Kalimat berdasarkan pembentukannya. 1. Dokuritsugobun (kalimat minim)
a. Yang menggunakan Kandoushi (kata seru) アンタ馬鹿ばかり言いなさんな Hal. 223 Kau, ini! Jangan ngelantur!. Hal. 257
b. Yang menggunakan Meishi (nomina)
Matsurino ato no sugoshi kata wo, boku wa shiranai Hal. 222
Setelah festival itu usai, waktu berlalu begitu saja tanpa terasa. Hal 255
2. Jutsubgobun (Kalimat yang berkontsuksi predikatif) a. Berdasarakan pada jenis kata yang menjadi predikatnya
1) Doushibun (Kalimat verbal) a) Tadoshi-bun (transitif)
Sore demo, Matsuri wo oeta boku wa, fuyu wo kokoro machi ni shite ita Hal. 223
Tapi, aku menanti datangnya musim dingin itu. Hal 256
b) Jidoushi-bun (intransitif)
Kurimu iro de, nai ga wa ni orenji iro no boa ga tsuite, mae wa daburuno jippaa datta. (Hal. 224)
Jaket itu berwarna cream dengan pinggiran berwarna oranye, di bagian depannya ada dua rit sleting. (Hal. 257)
2) Keiyoushibun
a) I Keyoushi (Adj. I)
Hama made wa kanari to katta. (Hal. 226)
Perjalanan sampai di pantai masih lumayan jauh. (Hal. 260)
b) NA Keiyoushi (Adj. NA)
Dengan penampilan rapih seperti ini, aku akan mengunjungi kampung nelayan dan bertanya dengan bahasa jepang yang baik dan benar. (Hal. 258)
3) Meishibun
Basu no shuten wa karatsu shigai datta. (Hal. 226) Rute bus kami berakhir di kota karatsu. (Hal. 260)
b. Berdasarkan pada jumlah klausanya
1) Tanbun (kalimat tunggal/satu informasi Ano jiken wa, hontou no koto yaro? (Hal. 229) Kejadian di film itu, kejadian nyata, kan? (Hal. 264)
2) Fukubun ( kalimat majemuk/beberapa informasi), didalamnya terdapat: a) Shusetsu (klausa utama/induk kalimat)
Hirou to hansei to koukai de, boku wa tensi ni koe o kakeru koto ga dekina katta. Hal 228
Aku tidak sangup menyapa bidadari ku karena rasa lelah dan menyesal. Hal. 262
b) Juusetsu (klausa tambahan/ anak kalimat)
Hirou to hansei to koukai de, boku wa tensi ni koe o kakeru koto ga dekina katta. Hal 228
Aku tidak sangup menyapa bidadari ku karena rasa lelah dan menyesal. Hal. 262
c) Seibunsetsu (kalimat pelengkap/menerangkan Subjek atau Objek)
Boku no tameni, futari no kyoushi ga hazukashii o kaita, tokou iuwakeda. Hal 45
Kalimat berdasarkan maknanya: 1. Isi (imi-naiyou)
a) Menyatakan keadaan (jouitabun) Ano eiga sugokatta ne. Hal 228 Filmnya luar biasa, ya. Hal. 263
b) Menyatakan aktifitas (ugoki no bun) Sore demo sando ichi o hoobatta. Hal.228
Meskipun begitu, roti lapis itu tetap ku santap. Hal 263
2. Fungsi (dentatsuteki-kinou) a. Hatarakikake no bun
1) Meirei (perintah)
矢崎、kaeru, watashitachi ha isogashiinda. Hal 43 Yazaki, pulanglah! Kami sedang sibuk! Hal 47
2) Kinshi (larangan)
Hora, anmai, nobosunai yo. Hal 196
Dengar! Kalian jangan main-main, ya. Hal 226
3) Irai (permohonan) A, chotto matte. Hal 201 E, Tunggu! Tunggu! Hal. 231
4) Kanyuu (ajakan)
Mou benkai wa yokaken, minna de ikou. Hal. 212
b. Ishi/ganbou no hyoushutsubun 1) Ishi (maksud)
Hora, nani mo senyaro? Hal 19
Tapi, kau nggak melakukan apa-apa, kan? Hal 17
2) Kibou (keinginan)
Ore wa ne, sono pestibaru o kono machi de yaritainda. Hal. 17 Aku ingin sekali mengadakan Festival itu di kota ini. Hal. 15
3) Ganbou (harapan)
Sou, boku ga yarou to shiteitanowa, fesutibaru datta. Hal 17 Benar, yang ingin kutonton adalah festival! Hal 14
c. Nobetate no bun (pernyataan)
1) Genshobyousha (berita)
Betonamu dewa sensou ga tsuzuite ita. Hal 7 Perang di Vietnam masih terus berlangsung. Hal 1
2) Handan (keputusan)
Fesutibaru jitsugen no tameniwa adamu o nakama ni shinakutewa naranakatta node aru. Hal 20
Supaya bisa mewujudkan festival, aku harus berteman dengan Adam. Hal 18
d. Toikake no bun (kalimat tanya dan ekspresi emosi) 1) Toikake no bun (tanya)
Anta mo fooku sukan? Hal 31 Apa kau suka musik folk? Hal 33
2) Utagai no bun (keraguan)
Sidik jariku sudah ada di mana- mana.. Hal 98
3) Kantan o arawasu bun (ekspresi emosi)