• Tidak ada hasil yang ditemukan

KABUPATEN KEPULAUAN SIAU TAGULANDANG BIARO BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "KABUPATEN KEPULAUAN SIAU TAGULANDANG BIARO BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH"

Copied!
147
0
0

Teks penuh

(1)

LPPKD

Laporan Pelaksanaan Penanggulangan Kemiskinan Daerah

SITARO

2 0 1 6

TIM KOORDINASI PENANGGULANGAN KEMISKINAN DAERAH

(TKPKD)

(2)

KATA PENGANTAR

Dalam rangka meningkatkan efektivitas upaya penanggulangan kemiskinan,

Pemerintah Kabupaten Kepulauan Siau Tagulandang Biaro telah menerbitkan Surat

Keputusan Bupati Nomor: 26 Tahun 2016 tanggal 17 Januari 2016 tentang

Pembentukan Tim Koordinasi Penanggulangan Kemiskinan (TKPK) Kabupaten

Kepulauan Siau Tagulandang Biaro yang berpedoman pada Peraturan Presiden Nomor:

15 Tahun 2010 tentang Percepatan Penanggulangan Kemiskinan dan Peraturan Menteri

Dalam Negeri Nomor: 42 Tahun 2010 tentang Tim Koordinasi Penanggulangan

Kemiskinan Provinsi dan Kabupaten/Kota.

TKPK. Kab. Kep. Siau Tagulandang Biaro telah melaksanakan kegiatan koordinasi

dalamrangka percepatan program penanggulangan kemiskinan yang hasilnya dapat

dimanivestasikan dalam penyusunan Laporan Pelaksanaan Penanggulangan Kemiskinan

Daerah (LP2KD) Kabupaten Kepulauan Siau Tagulandang Biaro Tahun 2016.

Laporan ini menjelaskan tentang pelaksanaan penanggulangan kemiskinan

Kabupaten Kepulauan Siau Tagulandang Biaro yang di dalamnya menguraikan

perkembangan kondisi kemiskinan, hasil analisis prioritas penanggulangan kemiskinan,

perkembangan dan distribusi anggaran, rumusan kebijakan, strategi dan program

penanggulangan kemiskinan, pelaksanaan koordinasi TKPK Kabupaten Kepulauan Siau

Tagulandang Biaro dan agenda kegiatan pada tahun 2016.

Dengan tersusunnya laporan ini diharapkan dapat bermanfaat bagi seluruh

pemangku kepentingan dan menjadi acuan dalam perumusan kebijakan dan

program-program yang dapat menjamin percepatan penanggulangan kemiskinan di Kabupaten

Kepulauan Siau Tagulandang Biaro.

Ondong Siau, Januari 2016

KEPALA BAPPEDA

KAB. KEP. SIAU TAGULANDANG BIARO Sekretaris TKPKD

AGUS TONY POPUTRA, SE, MM, MA, Ak

PEMBINA

(3)

RINGKASAN EKSEKUTIF

Sejalan dengan komitmen Pemerintah dalam mencapai Tujuan Pembangunan

Millenium (Millenium Development Goals/MDGs) dimana salah satu tujuan utama yang

ingin dicapai didalamnya adalah memberantas kemiskinan dan kelaparan ekstrim, maka

pemerintah melakukan upaya-upaya percepatan penanggulangan kemiskinan secara

berkelanjutan. Dalam rangka mendukung upaya tersebut, Pemerintah telah

mengeluarkan Peraturan Presiden Nomor 15 Tahun 2010 tentang Percepatan

Penanggulangan Kemiskinan.

Sehubungan dengan Perpres tersebut, telah dikeluarkan Inpres No. 3 Tahun

2010 tentang Program Pembangunan yang Berkeadilan, dimana pelaksanaan program

pembangunan yang memiliki sasaran untuk rakyat diharapkan dapat difokuskan pada

program penanggulangan kemiskinan berbasis keluarga, pemberdayaan masyarakat

dan pemberdayaan usaha mikro dan kecil.

Terkait dengan hal tersebut Pemerintah Kabupaten Kepulauan Siau Tagulandang

Biaro telah merumuskan kebijakan dan strategi penanggulangan kemiskinan yang

terintegrasi dalam sistem perencanaan pembangunan daerah mulai dari RPJPD

2008-2028, RPJM 2013-2018, Rencana Kerja Pembangunan Daerah (RKPD), serta dalam

dokumen spesifik meliputi Rencana Aksi Daerah (RAD) Percepatan Pencapaian

Pembangunan Millenium Development Goals Kab. Kep. Siau Tagulandang Biaro, dan

Strategi Penanggulangan Kemiskinan Daerah (SPKD). Kebijakan dan strategi tersebut

diterjemahkan dalam berbagai program dan kegiatan tahunan pada masing-masing

Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) terintegrasi dengan program-program reguler

SKPD.

Dalam rangka sinkronisasi dan upaya mewujudkan sinergitas pelaksanaan

program, Bupati Kab. Kep. Siau Tagulandang Biaro telah membentuk Tim Koordinasi

Penanggulangan Kemiskinan Daerah (TKPKD) Kab. Kep. Siau Tagulandang Biaro,

(4)

DAFTAR ISI

Kata Pengantar i

Ringkasan Eksekutif ii

Daftar Isi iii

Daftar Grafik v

Daftar Kuadran xi

Daftar Tabel xii

BAB I PENDAHULUAN 1

1.1 Latar Belakang 1

1.2 Maksud dan Tujuan 2

1.3 Landasan Hukum 2

1.4 Sistematika Penulisan Laporan 3

BAB II KONDISI KEMISKINAN DI KAB KEP SIAU TAGULANDANG BIARO 5

2.1. Analisis Posisi Relatif 5

2.2. Analisis Antar Waktu 27

2.3. Analisis Efektifitas 48

2.4. Analisis Relevansi 68

BAB III ANALISIS PRIORITAS PENANGGULANGAN KEMISKINAN 87

3.1. Pengelompokan Bidang dan Indikator Utama 87

3.3. Prioritas Wilayah Intervensi 91

BAB IV ANGGARAN PENANGGULANGAN KEMISKINAN 97

4.1. Jumlah Anggaran 97

4.2. Distribusi Anggaran 97

4.3. Perkembangan Penurunan Kemiskinan 114

BAB V KEBIJAKAN STRATEGI DAN PROGRAM PENANGGULANGAN KEMISKINAN 116

5.1. Kebijakan 116

5.2. Strategi 123

5.3. Program dan Kegiatan Penanggulangan Kemiskinan 130

5.4. Penanganan Pengaduan Masyarakat 130

BAB VI KOORDINASI DAN PENGENDALIAN 141

6.1. Koordinasi Penanggulangan Kemiskinan 141

6.2. Permasalahan Pelaksanaan Koordinasi Penanggulangan Kemiskinan 144

6.3. Pelaksanaan Kegiatan Tahun 2016 144

6.4. Agenda KegiatanTahun 2017 145

6.5. Pengendalian Program Penanggulangan Kemiskinan 146

6.6. Permasalahan Dalam Koordinasi Penanggulangan Kemiskinan 147

BAB VII KESIMPULAN DAN REKOMENDASI 148

7.1 Kesimpulan 148

(5)

DAFTAR GRAFIK

1. Grafik 2.1.1.1 Posisi Relatif Tingkat Kemiskinan...6

2. Grafik 2.1.1.2 Posisi Relatif Garis Kemiskinan... ………6

3. Grafik 2.1.1.3 Posisi Relatif Jumlah Penduduk Miskin………7

4. Grafik 2.1.1.4 Posisi Relatif Indeks Kedalaman Kemiskinan...7

5. Grafik 2.1.1.5 Posisi Relatif Indeks Keparahan Kemiskinan...8

6. Grafik 2.1.2.1 Posisi Relatif Angka Kematian Bayi...8

7. Grafik 2.1.2.5 Posisi Relatif Rasio Bidan………...9

8. Grafik 2.1.2.6 Posisi Relatif Rasio Dokter...9

9. Grafik 2.1.2.9 Posisi Reltif Jarak Puskesmas Terdekat...10

10. Grafik 2.1.2.10 Posisi Relatif Jumlah Penduduk Miskin Dengan Keluhan Kesehata10 11. Grafik 2.1.2.11 Posisi Relatif Jumlah Penduduk Dengan Pengobatan Sendiri...11

12. Grafik 2.1.2.12 Posisi Relatif Jumlah Kelahiran Ditolong Tenaga Kesehatan Terlatih………..11

13. Grafik 2.1.2.13 Posisi Relatif Angka Morbiditas...12

14. Grafik 2.1.3.1 Posisi Relatif Angka Partisipasi Kasar SD/MI...12

15. Grafik 2.1.3.2 Posisi Relatif Angka Partisipasi Kasar SMP/MTs...13

16. Grafik 2.1.3.3 Posisi Relatif Angka Partisipasi Kasar SMA/MA...13

17. Grafik 2.1.3.4 Posisi Relatif Angka Partisipasi Murni SD/MI...13

18. Grafik 2.1.3.5 Posisi Relatif Angka Partisipasi Murni SMP/MTs...14

19. Grafik 2.1.3.6 Posisi Relatif Angka Partisipasi Murni SMA/MA...14

20. Grafik 2.1.3.7 Posisi Relatif Angka Putus Sekolah Usia 7-12 Tahun...14

21. Grafik 2.1.3.8 Posisi Relatif Angka Putus Sekolah Usia 13-15 Tahun...15

22. Grafik 2.1.3.9 Posisi Relatif Angka Putus Sekolah Usia 16-18...15

23. Grafik 2.1.3.10 Posisi Relatif Angka Buta Huruf Penduduk Usia 15+ Tahun...16

24. Grafik 2.1.3.11 Posisi Relatif Angka Buta Huruf Penduduk Usia 15-45 Tahun...16

25. Grafik 2.1.3.12 Posisi Relatif Angka Buta Huruf Penduduk Usia 45+ Tahun...17

26. Grafik 2.1.3.13 Posisi Jarak Sekolah Dasar (SD/MI)...17

27. Grafik 2.1.3.14 Posisi Relatif Jarak Sekolah Menengah Pertama (SMP/MTs)...18

28. Grafik 2.1.3.15 Posisi Relatif Jarak Sekolah Menengah Atas (SMA/MA)...18

29. Grafik 2.1.3.16 Posisi Relatif Jarak Sekolah Menengah Kejuruan...18

30. Grafik 2.1.3.17 Posisi Relatif Rasio Siswa/Kelas (SD/MI)...19

31. Grafik 2.1.3.19 Posisi Relatif Rasio Siswa/Kelas (SMA/MA)...19

32. Grafik 2.1.3.21 Posisi Relatif Rasio Guru/Kelas (SD/MI)...20

33. Grafik 2.1.3.23 Posisi Relatif Rasio Guru/Kelas (SMA/MA)...20

34. Grafik 2.1.3.25 Posisi Relatif Rasio Siswa/Guru (SD/MI)...21

35. Grafik 2.1.3.26 Posisi Relatif Rasio Siswa/Guru (SMP/MTs)………...21

36. Grafik 2.1.3.27 Posisi Relatif Rasio Siswa/Guru (SMA/...22

(6)

38. Grafik 2.1.4.1 Posisi Relatif Proporsi Rumah Tangga Dengan Sanitasi Layak...22

39. Grafik 2.1.4.2 Posisi Relatif Proporsi Rumah Tangga Dengan Air Minum Layak....23

40. Grafik 2.1.4.3 Posisi Relatif Proporsi Rumah Tangga Dengan Akses Listrik...23

41. Grafik 2.1.4.4 Posisi Relatif Proporsi Desa Dengan Akses Jalan...23

42. Grafik 2.1.4.5 Posisi Relatif Proporsi Desa Dengan Jaringan Listrik...24

43. Grafik 2.1.4.6 Posisi Relatif Aksesibilitas Pasar Tradisional...24

44. Grafik 2.1.6.1 Posisi Relatif Pertumbuhan Ekonomi………...24

45. Grafik 2.1.7.1 Posisi Relatif Jumlah Angkatan Kerja……...25

46. Grafik 2.1.7.2 Posisi Relatif Jumlah Angkatan Kerja Yang Bekerja...25

47. Grafik 2.1.7.3 Posisi Relatif Jumlah Angkatan Kerja Yang Bekerja Tidak Penuh....26

48. Grafik 2.1.7.4 Posisi Relatif Tingkat Kesempatan Kerja...26

49. Grafik 2.1.7.5 Posisi Relatif Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja...27

50. Grafik 2.2.1.1 Analisis Antar Waktu Tingkat Kemiskinan...27

51. Grafik 2.2.1.2 Analisis Antar Waktu Jumlah Penduduk Miskin...28

52. Grafik 2.2.1.3 Analisis Antar Waktu Indeks Kedalaman Kemiskinan...28

53. Grafik 2.2.1.4 Analisis Antar Waktu Indeks Keparahan Kemiskinan...29

54. Grafik 2.2.2.1 Analisis Antar Waktu Angka Kematian Bayi………...29

55. Grafik 2.2.2.5 Analisis Antar Waktu Rasio Bidan...30

56. Grafik 2.2.2.6 Analisis Antar Waktu Rasio Dokter...30

57. Grafik 2.2.2.9 Analisis Antar Waktu Jarak Puskesmas Terdekat...31

58. Grafik 2.2.2.10 Analisis Antar Waktu Penduduk Dengan Keluhan Kesehatan………31

59. Grafik 2.2.2.11 Analisis Antar Waktu Penduduk Dengan Pengobatan Sendiri……31

60. Grafik 2.2.2.12 Analisis Antar Waktu Kelahiran Ditolong Tenaga Kesehatan Terlatih...32

61. Grafik 2.2.2.13 Analisis Antar Waktu Angka Morbiditas...32

62. Grafik 2.2.3.1 Analisis Antar Waktu Angka Partisipasi Kasar SD/MI...33

63. Grafik 2.2.3.2 Analisis Antar Waktu Angka Partisipasi Kasar SMP/MTs...33

64. Grafik 2.2.3.3 Analisis Antar Waktu Angka Partisipasi kasar SMA/MA...34

65. Grafik 2.2.3.4 Analisis Antar Waktu Angka Partisipasi Murni SD/MI...34

66. Grafik 2.2.3.5 Analisis Antar Waktu Angka Partisipasi Murni SMP/MTs...35

67. Grafik 2.2.3.6 Analisis Antar Waktu Angka Partisipasi Murni SMA/MA...35

68. Grafik 2.2.3.7 Analisis Antar Waktu Angka Putus Sekolah Usia 7-12 Tahun...35

69. Grafik 2.2.3.8 Analisis Antar Waktu Angka Putus Sekolah Usia 13-15 Tahun...36

70. Grafik 2.2.3.9 Analisis Antar Waktu Angka Putus Sekolah Usia 16-18 Tahun...36

71. Grafik 2.2.3.10 Analisis Antar Waktu Angka Buta Huruf Usia 15+ Tahun...37

72. Grafik 2.2.3.11 Analisis Antar Waktu Angka Buta Huruf Usia 15-45 Tahun...37

73. Grafik 2.2.3.12 Analisis Antar Waktu Angka Buta Huruf Usia 45+ Tahun...37

74. Grafik 2.2.3.13 Analisis Antar Waktu Jarak Sekolah SD/MI...38

75. Grafik 2.2.3.14 Analisis Antar Waktu Jarak Sekolah SMP/MTs...38

76. Grafik 2.2.3.15 Analisis Antar Waktu Jarak Sekolah SMA/MA...39

77. Grafik 2.2.3.16 Analisis Antar Waktu Jarak Sekolah SMK...39

(7)

79. Grafik 2.2.3.18 Analisis Antar Waktu Rasio Siswa/Kelas (SMP/MTs)...40

80. Grafik 2.2.3.19 Analisis Antar Waktu Rasio Siswa/Kelas (SMA/MA)...40

81. Grafik 2.2.3.20 Analisis Antar Waktu Rasio Siswa/Kelas (SMK)...40

82. Grafik 2.2.3.21 Analisis Antar Waktu Rasio Guru/Kelas (SD/MI)...41

83. Grafik 2.2.3.22 Analisis Antar Waktu Rasio Guru/Kelas (SMP/MTs)...41

84. Grafik 2.2.3.23 Analisis Antar Waktu Rasio Guru/Kelas (SMA/MA)...41

85. Grafik 2.2.3.25 Analisis Antar Waktu Rasio Siswa/Guru (SD/MI)...42

86. Grafik 2.2.3.26 Analisis Antar Waktu Rasio Siswa/Guru (SMP/MTs)...42

87. Grafik 2.2.3.27 Analisis Antar Waktu Rasio Siswa/Guru (SMA/MA)...42

88. Grafik 2.2.3.28 Analisis Antar Waktu Rasio Siswa/Guru (SMK)...43

89. Grafik 2.2.4.1 Analisis Antar Waktu Proporsi RT Dengan Sanitasi Layak………43

90. Grafik 2.2.4.2 Analisis Antar Waktu Proporsi RT Dengan Air Minum Layak...44

91. Grafik 2.2.4.3 Analisis Antar Waktu Proporsi RT Dengan Akses Listrik...44

92. Grafik 2.2.4.4 Analisis Antar Waktu Proporsi Desa Dengan Akses Jalan...45

93. Grafik 2.2.4.5 Analisis Antar Waktu Proporsi Desa Dengan Jaringan Listrik...45

94. Grafik 2.2.4.6 Analisis Antar Waktu Aksesibilitas Pasar Tradisional...45

95. Grafik 2.2.6.1 Analisis Antar Waktu Pertumbuhan Ekonomi...46

96. Grafik 2.2.7.1 Analisis Antar Waktu Jumlah Angkatan Kerja...46

97. Grafik 2.2.7.2 Analisis Antar Waktu Jumlah Angkatan Kerja Yang Bekerja...47

98. Grafik 2.2.7.3 Analisis Antar Waktu Angkatan Kerja Yang Bekerja Tidak Penuh...47

99. Grafik 2.2.7.4 Analisis Antar Waktu Tingkat Kesempatan Kerja...48

100. Grafik 2.2.7.5 Analisis Antar Waktu Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja...48

101. Grafik 2.3.1.1 Analisis Efektifitas Tingkat Kemiskinan...49

102. Grafik 2.3.1.2 Analisis Efektifitas Jumlah Penduduk Miskin...49

103. Grafik 2.3.1.3 Analisis Efektifitas Indeks Kedalaman Kemiskinan...49

104. Grafik 2.3.1.4 Analisis Efektifitas Indeks Keparahan Kemiskinan...50

105. Grafik 2.3.2.1 Analisis Efektifitas Angka Kematian Bayi...50

106. Grafik 2.3.2.5 Analisis Efektifitas Rasio Bidan…...51

107. Grafik 2.3.2.6 Analisis Efektifitas Rasio Dokter...52

108. Grafik 2.3.2.9 Analisis Efektifitas Jarak Puskesmas Terdekat...52

109. Grafik 2.3.2.10 Analisis Efektifitas Penduduk Dengan Keluhan Kesehatan...53

110. Grafik 2.3.2.11 Analisis Efektifitas Penduduk Dengan Pengobatan Sendiri...53

111. Grafik 2.3.2.12 Analisis Efektifitas Kelahiran Ditolong Tenaga Kesehatan Terlatih...53

112. Grafik 2.3.2.13 Analisis Efektifitas Angka Morbiditas...54

113. Grafik 2.3.3.1 Analisis Efektifitas Angka Partisipasi Kasar SD/MI...54

114. Grafik 2.3.3.2 Analisis Efektifitas Angka Partisipasi Kasar SMP/MTs...54

115. Grafik 2.3.3.3 Analisis Efektifitas Angka Partisipasi Kasar SMA/MA...55

116. Grafik 2.3.3.4 Analisis Efektifitas Angka Partisipasi Murni SD/MI...55

117. Grafik 2.3.3.5 Analisis Efektifitas Angka Partisipasi Murni SMP/MTs...55

118. Grafik 2.3.3.6 Analisis Efektifitas Angka Partisipasi Murni SMA/MA...56

(8)

120. Grafik 2.3.3.8 Analisis Efektifitas Angka Putus Sekolah Usia 13-15 Tahun...56

121. Grafik 2.3.3.9 Analisis Efektifitas Angka Putus Sekolah Usia 16-18 Tahun...57

122. Grafik 2.3.3.10 Analisis Efektifitas Angka Buta Huruf Usia 15+ Tahun...57

123. Grafik 2.3.3.11 Analisis Efektifitas Angka Buta Huruf Usia 15-45 Tahun...57

124. Grafik 2.3.3.12 Analisis Efektifitas Angka Buta Huruf Usia 45+ Tahun...58

125. Grafik 2.3.3.13 Analisis Efektifitas Jarak Sekolah SD/MI...58

126. Grafik 2.3.3.14 Analisis Efektifitas Jarak Sekolah SMP/MTs...58

127. Grafik 2.3.3.15 Analisis Efektifitas Jarak Sekolah SMA/MA...59

128. Grafik 2.3.3.16 Analisis Efektifitas Jarak Sekolah SMK...59

129. Grafik 2.3.3.17 Analisis Efektifitas Rasio Siswa/Kelas SD/MI...59

130. Grafik 2.3.3.18 Analisis Efektifitas Rasio Siswa/Kelas SMP/MTs...60

131. Grafik 2.3.3.19 Analisis Efektifitas Rasio Siswa/Kelas SMA/MA...60

132. Grafik 2.3.3.20 Analisis Efektifitas Rasio Siswa/Kelas SMK...60

133. Grafik 2.3.3.21 Analisis Efektifitas Rasio Guru/Kelas SD/MI...61

134. Grafik 2.3.3.22 Analisis Efektifitas Rasio Guru/Kelas SMP/MTs...61

135. Grafik 2.3.3.23 Analisis Efektifitas Rasio Guru/Kelas SMA/MA...61

136. Grafik 2.3.3.25 Analisis Efektifitas Rasio Siswa/Guru SD/MI...62

137. Grafik 2.3.3.26 Analisis Efektifitas Rasio Siswa/Guru SMP/MTs...62

138. Grafik 2.3.3.27 Analisis Efektifitas Rasio Siswa/Guru SMA/MA...63

139. Grafik 2.3.3.28 Analisis Efektifitas Rasio Siswa/Guru SMK...63

140. Grafik 2.3.4.1 Analisis Efektifitas Proporsi RT Dengan Sanitasi Layak...63

141. Grafik 2.3.4.2 Analisis Efektifitas Proporsi RT Dengan Air Minum Layak...64

142. Grafik 2.3.4.3 Analisis Efektifitas Proporsi RT Dengan Akses Listrik...64

143. Grafik 2.3.4.4 Analisis Efektifitas Proporsi Desa Dengan Akses Jalan...64

144. Grafik 2.3.4.5 Analisis Efektifitas Proporsi Desa Dengan Jaringan Listrik...65

145. Grafik 2.3.4.6 Analisis Efektifitas Aksesibilitas pasar Tradisional...65

146. Grafik 2.3.6.1 Analisis Efektifitas Pertumbuhan Ekonomi...66

147. Grafik 2.3.7.1 Analisis Efektifitas Jumlah Angkatan Kerja...66

148. Grafik 2.3.7.2 Analisis Efektifitas Jumlah Angkatan Kerja Yang Bekerja...66

149. Grafik 2.3.7.3 Analisis Efektifitas Angkatan Kerja Yang Bekerja Tidak Penuh...67

150. Grafik 2.3.7.4 Analisis Efektifitas Tingkat Kesempatan Kerja...67

152. Grafik 2.3.7.5 Analisis Efektifitas Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja...67

153. Grafik 2.4.1.1 Relevansi Tingkat Kemiskinan...68

154. Grafik 2.4.1.2 Relevansi Jumlah Penduduk Miskin...68

155. Grafik 2.4.1.3 Relevansi Indeks Kedalaman Kemiskinan...69

156. Grafik 2.4.1.4 Relevansi Indeks Keparahan Kemiskinan...69

157. Grafik 2.4.2.1 Relevansi Angka Kematian Bayi...69

158. Grafik 2.4.2.5 Relevansi Rasio Bidan...70

159. Grafik 2.4.2.6 Relevansi Rasio Dokter...70

160. Grafik 2.4.2.7 Relevansi Prevelensi Balita Gizi Buruk...71

161. Grafik 2.4.2.8 Relevansi Prevelensi Balita Gizi Kurang...71

(9)

163. Grafik 2.4.2.10 Relevansi Penduduk Dengan Keluhan Kesehatan...72

164. Grafik 2.4.2.11 Relevansi Penduduk Dengan Pengobatan Sendiri...72

165. Grafik 2.4.2.12 Relevansi Jumlah Kelahiran Ditolong Tenaga Kesehatan Terlatih...72

166. Grafik 2.4.2.13 Relevansi Angka Morbiditas...73

167. Grafik 2.4.3.1 Relevansi Angka Partisipasi Kasar SD/MI...73

168. Grafik 2.4.3.2 Relevansi Angka Partisipasi Kasar SMP/MTs... ……74

169. Grafik 2.4.3.3 Relevansi Angka Partisipasi Kasar SMA/MA...74

170. Grafik 2.4.3.4 Relevansi Angka Partisipasi Murni SD/MI...74

171. Grafik 2.4.3.5 Relevansi Angka Partisipasi Murni SMP/MTs...75

172. Grafik 2.4.3.6 Relevansi Angka Partisipasi Murni SMA/MA...75

173. Grafik 2.4.3.7 Relevansi Angka Putus Sekolah Usia 7-12 Tahun...75

174. Grafik 2.4.3.8 Relevansi Angka Putus Sekolah Usia 13-15 Tahun...76

175. Grafik 2.4.3.9 Relevansi Angka Putus Sekolah Usia 16-18 Tahun...76

176. Grafik 2.4.3.10 Relevansi Angka Buta Huruf Penduduk Usia 15+ Tahun...76

177. Grafik 2.4.3.11 Relevansi Angka Buta Huruf Penduduk Usia 15-45 Tahun...77

178. Grafik 2.4.3.12 Relevansi Angka Buta Huruf Penduduk Usia 45+ Tahun...77

179. Grafik 2.4.3.13 Relevansi Jarak Sekolah SD/MI...77

180. Grafik 2.4.3.14 Relevansi Jarak Sekolah SMP/MTs...78

181. Grafik 2.4.3.15 Relevansi Jarak Sekolah SMA/MA...78

182. Grafik 2.4.3.16 Relevansi Angka Partisipasi Murni SMA/MA...75

183. Grafik 2.4.3.17 Relevansi Rasio Siswa/Kelas SD/MI...79

184. Grafik 2.4.3.18 Relevansi Rasio Siswa/Kelas SMP/MTs...79

185. Grafik 2.4.3.19 Relevansi Rasio Siswa/Kelas SMA/MA...79

186. Grafik 2.4.3.20 Relevansi Rasio Guru/Kelas SMK...80

187. Grafik 2.4.3.21 Relevansi Rasio Guru/Kelas SD/MI...80

188. Grafik 2.4.3.22 Relevansi Rasio Guru/Kelas SMP/MTs...80

189. Grafik 2.4.3.23 Relevansi Rasio Guru/Kelas SMA/MA...81

190. Grafik 2.4.3.25 Relevansi Rasio Siswa/Guru SD/MI...81

191. Grafik 2.4.3.26 Relevansi Rasio Siswa/Guru SMP/MTs...81

183. Grafik 2.4.3.27 Relevansi Rasio Siswa/Guru SMA/MA...82

184. Grafik 2.4.3.28 Relevansi Rasio Siswa/Guru SMK...82

185. Grafik 2.4.4.1 Relevansi Proporsi RT Dengan Sanitasi Layak...82

186. Grafik 2.4.4.2 Relevansi Proporsi RT Dengan Air Minum Layak...83

187. Grafik 2.4.4.3 Relevansi Proporsi RT Dengan Akses Listrik...83

188. Grafik 2.4.4.4 Relevansi Proporsi Desa Dengan Akses Jalan...83

189. Grafik 2.4.4.5 Relevansi Proporsi Desa Dengan Jaringan Listrik...84

190. Grafik 2.4.4.6 Relevansi Aksesibiitas Pasar Tradisional...84

191. Grafik 2.4.6.1 Relevansi Pertumbuhan Ekonomi...85

188. Grafik 2.4.7.4 Relevansi Tingkat Kesempatan Kerja...83

189. Grafik 2.4.7.5 Relevansi Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja...84

(10)

DAFTAR KUADRAN

1) Persentase Penduduk Miskin – Angka Kematian Bayi...92

2) Persentase Penduduk Miskin – Angka Partisipasi Kasar SMP/MTs...93

3) Persentase Penduduk Miskin – Angka Putus Sekolah Usia 7-12 Tahun……...94

(11)

DAFTAR TABEL

1. Tabel 3.1. Perincian indikator utama dan indikator pendukung pada

masing-masing kelompok bidang ...87

2. Tabel 3.2. Indikator utama bidang kesehatan, pendidikan, infrastruktur dasar

Dan ketahanan pangan yang perlu mendapatkan intervensi...94

3. Tabel 4.1. Distribusi Anggaran………...102

(12)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kemiskinan adalah besarnya pengeluaran penduduk dibandingkan dengan garis

kemiskinan. Penduduk yang memiliki rata-rata pengeluaran per kapita per bulan di

bawah Garis Kemiskinan adalah penduduk yang termasuk dalam kategori miskin.

Kemiskinan terjadi karena kondisi sosial budaya, politik dan perekonomian. Salah satu

kondisi yang sering memicu timbulnya kemiskinan adalah kenaikan harga-harga barang

yang sulit dikendalikan sehingga berdampak pada menurunnya daya beli masyarakat

khususnya masyarakat kelas menengah ke bawah. Kondisi lain yang menjadi penyebab

kemiskinan adalah minimnya lapangan pekerjaan sehingga berdampak pada tingginya

angka pengangguran.

Pemerintah terus melaksanakan upaya untuk menanggulangi kemiskinan, namun

hasilnya masih belum optimal. Dalam rangka mendukung upaya tersebut, Pemerintah

telah mengeluarkan Peraturan Presiden Nomor 15 Tahun 2010 tentang Percepatan

Penanggulangan Kemiskinan. Sejalan dengan Perpres tersebut, ditelah dikeluarkan pula

Inpres No. 3 Tahun 2010 tentang Program Pembangunan yang Berkeadilan, dimana

pelaksanaan program pembangunan yang memiliki sasaran untuk rakyat diharapkan

dapat difokuskan pada program penanggulangan kemiskinan berbasis keluarga,

pemberdayaan masyarakat dan pemberdayaan Usaha Mikro dan Kecil.

Terkait dengan hal tersebut Pemerintah Kabupaten Kepulauan Siau Tagulandang

Biaro telah merumuskan kebijakan dan strategi terkait dengan penanggulangan

kemiskinan yang terintegrasi dalam sistem perencanaan pembangunan daerah mulai

dari RPJPD 2008-2028, RPJMD 2013-2018, Rencana Kerja Pembangunan Daerah

(RKPD), serta dalam dokumen spesifik melalui Strategi Penanggulangan Kemiskinan

Daerah (SPKD) 2016-2021. Kebijakan dan strategi tersebut diterjemahkan dalam

berbagai program dankegiatan tahunan pada masing-masing Satuan Kerja Perangkat

Daerah (SKPD) terintegrasi dengan program-program reguler SKPD tersebut.

Dalam rangka sinkronisasi dan upaya mewujudkan sinergitas pelaksanaan

program, Bupati Kepulauan Siau Tagulandang Biaro telah membentuk Tim Koordinasi

Penanggulangan Kemiskinan Daerah (TKPKD), melalui Surat Keputusan Bupati Nomor

81 Tahun 2016.

Dalam rangka memberikan gambaran tentang upaya-upaya Pemerintah

Kabupaten Kepulauan Siau Tagulandang Biaro dalam melaksanakan program-program

(13)

1.2 Maksud dan Tujuan

Maksud dan tujuan penyusunan Laporan Pelaksanaan Penanggulangan

Kemiskinan Daerah (LP2KD) Kabupaten Kepulauan Siau Tagulandang Biaro Tahun 2016

ini adalah :

1. Memberikan gambaran tentang kondisi kemiskinan terkini.

2. Memberikan gambaran tentang perkembangan dan permasalahan yang

terjadi dalam pelaksanaan program penanggulangan kemiskinan.

3. Memberikan rekomendasi serta saran dalam rangka mendukung keberhasilan

pelaksanaan program penanggulangan kemiskinan sebagaimana yang

termuat dalam dokumen Strategi Penanggulan Kemiskinan daerah (SPKD)

2016-2021.

1.3 Landasan Hukum

1. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan

Pembangunan Nasional;

3. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah

sebagaimana telah diubah beberapa kali, terakhir dengan Undang-Undang

Nomor 12 Tahun 2008 tentang Perubahan Kedua Atas Undang-Undang

Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah;

4. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2007 tentang Rencana Pembangunan

Jangka Panjang Nasional 2005-2025;

5. Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2009 tentang Kesejahteraan Sosial;

6. Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan

Pemerintahan antara Pemerintah, Pemerintahan Daerah Provinsi,

Pemerintahan Daerah Kabupaten/Kota;

7. Peraturan Pemerintah Nomor 41 Tahun 2007 tentang Organisasi Perangkat

Daerah;

8. Peraturan Presiden Nomor 15 Tahun 2010 tentang Percepatan

Penanggulangan Kemiskinan;

9. Instruksi Presiden Nomor 1 Tahun 2010 tentang Percepatan Pelaksanaan

Prioritas Pembangunan Nasional Tahun 2010;

10. Instruksi Presiden Nomor 3 Tahun 2010 tentang Program Pembangunan

yang Berkeadilan;

11. Peraturan Daerah Kabupaten Kepulauan Siau Tagulandang Biaro Nomor 1

Tahun 2009 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah

(RPJPD) Kabupaten Kepulauan Siau Tagulandang Biaro Tahun 2008 –2028;

12. Peraturan Daerah Kabupaten Kepulauan Siau Tagulandang Biaro Nomor 6

Tahun 2014 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah

(14)

13. Peraturan Bupati Kepulauan Siau Tagulandang Biaro Nomor 11 Tahun 2015

tentang Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) Kabupaten Kepulauan

Siau Tagulandang Biaro Tahun 2016;

18. Peraturan Bupati Kepulauan Siau Tagulandang Biaro Nomor 21 Tahun 2015

tentang Penjabaran Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD)

Kabupaten Kepulauan Siau Tagulandang Biaro Tahun 2016;

19. Surat Keputusan Bupati Kepulauan Siau Taulandang Biaro Nomor : 81 Tahun

2016 tentang Pembentukan Tim Koordinasi Penanggulangan Kemiskinan

Kabupaten Kepulauan Siau Tagulandang Biaro Tahun 2016;

1.4 Sistematika Penulisan Laporan

LP2KD Kabupaten Kepulauan Siau Taulandang BiaroTahun 2016 ini disusun

dengan sistematika sebagai berikut :

Bab I. Pendahuluan

1.1. Latar Belakang

1.2. Maksud dan Tujuan

1.3. Landasan Hukum

1.4. Sistematika Penulisan Laporan

Bab II. Kondisi Kemiskinan di Kab. Kep. Siau Tagulandang Biaro Tahun 2016

2.1. Analisis Posisi Relatif

2.2. Analisis Antar Waktu

2.3. Analisis Efektifitas

2.4. Analisis Relevansi

Bab III Pengelompokan Bidang dan Indikator

3.1. Pengelompokan Bidang dan Indikator Utama

3.2. Prioritas Wilayah Intervensi

Bab IV Anggaran Penanggulangan Kemiskinan di Kab. Kep. Siau Tagulandang

Biaro

4.1. Jumlah Anggaran

4.2. Distribusi Anggaran

4.3. Perkembangan Penurunan Kemiskinan

Bab V Kebijakan, Strategi dan Program Penanggulangan Kemiskinan di

Daerah

5.1. Kebijakan

5.2. Strategi

5.3. Program dan Kegiatan Penanggulangan Kemiskinan

5.4. Penanganan Pengaduan Masyarakat

Bab VI Koordinasi dan Pengendalian Program Penanggulangan Kemiskinan

6.1. Koordinasi Penanggulangan Kemiskinan

6.2. Permasalahan Pelaksanan Koordinasi Penanggulangan Kemiskinan

(15)

6.4. Agenda KegiatanTahun 2017

6.5. Pengendalian Program Penanggulangan Kemiskinan

6.6. Permasalahan dalam Koordinasi Penanggulangan Kemiskinan

Bab VII Kesimpulan dan Ringkasan Rekomendasi

7.1. Kesimpulan

(16)

BAB II

KONDISI KEMISKINAN

DI KABUPATEN KEPULAUAN SIAU TAGULANDANG

BIARO

TAHUN 2016

Kondisi Kemiskinan di Kabupaten Kepulauan Siau Tagulandang Biaro yang akan

ditampilkan berikut ini, adalah kondisi berdasarkan data yang diminta dari TNP2K

melalui surat permintaan data dari Bupati Kepulauan Siau Tagulandang Biaro Bulan

Januari 2016 hasil Pemutakhiran Basis data Terpadu Tahun 2015 di Sekretariat TNP2K

Jakarta. Pada data tersebut telah termuat semua indikator kemiskinan daerah yang

diinput melaui aplikasi TNP2K sehingga untuk kondisi kemiskinan Kabupaten Kepulauan

Siau Tagulandang Biaro sampai dengan akhir tahun 2015 dari Badan Pusat Statistik

(BPS) telah tergambarkan. Data yang ditampilkan berikut ini berdasarkan urutan yang

ada di aplikasi yaitu bidang Kemiskinan Daerah, Bidang Kesehatan, Bidang Pendidikan,

Bidang Infrastruktur Dasar, Bidang Ketahanan Pangan, Bidang Ekonomi dan Bidang

Daerah dan juga masing-masing bidang tersebut akan menjelaskan berdasarkan

analisis-analisis yang digunakan yaitu Analisis Posisi Relatif, Analisis Antar Waktu,

Analisis Efektifitas dan Analisis Relevansi, serta menjelaskan indikator pada

masing-masing bidang tersebut.

2.1 Analisis Posisi Relatif

Analisis Posisi relatif adalah analisis yang gambaran posisi kondisi indikator

Kemiskinan Kabupaten Kepulauan Siau Tagulandang Biaro di antara Kabupaten dan

Kota yang ada di Provinsi Sulawesi Utara, serta membanding posisi Provinsi Sulawesi

Utara di antara seluruh Provinsi yang ada di Indonesia dan kondisi indikator kemiskinan

Nasional.

2.1.1 Bidang Kemiskinan Daerah

Analisis Posisi relatif untuk bidang Kemiskinan daerah meliputi tingkat kemiskinan

daerah, jumlah penduduk miskin, tingkat kedalaman kemiskinan dan tingkat kedalaman

kemiskinan, yang menampilkan posisi Kabupaten Kepulauan Siau Tagulandang Biaro di

antara Kab/Kota se-Provinsi Sulawesi Utara.

2.1.1.1 Tingkat Kemiskinan (%)

Tingkat Kemiskinan Kabupaten Kepulauan Siau Tagulandang Biaro sampai

dengan Tahun 2015 berada pada angka 16,09% atau mengalami kenaikan sebesar

5,06% dari sebelunya sebesar 11,03%. Posisi Relatif untuk tingkat kemiskinan

Kabupaten Kepulauan Siau Tagulandang Biaro sampai dengan dibuatnya laporan ini

(17)

berada pada urutan ke-4 (empat) tertinggi di antara Kabupaten Kota yang ada Provinsi

Sulawesi Utara, di bawah Kabupaten Minahasa Tenggara (15,76%), Kabupaten Bolaang

Mongondow Selatan (15,00%) dan Kabupaten Sangihe (11,84%). Sedangkan 4

(empat) daerah terendah masing-masing Kota Manado (4,81%), Kota Kotamobagu

(5,75%), Kota Tomohon (6,32%) dan Kota Bitung (6,34%) Untuk lebih lengkapnya

dapat dilihat pada grafik di bawah ini :

Grafik 2.1.1.1

Posisi Relatif Tingkat Kemiskinan (%) Provinsi Sulawesi Utara Tahun 2014 ---Nasional (10,96) ---Provinsi (8,26)

2.1.1.2 Garis Kemiskinan (Rp)

Garis kemiskinan Kab. Kep. Siau Tagulandang Biaro tahun 2015 juga belum

dipublikasi oleh BPS, dan jika dari tahun 2015 urutan ke-5 (lima) terendah yaitu sebesar

Rp. 234.439,56 berada di atas Kab. Bolaang Mongondow Utara, Kab. Kep. Sangihe,

Kab. Kep. Talaud dan Kabupaten Minahasa.

Grafik 2.1.1.2

Posisi Relatif Garis Kemiskinan (%) Provinsi Sulawesi Utara Tahun 2014 ---Nasional (0,00) ---Provinsi (0,00)

2.1.1.3 Jumlah Penduduk Miskin (Jiwa)

Jumlah Penduduk Miskin di Kab. Kep. Siau Tagulandang Biaro untuk Tahun 2015

adalah sebesar 10.549 jiwa atau mengalami kenaikan sebesar 3.339 jiwa dari tahun

sebelumnya yang berjumlah 7.210 jiwa. Analisis Posisi Relatif untuk tahun 2015 belum

(18)

Grafik 2.1.1.3

Posisi Relatif Jumlah Penduduk Miskin (Jiwa) Provinsi Sulawesi Utara Tahun 2014

---Nasional (0,00) ---Provinsi (0,00)

2.1.1.4 Tingkat Kedalaman Kemiskinan (P1)

Indeks P1 menunjukkan jarak konsumsi penduduk miskin dari standar yang telah

menjadi tetapan di suatu daerah. Semakin tinggi indeks kedalaman berarti semakin

jauh jarak konsumsi penduduk miskin dari standar konsumsi. Pada Grafik 2.1.1.3

terlihat bahwa indeks P1 Kab. Kep. Siau Tagulandang Biaro tahun 2014 adalah sebesar

1,35 berada urutan ke-7 tertinggi di antara Kab/Kota di Provinsi Sulawesi Utara.

Grafik 2.1.1.4

Posisi Relatif Indeks Kedalaman Kemiskinan (Jiwa)

Provinsi Sulawesi Utara Tahun 2013 ---Nasional (1,89) ---Provinsi (1,16)

2.1.1.5 Tingkat Keparahan Kemiskinan (P2)

Pengukuran Indeks P2 bertujuan untuk melihat seberapa parah tingkat

kemiskinan di suatu daerah. Indeks P2 untuk Kab. Kep. Siau Tagulandang Biaro adalah

(19)

Grafik 2.1.1.5

Posisi Relatif Indeks Keparahan Kemiskinan (P2) (Indeks) Provinsi Sulawesi Utara Tahun 2013

---Nasional (0,48) ---Provinsi (0,28)

2.1.2 Bidang Kesehatan

Analisis Posisi relatif untuk bidang kesehatan meliputi angka kematian bayi,

balita, ibu melahirkan, Prevelensi balita kurang gizi, rasio bidan, rasio dokter, prevelensi

balita gizi buruk, balita gizi kurang, jarak puskesmas terdekat, Jumlah Penduduk

Dengan Keluhan Kesehatan, Dengan Pengobatan Sendiri, Jumlah Kelahiran Ditolong

Tenaga Kesehatan Terlatih dan Angka Morbiditas yang menampilkan posisi di Provinsi

Sulawesi Utara.

2.1.2.1 Angka Kematian Bayi

Angka kematian bayi di Kab. Kep. Siau Tagulandang Biaro untuk tahun 2013

adalah sebesar 28,91%, atau di atas Provinsi tapi lebih baik dari Nasional sebesar.

Grafik 2.1.2.1

Posisi Relatif Angka Kematian Bayi (AKB) (Per 1.000 Kelahiran Hidup) Provinsi Sulawesi Utara Tahun 2009

---Nasional (31,42) ---Provinsi (21,43)

2.1.2.2 Angka Kematian Balita

Angka Kematian Balita di Kab. Kep. Siau Tagulandang Biaro, belum ada data.

2.1.2.3 Angka Kematian Ibu Melahirkan

Angka Kematian Ibu melahirkan, belum diterimanya data dari BPS.

2.1.2.4 Prevelensi Balita Kekurangan Gizi

(20)

2.1.2.5 Rasio Bidan

Rasio bidan untuk analisis posisi relatif, terlihat pada grafik di bawah ini.

Grafik 2.1.2.5

Posisi Relatif Rasio Bidan Provinsi Sulawesi Utara Tahun 2014

---Nasional (59.53) ---Provinsi (67.14)

terlihat pada grafik di bawah ini.

Grafik 2.1.2.6

Posisi Relatif Rasio Dokter Provinsi Sulawesi Utara Tahun 2014 ---Nasional (19.52) ---Provinsi (53.81)

2.1.2.7 Prevelensi Balita Gizi Buruk

Prevelensi balita gizi untuk analisis posisi relatif belum diterimanya data dari BPS.

2.1.2.8 Prevelensi Balita Gizi Kurang

Prevelensi balita gizi kurang untuk analisis posisi relatif belum diterimanya data.

2.1.2.9 Jarak Puskesmas Terdekat

Untuk analisis posisi relatf jarak puskesmas terdekat di Kab. Kep. Siau

Tagulandang Biaro adalah sebesar 3,97 Km. Angka ini masih lebih baik dari provinsi

yaitu sebesar 5,73 Km dan Nasional yaitu sebesar 10,05 Km dan berada pada urutas

(21)

Grafik 2.1.1.5

Posisi Relatif Jarak Puskesmas Terdekat (Km) Provinsi Sulawesi Utara Tahun 2014

---Nasional (8.97) ---Provinsi (5.18)

2.1.2.10 Jumlah Penduduk Dengan Keluhan Kesehatan

Persentase jumlah penduduk dengan keluhan kesehatan untuk analisis posisi

relative di Kab. Kep. Siau Tagulandang Biaro adalah sebesar 12,51%.

Grafik 2.1.2.10

Posisi Relatif Jumlah Penduduk dengan Keluhan Kesehatan (%) Provinsi Sulawesi Utara Tahun 2014

---Nasional (29.22) ---Provinsi (26.38)

2.1.2.11 Jumlah Penduduk Dengan Pengobatan Sendiri

Data untuk jumlah penduduk dengan pengobatan sendiri sangat berkaitan

dengan data jumlah penduduk dengan keluhan kesehatan, yaitu 60,33% dan

berbanding terbalik dengan angka jumlah penduduk dengan keluhan kesehatan yang

sangat rendah yaitu 12,51%.

Grafik 2.1.1.5

Posisi Relatif Jumlah Penduduk dengan Pengobatan Sendiri (%) Provinsi Sulawesi Utara Tahun 2014

(22)

2.1.2.12 Jumlah Kelahiran Ditolong Tenaga Kesehatan Terlatih

Untuk angka posisi relatif kelahiran ditolong tenaga kesehatan terlatih sudah

cukup baik hal ini terlihat pada angka 74,76%. Walaupun masih berada dibawah

rata-rata provinsi dan nasional, tapi angka ini sudah tergolong cukup baik dan berada pada

urutan ke-6 terendah di antara Kab/Kota se-Provinsi Sulawesi Utara.

Grafik 2.1.2.12

Posisi Relatif Kelahiran Ditolong Tenaga Kesehatan Terlatih (%) Provinsi Sulawesi Utara Tahun 2014

---Nasional (87.09) ---Provinsi (88.94)

masalah kesehatan di Kab. Kep. Siau Tagulandang Biaro cukup rendah.

Grafik 2.1.2.13

Posisi Relatif Angka Morbiditas (%) Provinsi Sulawesi Utara Tahun 2014

---Nasional (14.01) ---Provinsi (15.36)

2.1.3 Bidang Pendidikan

2.1.3.1 Angka Partisipasi Kasar SD/MI

Perhitungan angka partisipasi kasar untuk Sekolah Dasar di Kab. Kep. Siau

Tagulandang Biaro adalah sebesar 114,95% dan tertinggi ke-2 se Kab/Kota di Provinsi

(23)

Grafik 2.1.3.1

2.1.3.2 Angka Partisipasi Kasar SMP/MTs

Untuk angka Partisipasi Kasar Sekolah Menengah Pertama, Kab. Kep. Siau

Tagulandang Biaro memiliki persentase terendah diantara seluruh Kab/Kota se-Provinsi

Sulawesi Utara. Hal ini jelas juga berada di bawah persentase provinsi sebesar 84,94%

dan Nasional sebesar 85,81% yang terlihat pada Grafik 2.1.3.2 di bawah ini :

Grafik 2.1.3.2

2.1.3.3 Angka Partisipasi Kasar SMA/MA

Jika partisipasi kasar SMP memiliki persentase terendah untuk analisis posisi

relatif, berbeda halnya dengan angka partisipasi SMA dengan persentase sebesar

96,95%.

Tabel 2.1.3.3

2.1.3.4 Angka Partisipasi Murni SD/MI

Angka partisipasi murni Sekolah Dasar untuk tahun 2013 di Kab. Kep. Siau

(24)

Grafik 2.1.3.4

2.1.3.5 Angka Partisipasi Murni SMP/MTs

Angka partisipasi murni Sekolah Menengah Pertama di Kab. Kep. Siau

Tagulandang Biaro adalah 57,96. Angka ini jauh di bawah persentase Provinsi dan

Nasional di mana masing-masing memiliki angka persentase 64,61% dan 73,72%.

Grafik 2.1.3.5

2.1.3.6 Angka Partisipasi Murni SMA/MA

Angka partisipasi murni SMA/MA Kab. Kep. Siau Tagulandang Biaro berada

pada angka 64,57% dan berada pada urutan ke-4 tertinggi di Provinsi Sulawesi Utara.

(25)

2.1.3.7 Angka Putus Sekolah Usia 7-12 Tahun

Grafik 2.1.3.7

Angka putus Sekolah Usia 7-12 di Kab. Kep. Siau Tagulandang Biaro Tahun 2013

adalah 0,30%. Dilihat dari posisi relatif kab. Kep. Siau Tagulandang Biaro di Provinsi

Sulawesi Utara berada pada urutan ke-2 di bawah Kab. Minahasa.

2.1.3.8 Angka Putus Sekolah Usia 13-15 Tahun

Angka putus Sekolah Usia 13-15 di Kab. Kep. Siau Tagulandang Biaro Tahun

2013 adalah 8,51%. Dilihat dari posisi relative kab. Kep. Siau Tagulandang Biaro di

Provinsi Sulawesi Utara berada pada urutan ke-8 terendah, di bawah Kota Tomohon,

Kota Bitung, Kab. Minahasa, Kab. Kep. Talaud, Kota Manado, Kota Kotamobagu dan

Kab. Bolaang Mongondow Timur.

Grafik 2.1.3.8

2.1.3.9 Angka Putus Sekolah Usia 16-18 Tahun

Angka Putus Sekolah Usia 16-18 Tahun di Kab. Kepulauan Siau Tagulandang

Biaro berdasarkan analisis posisi relatif menunjukan angka 13,65% di tahun 2013. Jika

dilihat dari Posisi di Provinsi, Kab. Kep. Siau Tagulandang Biaro berada di urutan ke-8

(26)

Grafik 2.1.3.9

2.1.3.10 Angka Buta Huruf Penduduk Usia 15+ Tahun

Grafik 2.1.3.10

Angka buta huruf penduduk usia 15+ di Kab. Kep. Siau Tagulandang Biaro untuk

tahun 2013 adalah sebesar 1,33% dan jika dilihat dari posisi relatif Provinsi Sulawesi

Utara, angka ini berada pada urutan ke-6 terburuk, di bawah Kab. Kep. Sangihe

(3,58%), Kab. Bolaang Mongondow Utara (2,80%), Kab. Bolaang Mongondow (2,59%),

Kab. Kep. Talaud (1,76%) dan Kota Bitung (1,42%).

2.1.3.11 Angka Buta Huruf Penduduk Usia 15-45 Tahun

Grafik 2.1.3.11

Angka buta huruf untuk usia 15-45 tahun adalah sebesar 1,01%. Angka ini

cukup tinggi karena berada pada urutan ke-4 terburuk di bawah Kab. Kep. Sangihe

(27)

(1,45%). Angka ini dikatakan tinggi mengingat jumlah penduduk untuk usia 15-45

tahun yang ada di Kab. Kep. Siau Tagulandang BIaro lebih sedikit dibandingkan dengan

Kab/Kota lain di Provinsi Sulawesi Utara

2.1.3.12 Angka Buta Huruf Penduduk Usia 45+ Tahun

Untuk Angka buta huruf usia 45 Tahun ke atas persentasennya adalah sebesar

2,02% dan tergolong Baik karena masih berada pada urutan ke-6 secara keseluruhan di

Provinsi.

Grafik 2.1.3.12

2.1.3.13 Jarak Sekolah Dasar (SD/MI)

Grafik 2.1.3.13

Pada grafik 2.1.3.13 di atas terlihat bahwa jarak relatif Sekolah Dasar sudah

cukup baik karena sudah berada dibawah dari data provinsi yaitu 0,77 Km dan jauh

dibawah data nasional yaitu 5,56Km.

2.1.3.14 Jarak Sekolah Menengah Pertama (SMP/MTs)

Untuk analisis posisi relatif jarak sekolah menengah pertama juga sama seperti

jarak sekolah yaitu sebesar 2,28 Km, dan berada di urutan ke-5 terendah diantara

Kab/Kota di Provinsi Sulawesi Utara, dimana Kab. Kep. Siau Tagulandang Biaro sudah

berada di bawah data Provinsi Sulawesi Utara yaitu sebesar 2,70 Km dan juga di bawah

(28)

Grafik 2.1.3.14

2.1.3.15 Jarak Sekolah Menengah Atas (SMA/MA)

Untuk analisis posisi relatif jarak sekolah menengah atas yaitu 10,42Km tidak

sama dengan apa yang dicapai untuk jarak sekolah dasar dan sekolah menengah

pertama. Hal ini terlihat pada table 2.1.3.15. Walaupun sudah lebih baik dibandingkan

dengan nasional yaitu sebesar 12,58 Km namun lebih buruk dari capaian provinsi yaitu

7,62 Km.

Grafik 2.1.3.15

2.1.3.16 Jarak Sekolah Menengah Kejuruan

Grafik 2.1.3.16

Hal yang sama juga terjadi untuk capaian jarak sekolah menengah kejuruan

yaitu dengan capaian 12,56 Km sudah lebih baik dibandingkan dengan nasional namun

(29)

2.1.3.17 Rasio Siswa/Kelas (SD/MI)

Grafik 2.1.3.17

Perhitungan rasio siswa/kelas bertujuan melihat kepadatan siswa dalam satu

kelas. Untuk rasio siswa/kelas sekolah dasar yang ada di Kab. Kep. Siau Tagulandang

Biaro terlihat pada grafik di atas adalah sebesar 13,21.

2.1.3.18 Rasio Siswa/Kelas (SMP/MTs)

Data Rasio jumlah siswa/kelas sekolah menengah pertama belum tersedia.

2.1.3.19 Rasio Siswa/Kelas (SMA/MA)

Rasio jumlah siswa/kelas sekolah memengah atas sampai dengan tahun 2010 di

Kab. Kep. Siau Tagulandang Biaro adalah sebesar 48,81 siswa/kelas. Capaian ini lebih

buruk daripada capaian Provinsi yaitu sebesar 40,18 siswa/kelas dan capaian nasional

yaitu sebesar 34,50 siswa/kelas.

Grafik 2.1.3.19

2.1.3.20 Rasio Siswa/Kelas (SMK)

Data untuk rasio siswa/kelas belum ada data.

2.1.3.21 Rasio Guru/Kelas SD/MI

Untuk analisis posisi relatif rasio guru/kelas adalah melihat besarnya

perbandingan jumlah guru terhadap jumlah kelas yang ada di Kab. Kep. Siau

Tagulandang Biaro. Rasio guru/kelas sekolah dasar terlihat pada angka 1,17

(30)

Grafik 2.1.3.21

2.1.3.22 Rasio Guru/Kelas SMP/MTs

Data rasio guru/kelas belum terinput di aplikasi yang dikeluarkan oleh TNP2K

2.1.3.23 Rasio Guru/Kelas SMA/MA

Rasio guru/kelas di Kab. Kep. Siau Tagulandang Biaro sampai dengan tahun

2010 adalah 2,06 guru/kelas, sedangkan untuk tahun 2011, 2012 dan 2013 belum

terinput diaplikasi. Di lihat dari posisi relatif, masih lebih rendah dari provinsi yaitu 2,25

dan juga data nasional yaitu 2,27.

Grafik 2.1.3.23

2.1.3.24 Rasio Guru/Kelas SMK

Data rasio guru/kelas untuk Sekolah menengah Kejuruan belum tersedia.

2.1.3.25 Rasio Siswa/Guru SD/MI

(31)

Capaian sampai dengan tahun 2010 terlihat pada grafik 2.1.3.25 untuk rasio

siswa/guru adalah sebesar 11,30 siswa/guru. Angka ini lebih rendah dari Provinsi yaitu

sebesar 18,26 dan juga Nasional yaitu sebesar 18,45 siswa/guru.

2.1.3.26 Rasio Siswa/Guru SMP/MTs

Grafik 2.1.3.26

Grafik di atas memberikan penjelasan bahwa rasio siswa/guru sekolah menengah

pertama di Kab. Kep. Siau Tagulandang Biaro lebih rendah dari Provinsi dan Nasional

yaitu sebesar 11,72.

2.1.3.27 Rasio Siswa/Guru SMA/MA

Rasio siswa/guru untuk sekolah menengah atas di Kab. Kep. Siau Tagulandang

Biaro adalah sebesar 23,67. Angka ini melebihi dari angka Provinsi dan angka Nasional.

Grafik 2.1.3.27

2.1.3.28 Rasio Siswa/Guru SMK

(32)

Seperti terlihat pada grafik di atas, data untuk rasio siswa/guru Sekolah

Menengah Kejuruan di Kab. Kep. Siau Tagulandang Biaro adalah sebesar 10,11,

sedangkan untuk nasional adalah sebesar 11,44.

2.1.4 Bidang Infrastruktur Dasar

2.1.4.1 Proporsi Rumah Tangga Dengan Sanitasi Layak

Untuk data rumah tangga dengan sanitasi layak di Kab. Kepulauan adalah

sebesar 72,11%. Jika dilihat untuk posisi relatif di Provinsi, angka ini sudah cukup baik.

Grafik 2.1.4.1

2.1.4.2 Proporsi Rumah Tangga Dengan Air Minum Layak

Data untuk proporsi rumah tangga dengan air minum layak di Kab. Kep. Siau

Tagulandang Biaro adalah sebesar 80,22%.

Grafik 2.1.4.2

2.1.4.3 Proporsi Rumah Tangga Dengan Akses Listrik

Grafik 2.1.4.3

Pada grafik di atas terlihat Kab. Kep. Siau Tagulandang Biaro berada pada angka

(33)

2.1.4.4 Proporsi Desa Dengan Akses Jalan

Sampai dengan tahun 2013, Proporsi desa dengan akses jalan di Kab. Kep. Siau

Tagulandang Biaro adalah sebesar 87,18%, di bawah dari Nasional.

Grafik 2.1.4.4

2.1.4.5 Proporsi Desa Dengan Jaringan Listrik

Grafikl 2.1.4.5

Data terakhir untuk proporsi desa dengan akses listrik adalah tahun 2011 yang

berada pada angka 100%.

2.1.4.6 Aksesibilitas Pasar Tradisional

Grafik 2.1.4.6

Proporsi akses pasar tradisional di Kab. Kep. Siau Tagulandang Biaro sampai

dengan tahun 2011 adalah sebesar 10,71%.

2.1.5 Bidang Katahanan Pangan

2.1.5.1 Perkembangan Harga Beras

(34)

2.1.5.2 Perkembangan Harga Bahan Kebutuhan Pokok Utama

Data untuk perkembangan harga bahan kebutuhan pokok belum tersedia.

2.1.6 Bidang Ekonomi

2.1.6.1 Pertumbuhan Ekonomi

Angka pertumbuhan ekonomi berada pada angka 7,30% sampia dengan akhir

2013. Angka ini lebih tinggi dibanding dengan angka Provinsi dan Nasional.

Grafikl 2.1.6.1

2.1.6.2 Tingkat Inflasi

Untuk perhitungan tingkat inflasi belum ada.

2.1.7 Bidang Daerah

2.1.7.1 Jumlah Angkatan Kerja

Untuk posisi Kab. Kep. Siau Tagulandang Biaro di Provinsi berada pada urutan

ke-4 terendah yaitu 28.720 jiwa Angka ini masih dapat dikatakan tinggi, dikarenakan

jumlah penduduk hanya berada pada kisaran 68.000 jiwa sedangkan jumlah penduduk

usia bekerja berada pada kisaran 56.000 jiwa.

(35)

2.1.7.2 Jumlah Angkatan Kerja Yang Bekerja

Grafik 2.1.7.2

Sama seperti penjelasan sebelumnya, untuk jumlah angkatan kerja yang bekerja

berada pada angka 27.491 jiwa.

2.1.7.3 Jumlah Angkatan Kerja Yang Bekerja Tidak Penuh

Jumlah angkatan kerja yang bekerja tidak penuh berada pada angka 11.018 jiwa

atau kurang lebih 45% dari jumlah angkatan kerja yang bekerja. Hal ini perlu

mendapat perhatian khusus, karena untuk angka ini dapat berubah dengan drastis naik

dan justru masuk ke data jumlah pengangguran.

Grafik 2.1.7.3

2.1.7.4 Tingkat Kesempatan Kerja

(36)

2.1.7.5 Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja

Angka tingkat partisipasi angkatan kerja di Kab. Kep. Siau Tagulandang Biaro

masih tergolong rendah yaitu pada angka 58,66%. Angka ini masih berada di bawah

angka Provinsi yaitu 62,92% dan Nasional 67,33%. Keterlibatan SKPD teknis terkait

sangatlah dibutuhkan untuk meningkatkan angka ini di tahun-tahun selanjutnya.

Grafik 2.1.7.5

2.1.7.6 Tingkat Pengangguran Terbuka

Data tingkat penggangguran terbuka, belum tersedia.

2.2

Analisis Antar Waktu

Analisis antar waktu adalah analisis yang menjelaskan tentang perkembangan

angka-angka indikator dari tahun ke tahun untuk masing-masing Kab/Kota, Provinsi dan

Juga Nasional.

2.2.1 Bidang Kemiskinan Daerah

Sama seperti analisis Posisi Relatif, analisis antar waktu juga menjelaskan 4

indikator untuk bidang Kemiskinan daerah yaitu 2 indikator utama (Tingkat Kemiskinan

dan Jumlah Penduduk Miskin) serta 2 indikator tambahan yaitu Indeks Kedalaman dan

Indeks Keparahan Kemiskinan.

2.2.1.1 Tingkat Kemiskinan

(37)

Berdasarkan analisis antar waktu, tingkat kemiskinan di Kab. Kep. Siau

Tagulandang Biaro dari tahun ke tahun terus menurun terutama sejak tahun 2007

sampai tahun 2012. Namun terjadi kenaikan di tahun 2013 dan 2015

2.2.1.2 Jumlah Penduduk Miskin

Grafik 2.2.1.2

Berdasarkan analisis antar waktu, jumlah penduduk miskin di Kab. Kep. Siau

Tagulandang Biaro dari tahun ke tahun terus menurun terutama sejak tahun 2007

sampai tahun 2012. Namun terjadi kenaikan di tahun 2013. Pada tahun 2007 jumlah

penduduk miskin berada pada angka 9.853 jiwa, selanjutnya tahun 2008 terjadi

penurunan menjadi sebesar 7.872 jiwa. Di tahun 2009 kembali terjadi penurunan

menjadi 7.580 jiwa, begitu juga dengan tahun 2010, 2011 dan tahun 2012 turun

dengan persentase masing-masing sebesar 7.494 jiwa, 6.700 jiwa dan 6.100 jiwa.

Ditahun 2013 jumlah penduduk miskin mengalami kenaikan 7.400 jiwa. Mengalami

penurunan di tahun 2014 menjadi 7.210 jiwa namun kembali mengalami peningkatan

signifikan di tahun 2015 menjadi 10.549 jiwa

2.2.1.3 Tingkat Kedalaman Kemiskinan (P1)

Grafik 2.2.1.3

Fluktuasi grafik pada indeks Kedalaman kemiskinan turun dipengaruhi oleh angka

tingkat kemiskinan yang juga jelas terlihat mengalami penurunan sejak tahun

(38)

2.2.1.4 Tingkat Keparahan Kemiskinan (P2)

Grafikl 2.2.1.4

Sama seperti indeks Kedalaman kemiskinan, data untuk indeks keparahan juga

dipengaruhi oleh angka tingkat kemiskinan yang mengalami penurunan sejak tahun

2007-2012 dan naik di tahun 2013 seperti terlihat pada grafik di atas.

2.2.2 Bidang Kesehatan

2.2.2.1 Angka Kematian Bayi

Grafik 2.2.2.1

Angka kematian bayi seperti yang terlihat di grafik hanyalah termuat data tahun

2008 dan tahun 2009, yaitu 29,40 dan menurun menjadi 28,91.

2.2.2.2 Angka Kematian Balita

Data angka kematian balita belum tersedia.

2.2.2.3 Angka Kematian Ibu Melahirkan

Data angka kematian ibu melahirkan belum tersedia.

2.2.2.4 Prevelensi Balita Kekurangan Gizi

(39)

2.2.2.5 Rasio Bidan

Grafik 2.2.2.5

Untuk data rasio bidan hanya untuk tahun 2008 dan tahun 2011, namun

seperti pada grafik terlihat terjadi penurunan dimana pada tahun 2008 berada pada

angka 87,20 sedangkan di tahun 2011 terjadi penurunan menjadi sebesar 81,29%

seperti tampak pada grafik di atas.

2.2.2.6 Rasio Dokter

Untuk data Rasio Dokter di Kab. Kep. Siau Tagulandang Biaro hanya ada data

untuk tahun 2008 dan tahun 2011, sedangkan untuk data 2009, 2010 serta 2011, 2012

dan 2013 belum terinput.

Grafik 2.2.2.6

2.2.2.7 Prevelensi Balita Gizi Buruk

Data Prevelensi Balita Gizi Buruk sampai dengan laporan ini dibuat belum

terinput pada aplikasi yang dikeluarkan oleh TNP2K.

2.2.2.8 Prevelensi Balita Gizi Kurang

Data Prevelensi Balita kurang Gizi sampai dengan laporan ini dibuat belum

terinput pada aplikasi yang dikeluarkan oleh TNP2K.

2.2.2.9 Jarak Puskesmas Terdekat

Data terakhir yang ada adalah tahun 2011 yaitu sebesar 3,97. Data ini dapat

dikatakan menurun karena ada juga data pembanding pada tahun 2008 sebesar 7,48.

87.20

2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013

Perkembangan Rasio Bidan (Per 100.000 Penduduk)

(40)

Grafik 2.2.2.9

2.2.2.10 Jumlah Penduduk Dengan Keluhan Kesehatan

Grafik 2.2.2.10

Data jumlah penduduk dengan keluhan kesehatan terlihat jelas sangat fluktuatif.

Mengalami kenaikan ditahun 2008-2009 namun turun di tahun 2010 dan naik tahun

2011.

2.2.2.11 Jumlah Penduduk Dengan Pengobatan Sendiri

Grafik 2.2.2.11

Untuk data jumlah penduduk dengan pengobatan sendiri naik-turun setiap tahun

sejak tahun 2007 sampai dengan tahun 2013. Pada tahun 2007 berada pada angka

70,12%, tahun 2008 turun menjadi 66,54%. Pada tahun 2009 naik menjadi 68,00%,

2010 turun lagi menjadi 60,09%. Selanjutnya tahun 2011 naik lagi menjadi 66,18%

dan turun di tahun 2012 menjadi 60,40% dan tahun 2013 kembali turun sedikit menjadi

60,33%.

2.2.2.12 Jumlah Kelahiran Ditolong Tenaga Kesehatan Terlatih

Pada grafik tersebut terlihat cukup fluktuatif karena mengalami penurunan dan

(41)

besaran angka 87,66%, sedangkan di tahun 2013 justru berada pada besaran angka

74,66%.

Grafik 2.2.2.12

2.2.2.13 Angka Morbiditas

Grafik 2.2.2.13

Untuk data angka morbiditas dapat dilihat pada table diatas. Pada tahun 2007

berada pada angka 6,83%. Tahun 2008 meningkat menjadi 18,90% dan kembali

meningkat lagi ditahun 2009 menjadi 21,02%. Diakhir tahun 2013 angka morbiditas

berada pada angka 8,63. Lebih jelasnya lihat Grafik 2.2.2.13 di atas.

2.2.3 Bidang Pendidikan

2.2.3.1 Angka Partisipasi Kasar SD/MI

(42)

Angka partisipasi kasar untuk SD mengalami kenaikan pada 2 tahun terakhir

yaitu tahun 2012 dan 2013, walaupun pada 2 tahun sebelumnya mengalami penurunan

yaitu tahun 2010 dan 2011. Jika dilihat secara keseluruhan sejak tahun 2007 sampai

2013 terjadi kenaikan walaupun kecil yaitu sebesar 0,77%. Hal ini tentunya menjadi

perhatian khusus dari SKPD terkait.

2.2.3.2 Angka Partisipasi Kasar SMP/MTs

Tabel 2.2.3.2

Hal yang lebih parah lagi terjadi pada angka partisipasi kasar SMP. Walaupun

pada tahun 2010 dan 2011 mengalami kenaikan yang signifikan sampai mencapai

angka 91,26% di tahun 2011, namun mengalami penurunan pada 2 tahun terakhir dan

bahkan sampai dengan tahun 2013 penurunan mencapai 24,72% hingga mencapai

angka 66,54%, penurunan ini sangatlah signifikan, sehingga harus diberikan perhatian

ekstra pada tahun selanjutnya.

2.2.3.3 Angka Partisipasi Kasar SMA/MA

Grafik 2.2.3.3

Dalam 5 tahun terakhir mengalami kenaikan yang cukup signifikan walaupun

sempat mengalami penurunan di tahun 2008 dan 2011, namun secara keseluruhan jika

dilihat sejak tahun 2007 yang berada pada angka 39,30%, pada tahun 2013 berada

pada angka 64,67% atau mengalami kenaikan sebesar 25,37%

2.2.3.4 Angka Partisipasi Murni SD/MI

Angka partisipasi murni SD secara keseluruhan mengalami kenaikan sebesar

(43)

Angka tertinggi sempat dicapai pada tahun 2009 yaitu mencapai 98,71%, namun pada

2 tahun kemudian mengalami penurunan berterut-turut pada tahun 2010 menjadi

94,63% dan tahun 2011 turun lagi dan mencapai angka 83,03%.

Grafik 2.2.3.4

2.2.3.5 Angka Partisipasi Murni SMP/MTs

Angka partisipasi murni SMP secara keseluruhan mengalami penurunan dimulai

dari tahun 2007 yang berada pada angka70,62% dan di tahun 2013 berada pada angka

57,06%, berarti terjadi penurunan sebesar 13,56%.

Tabel 2.2.3.5

2.2.3.6 Angka Partisipasi Murni SMA/MA

Hal menggembirakan terjadi pada angka artisipasi murni SMA, dimana terjadi

kenaikan sejak tahun 2010 dan terus meningkat sampai dengan tahun 2013. Secara

keseluruhan besarankenaikan sejak tahun 2007-2013 adalah sebesar 25,67%.

(44)

2.2.3.7 Angka Putus Sekolah Usia 7-12 Tahun

Tabel 2.2.3.7

Perkembangan angka putus sekolah usia 7-12 tahun menggambarkan grafik

turun naik namun dalam range jarak yang kecil. Dimulai tahun 2007 pada angka

2,55%, kemudian sempat turun samapi 0% pada tahun 2009. Kemudian naik lagi

sampai 2,46% ditahun 2011 dan kembali turun sampai angka 0,30% itahun 2013.

2.2.3.8 Angka Putus Sekolah Usia 13-15 Tahun

Grafikl 2.2.3.8

Angka putus sekolah usia 13-15 sempat turun sampai pada angka terendah yaitu

sebesar 6,86% ditahun 2010, namun kembli melonjak tinggi ditahun berikutnya

mencapai 13,82%. Selanjutnya kembali turun di tahun 2012 manembus angka 7,21%,

namun kembali naik di tahun 2013 pada angka 8,51%. Secara keseluruhan jika kita

melihat dari tahun 2007-2013 besaran penurunan adalah 3,16% dan walaupun

mengalami penurunan tetap harus menjadi perhatian khusus dari Dinas Teknis terkait.

2.2.3.9 Angka Putus Sekolah Usia 16-18 Tahun

Penurunan angka putus sekolah usia 16-18 terlihat lambat terutama untuk

tahun 2012 dan 2013. Penurunan yang cukup signifikan terjadi pada tahun 2009,

walaupun dari tahun 2007-2008 sempat mengalami kenaikan sedikit. Secara

keseluruhan penurunan terlihat cukup signifikan, karena tahun 2007 berada pada angka

57,81% dan tahun 2013 berada ada angka 33,65% atau terjadi penurunan sebesar

(45)

Grafik 2.2.3.9

2.2.3.10 Angka Buta Huruf Penduduk Usia 15+ Tahun

Grafik 2.2.3.10

Perkembangan angka huruf penduduk yang berusia 15-45 tahun terlihat pada

grafik 2.2.3.11 dimulai tahun 2008-2012. Sempat berada pada titik 0,00% ditahun

2009 setelah ditahun sebelumnya berada pada angka 0,30%, namun terus mengalami

kenaikan pada tahun 2010 yaitu sebesar 0,18% dan kemudian naik lagi menjadi 0,67%

ditahun 2011 dan 1,01% ditahun 2012.

2.2.3.11 Angka Buta Huruf Penduduk Usia 15-45 Tahun

(46)

2.2.3.12 Angka Buta Huruf Penduduk Usia 45+ Tahun

Tabel 2.2.3.12

Perkembangan angka buta huruf untuk penduduk usia 45+ tahun juga

mengalami kenaikan ditahun 2012 sebesar 2,00% setelah sebelumnya ditahun 2011

hanya berada pada angka 1,12% yang mengalami penurunan dari tahun 2009 yang

berada pada angka 1,80%. Secara keseluruhan mengalami kenaikan sebesar 0,37%.

2.2.3.13 Jarak Sekolah Dasar (SD/MI)

Perkembangan angka jarak sekolah untuk SD mengalami penurunan walaupun

data yang ada hanya pada tahun 2008 yaitu sebesar 0,70Km dan tahun 2011 yang

turun menjadi 0,56%. Jelasnya dapat dilihat pada grafik di bawah ini :

Grafik 2.2.3.13

2.2.3.14 Jarak Sekolah Menengah Pertama (SMP/MTs)

Perkembangan angka jarak sekolah menengah di Kab. Kep. Siau Tagulandang

Biaro hanya tergambar pada tahun 2008 dan tahun 2011. Pada tahun 2008 berada

pada angka 4,04 Km dan kemudian untuk tahun 2011 terlihat menurun pada angka

2,28 Km. Untuk data tahun 2012 dan 2013, belum terinput pada aplikasi. Secara

keseluruhan angka jarak sekolah menengah pertama ini mengalami penurunan sebesar

(47)

Grafik 2.2.3.14

2.2.3.15 Jarak Sekolah Menengah Atas (SMA/MA)

Grafik 2.2.3.15

2.2.3.16 Jarak Sekolah Menengah Kejuruan

Perkembangan Angka jarak sekolah menengah kejuruan terjadi penurunan

dimana tahun 2008 sebesar 15,08 Km di tahun 2011 mengalami penurunan jarak

sebesar 12,63 Km. Hal ini berarti terjadi penambahan sarana sekolah khususnya untuk

Sekolah menengah Kejuruan. Lengkapnya dapat dilihat pada grafik di bawah ini :

Grafik 2.2.3.16

2.2.3.17 Rasio Siswa/Kelas (SD/MI)

Rasio Siswa/kelas untuk SD hanya terdapat data antara tahun 2009 dan 2010

dengan angka yang mengalami penurunan ditahun 2010 yaitu sebesar 13,21, setelah

(48)

Grafik 2.2.3.17

2.2.3.18 Rasio Siswa/Kelas (SMP/MTs)

Rasio siswa/kelas Sekolah Menengah Atas hanya memiliki data ditahun 2009

dengan angka 24,64. Lihat grafik di bawah ini :

Grafik 2.2.3.18

2.2.3.19 Rasio Siswa/Kelas (SMA/MA)

Rasio siswa/kelas sekolah menengah Atas terjadi kenaikan yaitu dari 30,32

ditahun 2009 menjadi 48,41 ditahun 2010.

Grafik 2.2.3.19

2.2.3.20 Rasio Siswa/Kelas (SMK)

Perkembangan rasio siswa/kelas sekolah menengah kejuruan, hanya memiliki

(49)

Grafik 2.2.3.20

2.2.3.21 Rasio Guru/Kelas SD/MI

Perkembangan Rasio guru/kelas untuk sekolah dasar hanya memeiliki data tahun

2009 yaitu sebesar 0,57 dan tahun 2010 sebesar 1,17.

Grafik 2.2.3.21

2.2.3.22 Rasio Guru/Kelas SMP/MTs

Rasio guru/kelas sekolah menegah pertama hanya memiliki data ditahun 2009

yaitu sebesar 1,95, dan tidak terlihat perkembangannya karena tidak memiliki data

pembanding.

Grafik 2.2.3.22

2.2.3.23 Rasio Guru/Kelas SMA/MA

Rasio guru/kelas SMA tidak ada perkembangan terlihat pada grafik di tahun 2009

(50)

Grafik 2.2.3.23

2.2.3.24 Rasio Guru/Kelas SMK

Perkembangan rasio guru/kelas tidak ada data yang termuat diaplikasi.

2.2.3.25 Rasio Siswa/Guru SD/MI

Perkembangan rasio siswa/guru sekolah dasar terjadi penurunan ditahun 2010

menjadi sebesar 11,30, setelah ditahun sebelumnya 2009 berada apada angka 30,25.

Grafik 2.2.3.25

Pada grafik di atas terlihat data untuk tahun 2007 dan 2008 tidak ada, begitu

juga dengan tahun 2011-2013.

2.2.3.26 Rasio Siswa/Guru SMP/MTs

Perkembangan rasio siswa/guru SMP di Kab. Kep. Siau Tagulandang Biaro,

terjadi penurunan menjadi 11,72 di tahun 2010 karena ditahun 2009 sebesar 12,66.

Hal ini berarti terjadi penambahan jumlah guru sekolah menengah pertama antara

tahun 2009 sampai 2010.

(51)

2.2.3.27 Rasio Siswa/Guru SMA/MA

Perkembangan rasio siswa/guru sekolah menengah atas terjadi kenaikan

antara tahun 2009 dan 2010. Tahun 2009 sebesar 14,70 dan tahun 2010 sebesar

23,68. Hal ini karena terjadi penambahan jumlah siswa namun ada penambahan

jumlah guru, sehingga angka rasionya mengalami kenaikan karena jumlah siswa naik

cukup signifikan.

Grafik 2.2.3.27

2.2.3.28 Rasio Siswa/Guru SMK

Rasio SIswa/Guru sekolah menengah kejuruan hanya terdapat data untuk tahun

2009 yaitu sebesar 2,08. Lihat grafik 2.2.3.28.

Grafik 2.2.3.28

2.2.4 Bidang Infrastruktur Dasar

Bidang infrastruktur mencakup beberapa indikator antara lain rumah tangga

dengan sanitasi layak, rumah tangga dengan air minum layak, rumah tangga dengan

akses listrik, proporsi desa dengan akses jalan, proporsi desa dengan jaringan listrik

dan aksesibilitas pasar tradisional.

2.2.4.1 Proporsi Rumah Tangga Dengan Sanitasi Layak

Untuk analisis antar waktu Proporsi rumah tangga dengan sanitasi layak, terlihat

berfluktuasi dari tahun ke tahun dimulaui tahun 2007 berada pada angka 83,03

kemudian mengalami kenaikan di tahun 2008 menjadi sebesar 86,78. Pada tahun 2009

menurun menjadi 84,39 sedangkan tahun berikutnya 2010 kembali naik menjadi 89,70.

Untuk tahun 2011-2013 mengalami penurunan berturut-turut sebesar 81,83, 81,72 dan

72,11. Hal ini berarti jumlah rumah yang memiliki sanitasi layak turus mengalami

penurunan dari tahun ke tahun dan harus mejadi perhatian yang sangat serius oleh

(52)

Grafik 2.2.4.1

2.2.4.2 Proporsi Rumah Tangga Dengan Air Minum Layak

Proporsi rumah tangga dengan air minum layak di Kab. Kep. Siau Tagulandang

Biaro secara keseluruhan mengalami penurunan dari 87,86 di tahun 2007 menjadi

sebesar 81,22 di tahun 2013.

Grafik 2.2.4.2

2.2.4.3 Proporsi Rumah Tangga Dengan Akses Listrik

Proporsi rumah tangga dengan akses listrik dari tahun 2007-2013 mengalami

penurunan. Tahun 2007 sebesar 95,33 menurun menjadi 93,22 di tahun 2013. Angka

ini sempat mengalami kenaikan yang cukup besar di tahu 2010 yaitu sebesar 98,13,

namun selanjutnya terus mengalami penurunan.

Grafik 2.2.4.3

2.2.4.4 Proporsi Desa Dengan Akses Jalan

Data untuk proporsi desa dengan akses jalan hanya ada data untu tahun 2008

(53)

Grafik 2.2.4.4

2.2.4.5 Proporsi Desa Dengan Jaringan Listrik

Proporsi desa dengan jaringan listrik sudah mencapai angka 100% walaupun

data terakhir yang ada hanya pada tahun 2011. Lihat Grafik di bawah ini.

Grafik 2.2.4.5

2.2.4.6 Aksesibilitas Pasar Tradisional

Aksesibilitas pasar tradisional mengalami kenaikan dari tahun 2008 sebesar

7,90Km menjadi 10,71Km. Hal ini berarti jarak pasar tradisional semakin jauh.

Grafik 2.2.4.6

2.2.5 Bidang Katahanan Pangan

Bidang ketahanan pangan hanya mencakup 2 indikator yaitu perkembangan

harga beras dan perkembangan harga bahan kebutuhan pokok utama.

2.2.5.1 Perkembangan Harga Beras

Gambar

Grafik 2.1.1.1
Grafik 2.1.1.3
Grafik 2.1.2.6
Grafik 2.1.2.11
+7

Referensi

Dokumen terkait

Dalam degrees of comparison, untuk menyatakan bahwa kata benda memiliki jumlah yang lebih banyak, maka digunakan rumus More + Kata Benda (Noun).. Dalam hal ini digunakan kata more

kegiatan mereka sendiri atau menjadikan peserta didik sebagai students center dapat saling berhubungan dengan pendekatan dan model pembelajaran yang

Setelah membaca, meneliti dan merevisi seperlunya, kami berpendapat bahwa tesis saudara Mahsun Robisah : “ Profil Pendidik yang Ideal (Studi Komparatif antara Konsep

Diharapkan dengan adanya metode Material Requirement Planning (MRP) perencanaan dan persediaan bahan baku produksi berjalan dengan baik dan keberhasilan dalam pemenuhan

Thanks for your critiques and suggestions, The Lecturers of English Education Department, Eko Wahyudi, S.Pd, the Headmaster of SMP Bina Taruna Surabaya, Enni

Jika diasumsikan bahwa foton yang tiba pada panel surya tidak mengalami absorpsi oleh materi di Tata Surya maupun oleh atmosfer Bumi, dan tidak ada daya yang hilang dari panel surya

Misalkan piringan Bulan dan Matahari tampak dengan diameter sudut yang sama ( D ) dan kedua titik pusat piringan objek terpisah oleh jarak D/ 2.. Dari gambar di bawah ini,

Cahaya Matahari akan tampak lebih merah daripada keadaan sekarang, karena dengan bertambahnya kerapatan, akan lebih banyak cahaya pada panjang gelombang biru yang dihamburkan ke