Variabel bebas jumlah uang beredar berpengaruh positif dan signifikan terhadap nilai takar, hal ini ditandakan oleh nilai probabilitas sebesar 0,000< 0,05 atau nilai t hitung sebesar 14,525> 2,101. Maka H0

ditolak atau menerima Ha. Hasil uji sesuai

dengan penelitian yang dilakukan oleh

Immamudin Yuliadi (2007), dan Rizki Anshori(2010) dimana jumlah uang beredar berpengaruh signifikan terhadap nilai tukar. Indikasinya adalah bahwa peningkatan jumlah uang beredar akan mendepresiasi nilai tukar. Atas adanya pertambahan jumlah uang beredar maka kemampuan bank umum untuk memberikan pinjaman meningkat, dan suku bunga turun. Penurunan suku bunga akan memperburuk keadaan neraca pembayaran. Neraca modal dan finansial memburuk atas adanya aliran dana keluar. Neraca transaksi berjalan memburuk atas adanya kenaikan impor. Dalam keadaan ini permintaan akan mata uang asing lebih besar dari penawarannya, yang mengakibatkan tekanan depresiasi terhadap nilai tukar (mata uang domestik terdepresiasi). Elastisitas jumlah uang beredar terhadap nilai tukar adalah inelastic. Artinya bahwa setiap kenaikan jumlah uang beredar sebesar 1% akan mendepresiasi nilai tukar sebesar 0,533511%.

d. Variabel Laju Pertumbuhan Ekonomi

Variabel bebas laju pertumbuhan ekonomi berpengaruh negatif dan tidak signifikan terhadap nilai tukar, hal ini ditandakan oleh nilai probabilitas sebesar 0,305> 0,05 atau nilai t hitung sebesar -1,054 < 2,101. Maka H0 diterima atau

menolak Ha. Hasil penelitian sesuai dengan

penelitian yang dilakukan oleh Roshinta Puspitaningrum (2014), dan Adwin Surja Atmadja (2002), dimana laju pertumbuhan ekonomi tidak berpengaruh secara signifikan terhadap nilai tukar. Hubungan tidak signifikan ini disebabkan karena pertumbuhan ekonomi Indonesia yang stabil dan cenderung mengalami peningkatan diwujudkan dengan impor lebih besar daripada ekspor. Hal ini menyebabkan fundamental ekonomi yang kurang baik dan kemudian berdampak pula terhadap makroekonomi Indonesia. Elastisitas laju pertumbuhan ekonomi terhadap nilai tukar

(7)

adalah inelastic. Artinya bahwa setiap kenaikan laju pertumbuhan ekonomi sebesar 1% akan mengapresiasi nilai tukar sebesar 0,002786%.

e. Variabel Cadangan devisa

Variabel bebas cadangan devisa berpengaruh negatif dan signifikan terhadap nilai tuakar, hal ini ditandakan oleh nilai probabilitas sebesar 0,000 < 0,05 atau nilai t hitung sebesar -10,718> 2,101. Maka H0

ditolak atau menerima Ha. Hasil penelitian

ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Immamudin yuliadi (2007), dan Asep machpudin (2013) dengan pendekatan teori neraca pembayaran, Asep machpudin menjadikan cadangan devisa menjadi dua variabel yaitu current account dan capital account, namun keduanya juga sama-sama mempengaruhi nilai tukar. Pemupukan cadangan devisa mengatur permintaan dan penawaran valas sebagai akibat adanya transaksi dari current account. Negara memupuk cadangan devisa sebagai penyangga (buffer stock) mengantisipasi ketidakseimbangan BOP internasional. Pembuat kebijakan termasuk bank sentral mengadopsi aturan tradisional yaitu suatu negara mempertahankan cadangan devisa, dengan nilai yang harus dapat membayar transaksi impor dan membayar utang luar negeri minimal selama 3 bulan. Elastisitas cadangan devisa terhadap nilai tukar adalah inelastic. Artinya bahwa setiap kenaikan laju pertumbuhan ekonomi sebesar 1% akan mengapresiasi nilai tukar sebesar 0,002786%.

Dari hasil uji F diperoleh nilai F statistik yaitu sebesar 103,127 dan F tabel dengan nilai yaitu 2,77. Maka dapat disimpulkan bahwa F statistik > F tabel, yang artinya menolak hipotesis nol artinya bahwa variabel independen inflasi, BI Rate, jumlah uang beredar, laju pertumbuhan ekonomi, dan cadangan devisa secara bersama sama mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap variabel nilai tukar.

Dari hasil pengolahan data diperoleh nilai R2 yaitu sebesar 0,966269 atau 96,63%. Nilai koefisien determinasi menunjukan besarnya pengaruh variabel independen inflasi, BI Rate, jumlah uang beredar, laju pertumbuhan ekonomi, dan cadangan devisa terhadap variabel dependen nilai tukar yaitu sebesar 96,63% dan sisanya 3,37% merupakan pengaruh variabel lain yang tidak dimasukan ke dalam penelitian.

Uji Asumsi Klasik

 Uji normalitas yang dipilih adalah uji jarque-bera. Diketahui nilai dari χ2 tabel adalah sebesar 28,8693 dan nilai JB 1,159303. Maka itu artinya JB <χ2

tabel, dapat diartikan bahwa data terdistribusi secara normal.

 Uji heteroskedastisitas yang digunakan dalam penelitian ini adalah uji white. Dari hasil uji white dapat diperoleh nilai χ2 hitung sebesar 20,81219 dan nilai χ2 tabel adalah 28,8693 maka dapat disimpulkan bahwa tidak ada masalah heteroskedastisitas, karena nilai χ2

hitung lebih kecil dari χ2 tabel.

ď‚· Uji Multikolinieritas, Sebagai aturan main yang kasar, jika koefisien korelasi cukup tinggi katakanlah diatas 0,85 maka kita duga ada multikolinieritas dalam model. Sebaliknya jika koefisien korelasi relatif rendah maka kita duga model tidak mengandung unsur multikolinieritas (Agus Widarjono:114). Berikut tabel hasil uji multikolinieritas dengan menggunakan e views 8:

(8)

Tabel 4.6. Nilai koefisien korelasi (correlation)

Sumber : Eviews 8

Dari tabel tersebut, dapat diketahui bahwa tidak ada variabel yang nilai koefisien korelasinya lebih dari 0,85. Dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat masalah multikolinieritas.

ď‚· Uji autokorelasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah uji yang dikembangkan oleh Breusch dan Godfrey yang lebih umum dikenal

dengan uji langrange multiplier (LM). dapat diketahui bahwa nilai χ2 deteksi korelasi dengan menggunakan LM test bernilai 0,916015 dan nilai χ2 tabel adalah 28,8693. Maka itu tandanya tidak terjadi masalah autokorelasi karena nilai χ2

hitung kurang dari χ2 table

PENUTUP

SIMPULAN:

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis dampak faktor fundamental ekonomi yang dapat mempengaruhi fluktuasi nilai tukar rupiah. Periode yang dipilih dalam penelitian ini yaitu dari Triwulan I 2009 sampai dengan Triwulan IV 2014. Hasil uji hipotesis yaitu sebagai berikut:

ď‚· Inflasi berpengaruh secara negatif dan tidak signifikan terhadap nilai tukar. Artinya peningkatan inflasi akan mengapresiasi nilai tukar rupiah, hal ini berlawanan dengan teori penyebabnya karena inflasi pada periode ini tidak signifikan terhadap nilai tukar.

ď‚· BI Rate berpengaruh positif dan signifikan terhadap nilai tukar. Artinya peningkatan tingkat suku bunga oleh otoritas moneter berdampak pada depresiasi nilai tukar.

ď‚· Jumlah uang beredar berpengaruh secara positif dan signifikan terhadap nilai tukar. Penambahan jumlah uang beredar akan mendepresiasi mata

uang domestik terhadap mata uang asing.

ď‚· Laju pertumbuhan ekonomi berpengaruh secara negatif dan tidak signifikan terhadap nilai tukar. Laju pertumbuhan ekonomi tidak signifikan terhadap nilai tukar, karena pertumbuhan ekonomi Indonesia yang stabil dan cenderung mengalami kenaikan diwujudkan dengan impor lebih besar daripada ekspor.

ď‚· Cadangan devisa berpengaruh secara negatif dan signifikan terhadap nilai tukar. Jika terjadi penambahan cadangan devisa pada neraca pembayaran, akan mampu mengapresiasi nilai tukar.

ď‚· Secara bersama-sama variabel fundamental ekonomi yang mempengaruhi nilai tukar rupiah yaitu inflasi, BI Rate, jumlah uang beredar laju pertumbuhan ekonomi, dan cadangan devisa berpengaruh secara signifikan terhadap fluktuasi nilai tukar rupiah.

ď‚· Variabel bebas yang paling berpengaruh terhadap fluktuasi nilai tukar adalah jumlah uang beredar.

I SB LOG(JUB) LPE LOG(CD)

I 1.000000 0.061813 0.369090 0.087352 0.225380 SB 0.061813 1.000000 -0.033988 -0.037308 -0.295559 LOG(JUB) 0.369090 -0.033988 1.000000 -0.123524 0.786214 LPE 0.087352 -0.037308 -0.123524 1.000000 -0.087648 LOG(CD) 0.225380 -0.295559 0.786214 -0.087648 1.000000

(9)

SARAN

a. Mengingat bahwa, inflasi tidak berpengaruh terhadap nilai tukar dikarenakan impor tidak terpengaruhi lagi oleh tinggi-rendahnya inflasi. Maka bagi, pemerintah yang berkaitan dengan perdagangan internasional, perlu menetapkan quota impor agar barang dan jasa yang masuk kedalam negeri tidak terlalu banyak diperdagangkan. Dan juga menghimbau para masyarakat untuk meminimalisir transaksi yang berhubungan dengan pembayaran menggunakan valuta asing.

b. Bagi pemerintah, harus senantiasa meningkatkan daya beli masyarakat terhadap barang dalam negeri, agar setidaknya bisa mengurangi permintaan mata uang valuta asing. c. Mengingat harga barang dan jasa

dalam negeri relatif lebih mahal, maka pemerintah sebaiknya memberikan subsidi agar harga jualnya pun rendah dan dapat menurunkan inflasi. Terutama subsidi diberikan pada bahan baku yang menjadi komoditi ekspor negara, tentunya agar komoditi mempunyai kualitas yang dapat bersaing dengan barang dan jasa di luar negeri baik dalam negeri. Ditujukan untuk meningkatkan ekspor, yang nantinya akan menambah cadangan devisa.

d. Pemerintah sebaiknya lebih mengedepankan surplus dari current account, karena surplus ini dapat menambah cadangan devisa. Pemerintah lebih condong untuk meningkatkan surplus dari capital account, terbukti dari adanya surplus current account yang terus mengalami penurunan bahkan dalam beberapa periode defisit. Tetapi

surplus capital account, cenderung meningkat dari periode ke periode, memang surplus dari capital account, dapat menutup defisit current account yang pada akhirnya BOP tidak defisit dan menambah cadangan devisa. Namun capital account, mempunyai sisi negatif yaitu investasi yang kita terima pada capital account, nanti akan ada return, dan return tersebut kita bayar dengan valuta asing. Apabila terjadi capital outflow maka terjadi kenaikan permintaan valuta asing yang dapat mendepresiasi nilai tukar. Saat ini kondisi dari BOP sangatlah rentan terhadap krisis mengingat capital account surplusnya lebih besar dari current account. Dikhawatirkan akan terjadi krisis, apabila terjadi capital outflow. e. Pertumbuhan ekonomi yang stabil di

Indonesia merupakan realisasi dari adanya kebijakan fiskal yang telah dilakukan oleh pemerintah, melalalui sisi penerimaan dan pengeluarannya. Sebaiknya dalam menciptakan pertumbuhan ekonomi yang stabil, harus disertai dengan jumlah uang beredar yang seimbang agar tidak terjadi kekurangan penawaran uang domestik.

f. Bagi masyarakat umumnya, setelah kita pahami faktor-faktor yang mempengaruhi fluktuasi nilai tukar, agar mengantisipasi untuk meminimalisir hal-hal yang berhubungan dengan transaksi impor. Karena walaupun kebijakan untuk menjaga stabilitas ekonomi telah dilaksanakan oleh pemerintah, namun masyarakat tetap tidak merubah pola konsumsi atau transaksi impor nya kebiijakan tersebut tidak akan merubah suatu stabilitas ekonomi menjadi lebih

(10)

baik. Jadi diantara pemerintah, masyarkat, dan pelaku ekonomi semuanya harus bertindak selaras sesuai dengan perencanaan dan kebijakan yang telah ditetapkan pmerintah, agar perekonomian Indonesia menjadi lebih baik lagi. g. Bagi akademisi selanjutnya,

penelitian ini harus dilakukan dengan lebih dalam untuk memperkaya studi literatur mengenai masalah fundamental ekonomi yang berdampak pada nilai tukar rupiah.

DAFTAR PUSTAKA

 Achsani, N.A. (2008). “Keterkaitan Inflasi dengan Nilai Tukar Riil : Analisis Komparatif antara Asean +3, Uni Eropa, dan Amerika Utara”. Jurnal Ekonomi. (3). 231-249.

 Atmadja, A.S. (2002). “Analisa Pergerakan Nilai Tukar Rupiah terhadap Dolar Amerika Setelah Diterapkannya Kebijakan Sistem Nilai Tukar Mengambang Bebas di Indonesia”. Jurnal Akuntansi & Keuangan 4. (1). 69-78.

ď‚· Bank Indonesia. (2014). Dampak Pembalikan Modal dan Threshold Defisit Neraca Berjalan terhadap Nilai Tukar Rupiah. Jakarta: BI

ď‚· Boediono (1985). Ekonomi Moneter. Yogyakarta: BPFE.

ď‚· Case, K.E. dan Fair, R.C. (2002). Prinsip-Prinsip Ekonomi Mikro. Jakarta : PT. Prenhallindo.

ď‚· Dewayany, H.P. (2012). Analisis Pengaruh Fluktuasi Nilai Tukar Rupiah Pasca Penerapan Sistem Nilai Tukar Mengambang Terkendali dan Implikasi Penerapan Inflation Targeting Frame Work (ITF) terhadap Inflasi di Indonesia. Tesis FE UI. UI Depok: tidak diterbitkan.

ď‚· Doddy Ariefianto, M (2012). Ekonometrika esensi dan aplikasi

menggunakan eviews. Jakarta: Erlangga.

ď‚· Halwani, H (2005). Ekonomi Internasional dan Globalisasi Ekonomi. Jakarta: Ghalia Indonesia.

 Machpudin, A (2013). “Analisis Pengaruh Neraca Pembayaran terhadap Nilai Tukar Rupiah”. Jurnal Dinamika Manajemen 1. (3). 225-238.

 Muhammadinah (2011). “Pengaruh Tingkat Suku Bunga Bank Indonesia dan Tingkat Inflasi terhadap Nilai Tukar Rupiah atas Dolar Amerika”. Jurnal Ekonomi dan Informasi Akuntansi 1. (2). 118-128.

 Nawatini, S. (2012). “Volatilitas Nilai Tukar dan Perdagangan Internasional”. Dinamika Akuntansi, Keuangan, dan Perbankan 1. (1). 41-56.

 Noor, Z.Z. (2011). “Pengaruh Inflasi, Suku Bunga, dan Jumlah Uang Beredar terhadap Nilai Tukar”. Trikonomika 10. (2). 139-147.

ď‚· Nopirin (1999). Ekonomi Internasional. Yogyakarta : BPFE

ď‚· Pratadiredja, A. (1997). Perhitungan Pendapatan Nasional. Yogyakarta: LP3ES, Jakarta.

 Puspitaningrum, R. et al (2014). “Pengaruh Tingkat Inflasi, Tingkat Suku Bunga SBI, dan Pertumbuhan Ekonomi terhadap Nilai Tukar Rupiah Studi pada Bank Indonesia Periode Tahun 2003-2012”. Jurnal Administrasi Bisnis 8. (1). 1-8.

 Santosa, A.B. (2008). “Kemampuan Inflasi pada Model Purchasing Power Parity dalam menjelaskan Nilai Tukar Rupiah terhadap Dolar Amerika Serikat”. Jurnal Bisnis dan Ekonomi 15. (1). 39-53.

ď‚· Sukirno, S (2011). Makroekonomi Teori Pengantar. Jakarta: Rajawali Press.

(11)

 Yuliadi, I (2007). “ Analisis Nilai Tukar Rupiah dan Implikasinya pada Perekonomian Indonesia:

Pendekatan Error Correction Model (ECM). Jurnal Ekonomi Pembangunan 8. (1). 146-162.

Referensi

Dokumen terkait

Strategi Food &amp; Baverage Product Departement Dalam Meningkatkan Kualitas Pelayanan Di Chrystal Sapphire Restaurant Best Western Premier Solo Baru.Program Studi

Penelitian ini bertujuan untuk membuat suatu aplikasi bimbingan skripsi berbasis web (ABTA) yang dapat membantu mahasiswa dalam proses bimbingan, sehingga menghemat

10/14/DPbS tanggal 17 Maret 2008 tentang Pelaksanaan Prinsip Syariah Dalam Kegiatan Penghimpunan Dana dan Penyaluran Dana Serta Pelayanan Jasa Bank

Hasil uji statistik yaitu uji t dapat dijelaskan bahwa Budaya Organisasi berpengaruh terhadap Kompetensi pegawai pada Balai Laboratorium Kesehatan Papua dengan

Umpassa bahasa Batak Toba: Kajian Semiotik Budaya :.. Seminar Nasional: Postgraduate Linguistics Study

COLUMBUS’ PERCY JACKSON AND THE LIGHTNING THIEF MOVIE (2010): SOCIOLOGICAL APPROACH.

Perencanaan sebuah pusat perbelanjaan di kawasan Bandar Udara Internasional Kualanamu akan menjadi fasilitas yang dapat meningkatkan pertumbuhan ekonomi dan juga