• Tidak ada hasil yang ditemukan

Nomor : 15.09.RAKERNAS-VI.0711 Tentang PEMBENTUKAN INSTITUSI BARU ( PROVINSI KAB KOTA KECAMATAN DISTRIK BARU ) RAKERNAS VI RADIO ANTAR PENDUDUK INDONESIA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Nomor : 15.09.RAKERNAS-VI.0711 Tentang PEMBENTUKAN INSTITUSI BARU ( PROVINSI KAB KOTA KECAMATAN DISTRIK BARU ) RAKERNAS VI RADIO ANTAR PENDUDUK INDONESIA"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

Pengurus Pusat RAPI 2010-2015 1 TAP RAKERNAS VI/2011

SURAT KETETAPAN RAPAT KERJA NASIONAL VI RADIO ANTAR PENDUDUK INDONESIA

Nomor : 15.09.RAKERNAS-VI.0711

Tentang

PEMBENTUKAN INSTITUSI BARU

( PROVINSI / KAB / KOTA / KECAMATAN / DISTRIK BARU )

RAKERNAS VI

RADIO ANTAR PENDUDUK INDONESIA

Menimbang : a. bahwa perkembangan organisasi RAPI di seluruh Indonesia telah meningkat dengan pesat perlu diimbangi dengan peningkatan pelayanan terhadap anggota dan calon anggota sehingga mereka merasa memiliki RAPI sebagai bagian yang tidak terpisahkan dari kehidupannya yang pada akhir nya diharapkan partisipasi mereka akan meningkat pula dalam mendukung program organisasi.

b. bahwa Pembentukan institusi baru merupakan sarana mewujudkan partisipasi dan semangat pengabdian anggota, sekaligus peningkatan pelayanan terhadap anggota dan calon anggota, dan diharapkan dapat mewujudkan program dan kegiatan yang bermanfaat bagi masyarakat, bangsa dan negara, dan oleh karena itu harus ditata secara benar.

c. bahwa untuk mewujudkan Tri Tertib RAPI dipandang perlu menetapkan Tata cara Pembentukan Institusi Baru RAPI yang berlaku di seluruh Indonesia.

d. bahwa untuk mencegah terjadinya kesalahan dalam penafsiran Surat Ketetapan ini, maka disusunlah penjelasannya sebagai lampiran dan sekaligus sebagai bagian yang tidak terpisahkan dari SK ini ;

Mengingat : 1. Undang-undang Nomor 36 Tahun 1999 tentang Teleko munikasi.

(2)

Pengurus Pusat RAPI 2010-2015 2 TAP RAKERNAS VI/2011

3. Permen Kominfo No-34/PER/M.KOMINFO/8/2009 tahun 2009, Tentang Pedoman Penyelenggaraan KRAP.

Memperhatikan : 1. Hasil Rapat Pleno Pengurus Nasional RAPI tanggal13 Februari 2011 di Pusdiklat Kemenkes Jakarta selatan.

2. Hasil Rapat Pleno Pengurus Nasional RAPI tanggal 6-8 Juni 2011 di Pusdiklat Lembaga Administrasi Negara (LAN) Jakarta Pusat.

MENETAPKAN HASIL RAKERNAS VI TAHUN 2011

Kesatu : Menetapkan Tata cara Pembentukan Institusi Baru RAPI, sebagai mana tertera pada lampiran Keputusan ini.

Kedua : Setiap Pembentukan Institusi Baru RAPI, harus dilaksana kan oleh institusi RAPI dan didukung dengan persiapan administrasi secara benar.

Ketiga : Pembentukan Provinsi Baru dilakukan oleh Pengurus Nasional, Pembentukan Kabupaten/Kota Baru, dilakukan oleh Pengurus Provinsi, dan Pembentukan Lokal Baru, dilakukan oleh Pengurus Kabupaten/Kota, kecuali ada hal-hal khusus.

Keempat : Ketetapan ini mulai berlaku sejak tanggal ditetapkan dengan ketentuan apabila di kemudian hari terdapat kekeliruan dalam penetapannya, akan diperbaiki di Rakernas selanjutnya.

Ditetapkan di : Yogyakarta Pada tanggal : 17 JULI 2011

RAPAT KERJA NASIONAL VI RADIO ANTAR PENDUDUK INDONESIA

PIMPINAN RAPAT

ANGGOTA Wk KETUA K E T U A SEKRETARIS ANGGOTA

(3)

Pengurus Pusat RAPI 2010-2015 3 TAP RAKERNAS VI/2011

LAMPIRAN : KETETAPAN RAKERNAS VI NOMOR :

15.09.RAKERNAS-VI.0711 TANGGAL : 17 JULI 2011

1. KETENTUAN UMUM

1.1. Pengertian RAPI Provinsi baru adalah, institusi RAPI yang didirikan di tingkat Provinsi Baru dengan melalui tata laksana pembentukan RAPI Provinsi Baru.

1.2. Dasar Hukum yang diutamakan untuk pembentukan RAPI Provinsi Baru adalah Keputusan Pemerintah Republik Indonesia (Undang-Undang Pembentukan Provinsi).

1.3. RAPI Provinsi baru, dibentuk oleh Pengurus Nasional RAPI, sedangkan Pembentukan Pengurus Provinsi dilakukan melalui Musyawarah Provinsi.

1.4. Pengurus Nasional RAPI dapat menetapkan Pengurus Provinsi Sementara dengan tugas :

a. MEMPERSIAPKAN PELAKSANAAN MUSYAWARAH PROVINSI. b. MELAKUKAN KORDINASI DAN KONSULTASI DENGAN

PEMERINTAH PROVINSI, DAN INSTANSI TERKAIT LAINNYA. c. MELAKUKAN KONSOLIDASI ORGANISASI.

d. MELAKSANAKAN PEMBINAAN ORGANISASI DAN ANGGOTA DI LINGKUNGAN PROVINSI BARU.

1.5. Panitia Pelaksana Musprov RAPI Provinsi Baru dibentuk oleh Pengurus Nasional dan/atau Pengurus Nasional Sementara, untuk mempersiapkan dan melaksanakan Musyawarah Provinsi sesuai ketentuan organisasi RAPI.

1.6. Dengan terbentuknya institusi baru, Pengurus Provinsi (asal) agar segera menyerah kan segala sesuatu yang menyangkut hak-hak anggota yang terpisah menjadi provinsi baru, kepada Pengurus Provinsi Sementara provinsi baru.

1.7. Pengertian RAPI Provinsi Tanpa Kab/Kota, adalah institusi RAPI ditingkat Provinsi yang masih mempunyai anggota RAPI akan tetapi tidak ada kepengurusan tingkat Kab/Kota, disebabkan :

a. KEPENGURUSAN KABUPATEN/KOTA SUDAH TIDAK AKTIF LAGI.

b. BELUM PERNAH MEMBENTUK KABUPATEN/KOTA. c. BELUM PERNAH MENYELENGGARAKAN MUSYAWARAH

KABUPATEN/KOTA

(4)

Pengurus Pusat RAPI 2010-2015 4 TAP RAKERNAS VI/2011

2. TATA LAKSANA PEMBENTUKAN INSTITUSI BARU

2.1. Institusi Pada PROVINSI BARU

2.1.1 Untuk menyalurkan aspirasi anggota dan mendukung kegiatan pemerintahan dan pembangunan, Pengurus Nasional membentuk Provinsi RAPI baru berdasarkan Undang-Undang Pembentukan Provinsi baru.

2.1.2 Kepengurusan Provinsi baru dapat berupa : a. Pengurus Provinsi Sementara

b. Panitia Persiapan Musda.

2.1.3 Bagi RAPI Provinsi baru yang telah memiliki institusi Kab/Kota :

a. Bila pada Provinsi baru tersebut baru ada 1 (satu) Pengurus Kab/Kota, maka Pengurus Kab/Kota tersebut dapat diangkat menjadi Pengurus Provinsi Sementara.

b. Bila pada Provinsi baru tersebut telah ada 2 (dua) Kabupaten/Kota atau lebih, maka Pengurus Nasional memfasilitasi pertemuan antar Pengurus Kab/Kota tersebut, untuk membentuk Pengurus Provinsi Sementara dan/atau Panitia Musprov.

2.1.4 Pengurus Provinsi Sementara RAPI Provinsi Baru terdiri dari:

a. Ketua

b. Wakil Ketua

c. Sekretaris

d. Bendahara

e. Biro Organisasi.

2.1.5 Pengurus Provinsi Sementara dengan bertugas :

a. Mempersiapkan pelaksanaan Musyawarah Provinsi.

b. Melakukan koordinasi dan konsultasi dengan Pemerintah Provinsi, dan instansi terkait lainnya.

c. Melakukan konsolidasi organisasi.

d. Melaksanakan pembinaan organisasi dan anggota di lingkungan provinsi baru.

e. Bagi Provinsi Baru yang belum memiliki Kabupaten/Kota atau baru memiliki 1 Kabupaten/Kota, harus membentuk minimal 3 (tiga) Kabupaten/Kota, atau mengusahakan ½+1 jumlah Kabupaten/Kota dalam Provinsi tersebut harus telah terbentuk Kabupaten/Kota RAPI.

2.1.6 Pelaksanaan Musyawarah Provinsi :

a. Pelaksanaan Musyawarah Provinsi pada Provinsi baru, tetap mengacu pada Peraturan Organisasi tentang Musyawarah organisasi RAPI.

b. Modifikasi dan penyesuaian yang dilakukan oleh Pengurus Provinsi Sementara dan/atau Panitia Musda, harus mendapat persetujuan Pengurus Nasional.

(5)

Pengurus Pusat RAPI 2010-2015 5 TAP RAKERNAS VI/2011

Kabupaten/Kota, maka Musprov menjadi Musyawarah Anggota.

d. Hasil Musda tersebut, setelah dievaluasi oleh Pengurus RAPI Pusat, disahkan melalui Surat Keputusan Pengurus Nasional, dan dilantik/dikukuhkan (untuk pertama kali) oleh Gubernur Provinsi yang bersangkutan.

2.1.7 Ketentuan ini berlaku secara berjenjang sampai Kecamatan/Distrik, dengan penyesuaian seperlunya.

2.2. PROVINSI TANPA KABUPATEN/KOTA,

2.2.1 .

Pengertian RAPI Provinsi Tanpa Kabupaten/Kota, adalah institusi RAPI di tingkat Provinsi Provinsi yang telah mempunyai anggota RAPI akan tetapi tidak ada kepengurusan tingkat Kabupaten/Kota, disebabkan :

a. Kepengurusan Kabupaten/Kota sudah tidak aktif lagi. b. Belum pernah membentuk Kabupaten/Kota.

c. Belum pernah menyelenggarakan Musyawarah Kabupaten/Kota.

2.2.2 Dalam upaya merintis pembentukan RAPI pada setiap Provinsi, Pengurus Nasional RAPI telah menunjuk/mengangkat Pengurus Provinsi RAPI. Dalam kiprahnya membina organisasi dan anggota, ternyata tidak semua Provinsi berhasil melaksanakan tugasnya dengan baik sesuai tatanan organisasi RAPI, antara lain masih banyak Provinsi yang belum berhasil membentuk Kabupaten/Kota minimal ½+1 jumlah Kabupaten/Kota pada Provinsi tersebut.

2.2.3 .

Terhadap Pengurus Provinsi seperti dimaksud ayat 2, Pengurus Nasional menempuh kebijakan sebagai berikut :

a. Meminta Laporan Khusus dari Pengurus Provinsi seluruh Indonesia tentang Kabupaten/Kota yang telah terbentuk dilingkung annya, lengkap dengan SK Pengukuhan Pengurus setiap Kab/Kota, Alamat Sekretariat, Telepon, dan informasi aktivitas Kabupaten/Kota-Kabupaten/Kota tersebut.

b. Mendesak Pengurus Provinsi untuk segera membentuk Pengurus Kabupaten/Kota pada setiap Kabupaten/Kota, dan memberikan batas waktu tertentu untuk membentuk Kabupaten/Kota minimal 5 (lima) dari jumlah Kabupaten/Kota pada Provinsi tersebut.

c. Bilamana ketentuan butir 3.b tidak dipenuhi pada batas waktu tersebut, Pengurus Nasional RAPI dapat menempuh kebijakan khusus bagi Provinsi tersebut.

2.2.4 .

Ketentuan ini berlaku secara berjenjang dengan penyesuaian seperlunya.

2.2.5 Tata cara pelaksanaan Musyawarah pada Kabupaten/Kota baru, tetap mengacu pada Peraturan Organisasi tentang Musyawarah organisasi RAPI.

(6)

Pengurus Pusat RAPI 2010-2015 6 TAP RAKERNAS VI/2011

2.3.1 .

Dalam upaya merintis pembentukan RAPI pada setiap Provinsi, Pengurus Nasional RAPI telah menunjuk/mengangkat Pengurus Provinsi RAPI. Dalam kiprahnya membina organisasi dan anggota, ternyata tidak semua Provinsi berhasil menjalankan aktivitas organisasi sebagaimana mestinya.

2.3.2 Terhadap Pengurus Provinsi seperti dimaksud ayat 1, Pengurus Nasional menempuh kebijakan sebagai berikut :

a. Meminta Laporan Khusus dari Pengurus Provinsi yang bersangkutan tentang aktivitas organisasi dilingkungan Provinsi dan Kabupaten/Kota yang telah terbentuk dilingkungannya.

b. Mendesak Pengurus Provinsi untuk segera meningkatkan pembinaan organisasi dan anggota di lingkungannya, dan memberi kan batas waktu. c. Bilamana ketentuan butir 2.b tidak dipenuhi pada batas waktu tersebut,

Pengurus RAPI Pusat dapat menempuh kebijakan khusus bagi Provinsi tersebut

2.3.3 Terhadap Pengurus Provinsi seperti dimaksud ayat 1, yang secara nyata tidak mampu menggerakkan aktivitas roda organisasi dilingkungannya, Pengurus Nasional dapat menempuh kebijakan untuk mencabut SK Pengangkatan/Pengukuhan Pengurus Provinsi tersebut, dan memproses pembentukan Pengurus Provinsi baru.

2.3.4 Tata cara pembentukan Pengurus Provinsi baru sebagaimana di maksud ayat 3, mengacu kepada tata laksana pembentukan institusi baru.

2.3.5 Ketentuan ini berlaku secara berjenjang sampai Kecamatan/Distrik, dengan penyesuaian seperlunya.

3. LAIN-LAIN

Hal-hal lain yang tidak terdapat dalam Petunjuk Pelaksanaan Pembentukan Institusi Baru (Provinsi/Kabupaten/Kota/Lokal) ini dapat disesuaikan dengan situasi dan kondisi yang ada, dengan tidak menyimpang dari peraturan-peraturan yang berlaku dalam organisasi Radio Antar Penduduk Indonesia.

Ditetapkan di : Yogyakarta Pada tanggal : 17 JULI 2011

(7)
(8)
(9)

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian tahap II adalah aplikasi kombinasi mikroba tersebut pada sosis fennentasi serta dilihat pengaruhnya terbadap kualitas sosis fermentasi baik secara

Menurut Rahardi (2003, hal.73) direktif merupakan suatu bentuk tuturan yang digunakan penutur untuk membuat pengaruh mita tutur untuk melakukan tindakan. Tindakan

Skripsi dengan judul Hubungan Kepercayaan Diri dengan Aktivitas Belajar Mata Pelajaran Ekonomi Siswa Madrasah Aliyah Negeri Kuok Kecamatan Kuok Kabupaten Kampar.. merupakan

Pembangunan partisipasi merupakan upaya untuk memberdayakan potensi masyarakat dalam merencanakan pembangunan yang berkaitan dengan potensi sumber daya lokal berdasarkan

Digunakan untuk menghitung integral ganda dari fungsi 'fun' dengan xmin dan xmax masing- masing adalah batas bawah dan atas pada sumbu x, sedangkan ymin dan ymax

Ked (Oph), Sp.M (K), selaku Ketua Departemen Ilmu Kesehatan Mata FK USU yang telah memberikan kesempatan pada penulis mengikuti pendidikan dan keahlian dalam Program

Pada tahun 2012 penulis diterima di Universitas Bangka Belitung melalui. jalur SNMPTN pada Program Studi Agribisnis, Fakultas Pertanian

16 Sandy Prasetyo, Eksperimentasi Model Pembelajaran Discovery Learning (DL) dan Problem Based Learning (PBL) Pada Materi Bangun Ruang Ditinjau Dari Kemandirian Belajar Siswa Kelas