KEUANGAN NEGARA
“HUTANG PEMERINTAH / NEGARA
DAN KEBIJAKAN FISKAL”
Oleh Kelompok 3 :
Alfino Longdong
Carissa Gumansing
Elisabeth Mandalika
Feiby J. Porawouw
Gisella Ch. Dayoh
Jenry Wahongan
Jessica Kawung
Akuntansi Publik Dan Perpajakan B “IV”
Fakultas Ekonomi
UNIVERSITAS NEGERI MANADO
2015
Puji dan syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat pertolongan-Nya sehingga makalah mengenai “Hutang Negara dan Kebijakan Fiskal” ini dapat terselesaikan tepat pada waktunya.
Tujuan dari pembuatan makalah ini, tentunya untuk memenuhi standar penilaian dalam perkuliahan.Dimana tugas kelompok menjadi satu keharusan yang mesti dikerjakan untuk memperoleh nilai yang baik.Selain itu, tentunya untuk menambah wawasan dari para pembaca agar melalui makalah ini pembaca dapat menemukan pokok materi yang dibutuhkan.
Meski melewati beberapa kendala, baik dari dalam diri sendiri maupun dari pihak luar tapi dengan bekerja sama sebagai satu kesatuan kelompok akhirnya makalah ini dapat terselesaikan.Untuk itu kami mengucapkan terima kasih banyak kepada pihak yang telah membantu kami dalam menyusun Makalah ini.
Penyusun menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan, dan memiliki banyak kekurangan.Oleh sebab itu, sangat diharapkan pengertian dari para pembaca.Serta masukan dan saran yang dapat membangun kami menjadi lebih baik.
Atas perhatiannya, kami ucapkan terima kasih. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi proses belajar mengajar para pembaca.
Tondano, Maret 2015
Penyusun
i
KATA PENGANTAR………i
DAFTAR ISI………..ii
BAB I : PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang………1
BAB II : PEMBAHASAN / ISI
BAB III : PENUTUP Kesimpulan
DAFTAR PUSTAKA
ii
1.1 Latar Belakang
Kebijakan fiskal dan kebijakan moneter satu sama lain saling berpengaruh dalam kegiatan perekonomian. Masing-masing variabel kebijakan tersebut, kebijakan fiskal dipengaruhi oleh dua variabel utama, yaitu pajak (tax) dan pengeluaran pemerintah (government expenditure).Sedangkan variabel utama dalam kebijakan moneter yaitu GDP, inflasi, kurs, dan suku bunga.
Berbicara tentang kebijakan fiskal dan kebijakan moneter berkaitan erat dengan kegiatan perekonomian empat sektor, dimana sektor-sektor tersebut diantaranya sektor rumah tangga, sektor perusahaan, sektor pemerintah dan sektor dunia internasional / luar negeri.Keempat sektor ini memiliki hubungan interaksi masing-masing dalam menciptakan pendapatan dan pengeluaran.
Krisis global saat ini jauh lebih parah dari perkiraan semula dan suasana kepastiannya sangat tinggi.Kepercayaan masyarakat dunia terhadap perekonomian menurun tajam.Akibatnya, gambaran ekonomi dunia terlihat makin suram dari hari ke hari walaupun semua bank sentral sudah menurunkan suku bunga sampai tingkat yang terendah.Tingkat bunga yang sedemikian rendahnya itu justru menyebabkan ruang untuk melakukan kebijakan moneter menjadi terbatas, sehingga pilihan yang tersedia hanya pada kebijakan fiskal.
Indonesia merupakan negara yang memiliki kekayaan alam yang sangat melimpah, oleh sebab itu banyak negara yang ingin menguasai, memeras dan menguras bangsa Indonesia.Sejak kemerdekaan Indonesia yang diproklamirkan pada 17 Agustus 1945, Indonesia mulai membangun negaranya agar menjadi negara yang mandiri, demi mewujudkan cita-cita bangsa Indonesia yang adil dan makmur.
Setelah merdeka, pemerintah Indonesia memiliki warisan utang luar negeri yang diwariskan oleh pemerintah Hindia Belanda yang walaupun hutang tersebut tidak pernah dibayar oleh pemerintah Indonesia, akan tetapi pemerintah Indonesia memiliki utang yang baru. Utang pemerintah merupakan utang yang digunakan untuk melancarkan pembangunan perekonomian Indonesia.
Pembangunan perekonomian suatu negara merupakan cara pertama yang dilakukan oleh suatu bangsa, untuk dapat meningkatkan taraf hidup dan kesejahteraan seluruh rakyat dengan menggunakan sumberdaya ekonomi yang dimiliki Indonesia.
Akibat dari terbatasnya sumberdaya ekonomi terutama sumberdaya modal maka pemerintah Indonesia mendatangkan pinjaman-pinjaman dari negara-negara lain untuk dapat memberikan dukungan yang cukup bagi pelaksanaan program pembangunan ekonomi nasional.Pinjaman-pinjaman dari negara-negara lain ini tidak bersifat cuma-cuma, tetapi dengan berbagai konsekuensi baik yang bersifat komersil maupun yang bersifat politis.
Utang pemerintah negara kita sudah berawal sejak masa jabatan Presiden Soekarno dan berlanjut ke masa jabatan Presiden Soeharto, B.J Habibie, Abdurrahman Wahid, Megawati Seokarno Putri, Soesilo Bambang Yudhoyono serta hingga sampai dengan Presiden sekarang Joko Widodo.
Dalam artian bahwa sejak merdeka pemerintah Indonesia sudah memiliki pinjaman (utang) dari negara-negara lain yang wajib dibayar dari setiap pergantian kepala pemerintahan, pemerintahan baru tersebut sudah memiliki kewajiban terhadap negara pemberi pinjaman.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas maka kami dapat membuat beberapa rumusan masalah yaitu antara lain :
1. Pengertian Kebijakan Fiskal(Fiscal Policy)
2. Tujuan Kebijakan Fiskal
3. Pengertian Hutang Pemerintah / Negara
1.3 Tujuan Pembahasan
Untuk lebih memahami pengertian dari kebijakan fiskal
Untuk lebih memahami tentang hutang pemerintah
BAB II
2.1 Pengertian Kebijakan Fiskal (Fiscal Policy)
Kebijakan fiskal adalah kebijakan yang dilakukan oleh pemerintah dalam rangka mendapatkan dana-dana dan kebijaksanaan yang ditempuh oleh pemerintah untuk membelanjakan dananya tersebut dalam rangka melaksanakan pembangunan. Atau dengan kata lain, kebijakan fiskal adalah kebjakan pemerintah yang berkaitan dengan penerimaanatau pengeluaran Negara.
Kebijakan Fiskal adalah kebijakan yang dibuat pemerintah untuk mengarahkan ekonomi suatu negara melalui pengeluaran dan pendapatan pemerintah dalam bidang anggaran belanja negara.
Kebijakan fiskal adalah kebijakan yang dibuat pemerintah untuk mengarahkan ekonomi suatu negara melalui pengeluaran dan pendapatan (berupa pajak) pemerintah. Kebijakan Fiskal berbeda dengan kebijaka moneter, yang bertujuan menstabilkan perekonomian dengan cara mengontrol tingkat bunga dan jumlah uang yang beredar.Instrumen utama kebijakan fiskal adalah pengeluaran dan pajak.
Kebijakan Fiskal yang sering disebut “politik fiskal” atau “fiscal policy” biasa diartikan sebagai tindakan yang diambil oleh pemerintah dalam bidang anggaran belanja Negara dengan maksud untuk mempengaruhi jalannya perekonomian.
Anggran belanja Negara terdiri dari penerimaan berupa hasil pungutan pajak dan pengeluaran yang dapat berupa “government expenditure” dan “government transfer’’, maka sering pula dikatakan bahwa kebijakan fiskal meliputi semua tindakan pemerintah yang berupa tindakan memperbesar atau memperkecil jumlah pungutan pajak memperbesar atau memperkecil “government expenditure” dan atau memperbesar atau memperkecil
“government transfer” yang bertujuan untuk mempengaruhi jalannya perekonomian.
Sadono Sukirno, 2003 Kebijakan Fiskal adalah langkah-langkah pemerintah untuk membuat perubahan-perubahan dalam sistem pajak atau dalam perbelanjaannya dengan maksud untuk mengatasi masalah-masalah ekonomi yang dihadapi.
Menurut Tulus TH Tambunan, kebijakan memiliki dua prioritas, yang pertama adalah mengatasi defisit anggaran pendapatan dan belanja Negara (APBN) dan masalah-masalah APBN lainnya. Defisit APBN terjadi apabila penerimaan pemerintah lebih kecil dari pengeluarannya. Dan yang kedua adalah mengatasi stabilitas ekonomi makro, yang terkait dengan antara lain ; pertumbuhan ekonomi, tingkat inflasi, kesempatan kerja dan neraca pembayaran.
Sedangkaan menurut Nopirin, Ph. D. 1987, kebijakan fiskal terdiri dari perubahan pengeluaran pemerintah atau perpajakkan dengan tujuan untuk mempengaruhi besar serta susunan permintaan agregat.Indicator yang biasa dipakai adalah budget defisit yakni selisih antara pengeluaran pemerintah (dan juga pembayaran transfer) dengan penerimaan terutama dari pajak.
Kebijakan fiskal merujuk pada kebijakan yang dibuat pemerintah untuk mengarahkan ekonomi suatu negara melalui pengeluaran dan pendapatan (berupa pajak) pemerintah.
menjadi lebih baik yang terbatas pada sumber-sumber penerimaan dan alokasi pengeluaran negara yang tercantum dalam APBN.
2.2Peranan Kebijakan Fiskal Dalam Perekonomian
Peranan kebijakan fiskal dalam perekonomian dalam kenyataannya menunjukkan bahwa volume transaksi yang diadakan oleh pemerintah di kebanyakan negara dari tahun ke tahun bertendensi untuk meningkat lebih cepat daripada meningkatnya Pendapatan Nasionalini berarti bahwa peranan dari tindakan fiskal pemerintah dalam turut menentukan tingkat pendapatan nasional lebih besar.Untuk negara-negara yang sudah maju perekonomiannya, peranan tindakan fiskal pemerintah semakin besar dalam mekanisme pembentukan tingkat pendapatan nasional terutama dimaksudkan agar supaya pemerintah dapat lebih mampu dalam mempengaruhi jalannya perekonomian.
Dengan demikian diharapkan bahwa dengan adanya kebijakan fiskal, pemerintah dapat mengusahakan terhindarnya perekonomian dari keadaan-keadaan yang tidak diinginkan seperti misalnya keadaan dimana banyak pengangguran, inflasi, neraca pembayaran internasional yang terus menerus defisit, dan sebagainya.
Bagi Negara-negara yamg sedang berkembang, pemerintah pada umumnya menyadari akan rendahnya investasi yang timbul atas inisiatif dari masyarakat sendiri. Untuk memperbesar kapasitas produksi nasional dibutuhkan adanya capital formation. Dengan demikian berarti masyarakat perlu mengadakan investasi yang cukup besar untuk terwujudnya
capital formation yang dibutuhkan tersebut.
2.3 Bentuk-Bentuk Kebijakan Fiskal
Kebijakan fiskal dapat dibedakan kepada dua golongan : penstabil otomatik (bentuk-bentuk sistem fiskal yang sedang berlaku yang secara otomatik cenderung untuk menimbulkan kestabilan dalam kegiatan ekonomi) dan kebijakan fiskal diskresioner (langkah-langkah dalam bidang pengeluaran pemerintah dan perpajakan yang secara khusus membuat perubahan ke atas sistem yang ada, yang bertujuan untuk mengatasi masalah-masalah ekonomi yang dihadapi).
Penstabil otomatik adalah sistem perpajakan yang progresif dan proporsional, kebijakan harga minimum, dan sistem asuransi pengangguran. Pajak progresif dan pajak proporsional, pajak ini biasanya digunakan dalam memungut pajak pendapatan individu dan praktekkan hampir disemua negara.
Pada pendapatan yang sangat rendah pendapatan seseorang tidak perlu membayar pajak. Akan tetapi semakin tinggi pendapatan, semakin besar pajak dikenakan ke atas tambahan pendapatan yang diperoleh. Dibeberapa negara sistem pajak proporsional biasanya digunakan untuk memungut pajak ke atas keuntungan perusahaan-perusahaan korporat, yaitu pajak yang harus dibayar adalah proporsional dengan keuntungan yang diperoleh.
Jika ditinjau dari sisi teori, ada tiga macam kebijakan anggaran yaitu:
b. Kebijakan pengelolaan anggaran (the finance budget approach)kebijakan untuk mengatur pengeluaran pemerintah, perpajakan, dan pinjaman untuk mencapai ekonomi yang mantap.
c. Kebijakanstabilisasianggaranotomatis (the stabilizing budget)kebijakan yang mengatur pengeluaran pemerintah dengan melihat besarnya biaya dan manfaat dari berbagai program.
Jika dilihat dari perbandingan jumlah penerimaan dengan jumlah pengeluaran, kebijakan fiskal dapat dibedakan menjadi empat jenis, yaitu :
a. KebijakanAnggaranSeimbang
Kebijakan anggaran seimbang, adalah kebijakan anggaran yang menyusun pengeluaran sama besar dengan penerimaan.
b. KebijakanAnggaranDefisit
Kebijakan anggaran defisit yaitu kebijakan anggaran dengan caramenyusun pengeluaran lebih besar daripada penerimaan.
c. KebijakanAnggaranSurplus
Kebijakan anggaran surplus, yaitu kebijakan anggaran dengan cara menyusun pengeluaran lebih kecil daripenerimaan.
d. KebijakanAnggaranDinamis
Kebijakan anggaran dinamis, yaitu kebijakan anggaran dengan cara terus menambah jumlah penerimaan dan pengeluaran sehingga semakin lama semakin besar (tidak statis).
4. Dampak Kebijakan Fiskal Terhadap Keseimbangan Pasar Barang-Jasa
Kebijakan fiskal dapat menggerakkan perekonomian, karena peningkatan pengeluaran pemerintah atau pemotongan pajak mempunyai efek multiplier dengan cara menstimulasi tambahan permintaan untuk barang konsumsi rumah tangga. Begitu pula halnya apabila pemerintah melakukan pemotongan pajak sebagai stimulus perekonomian. Pemotongan pajak akan meningkatkan disposable income dan akhirnya mempengaruhi permintaan.
5. Tujuan Kebijakan Fiskal
Tujuan kebijakan fiskal adalah untuk mempengaruhi jalannya perekonomian. Hal ini dilakukan dengan jalannya memperkecil pengeluaran konsumsi pemerintah (G), jumlah transfer pemerintah (Tr), dan jumlah pajak (Tx) yang diterima pemerintah sehingga dapat mempengaruhi tingkat pendapatan nasional (Y) dan tingkat kesempatan kerja (N).
pendapatan dan Belanja Negara (APBN).Dengan semakin kompleknya struktur ekonomi perdagangan dan keungan. Maka semakin rumit pula cara penanggulangan infalsi. Kombinasi beragam harus digunakan secara tepat seperti kebijakan fiskal, kebijakan moneter, perdagangan dan penentuan harga.
Adapun kebijakan fiskal sebagai sarana menggalakan pembangunan ekonomi bermaksud mencapai tujuan sebagai berikut :
a. Untuk meningkatkan laju investasi
Kebijakan fiskal bertujuan meningkatkan dan memacu laju investasi disektor swasta dan sektor Negara.Selain itu, kebijakan fiskal juga dapat dipergunakan untuk mendorong dan menghambat bentuk investasi tertuntu. Dalam rangka itu pemerintah harus menerapkan kebijaan investasi berencana di sektor public, namun pada kenyataannya dibeberapa Negara berkembang dan tertinggal terjadi suatu problem yaitu dimana langkanya tabungan sukarela, tingkat konsumsi yang tinggi dan terjadi investasi dijalur yang tidak produktif dari masyarakat dinegara tersbut. Hal ini disebabkan tidak tersedianya modal asing yang cukup, baik swasta maupun pemerintha.Oleh karena itu kebijakan fiskal memberikan solusi yaitu kebijakan fiskal dapat meningkatkan rasio tabungan inkremental yang dapat dipergunakan untuk meningkatkan, memacu, mendorong dan menghambat laju investasi. Menurut Dr. R. N. Tripathy terdapaat 6 metode yang diterapkan oleh pemerintah dalam rangka menaikkan rasio tabungan incremental bagi mobilisasi volume keuangan pembangunan yang diperlukan diantaranya; control fisik langsung, peningkatan tarif pajak yang ada,penerapan pajak baru, surplus dari perusahaan negara, pinjaman pemerintah yang tidak bersifat inflationer dan keuangan deficit.
b. Untuk mendorong investasi optimal secara sosial
Kebijakan fiskal bertujuan untuk mendorong investasi optimal secara sosial, dikarenakan investasi jenis ini memerlukan dana yang besar dan cepat yang menjadi tangunggan Negara secara serentak berupaya memacu laju pembentukkan modal. Nantinya invesati optimal secara sosial bermanfaat dalam pembentukkan pasar yang lebih luas, peningkatan produktivitas dan pengurangan biaya produksi.
c. Untuk meningkatkan kesempatan kerja
Untuk merealisasikan tujuan ini, kebijakan fiskal berperan dalam hal pengelolan pengeluaran seperti dengan membentuk anggaran belanja untuk mendirikan perusahaan negara dan mendorong perusahaan swasta melalui pemberian subsidi, keringanan dan lain-lainnya sehingga dari pengupayaan langkah ini tercipta tambahan lapangan pekerjaan. Namun, langkah ini harus juga diiringi dengan pelaksanaan program pengendalian jumlah penduduk.
Kebijaksanaan fiskal memegang peranan kunci dalam mempertahankan stabilitas ekonomi menghadapi kekuatan-kekuatan internal dan eksternal.Dalam rangka mengurangi dampak internasional fluktuasi siklis pada masa boom, harus diterapkan pajak ekspor dan impor.Pajak ekspor dapat menyedot rejeki nomplok yang timbul dari kenaikkan harga pasar. Sedangkan bea impor yang tinggi pada impor barang konsumsi dan barang mewah juga perlu untuk menghambat penggunaan daya beli tambahan.
e. Untuk menanggulangi inflasi
Kebijakan fiskal bertujuan untuk menanggulangi inflasi salah satunya adalah dengan cara penetapan pajak langsung progresif yang dilengkapi dengan pajak komoditi, karena pajak seperti ini cendrung menyedot sebagian besar tambahan pendapatan uang yang tercipta dalam proses inflasi.
f. Untuk meningkatkan dan mendistribusikan pendapatan nasional
Kebijakan fiskal yang bertujuan untuk mendistribusikan pendapatan nasional terdiri dari upaya meningkatkan pendapatan nyata masyarakat dan mengurangi tingkat pendapatan yang lebih tinggi, upaya ini dapat tercipta apabila adanya investasi dari pemerintah seperti pelancaran program pembangunan regional yang berimbang pada berbagai sektor perekonomian.
6. Pengaruh Kebijakan Fiskal Terhadap Perekonomian
Pengaruh kebijaksanaan fiskal terhadap perekonomian bisa dianalisa dalam dua tahap yang berurutan, yaitu :
a. Bagaimana suatu kebijaksanaan fiskal diterjemahkan menjadi suatu APBN b. Bagaimana APBN tersebut mempengaruhi perekonomian.
APBN mempunyai dua kategori, kategori yang pertama yaitu, mencatat pengeluaran dan penerimaan yang terdiri dari beberapa pos utama diantaranya :
PENERIMAAN PENGELUARAN
o Pajak (berbagai macam)
o Pinjaman dari Bank Sentral
o pinjaman dari masyarakat dalam negeri
o Pinjaman dari luar negeri
o Pengeluaran pemerintah untuk pembelian barang/jasa
o Pengeluaran pemerintah untuk gaji pegawai
Kebijakan anggaran pemerintah dahulu selalu mengharuskan kebijakan anggaran berimbang. Kebijakan anggaran berimbang terjadi ketika pemerintah menetapkan pengeluaran sama besar dengan pemasukan. Namun pada saat ini kebijakan anggran dapat menjadi kebijakan anggaran defisit (defisit budget), anggaran surplus (surplus budget).
Kebijakananggaranemplisit adalah kebijakan pemerintah untuk membuat pengeluaran lebih besar dari pemasukan negara guna memberi stimulus pada perekonomian. Dalam hal ini, peningkatan pengeluaran yaitu pembelian pemerintah atas barang dan jasa.Peningkatan pembelian atau belanja pemeritah berdampak terhadap peningkatan pendapatan nasional.
Contohnya pemerintah mengadakan proyek membangun jalan raya.dalam proyek ini pemerintah membutuhkan buruh dan pekerja lain untuk menyelesaikannya. dengan kata lain proyek ini menyerap SDM sebagai tenaga kerja. Hal ini membuat pendapatan orang yang bekerja di situ bertambah.Anggaran defisit memiliki keunggulan maupun kelemahan, salah satu keunggulannya adalah terdapat penertiban pada angka defisit dan nilai tambahan utang yang jelas dan lebih transparan serta bisa diawasi masyarakat.
Menurut Mantan MENKEU Agus DW Martowardojo penerapan kebijakan anggaran defisit tujuannya untuk menciptakan ekspansi fiskal dan menguatkan pertumbuhan ekonomi agar tetap terjaga pada level yang tinggi. Umumnya sangat baik digunakan jika keadaan ekonomi sedang resesif.
Anggaran defisit salah satunya dengan melakukan peminjaman/hutang, dahulu pemerintahan Bung Karno pernah menerapkannya dengan cara memperbanyak utang dengan meminjam dari Bank Indonesia, yang terjadi kemudian adalah inflasi besar-besaran (hyper inflation) karena uang yang beredar di masyarakat sangat banyak.
Untuk menutup anggaran yang defisit dipinjamlah uang dari rakyat, sayangnya rakyat tidak mempunyai cukup uang untuk memberi pinjaman pada pemerintah.akhirnya, pemerintah terpaksa meminjam uang dari luar negeri. Ini merupakan salah satu kasus yang menggambarkan kelemahan dari anggaran defisit.
Sedangkan, anggaran surplus adalah kebijakan pemerintah untuk membuat pemasukannya lebih besar daripada pengeluarannya.Baiknya politik anggaran surplus dilaksanakan ketika perekonomian pada kondisi yang ekspansi yang mulai memanas
(overheating) untuk menurunkan tekanan permintaan.
Anggaran surplus (Surplus Budget )/ Kebijakan Fiskal Kontraktif adalah kebijakan pemerintah untuk membuat pemasukannya lebih besar daripada pengeluarannya. Baiknya politik anggaran surplus dilaksanakan ketika perekonomian pada kondisi yang ekspansi yang mulai memanas (overheating) untuk menurunkan tekanan permintaan.
Utang Pemerintah Indonesia Dari Tahun 1990-2005
Indonesia merupakan negara sedang berkembang. Sebelum terjadi krisis ekonomi di kawasan Asia Tenggara, Indonesia memiliki laju pertumbuhan ekonomi yang cukup baik. Hal
ini sejalan dengan strategi pembangunan ekonomi yang dicanangkan oleh pemerintahan saat
itu, yang menempatkan pertumbuhan ekonomi yang cukup tinggi sebagai target prioritas
pembangunan perekonomian nasional. Pertumbuhan ekonomi Indonesia sejak akhir tahun
1970-an selalu positif, serta tingkat pendapatan per kapita yang relatif rendah, menyebabkan
target pertumbuhan ekonomi yang relatif tersebut tidak cukup dibiayai dengan modal sendiri,
tetapi harus ditunjang dengan menggunakan bantuan modal asing.
Modal asing ini merupakan pinjaman / utang pemerintah terhadap negara pemberi
pinjaman. Pinjaman pemerintah tersebut diterima dalam bentuk hibah serta soft loan dari
negara-negara sahabat dan lembaga-lembaga pinjaman lainnnya, baik secara bilateral maupun
multilateral. Selanjutnya seiring dengan semakin berkembangnya perekonomian Indonesia,
pinjaman yang bersyarat lunak semakin terbatas diberikan, sehingga untuk
keperluan-keperluan tertentu dan dalam jumlah yang terbatas, pemerintah mulai menggunakan pinjaman
komersial dan obligasi dari kreditur swasta internasional.
Karena semakin pesatnya pembangunan dan terbatasnya kemampuan pemerintah
untuk secara terus-menerus menjadi penggerak utama pembangunan nasional, maka
pemerintah Indonesia mengambil suatu kebijakan agar pembangunan perekonomian
Indonesia tetap berjalan dengan lancar demi kepentingan rakyat Indonesia agar adil dan
sejahtera yaitu dengan cara melakukan kebijakan pinjaman luar negeri.
Adapun utang pemerintah Indonesia dari tahun 1990-2005 dapat dilihat dari pinjaman
pemerintah sebagai berikut :
TABEL I -1
Tahun PinjamanProgram (realisasi)
Pinjaman Proyek
(realisasi) Total Utang
1990 83,815 13,465 97,280
1991 99,751 13,855 133,606
1992 110,979 85,896 196,875
1993 107,525 105,814 213,339
1994 98,378 107,525 205,903
1995 90,088 98,378 188,466
1996 119,001 90,088 209,089
1997 143,856 119,001 262,857
1998 511,067 249,257 760,324
1999 249,257 26,181 275,438
2001 6,416 19,736 26,152
2002 9,346 19,964 29,310
2003 10,350 18,900 29,250
2004 3,140,80 18,604,8 21,745,6
2005 7,905 20,130,8 28,035,8
Sumber : Data Koalisi Anti Utang (DEPKEU)
Dari tabel I-1 dapat dilihat bahwa selama kurun waktu tahun 1990 sampai dengan tahun 1997
total utang pemerintah Indonesia masih stabil atau tidak terlalu besar perbedaan antara jumlah
utang pemerintah pada saat tahun tersebut. Tetapi pada tahun 1998 terjadi krisis ekonomi di
Indonesia, utang pemerintah Indonesia meningkat drastis menjadi Rp. 760.324 milyar, jadi
pemerintah dengan segala kebijakannya memutuskan untuk melakukan pinjaman luar negeri
guna menyelamatkan perekonomian nasional yang terancam kebangkrutan akibat dari
semakin melemahnya mata uang rupiah terhadap dollar. Adapun pinjaman pemerintah yang
begitu banyak pada tahun 1998 digunakan untuk menutup defisit anggaran yang besar akibat
terjadinya krisis ekonomi.
Setelah tahun1998, pinjaman pemerintah mulai menurun dari tahun 1999 sampai
dengan 2005 demi mengurangi ketergantungan Indonesia terhadap negara pemberi pinjaman.
3.2. Dampak Utang Pemerintah Terhadap Pembangunan Nasional
rakyat pada saat pembayaran kembali, juga beban psikologis politis yang harus diterima oleh
negara penerima pinjaman akibat ketergantungannya denag bantuan asing.
Sejak krisis moneter yang terjadi pada awal tahun 1980-an, negara-negara berkembang
seperti Indonesia semakin terjerumus dalam krisis utang luar negeri, walaupun ada
kecenderungan bahwa telah terjadi perbaikan atau kemajuan perekonomian di negara-negara
tersebut. Peningkatan pendapatan per kapita atau laju pertumbuhan ekonomi yang tinggi di
negara-negara berkembang belum berarti bahwa pada negara-negara tersebut dikategorikan
kedalam negara yang maju, dalam arti struktur ekonominya telah berubah menjadi struktur
ekonomi industri dan perdagangan luar negerinya sudah mantap. Tetapi pada kenyataannya,
besar-kecilnya jumlah utang pemerintah yang dimiliki oleh suatu negara yang sedang
berkembang lebih disebabkan karena adanya defisit current account, kekurangan dana
investasi, pembangunan perekonomian yang tidak dapat ditutup dengan sumber-sumber dana
didalam negeri, angka inflasi yang tinggi, dan ketidakefisienan struktural di dalam
perekonomiannya.
Sehingga meskipun secara teknis, pemerintahan suatu negara telah sempurna dalam
upaya pengendalian utang luar negerinya, pencapaian tujuan pembangunan akan sia-sia,
kecuali jika negara tersebut secara finansial benar-benar kuat, yaitu pendapatan nasionalnya
mampu memikul beban langsung yang berupa pembayaran cicilan pokok pinjaman luar negeri
dan bunganya dalam bentuk uang kepada pemberi pinjaman di luar negeri, karena utang luar
negeri selalu disertai dengan kebutuhan devisa untuk melakukan pembayaran kembali.
Pembayaran cicilan utang beserta bunganya merupakan pengeluaran devisa yang utama bagi
banyak negara-negara penerima pinjaman.
Adapun pembayaran utang pemerintah Indonesia dari tahun 1990-2005 dapat dilihat
pada tabel berikut :
TABEL III-2
Tahun Pembayaran Utang
1990 10,011
1991 10,837
1992 11,942
1993 12,302
1994 12,780
1995 13,225
1996 17,428
1997 35,297
1998 44,984
1999 39,335
2000 47,776
2001 57,270
2002 55,120
2003 51,170
2004 48,556
2005 52,111
2006 91,613
Sumber : Data Koalisi Anti Utang (DEPKEU)
Pada tabel III-2 dapat dilihat bahwa pembayaran utang pemerintah dari tahun 1990 sampai
dengan 1996 masih stabil, akan tetapi pada tahun 1997 sampai dengan 2005 pembayaran
utang pemerintah terus meningkat karena pembayaran cicilan pokok dan bunga utang luar
negeri pemerintah yang jatuh tempo akibat terdepresinya nilai tukar rupiah secara tajam
terhadap dolar Amerika, apalagi terjadinya krisis moneter di Indonesia pada awal tahun 1998.
Sebenarnya pemerintah Indonesia sudah merencanakan untuk membayar sebagian besar
jumlah utang luar negerinya lebih cepat dari waktu pembayaran yang sebenarnya.Tapi
tampaknya komitmen pemerintah tidak berlangsung lama karena terjadinya krisis moneter di
Asia Tenggara dan Timur pada pertengahan tahun 1997.
Pembayaran kembali utang luar negeri yang meningkat dalam jumlah besar ini dilakukan
pemerintah tidak hanya memakai dana dari penerimaan dalam negeri saja, tetapi dengan
segala pertimbangan pemerintah terpaksa juga menggunakan bantuan dana dari IMF. Jadi,
utang luar negeri yang lama dibayar dengan utang luar negeri yang baru. Dengan kata lain,
Indonesia telah terjerumus dalam krisis utang luar negeri, yaitu puncaknya pada tahun 1998
Akibat dari adanya bantuan IMF dalam jumlah yang sangat besar tersebut,
menyebabkan pemerintah Indonesia harus menerima berbagai persyaratan dan resiko dalam
pinjaman IMF ini.Sehingga pemerintah sangat terikat oleh IMF didalam menjalankan bidang
perekonomian.
Oleh sebab ini, pemerintah terus meningkatkan pembayaran utang luar negerinya
terutama kepada IMF, agar tidak terikat lagi dengan IMF, yang sangat merugikan
perekonomian Indonesia. Demi mewujudkan Indonesia yang mandiri, adil, dan sejahtera.
http://kuliahitukeren.blogspot.com/2011/07/utang-pemerintah-indonesia.html http://karimahpatryani.wordpress.com/2011/05/15/kebijakan-fiskal/