• Tidak ada hasil yang ditemukan

GAMBARAN HISTOLOGI TESTIS MENCIT (Mus musculus, L.) SETELAH PEMBERIAN EKSTRAK TUMBUHAN BROTOWALI (Tinospora crispa, L.)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "GAMBARAN HISTOLOGI TESTIS MENCIT (Mus musculus, L.) SETELAH PEMBERIAN EKSTRAK TUMBUHAN BROTOWALI (Tinospora crispa, L.)"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

GAMBARAN HISTOLOGI TESTIS MENCIT (

Mus musculus,

L.) SETELAH

PEMBERIAN EKSTRAK TUMBUHAN BROTOWALI (

Tinospora crispa,

L.)

Wa Ode Harlis1, Andi Septiana2

1-2)

Dosen Jurusan Biologi, FMIPA, Universitas Halu Oleo, Kendari.

E-mail :waodeharlis@gmail.com

ABSTRAK

Tumbuhan Brotowali (Tinospora crispa, L.) diketahui mengandung senyawa yang tergolong dalam kelompok antifertilitas diantaranya golongan glikosida, alkaloid, flavonoid, saponin dan tanin. Kelompok senyawa-senyawa tersebut dapat memberikan efek sitotoksik pada reproduksi jantan dengan mengganggu metabolisme sel germinal dan sel spermatogenik. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui pengaruh ekstrak brotowali terhadap spermatogenesis mencit. 20 ekor mencit jantan berat 20-30 gr, berumur 2-3 bulan dibagi 5 kelompok yaitu; K1 kontrol negatif

(aquades), K2 kontrol positif (Na CMC 0,5% ), K3 (0,05 g/g bb), K4 (0,06 g/g bb), dan K5 (0,07 g/g

bb) ekstrak brotowali. Ekstrak diberikan secara oral selama 34 hari. Pada hari ke-35 dikorbankan dan dilakukan pengambilan organ testis untuk preparat mikroanatomi. Penelitian bersifat deskriptif, data disajikan dalam bentuk gambar. Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa pada penampang melintang testis nampak jelas terjadi penurunan jumlah sel sel spermatogenik dalam tiap penampang tubulus seminiferous mencit, pada semua perlakuan yang diberikan ekstrak tumbuhan brotowali seiring dengan meningkatnya dosis yang diberikan

Kata Kunci : Tinospora crispa, L., histologi testis, Mencit

ABSTRACT

The Brotowali plant (Tinospora crispa, L.) is known to contain compounds belonging to the antifertility group such as glycosides, alkaloids, flavonoids, saponins and tannins. These groups of compounds may have a cytotoxic effect on male reproduction by disrupting the metabolism of germ cells and spermatogenic cellsThe aim of this study was to know the effect of extracts Tinospora crispa, L. on spermatogenesis of mice. The male mice were used 20 weight 30-40 g, aged 2-3 months, and were treated in 5 groups i.e. K1 : negative control (aquadest), K2 : positive

control (Na CMC 0.5%), K3 (0.05 g/g bb), K4 : (0.06 g/g bb), and K5 (0.07 g/g bb) extracts of

brotowali. The extracts were given orally during 34 day. At the 35th the testis were collected to make microanatomy. Research is descriptive, data is presented in the form of picture. Based on the results showed that cross sectional testis clearly visible decrease in the number of spermatogenic cell cells in each section of tubular seminiferous mice, in all treatments given extracts of brotowali plants along with increased doses given.

(2)

Penggunaan obat tradisional telah

dapat diterima hampir semua negara

termasuk negara maju baik sebagai

pelengkap pengobatan primer maupun

sekunder. Salah satu tumbuhan obat yang

sering digunakan oleh masyarakat untuk

obat tradisional adalah brotowali (Tinospora

crispa, L.).

Brotowali (Tinospora crispa, L.)

merupakan tumbuhan yang hidup di daerah

tropis, termasuk tumbuhan merambat yang

tersebar merata di hutan Indonesia (Dweck,

2006 dalam Widiana dan Sumarmin, 2015).

Brotowali banyak dimanfaatkan oleh

masyarakat Indonesia terutama bagian

batang, daun, dan akarnya. Batang

tumbuhan brotowali rasanya pahit, sehingga

tidak ada binatang yang menyentuhnya

(Sukadana, dkk., 2007). Brotowali memiliki

banyak manfaat yang besar antara lain

untuk obat memar, demam, merangsang

nafsu makan, sakit kuning, cacingan, batuk,

mencuci luka pada kulit atau gatal-gatal dan

untuk mengobati penyakit kencing manis.

Berdasarkan informasi ilmiah juga telah

ditemukan khasiat tumbuhan brotowali yaitu

ekstrak batang brotowali dapat berfungsi

sebagai antioksidan untuk mencegah

timbulnya arteriosklerosis atau sejenis

penyakit kardiovaskuler (Khamarazaman, et

al., 2012 dalam Muharni dkk., 2015)

Tumbuhan Brotowali (Tinospora

crispa, L.) diketahui mengandung senyawa

yang tergolong dalam kelompok antifertilitas

diantaranya golongan glikosida, alkaloid,

flavonoid, saponin dan tanin (Widiana dan

Sumarmin, 2015). Kelompok

senyawa-senyawa tersebut dapat memberikan efek

sitotoksik pada reproduksi jantan dengan

mengganggu metabolisme sel germinal dan

sel spermatogenik (Purwoistri, 2010).

Tumbuhan yang mengandung

senyawa metabolit sekunder berupa alkaloid

dapat mempengaruhi spermatogenesis,

senyawa tersebut dapat menekan sekresi

hormon reproduksi yang diperlukan untuk

spermatogenesis. Alkaloid juga dapat

mengganggu permeabilitas membran sel

Leydig sebagai penghasil testosteron.

Senyawa flavonoid mampu menghambat

enzim aromatase dan mampu

mempengaruhi kerja hormon gonadotropin

sehingga mengganggu spermatogenesis

(Winarno, 1987 dalam Supriati, dkk., 2011).

Senyawa saponin bersifat sitotoksik yang

dapat menyebabkan penurunan jumlah sel

spermatogenik (Nurliani, dkk., 2005). Tanin

dapat menyebabkan penggumpalan sperma

dan menurunkan motilitas daya hidup

sperma, sehingga sperma tidak dapat

mencapai sel telur dan pembuahan dapat

tercegah (Susetyarini, 2003).

Beberapa penelitian yang telah

(3)

Sumarmin (2015), melaporkan bahwa

brotowali (Tinospora crispa, L.) berpotensi

sebagai bahan kontrasepsi alami pada

hewan betina dengan komponen utamanya

senyawa alkaloid yang memiliki sifat

antiproliferatif terhadap sel-sel reproduktif.

Antiproliferatif dapat mempengaruhi karakter

morfologi dari ovarium sebagai tempat

keberadaan sel-sel reproduktif. Penelitian

Sari dkk., (2012) menggunakan ekstrak

tumbuhan brotowali pada reproduksi mencit

betina mengunakan dosis 0.05 g/g bb, 0.06

g/g bb dan 0.07 g/g bb mencit, diketahui

bahwa ekstrak brotowali secara nyata dapat

mengakitbatkan gangguan terhadap jumlah

corpus luteum, jumlah fetus hidup, jumlah

fetus mati, dan embrio resorpsi. Hal ini

sejalan dengan penelitian Syari (2012) yang

menyatakan bahwa pemberian ekstrak

brotowali berpengaruh nyata terhadap

penurunan jumlah folikel de graff, corpus

luteum dan folikel atresia. Sejauh ini

penelitian tentang tumbuhan brotowali

sebagai antifertilitas terhadap jantan belum

dilakukan,

METODE PENELITIAN

1. Persiapan Hewan Uji

Mencit diaklimasi selama 1

minggu dalam kandang dan diberi

makanan asupan platelled commercial

dan diberi minum secara ad libitum. Alas

kandang dari serbuk gergaji yang diganti

dua hari sekali. Sebelum diberikan

perlakuan, mencit (Mus musculus, L.)

dipuasakan selama 1 hari untuk

memperoleh kondisi fisiologis yang

sama. Selanjutnya mencit ditimbang dan

diberi label sesuai perlakuan. Mencit

yang digunakan dalam penelitian ini

adalah mencit yang berumur 2-3 bulan

dengan berat badan rata-rata 20-30 gr.

2. Pembuatan Ekstrak

Tumbuhan brotowali dikeringkan

menggunakan oven selama 48 jam

dengan suhu 45C. Tumbuhan brotowali

yang sudah kering diblender sampai

menjadi serbuk. Serbuk kering ditimbang

sebanyak 100 g ditambahkan etanol 70%

sebanyak 400 ml kemudian dilakukan

proses ekstraksi dengan metode

maserasi selama 24 jam. Ekstrak

disaring kemudian, filtrat dipekatkan

dengan menggunakan rotary evaporator.

3. Perlakuan

Pemberian ekstrak secara oral

setiap paginya pukul 08.00 dengan dosis

0,5 ml/bb mencit. selama 34 hari. Pada

hari ke 35, mencit dikorbankan dan

diambil organ testisnya untuk dibuat

preparat mikroanatomi

4. Pembuatan Preparat Histologi

Menurut Harlis (2008), tahap dalam

pembuatan preparat histologi yaitu organ

testis yang telah diambil kemudian difiksasi

dalam larutan Bouin selama ± 2 hari.

Setelah ± 2 hari organ testis dicuci

(4)

menit) kemudian dilakukan dehidrasi

menggunakan alkohol 70% (1 x 60 menit),

80% (1 x 60 menit) dan alkohol 90% selama

1 malam, selanjutnya dimasukkan ke dalam

alkohol 96% (1 x 60 menit), alkohol absolut

(1 x 60 menit), untuk menjernihkan, organ

testis direndam dalam larutan toluol selama

1 malam.

Infiltrasi parafin kedalam jaringan

dilakukan dengan cara merendam organ

testis kedalam campuran toluol dan parafin

dengan perbandingan 1:1 (30 menit),

kemudian dilanjutkan dengan parafin murni

I, II dan III masing-masing 45 menit.

Langkah berikutnya adalah embedding,

yaitu dengan penanaman organ kedalam

parafin cair, diatur sehingga arah

pemotongan melintang, kemudian dibiarkan

membeku dalam kulkas dan membentuk

blok yang sudah siap disayat dengan

mikrotom. Blok parafin yang berisi dengan

potongan testis diletakkan pada holder

dengan parafin cair agar melekat erat dan

selanjutnya dimasukkan ke dalam kulkas.

Holder dengan blok parafin kemudian

dipasang pada mikrotom dan selanjutnya

disayat setebal 6 µm, sehingga deretan

irisan membentuk pita, dari irisan-irisan

tersebut dipilih yang bagus kemudian

ditempelkan pada kaca objek yang telah

diolesi Mayer’s albumin dan aquades,

dibiarkan di dalam slide warmer selama 24

jam agar penempelan cukup kuat.

Staining dan mounting urutan

kerjanya yaitu: (a) Deparafinisasi, kaca

objek yang berisi irisan testis dicelupkan ke

dalam larutan xylol sampai parafin larut

semua (15 menit) kemudian dikeringkan

diatas kertas saring. (b) Hidrasi, kaca objek

yang sudah dikerigkan dimasukkan ke

dalam alkohol dengan konsentrasi menurun

mulai dari alkohol absolut, 96%, 90%, 80%,

70%, 60%, 50%, 40%, 30% dan aquades

masing-masing satu menit. (c) Dimasukkan

ke dalam staining jar yang berisi

Hematoxylin Ehrlich (7 detik), dicuci dengan

air mengalir (10 menit). (d) Dimasukkan ke

dalam alkohol 30%, 50%, 60% dan 70%

masing-masing selama satu menit,

selanjutnya dimasukkan kedalam Eosin-Y (2

menit), kemudian dibilas dengan alkohol

70%, 80%, 90%, 96% dan alkohol absolut

masing-masing selama satu menit. (e)

Sediaan dimasukkan ke dalam larutan xylol

(15 menit), kemudian dikeringkan di atas

kertas saring, selanjutnya, di mounting

dengan canada balsam, ditutup dengan

kaca penutup. (f) Dilakukan pengamatan

dibawah mikroskop untuk memperoleh

gambaran histologi testis. Data yang

dikumpulkan bersifat kualitatif data disajikan

dalam bentuk gambar

HASIL DAN PEMBAHASAN

Gambaran histologi testis jumlah

sel-sel spermatogenik kelompok kontrol

(5)

susunan sel rapat. Perkembangan sel-sel

spermatogenik mulai dari membran basalis

ke arah lumen yaitu spermatogonium,

spermatosit dan spermatid. Lumen tampak

terisi penuh oleh spermatozoa baik yang

masih menempel pada sel sertoli maupun

yang telah mengalami spermiogenesis,

sedangkan kelompok yang diberikan ekstrak

tumbuhan brotowali menunjukan bahwa

terjadi penurunan jumlah sel-sel

spermatogenik tampak sel spermatogonium

jelas berderet di membran basalis, namun

dengan susunan antar sel yang tampak

renggang, dengan ketebalan yang lebih

kecil dibandingkan kelompok kontrol. Lumen

tubulus tampak membesar, dengan tidak

terdapat spermatozoa di dalamnya. Hal ini

menunjukkan telah terjadi gangguan pada

spermatogenesis. Berdasarkan penjelasan

di atas, untuk lebih jelasnya dapat dilihat

pada gambar 1:

Gambar 1. Irisan melintang testis mencit setelah pemberian ekstrak tumbuhan brotowali.

Berdasarkan hasil penelitian

terjadi penurunan jumlah sel sel

spermatogenik dalam tiap penampang

tubulus seminiferous mencit, pada semua

perlakuan yang diberikan ekstrak tumbuhan

brotowali seiring dengan meningkatnya

dosis yang diberikan, hal ini kemungkinan

disebabkan karena menurunnya jumlah sel

spermatogenik yang mengalami mitosis

menjadi sel spermatosit primer dan meiosis

(6)

kedua menjadi spermatid. Jika penurunan

terus terjadi maka akan mengakibatkan

penghambatan pada tahapan-tahapan

berikutnya. Hal ini sejalan denagn penelitian

Everitt, (1990) dalam Apriliani dkk., (2013)

yang menyatakan, penurunan jumlah

spermatosit menyebabkan jumlah spermatid

juga menurun, karena spermatosit yang

mengalami meiosis kedua menjadi

spermatid menurun.

Hambatan pada satu tahapan

spermatogenesis akan berpengaruh

terhadap tahapan berikutnya. Selain

menurunnya jumlah sel spermatosit yang

mengakibatkan jumlah sel spermatid

menurun hal tersebut juga disebabkan

karena menurunnya konsentrasi hormon

FSH dan testosteron hal ini sejalan dengan

penelitian Satriyasa (2010). Penurunana

FSH menyebabkan perubahan struktur

sitoskletal sel sertoli sehingga mengurangi

kemampuan dalam mengikat spermatid,

sedangkan pada hormon testosteron akan

menyebabkan penurunan daya adhesi

antara sel spermatid dengan sel sertoli.

Penuruan FSH dan testosteron akan

menyebabakan sintesis protein untuk

spermatid terganggangu yang akhirnya

menyebabkan degenerasi sel spermatid.

Pada penampang melintang

testis juga nampak menurunnya kepadatan

spermatozoa dan bahkan tidak ditemukan

sama sekali dalam penampang tubulus

seminiferus disebabkan oleh menurunya

jumlah spermatid dan adanya gangguan

spermiogenesis sehingga spermatid

terhambat untuk berdiferensiasi menjadi

spermatozoa. Hal ini sejalan dengan

penelitian (Junqueira et. al. 1995) dalam

Harlis, 2006) selama fase pengamatan

spermatid menjadi spermatozoa, sitoplasma

residu dibuang dan difagositosis oleh sel

sertoli dan spermatozoa dilepaskan ke

dalam lumen tubulus, sehingga kadar

testosteron menurun ada kemungkinan

terjadinya penghambatan fase pematangan

sel spermatid melalui spermiogenesis

sehingga mengakibatkan jumlah

spermatozoa menurun. Pengamatan

histologi kepadatan spermatozoa disajikan

pada gambar 2 berikut:

(7)

Gambar 2. Irisan melintang testis memperlihatkan kepadatan spermatozoa setelah pemberian ekstrak tumbuhan

brotowali.

PENUTUP

Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian

menunjukkan bahwa pada penampang

melintang testis nampak jelas terjadi

penurunan jumlah sel sel spermatogenik

dalam tiap penampang tubulus seminiferous

mencit, pada semua perlakuan yang

diberikan ekstrak tumbuhan brotowali

seiring dengan meningkatnya dosis yang

diberikan

Saran

Berdasarkan hasil penelitian maka

saran yang dapat diajukan adalah perlu

dilakukan penelitian lanjutan mengenai

tanaman yang berfungsi meningkatkan

kualitas spermatozoa mencit.

DAFT AR PUSTAKA

Apriliani. M., Nurcahyani, N., dan Busman,

H., 2013, Efek Pemaparan

Kebisingan Terhadap Jumlah Sel-Sel Spermatogenik dan Diameter Tubulus Seminiferus Mencit (Mus

musculus, L.), Lembaga Penelitian Universitas Lampung. Lampung. Harlis W.O., 2006. Spermatogenesis dan

Kualitas Spermatozoa, Makalah

Biologi Sel, Fakultas Biologi,

Program Pascasarjana, Universitas Gadjah Madah, Yogyakarta.

., 2008. Kadar testosteron,

Spermatogenesis, dan Morfologi Spermatozoa Epididimis Tikus (Ratus novervegicus, L.) Setelah Diperlakukan Estrak Meniran (Phyllanthus niruri, L.). Tesis.

Sekolah Pascasarjana, UGM.

Yogyakarta.

Muharni, Elfita, dan Masyita, 2015, Isolasi Senyawa Metabolit Sekunder dari

Ekstrak n-Heksana Batang

Tumbuhan Brotowali (Tinospora

crisp, L.), Jurnal Molekul, 10 (1) : 38-44

Purwoistri, R.F., 2010, Pengaruh Ekstrak Biji Pepaya (Carica papaya, L.) terhadap Spermatogenesis dan Tebal Epitel Tubulus Seminiferus Testis Mencit (Mus musculus, L.) Jantan, Skripsi,

Universitas Islam Negeri (UIN)

Maulana Malik Ibrahim Malang, Malang.

Sari, F.M., Widiana, R., dan Sumarmin, R., 2012, Pengaruh Ekstrak Brotowali

(8)

(Tinospora crispa, L.) terhadap Penampilan Reproduksi Mencit (Mus musculus, L. Swiss Webster) Betina, Universitas Negeri Padang, Padang. Satriyasa, B.K., 2010, Fraksi Heksan dan

Fraksi Metanol Ekstrak Biji Pepaya

Muda dapat Menghambat

Spermatogonia Mencit Jantan (Mus musculus, L.), Tesis Tidak Diterbitkan, Malang: Jurusan F. Farmakologi, Universitas Undayana Bali.

Setyaningsih, R.V., 2011, Pengaruh

Pemberian Infus Simplisia Rosella (Hibiscus sabdariffa, L.) Secara Oral

terhadap Kualitas Spermatozoa

Mencit (Mus Musculus, L.) Jantan Galur DDY, Skripsi, Universitas Indonesia, Jakarta.

Sukadana, M.I., Rita, S.W., dan Koreh, R.F.,

2007, Isolasi dan Identifikasi

Senyawa Antimakan dari Batang

Tumbuhan Brotowali (Tinospora

tuberculata Beumee.), Jurnal Kimia, 1 (1) : 55-61

Supriati, R., Ranti, K., dan Karyadi, B.,

2011, Pengaruh Pemberian Getah Buah Pepaya (Carica papaya, L.) Muda terhadap Kadar Gula Darah

Mencit (Mus musculus Balb/C),

Jurnal Konservasi Hayati, 7 (1) : 20 Susetyarini, E., 2003, Efek Senyawa Aktif

Daun Beluntas terhadap Kadar Testoteron Tikus Putih (Ratus norwegicus) Jantan, Tesis Tidak Diterbitkan, Malang: Jurusan F.

MIPA-Biologi Universitas

Muhammadiyah Malang.

Syari, N.T., 2012, Pengaruh Pemberian Ekstrak Brotowali (Tinospora crispa, L.)

terhadap Perkembangan Folikel

Ovarium Tikus Putih (Rattus

norvegicus, L.), Skripsi, Universitas Negeri Yogyakarta, Yogyakarta. Widiana, R., dan Sumarmin, R., 2015,

Gambar

gambar 1:
gambar 2

Referensi

Dokumen terkait

12 ● ● Mengamati untuk Mengamati untuk mengidentifikasi dan mengidentifikasi dan merumuskan masalah merumuskan masalah tentang cara membuat tentang cara membuat video atau animasi

Untuk itulah, penelitian ini dilakukan untuk mengembangkan Kecamatan Balaraja sebagai PKWp Kabupaten Tangerang berbasis industri namun tetap mempertahankan sektor

Kemudian kesimpulan yang dapat ditarik dari sub masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : (1) Kesulitan belajar siswa kelas XI IPS 1 pada mata pelajaran sosiologi di SMA

Pada variabel motivasi individu dengan tingkat dukungan sosial yang dalam menjaga kesehatan selama kehamilan tinggi memiliki perasaan kuat bahwa individu subjek penelitian

sudah ada perunahan, ibu mengatakan BAB sudah tidak cair seperti kemarin dan sudah mau makan, sedangkan kasus II juga sama. Cairan sudah di berikan sesuai

Dalam hal ini adalah pengaruh pemanfaatan sarana dan prasarana pendidikan (pemanfaatan masjid, alat peraga, media pengajaran) terhadap motivasi belajar siswa MA

Gagasan Kebangsaan Taufiq Kiemas (TK) tersebut kemudian dikenal dengan istilah Empat Pilar Kehidupan Berbangsa dan Bernegara, yang terdiri dari Pancasila, Undang-Undang

Kesimpulan yang diperoleh berdasarkan hasil dan pembahasan pada penelitian ini menunjukkan adanya perkembangan siswa dalam aspek sikap dan keterampilan melalui kegiatan