• Tidak ada hasil yang ditemukan

IMPLEMENTASI AUDIT SYARIAH DI LEMBAGA KE

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "IMPLEMENTASI AUDIT SYARIAH DI LEMBAGA KE"

Copied!
32
0
0

Teks penuh

(1)

Makalah Ini Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Dalam Mata Kuliah

“Auditing Bank Syariah”

Dengan Dosen Pengampu: Rukanda Ahmad Sulanjana, S.E., M.E.Sy.

Disusun Oleh:

Ilman Muhamad Asodiq (1143020089)

Jurusan Hukum Ekonomi Syariah (Muamalah) HPS/ VI/ B

Fakultas Syari’ah dan Hukum

Universitas Islam Negeri Sunan Gunung Djati Bandung

(2)

Segala puji hanya milik Allah SWT. Yang telah melimpahkan rahmat dan ridha-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas makalah ini guna memenuhi tugas mata kuliah Auditing Bank Syariah. Shalawat serta salam semoga tetap tercurah kepada Nabi Muhammad SAW.

Dalam penyusunan tugas atau materi ini, tidak sedikit hambatan yang penulis hadapi. Namun penulis menyadari bahwa kelancaran dalam penyusunan materi ini tidak lain berkat bantuan, dorongan, dan bimbingan orang tua, sehingga kendala-kendala yang penulis hadapi teratasi.

Makalah ini disusun agar pembaca dapat memperluas ilmu tentang Implementasi Audit Syariah Di Lembaga Keuangan Syariah. Yang kami sajikan dari berbagai sumber. Makalah ini di susun oleh penyusun dengan berbagai rintangan. Baik itu yang datang dari diri penyusun maupun yang datang dari luar. Namun dengan penuh kesabaran dan terutama pertolongan dari Allah akhirnya makalah ini dapat terselesaikan.

Semoga makalah ini dapat memberikan wawasan yang lebih luas dan menjadi sumbangan pemikiran kepada pembaca khususnya para mahasiswa Universitas Islam Negeri Sunan Gunung Djati Bandung. Saya sadar bahwa makalah ini masih banyak kekurangan dan jauh dari sempurna. Untuk itu, kepada dosen pembimbing saya meminta masukannya demi perbaikan pembuatan makalah saya di masa yang akan datang dan mengharapkan kritik dan saran dari para pembaca.

Bandung, April 2017

(3)

KATA PENGANTAR ... i

DAFTAR ISI ... ii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A.Latar Belakang Masalah ... 1

B. Rumusan Masalah ... 3

C.Tujuan Masalah ... 4

BAB II TINJAUAN TEORITIS ... 5

A.Pengertian Audit Syariah ... 5

B. Dasar Hukum Audit Syariah... 7

C.Tujuan Audit Syariah ... 10

D.Filosofi Audit Syariah ... 11

E. Macam-macam Audit Syariah ... 11

F. Manfaat Audit Syariah... 13

G.Kerangka Audit Syariah ... 13

H.Sebab-sebab LKS Perlu di Audit Syariah... 18

BAB III PEMBAHASAN ... 19

A.Implementasi Audit Syariah Di Lembaga Keuangan Syariah ... 19

B. Peranan Pengawasan dan Kerangka Audit Syari’ah Terhadap Tata Kelola Lembaga Keuangan Syariah ... 21

C.Peran dan Tanggung Jawab Auditor di Lembaga Keuangan Syariah .. 23

BAB IVPENUTUP ... 26

(4)
(5)

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Lembaga keuangan syariah seperti halnya bank, memiliki karakteristik berbeda dengan entitas konvensional. Perbedaan karakter tersebut mempengaruhi bentuk dan standar dalam kegiatan pengawasan lembaga bank syariah termasuk pelaksanaan auditnya. Pengawasan bank syariah yang berada dalam otoritas Bank Indonesia dan Dewan Syariah Nasional (DSN) dilakukan dalam rangka menjaga kepatuhan terhadap prinsip prinsip dan aturan syariah dalam operasional kegiatannya dan pelaporannya sesuai konsep perbankan syariah serta sesuai prinsip akuntansi bertema umum.

Bank Syariah menjadi salah satu bagian dari Lembaga Keuangan Syariah (LKS) yang memiliki karakteristik berbeda dengan entitas konvensional. Perbedaan karakter tersebut mempengaruhi bentuk dan standar dalam kegiatan pengawasan lembaga bank syariah termasuk pelaksanaan auditnya. Pengawasan bank syariah yang berada dalam otoritas Bank Indonesia (BI) dan Dewan Syariah Nasional (DSN) dilakukan dalam rangka menjaga kepatuhan terhadap prinsip-prinsip dan aturan syariah dalam operasional kegiatannya dan pelaporannya sesuai konsep perbankan syariah serta sesuai prinsip akuntansi bertema umum. Dalam hal ini, Dewan Pengawas Syariah (DPS) memiliki peran yang utama dalam pengendalian dalam aspek syariah dan auditor memiliki peran utama dalam menguji (examination) penyajian laporan keuangan yang fair. Adapun standar audit yang berlaku pada LKS termasuk bank Syariah adalah standar audit yang dikeluarkan dan disahkan oleh AAOIFI (Accounting and Auditing Organization for Islamic Financial Institutions) yang berada di Manama, Bahrain.

(6)

bisnisnya. Oleh karena itu, disamping adanya pengawasan dan audit syariah, diperlukan elemen lain yang mendukung kesuksesan perbankan syariah yaitu good corporate governance (tata kelola perusahaan yang baik).

Tujuan corporate governance secara umum adalah untuk mewujudkan keadilan bagi seluruh pihak yang berkepentingan terhadap perusahaan (stakeholder). Dalam mewujudkan pengawasan bank syariah yang efektif dan efisien maka BI, DSN, dan DPS harus saling bekerja sama dalam mengemban tugasnya dengan sebaikbaiknya. Dan untuk mewujudkan good corporate governance seluruh pihak baik dewan direksi, manajemen bank, auditor, stakeholder dan pihak lainnya harus saling memberikan informasi yang benar guna mendukung pertanggungjawaban masingmasing pihak kepada otoritas yang sesuai dan kepada masyarakat yang bermitra dengan Bank Syariah. Seluruh upaya tersebut memerlukan dukungan dari pemerintah yang diwakili oleh BI yang telah diberikan kepercayaan dalam membuat kebijakan berupa regulasi-regulasi yang terarah, efisien dan efektif.

Audit syariah sendiri mulai berkembang di Indonesia sejak maraknya perbankan konvensional yang melakukan office channeling dengan membuka Unit Usaha Syariah. Audit syariah sendiri biasanya dilakukan oleh Team Audit Sharia Compliance yang bertugas untuk membantu pekerjaan Dewan Pengawas Syariah (DPS) dalam memberikan pengawasan atas praktik-praktik yang terjadi sehingga penyimpangan dari konsep perbankan syariah dapat dicegah. Tugas tersebut juga bertujuan agar standar yang diterapkan oleh perbankan syariah sesuai dengan standar yang telah ditentukan oleh AAOIFI (Auditing and Accounting Organization for Islamic Financial Institutions).

(7)

pertanggungjawaban masing-masing terhadap masyarakat yang selama ini terjebak dalam pemikiran konvensional.

LKS khususnya bank syariah bergerak di sektor keuangan (finance)yang umumnya memiliki risiko yang tinggi dalam pengelolaan bisnisnya. Oleh karena itu, disamping adanya pengawasan dan audit syariah, diperlukan elemen lain yang mendukung kesuksesan perbankan syariah yaitu good corporate governance(tata kelola perusahaan yang baik).Tujuan corporate governance secara umum adalah untuk mewujudkan keadilan bagi seluruh pihak yang berkepentingan terhadap perusahaan (stakeholder).

Dalam mewujudkan pengawasan bank syariah yang efektif dan efisien maka BI, DSN, dan DPS harus saling bekerja sama dalam mengemban tugasnya dengan sebaik-baiknya. Dan untuk mewujudkan good corporate governance seluruh pihak baik dewan direksi, manajemen bank, auditor, stakeholder dan pihak lainnya harus saling memberikan informasi yang benar guna mendukung pertanggungjawaban masing-masing pihak kepada otoritas yang sesuai dan kepada masyarakat yang bermitra dengan Bank Syariah. Seluruh upaya tersebut memerlukan dukungan dari pemerintah yang diwakili oleh BI yang telah diberikan kepercayaan dalam membuat kebijakan berupa regulasi-regulasi yang terarah, efisien dan efektif.

Berdasarkan penjelasan diatas, maka perlu dikaji lebih dalam mengenai Audit Syariah, penulis menyusun makalah mengenai Implementasi Audit Syariah di Lembaga Keuangan Syariah.

B. Rumusan Masalah

1. Bagaimana Implementasi Audit Syariah di Lembaga Keuangan Syariah?

2. Bagaimana Peranan Pengawasan dan Kerangka Audit Syari’ah terhadap Tata Kelola Lembaga Keuangan Syariah?

(8)

C. Tujuan Masalah

1. Untuk Mengetahui Implementasi Audit Syariah di Lembaga Keuangan Syariah. 2. Untuk Mengetahui Peranan Pengawasan dan Kerangka Audit Syari’ah terhadap

Tata Kelola Lembaga Keuangan Syariah.

(9)

TINJAUAN TEORI

A. Pengertian Audit Syariah

Menurut Alvin A Arens dan James K Loebbecke (1980), auditing adalah suatu set prosedur yang sesuai dengan norma pemeriksaan akuntan yang memberikan informasi sehingga agunan dapat menyatakan satu pendapat tentang apakah laporan keuangan yang diperiksa disajikan secara wajar sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku.1

Audit adalah faktor penting untuk menjamin akuntabilitas perusahaan, hal ini untuk mengeksplorasi audit Syari‟ah yang selanjutnya memungkinkan praktisi dan pengguna menggunakan pengetahuan yang diperoleh baik dalam audit konvensional serta perspektif Islam.2

Auditing merupakan salah satu bentuk atestasi. Atestasi, pengertian umumnya merupakan suatu komunikasi dari seorang expert mengenai kesimpulannya tentang reabilitas dari pernyataan seseorang

Auditing adalah suatu proses dengan apa seseorang yang mampu dan independent dapat menghimpun dan mengevaluasi bukti-bukti dari keterangan yang terukur dasri suatu kesatuan ekonomi dengan tujuan untuk mempertimbangkan dan melaporkan tingkat kesesuaian dari keterangan yang terukur tersebut dengan kriteria yang telah ditetapkan.3

Untuk mengetahui dengan jelas pengertian auditing, berikut ini akan dikemukakan definisi-definisi auditing yang diambil dari beberapa sumber.

1 Harahap, Sofyan Syafri dkk. Auditing Kontemporer, (Jakarta: Erlangga, 1994), hlm. 18. 2 Sukrisno Agoes, Auditing; Petunjuk Praktis Pemeriksaaan Akuntan oleh Akuntan Publik, (Jakarta: Salemba Empat,2012), hlm. 2.

3

(10)

Menurut Arens et al adalah: “Auditing adalah proses pengumpulan dan pengevaluasi bukti tentang informasi yang dapat diukur mengenai suatu entitas ekonomi yang dilakukan oleh seorang yang kompoeten dan independen untuk menentukan dan melaporkan kesesuaian kesesuaian informasi dimaksud dan kriteria-kriteria yang telah ditetapkan. Auditing seharusnya dilakukan oleh orang yang independen dan kompeten”.

Sedangkan pengertian auditing menurut Mulyadi auditing adalah suatu proses sistematik untuk memperoleh dan mengevaluasi bukti secara objektif mengenai pernyataan-pernyataan tentang kegiatan dan kejadian ekonomi, dengan tujuan untuk menetapkan tingkat kesesuaian antara pernyataan-pernyataan tersebut dengan kriteria yang telah ditetapkan, serta penyampaian hasil-hasilnya kepada pemakai yang berkepentingan”

Secara umum Audit Syari‟ah adalah untuk melihat dan mengawasi,

mengontrol dan melaporkan transaksi, sesuai aturan dan hukum Islam yang bermanfaat, benar, tepat waktu dan laporan yang adil untuk pengambilan keputusan. Bukan tugas yang mudah untuk melakukan audit syariah di dalam kondisi kapitalistik dan sistem keuangan konvensional yang kompetitif. Masalah ini lebih diperparah oleh penurunan nilai-nilai moral, sosial dan ekonomi Islam di negara-negara Muslim termasuk Malaysia dan Indonesia, di bawah tekanan progresif penjajahan dan dominasi budaya dunia barat selama beberapa abad lalu. Hal ini menyebabkan diabaikannya nilai sosial-ekonomi Islam oleh beberapa kalangan dari Lembaga Keuangan Syari‟ah.

Auditing syariah lebih luas cangkupannya dari auditing konvensional, dimana auditing syariah selain mengacu pada standar audit nasional dan internasional juga mengacu pada prinsip-prinsip syariah. Dalam audit syariah bisa menerapkan aturan audit nasional dan internasional selama tidak bertentangan dengan prinsip syariah.

(11)

fatwa-fatwa, instruksi dan lain sebagainya yang diterbitkan fatwa IFI dan lembaga supervisi syariah. Rahman (2008) menjelaskan auditing dalam Islam adalah:

a. Proses menghitung, memeriksa dan memonitor (proses sistematis) b. Tindakan seseorang (pekerjaan duniawi atau amal ibadah)

c. Lengkap dan sesuai syariah

d. Untuk mendapat reward dari Allah di akhirat

Dapat disimpulkan pengertian audit syariah adalah salah satu unsur melalui pendekatan administratif dengan menggunakan sudut pandang keterwakilan. Oleh karena itu, auditor merupakan wakil dari para pemegang saham yang menginginkan pekerjaan (investasi) mereka sesuai dengan hukum-hukum syariat Islam.

B. Dasar Hukum Audit Syariah

Banyak sekali pesan tentang audit dan kontrol dalam ajaran Islam. Berikut ini adalah beberapa nash Al-qur’an yang dapat dijadikan para bankir dan praktisi Syu'aib. ia berkata: "Hai kaumku, sembahlah Allah, sekali-kali tidak ada Tuhan

4 Muhammad Syafi’I Antonio, Bank Syariah,dari Teori ke Praktek (Jakarta: Gema Insani, 2001), Hlm. 209.

(12)

bagimu selain-Nya. Sesungguhnya telah datang kepadamu bukti yang nyata dari Tuhanmu. Maka sempurnakanlah takaran dan timbangan dan janganlah kamu kurangkan bagi manusia barang-barang takaran dan timbangannya, dan janganlah kamu membuat kerusakan di muka bumi sesudah Tuhan memperbaikinya. yang demikian itu lebih baik bagimu jika betul-betul kamu orang-orang yang beriman". lebih bermanfaat, hingga sampai ia dewasa. dan sempurnakanlah takaran dan timbangan dengan adil. Kami tidak memikulkan beban kepada sesorang melainkan sekedar kesanggupannya. dan apabila kamu berkata, Maka hendaklah kamu Berlaku adil, Kendatipun ia adalah kerabat(mu), dan penuhilah janji Allah. yang demikian itu diperintahkan Allah kepadamu agar kamu ingat.

(13)

6. Hai orang-orang yang beriman, jika datang kepadamu orang Fasik membawa suatu berita, Maka periksalah dengan teliti agar kamu tidak menimpakan suatu musibah kepada suatu kaum tanpa mengetahui keadaannya yang menyebabkan kamu menyesal atas perbuatanmu itu. Quran itu bukan dari sisi Allah, tentulah mereka mendapat pertentangan yang banyak di dalamnya.

2. Hadist

a. Hadis riwayat Abu Dawud, dari Abu Hurairah, Rasul Saw bersabda:

Artinya : Aku jadi yang ketiga antara dua orang yang berserikat selama yang

satu tidak khianat kepada yang lainnya, apabila yang satu berkhianat kepada

pihak yang lain, maka keluarlah aku darinya.

b. Hadis Nabi Riwayat Tirmidzi dari „Amr Bin Auf :

Artinya : Perdamaian dapat dilakukan diantara kaum muslimin kecuali

perdamaian yang mengharamkan yang halal atau menghalalkan yang haram

; dan kaum muslimin terikat dengan syarat-syarat mereka kecuali syarat yang

mengharamkan yang halal atau menghalalkan yang haram.

(14)

Artinya: Rasulullah s.a.w. menetapkan: Tidak boleh

membahayakan/merugikan orang lain dan tidak boleh (pula) membalas

bahaya (kerugian yang ditimbulkan oleh orang lain) dengan bahaya

(perbuatan yang merugikannya).

3. Undang-Undang

Acounting and Auditing Standards for Islamic Financial Institution (AAOIFI). Dimana AAOIFI telah menyusun :

1) Tujuan dan konsep akuntansi keuangan untuk lembaga keuangan. 2) Standar Akuntansi untuk lembaga keuangan, khususnya bank. 3) Tujuan dan standar auditing untuk lembaga keuangan.

4) Kode etik untuk akuntan dan auditor lembaga keuangan. Prinsip umum audit AAOIFI adalah :

1) Auditor lembaga keuangan Islam harus mematuhi “Kode etik professi

akuntan” yang dikeluarkan oleh AAOIFI dan The International Federation of Accountans yang tidak bertentangan dengan aturan dan prinsip Islam.

2) Auditor harus melakukan auditnya menurut standar yang dikeluarkan oleh Auditing Standard for Islamic Financial Institutions (ASIFIs).

3) Auditor harus merencanakan dan melaksanakan audit dengan kemampuan professional, hati-hati dan menyadari segala keadaaan yang mungkin ada yang menyebabkan laporan keuangan salah saji.

C. Tujuan Audit Syariah

1. Untuk memastikan kesesuaian seluruh operasional bank dengan prinsip dan aturan syariah yang digunakan sebagai pedoman bagi manajemen dalam mengoperasikan bank syariah

2. Untuk menilai tingkat penyelesaian (progress of completness) dari suatu tindakan 3. Untuk memperbaiki (koreksi) kesalahan

(15)

5. Memberikan punishment (ganjaran buruk) untuk kegagalan pekerjaan

D. Filosofi Audit Syariah

Audit dalam perspektif Islam mengandung filosofi-filosofi berikut ini:

1. Hal ini didasarkan pada keyakinan bahwa Allah hanya pemilik segala sesuatu, percaya pada hari setelah pertanggungjawaban di hadapan Allah.

2. Hal ini didasarkan pada moral: Seperti; takut Allah, kejujuran, kepercayaan, janji, kerjasama, dan pengampunan. Dalam konteks ini, Allah berfirman: "Sesungguhnya Allah menyuruh (kamu) berlaku adil dan berbuat kebajikan, memberi bantuan kepada kerabat, dan Dia melarang (melakukan) perbuatan keji, kemungkaran, dan permusuhan. Dia memberi pengajaran kepadamu agar kamu dapat mengambil pelajaran.27" (AL-Nahl-90).

3. Prinsip-prinsip Audit dalam Islam yang dilakukan dari sumber-sumber hukum Islam seperti Quran dan Sunnah. Prinsip-prinsip ini yang sempurna, permanen dan komprehensif

4. Audit dalam Islam hanya berurusan dengan transaksi yang sah, dan menghindari transaksi jahat dan melanggar hukum.

5. Audit dalam Islam tidak menjalin pada aspek perilaku manusia yang bekerja di perusahaan dan memotivasi dan insentif dia ke jalan yang lurus sesuai dengan hukum Islam.

6. Kerangka Audit dalam Islam lebih luas, itu berarti aspek

E. Macam-Macam Audit Syariah

Adanya kebutuhan untuk memastikan kepatuhan yang tepat untuk prinsip-prinsip audit yang syari'ah dalam operasi dan kegiatan, peran masing-masing pelaku utama dalam audit dari lembaga keuangan Syari‟ah sangat penting. Pelaku audit lembaga keuangan syari‟ah adalah :

(16)

Pemeriksaan yang dilakukan auditor internal lebih rinci dibandingkan dengan pemeriksaan yang dilakukan oleh auditor eksternal. Internal auditor tidak memberikan opini terhadap kewajaran laporan keuangan karena auditor internal merupakan orang dalam perusahaan yang tidak independen. Laporan internal auditor mencangkup pemeriksaan mengenai kecurangan dan penyimpangan, kelemahan pengendalian internal , dan rekomendasi perbaikan.50 Audit internal dibagi menjadi :

1) Komite Audit dan Tata Lembaga Keuangan Islam. Komite ini bertanggung jawab untuk fungsi-fungsi berikut, sistem pengendalian internal, dan penggunaan rekening investasi terbatas, kepatuhan syari'ah, rekening sementara dan tahunan dan praktek akuntansi dan audit.

2) Dewan Pengawas Syariah bertanggung jawab untuk mengeluarkan fatwa, merumuskan kebijakan sesuai dengan syari'at, dan memberikan dukungan syari'ah dengan produk dan jasa dari Lembaga Keuangan Islam. Peran dasar mereka adalah sebagai persetujuan atau stamping otoritas.

Fungsi utama dewan Syariah adalah sebagai penasihat dan pemberi sran kepada Direksi Bursa sebagai penyelenggara Pasar Komoditas Syariah mengenai hal-hal yang berkaitan dengan aspek syariah dalam penyelenggaraan Pasar Komoditas Syariah6

3) Auditor internal bertanggung jawab untuk melakukan audit internal dan untuk memastikan Lembaga Keuangan Islam mematuhi syari'at dan semua transaksi dan kontrak yang dilaksanakan dalam kerangka syari'at. Beberapa Lembaga Keuangan Islam juga memiliki petugas syari'at mereka sebagai unit bekerja sama dengan auditor internal atau mereka adalah bagian dari auditor internal. b. Auditor Eksternal

Auditor eksternal bertanggung jawab untuk memberikan pendapat mereka apakah transaksi dan kontrak yang dalam syari'at kebijakan, peraturan dan

(17)

pedoman. Dimana auditor internal dan eksternal juga bertanggung jawab untuk

menguji kepatuhan syari'ah lembaga keuangan syari‟ah

Selain itu, masih ada perdebatan berlangsung pada siapa harus melakukan audit syari'ah. Studi Kasim menemukan bahwa beberapa responden lebih suka praktek syari'at audit yang akan dilakukan oleh orang-orang yang memenuhi syarat dalam syari'at saja. Lainnya ingin audit syari'ah menjadi tanggung jawab auditor

internal atau departemen syari'ah lembaga keuangan syari‟ah masing-masing atau

anggota komite syari'at.

F. Manfaat Audit Syariah

1. Audit diperlukan untuk meningkatkan kepercayaan pengguna laporan keuangan terhadap laporan keuangan apakah telah disusun sesuai peraturan yang berlaku atau tidak.

2. Untuk menetapkan standar dan memberikan pedoman Lembaga Keuangan

syari’ah mengenai tujuan dan prinsip umum pelaksanaan audit atas laporan

keuangan yang disajikan oleh lembaga keuangan Islam yang beroperasi sesuai dengan prinsip dan aturan syari’ah.

3. Agar auditor mampu menyatakan suatu pendapat apakah laporan keuangan yang

disusun oleh lembaga keuangan syari‟ah, dari semua aspek yang bersifat material,

benar dan wajar sesuai dengan aturan dan prinsip syari‟ah, standar akuntansi AAOIFI, serta standar dan praktek akuntansi nasional yang berlaku pada negara itu.

G. Kerangka Audit Syariah

(18)

bagi manajemen dalam mengoperasikan bank syariah. Hal-hal yang dilakukan pada audit bank syariah meliputi:7

a. pengungkapan kewajaran penyajian laporan keuangan dan unsur kepatuhan syariah,

b. memeriksa akunting dalam aspek produk, baik sumber dana ataupun pembiayaan. c. pemeriksaan distribusi profit

d. pengakuan pendapatan cash basis secara riil e. pengakuan beban secara accrual basis

f. dalam hubungan dengan bank koresponden depositori, pengakuan pendapatan dengan bagi hasil.

g. pemeriksaan atas sumber dan penggunaan zakat

h. ada tidaknya transaksi yang mengandung unsur-unsur yang tidak sesuai dengan syariah

Hal-hal di atas adalah unsur-unsur yang harus ada dalam audit syariah, meskipun demikian prosedur audit yang telah ada tetap memiliki peran dalam audit pada perbankan syariah. Prosedur audit secara umum antara lain:

a. prosedur analitis/mempelajari dan membandingkan data yang memiliki hubungan b. menginspeksi/pemeriksaan dokumen, catatan dan pemeriksaan fisik atas

sumber-sumber berwujud,

c. mengkonfirmasi/pengajuan pertanyaan pada pihak intern atau ekstern untuk mendapat informasi

d. menghitung dan menelusur dokumen e. mencocokkan ke dokumen.

AAOIFI (Accounting and Auditing Organization for Islamic Financial Institutions) sebagaimana telah disebutkan sebelumnya mengeluarkan dan mensahkan standar audit yang berlaku pada lembaga keuangan syariah termasuk bank yang

7

(19)

kemudian banyak diacu di berbagai negara. Standar Auditing AAOIFI untuk audit pada lembaga keuangan syariah sendiri mencakup lima standar, yaitu tujuan dan prinsip (objective and principles of auditing), laporan auditor (auditor’s report), ketentuan keterlibatan audit (terms of audit engagement), lembaga pengawas syariah (shari’a supervisory board), tinjauan syariah (shari’a review). Adapun penjelasan singkat dari kelima standar tersebut adalah sebagai berikut:8

Pertama terkait tujuan dan prinsip. Tujuan dari sebuah audit laporan keuangan yaitu untuk memungkinkan auditor menyampaikan opini atas laporan keuangan tertentu dalam semua hal yang material dan sesuai dengan aturan dan prinsip Islam, AAOIFI, standar akuntansi nasional yang relevan, serta praktek di negeri yang mengoperasikan lembaga keuangan. Adapun prinsip etika profesi meliputi, kebenaran, integritas, dapat dipercaya, keadilan dan kewajaran, kejujuran, independen,objekivitas, kemampuan professional, bekerja hati-hati,menjaga kerahasiaan, perilaku professional dan menguasai standar teknis.

Kedua terkait laporan auditor. Elemen dasar dari laporan auditor (judul, alamat, paragraf pembukaan atau pengenalan, cakupan paragraf (gambaran dari audit), acuan ASIFI dan standar nasional yang relevan atau praktek, Uraian pekerjaan yang dilakukan auditor, Paragraf opini berisi sebuah ungkapan opini tentang laporan keuangan, Tanggal Laporan, Alamat Auditor dan Tanda Tangan Auditor). Terkait ruang lingkup paragraf,laporan auditor harus menggambarkan cakupan audit dengan menyatakan bahwa audit telah dilaksanakan sesuai ASIFI dan standar nasional yang relevan atau praktek telah sesuai dan tidak melanggar aturan dan prinsip Syariah. Ruang lingkup mengacu pada kemampuan auditor untuk melaksanakan prosedur audit yang dianggap penting dalam hal itu. Hal ini meyakinkan para pembaca bahwa audit telah berjalan sesuai ketetapan standar maupun praktek. Disamping itu juga telah sesuai dengan standar auditing nasional atau praktek mengikuti negara tempat auditor berada, hal ini terlihat dalam alamat auditor.Laporan itu termasuk sebuah

(20)

pernyataan bahwa audit telah direncanakan dan dilaksanakan untuk memperoleh jaminan layak mengenai apakah laporan keuangan bebas dari pernyataan salah yang material.

Laporan auditor harus menggambarkan, antara lain: 9

a. pengujian, pada sebuah uji dasar, bukti yang mendukung sejumlah laporan keuangan dan pengungkapan.

b. menilai/menaksir prinsip akuntansi yang digunakan dalam persiapan laporan keuangan.

c. menilai perkiraan signifikan yang dibuat oleh manajemen dalam persiapan laporan keuangan.

d. mengevaluasi presentasi laporan keuangan secara keseluruhan.

Ketiga terkait ketentuan keterlibatan audit. Auditor dan klien harus menyetujui ketentuan perjanjian. Istilah setuju perlu disampaikan dalam surat penugasan audit sesuai kontrak. Isi dasar surat perjanjian adalah dokumen surat penunjukan dan menegaskan tanggung jawab auditor untuk klien dan bentuk setiap laporan yang akan diberikan oleh auditor.

Keempat berkaitan dengan shari’a supervisory board yang intinya berisi penunjukan, komposisi dan laporan DPS.

Kelima berkaitan dengan tujuan Syariah (shari’a review). Shari'ah review merupakan sebuah pengujian yang luas dari kepatuhan Syariah sebuah LKS, dalam seluruh kegiatannya. Pengujian ini meliputi penunjukan, persetujuan, kebijakan, produk, transaksi, memorandum (surat peringatan), dan anggaran dasar dari perserikatan, laporan keuangan, laporan (khususnya audit internal dan pengawasan bank central), sirkulasi, dll. Tujuan dari sebuah shari'a review adalah untuk memastikan bahwa seluruh aktivitas yang diselenggarakan dalam LKS tidak bertentangan dengan Syariah. DPS bertanggung jawab untuk membuat dan

(21)

mengungkapkan sebuah opini dari suatu Lembaga Keuangan Syariah terhadap kepatuhannya pada Syariah.

Secara ringkas, audit Syariah terdiri dari tiga tahap, yaitu perencanaan, pengujian dan pelaporan. Dengan kerangka ini dan penjelasan di atas, maka nampak sejumlah perbedaan audit syariah dan audit konvensional, yaitu:10

No Audit Syariah Audit Konvensional

1. Obyeknya LKS atau Lembaga Keuangan Bank maupun Non Bank yang beroperasi dengan prinsip Syariah

Obyeknya Lembaga Keuangan Bank maupun Non Bank yang tidak beroperasi berdasarkan prinsip Syariah

2. Mengharuskan adanya peran DPS Tidak ada peran Dewan Pengawas Syariah (DPS)

3. Audit dilakukan oleh Auditor bersertifikasi SAS (Sertifikasi Akuntansi Syariah)

Audit dilakukan oleh Auditor Umum tanpa ketentuan bersertifikasi SAS

4. Standar Audit AAOIFI Standar Auditing IAI 5. Opini berisi tentang Shari'a

Compliance atau tidaknya LKS

Opini berisi tentang kewajaran atau tidaknya atas penyajian laporan keuangan perusahaan

Dari paparan di atas dapat dipahami bahwa kerangka audit syariah antara lain memenuhi unsur sebagai berikut:

a. audit syariah dilakukan dengan tujuan untuk menguji kepatuhan perbankan syariah pada prinsip dan aturan syariah dalam produk dan kegiatan usahanya sehingga

(22)

auditor syariah dapat memberikan opini yang jelas apakah bank syariah yang telah diaudit tersebut shari'ah compliance atau tidak.

b. audit syariah diselenggarakan dengan acuan standar audit yang telah ditetapkan oleh AAOIFI.

c. audit syariah dilakukan oleh auditor bersertifikasi SAS (Sertifikasi Akuntansi Syariah)

d. hasil dari audit syariah berpengaruh kuat terhadap keberlangsungan usaha perbankan Syariah dan kepercayaan seluruh pihak atas keberadaan LKS.

H. Sebab-sebab LKS Perlu di Audit Syariah

Hal-hal yang menyebabkan mengapa perusahaan atau Lembaga Keuangan Syariah dalam menjalankan bisnisnya perlu diaudit :

1. Laporan keuangan merupakan salah satu sumber informasi keuangan. Dalam pencatatannya dapat terjadi kesalahan baik yang tidak sengaja atau yang tidak disengaja. Bila disengaja, ini merupakan indikasi adanya kecurangan dari perusahaan.

2. Perusahaan dalam membuat laporan keuangan sesuai dengan kepentingannya agar terlihat asetnya banyak dan labanya besar sehingga dapat menarik investor memberikan dananya agar dikelola perusahaan.

3. Adanya perusahaan yang membesarkan biaya sehingga laba terlihat kecil, hal ini untuk mengurangi pajak dan zakat.

(23)

PEMBAHASAN

A. Implementasi Audit Syariah di Lembaga Keuangan Syariah

Audit syariah adalah sebuah proses pemeriksaan sistematis atas kepatuhan Seluruh aktivitas LKS terhadap prinsip syariah yang meliputi laporan keuangan, produk, penggunaan IT, proses operasi, pihak-pihak yang terlibat dalam aktivitas bisnis LKS, dokumentasi dan kontrak, kebijakan dan prosedur serta aktivitas lainnya yang memerlukan ketaatan terhadap prinsip syariah

Kerangka kerja dalam pelaksanaan audit merupakan hal yang sangat penting. Kerangka kerja berfungsi sebagai acuan bagi auditor melaksanakan pemeriksaan pada perusahaan. Sehingga tidak semua aspek harus diperiksa oleh auditor hanya yang memiliki resiko dan yang terkait yang harus diuji. Namun kerangka kerja audit yang ada saat ini adalah kerangka kerja audit yang berdasarkan pada standar maupun aturan untuk perusahaan konvensional. Landasan utama audit konvensional hanya berorientasi pada hukum-hukum yang berasal dari konsensus masyarakat baik nasional maupun internasional. Sedangkan audit Syariah memiliki landasan hukum tambahan yaitu aspek Syariah berupa hukum dan prinsip Islam yang berasal dari Allah SWT. Aspek religiusitas ini tidak diakomodir oleh standar audit konvensional sehingga audit Syariah memerlukan standar acuan yang berbeda dan Kerangka kerja audit Syariah haruslah memiliki acuan tersendiri.

(24)

memastikan produk dan transaksi LKS telah Sesuai dengan prinsip dan aturan syariah yang berkenaan dengan laporan keuangan.

Dalam praktiknya, menyangkut pada audit Syariah di luar aspek laporan keuangan saat ini, merupakan tanggung jawab Dewan Pengawas Syariah (DPS). Sedangkan mengenai Kerangka kerja pelaksanaan tugas DPR sebagai auditor Syariah hingga saat ini masih belum dimiliki. Kerangka besar tugas dan wewenang DPS memang telah diatur melalui UU No. 21/2008 dan peraturan Bank Indonesia terkait akan tetapi aturan tersebut belum memberikan arahan prosedur yang jelas bagi pekerjaan DPS. Sehingga belum terjadi standarisasi pemeriksaan yang dilakukan oleh DPS. Dengan demikian pemeriksaan yang dilakukan antara DPS yang satu dengan DPS yang lain bisa saja berbeda satu sama lain. Adapun Kerangka kerja DPR diatur dalam panduan surat edaran Bi No. 8/19/DPBS tanggal 24 Agustus 2006 perihal pedoman pengawasan syariah dan tata cara pelaporan hasil pengawasan bagi DPS. Laporan hasil pengawasan Syariah beserta kertas kerja pengawasan yang telah disusun oleh DPS, sesuai dengan peraturan ini, disampaikan kepada direksi, komisaris, DSN dan juga Bi. Selain itu dalam surat edaran tersebut juga dibahas mengenai laporan hasil pengawasan.

(25)

B. Peranan Pengawasan dan Kerangka Audit Syari’ah Terhadap Tata Kelola

Lembaga Keuangan Syari’ah

Corporate Governance adalah sistem hak, proses, dan kontrol secara keseluruhan yang ditetapkan secara internal dan eksternal atas manajemen sebuah entitas bisnis dengan tujuan untuk melindungi kepentingan-kepentingan semua stakeholder.11

Untuk memenuhi terlaksananya good corporate governance, diperlukan sebuah standar sebagai berikut:

1. Dewan Pengawas Syariah: Penunjukan, komposisi dan Laporan 2. Evaluasi terhadap Syariah

3. Evaluasi internal terhadap Syariah

4. Komite Audit dan Tata Kelola untuk LKS 5. Independensi dari DPS

6. Pernyataan atas Prinsip-prinsip tata kelola untuk LKS 7. Evaluasi Tanggung jawab sosial perusahaan

Selain standar dalam corporate governance LKS, diperlukan juga sebuah standar etis terhadap sumber daya insani yang meliputi kode etik bagi akuntan dan auditor pada LKS dan kode etik bagi karyawan LKS. Terdapat tiga bagian berkaitan dengan kode etik bagi akuntan dan auditor pada LKS, yaitu: (a) landasan syariah etika seorang akuntan (integritas, prinsip manusia sebagai khalifah di muka bumi, keikhlasan, kesalehan, kebenaran dan niat mengerjakan tugas dengan sempurna, takut pada Allah dalam segala hal, tanggung jawab manusia terlebih dahulu sebelum pada Allah); (b) prinsip-prinsip etika bagi akuntan (kepercayaan, legitimasi, obyektivitas, kompetensi profesi dan skill, perilaku berdasar keimanan, perilaku professional dan standar teknis); dan (c) aturan moral bagi akuntan.

11

Data diunduh melalui:

(26)

Dari paparan di atas menjadi jelas bahwa Bank Indonesia (BI), Dewan Syariah Nasional (DSN) dan Dewan Pengawas Syariah (DPS) adalah pihak-pihak yang berperan dalam pengawasan Lembaga Keuangan Syariah (Bank Syariah). Dalam menjalankan fungsinya BI dan DSN lebih berperan dalam pengawasan, sedangkan DPS lebih berperan dalam pengendalian bank syariah. Kegiatan audit pada Bank Syariah terdiri dari tiga lapis, yaitu lapis pertama, audit internal yang dilakukan oleh auditor internal bank syariah yang bertugas dalam menguji (examination) kesesuaian laporan keuangan Bank Syariah yang sesuai dengan standar akuntansi yang berlaku dan tidak ada salah saji yang bersifat material, lapis kedua, Audit eksternal yang dilakukan oleh auditor dari luar bank syariah seperti BI atau akuntan publik yang tugasnya menguji kembali keakuratannya dari hasil audit internal, dan lapis ketiga, audit Syariah yang dilakukan oleh auditor bersertifikasi atau memiliki gelar Sertifikasi Akuntansi Syariah (SAS) yang bertugas untuk memastikan bahwa produk dan transaksi bank syariah telah sesuai dengan prinsip dan aturan syariah.

(27)

Idealisme semacam ini kadang sulit diwujudkan dalam artian peraturan terkait audit syariah yang ada belum tentu dipatuhi di lapangan. Adapun auditor syariah akan menunjukkan hasil auditnya dengan memberikan opini apakah Bank Syariah yang diaudit dinyatakan shari'a compliance atau tidak. Apabila terjadi suatu kesalahan ataupun pelanggaran dalam kegiatan audit di Bank Syariah maka pihak yang harus bertanggung jawab adalah manajemen bank Syariah, sedangkan tanggung jawab auditor terletak pada opini yang diberikan. Kegiatan Pengawasan dan audit pada bank Syariah adalah satu rangkaian yang saling mendukung dalam kegiatan tata kelola perusahaan (corporate governance) yang harus dilakukan sesuai standar dan memperhatikan kode etik. Seluruh kegiatan ini dilakukan dengan tujuan utama yaitu menjaga kepercayaan masyarakat terhadap Lembaga Keuangan Syariah (Perbankan Syariah) dalam melaksanakan prinsip dan aturan Syariah pada produk dan operasional usahanya.

C. Peran dan Tanggung Jawab Auditor di Lembaga Keuangan Syariah

Audit kepatuhan syariah memiliki implikasi penting bagi legitimasi suatu perusahaan dalam Lembaga Keuangan Syariah. Kegiatan audit syariah tentu saja berbeda dengan kegiatan audit konvensional, kegiatan audit syariah yang dilakukan oleh seseorang yang memiliki pengetahuan dan keterampilan yang mencukupi terkait dengan fungsi audit syariah. Tujuannya untuk memastikan sistem pengendalian internal yang efektif sesuai dengan prinsip syariah. Perbankan syariah juga dapat merekrut pihak eksternal untuk melakukan audit syariah pada kegiatan operasional perbankan mereka. Sedangkan yang dilakukan oleh audit konvensional bertujuan untuk memberikan informasi kepada pengguna yang berguna untuk membuat dan mengevaluasi keputusan tentang alokasi sumber daya yang langka dalam ekonomi kapitalis.12

(28)

Hubungan antara permintaan audit syariah dan peran auditor syariah di lembaga keuangan syariah dengan meninjau Auditing and Accounting Organization for Islamic Financial Institutions dalam prespektif Islam. Tidak ada keraguan bahwa audit konvensional berpengaruh signifikan pada kerangka kerja audit yang digunakan dalam Lembaga Keuangan Syariah. Praktik audit konvensional telah mengalami metamorfosis untuk memenuhi stakeholder dalam sistem ekonomi Islam. Hal tersebut menjadi tanggung jawab auditor dalam lembaga keuangan syariah

Ketika mengandaikan bahwa tidak adanya kerangka audit syariah yang tepat dan keselarasan standar dengan kebutuhan sistem ekonomi islam yang bisa meredam masa depan industri keuangan Islam. Lembaga keuangan syariah harus bisa memenuhi harapan para stakeholder dengan memilih audit profesional yang kompeten untuk berkerja dengan kebijakan dan sistem yang transparan. Maka dari itu upaya untuk membangun peran dan tanggung jawab auditor dari perspektif islam. Terkadang ekspestasi pengguna laporan keuangan melebihi apa yang menjadi tanggung jawan auditor. Besarnya tuntutan yang berasal dari masyarakat terhadap profesionalisme auditor menunjukkan expectation gap yang terjadi ketika ada kesenjangan harapan antara publik dan auditor terhadap peran dan tanggung jawab auditor. Munculnya expectation gap ini dipengaruhi oleh pemahaman auditor mengenai pemahaman konsep audit syariah. Independensi dan kualifikasi seorang auditor syariah juga berpengaruh terhadap expectation gap pada lembaga keuangan syaraiah.

(29)

kegiatan konvensional bercampur dengan dana untuk kegiatan syariah dan Menyelidiki proses uji kelayakan untuk rektrukturisasi pinjaman bank, pemulihan mekanisme, dan resolusi sengketa tanpa prasangka.

Aturan dan Tanggung Jawab Auditor Syari’ah13

Sejauh ini kita telah melihat bahwa audit syari’ah adalah salah satu pilar utama dari tata kelola LKS. Mereka ingin memastikan kepatuhan dari LKS terhadap seluruh persyaratan yang ditetapkan syari’ah. Fungsi audit syari’ah dilakukan oleh auditor internal yang cukup memiliki ilmu pengetahuan dan kemampuan tentang syari’ah. Tujuan pokok mereka adalah untuk memastikan gaung dan penerapan

sistem pengendalian internal telah mengikuti syari’ah sepenuhnya. Internal auditor

juga dapat menggunakan tenaga ahli di bidang keuangan Islam dalam membantu melakukan audit selama tujuan audit tidak dilanggar. LKS dapat menunjuk pihak eksternal untuk melakukan audit.

Standar auditing AAOIFI menyatakan bahwa ketika ada permintaan untuk memeriksa kepatuhan terhadap aturan dan prinsip syari’ah, auditor eksternal harus mendapatkan bukti yang tepat dan cukup sehingga bisa membantu auditor memberi alasan yang jelas terkait apakah LKS sudah atau belum sesuai dengan prinsip serta aturan syari’ah (fatwa, aturan dan pedoman yang dikeluarkan oleh DPS). Seorang auditor bertanggungjawab untuk membuat dan memberi opini tentang laporan keuangan LKS, sebagaimana yang telah dijelaskan pada Standar Tata Kelola untuk LKS (GSIFI No.1) yang dikeluarkan oleh AAOIFI. Lebih lanjut dinyatakan bahwa auditor harus mumpuni dalam ilmu syari’ah; meskipun begitu, dia tidak mesti memiliki ilmu yang mendalam seperti anggota SSB (DPS). Yang perlu

digarisbawahi, auditor syari’ah tidak bertanggung jawab atas pencegahan atas fraud

dan kesalahan; meskipun begitu, mereka tidak terlepas dari kekurangan atas kelalaian dan kesalahan selama proses audit.

13

(30)

Simpulan

1. Pelaksanaan Audit Syariah di Lembaga Keuangan Syariah telah dilaksanakan dengan mengedepankan nilai-nilai Islam dan juga memiliki panduan audit Syariah tersendiri yang mengakomodir prinsip dan hukum syariah untuk melaksanakan audit laporan keuangan LKS, dengan adanya PSAK Syariah yang dikeluarkan IAI (ikatan akuntan indonesia)

2. Pihak-pihak yang berperan dalam pengawasan Lembaga Keuangan Syariah (Bank yariah). Bank Indonesia (BI), Dewan Syariah Nasional (DSN) dan Dewan Pengawas Syariah (DPS). Dalam menjalankan fungsinya BI dan DSN lebih berperan dalam pengawasan, sedangkan DPS lebih berperan dalam pengendalian bank syariah.

(31)

DAFTAR PUSTAKA

Buku

Harahap, Sofyan Syafri dkk. Auditing Kontemporer. Jakarta: Erlangga. 1994. Departemen Agama Republik Indonesia. Al-Qur'an Terjemahan. Jakarta: PT.

syamil. Cipta Media. 2005.

Muhamad Nadratuzzaman. Produk Keuangan Islam di Indonesia dan Malaysia. PT Gramedia: Jakarta. 2012.

Muhammad Syafi’I Antonio. Bank Syariah,dari Teori ke Praktek. Jakarta: Gema

Insani. 2001.

Sukrisno Agoes. Auditing; Petunjuk Praktis Pemeriksaaan Akuntan oleh Akuntan Publik. Jakarta: Salemba Empat. 2012.

Jurnal

Minarni. KONSEP PENGAWASAN, KERANGKA AUDIT SYARIAH, NGKA AUDIT SYARIAH, DAN TATA KELOLA LEMBAGA KEUANGAN

SYARIAH DAN TATA KELOLA LEMBAGA KEUANGAN SYARIAH. Jurnal

Ekonomi Islam. Internet

Data diunduh melalui: Http://www.fakhrurrazypi.wordpress.com, Pada 7 Mei 2017, Pukul 08.00.

Data diunduh melalui: http://sebi-community.blogspot.co.id/2013/09/audit-dalam-islam_30.html?m=1, Pada 7 Mei 2018, Pukul 21.07.

(32)

Data diunduh melalui: http://introphy.blogspot.co.id/2014/11/terjemahan-issues-and-challenges-of.html?m=1, Pada 8 Mei 2017, Pukul 13.10.

Referensi

Dokumen terkait

Hasil akhir yang dihasilkan dari penelitian ini adalah kitchen set modular dengan sistem knockdown yang dapat ditempatkan pada seluruh luasan dapur pada

Dilakukan dengan cara menyandingkan program investasi pembangunan infrastruktur bidang cipta karya dari “baris” dengan program investasi pembangunan infrastruktur bidang bina

Pengaruh Leverage dan Profitabilitas Terhadap Firm value dengan Dividend policy sebagai Variabel Moderating pada Perusahaan Manufaktur yang terdaftar. di Bursa Efek Indonesia Tahun

Perkalian antara vektor dan skalar adalah hasil kali suatu skalar k dengan sebuah vektor A, sehingga dapat dituliskan kA dan didefinisikan sebagai sebuah vektor baru yang

[r]

Dari hasil wawancara yang telah dilakukan oleh peniliti kepada informan maka didapatkan data dan informasi mengenai bagaimana strategi PT Jasa Raharja dalam

Kajian penambahan level molases terhadap hardness, durabilitas, warna, tekstur dan aroma pellet perlu dilakukan untuk melihat pengaruh penambahan level molases

Diajukan untuk Melengkapi dan Memenuhi Syarat-Syarat Guna Menyelesaikan. Program Sarjana (S1) Ilmu Hukum Fakultas Hukum