• Tidak ada hasil yang ditemukan

metode pengukuran luas dengan daun

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "metode pengukuran luas dengan daun"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

(Jatropha curcas L.)

MEASUREMENT METHODE FOR LEAF AREA OF PHYSIC NUT (Jatropha curcas L.)

Bambang B. Santoso1 dan Hariyadi2 1

Staff Pengajar pada Fakultas Pertanian UNRAM 2

Staff Pengajar pada Fakultas Pertanian IBP

Diterbitkan di

MAGROBIS – Jurnal Ilmu-Ilmu Pertanian ISSN No. 1412-0828 Fakultas Pertanian Universitas Kutai Kartanegara Tenggarong – KALTIM

Vol. 8 No. 1 Januari 2008 Halaman : 17-22

ABSTRAK

Luas daun merupakan salah satu parameter penting yang diperlukan untuk mengetahui pertumbuhan tanaman Jarak pagar (Jatropha curcas L.), oleh karena itu diperlukan teknik pengukuran yang cepat dan tepat. Selain pengukuran dengan menggunakan Leaf Area Meter (LAM), pengukuran dengan menggunakan faktor koreksi luas daun merupakan teknik pengukuran yang tepat digunakan untuk daun-daun yang tidak dapat dipetik. Penggunaan pendekatan luas lingkaran dengan faktor koreksi 0.758 (daun bibit) atau 0.744 (daun dewasa) baik digunakan karena sesui dengan bangun dasar daun jarak pagar (lingkaran), dibandingkan pendekatan luas persegi panjang dengan faktor koreksi 0.595 (fase bibit) atau 0.585 (fase dewasa) karena memiliki nilai bias ke atas maupun ke bawah dari nilai LAM

Kata kunci : luas lingkaran, luas persegi panjang, luas daun, faktor koreksi

ABSTRACT

Leaf area is one important variable plant growth analysis of Physic Nut (Jatropha curcas L.), therefore rapidity and accuracy measurement technic should be considered. Beside with Leaf Area Meter (LAM) methode, other measurement with corection factor of leaf area can be used to predict leaf area of intact leaves acuratelly. By using of circle area formulas with corection factor of 0.758 (for seedling leaf) or 0.744 (for mature plant leaf) is better due to similarity to based form of Physic Nut leaves (circle or sphere) rather than square areas formulas with corection factor of 0.595 (for seedling leaf) or 0.585 (for mature plant leaf) that cause to bias or preference to above and below of LAM values.

(2)

PENDAHULUAN

Daun merupakan organ tubuh tanaman yang penting, karena pada daun terdapat

komponen dan sekaligus tempat berlangsungnya proses fotosintesis, respirasi, dan transpirasi

yang menentukan arah pertumbuhan dan perkembangan suatu tanaman. Oleh karena itu luas

daun merupakan salah satu parameter penting dalam analisis pertumbuhan tanaman. Indek

luas daun, laju tumbuh relatif, dan laju fotosintesis merupakan parameter yang erat terkait

dengan luas daun.

Faktor yang penting untuk diperhatikan dalam mengukur luas daun adalah ketepatan

hasil pengukuran dan kecepatan pengukuran. Masing-masing faktor tersebut memiliki

kepentingan sendiri dalam penggunaannya, seperti pada pengukuran laju fotosintesis dan

proses metabolisme lain tentunya ketepatan pengukuran yang diperlukan. Untuk pengukuran

indek luas daun tentunya kecepatan pengukuran yang diperlukan. Namun demikian ketepatan

dan kecepatan pengukuran sangat tergantung pada alat dan cara atau teknik pengukuran.

Pengukuran luas daun dapat dilakukan dengan memetik daun maupun tanpa memetik

daun. Bilamana pengukuran harus dilakukan dengan cara memetik daun bersangkutan, maka

tanaman mengalami kerusakan daun. Daun-daun tersebut kemudian diukur dengan

menggunakan alat Leaf Area Meter (LAM) ataupun Metode Timbang. Sebaliknya

pengukuran dengan tanpa memetik daun, maka tanaman akan tetap tumbuh baik karena

daun-daun tidak berkurang atau bahkan habis terpetik. Pengukuran daun-daun dengan tidak memetik

daun dapat dilakukan dengan menggunakan persamaan atau rumus.

Pengukuran luas daun dengan tidak harus memetik daun merupakan teknik

pengukuran yang lebih baik karena tanaman tidak rusak dan pengukuran cepat serta tidak

mensyaratkan peralatan yang mungkin sulit tersedianya. Pada karet digunakan persamaan

regresi terhadap ukuran panjang dan lebar daun (Suhendry dan Alwi, 1987; Lim dan

Narayanan, 1972). Pada beberapa tanaman pangan seperti jagung dan kedelai digunakan

faktor koreksi terhadap luas daun yang diperoleh dari pengukuran panjang dan lebar daun

(Pearce et.al., 1988) demikian pula pada daun nangka (Goonasekera, 1978).

Sehubungan dengan pentingnya teknik pengukuran luas daun dengan tanpa merusak

atau memetik daun dari tanaman, maka artikel ini memaparkan hasil studi perhitungan luas

daun jarak pagar dengan menggunakan teknik tanpa memetik daun, yaitu mencari persamaan

(3)

BAHAN DAN METODE

Studi perhitungan luas daun jarak pagar menggunakan daun-daun jarak pagar dari

ekotipe Lombok Barat, yaitu dari areal pertanaman jarak pagar yang ada di Desa

Amor-Amor, Kabupaten Lombok Barat, Nusa Tenggara Barat. Daun-daun dipetik secara acak

sejumlah 300 lembar, yaitu 100 lembar dari fase bibit, 100 lembar dari fase tanaman dewasa

yang dibudidayakan, dan 100 lembar dari tanaman jarak pagar yang tumbuh liar sebagai

pagar.

Gambar 1. Bentuk daun saat fase bibit (kiri) dan daun dewasa (kanan). Garis lingkaran hitam menandakan bentuk dasar daun, garis panah putih cara mengukur diameter daun.

Terhadap daun-daun sampel tersebut diukur luas daunnya dengan menggunakan Leaf

Area Meter (LAM), maupun dengan menggunakan pendekatan ukuran daun. Pengukuran luas

daun dengan pendekatan ukuran daun dilakukan dengan dua teknik pendekatan, yaitu dengan

menggunakan ukuran panjang dan lebar seperti umumnya teknik yang banyak dilakukan,

karena disini bentk daun dianggap berupa persegi empat panjang. Sedangkan pengukuran

teknik luas daun kedua yaitu dengan menggunakan ukuran diameter daun, karena bangun

dasar daun jarak pagar adalah berbentuk lingkaran (Weier et.al. 1974; Tjitrosoepomo, 1989 ).

Luas daun yang diperoleh dari kedua teknik kemudian dibandingkan dengan luas daun hasil

LAM untuk mendapatkan faktor koreksi. Perhitungan uji atau evaluasi luas dan ketepatan

setelah diperoleh faktor koreksi kemudian dilakukan.

(4)

Variasi Ukuran Helaian Daun

Hasil pengukuran luas daun menunjukkan bahwa luas helai daun tanaman jarak pagar

bervariasi. Ukuran daun saat fase bibit berbeda dengan daun saat tanaman telah dewasa, yaitu

ukuran daun pada saat fase bibit relatif lebih kecil dibandingkan dengan daun pada saat

tanaman dewasa. Selain itu bentuk daun saat fase bibit lebih bundar dan penuh karena

lekukan pinggir daun belum nampak atau terbentuk tegas. Helaian daun saat fase bibit

nampak lebih tipis dibandingkan daun pada tanaman dewasa.

Ukuran helaian daun saat fase bibit lebih seragam dibandingkan ukuran helaian daun

dari tanaman dewasa. Pada tanaman dewasa ukuran helaian daun bervariasi dari yang

berukuran kecil, berukuran sedang hingga berukuran besar. Ukuran daun yang lebih kecil

biasanya diperoleh pada percabangan yang terletak di bawah. Daun-daun yang berada

ditengah biasanya lebih besar, dan kemudian berukuran kecil lagi pada bagian ujung

percabangan.

Perbedaan ukuran helaian daun pada tanaman yang sama disebabkan perbedaan

tingkat perkembangan tanaman. Sedangkan perbedaan ukuran helaian daun antar tanaman

tentunya dikarenakan perbedaan tingkat pertumbuhan dan perkembangan yang disebabkan

perbedaan lingkungan tumbuh (Finkedey, 2005).

Pengukuran Luas Daun

Pengukuran luas daun dengan menggunakan pendekatan faktor koreksi maupun

dengan alat LAM, menunjukkan tingkat kosistensi yang berbeda. Pengukuran yang cepat dan

mudah tentunya akan diperoleh dengan menggunakan LAM. Akan tetapi untuk ukuran daun

yang besar diperlukan ketelitian ekstra, karena daun-daun berukuran besar perlu dipotong dan

kemudian ditata secara hati-hati pada permukaan alat dan saat menutup daun-daun tidak

terlipat. Kondisi tenaga batere perlu diperhatikan pula, dengan tingkat kekuatan batere yang

mulai melemah akan menghasilkan kesalahan pengukuran. Gejala yang nampak pada saat

batere melemah adalah pengulangan pengukuran satu sampel daun yang sama akan

memberikan hasil yang berbeda jauh.

Penggunaan LAM sangat baik digunakan untuk mengukur luas daun dari suatu

tanaman yang memang dalam percobaan akan dirusak (destruktif). Namun bagi tanaman

(5)

akan sangat diperlukan bilamana alat LAM tidak dimiliki atau tidak tersedia.

Tanpa merusak daun atau memetik daun dari tanaman, luas daun masih dapat

dihitung, yaitu dengan menggunakan faktor koreksi luas daun. Untuk memperoleh faktor luas

daun tanaman jarak pagar dapat melalui pendekatan luas persegi panjang maupun luas

lingkaran.

Penggunaan teknik pengukuran dengan pendekatan luas lingkaran didasarkan pada

bangun dasar daun jarak pagar adalah berbentuk lingkaran. Untuk itu diperlukan nilai atau

ukuran diameter rata-rata daun, kemudian dicari luasnya dan dikalikan dengan faktor koreksi,

maka luas daun sebenarnya diketahui.

Hasil studi menunjukkan bahwa, nilai luas daun dengan pendekatan luas lingkaran

menghasilkan ukuran luas daun yang berbias ke bawah. Pada Tabel 1, Tabel 3, dan Tabel 5,

nampak luas daun uji lebih kecil dibandingkan luas daun hasil LAM, dan memiliki tingkat

akurasi berkisar 94.8 – 99.8 persen. Nilain faktor koreksi luas daun diperoleh 0.758 untuk

daun-daun fase bibit, dan 0.744 untuk daun-daun tanaman dewasa baik tanaman yang

dibudidayakan maupun tanaman yang tumbuh sebagai pagar.

Lebih besar nilai faktor koreksi untuk daun fase bibit menandakan bahwa ukuran

helaian daun pada fase ini lebih memenuhi lingkaran bangun dasar dari daun jarak pagar.

Daun pada fase bibit banyak yang belum menampakkan lekukan pinggir daun dengan tegas

sehingga bentuk bundar atau lingkaran nampak terlihat. Sedangkan pada daun-daun tanaman

dewasa, lekukan pinggir daun nampak tegas berjumlah antara 5 – 7 lekukan sehingga nampak

daun agak menjari. Bila dipetakan dalam lingkaran bangun dasar daun, maka daun tanaman

dewasa menyisakan bidang lingkaran yang tidak tertutupi helaian daun lebih besar (Gambar

1). Oleh karena itu, maka faktor koreksi luas daunnya diperoleh lebih kecil, yaitu 0.744.

Pengukuran dengan pendekatan luas persegi paling sering digunakan sehubungan

dengan pengukuran daun diperoleh ukuran dimensi yang terpanjang dinyatakan sebagai

ukuran panjang, sedangkan ukuran dimensi yang lebih kecil dinyatakan sebagai lebar. Hasil

perhitungan dengan pendekatan ini menghasilkan perhitungan luas yang membias baik ke

bawah maupun ke atas. Pada Tabel 2, Tabel 4, dan Tabel 6 nampak bahwa luas daun uji ada

yang bernilai lebih besar maupun lebih kecil daripada luas daun hasil LAM , sehingga tingkat

akurasi nampak berkisar 95.1 – 102.2 persen.

Menghitung luas daun dengan pendekatan luas persegi panjang diperlukan nilai faktor

(6)

dewasa. Tidak ada beda faktor koreksi luas daun antar tanaman yang dibudidayakan dengan

tanaman sebagai pagar.

Adanya bias nilai ke bawah maupun ke atas pada perhitungan dengan pendekatan luas

persegi empat dan merujuk pada pendapat Tjitrosoepomo (1989), bahwa bangun dasar daun

jarak pagar adalah lingkaran, maka perhitungan luas daun tanaman jarak pagar sebaiknya

menggunakan pendekatan luas lingkaran, yaitu luas daun yang diperoleh dari ukuran

diameter rata-rata dikalikan dengan 0.758 untuk daun fase bibit, sedangkan untuk

daun-daun dewasa dikalikan dengan faktor koreksi 0.744. Namun demikian, dengan kemudahan

pengukuran panjang dan lebar daun saat di lapang tentunya kecenderungan menggunakan

pendekatan luas persegi panjang yang kemudian dikalikan faktor koreksi luas daun 0.595

untuk daun pada fase bibit dan 0.585 untuk daun dewasa akan dipilih. Konsistensi

penggunaan teknik perhitungan tentunya menjadi perhatian agar diperoleh nilai yang

benar-benar menggambarkan kondisi di lapang. Selain itu pertimbangan dalam menentukan sampel

daun yang diukur dari suatu tegakan tanaman perlu menjadi bahan pertimbangan.

KESIMPULAN

1. Bentuk helaian daun tanaman jarak pagar bervariasi antar tingkat perkembangan, yaitu

pada fase bibit lekukan pinggir daun nampak tidak tegas dibandingkan dengan daun-daun

tanaman dewasa.

2. Faktor koreksi luas daun jarak pagar berdasarkan pendekatan luas lingkaran 0.758 untuk

daun fase bibit dan 0.744 untuk daun dewasa. Dengan pendekatan luas persegi panjang,

faktor koreksi luas daun 0.595 untuk daun fase bibit dan 0.585 untuk daun dewasa.

DAFTAR PUSTAKA

Finkeldey, R. 2005. An Introduction to Tropical Forest Genetics. Diterjemahkan Djamhuri, E. et.al. Pengantar Genetika Hutan Tropis. ASEAN-EU University Network Programme (AUNP). Bogor.

Goonasekera, G.A.J.P.R. 1978. A General Regression Equation for The Estimation of Leaf Area. J. Rub. Res. Inst. Srilanka 55:29-33.

(7)

Pearce, SC., G.M. Clark, G.V. Dyke, R.E. Kempson. 1988. A Mannual of Crop Experimentation. London, Charles Griffin & Company.

Suhendry, I. dan N. Alwi. 1987. Beberapa Metode Pengukuran Luas Daun Klon Karet. Bulletin Perkaretan. 5 (3):67-71.

Tjitrosoepomo, G. 1989. Botani Morfologi. UGM Press.

Weier, T.E., C.R. Stocking, M.G. Barbour. 1974. Botany. An Introduction to Plant Biology. Fifth Edition. Wiley International Edition. New York.

Tabel 1. Contoh sampel perhitungan luas daun dan faktor koreksi luas daun fase bibit dengan pendekatan luas lingkaran.

(8)

8 68.34 11 10.5 5.375 90.71656 0.75334 67.130256 98.22982

Tabel 2. Contoh sampel perhitungan luas daun dan faktor koreksi luas daun fase bibit dengan pendekatan luas persegi panjang.

No

Tabel 3. Contoh sampel perhitungan luas daun dan faktor koreksi luas daun fase dewasa tanaman budidaya dengan pendekatan luas lingkaran.

(9)

10 105.89 13 14 6.75 143.0663 0.74015 105.86903 99.98019

….. ….. ….. ….. ….. ….. ….. ….. …..

100 102.82 13 13.5 6.625 137.8166 0.74606 101.98426 99.18718

0.74441

Tabel 4. Contoh sampel perhitungan luas daun dan faktor koreksi luas daun fase dewasa tanaman budidaya dengan pendekatan luas persegi panjang.

No

Tabel 5. Contoh sampel perhitungan luas daun dan faktor koreksi luas daun fase dewasa tanaman pagar dengan pendekatan luas lingkaran.

(10)

9 98.19 13 13 6.5 132.665 0.74013 98.1721 99.98177

10 105.89 13 14 6.75 143.0663 0.74015 105.86903 99.98019

….. ….. ….. ….. ….. ….. ….. ….. …..

100 102.82 13 13.5 6.625 137.8166 0.74606 101.98426 99.18718

0.74454

Tabel 6. Contoh sampel perhitungan luas daun dan faktor koreksi luas daun fase dewasa tanaman pagar dengan pendekatan luas persegi panjang.

Gambar

Gambar 1. Bentuk daun saat fase bibit (kiri) dan daun dewasa (kanan). Garis  lingkaran hitam menandakan bentuk dasar daun, garis panah putih    cara mengukur diameter daun
Tabel 1. Contoh sampel perhitungan luas daun dan faktor koreksi luas daun fase    bibit dengan pendekatan luas lingkaran
Tabel 3. Contoh sampel perhitungan luas daun dan faktor koreksi luas daun fase    dewasa tanaman budidaya dengan pendekatan luas lingkaran
Tabel 4. Contoh sampel perhitungan luas daun dan faktor koreksi luas daun fase    dewasa tanaman budidaya dengan pendekatan luas persegi panjang
+2

Referensi

Dokumen terkait

Judul Skripsi : Uji Sitotoksik Fraksi Etilasetat Daun Bangun- Bangun ( Plectranthus amboinicus (Lour.) Terhadap Larva Artemia salina Leach Dengan Metode Brine

Pada tanaman dewasa yang telah disadap, pembentukan daun muda yang rusak karena serangan penyakit gugur daun seringkali mengakibatkan stres fisiologi, dan dapat

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan menentukan pengaruh pemberian tepung daun bangun-bangun pada berbagai taraf (0, 1,25, 2,5, dan 3,75%) dalam ransum induk babi

bahwa senyawa utama yang terdapat dalam daun bangun-bangun yaitu polifenol,. saponin, glikosida flavonol dan minyak atsiri (Santoso dan

Pengaruh interaksi antara tingkat petikan daun bangun-bangun dengan konsentrasi ekstrak metanolik fraksi eter terhadap aktivitas antioksidan (% peredaman DPPH). Daftar analisis

Lampiran 9.Daftar analisis sidik ragam aktivitas antiokisdan ekstrak metanolik fraksi eter daun bangun-bangun dan uji LSR efek utama pengaruh konsentrasi ekstrak dengan

Pada tanaman dewasa yang telah disadap, pembentukan daun muda yang rusak karena serangan penyakit gugur daun seringkali mengakibatkan stres fisiologi, dan dapat

Penelitian ini bertujuan untuk menghitung kandungan total flavonoid ekstrak daun jarak pagar, serta mengidentifikasi kandungan alkaloid, terpenoid, saponin, flavonoid, dan tanin yang