GEDUNG PERKANTORAN
DI JAKARTA BARAT DAN JAKARTA PUSAT
Ir. Leksmono Suryo Putranto, M.T.
Staf Pengajar Jurusan Teknik Sipil, Kepala Pusat Penelitian Ilmu Teknik Universitas Tarumanagara
Jl. Let. Jen. S. Parman No.1, Jakarta 11440 Telp. : (62) (21) 5672548, 56717479 Fax. (62) (21) 5663277
E-mail : leksmono@mailcity.com
ABSTRAK
Makalah ini akan memaparkan hasil studi pendahulan mengenai perbandingan nilai tingkat tarikan perjalanan dan efisiensi parkir gedung-gedung perkantoran di wilayah Jakarta Barat dan Jakarta Pusat. Obyek studi adalah 12 gedung perkantoran di Jakarta Barat dan 17 gedung perkantoran di Jakarta Pusat. Sebagian besar data menyangkut luas tanah dan bangunan merupakan data sekunder y ang diperoleh dari pihak pengelola. Dari sisi demand, data yang dikumpulkan berupa jumlah kendaraan dan orang yang rata -rata datang ke suatu gedung pada hari kerja (sebagian besar merupakan data perkiraan, sebagian kecil hasil analisis dari basis data peng elola parkir dan sisanya merupakan observasi terbatas). Tingkat tarikan perjalanan ditentukan berdasarkan analisis regresi linier sederhana. Model tarikan perjalanan yang terbaik pada kedua wilayah umumnya ditentukan oleh peubah bebas Luas Lantai Bangunan Tersewa. Hal ini berlaku untuk tarikan baik untuk tarikan perjalanan orang maupun mobil di Jakarta Barat, sementara untuk kasus Jakarta Pusat hal ini hanya berlaku untuk tarikan perjalanan orang. Kapasitas Parkir Mobil merupakan peubah penjelas terbaik ba gi tarikan perjalanan mobil di Jakarta Pusat. Untuk model hubungan antara Jumlah Sepeda Motor versus Luas Lantai Bangunan jenis apapun, di kedua wilayah tidak terdapat hubungan yang kuat. Hal ini antara lain disebabkan karena terbatasnya sampel. Tingkat ta rikan perjalanan gedung perkantoran di Jakarta Pusat relatif lebih tinggi daripada tingkat tarikan perjalanan gedung perkantoran di Jakarta Barat. Umumnya, prasarana parkir gedung perkantoran di Jakarta Barat lebih efisien daripada prasarana parkir gedung perkantoran di Jakarta Pusat. Hal ini ditunjukan oleh kecenderungan penyediaan luas satu ruang parkir di tambah kontribusinya terhadap ruang sirkulasi parkir. Bagaimanapun luas ruang parkir dan sirkulasi yang terbatas cenderung mengurangi kenyamanan mengem udi.
Kata Kunci:Tarikan perjalanan, gedung perkantoran, analisis regresi linier
1. PENDAHULUAN
Transportasi adalah kebutuhan turunan (derived demand). Artinya, seseorang tidak akan melakukan perjalanan kecuali akibat adanya kebutuhan untuk melakukan akti vitas di tempat yang berbeda dengan tempat berada yang bersangkutan. Upaya berpindah tempat ini dilakukan, mengingat di tempat yang bersangkutan berada, aktivitas yang dimaksudkan tidak dapat dijalankan atau tidak dapat secara sempurna dijalankan. Dengan d emikian jelaslah bahwa transportasi bukanlah tujuan, tetapi alat untuk mencapai tujuan.
Bila zona-zona perumahan umumnya berkedudukan sebagai zona -zona penghasil perjalanan berbasis rumah, maka zona -zona aktivitas merupakan zona -zona penarik perjalanan. Aktivitas, dalam hal ini dapat berupa aktivitas bisnis, industri, pelayanan kesehatan, penyelenggaraan pendidikan, hiburan, rekreasi, sosial dan lain -lain.
untuk perencanaan kapasitas jalan yang dibutuhkan. Salah satu jenis aktivitas yang memiliki tingkat tarikan perjalanan yang perlu diperhitungkan di Jakar ta adalah aktivitas perkantoran. Makalah ini akan memaparkan hasil studi pendahulan mengenai tarikan perjalanan per satuan luas lantai gedung-gedung perkantoran di wilayah Jakarta Barat dan Jakarta Pusat.
2. METODOLOGI
Sebagian besar data menyangkut luas t anah dan bangunan merupakan data sekunder yang diperoleh dari pihak pengelola 12 gedung di Jakarta Barat dan 17 gedung di Jakarta Pusat, baik berupa tabulasi maupun gambar. Data diambil oleh mahasiswa Jurusan Teknik Sipil dan Jurusan Planologi, Fakultas T eknik, Univeristas Tarumanagara, Jakarta. Secara rinci, data luas yang diperoleh tercantum pada Tabel 1. Telah diupayakan sedapat mungkin agara seluruh data tabulasi luas disertai dengan gambar denah tiap lantai. Hal ini dilakukan terutama untuk mengatasi perbedaan bentuk dan dimensi yang biasanya ada pada lantai -lantai paling bahwa dan lantai-lantai paling atas. Manfaat lain dari tersedianya gambar adalah untuk pemeriksaan silang terhadap data tabulasi luas. Di Jakarta Barat, hanya pada 10 gedung, lantai b angunan dapat dirinci menurut sub jenis luas. Selanjutnya hanya pada 8 gedung, luas lantai dapat dirinci menurut klasifikasi. Di Jakarta Pusat, hanya pada 16 gedung, lantai bangunan dapat dirinci menurut sub jenis luas dan menurut klasifikasi.
Tabel 1Jenis Data Luas yang Dikumpulkan
Jenis Luas Sub Jenis Luas Klasifikasi
Tanah -
-Lantai Bangunan
Lantai Bangunan yang Disewakan
Lantai Bangunan yang Tersewa Lantai Bangunan yang Tidak Tersewa Daerah Pelayanan Daerah Sirkulasi Horizontal dan Vertikal
Ruang Pelayanan Umum Struktur dan Utilitas ShaftuntukPlumbing, Mechanical,
Electrical
Struktur Bangunan yang Menyita Ruangan
Lantai Parkir Ruang Parkir Pemilik / Pengelola
Penyewa Pemasok Tamu Daerah Sirkulasi Pemilik / Pengelola
Penyewa Pemasok Tamu
yang datang tersedia pada 8 gedung, sementara pada 4 gedung lainnya bersifat perkiraan. Data definitif jumlah sepeda motor yang datang tersedia pada 3 gedung, sementara pada 1 gedung merupakan data perkiraan, dan tidak tersedia pada 8 gedung sisanya. Untuk wilayah Jakarta Pusat, data definitif jumlah mobil yang datang tersedia pada 6 gedung, sementara pada 11 gedung lainnya bersif at perkiraan. Data definitif jumlah sepeda motor yang datang tersedia pada 6 gedung, sementara pada 8 gedung merupakan data perkiraan, dan tidak tersedia pada 3 gedung sisanya.
Orang yang datang ke suatu gedung perkantoran dapat dibagi atas 3 bagian bes ar, yaitu : Pengguna rutin, yaitu penyewa ruang kantor dan para karyawannya.
Pemilik dan pengelola gedung Tamu dan para pemasok.
Hal paling sulit diidentifikasi adalah jumlah tamu. Salah satu indikator yang cukup baik untuk mengatasi ketidakjelasan jumlah tamu adalah dengan memperhatikan rincian jenis dan besaran aktivitas para penyewa. Bila suatu gedung banyak disewa oleh kantor berorientasi pelayanan umum, seperti bank, biro perjalanan dan lain -lain, maka jumlah tamu harus dipertimbangkan secara nyata.
Metode analisis adalah dengan menggunakan analisis regresi linier yang menghubungkan peubah-peubah bebas dan terikat sebagaimana tercantum pada Tabel 2. Hal ini didasarkan pada asumasi bahwa tarikan pergerakan dapat dinyatakan sebagai fungsi dari beberapa atribut sosio ekonomi (Tamin, 1997)
Tabel 2 Model Tarikan Perjalanan yang Ditinjau Nomor
Model
Peubah Bebas Peubah Terikat
1 Luas Lantai Bangunan (LLB) Jumlah Mobil (JM) 2 Luas Lantai Bangunan yang
Disewakan (LLBD)
JM 3 Luas Lantai Bangunan yang
Tersewa (LLBT)
JM
4 Luas Lantai Parkir Mobil LLPM) JM
5 Kapasitas Parkir Mobil (KPM) JM
6 LLB Jumlah Sepeda Motor (JSM)
7 LLBD JSM
8 LLBT JSM
9 Kapasitas Parkir Sepeda Motor (KPSM)
JSM
10 LLB Jumlah Orang (JO)
11 LLBD JO
12 LLBT JO
3. DATA
Tabel 3.Data Gedung Perkantoran di Jakarta Barat (Putranto, 1999 & 2000b)
10495 8895 8895 25000 1000 NA 350 NA 530
Wisma Samudera, Jl. Let.Jen.S.Parman
12151 11055 NA 4332 120 NA 120 120 600
Bio Medika, Jl.Arjuna Utara
1475 972 972 900 30 20 120 NA 196
Wisma BCA, Jl. Let.Jen.S.Parman 79
21086 16917 16917 10010 185 110 600 NA 928
Gapura Mas, Jl. Let.Jen.S.Parman
11097 10695 NA 2000 162 50 155 40 530
Pusri, Jl. Arjuna Selatan
8660 NA NA 5000 150 30 100 NA 903
Total, Jl. Let.Jen.S. Parman
10397 6057 6057 1343 93 NA 120 NA 550
Yayasan LIA,
2500 2342 2342 1889 70 50 88 63 880
Wisma Adhi Nugraha, Jl. Let.Jen.S.Parman
27448 21716 21716 4732 600 NA 650 NA 1500
Gedung KRS, Jl. Let. Jen.S.Parman
19755 15346 5850 6721 334 NA 239 NA 304
Tabel 4.Data Gedung Perkantoran di Jakarta Pusat (Putranto, 2000a)
Lokasi LLB
37205 31825 31825 8634 331 100 250 100 NA
Gedung Jaya Jl. M.H. Thamrin 12
10537 8709 6005 5020 250 NA 230 NA 800
Bank Duta Jl. Kebon Sirih 12
25168 20815 20815 4318 193 150 610 110 400
P.T. Indosat Jl. Medan Merdeka Barat
29262 15644 14320 1930 200 150 530 310 2223
Gedung Garuda Jl. Medan Merdeka Selatan 13
32434 23722 23722 14612 426 150 250 150 2000
Wisma Kosgoro Jl. M.H. Thamrin
13418 9860 6409 3000 240 100 208 52 1300
Menara Kebon Sirih Jl. Kebon Sirih
89741 44164 27385 24059 800 50 560 304 700
Alia Building Jl. M.I. Ridwan Rais 10 -18
9284 4610 4610 2800 125 180 100 170 700
Gedung BPPT Jl. M.H. Thamrin
39747 30917 30371 23860 754 110 589 375 3000
Astha Building Jl. Kebon Sirih 4
5114 4377 2138 832 100 30 26 14 160
Menara Cakrawala Jl. M.H. Thamrin
20454 15630 13688 1519 186 150 502 100 1000
Gedung BRI I & II Jl. Jend. Sudirman
89816 84434 71737 40006 1962 500 5000 720 4600
Plaza BII Jl. M.H. Thamrin
96380 80398 66211 46658 1400 250 815 230 4000
Wisma Aria Jl. H.O.S. Cokroaminoto 81
1900 1295 1295 450 14 NA 45 NA 200
4. ANALISIS
Data hasil regresi linier dapat dinyatakan dalam bentuk Gambar 1, 2 dan 3. Nilai koefisien regresi (b) dalam persamaan :
Tarikan Perjalanan = a + b x Luas Lantai (1)
atau
Tarikan Perjalanan = a + b x Kapasitas Parkir (2)
dianggap sebagai tingkat tarikan perjalanan (orang atau kendaraan per meter persegi atau per unit ruang parkir) yang dapat dirangkum pada Tabel 4.
Bila tarikan perjalanan dilambangkan dengan y dan Luas Lantai atau Kapasitas Parkir dilambangkan dengan x maka menurut Walpole & Myers (1978) :
2 populasidandari garis regresi :
Yx=+x. (5)
Tabel 5. Model Linier Tarikan Perjalanan Gedung Perkantoran di Jakarta Barat (Putranto, 1999 & 2000b)
Model R2 Tingkat Tarikan Perjalanan
Nilai Satuan
JM = 19,6 + 0,0197 x LL B 0,66 1,97 mobil/100m2 JM = 0,7 + 0,0259 x LLBD 0,69 2,59 mobil/100m2 JM = 33,6 + 0,0302 x LLBT 0,94 3,02 mobil/100m2 JM = 166,6 + 0,0128 x LLPM 0,19 1,28 mobil/100m2
JM = 145,6 + 0,3823 x KPM 0,31 0,38 mobil/unit ruang parkir JSM = 33,2 + 0,0042 x LLB 0,28 0,42 sepeda motor/100m2 JSM = 56,0 + 0,0023 x LLBD 0,07 0,23 sepeda motor/100m2 JO = 336,7 + 0,0273 x LLB 0,37 2,73 orang/100m2
JO = 327,8 + 0,0332 x LLBD 0,37 3,32 orang/100m2 JO = 295,1 + 0,0460 x LLBT 0,66 4,60 orang/100m2
LLBT vs JSM dan KPSM vs JSM tidak bisa dianalisis karena data tidak cukup
Tabel 6. Model Linier Tarikan Perjalanan Gedung Perkantoran di Jakarta Pusat (Putranto, 2000a)
Model R2 Tingkat Tarikan Perjalanan
Nilai Satuan
JM = - 143,76 + 0,0231 x LLB 0,37 2,31 mobil/100m2 JM = - 267,399 + 0,0349 x LLBD 0,54 3,34 mobil/100m2 JM = - 296,42 + 0,0421 x LLBT 0,55 4,21 mobil/100m2 JM = - 11,96 + 0,0510 x LLPM 0,38 5,10 mobil/100m2
JM = - 270,17 + 1,8706 x KPM 0,69 1,87 mobil/unit ruang parkir JSM = 85,24 + 0,0038 x LLB 0,39 0,38 sepeda motor/100m2 JSM = 79,78 + 0,0051 x LLBD 0,46 0,50 sepeda motor/100m2 JSM = 75,54 + 0,0061 x LLBT 0,46 0,61 sepeda motor/100m2 JO = 516,84 + 0,0308 x LLB 0,52 3,08 orang/100m2
JO = 416,26 + 0,0450 x LLBD 0,72 4,50 orang/100m2 JO = 341,34 + 0,0569 x LLBT 0,79 5,69 orang/100m2
Efisiensi penggunaan ruang untuk parkir dapat diukur d ari rasio antara luas lantai parkir dengan jumlah ruang parkir yang ada. Tentu saja efisiensi berbanding terbalik dengan keleluasaan sirkulasi. Bagaimanapun ruang sirkulasi yang sangat luas tidak selalu berarti memberikan kenya-manan pengemudi yang optimum , karena sangat mungkin menimbulkan tambahan jarak tempuh yang tidak diperlukan. Analisis regresi antara luas lantai parkir mobil (LLPM) dan kapasitas parkir mobil (KPM) di gedung -gedung yang diamati di Jakarta Barat (Putranto, 2000b), menunjukkan hubunga n yang kuat (R2 = 0,75) dan menghasilkan kebutuhan 20 - 21 m2 per ruang parkir (termasuk kontribusinya terhadap ruang sirkulasi parkir). Selengkapnya berikut ini berturut -turut 2 model regresi linier dengan dan tanpa konstanta (a) :
LLPM = 20,504 x KPM + 476,37 (R2= 0,75)
LLPM = 21,342 x KPM (R2= 0,75)
Analisis regresi antara luas lantai parkir mobil (LLPM) dan kapasitas parkir mobil (KPM) di gedung-gedung yang diamati di Jakarta Pusat (Putranto, 2000a), menunjukkan hubungan yang kuat (R2 = 0,90) dan menghasilkan kebutuhan 25 - 26 m2 per ruang parkir (termasuk kontribusinya terhadap ruang sirkulasi parkir). Selengkapnya berikut ini berturut -turut 2 model regresi linier dengan dan tanpa konstanta (a) :
LLPM = 25,717 x KPM + 200,36 (R2= 0,90)
LLPM = 25,914 x KPM (R2= 0,90)
Dengan demikian umumnya, prasarana parkir gedung perkantoran di Jakarta Barat lebih efisien daripada prasarana parkir gedung perkantoran di Jakarta Pusat. Bagaimanapun luas ruang parkir dan sirkulasi yang terbatas cenderung m engurangi kenyamanan mengemudi.
5. KESIMPULAN
Model tarikan perjalanan yang terbaik pada kedua wilayah umumnya ditentukan oleh peubah bebas Luas Lantai Bangunan Tersewa. Hal ini berlaku untuk tarikan baik untuk tarikan perjalanan orang maupun mobil di Jakar ta Barat, sementara untuk kasus Jakarta Pusat hal ini hanya berlaku untuk tarikan perjalanan orang.
Kapasitas Parkir Mobil merupakan peubah penjelas terbaik bagi tarikan perjalanan mobil di Jakarta Pusat.
Untuk model hubungan antara Jumlah Sepeda Motor v ersus Luas Lantai Bangunan jenis apapun, di kedua wilayah tidak terdapat hubungan yang kuat.
Barat menarik 1,28 mobil/hari. Setiap 1 unit ruang parkir di Jakarta Pusat menar ik 1,87 mobil/hari sedangkan di Jakarta Barat menarik 0,38 mobil/hari.
Prasarana parkir gedung perkantoran di Jakarta Barat lebih efisien daripada prasarana parkir gedung perkantoran di Jakarta Pusat. Pada prasarana parkir gedung perkantoran di Jakarta Barat dibutuhkan luas 20 m2 hingga 21 m2per ruang parkir, sementara di Jakarta pusat dibutuhkan luas 25 m2 hingga 26 m2per ruang parkir.
6. SARAN
Untuk menghasilkan nilai -nilai tingkat tarikan perjalanan yang lebih dapat dipertanggungjawabkan, dibutuhkan s ampel yang lebih banyak dan penyempurnaan metodologi.
7. DAFTAR PUSTAKA
Institute of Transportation Engineers (1997). Trip Generation Report, 6thEdition.
Putranto, Leksmono S. (1999). “Tarikan Perjalanan Gedung Perkantoran di Jakarta Barat”.
Jurnal Transportasi Vol. 1, No. 2, Forum Studi Transportasi antar Perguruan Tinggi, Bandung.
Putranto, Leksmono S. (2000a). “Tarikan Perjalanan dan Efisiensi Parkir Gedung Perkantoran di Jakarta Pusat”. Jurnal Kajian Teknologi Tahun 2 No.1, Universitas Tarumanagara, Jakarta.
Putranto, Leksmono S. (2000b). “Tarikan Perjalanan dan Efisiensi Parkir Gedung Perkantoran di Jakarta Barat”.Jurnal Teknik Sipil No. 1 Tahun VI, Universitas Tarumanagara, Jakarta. Sosslau, A. B., et al. (1978). Quick-Response Urban Travel estima tion Techniques and
Transferable Parameters: User’s Guide, Report 187. Transportation Research Board, Washington, DC.
Tamin, Ofyar Z. (1997), Perencanaan dan Pemodelan Transportasi, Penerbit ITB, Bandung,