• Tidak ada hasil yang ditemukan

MEMBANGUN MODEL KEARIFAN LOKAL DALAM MEN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "MEMBANGUN MODEL KEARIFAN LOKAL DALAM MEN"

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)

MEMBANGUN MODEL KEARIFAN LOKAL DALAM MENUNJANG PENGELOLAAN SUMBERDAYA ALAM

Oleh :

SEPTIAN JULIFAR SYAMSUL HUDA. SKM NIM. 1410245993

PROGRAM STUDI ILMU LINGKUNGAN FAKULTAS PASCASARJANA

UNIVERSITAS RIAU PEKANBARU

(2)

I. Pendahuluan 1.1. Latar Belakang

Pembangunan pada dasarnya perbaikan kesejahteraan masyarakat terus menerus, sepanjang waktu, ditandai pertumbuhan ekonomi yang positif. Pertumbuhan ini hanya akan berkelanjutan jika sumber-sumber pertumbuhan terjaga sepanjang waktu. Salah satu yang terpenting adalah sumberdaya alam selain sumberdaya manusia. Oleh karena itu, sangat penting menjaga kelestarian sumber daya alam bagi kemaslahatan generasi sekarang maupun generasi yang akan datang. Sejak awal pembangunan, bangsa Indonesia bertumpu pada pemanfaatan sumberdaya alam secara intensif. Namun, agenda pelestarian sumberdaya alam, termasuk pelestarian lingkungan, belum menjadi titik perhatian yang serius dalam masalah pembangunan (Nurjaya I Nyoman, 2008).

Permasalahan pemanfaatan sumberdaya alam selalu tidak lepas dari keadilan/ pemerataan antar generasi, generasi sekarang dibandingkan dengan generasi yang akan datang, selain keadilan/pemerataan intragenerasi - antar kelompok masyarakat di suatu waktu tertentu. Sumberdaya alam pada dasarnya adalah warisan dan generasi sebelumnya yang bisa dimanfaatkan oleh generasi sekarang. tetapi bukan untuk dihabiskan karena didalamnya ada hak generasi selanjutnya. Oleh karena itu, penting sekali agar sumber daya alam dikelola secara bekesinambungan dalam proses jangka paajang agar dapat mewariskannya kepada generasi yang akan datang.

(3)

datang. Walaupun. di masa sekarang, dampaknya sedikit mulai terlihat seperti curah hujan berlebih, namun dampak terbesar akan dirasakan ganerasi yang akan datang.

Pemanfaatan sumberdaya alam yang dapat diperbarui (renewable) hendaknya tetap menjaga agar capital stock sumberdaya alam tersebut terjaga dan selalu berada dalam titik optimum. Sedangkan, strategi pemanfaatan sumberdaya alam tidak dapat diperbarui (non-renewable) hendaknya melalui pemakaian dengan tingkat efisiensi yang tinggi dan berusaha mencari substitusinya.

Kebijakan pemanfaatan sumberdaya alam harus memiliki visi makro untuk menciptakan ekologi yang sustainable. Sedangkan visi mikronya adalah menjaga jenis-jenis keanekaragaman yang sustainable. Selain itu, pemanfaatan sumbedaya alam juga harus memiliki rasa keadilan intra generasi (antar kelompok masyarakat) saat ini dan keadilan antar generasi. Menempatkan permasalahan sumberdaya alam sebagai permasalahan jangka panjang. pada akhirnya, akan bermuara pada dimensi keadilan antargenerasi. Untuk mencapai tujuan-tujuan tersebut tidak sepenuhnya dapat menguraikan mekanisme pasar. Karena pasar memiliki beberapa kelemahan dan tidak bisa menyelesaikan semua masalah.

Kelemahan tersebut adalah kegagalan pasar yang ditandai ekssternalitas dan barang publik (public goods). Permasalahan mi mengakibatkan harga sumberdaya alam menjadi lebih murah (under pricing) karena tidak memasukkan unsur deplesi. Begitu pula dengan barang-barang industri, harganya lebih murah karena tidak memasukkan unsur eksternalitas negatif, seperti polusi misalnya. Oleh karena itu, diperlukan intervensi pemerintah untuk mengatasi kegagalan pasar tersebut.

(4)

pengelolaan lingkungan bagi perusahaan yang melaksanakan kegiatan usahanya dalam mekanisme Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (Amdal) maupun Upaya Pemantauan Lingkungan/Upaya Pengelolaan Lingkungan (UPL/UKL).

Paradigra lama dalam mengatasi masalah sumber daya alam dan lingkungan yang hanya mengandalkan mekanisme pasar dan intervensi pemerintah untuk mengatasi ketidaksempurnaan pasar sudah tidak dapat dipertahankan lagi. Karena keterbatasan pemerintah dalam kemampuan personal dan penguasaan informasi. Sehingga, penguatan stakeholders yg merasakan dampak kerusakan lingkungan dan sumberdava alam perlu dilakukan. Termasuk menggali nilai-nilai setempat yang sering disebut kearifan lokal (local wisdom) untuk dijadikan pendukung pengelolaan lingkungan hidup yang lestari. 1.2. Tujuan Penulisan

Tujuan penulisan makalah ini adalah untuk mengetahui dan menelaah sejauh mana kearifan lokal dapat mendukung pengelolaan sumberdaya alam serta melihat kemungkinan membangun model untuk melaksanakan hal tersebut.

1.3. Metode Penulisan

Penulisan dilakukan secara diskriptif dengan menggunakan sumber pustakan dan sumber lain yang relevan.

II. KONSEP DAN TEORI KEARIFAN LOKAL

2.1.Pembangunan dan Kearifan Lokal

(5)

budaya tidak dapat dipisahkan satu sama lain tapi terlibat dalam mempengaruhi dialektika yang disebut umpan balik atau timbal balik. Pada dasarnya berpendirian bahwa tiap proses perkembangan kebudayaan manusia di dunia bersifat khas. Namun terdapat kesejajaran yang tampak dalam kebudayaan universal (primer) mulai dari sistemmata pencahrian hidup, organisasi sosial, dan sistem religi. Dan yang tidak primer seperti teknologi, system pengetahuan, dan kesenian tidak menampakkan evolusi yang sejajar.

Metode ekologi budaya Julian Steward dibagi dua yaitu ada perkembangan-perkembangan, ada yang pasif yaitu lingkungan yang merupakan faktor internal. Jadi yang disebut inti kebudayaan yaitu suatu unsur kebudayaan, aspek subsistem yang perkembangan evolusinya sangat dipengaruhi oleh kekuatan alam, baik berupa letak geografis, musim, iklim, SDA, termasuk di dalamnya pola-pola pemukiman. Perkembangan pola pemukiman yang menetap dan berpindah-pindah mengikuti aktifitas ekonomi masyarakat. Dapat disimpulkan secara singkat, bahwa Steward menjelaskan tingkat-tingkat evolusi dalam enam kebudayaan di dunia, yang didasarkan atas bahan prehistori yang konkret, atau multilinear evolution yaitu proses-proses perkembangan yang berjalan lambat dari kebudayaan-kebudayaan yang berlainan dan yang hidup dalam lingkungan yang berbeda-beda, tetapi yang secara garis besar menunjukkan persamaan dalam proses-proses evolusi kebudayaan manusia dalam unsur-unsur primernya, tetapi menunjukkan perbedaan besar dalam unsur-unsur sekundernya (Anwar, 2008).

(6)

bermain aktif, tidak hanya berperan dalam membatasi atau menyeleksi aktivitas manusia. Pengaruh lingkungan dan budaya yang relatif mempengaruhi lingkungan dan budaya dalam hubungannya dengan umpan balik yang tidak sama. Sesuai dengan pandangan ini, kadang kala budaya memainkan suatu peran aktif dan kadang kala juga lingkungan lepas tangan. Steward percaya bahwa beberapa sektor dari budaya memiliki hubungan yang kuat dengan lingkungan daripada sektor lain, dan analisa ekologis harus bisa digunakan untuk menjelaskan kesamaan persilangan budaya hanya ada di inti budaya. Inti budaya terdiri dari sektor ekonomi masyarakat, yang menonjolkan aktivitas kehidupan dan penyelenggaraan ekonomi masyarakat. Metode ekologi budaya melibatkan analisa tentang :

1. Hubungan timbal balik di antara lingkungan dan eksploitasi atau teknologi produktif.

2. Hubungan timbal balik di antara pola perilaku dan teknologi eksploitasi 3. Tingkat dimana pola perilaku cenderung ke sektor lain dari budaya

(7)

sama dalam wilayah yang berbeda menurut sejarah, Vayda dan Rapport. berargumentasi, pendekatan ini tidak lagi dibutuhkan, artinya ciri atau corak lingkungan disebabkan oleh corak budaya.

Kelemahan kedua dari ekologi kultur Steward adalah dalam inti budaya hanya memasukkan teknologi. Beberapa pembahasan yang dapat kita lihat menunjukkan bahwa ritual dan ideologi juga berinteraksi dengan lingkungan. Rappaport dan Vayda juga memberikan masukan terhadap penjelasan Steward mengenai seleksi ciri/corak lingkungan, yang menurutnya tidak mencakup atau memasukkan kajian organisme lain maupun kelompok manusia dalam pembahasannya. Akhirnya, pendekatan Steward tidak memasukkan pembahasan mengenai interaksi antara budaya dan biologi, tidak genetik juga tidak bentuk fisik.

Pembangunan sebagai suatu proses pada hakikatnya merupakan pembaharuan yang terencana dan dilaksanakan dalam tempo yang relatif cepat, tidak dapat dipungkiri telah membawa kita pada kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi, pertumbuhan ekonomi, peningkatan kecanggihan sarana komunikasi, dan sebagainya. Akan tetapi, pada sisi yang lain, pembangunan yang hanya dipandu oleh pertimbangan-pertimbangan ekonomi dan keamanan, yang dalam kenyataannya telah meningkatkan kesejahteraan sebagian dari keseluruhan kehidupan masyarakat, telah pula menciptakan jarak yang lebar antara si kaya dan si miskin, antara kecanggihan dan keterbelakangan.

(8)

Selain itu, kebudayaan dapat diartikan pula sebagai suatu sistem pengetahuan yang meliputi sistem ide atau gagasan yang terdapat dalam pikiran manusia, sehingga dalam kehidupan sehari-hari, kebudayaan itu bersifat abstrak. Sedangkan perwujudan kebudayaan adalah benda-benda yang diciptakan oleh manusia sebagai makhluk yang berbudaya, berupa perilaku dan benda-benda yang bersifat nyata, misalnya pola-pola perilaku, bahasa, peralatan hidup, organisasi sosial, religi, seni, dan lain-lain, yang kesemuanya ditujukan untuk membantu manusia dalam melangsungkan kehidupan bermasyarakat (Soemarwoto Otto, 1986).

(9)

III. ANALISIS DAN PEMBAHASAN

KEARIFAN MASYARAKAT DAYAK MERATUS SEBAGAI MODEL PENGELOLAAN SUMBERDAYA ALAM LESTARI

3.1. Pegunungan Meratus

Pegunungan Meratus merupakan kawasan hutan alami yang letaknya membentang dari arah Tenggara sampai Utara berbatasan dengan provinsi Kalimantan Timu dan diperkirakan luasnya lebih dari sejuta hektar. Seperti umumnya kawasan pegunungan, kawasan ini termasuk ekosistem yang ringkih (fragile ecosystem) dan juga merupakan ecological sensitive area, yang menuntut ekstra hati-hati dalam pembangunan kawasan (PKPA III, 2006).

Lanskap Pegunungan Meratus berupa daerah berbukit-bukit yang sangat beragam dari sedang-terjal-sangat terjal dan beragam pula formasi ekosistem yang membentuknya. Sebagian besar kawasannya masih ditutupi oleh hutan alami mulai dari dataran rendah sampai dataran tinggi yang didominasi oleh formasi hutan campuran dipterocarpaceae perbukitan bawah-atas dan hutan hujan pegunungan. Secara administratif, kawasan ini berada pada 10 dari 13 provinsi di Kalimantan Selatan yaitu Kabupaten Tabalong, Balangan, Hulu Sungai Utara, Hulu Sungai Tengah, Hulu Sungai Selatan, Tapin, Banjar, Tanah Laut, Tanah Laut, dan Pulau Laut. Sebagian kecil wilayah yang lain masuk dalam wilayah Kalimantan Timur.

(10)

keragaman hayati yang sangat tinggi dan penting secara lokal, regional, maupun internasional.

3.2. Kepemilikan dan Pengelolaan Tanah

Hutan merupakan bagian dari lingkaran kehidupan masyarakat Dayak Meratus, seperti juga tanah, air, ladang, palawija, dan makhluk hidup di sekitarnya. Memnbicarakan hutan dan sumberdaya lain dalam konteks masyarakat dayak tidak bisa dipisahkan dari pembicaraan tentang ”tanah”. Dalam masyarakat dayak meratus, tanah adalah asal muasal manusia, sehingga ia mendapat penghormatan yang tinggi dan merupakan harta kekayaan yang tidak bisa diperlakukan secara sembarangan. Hubungan ini menciptakan tatacara tertentu untuk mencapai keseimbangan hidup untuk mencapai keseimbangan hidup dalam interaksi manusiadengan alamnya, yang oleh masyarakat dayak Meratus disebut sebagai ”Aruh”(PKPA III, 2006).

(11)

IV. KESIMPULAN

1. Paradigra lama dalam mengatasi masalah sumber daya alam dan lingkungan yang hanya mengandalkan mekanisme pasar dan intervensi pemerintah untuk mengatasi ketidaksempurnaan pasar sudah tidak dapat dipertahankan lagi, karena keterbatasan pemerintah dalam kemampuan personal dan penguasaan informasi. Sehingga, penguatan stakeholders yg merasakan dampak kerusakan lingkungan dan sumberdaya alam perlu dilakukan. Termasuk menggali nilai-nilai setempat yang sering disebut kearifan lokal (local wisdom) untuk dijadikan pendukung pengelolaan lingkungan hidup yang lestari. 2. Masyarakat adat memiliki motivasi yang kuat dan mendapatkan insentif yang paling

bernilai untuk melindungi hutan dibandingkan pihak-pihak lain karena menyangkut keberlanjutan kehidupan mereka. Masyarakat adat memiliki pengetahuan asli bagaimana memelihara dan memanfaatkan sumberdaya hutan yang ada di dalam habitat mereka. Masyarakat adat memiliki hukum adat untuk ditegakkan. Masyarakat adat memiliki kelembagaan adat yang mengatur interaksi harmonis antara mereka dengan ekosistem hutannya.

(12)

DAFTAR PUSTAKA

Anwar Wahyudi K, 2008. Perspektif Globalisasi, Ekonomi dan Kearifan Lokal di Kabupaten Kotawaringin Timur.Makalah pada Dialog Interaktif Hari Jadi Kabupaten Kotawaringin Timur di Sampit.

Nurjaya I Nyoman, 2008. Kearifan Lokal dalam Pengelolaan Sumberdaya Alam. Makalah dalam Temu Kerja Dosen Sosiologi Hukum, Antropolog Hukum, dan HukumAdat Fakultas Hukum Se-Jawa Timur, Kerjasama Fakultas Hukum dan Program Pascasarjana Universitas Brawijaya dengan HuMa Jakarta,tanggal 22 – 23 Pebruari 2006 di Program Pascasarjana Universitas Brawijaya.

Pusat Kajian Pendidikan dan Pelatihan Aparatur III, 2006.Pola Pengelolaan Sumberdaya Alam dan LingkunganBerbasis Pengetahuan dan Kearifan Lokal (Local Wisdom) di Kalimantan. Lembaga Administrasi Negara, Samarinda.

Referensi

Dokumen terkait

Syaiful Anwar, Wakil Rektor III UIN Raden Intan Lampung, wawancara , dicatat pada tanggal 13/05/2018.. kepemimpinan yang demokratis. Teori ini ternyata diaplikasikan oleh Prof.

Pintu Tol Tanjung Morawa dan Pintu Tol Amplas dengan pemodelan Gaussian Line Source, menganalisis perbandingan hasil perhitungan Konsentrasi SO 2 dan CO dengan..

Memperhatikan masalah-masalah tersebut maka diperlukan suatu metode pembelajaran dan media pembelajaran yang efektif untuk dapat meningkatkan pemahaman dan keaktifan

Karena nilai signifikansi promosi dan word of mouth kurang dari 0,05 dan nilai signifikansi brand awareness lebih dari 0,05, maka dapat disimpulkan bahwa terdapat pengaruh

Hasil penelitian berdasarkan analisis regresi berganda menunjukkan bahwa variabel pemasaran dari mulut ke mulut dan persepsi kualitas berpengaruh positif dan signifikan

Dimana pilihan untuk membeli suatu produk dengan merek tertentu dipengaruhi oleh hal-hal yang ada pada diri konsumen seperti kebutuhan, persepsi terhadap karakteristik merek,

4.13 Hasil Daftar Checklist Responden Penelitian mengenai Kebutuhan dan Kesulitan Guru Reguler Saat Ini di SD Cangkuang 12 dalam Upaya Meningkatkan Layanan

Salah satu isu utama terkait dengan perempuan adalah permasalahan aborsi. Aborsi didefinisikan sebagai pengguguran kandungan secara sengaja baik oleh sang calon ibu