• Tidak ada hasil yang ditemukan

MENGEMBANGKAN KETERAMPILAN MOTORIK KASAR MELALUI LOMPAT KANGURU PADA ANAK USIA 4-5 TAHUN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "MENGEMBANGKAN KETERAMPILAN MOTORIK KASAR MELALUI LOMPAT KANGURU PADA ANAK USIA 4-5 TAHUN"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

Vol 04 No 01 Pebruari 2016 | 67

MENGEMBANGKAN KETERAMPILAN MOTORIK KASAR MELALUI LOMPAT KANGURU PADA ANAK USIA 4-5 TAHUN

Oleh : Rosa Imani Khan, Ninik Yuliani

Program Studi Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini Universitas Nusantara PGRI Kediri

Abstrak.

Penelitian ini bertujuan untuk mengembangkan keterampilan motorik kasar melalui permainan Lompat Kanguru pada anak usia 4-5 tahun. Gerakan motorik kasar melibatkan aktivitas otot tangan, kaki dan seluruh tubuh anak, yang mengandalkan kematangan dalam koordinasi. Perkembangan motorik kasar anak diharapkan dapat berkembang secara optimal karena secara langsung ataupun tidak, akan mempengaruhi perilaku sehari-hari anak nantinya.

Penelitian ini dilakukan pada 30 anak Kelompok A TK Dharma Wanita Gogorante Kecamatan Ngasem Kabupaten Kediri Tahun Ajaran 2015-2016, yang berusia 4-5 tahun, yang terdiri dari 16 anak laki-laki dan 14 anak perempuan. Penelitian ini menggunakan metode penelitian tindakan kelas dengan menggunakan dua siklus. Tiap siklus terdiri dari empat tahapan, yaitu perencanaan, pelaksanaan tindakan, pengamatan dan refleksi. Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah observasi dan dokumentasi.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pembelajaran melalui permainan Lompat Kanguru dapat mengembangkan keterampilan motorik kasar pada anak-anak usia 4-5 tahun di Kelompok A TK DharmaWanita Gogorante Kecamatan Ngasem Kabupaten Kediri Tahun Ajaran 2015-2016.

Kata kunci : permainan lompat kanguru, keterampilan motorik kasar

PENDAHULUAN

Masa lima tahun pertama pertumbuhan dan perkembangan anak sering disebut sebagai masa keemasan karena pada masa itu keadaan fisik maupun segala kemampuan anak sedang berkembang dengan cepat. Misalnya secara fisik, anak akan terlihat lebih tinggi atau lebih besar. Pada anak usia dini, perkembangan kemampuan anak akan sangat terlihat pula. Salah satu kemampuan pada masa usia dini yang berkembang dengan pesat adalah kemampuan fisik dan motoriknya (Yamin dan Jamilah, 2010).

(2)

68 | Vol 04 No 01 Pebruari 2016

pertumbuhan dan perkembangannya, termasuk untuk perkembangan fisik dan motorik anak (Noorlaila, 2010).

Motorik adalah semua gerakan yang mungkin dapat dilakukan oleh seluruh tubuh, sedangkan perkembangan motorik adalah proses seorang anak belajar untuk terampil menggerakkan anggota tubuh. Untuk itu, anak akan belajar dari pendidiknya tentang beberapa pola gerakan yang dapat mereka lakukan untuk melatih ketangkasan, kecepatan, kekuatan, kelenturan dan ketepatan koordinasi dengan mata. Pengembangan kemampuan motorik halus dan kasar sangat diperlukan anak agar mereka dapat tumbuh dan berkembang secara optimal. Perkembangan motorik kasar anak diharapkan dapat berkembang secara optimal karena secara langsung ataupun tidak, akan mempengaruhi perilaku sehari-hari anak nantinya. Secara langsung, perkembangan motorik kasar akan menentukan keterampilan anak dalam bergerak. Secara tidak langsung, perkembangan keterampilan motorik kasar akan mempengaruhi cara anak memandang dirinya sendiri dan orang lain. Ini semua akan tercermin dari pola penyesuaian diri anak secara umum. Keterampilan motorik kasar, yang di dalamnya tercakup keterampilan bergerak, sangat diperlukan anak untuk bermain (Sujiono dkk., 2007).

Keterampilan motorik kasar merupakan bagian dari aktivitas yang mencakup keterampilan otot-otot besar, seperti merangkak, berjalan, berlari, melompat atau berenang dan melempar. Masa lima tahun pertama kehidupan anak, motorik kasar inilah yang lebih dominan berkembang. Motorik kasar anak berkembang sejalan dengan pertambahan usia dan kematangan saraf serta otot-otot anak (Yamin dan Sanan, 2010).

Salah satu permasalahan yang dihadapi oleh TK Dharma Wanita Gogorante Kecamatan Ngasem Kabupaten Kediri adalah kurang berkembangnya keterampilan motorik kasar anak-anak di Kelompok A Tahun Ajaran 2015-2016. Rata-rata anak takut apabila diajak untuk berlari kencang dan melompat. Mereka cenderung berpegangan kepada guru terutama jika mereka diminta untuk melompat agak tinggi. Ini membuat guru jarang melaksanakan materi pengembangan motorik kasar dan lebih menyibukkan anak dalam kegiatan membaca, menulis, berhitung atau kegiatan lain seperti menggambar, mewarnai dan menyusun balok-balok. Ditambah lagi dengan faktor ketakutan para orang tua apabila terjadi cidera pada anak-anaknya. Hal ini membuat kesempatan anak untuk bergerak menjadi terbatas dan guru menjadi lebih terfokus pada kegiatan pengembangan kognitif saja, yaitu cara belajar yang hanya bertujuan untuk mentransfer pengetahuan kepada anaka tanpa memperhatikan hal-hal yang lain dalam perkembangan anak usia dini. Akibatnya keterampilan motorik kasar anak kurang berkembang optimal.

(3)

Vol 04 No 01 Pebruari 2016 | 69 Saat memainkan Lompat Kanguru ini, anak diminta untuk terus menjepit bola di lutut mereka, sembari melompat-lompat menirukan gerakan binatang kanguru (Sher, 2009). Permainan ini mengajak anak untuk aktif melalui kegiatan yang menarik dan dalam suasana yang penuh keceriaan. Terdapat beberapa variasi melompat dalam permainan Lompat Kanguru ini, antara lain lompat pendek, lompat tinggi, lompat menyamping dan melompati halang rintang. Menurut Flobel (dalam Sudono, 1995), kegiatan bermain yang dilakukan anak menggunakan alat yang disenangi oleh anak dapat digunakan untuk menarik perhatian serta mengembangkan kapasitas dan pengetahuan anak.

Apakah kegiatan bermain Lompat kanguru ini terbukti dapat mengembangkan keterampilan motorik kasar anak-anak di Kelompok A TK Dharma Wanita Gogorante Kecamatan Ngasem Kabupaten Kediri Tahun Ajaran 2015-2016? Permasalahan inilah yang akan menjadi fokus peneliti dan akan dikaji dalam penelitian.

Keterampilan Motorik Kasar Anak Usia Dini

Istilah motor menyiratkan adanya gerakan otot, yang seakan-akan tidak banyak melibatkan aspek kognitif dan perseptual. Namun kenyataannya adalah keterampilan yang dilakukan biasanya merupakan sesuatu yang kompleks dan melibatkan pendeteksian terhadap rangsang, evaluasi dan pengambilan keputusan serta respon nyata yang berwujud gerakan (Sujiono, 2007).

Sujiono (2007) mengklasifikasikan aktivitas motorik anak menjadi dua jenis, yakni :

a. Motorik Halus

Gerakan motorik halus merupakan gerakan yang hanya melibatkan bagian tubuh tertentu saja dan dilakukan oleh otot-otot kecil, seperti keterampilan menggunakan jari-jemari dalam meronce, mewarna, melipat dan menulis. Gerakan ini tidak banyak memerlukan tenaga, namun hanya memerlukan koordinasi mata dan tangan secara cermat.

b. Motorik Kasar

Gerakan motorik kasar merupakan gerakan yang membutuhkan koordinasi sebagian besar bagian tubuh anak. Gerakan ini biasanya memerlukan tenaga karena dilakukan oleh otot-otot yang lebih besar. Motorik kasar lebih dulu berkembang daripada motorik halus anak. Hal ini terlihat saat anak sudah mampu menggunakan dan mengkoordinasikan otot-otot kakinya untuk berjalan sebelum anak dapat menggunakan dan mengontrol tangan dan jari-jarinya untuk menggunting dan meronce. Berbagai gerakan motorik kasar yang dicapai anak tentu sangat berguna bagi kehidupannya kelak. Misalnya, anak dibiasakan untuk terampil berlari, maka anak akan senang berolahraga. Mengingat pentingnya pengembangan keterampilan motorik kasar bagi anak usia dini, maka pokok bahasan pada penelitian ini akan menekankan pada pengembangan keterampilan motorik kasar melalui permainan Lompat Kanguru.

(4)

70 | Vol 04 No 01 Pebruari 2016

dan berat tubuh. Melalui latihan, masing-masing unit gerak akan terkoordinasi. Begitu pula faktor lingkungan juga mempengaruhi pengembangan keterampilan motorik kasar anak. Motivasi untuk bergerak dapat muncul karena adanya stimulasi dari lingkungan. Sebaliknya apabila anak kurang bergerak, maka akan memperlambat keterampilan motorik kasarnya.

Permainan Lompat Kanguru

Dunia anak adalah dunia bermain. Melalui kegiatan bermain, semua aspek perkembangan anak ditumbuhkan sehingga anak menjadi lebih sehat sekaligus cerdas. Anak-anak bermain dengan menggunakan seluruh emosinya, perasaannya dan pikirannya. Kesenangan merupakan salah satu elemen pokok dalam bermain. Anak akan terus bermain sepanjang aktivitas tersebut menghiburnya. Permainan adalah stimulasi yang sangat tepat bagi anak (Adriana, 2013).

Permainan Lompat Kanguru adalah permainan yang ditujukan untuk mengembangkan keterampilan motorik kasar anak. Anak diminta untuk terus menjepit bola dengan lutut mereka sembari melompat-lompat menirukan gerakan binatang kanguru. Terdapat variasi melompat dalam permainan ini, antara lain : lompat pendek, lompat tinggi, lompat menyamping dan melompati halang rintang (misalnya melompati kardus kecil). Pendidik juga bisa meminta anak untuk menghitung banyak lompatan yang dapat dilakukan tanpa menjatuhkan bola. Alat yang dibutuhkan dalam permainan ini hanyalah sebuah bola karet atau bola lain yang tidak terlalu berat dan keras (Sher, 2009).

METODE PENELITIAN

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas dengan menggunakan dua siklus. Mengacu pada pendapat Kemmis dan Taggart (1988 dalam Hidayah, 2013), tiap siklus dalam penelitian ini terdiri dari empat tahapan, yaitu perencanaan, pelaksanaan tindakan, pengamatan dan refleksi.

Subjek penelitian ini adalah 30 anak di Kelompok A TK Dharma Wanita Gogorante Kecamatan Ngasem Kabupaten Kediri Tahun Pelajaran 2015-2016, terdiri dari 16 anak laki-laki dan 14 anak perempuan. Penelitian ini dilakukan pada semester I, tepatnya pada bulan Agustus-Oktober 2015.

Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah observasi dan dokumentasi. Alat pengumpul data yang digunakan adalah lembar observasi dan dokumentasi yaitu Rencana Kegiatan Harian (RKH). Sedangkan teknik analisis dalam penelitian ini menggunakan teknik analisis deskriptif yang dilanjutkan dengan refleksi. Data hasil penelitian yang berbentuk kuantitatif akan dianalisis secara deskriptif komparatif kemudian dilakukan refleksi, dan data yang berbentuk kualitatif akan dianalisis secara deskriptif kualitatif dan kemudian dilakukan refleksi.

(5)

Vol 04 No 01 Pebruari 2016 | 71

Tabel Indikator dan Penilaiannya

No. Indikator Penilaian

1. Anak dapat melakukan lompatan pendek

a. Bintang 1 : Anak tidak dapat melakukan lompatan pendek

b. Bintang 2 : Anak dapat melakukan lompatan pendek dengan bantuan guru

c. Bintang 3 : Anak dapat melakukan lompatan pendek tanpa bantuan guru, dengan sedikit kesalahan

d. Bintang 4 : Anak dapat melakukan lompatan pendek tanpa bantuan guru, tanpa ada kesalahan 2. Anak dapat melakukan

lompatan tinggi

a. Bintang 1 : Anak tidak dapat melakukan lompatan tinggi

b. Bintang 2 : Anak dapat melakukan lompatan tinggi dengan bantuan guru

c. Bintang 3 : Anak dapat melakukan lompatan tinggi tanpa bantuan guru, dengan sedikit kesalahan

d. Bintang 4 : Anak dapat melakukan lompatan tinggi tanpa bantuan guru, tanpa ada kesalahan 3. Anak dapat melakukan

lompatan menyamping

a. Bintang 1 : Anak tidak dapat melakukan lompatan menyamping

b. Bintang 2 : Anak dapat melakukan lompatan menyamping dengan bantuan guru

c. Bintang 3 : Anak dapat melakukan lompatan menyamping tanpa bantuan guru, dengan sedikit kesalahan

d. Bintang 4 : Anak dapat melakukan lompatan menyamping tanpa bantuan guru, tanpa ada kesalahan

4. Anak dapat melompati kardus kecil

a. Bintang 1 : Anak tidak dapat melompati kardus kecil

b. Bintang 2 : Anak dapat melompati kardus kecil dengan bantuan guru

c. Bintang 3 : Anak dapat melompati kardus kecil tanpa bantuan guru, dengan sedikit kesalahan d. Bintang 4 : Anak dapat melompati kardus kecil

(6)

72 | Vol 04 No 01 Pebruari 2016

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Deskripsi Kondisi Awal

Pada kondisi awal, yakni sebelum dilaksakannya tindakan, pengembangan keterampilan motorik kasar di Kelompok A ini menunjukkan beberapa gambaran. Media pembelajaran yang seringkali digunakan oleh guru adalah bola. Guru mengajak anak untuk melempar dan menangkap bola secara bergantian. Saat guru mengajak anak untuk berlari kencang, rata-rata anak tidak mau untuk berlari kencang, mereka hanya berlari kecil saja. Begitu pula saat guru mengajak anak untuk melompat-lompat dan melompati halang rintang (misalnya melompati tali), banyak anak yang berpegangan kepada guru karena khawatir terjatuh. Pada kondisi awal ini, keterampilan motorik kasar anak kurang berkembang. Berikut ini adalah tabel yang menunjukkan keterampilan motorik kasar anak pada kondisi awal :

Tabel Kondisi Awal Keterampilan Motorik Kasar Anak

(Sebelum Diberikan Tindakan)

Aspek

Bintang 1 Bintang 2 Bintang 3 Bintang 4

Jumlah % Jumlah % Jumlah % Jumlah %

Anak dapat melakukan lompatan pendek

- - - - 10 33 20 67

Anak dapat melakukan lompatan tinggi

5 17 10 33 10 33 5 17

Anak dapat melakukan lompatan menyamping

- - 5 17 10 33 15 50

Anak dapat melompati kardus kecil

11 37 10 33 5 17 4 13

RATA-RATA 14 21 29 36

Sebelum diberikannya tindakan, rata-rata jumlah anak yang mendapatkan nilai bintang 1 adalah sebanyak 14%, yang mendapatkan nilai bintang 2 sebanyak 21%, yang mendapatkan nilai bintang 3 sebanyak 29% dan yang mendapatkan nilai bintang 4 sebanyak 36%.

Deskripsi Siklus I

Sebelum memulai kegiatan, peneliti menyiapkan gambar-gambar dan video tentang binatang kanguru, lima buah bola dan lembar pengamatan serta segala keperluan lainnya untuk kegiatan hari ini. Pada awal kegiatan, peneliti menarik perhatian anak dengan

(7)

Vol 04 No 01 Pebruari 2016 | 73 mengajak anak bercakap-cakap tentang binatang kanguru sembari menunjukkan gambar-gambar serta video binatang kanguru. Peneliti berusaha menarik minat anak tentang binatang kanguru beserta gerakannya. Lalu peneliti menjelaskan tentang permainan Lompat Kanguru kepada anak-anak. Peneliti kemudian mengarahkan suasana kelas menuju kondisi yang diinginkan dengan mengajak anak-anak keluar kelas dan mencoba memainkan Lompat Kanguru dengan menggunakan bola secara bergantian. Peneliti melakukan pengamatan dan evaluasi terhadap perkembangan keterampilan motorik kasar anak-anak pada saat bermain Lompat Kanguru. Berikut ini adalah hasil observasi pada pelaksanaan siklus 1 :

Tabel Hasil Observasi Keterampilan Motorik Kasar Anak pada Siklus 1

Aspek

Bintang 1 Bintang 2 Bintang 3 Bintang 4

Jumlah % Jumlah % Jumlah % Jumlah %

Anak dapat melakukan lompatan pendek

- - - - 9 30 21 70

Anak dapat melakukan lompatan tinggi

4 13 8 27 11 37 7 23

Anak dapat melakukan lompatan menyamping

- - 3 10 7 23 20 67

Anak dapat melompati kardus kecil

6 20 7 23 10 34 7 23

RATA-RATA 8 15 31 46

Hasil pengamatan pada pelaksanaan siklus 1 ini menunjukkan rata-rata jumlah anak yang mendapatkan nilai bintang 1 adalah sebanyak 8%, yang mendapatkan nilai bintang 2 sebanyak 15%, yang mendapatkan nilai bintang 3 sebanyak 31% dan yang mendapatkan nilai bintang 4 sebanyak 46%.

(8)

74 | Vol 04 No 01 Pebruari 2016

Selain itu, banyak anak yang masih ragu-ragu untuk melompat. Mereka lebih senang apabila dalam melompat didampingi oleh guru. Ini membuat peran guru menjadi terlalu dominan. Guru kurang memberikan motivasi kepada anak.

Deskripsi Siklus 2

Peneliti mempersiapkan rencana kegiatan pembelajaran beserta segala keperluannya. Pada siklus 2 ini, peneliti menyiapkan jauh lebih banyak bola untuk permainan Lompat Kanguru, yakni 15 buah bola. Pada saat memainkan Lompat Kanguru, anak tidak akan terlalu lama menunggu gilirannya untuk mendapat bola. Guru juga selalu memberi motivasi kepada anak-anak bahwa mereka pasti bisa memainkan Lompat Kanguru ini dengan baik. Berikut ini adalah hasil observasi pada pelaksanaan siklus 2 :

Tabel Hasil Observasi Keterampilan Motorik Kasar Anak pada Siklus 2

Aspek

Bintang 1 Bintang 2 Bintang 3 Bintang 4

Jumlah % Jumlah % Jumlah % Jumlah %

Anak dapat melakukan lompatan pendek

- - - - 3 10 27 90

Anak dapat melakukan lompatan tinggi

- - 4 14 9 30 17 56

Anak dapat melakukan lompatan menyamping

- - - - 5 17 25 83

Anak dapat melompati kardus kecil

- - 5 17 10 33 15 50

RATA-RATA 0 7 23 70

Hasil pengamatan pada pelaksanaan siklus 2 ini menunjukkan tidak satupun anak yang mendapatkan nilai bintang 1, sementara rata-rata jumlah anak yang mendapatkan nilai bintang 2 sebanyak 7%, yang mendapatkan nilai bintang 3 sebanyak 23% dan yang mendapatkan nilai bintang 4 sebanyak 70%.

(9)

Vol 04 No 01 Pebruari 2016 | 75 Anak lebih bersemangat dan berkonsentrasi untuk melakukan gerakan-gerakan Lompat Kanguru. Keterampilan motorik kasar anak berkembang lebih baik.

Tabel Rekapitulasi Hasil Observasi Kemampuan Berhitung Anak

Aspek

Kondisi Awal Siklus 1 Siklus 2

Binta ng 1 Binta ng 2 Bintan g 3 Binta ng 4 Binta ng 1 Binta ng 2 Bintan g 3 Binta ng 4 Binta ng 1 Binta ng 2 Bint ang 3 Binta ng 4

f % F % f % F % f % F % f % f % f % f % f % f %

Anak dapat melakukan lompatan pendek

- 0 - 0 1

0

33 2 0

67 - 0 - 0 9 30 2

1

70 - 0 - 0 3 1

0 2 7

90

Anak dapat melakukan lompatan tinggi

5 17 1 0

33 1 0

33 5 17 4 13 8 27 1 1

37 7 23 - 0 4 14 9 3 0

1 7

56

Anak dapat melakukan lompatan menyamping

- 0 5 17 1

0

33 1 5

50 - 0 3 10 7 23 2

0

67 - 0 - 0 5 1

7 2 5

83

Anak dapat melompati kardus kecil

1 1

37 1 0

33 5 17 4 13 6 20 7 23 1 0

34 7 23 - 0 5 17 1

0 3 3 1 5 50 RATA-RATA

14 21 29 36 8 15 31 46 0 7 2

3

70

Dari tabel rekapitulasi hasil observasi di atas terlihat bahwa prosentase anak yang mendapat nilai bintang 1 kian berkurang pada setiap siklus (pada kondisi awal sebanyak 14%, pada siklus 1 sebanyak 8% dan pada siklus 2 tidak satupun anak yang mendapat nilai bintang 1). Prosentase anak yang mendapat nilai bintang 2 juga kian berkurang pada setiap siklus (pada kondisi awal sebanyak 21%, pada siklus 1 sebanyak 15% dan pada siklus 2 sebanyak 7%). Sedangkan prosentase anak yang mendapatkan bintang 3 meningkat pada siklus 1 (pada kondisi awal sebanyak 29%, pada siklus 1 sebanyak 31%) dan menurun pada siklus 2 yakni sebanyak 23%. Prosentase anak yang mendapat nilai bintang 4 kian bertambah pada setiap siklus (pada kondisi awal sebanyak 36%, pada siklus 1 sebanyak 46% dan pada siklus 2 sebanyak 70%).

(10)

76 | Vol 04 No 01 Pebruari 2016

belajar mengeksploitasi dan merekayasa berbagai hal yang dapat dilakukannya serta mentransformasikan hal-hal tersebut secara imajinatif. Pada saat yang sama, bermain merupakan aktivitas yang menyenangkan, yang menggiring perhatian anak kepada penguasaan sejumlah keterampilan tertentu tanpa mereka sadari.

SIMPULAN DAN SARAN

Secara umum, dari hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa pembelajaran melalui permainan Lompat Kanguru dapat mengembangkan keterampilan motorik kasar pada anak-anak Kelompok A TK Dharma Wanita Gogorante Kecamatan Ngasem Kabupaten Kediri Tahun Ajaran 2015-2016. Permainan Lompat Kanguru dapat mengasah keterampilan motorik kasar anak dalam situasi yang menarik dan menyenangkan.

Sesuai dengan hasil penelitian ini, dapat diberikan saran sebagai berikut :

a. Dalam pengembangan keterampilan motorik kasar anak, ada baiknya guru memanfaatkan permainan Lompat Kanguru karena permainan ini terbukti dapat mengembangkan keterampilan motorik kasar pada anak usia 4-5 tahun

b. Hendaknya guru senantiasa kreatif dalam mengelola pembelajaran, agar pembelajaran tidak monoton dan semangat belajar anak terus terjaga, sehingga perkembangan anak juga dapat optimal, seperti memanfaatkan permainan Lompat Kanguru untuk mengembangkan keterampilan motorik kasar anak

c. Bagi peneliti lain, penelitian ini menunjukkan hasil yang cukup efektif dalam mengembangkan keterampilan motorik kasar pada anak usia 4-5 tahun, sehingga disarankan untuk mengembangkan lagi penelitian ini dengan memodifikasi permainan Lompat Kanguru untuk mengembangkan aspek lain dalam diri anak usia dini.

PUSTAKA ACUAN

Adriana, Dian. (2013). Tumbuh Kembang & Terapi Bermain pada Anak. Jakarta : Salemba Medika.

Noorlaila, Iva. (2010). Panduan Lengkap Mengajar PAUD. Kreatif Mendidik dan Bermain Bersama Anak. Yogyakarta : Pinus Book Publisher.

Sher, Barbara. (2009). Smart Play for Kids. Jogjakarta : Bookmarks. Subinarto. 2005. Jurus Jitu Mengasah Otak Si Kecil. Bandung : Media Inc.

Sudono, Anggani (1995). Alat-Alat Permainan dan Sumber Belajar Di Taman Kanak- Kanak. Jakarta: Depdikbud. Dirjen Dikti Proyek Pendidikan, Akademi Jakarta.

Sujiono, Bambang dkk. (2007). Metode Pengembangan Fisik. Jakarta : Universitas Terbuka. Yamin, Martinis dan Jamilah, Sabri Sanan. (2010). Panduan Pendidikan Anak Usia Dini.

Bandung : Anggota IKAPI.

Gambar

Tabel Indikator dan Penilaiannya
Tabel Kondisi Awal Keterampilan Motorik Kasar Anak
Tabel Hasil Observasi Keterampilan Motorik Kasar Anak pada Siklus 1
Tabel Hasil Observasi Keterampilan Motorik Kasar Anak pada Siklus 2
+2

Referensi

Dokumen terkait

Model Kontekstual dinyatakan Riyanto (2009) bahwa pembelajaran kontekstual me- rupakan konsep belajar yang membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkannya

Kesimpulan dari penelitian ini adalah penambahan sinbiotik sebagai aditif pakan ayam petelur tidak berpengaruh terhadap kandungan protein putih telur, lemak kuning telur, dan

setelah dilakukan penyaringan dari 25 bacaleg internal partai, menjadi 19 calon legislatif dari internal partai yang telah ditetapkan oleh Dewan Pimpinan Cabang partai

Nama Mahasiswa : Diah Fajarianti(I) NIM : 1400001203 Program Studi : Bimbingan dan Konseling Unit/Kelompok : XVII.D.I Lokasi KKN : Dusun Soka, Desa/Kelurahan

Sebelum intervensi (senam kaki diabetes), peneliti melakukan pengukuran pertama ( prettest) gangguan neuropati perifer dengan melihat sensitivitas kaki melalui metode

Child Welfare Information Gateway (dalam Margaretha, 2014), menjelaskan cara-cara pelaku untuk membuat anak tetap menjadi korbannya, yaitu pelaku memberikan perhatian pada anak

Pendekatan yang digunakan adalah pendekatan kasus ( case approach ), pendekatan undang-undang ( statute approach ), dan pendekatan kualitatif. Kemudian sumber data

PENDETEKSIAN DINI KRISIS KEUANGAN, DI INDONESIA MENGGUNAKAN GABUNGAN MODEL VOLATILITAS DENGAN MARKOV SWITCHING BERDASARKAN INDIKATOR KONDISI PERBANKAN (Studi Kasus Pada