ARKEOLOGI ANAK-ANAK:
RELIEF NARATIF ANAK-ANAK YANG
MEMPEROLEH PENDIDIKAN
PADA CANDI RIMBI DAN SURAWANA
Ummi Alifah (1106056592)
Makalah Akhir Mata Kuliah Arkeologi Sosial
Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia
Pendahuluan
Arkeologi adalah ilmu yang mempelajari kebudayaan manusia di masa lalu. Pengertian kebudayaan manusia selama ini hanya dianggap buatan laki-laki dan perempuan dewasa, tetapi anak jarang sekali terlihat. Padahal dalam kehidupan sehari-hari anak-anak tertawa dan menangis, bermain dan belajar hal baru yang diajarkan oleh orang dewasa. Anak-anak merupakan life course yang cukup penting karena pada masa inilah anak-anak diajarkan mengenai cara berkehidupan sehari-hari untuk meneruskan tradisi dalam kebudayaannya. Mereka akan belajar suatu keahlian seperti berburu binatang dan membuat tembikar yang sekaligus dapat membantu kerja orang tua dalam memenuhi kebutuhan hidup.
Anak-anak dan perannya di masyararakat dapat menjadi topik yang menarik, tapi dikesampingkan dari isu-isu yang nyata, dan usia, secara umum dapat menjadi variabel yang tidak begitu penting (Kamp 2001). Penelitian arkeologi yang mungkin menakjubkan pada topik anak-anak adalah artikel Lillehammer, "A Child is Born: The Child’s World in an Archaeological Perspective.” Karyanya menggarisbawahi kurangnya pertimbangan bahwa anak-anak telah diterima sebelumnya dalam interpretasi arkeologi meski memiliki banyak bukti anak-anak dalam catatan materi masa lalu (Lillehammer 1989).
Di Indonesia, banyak benda budaya yang dapat mengungkan peran anak-anak dalam kebudayaan. Penelitian arkeologi anak-anak di Indonesia pernah diteliti oleh Boedhijono dkk mengenai Dinamika Kehidupan Anak-anak Pada Masa Jawa Kuna Abad VIII-XV Masehi. Belum banyak penelitian tentang kehidupan anak-anak di masa lalu yang diungkapkan untuk mengetahui pengaruh apa yang diberikan oleh anak-anak untuk kebudayaan.
Benda-benda peninggalan masa klasik (Hindu-Buddha) dapat diperoleh dari bangunan candi, prasasti, alat-alat upacara dan benda-benda sehari-hari. Bangunan candi masa klasik memiliki ciri dihias oleh patung-patung (arca) dan pahatan dinding (relief) untuk kepentingan keagamaan maupun memperindah arsitektur. Relief yang dipahatkan dapat mengandung cerita atau tidak. Dalam relief cerita dapat ditemukan kisah-kisah kehidupan sehari-hari hingga upacara-upacara keagamaan dan kesenian yang hilang dalam waktu.
anak-anak. Tidak hanya terbatas pada data relief candi di Jawa Timur, tetapi sumber data arkeologi lainnya yang perlu digali lebih dalam lagi.
Teori Sosial “Archaeology of Children”
Subyek anak-anak dibawa oleh strategi feminis dan kemudian berasosiasi dengan arkeologi gender. Dibutuhkan pada bentuk kritis menyerupai arkeologi gender, dan dibiarkan berlama-lama di belakang atau dalam posisi yang mirip dengan itu (Lillehammer 2000). Para sarjana menegaskan bahwa kealpaan anak-anak dalam interpretasi arkeologi telah berakar, setidaknya bagian, dari asosiasi antara anak dan perempuan. Seperti perempuan, anak-anak dikategorikan sebagai yang lemah dari dimensi laki-laki/perempuan dan anak- dewasa/anak-anak dan difemininkan (berbeda dari laki-laki) dan berada dalam kategori yang tak berdaya (Baker 1997, Rothschild 2002).
Namun, mengingat fakta bahwa akademi adalah ruang sosial di mana inovasi dan perbedaan merupakan inti paling sentral dan dinamis produksi pengetahuan, fokus arkeologi pada anak-anak sebagai kendaraan yang baru sangat tepat. Anak secara harfiah adalah anggota baru masyarakat dan oleh karena itu mungkin kita bertanya dengan cara apa anak-anak berkontribusi pada inovasi yang mengarah untuk perubahan sebagaimana keberlanjutan dan pengalihan budaya dalam masyarakat (Lillehammer 1989). Ini menimbulkan kebutuhan arkeologi untuk pengembangan dan penerapan teori sosial untuk memahami pengakuan masyarakat atau penolakan yang baru, baik dari segi lahirnya individu dan perilaku selanjutnya dan prestasi dalam masyarakat itu. Karena anak-anak merupakan elemen penting dari masyarakat dan masyarakat tidak dapat dilanggengkan tanpa anak-anak, tidak ada arkeologi dewasa tanpa mengakui pentingnya hubungan antara anak-anak dan perubahan (Lillehammer 2000).
Dua artikel signifikan dalam awal arkeologi anak-anak berjudul “Where Are the Children?” (Sofaer Derevenski 1994) dan “Where Have All the Children Gone?” (Kamp 2001). Penegasan Hirschfeld (2002) bahwa antropologi berdasar pada premis kebudayaan dipelajari dan tidak diwariskan sangat fundamental bagi arkeolog anak-anak.
beberapa masyarakat anak-anak menyediakan kebutuhan pekerja dan penting dalam strategi penghidupan. Aktivitas spesifik seperti menggembala, mengambil air, dan mengambil kayu bakar sering dijadikan tugas anak-anak. Anak-anak mungkin mengambil peran penting dalam ekonomi rumah tangga, contohnya sebagai pekerja pabrik, pekerja agrikultur atau pengusaha. Dalam tingkah rumah tangga, sejumlah anak dan seusianya dapat meraih kesuksesan ekonomi dan dapat mendapat status yang baik secara personal maupun keluarga. Dengan pemahaman peran anak dalam ekonomi, sikap terhadap anak lain, kesehatan bayi dan anak-anak, dan aspek lain dari anak-anak dapat meningkatkan tak hanya deskripsi dasar dari kebudayaan, tapi juga analisis isu yang lebih besar (Kamp 2001).
Memahami bahwa arkeolog cenderung membagi tugas dengan gender, Kamp (2002b, hal. 71) mencatat bahwa anak-anak umumnya tidak dilihat sebagai menyediakan tenaga kerja yang signifikan di interpretasi arkeologi. Sumber arkeologi, justru sebaliknya, merujuk pada pentingnya menggunakan karya anak-anak dalam berbagai konteks. Misalnya dalam memproduksi kerajinan, disinilah tempat alamiah untuk melihat arkeologi anak-anak. Kerajinan membutuhkan kemahiran teknis dan pengetahuan budaya yang harus dipelajari sebelumnya. Karena kecakapan mempelajari sebuah kerajinan dapat menghabiskan waktu beberapa tahun, terkadang diasumsikan bahwa individu memulai pembelajaran di usia muda; bukti etnografi mendokumentasi anak seusia 2-5 tahun yang belajar kerajinan (Kamp 2001, p.13). ini tidak berarti bahwa semua pembelajar kerajinan adalah anak-anak, tapi itu menunjukkan banyak pengrajin pemula yang memulai belajar di usia muda.
Relief Naratif Anak-Anak Di Candi Jawa Kuno
Pemahatan relief-relief pada candi tentunya sedikit banyak dipengaruhi oleh lingkungan fisik dan budaya masyarakat setempat. Lingkungan fisik ini merupakan pengalaman hidup pribadi yang diterima oleh sang seniman dari keadaan di sekelilingnya, sedangkan lingkungan budaya mencakup sistem dan norma sosial yang berlaku dalam masyarakat (Kusen 1985:6). Keakuratan relief untuk menggambarkan keadaan di masa lalu tergolong tepat karena hingga saat ini masih menemukan kesamaan perilaku pada masyarakat tradisional Jawa Tengah dan Jawa Timur dengan relief candi.
Relief ‘kehidupan sehari-hari’ Candi Rimbi Jawa Timur
Relief ‘kehidupan sehari-hari’ Candi Surawana Jawa Timur
Relief anak-anak yang akan diambil dari Candi Rimbi ialah yang berada pada teras pertama kaki. Candi rimbi diperkirakan berasal dari masa Majapahit kurang lebih tahun 1384 Masehi. Candi ini terletak di Desa Wonosulan, Kabupaten Jombang.
Relief anak-anak dari Candi Surawana terletak di teras pertama kaki. Candi yang tertelak di Kabupaten Kediri ini merupakan bangunan suci peninggalan masa Majapahit tahun 1440 M.
Penerapan Teori Arkeologi Anak-Anak pada Relief Candi Jawa Kuno
Relief Candi Rimbi.
ditekuk ke belakang dengan jari-jari kaki menahan setengah dari berat badan tubuhnya. Tokoh kedua tampak mengenakan sehelai kain sebatas pinggang sampai lutut dan sedang menghadap ke sisi kanan panil dengan arah kepala sedang menengadah ke atas. Tangan kanan dari tokoh kecil ini sedang memegang sebatang tongkat yang diarahkan ke pepohonan. Aktivitas menggalah dengan tongkat dilakukan oleh anak kecil yang digendong oleh orang dewasa (Rari 2000: 73).
Tokoh kedua yang bertubuh kecil adalah anak kecil yang sedang diajarkan menggalah untuk mengambil sesuatu di pepohonan. Pekerjaan menggalah merupakan salah satu pekerjaan keseharian untuk memperoleh kebutuhan sehari-hari sudah diajarkan sejak kecil oleh orang dewasa untuk menyiapkan masa depan sang anak. Analisis yang dilakukan oleh S. Kusparyati Boedhijono dkk dalam “Dinamika Kehidupan Anak-anak Pada Masa Jawa Kuna Abad VIII-XV Masehi” relief ini dikategorikan sebagai Pendidikan dalam keluarga dan di luar keluarga (2008).
Panil relief berukuran 53 cm x 33 cm dan memiliki ketebalan 6 cm. Pada panil ini digambarkan dua orang tokoh, dilatarbelakangi dengan penggambaran pohon dan sulur-suluran. Tokoh pertama digambarkan dalam posisi mengahadap ke kiri, dengan tangan kanan memeluk seekor babi. Tokoh ini digambarkan berhidung besar dengan bagian kepala ditata membentuk konde di bagian atas kepala. Di bagian belakang dari tokoh tersebut terpahatkan seekor anjing yang digambarkan dalam posisi sedang duduk di dekat kaki tokoh tersebut. Tokoh lainnya digambarkan sedang bersimpuh pada kedua lututnya menghadap ke arah tokoh pertama dengan tangan kanan menjulur ke atas dengan menggenggam sebilah pisau, dan tangan kirinya menjulur ke depan ke arah lutut dari tokoh pertama. Tokoh kedua ini digambarkan bermata besar dan bertelinga panjang, juga berhidung besar. Adegan pada panil ini kemungkinan menggambarkan kegiatan setelah berburu dan hendak menyembelih hasil buruannya (Rari 2000: 91).
Tokoh yang memegang sebilah pisau memiliki tubuh yang lebih kecil dari tokoh pertama ditafsirkan sebagai seorang anak. Anjing yang terletak di sisi kanan bidang panil diperkirakan merupakan anjing pemburu yang bertugas membantu manusia menemukan sasarannya. Aktivitas tersebut menggambarkan pembelajaran dari orang tua kepada seorang anak untuk menyembelih hewan buruan berupa babi yang tertangkap dengan bantuan anjing pemburunya. Analisis yang dilakukan oleh S. Kusparyati Boedhijono dkk mengklasifikasi relief Candi Surawana ini sebagai kategori Membantu kerja orang tua (2008).
Kesimpulan
Dari penelitian-penelitian arkeologi anak-anak yang telah dilakukan dapat dipahami bahwa anak-anak kini mendapat perhatian dari interpretasi arkeologi. Anak sebagai anggota baru masyarakat dianggap dapat berkontribusi pada inovasi yang mengarah pada perubahan sebagaimana keberlanjutan dan pengalihan budaya dalam masyarakat (Lillehammer 1989). Sejak kecil, anak-anak akan memperoleh pendidikan sebagai pembentukan dasar kepribadian dan keahlian (Kamp 2001). Manfaat dari pendidikan yang anak-anak terima dari orang dewasa ialah untuk membantu dalam kehidupan sehari-hari seperti rumah tangga dan ekonomi.
anak-anak. Relief "Menggalah" pada Candi Rimbi menggambarkan aktivitas anak kecil yang menggalah dengan bantuan dan ajaran dari orang tua yang menggendongnya. Relief "Setelah Perburuan" dari Candi Surawana menggambarkan proses perburuan babi yang dilakukan oleh orang dewasa dan anak kecil dengan bantuan anjing pemburu. Kegiatan pendidikan dalam kehidupan sehari-hari sesuai dengan teori Kamp bahwa pendidikan keahlian diperoleh sejak masa kanak-kanak.
Daftar Pustaka
Baker, M. (1997) 'Invisibility as a symptom of gender categories in archaeology' dalam J.E. Baxter The Archaeology of Childhood, Annual Review Anthropology. 2008. 37: 159– 75.
Boedhijono, S.K. (2008) ‘Dinamika Kehidupan Anak-anak Pada Masa Jawa Kuna Abad VIII-XV Masehi’ dalam Makara, Sosial Humaniora, Vol. 12 No. 1. 39-55.
Derevenski, Joanna Sofaer. (2000) Children and Material Culture. London: Routledge. Hirschfeld L. 2002. 'Why don’t anthropologists like children?' dalam J.E. Baxter The
Archaeology of Childhood, Annual Review Anthropology. 2008. 37:159–75.
Kamp, Kathryn A. (2001) 'Where Have All the Children Gone?: The Archaeology of Childhood', dalam Journal of Archaeological Method and Theory Vol.8, No. 1.
Kamp K. (2002) 'Working for a living: children in the prehistoric Southwestern Pueblos' dalam J.E. Baxter The Archaeology of Childhood, Annual Review Anthropology. 2008. 37:159–75.
Kusen (1985) 'Kreativitas dan Kemandirian Seniman Jawa dalam Mengolah Pengaruh Budaya Asing: Studi Kasus Tentang Gaya Seni Relief Candi di Jawa Antara Abad IX-XVI Masehi' dalam Inggita Adya Rari Penggambaran Aktivitas Keseharian Masyarakat Jawa Kuna Berdasarkan Relief Kehidupan Sehari-hari Di Candi Rimbi, Surawana dan Perwara Tegawangi Abad ke- 14-15 Masehi, Jawa Timur.FSUI. 2000. Lillehammer, Grete. (1989) 'A Child is Born: The Child’s World in an Archaeological
Perspective', dalam J.E. Baxter The Archaeology of Childhood, Annual Review Anthropology. 2008. 37:159–75.
Rari, Inggita Adya (2000) Penggambaran Aktivitas Keseharian Masyarakat Jawa Kuna Berdasarkan Relief Kehidupan Sehari-hari Di Candi Rimbi, Surawana dan Perwara Tegawangi Abad ke- 14-15 Masehi, Jawa Timur.FSUI.
Rothschild, N. (2002) 'Introduction' dalam J.E. Baxter The Archaeology of Childhood,