• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pola komunikasi diantara para pelaku one night stand mahasiswa UNS Surakarta SKRIPSI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Pola komunikasi diantara para pelaku one night stand mahasiswa UNS Surakarta SKRIPSI"

Copied!
123
0
0

Teks penuh

(1)

Pola komunikasi diantara para pelaku

one night stand mahasiswa UNS Surakarta

SKRIPSI

Diajukan Untuk Melengkapi Tugas-Tugas Dan Memenuhi Syarat Guna Mencapai Gelar Sarjana Untuk Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik Pada Jurusan Ilmu Komunikasi

Laras Farahestika D.1208584 Ilmu Komunikasi

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS SEBELAS MARET

(2)

BAB I PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG MASALAH

Komunikasi tidak terbatas pada kata-kata yang terucap belaka. Melainkan bentuk dari apa saja interaksi, bisa dalam bentuk, senyuman, anggukan kepala, tingkah laku, sikap badan ungkapan minat, perhatian yang mendukung diterimanya pengertian. Sikap dan perasaan yang sama adalah kunci dalam komunikasi (Nurudin, 2004: 32 ).

Komunikasi sebagai peristiwa merupakan komunikasi mempunyai gejala yang dipahami dan bagaimana bentuk dan sifat terjadinya. Peristiwa komunikasi dapat diklarifikasikan berdasarkan kriteria tertentu ada yang membedakan, komunikasi masa dengan komunikasi tetap muka, komunikasi verbal dan nonverbal yang menggunakan media dan tanpa media ( Pawito, 2007: 45 ).

(3)

Era globalisasi telah membuat kehidupan mengalami perubahan yang signifikan. Bahkan terjadi degradasi moral dan sosial budaya yang cendrung kepada pola-pola perilaku menyimpang, hal ini sebagai dampak pengadopsian budaya luar yang tidak terkendali oleh sebagian kaula muda kita. Persepsi budaya luar yang ditelan mentah- mentah tanpa mengenal lebih jauh nilai-nilai budaya luar secara arif dan bertanggung jawab (Kartini, 1986: 6).

Seks memang memiliki daya tarik yang luar biasa. Apalagi mereka yang belum pernah melakukannya. Karena memang merupakan kebutuhan dasar dari semua manusia. Peran komoditas industri media khususnya elektronik dengan memberikan tentang aktualitas seks secara persial. Yang menarik adalah saat informasi tersebut disajikan secara terpotong-potong. Tapi menantang untuk dilakukan, sehingga muncullah deviasi/ perilaku seksual seperti seks bebas, prostitusi, onani/ masturbasi. Meskipun dikatakan sebagai ‘profesi tertua di dunia’, prostitusi dianggap bukan sebagai lapangan kerja yang sah, atau kegiatan yang dapat diterima oleh masyarakat kecuali oleh para pelanggan prostitusi itu sendiri (Wijayanto, 2003:113 ).

(4)

Kehidupan kampus tidak melulu dengan buku dan perkuliahan. Ternyata di balik dinding penggodokan intelektualitas itu ada beberapa mahasiswa yang menjadi ''ayam kampus''. Ayam kampus adalah sebutan bagi mahasiswa yang melakukan hubungan seks bebas. Sebutan ini mulai trend di era Sembilan puluhan. Ayam kampus tidak hanya sebutan untuk mahasiswi, tetapi juga sebutan untuk mahasiswa yang melakukan perilaku seks bebas (www.suaramerdeka, 2003).

Alasan mahasiswa menjadi ''ayam kampus'' pun bermacam-macam, seperti alasan ekonomi, karena narkoba, serta seks untuk pelarian. Padahal, seks bebas lebih berbahaya dari narkoba. Tidak semua orang yang melakukan seks mengonsumsi narkoba, sementara setiap orang yang mengonsumsi narkoba biasanya melakukan hubungan seks. Meskipun saat hubungan seks mereka tersebut menggunakan kondom, namun risikonya tetap tinggi. ''Sekitar 3% berisiko hamil, dan 44% berisiko tertular HIV.''.Namun kegiatan one night stand

ini di sinyalir tidak akan ada habisnya. Hal ini bisa di maklumi karena di samping mendapatkan hasil jasa yang lumayan tinggi juga karena kegiatan ini tidak memerlukan ketrampilan, intelegensia yang tinggi, cukup mudah di lakukan asal yang bersangkutan memiliki kecantikan, kemudahan, dan keberanian (Wijayanto, 2003: 100).

(5)

cenderung labil. Budaya kaum muda Indonesia berbeda dengan kaum muda luar negeri. Namun pergaulan dan perubahan jaman menjadi pemicu mereka untuk menggeluti seks bebas sebagai salah satu pelarian. Muda mudi akademis memang sudah matang jasmaniah dalam mencapai puncak ‘interesse sexualle’,

tetapi dari sudut ekonomi masih ada halangan sehingga kebanyakan tidak sanggup melampiaskan nafsu mereka dalam lembaga resmi yang namanya ‘perkawinan’. Bagi pemuda yang masih berstatus pelajar atau mahasiswa yang tidak sanggup menahan nafsu seksualnya mereka mencari kepuasan seksual dengan jalan seks bebas (Daljoni, 1997: 80).

Untuk menjaga Citra Kota Surakarta sebagai Kota budaya yang berkualitas dan Kota Tujuan Wisata yang Berbudaya dimana keduanya merupakan lokomotif pertumbuhan ekonomi kota maka keberadaan fenomena

one night stand di kalangan mahasiswa Surakarta harus dieliminir. Fenomena

one night stand di kalangan mahasiswa Surakarta diindikasikan sebagai dampak fenomena metroseksual. Fenomena tersebut lazimnya mewarnai kehidupan kota-kota besar, Surakarta belum tergolong sebagai kota-kota besar, namun kenyataan sudah terimbas fenomena tersebut hal ini tidak lepas dari pengaruh arus globalisasi.

(6)

perilaku one night stand tumbuh subur di kalangan mahasiswa. Seks bebas dan perilaku menyimpang inilah yang kemudian menimbulkan tanda tanya besar tentang perilaku, khususnya mahasiswa. Hubungan sekejap saja yang dianggap menyimpang dari norma ini kemudian menimbulkan daya tarik tersendiri bahwa seks bebas ini sudah menjadi trend dilingkungan mahasiswa.

(7)

Permasalahannya adalah bagaimanakah “pola komunikasi diantara para pelaku one night stand mahasiswa UNS Surakarta.”

B. RUMUSAN MASALAH

Berdasarkan uraian tersebut di atas, yang menjadi pokok permasalahannya adalah bagaimana pola komunikasi diantara para pelaku one night stand di kalangan mahasiswa UNS Surakarta.

C. TUJUAN PENELITIAN

Untuk mengetahui pola komunikasi diantara para pelaku one night stand di kalangan mahasiswa UNS Surakarta.

D. MANFAAT PENELITIAN

1. Pada tataran teoritis, hasil penelitian diharapkan dapat memberi sumbangsih bagi pengembangan ilmu penelitian di bidang komunikasi.

2. Sedangkan pada tataran praktis, penelitian ini pula diharapkan hasil penelitian ini mampu memberikan manfaat bagi referensi berbagai pihak untuk mencegah dan mengurangi serta menghentikan perilaku

(8)

E. KERANGKA KONSEP 1. Pola Komunikasi

Pola komunikasi merupakan model dari proses komunikasi, sehingga dengan adanya berbagai macam model komunikasi dan bagian dari proses komunikasi akan dapat ditemukan pola yang cocok dan mudah digunakan dalam berkomunikasi. Pola komunikasi identik dengan proses komunikasi, karena pola komunikasi merupakan bagian dari proses komunikasi. Proses komunikasi merupakan rangkaian dari aktivitas menyampaikan pesan sehingga diperoleh feedback dari penerima pesan. Dari proses komunikasi akan timbul pola, model, bentuk, dan juga bagian- bagian kecil yang berkaitan erat dengan proses komunikasi (Widjaja, 1993: 33).

Berbicara tentang pola komunikasi adalah suatu sistem penyampaian pesan melalui lambang tertentu mengandung arti perangsang untuk mengubah tingkah laku individu yang lain (Purwanto, 2006:78). Salah satu bentuk atau pola komunikasi yaitu komunikasi antar pribadi (interpersonal communication) yaitu komunikasi antar individu- individu (Littlejohn,1999:48).

(9)

dengan muridnya, dan sebagainya. Steward L. Tubbs dan Sylvia Moss dalam buku (Mulyana, 2008: 81). mengatakan ciri-ciri komunikasi diadik adalah:

• Pihak-pihak yang berkomunikasi berada dalam jarak yang dekat. • Pihak- pihak yang berkomunikasi mengirim dan menerima pesan

secara simultan dan spontan, baik secara verbal ataupun nonverbal. Komunikasi antarpribadi sangat potensial untuk menjalankan fungsi instrumental sebagai alat untuk mempengaruhi atau membujuk orang lain, karena kita dapat menggunakan kelima alat indera kita untuk mempertinggi daya bujuk pesan yang kita komunikasikan kepada komunikan kita. Sebagai komunikasi yang paling lengkap dan paling sempurna, komunikasi antar pribadi berperan penting hingga kapanpun, selama manusia masih mempunyai emosi. Kenyataannya komunikasi tatap-muka ini membuat manusia merasa lebih akrab dengan sesamanya, berbeda dengan komunikasi lewat media massa seperti surat kabar, televisi, ataupun lewat teknologi tercanggihpun.

Dalam bukunya yang berjudul Psikologi Komunikasi, (Rakhmat, 2007:80-129) meyakini bahwa komunikasi antar pribadi dipengaruhi oleh persepsi interpersonal; konsep diri; atraksi interpersonal; dan hubungan interpersonal.

a. Persepsi interpersonal

(10)

yang berupa pesan verbal dan nonverbal. Kecermatan dalam persepsi interpersonal akan berpengaruh terhadap keberhasilan komunikasi, seorang peserta komunikasi yang salah memberi makna terhadap pesan akan mengakibat kegagalan komunikasi.

b. Konsep diri

Konsep diri adalah pandangan dan perasaan kita tentang diri kita. Konsep diri yang positif, ditandai dengan lima hal, yaitu: a). Yakin akan kemampuan mengatasi masalah; b). Merasa setara dengan orang lain; c). Menerima pujian tanpa rasa malu; d) Menyadari, bahwa setiap orang mempunyai berbagai perasaan, keinginan dan perilaku yang tidak seluruhnya disetujui oleh masyarakat; e). Mampu memperbaiki dirinya karena ia sanggup mengungkapkan aspek-aspek kepribadian yang tidak disenanginya dan berusaha mengubah. Konsep diri merupakan faktor yang sangat menentukan dalam komunikasi antar pribadi, yaitu:

1. Nubuat yang dipenuhi sendiri, Karena setiap orang bertingkah laku sedapat mungkin sesuai dengan konsep dirinya. Bila seseorang mahasiswa menganggap dirinya sebagai orang yang rajin, ia akan berusaha menghadiri kuliah secara teratur, membuat catatan yang baik, mempelajari materi kuliah dengan sungguh-sungguh, sehingga memperoleh nilai akademis yang baik.

(11)

lain meningkatkan pengetahuan tentang diri kita. Dengan membuka diri, konsep diri menjadi dekat pada kenyataan. Bila konsep diri sesuai dengan pengalaman kita, kita akan lebih terbuka untuk menerima pengalaman-pengalaman dan gagasan baru.

3. Percaya diri, Ketakutan untuk melakukan komunikasi dikenal sebagai communication apprehension. Orang yang aprehensif dalam komunikasi disebabkan oleh kurangnya rasa percaya diri. Untuk menumbuhkan percaya diri, menumbuhkan konsep diri yang sehat menjadi perlu.

4. Selektivitas, Konsep diri mempengaruhi perilaku komunikasi kita karena konsep diri mempengaruhi kepada pesan apa kita bersedia membuka diri (terpaan selektif), bagaimana kita mempersepsi pesan (persepsi selektif), dan apa yang kita ingat (ingatan selektif). Selain itu konsep diri juga berpengaruh dalam penyandian pesan (penyandian selektif).

c. Atraksi Interpersonal

Atraksi interpersonal adalah kesukaan pada orang lain, sikap positif dan daya tarik seseorang. Komunikasi antarpribadi dipengaruhi atraksi interpersonal dalam hal:

(12)

cenderung melihat segala hal yang berkaitan dengan dia secara positif. Sebaliknya, jika membencinya, kita cenderung melihat karakteristiknya secara negatif.

Efektivitas komunikasi Komunikasi antarpribadi dinyatakan efektif bila pertemuan komunikasi merupakan hal yang menyenangkan bagi komunikan. Bila kita berkumpul dalam satu kelompok yang memiliki kesamaan dengan kita, kita akan gembira dan terbuka. Bila berkumpul dengan dengan orang-orang yang kita benci akan membuat kita tegang, resah, dan tidak enak. Kita akan menutup diri dan menghindari komunikasi.

d. Hubungan interpersonal

(13)

Ada sejumlah model untuk menganalisa hubungan interpersonal, salah satunya adalah Model Pertukaran Sosial, model ini memandang hubungan interpersonal sebagai suatu transaksi dagang. Orang berhubungan dengan orang lain karena mengharapkan sesuatu yang memenuhi kebutuhannya. Thibault dan Kelly, dua orang pemuka utama dari model ini, menyimpulkan model pertukaran sosial sebagai berikut, ”Asumsi dasar yang mendasari seluruh analisis kami adalah bahwa setiap individu secara sukarela memasuki dan tinggal dalam hubungan sosial hanya selama hubungan tersebut cukup memuaskan ditinjau dari segi ganjaran dan biaya.” Ganjaran, biaya, laba, dan tingkat perbandingan merupakan empat konsep pokok dalam teori ini (Rakhmad, 2007: 121).

Lebih jauh, (Rakhmat, 2007: 129) memberi catatan bahwa terdapat tiga faktor dalam komunikasi antarpribadi yang menumbuhkan hubungan interpersonal yang baik, yaitu: a). Percaya ; b). sikap suportif ; dan c). sikap terbuka.

(14)

antarpribadi berperan penting hingga kapanpun, selama manusia masih mempunyai emosi. Dan sering digunakan untuk melancarkan komunikasi persuasif yaitu komunikasi secara psikologis manusiawi yang sifatnya halus, luwes berupa ajakan, bujukan atau rayuan (Effendy, 2009 : 11- 18).

Orientasi ruangan dan jarak pribadi. Beberapa pakar memperhitungkan seluruh lingkungan fisik yang mungkin berpengaruh dalam terhadap proses komunikasi, termasuk iklim, kepadatan penduduk dan pencahayaan. Pencahayaan dapat juga mendorong atau menyurutkan seseorang untuk berkomunikasi.

Komunikasi verbal

Simbol atau pesan verbal adalah semua jenis simbol yang menggunakan satu kata atau lebih. Bahasa dapat juga dianggap sebagai sistem kode verbal (Mulyana, 2008: 260) Bahasa dapat didefinisikan sebagai seperangkat simbol, dengan aturan untuk mengkombinasikan simbol-simbol tersebut, yang digunakan dan dipahami suatu komunitas.

Komunikasi nonverbal

(15)

penerima.” Jadi, pesan nonverbal mencakup seluruh perilaku yang tidak berbentuk verbal yang disengaja atau tidak disengaja sebagai bagian dari peristiwa komunikasi secara keseluruhan. Berdiam diri juga merupakan pesan nonverbal jika hal itu memberi makna bagi pengirim atau penerima.

Klasifikasi pesan nonverbal. Rakhmat (2007: 289- 293) mengelompokkan pesan-pesan nonverbal sebagai berikut:

a. Pesan kinesik, Pesan nonverbal yang menggunakan gerakan tubuh yang berarti, terdiri dari tiga komponen utama: pesan fasial, pesan gestural, dan pesan postural.

(16)

c. Pesan gestural menunjukkan gerakan sebagian anggota badan seperti mata dan tangan untuk mengkomunikasi berbagai makna.

d. Pesan postural berkenaan dengan keseluruhan anggota badan, makna yang dapat disampaikan adalah: a. Immediacy yaitu ungkapan kesukaan dan ketidak sukaan terhadap individu yang lain. Postur yang condong ke arah yang diajak bicara menunjukkan kesukaan dan penilaian positif; b. Power mengungkapkan status yang tinggi pada diri komunikator. Anda dapat membayangkan postur orang yang tinggi hati di depan anda, dan postur orang yang merendah; c. Responsiveness, individu dapat bereaksi secara emosional pada lingkungan secara positif dan negatif. Bila postur anda tidak berubah, anda mengungkapkan sikap yang tidak responsif.

e. Pesan proksemik disampaikan melalui pengaturan jarak dan ruang. Umumnya dengan mengatur jarak kita mengungkapkan keakraban kita dengan orang lain.

f. Pesan artifaktual diungkapkan melalui penampilan tubuh, pakaian, dan kosmetik. Walaupun bentuk tubuh relatif menetap, orang sering berperilaku dalam hubungan dengan orang lain sesuai dengan persepsinya tentang tubuhnya (body image). Erat kaitannya dengan tubuh ialah upaya kita membentuk citra tubuh dengan pakaian, dan kosmetik.

(17)

kasih sayang, takut, marah, bercanda, dan tanpa perhatian.Bau-bauan, terutama yang menyenangkan (wewangian) telah berabad-abad digunakan orang, juga untuk menyampaikan pesan –menandai wilayah mereka, mengidentifikasikan keadaan emosional, pencitraan, dan menarik lawan jenis.

Sedangkan menurut Mulyana (2008:353) jenis-jenis pesan non verbal di kategorikan sebagai berikut:

Bahasa tubuh yang berupa: isyarat tangan, gerakan kepala, postur tubuh dan posisi kaki, ekspresi wajah dan tatapan mata.

Sentuhan adalah perilaku non verbal multi makna, dapat menggatikan seribu kata. Kenyataannya sentuhan ini bisa merupakan tamparan, pukulan, cubitan, senggolan, tepukan, belaian, pelukan, pegangan, rabaan, hingga sentuhan lembut sekilas. Sentuhan kategori terahirlah yang sering diasosiasikan dengan setuhan. Konon menurut orang muda, seorang dapat merasa seperti terkena setrum ketika di sentuh oleh lawan jenis yang disenanginya.

Parabahasa merujuk aspek-aspek suara selain ucapan yang dapat di pahami, misalnya kecepatan berbicara, volume suara, intonasi, kualitas suara, warna suara, dialek, suitan, tawa, erangan, tangis, gerutuan, gumaman, desahan dsb.

(18)

hewan. Disebuah café, tempat kencan, ruang music, atau ruang televisi kita mengharapkan cahaya yang lunak. Suasana seperti itu sesuai untuk percakapan yang intim.

Proses komunikasi menurut Effendy (2009 : 11- 19) secara garis besar dibagi menjadi 2 bagian yaitu:

1. Proses komunikasi dalam perspektif psikologi

Proses komunikasi ini berlangsung pada diri peserta komunikasi yang lazimnya disebut enkonding dan dikonding. Enkonding yaitu proses pengalihan pikiran dalam bentuk lambing. Ini dilakukan oleh komunikator. Sedangkan dikonding adalah pengawasandian, yaitu proses dimana komunikan menatap makna pada lambang yang di sampaikan oleh komunikator kepadanya.

2. Proses komunikasi dalam perspektif mekanistis.

(19)

sebagai media kedua setelah menggunakan lambang sebagaimana pada komunikasi primer. Media kedua ini diantaranya, surat, telepon, pengeras suara, surat kabar, radio, televisi dan internet.

2. Arti One Night Stand

Membahas dan memaknai one night stand, terdapat beberapa devinisi yang bisa di jadikan acuan dan batasan. Hubungan sekejap saja tanpa ada keinginan untuk menjalin hubungan dalam jangka panjang ,dan hanya sebatas mengikuti treend dan gaya hidup dsebut one night stand (Hemawan, 2007:55).

Ada pula pendapat yang mengatakan bahwa;

Sebuah hubungan sex, yang dilakukan secara bebas, tanpa di batasi oleh aturan-aturan serta tujuan yang jelas, dan termasuk kategori menyimpang di sebabkan perilaku tersebut cenderung lepas dari aturan,baik hukum positif maupun agama di sebut dengan istilah one night stand (Wijayanto, 2003:100).

One night stand merupakan salah satu prilaku menyimpang. perilaku menyimpang (deviance), yaitu suatu perilaku yang tidak disukai, disetujui, atau tidak dikehendaki oleh sebagian masyarakat. Artinya, perilaku menyimpang merupakan suatu tindakan yang tidak sesuai dengan apa yang diharapkan oleh norma-norma sosial yang berlaku didalam masyarakat (Agus,1989: 35).

(20)

kaidah-kaidah sosial dalam masyarakat sekelilingnya. Disamping itu pula pada umumnya para pendatang baru itu adalah orang-orang yang tidak mampu dalam segi ekonomi (ekonomi lemah). Jika pada daerah yang baru (kota) mereka tidak cukup mempunyai bekal keterampilan dan kesanggupan untuk berjuang dalam berbagai kekerasan, persaingan hidup, maka kesukaran-kesukaran di dalam mencukupi kebutuhan hidupnya tidak bisa diatasi, sehingga dapat menimbulkan perilaku menyimpang dan bahkan kejahatan (Suwasti, 1974:86).

Penyimpangan yang terjadi dalam masyarakat, dalam kaitannya dengan prostitusi, dapat dijelaskan melalui teori differential association. Teori ini diciptakan oleh Edwin H. Sutherland. Menurut Sutherland, penyimpangan bersumber pada differential association pada pergaulan yang berbeda. Misalnya Nanette J. Davis menggambarkan bahwa peranan sebagai wanita tuna susila dapat dipelajari melalui pergaulan intim dengan penyimpang yang sudah berpengalaman. Pergaulan yang dianggap mengangkat prestise seseorang itu kemudian diikuti dengan percobaan memainkan peranan yang menyimpang tersebut sebagai wanita tuna susila.

(21)

a. Proses orang memiliki sifat jahat sama dengan proses mereka yang bertingkah laku tidak jahat.

b. Tingkah laku jahat seseorang dimilikinya, karena pergaulan dengan orang yang jahat melalu proses komunikasi.

c. Diferential associational adalah hal specifik yang menyebabkan seseorang menjadi jahat.

d. Kesempatan seseorang memiliki tingkah laku jahat pada umumnya ditentukan oleh adanya kontak yang sama dengan orang yang jahat. e. Perbedaan individu baik dari karakter maupun situasi sosialnya,

menjerumuskan keperbuatan jahat jika hanya mereka telah terpengaruh dengan kelompok sosial yang memiliki pokok-pokok tingkah laku jahat di dalam kontak yang berulang-ulang dan secara tetap.

f. Konflik kebudayaan yang terjadi menjerumuskan seorang ke kelompok yang berbeda-beda dengan kota lain konflik kebudayaan mengarah seorang untuk berbuat jahat.

g. Disorganisasi sosial merupakan sebab pokok yang meneruskan secara sistematis seorang ke perbuatan jahat (Alam, 1984:50).

Sampai saat ini belum ada undang-undang di Indonesia yang melarang menjual seks. Hukum pidana hanya melarang mereka yang membantu dan menyediakan pelayanan jasa seks secara ilegal seperti yang tertera pada Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP), Pasal 296, Pasal 297, dan Pasal 506 (Sunarto, 1993:76) .

(22)

Pasal 296 KUHP:

Barangsiapa dengan sengaja menghubungkan atau memudahkan perbuatan cabul oleh orang lain dengan orang lain, dan menjadikannya sebagai mata pencaharian atau kebiasaan, diancam dengan pidana penjara paling lama satu tahun empat bulan atau denda paling banyak seribu rupiah. Pasal 297 KUHP:

Perdagangan wanita dan perdagangan anak laki-laki yang belum cukup umur, diancam dengan pidana penjara paling lama enam tahun.

Pasal 506 KUHP:

Barang siapa menarik keuntungan dari perbuatan cabul seorang wanita dan menjadikan sebagai pencaharian, diancam dengan tahun.kurungan paling lama satu (Astiyanto, 2003:48).

3. Lokasi one night stand

(23)

keberadaannya tidak legal maka keberadaan one night stand di kalangan mahasiswa pun, di lakukan secara sembunyi-sembunyi ( Sari, 2004).

4. Kebutuhan tentang seks

Beberapa ciri sifat alami manusia yang berhubungan dengan faktor seks antara pria dan wanita, yang langsung maupun tidak langsung berhubungan dengan masalah prostitusi dapat dijumpai diantaranya dalam tulisan Dr. Fritz Kahn,”nafsu kelamin laki-laki melihat sifatnya adalah aktif. Nafsu birahinya kalau boleh dikatakan mendorong ke jalan raya, dia mencari perempuan, yang romannya cocok dengan seleranya dan perempuan itu diturutinya (Soedjono ,1977: 42).

(24)

dirinya sendiri. Dengan demikian terjelmalah apa yang disebut dengan hawa nafsu yang hebat ( Soedjono , 1977: 24).

Peran wanita sebagai penggoda maksudnya adalah libido seksual yang menggelora yang disimbolkan dengan kata wanita. Cinta buta menempatkan nafsu seksual menjadi dominan dan mempengaruhi alur pikir dan kebijakan yang diambil. Nafsu seksual jika telah menjadi orientasi hidup, maka individu tersebut membuat semua keputusan dalam hidupnya merupakan transaksi untuk kepentingan kepuasan diri. Harta dan kekuasaan yang semestinya menjadi media untuk mendekatkan diri kepada Tuhan dan komunitas sosialnya sebaliknya digunakan untuk mendapatkan kepuasan seks kepada siapapun yang diminatinya (Soedjono , 1977: 25).

Dalam penelitian terdahulu, ada 3 faktor yang menyebabkan mahasiswi menjadi ayam kampus, atau terjun kedunia prostitusi. Faktor yang melatar belakang dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

These background factors include: physical, emotional and sexual. runaway teens; the economic factor and finally forced prostitution. There are many different types of prostitution that exist within our society, almost all of which are illegal. The first is that of forced prostitution. The second type of prostitute is that of the homeless woman. Perempuan ini These women are. The last type of prostitute is known as the drug-addicted prostitute (Shyann Child, 2009).

(25)

perempuan tuna wisma, yang terakhir dikenal pelacur kecanduan obat).

Banyak sebutan tentang seks bebas dikalangan mahasiswa, atau hubungan sekejap saja dikalangan mahasiswa. Banyak kata atau sebutan untuk menyamarkanyan. Lain Negara, lain pula namanya. Seperti dalam penelitian berikut ini, yaitu “danting aristo”:

Dating an aristo is the latest barometer among campus girls for assessing wealth and position.When female undergraduates discuss ``aristo'', it appears like an ordinary topic to the ears of parents, guardians and the ignorant, but to the initiated, ``aristo'' or ``aristocrat'' is the new name for ``sugar daddy''.These are rich and old males who prefer the ``good things'' of life in the company of ladies who are young enough to be their granddaughters.There is yet another class of girls who submit to any `customer' who can pay for their services..These are campus girls who are listed in a catalogue or photo album for men to choose from for the purpose of having a one or two-night outing.Usually the peddlers of the albums are fellow male students who serve as pimps, and make an income from the girls' earnings. These girls have either poor, middle class or moderately rich family background, and they engage in what many regard as campus prostitution for various reasons raging from pleasure to insatiate appetite for cash.Some even do so due to peer influence, while others are involved as a means of funding their schooling (Tom tiengs, 2008).

(26)

melayani sesame sebagai germo, dan membuat pendapatan laba dari gadis- gadis tersebut. Gadis- gadis ini baik miskin, kelas menengah atau moderat latar belakanh keluarganya kaya, mereka banyak terlibat dalam prostitusi kampus. Karena berbagai alasan hebat dari bersenag- senang, hingga tidak terpuaskan napsunya, bahkan sebagian melakukannya karena pengaruh teman sebaya, sementara yang lain terlibat sebagai sarana untuk biaya kuliah mereka).

F. IMPLEMENTASI KONSEP

1. Pelaku Komunikasi one night stand

“Industri’ yang benar-benar tahan banting dari krisis ekonomi adalah bisnis birahi alias pelacuran khususnya “ayam kampus”. Prostitusi merupakan suatu hal yang sudah biasa dikalangan anak muida atau mahasiswa di zaman sekarang, khususnya anak muda yang hidup di kota-kota besar seakan-akan sex adalah kebutuhan yang nomor dua setelah makan yang harus dipenuhi, Ini tidak lepas dari pengaruh pergaulan bebas dan zaman yang semakin berkembang, dan hidup’pun semakin susah. Berangkat dari faktor itulah yang membuat mahasiswa memilih menjual kenikmatannya kepada laki-laki hidung belang atau dengan kata lain menjadi bisnis seks atau lebih dikenal dikalangan mahasiswa dengan label “ayam Kampus”.

(27)

terkecuali di kalangan mahasiswi. Sebagian generasi intelek ini tak sedikit yang terjerumus ke dalam jaringan prostitusi terselubung. Tak mudah mengungkap fenomena bisnis prostitusi di kalangan anak kampus. Jaringan mereka tertutup, hingga sulit bagi orang kebanyakan untuk mengetahuinya. Keamanan dan kerahasiaan, adalah kunci yang harus dilakukan agar kedok mereka tetap terjaga. Mereka tidak melakukan aksi dan transaksinya di kampus demi menjaga kedok mereka melainkan ada tempat-tempat lain sebagai tempat mereka bertransaksi dan melakukan praktek dengan konsumennya.

2. Media komunikasi yang di gunakan dalam bertransaksi one night stand

Suatu titik terang yang bermula pada suatu kesederhanaan pada kehidupan manusia, telah menjadi sesuatu yang bermanfaat untuk mempermudah semua aspek kehidupan bernama Teknologi. Dunia informasi saat ini seakan tidak bisa terlepas dari teknologi. Konsumsi masyarakat akan teknologi menjadikan dunia teknologi semakin lama semakin canggih komunikasi yang dulunya memerlukan waktu yang lama dalam penyampaiannya kini dengan teknologi segalanya menjadi sangat dekat dan tanpa jarak.

(28)

teknologi telah berkembang pesat dan semakin maju seiring dengan perkembangan zaman sehingga terjadi pengalihan fungsi teknologi. Contohnya pada salah satu fasilitas canggih pada masa ini yang akan kami bahas yaitu mengenai telepon genggam yang lebih dikenal dengan sebutan handphone. Beberapa tahun yang lalu handphone hanya dimiliki oleh kalangan pembisnis yang memang benar-benar membutuhkan itu untuk kelancaran pekerjaannya. Seiring berjalannya waktu handphone bisa dimiliki oleh semua kalangan. Baik yang sangat membutuhkan maupun yang kurang membutuhkan. Karena sekarang handphone di lengkapi dengan beberapa fitur yang membuat handphone memiliki beberapa fungsi selain menelepon atau saling berkirim pesan singkat. Handphone kini bukan lagi sekadar alat untuk berkomunikasi. Namun juga sebagai gaya hidup, penampilan, tren dan prestise. Produk dan penggunaan HP juga memperlihatkan fenomena yang mencengangkan. Meski tak ada angka pasti yang menunjukkan perkembangan ini, pemakaian HP kini sudah menyebar ke berbagai penjuru tanah air dan penggunaannya meningkat fantastis di kalangan anak-anak dan remaja. Bisnis HP bahkan sudah menyamai bisnis warung kopi. Ia dijajakan di bis-bis kota dan digunakan tukang ojek dan pedagang kaki lima.Ia tak lagi eksklusif milik satu lapis kelas tertentu.

(29)
(30)

3. Waktu, tempat, dan pola komunikasi one night stand, dilakukan

Manusia selalu membutuhkan manusia lain untuk berinteraksi baik secara fisik dan non fisik. Setiap manusia selalu butuh bantuan manusia lain untuk melancarkan segala tujuan dalam hidupnya. Kita butuh orang lain untuk mengangkat meja di dalam rumah kita yang terlalu berat untuk diangkat sendirian atau mungkin untuk memperbaiki mobil kita yang selalu ngadat setiap kali mesin akan dihidupkan.

(31)

sensasi lain diluar hubungan yang sah. Inilah yang membuat munculnya pangsa pasar prostitusi. Semakin banyak orang yang mencari, semakin terbuka juga pasar dalam memenuhinya. Kamar-kamar hotel menjadi sasaran tempat untuk melakukan unjuk napsu birahi sesaat. Komunikasi sangatlah luas. Tidak hanya dalam acara formal saja kita melakukan komunikasi dengan orang lain. Ketika seseorang sedang melakukan dan bertransaksi prostitusipun banyak akan kita jumpai pola-pola ataupun bentuk-bentuk sebuah komunikasi. Komunikasi yang tentunya bila berjalan dengan baik, maka akan terciptalah sebuah hubungan seksual yang baik pula.

G. METODE PENELITIAN 1. Jenis Penelitian

Di dalam penelitian ini penulis menggunakan jenis penelitian kualitatif dengan menekankan bahwa sifat penelitian ini penuh dengan nilai. Penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tulisan atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang diamati.

(32)

pengetahuan proposional dan eksperimental (pengalaman). Pengetahuan proposional menunjuk pada deskripsi tentang kasus yang telah diasimilasikan dalam pikiran peneliti sehingga terwujud dalam bentuk paparan tekstual yang unik, kaya, spesifik dan kadang-kadang bernada emosional karena, kasus yang diangkat cukup menarik, yakni pola komunikasi di antara para pelaku one night stand mahasiswa UNS surakarta (Salim, 2001:100).

2. Lokasi Penelitian

Tempat-tempat terjadinya one night stand di wilayah Surakarta atas dasar observasi yang di lakukan penulis.

3. Unit Penelitian

Unit analisis adalah unit yang akan diteliti dilapangan.Unit analisis pada penelitian ini adalah pelaku one night stand yaitu mahasiswa UNS Surakarta. Mereka inilah yang akan memberikan informasi tentang one night stand. Pola yang di gunakan dalam penelitian ini adalah Purposive Sampling,

(33)

pertimbangan-pertimbangan tertentu didalam pengambilan sampelnya (Cooper dan Emory, 1992:46).

4. Teknik Pengumpulan Data a. Observasi

(34)

akan dilakukan pada metode observasi ini sesuai dengan apa yang dikemukakan Faisal (1990:78-79).

b. Wawancara

Menurut Moleong (2002:135). menyatakan bahwa “Wawancara adalah percakapan yang dilakukan dengan maksud tertentu dan dilakukan oleh dua pihak yaitu pewawancara (interviewer) yang mengajukan pertanyaan dan yang diwawancarai (interviewee) yang memberikan jawaban pertanyaan itu”. Dari pendapat diatas, untuk memperoleh data utama adalah melalui wawancara kepada informan guna memperoleh data yang akurat dan relevan. Cara yang dilakukan dalam teknik wawancara ini adalah dengan mengajukan pertanyaan kepada informan untuk mendapat data mengenai permasalahan yang sedang diteliti. Pertanyaan yang diajukan terlebih dahulu telah disiapkan serta dibuat kerangkanya secara sistematis sebelum berada dilokasi penelitian. Pertanyaan-pertanyaan tersebut dapat berkembang bahkan dapat diluar dari daftar pertanyaan dengan maksud untuk lebih mengetahui secara jelas jawaban yang dibutuhkan, namun tetap mengacu pada pokok permasalahannya.

5. Teknik Analisa Data

(35)

6. Teknik Pemeriksaan Keabsahan Data

Dalam teknik pemeriksaan keabsahan data, penulis menggunakan tiga cara yaitu:

1. Triangulasi, yaitu teknik pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain di luar data itu untuk keperluan pengecekan atau sebagai pembanding terhadap itu.Teknik ini digunakan dengan membandingkan dan mengecek kepercayaan suatu informasi melalui waktu dan alat yang berbeda-beda. Hal ini dapat dilakukan dengan cara: membandingkan data hasil pengamatan dengan hasil data wawancara, membandingkan keadaan dan perspektif seseorang dengan berbagai pendapat dan pandangan orang lain; membandingkan hasil wawancara dengan hasil observasi yang berkaitan.

2. Ketekunan Pengamatan, bermaksud menemukan ciri dan unsure dalam situasi yang sangat relevan dengan persoalan/ isu yang sedang dicari dan kemudian memusatkan diri pada hal-hal secara rinci. Pengamatan yang dilakukan adalah dengan teliti dan rinci secara berkesinambungan terhadap faktor-faktor yang menonjol untuk kemudian ditelaah secara rinci sehingga bisa dipahami.

(36)
(37)

BAB II

DESKRIPSI WILAYAH PENELITIAN KARAKTERISTIK OBYEK DAN SUBYEK PENELITIAN

A. Gambaran Umum Universitas Sebelas Maret Surakarta

Dalam usianya yang lebih dari tiga dasa warsa UNS-Surakarta telah berkembang menjadi salah satu universitas yang terpandang di Indonesia. Berbagai fasilitas dan infrastruktur tersedia relatif lengkap dan cukup memadai. Pengembangan program studi, peningkatan kualitas SDM serta peningkatan peran serta unit- unit penunjang serta lembaga juga telah memberikan hasil yang signifikan bagi kemajuan kelembagaan.

(38)

Kebijakan-kebijakan pokok yang dijalankan UNS Surakarta adalah menerapkan dengan sungguh-sungguh Paradigma Baru Manajemen Pendidikan Tinggi, yaitu penjaminan kualitas, otonomi, akuntabilitas, akreditasi, dan evaluasi kinerja secara berkelanjutan. Agar pengembangan dan keberhasilan UNS dapat dicapai secara merata, maka sebagai landasan arah pengembangan dan kebijakan tersebut UNS menerapkan corporate management secara sungguh-sungguh di setiap unit kerja. Dengan demikian akan terjalin kerjasama secara sinergis dan tepadu antar unit (cohensiveness), bersama-sama meningkatkan kemandirian (otonomi), serta terjaminnya akuntabilitas dan quality assurance di semua bidang.

Untuk menyelenggarakan program pendidikan yang berkualitas, UNS-Surakarta didukung lebih dari 1600 dosen, dimana 4% diantaranya adalah guru besar, serta sebanyak 72,9% berpendidikan Strata-2 maupun Strata-3. UNS-Solo juga didukung lebih kurang 900 tenaga administrasi yang cukup professional. Keseluruhan sumber daya mausia tersebut menjadi asset yang berharga untuk menggerakkan roda organisasi menuju terwujudnya visi, misi dan tujuan yang telah ditetapkan.

(39)

program pendidikan dokter spesialis sampai dengan program Doktor. Semuanya ditunjang dengan fasilitas yang memadai: laboratorium yang bersertivikasi, laboratorium bahasa dengan fasilitas Self Access Centre, dan perpustakaan yang dikelola secara komputerise dan berbasis tehnologi informasi modern seperti teleconference maupun web base learning. Total jumlah mahasiswanya saat ini mencapai 27.500 orang. Alumni UNS telah tersebar ke seluruh Indonesia dan mulai banyak menempati posisi penting di masyarakat. Jumlah total alumni UNS sampai saat ini telah mencapai lebih dari 85.000 alumni.

Guna menunjang iklim akademik bagi seluruh sivitas akademika, UNS menyediakan fasilitas-fasilitas yang dapat digunakan diantaranya

Fasilitas Teknologi Informasi

(40)
(41)

dimanfaatkan diberbagai titik yang telah dibangun untuk dapat dimanfaatkan para civitas akademika yang memiliki notebook. Untuk mengantisipasi civitas akademika yang tidak memiliki notebook, UNS telah menyediakan

Self Access Terminal (SAT), yaitu tempat melakukan aktifitas berinternet dengan menggunaka PC Desktop. Karena jumlah PC yang masih terbatas, maka untuk memanfaatkan fasilitas tersebut, civitas UNS dipungut biaya yang sangat murah untuk menghindari terjadinya monopoli penggunaan PC Desktop. Selain untuk berinternet, SAT juga diperuntukkan bagi mereka yang berkeinginan mengembangkan kemampuannya dalam bidang ICT.

Fasilitas Kesehatan

(42)

Penyelenggaraan UNS-MC ditunjang dengan peralatan bantuan dari Depkes senilai Rp.400 juta sebagai bagian dari seluruh bantuan yang akan diberikan sebesar Rp.1,2 milyar. Pelayanan kesehatan primer di klinik UNS-MC di dalam kampus; Pelayanan kesehatan sekunder meliputi pelayanan konsultasi spesialis, rawat inap, pelayanan gawat darurat. Sistem pembiayaan Berasal dari berbagai sumber, namun pilar utama adalah asuransi kesehatan wajib dan PT.Askes, sebagai berikut: Sistem asuransi wajib mahasiswa UNS untuk membiayai pelayanan kesehatan; PT. Askes untuk membiayai pelayanan kesehatan dosen dan karyawan UNS Asuransi sukarela dan/atau kepesertaan Dana Kasih bagi mahasiswa UNS Medical Centre (UNS-MC) Sistem pembiayaan kesehatan yang menggunakan konsep asuransi kesehatan/Jaminan Pemeliharaan Kesehatan Masyarakat (JPKM).

Fasilitas Kemahasiswaan

(43)
(44)

merupakan fasilitas lainnya yang dapat dipergunakan dalam kegiatan kemahasiswaan, baik didalam maupun diluar kampus dengan perijinan yang telah ditetapkan oleh lembaga.

Fasilitas Ibadah

(45)

B. OBYEK PENELITIAN

(46)

antara penulis dengan unit penelitian. Dikarenakan mereka sangat tertutup dan berhati-hati sekali dalam memberikan informasi. Alasannya agar profesi mereka tetap tetap terjaga rahasianya. Melalui Angga penulis bertanya serta mencari informasi. Angga adalah salah seorang teman dekat dari penulis yang memiliki banyak teman mahasiswi yang berprofesi sebagai “ayam kampus”. Penulis kenal dengan Angga sejak 6 bulan yang lalu. Penulis dikenalkan dengan Angga oleh teman, ketika Angga masih berstatus pacar dari teman dekat penulis. Tetapi hubungan percintaan mereka putus di tengah jalan karena tidak adanya lagi kecocokan dalam menjalin asmara. Juga ditambah dengan kebiasaan buruk Angga yang suka bermain-main ketempat hiburan malam sampai tidak mengenal waktu lagi. Ahirnya merekapun sepakat untuk mengahiri hubungan cinta mereka. tetapi meskipun mereka sudah tidak ada hubungan khusus, hubungan persahabatan mereka masih terjalin dengan baik. Begitu juga hubungan diantara kami masih terjalin dengan baik, maka Angga bersedia membantu memperkenalkan beberapa teman nya yang berprofesi sebagai “ayam kampus”. Dari sering dan hobinya Angga yang suka dugem dan menyambangi club-club malam itulah banyak kenalan angga mahasiswi-mahasiswi yang berprofesi ganda, yaitu sebagai pemuas napsu sesaat.

(47)

Bahkan jika diperhatikan penampilan dan kesehariannya di kampus, mereka terlihat sama dengan sejumlah mahasiswi lainnya

Prostitusi dalam dunia pendidikan bukanlah menjadi hal yang baru, akan tetapi hal tersebut masih menjadi hal yang tabu karena praktek prostitusi tersebut masih tertutup atau terselubung, juga minim dari eksposes media massa, tidak vulgar seperti praktek prostitusi pada umumnya. Intelektual muda penjaja cinta yang biasa orang bilang adalah “ayam kampus” prakteknya sembunyi-sembunyi bahkan dikalangan mahasiswi pun berlangsung dengan rapi. Di kampus, mereka menjalankan aktivitas kuliahnya seperti biasa “bahkan pakaiannya terkesan alim, tetapi ada juga yang tidak sungkan menunjukkan jati diri. Banyak cara yang dilakukan oleh para ayam kampus untuk menjaring para lelaki hidung belang dan cara yang dilakukan itu mengutamakan keamanan dan kerahasiaan, semua itu di lakukan agar kedok mereka tetap terjaga, dan mereka tidak melakukan aksi dan transaksinya di kampus demi menjaga kedok mereka melainkan ada tempat-tempat lain sebagai tempat-tempat mereka bertransaksi dan melakukan praktek dengan konsumennya. Tak mudah mengungkap fenomena bisnis prostitusi di kalangan anak kampus. Jaringan mereka tertutup, hingga sulit bagi orang kebanyakan untuk mengetahuinya.

(48)

yang berada di dekat kampus yang kerap kali dijadikan tempat mereka nongkrong dan berinteraksi. Sering juga mereka mendatangi cafe dan biasanya mereka janjian sekitar jam 3 atau jam 4 sore mereka berkumpul di cafe itu. Berita tersebut juga dibenarkan oleh sejumlah mahasiswa yang juga kerap nongkrong di lokasi dimana para “Ayam Kampus” sering nongkrong dan berinteraksi.

Fajar, seorang Mahasiswa Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik UNS Surakarta, yang sering nongkrong di club-club malam dan tempat karoke ini mengatakan bahwa, ada beberapa tempat mangkal para ayam kampus dalam menjalankan operasinya, di antaranya adalah kawasan pusat perbelanjaan yang ada di Kota Solo. Ada pula sebuah tempat karoke yang berada di dekat sebuah kampus yang kerap dijadikan tempat mereka nongkrong dan bertransaksi. Mereka selain bertransaksi di pusat-pusat perbelanjaan dan di cafe-cafe mereka juga bertransaksi lewat telpon. Selain telpon mereka juga memiliki teman di salah satu diskotik dan karaoke untuk meminta pelanggan atau pun konsumen. Bahkan merekapun tidak sungkan untuk menawarkan jasa lewat situs pertemanan jejaring sosial. Adit menambahkan, ada ayam kampus yang mencari langganan sendiri maupun melalui jasa ke pihak ketiga atau lewat perantara (wawancara dengan Fajar, 2 Februari 2010).

Lebih lanjut keterangan saya dapatkan dari, Ardi. Mahasiswa Fakultas

(49)

sekedar melepaskan penat ini mengatakan bahwa, konsumen “ayam kampus” ini sebagian besar adalah orang-orang berduit tebal, kebanyakan dari kalangan pengusaha. Langganan mereka kebanyakan laki-laki yang sudah berumur. Mereka sering menyebutnya om-om. Karena yang mereka cari tidak hanya kenikmatannya belaka, tetapi juga uang. Menurutnya, tak semua calon konsumen langsung direspons oleh “ayam kampus”. “Mereka tak mau kalau yang berasal dari lingkungan yang dikhawatirkan akan membongkar identitasnya”. Apabila sekiranya calon pelanggan dianggap mencurigakan, maka mereka akan segera membatalkannya. Di kampus pun mereka tidak terlihat sedang melakoni profesi ganda. Sangat sulit membedakan mereka dengan mahasiswa pada umumnya. Mungkin mereka ingin menyamarkan kegiatan menyimpangnya dari kebanyakan mahasiswa. Tetapi sangat berbanding terbalik saat para “ayam kampus ini sedang berada di club-club malam atau tempat karoke. Pakaian dan cara merias tubuh nya pun semacam artis di televisai. Dengan balutan baju-baju yang tergolong seksi dan bemerek. Mungkin, karena sudah terbiasa berhubungan dengan laki-laki, mereka tak sungkan-sungkan dalam hal berpakaian. Tempat mereka biasa melakukan prakteknya pun banyak dan beragam. Mulai dari kamar hotel hingga ke lokasi kos-kosan (wawancara dengan Ardi, 4 Februari 2010).

(50)
(51)

kliendnya. Bunga pun selain menerapkan wajib memakai kondom dalam hubungan intim, ia juga sering memeriksaakan diri ke dokter specialis untuk menjaga kesehatan.

Lain Bunga lain pula dengan Mawar. Ia baru berusia 22 tahun. Saya mengenal Mawar karena dikenalkan juga oleh Angga. Wanita ini asli Solo. Perempuan ini sangat berhati-hati dalam memberikan servis kepada orang yang baru ia kenal, pasalnya ia melihat dari segi laki-laki tersebut berkelas atau tidak. Dengan kata lain Mawar disini tidak begitu berambisi untuk mencari uang dari banyak lelaki hidung belang. Ia lebih menyukai melayani sedikit pelanggan tetapi yang mempunyai banyak uang sehingga tidak perlu bergonta-ganti pasangan. Disamping dia juga sudah lebih mengenal pelanggan, dia juga merasa lebih nyaman dengan pelanggan yang sudah terbiasa dengan dia. Mawar mengikat pelanggannya dengan cara memacari mereka. Cara ini mawar gunakan untuk meminimilisasi persaigan diantara ayam kampus. Mawar juga menggunakan jasa broker sebagai penghubung. Tetapi tetap dengan acuan bahwa dia cuma mau melakukan one night stand

(52)

terkenal pasti lebih mahal jika di banding dengan kampus swasta yang biasa-biasa saja. Itulah gunanya brand. Mawar biasa menghabisakan waktu luangnya untuk jalan-jalan, belanja dan nonton tivi. Dan demi menjauhi dari penyakit, maka mawar selalu menyiapkan kondom jika sewaktu-waktu ada bokingan serta mengunjungi dokter spesialis untuk mencegah penyakit berbahaya.

(53)

perbelanjaan, demi sekedar jalan-jalan maupun belanja keperluan buat gaya hidupnya. Sedangkan dikala dia butuh hiburan sering pula dia pergi ketempat-tempat karoke, dan club-club malam di seputaran wilayah Surakarta. Melati juga menambahkan bahwa dia sering menjaring konsumen dengan jasa broker atau germo. Menurut melati, dia tidak perlu repot-repot mencari konsumen buat pasangan one night stand kalau menggunakan jasa broker. Langganan mereka kebanyakan laki-laki yang sudah berumur. Mereka menyebutnya om- om. Melati mengaku lebih sreg sama om-om. Sebab, mereka sabar dan nggak pernah minta pelayanan macam-macam. Duitnya juga banyak, paparnya. Manfaat lainnya, kalau butuh uang sewaktu-waktu, bisa minta sama om-om itu. Isi tasnya tidak lupa selalu ada kondom dengan berbagai bentuk dan merek agar dapat setiap saat mampu melayani langganan booking-an yang hadir menghampirinya. Higenis, mungkin itulah yang kadang membedakan ayam kampus dengan penjaja seks di pinggir jalan. Ayam kampus tetap saja mempunyai perhatian lebih tentang kesehatan dan kebersihan dalam melakukan hubungan intim. Melati menambahkan pelanggan wajib pake kondom, kalau enggak mau mendingan batal. Melati juga rutin konsultasi dengan dokter untuk menghindari dari datangnya penyakit berbahaya.

(54)
(55)

night standnya ketika tidak ada jadwal kuliah, lagi butuh uang dan memang ada niat dari dalam diri widuri sendiri. Widuri juga mengaku bahwa dia pertama kali melakukan kontak seksual sejak SMP. Lebih lanjut widuri menambahkan bahwa terjadi persaingan di antara ayam kampus dalam menjaring pelanggan. Dan Widuri mempunyai trik khusus untuk menghadapinya. Yaitu dengan cara memasang harga lebih miring. Bermacam-macam jasa pelayanan seksual yang widuri tawarkan mulai dari oral seks, anal seks, hand job hingga besetubuh dengan tamu. Tak lupa, widuri juga mewajibkan kliendnya menggunakan kondom dalam melakukan hubungan intim untuk menghindari penyakit. Widuri pun juga rutin chek up ke dokter specialis kelamin.

(56)
(57)

C. Para pelaku one night stand

“Industri’ yang benar-benar tahan banting dari krisis ekonomi adalah bisnis birahi alias pelacuran khususnya “ayam kampus”. Prostitusi merupakan suatu hal yang sudah biasa dikalangan anak muida atau mahasiswa di zaman sekarang, khususnya anak muda yang hidup di kota-kota besar seakan-akan sex adalah kebutuhan yang nomor dua setelah makan yang harus dipenuhi, Ini tidak lepas dari pengaruh pergaulan bebas dan zaman yang semakin berkembang, dan hidup’pun semakin susah. Berangkat dari faktor itulah yang membuat mahasiswa memilih menjual kenikmatannya kepada laki-laki hidung belang atau dengan kata lain menjadi pebebisnis esek-esek atau lebih dikenal dikalang mahasiswa dengan label “ayam Kampus”.

(58)

sebagai tempat mereka bertransaksi dan melakukan praktek dengan konsumennya

Tarif yang biasa mereka pasang berfariasai mulai dari Rp. 400 ribu hingga 2 jutaan, tergantung kondisi dan lamanya waktu booking tapi mungkin kalau si ceweknya kepepet bisa di nego. Tergantung dari kalangan mahasiswa atau pekerja. Seperti pernyataan Widuri berikut ini;

“Buat mahasiswa 400ribu hingga 500 ribu. Kalau pekerja 500ribu sampai 800ribu”.

Lebih lanjut ketika di tanya tarif long timenya, Widuri menjawab

“Buat mahasiswa 700ribu hingga sejuta. Buat pekerja sejuta hingga 1,5juta” (wawancara dengan Widuri, 29 April 2010).

Tempat mereka biasa melakukan prakteknya Banyak dan beragam tempat yang digunakan untuk praktek tersebut. Mulai dari kamar hotel hingga ke lokasi kos-kosan, tergantung dari kesepakatan antara konsumen dengan para ayam kampus tersebut. Seperti yang melati sampaikan berikut ini kepada penulis:

“Mulai dari kamar hotel hingga ke lokasi kos-kosan “(wawancara dengan Melati, 12 April 2010).

(59)

Faktor ekonomi

(60)

Seperti yang di ungkapkan Mawar (bukan nama sebenarnya) ketika di tanya Apa yang melatar belakangi ia menjadi ayam kampus?

“Gaya hidup mawah. Jujur aku matre sih. Pengen ngikutin trend. pengen keliatan lebih dari yang lain lah”(wawancara dengan Mawar, 27 April 2010).

Sampai saat ini ia telah terjun di dunia prostitusi hampir 3 tahun. Pada awal mulanya mawar terjun di dunia prostitusi karena ajakan temennya yang lebih dulu terjun ke dunia prostitusi. Mawar juga menambahkan bahwa ia pilih-pilih dalam melayani tamu. Tidak semua orang bisa merasakan jasa melati. Mawar lebih menyukai melakukan one night stand dengan “om-om” yang berkelas dan berkantong tebal. Para pengusaha sukses yang jadi incaran mawar.

Pengaruh dari teman dekat

Dalam hal apapun di dalam hidup ini sering kali terjadi dalam setiap tindakan hidup seseorang kerena pengaruh teman dan seorang teman yang lebih dekat dari pihak lain. Peran teman begitu dominan sebagai tempat untuk mengadu apabila seseorang mengalami kesedihan dan kejenuhan, dan sering kali teman sangat menentukan jalan hidup seseorang, dari situlah akhirnya seseorang yang sekarang terjerumus dalam perbuatan seperti itu yang lebih dikenal sebagai “Ayam Kampus”. Seperti jawaban Melati berikut ini ketika di tanya, Adakah orang yang mengajak anda terjun ke dunia prostitusi?

(61)

Begitu juga ketika pertanyaan yang sama di ajukan kepada Mawar ” Yup….ada sai” (wawancara dengan Mawar, 27 April 2010). sedangkan jawaban yang di peroleh dariWiduri;

“Ada beibz, temenku yang ngajarin dapat duit dengan cara beginian” (wawancara dengan Widuri, 29 April 2010).

Pengaruh dari pacar

Kecewa dengan kekasih, adalah salah satu penyebab kenapa mahasiswi terjun ke dunia seks bebas. Kekasih yang awalnya dulu dia sayang, dan apapun buat dia seorang teryata ahirnya menghianati. Semua yang pria mau diberikan atas dasar nama cinta. Sampai-sampai kehormatan dan kesuciaanpun ahirnya terenggut oleh sang kekasih hanya karena rasa napsu belaka yang berkedok alasan pembuktian rasa sayang dan pengorbanan. Inikah yang disebut pemerkosaan atas nama cinta? Waktu pun akan menguji kebenaran dari ungkapan tersebut, apakah cinta itu benar-benar tulus dari hati, atau hanya sebuah kerangka napsu yang bertopeng cinta. Seperti yang terjadi terhadap Melati ( bukan nama sebenarnya). Dia lantas mengisahkan sepenggal perjalanan hidupnya.

(62)

Tuntutan biologis

Ketika usia seseorang menginjak belasan tahun atau remaja, organ-organ reproduksi seseorang telah berkembang dan mulai bekerja ibarat listrik. Limbido seks mereka sudah mulai koneks, para remaja sudah mulai “bergetar” apabila berdekatan dengan lawan jenisnya dan inilah yang disebut pubertas. Seperti yang terjadi pada Widuri. Widuri menceritakan bahwa :

“Aku hiper seksual beibz. Libidoku tinggi. Sekalian saja’kan aku komersilkan, kebutuhan seksual terpenuhi, dapat uang lagi” (wawancara dengan Widuri, 29 April 2010).

Lebih lanjut Widuri pun menambahkan kalau ia tidak pilih-pilih tamu. Tamu yang di layanin Widuri pun dari kalangan mahasiswa sampai kalangan pekerja. Mereka rata-rata berumur antara 20 tahun sampai 50 tahun. Widuri lebih menyukai pelanggan dari kalangan pekerja atau yang sering disebut “om-om. Berikut pernyataan Widuri:

“Mainnya sabar beibz, tenang, ga tergesa-gesa, bisa puas kalau sama om-om, lagian duitnya juga banyak“(wawancara penulis Widuri, 29 April 2010).

Hanya sebagian kecil saja dari teman Widuri yang mengetahui profesi gandanya.

(63)

case-nya yang menimbulkan seseorang ingin melakukan peranan yang sama dengan penyimpang. Widuri, Bunga, Mawar, Melati dan Anggrek menjadi “ayam kampus” karena pergaulan dengan teman-temannya yang berprofesi sebagai “ayam kampus”. Menurut Sutherland, penyimpangan bersumber pada

differential association pada pergaulan yang berbeda. Dari kisah Melati Widuri, Bunga, Mawar, dan Anggrek karena pergaulan dengan temannya yang berprofesi sebagai “ayam kampus” yang dapat memenuhi segala kebutuhan dengan mudahnya membuat mereka ingin memainkan peranan yang sama (menyimpang) yakni berperan sebagai “ayam kampus”.

Menurut teori differential association milik Sutherland, perilaku menyimpang dapat ditinjau melalui sejumlah preposisi guna mencari akar permasalahan dan memahami dinamika perkembangan perilaku, proposisi tersebut antara lain :

a. Proses seseorang memiliki tingkah laku jahat adalah sama dengan proses dari mereka yang bertingkah laku tidak jahat.

b. Tingkah laku jahat seseorang dimilikinya karena pergaulan dengan orang-orang jahat melalui proses komunikasi.

c. Differential Association adalah hal spesifik yang menyebabkan seseorang bertingkah laku jahat.

(64)

e. Perbedaan-perbedaan individual, baik di dalam karakter maupun situasi sosialnya, menjuruskan ke perbuatan jahat hanya jika mereka telah terpengaruh dengan kelompok sosial yang memiliki pola-pola tingkah laku jahat di dalam kontak yang berulang-ulang dan secara tetap.

f. Konflik kebudayaan yang terjadi menjuruskan seseorang ke kelompok yang berbeda-beda dengan kata lain konflik kebudayaan mengarahkan seseorang ke perbuatan jahat.

g. Disorganisasi sosial merupakan sebab pokok yang menjuruskan secara sistematis seseorang ke perbuatan jahat.

Dalam kasus Bunga, Widuri, Melati, Mawar, dan Anggrek, Teori

differential association dapat dijelaskan sebagai berikut, perilaku menyimpang disebabkan bukan karena faktor genetik, tetapi adanya proses interaksi dengan orang lain. Dalam hal ini dengan teman-temannya yang berprofesi sebagai “ayam kampus”, dan proses komunikasi yang terjadi secara lisan dan melalui bahasa isyarat. Mereka jadi terbawa arus pergaulan yang negatif. Mereka dalam situasi yang tidak stabil, dari secara biologis maupun psikologis untuk mengatasi gejolak darah mudanya. Pada perkembangannya ia mencari teman dimana cenderung ia diterima sepenuhnya dalam kelompok tersebut.

(65)
(66)

BAB III

SAJIAN DAN ANALISA DATA

A. Pola komunikasi di antara para pelaku one night stand

Pesan yang dikirim oleh pelaku komunikasi bisa berupa pesan verbal maupun non verbal, di sengaja ataupun tidak salurannya adalah alat indera terutama pendengaran, penglihatan dan peraba. Pesan tersebut bisa melalui media dan tanpa media komunikasi.

Komunikasi dapat saja dimulai oleh pelaku komunikasi, ataupun penerima (broker dan konsumen). Akan tetapi dalam kenyataannya mereka saling mengirim pesan. Artinya apa yang kita anggap awal komunikasi itu sebenarnya merupakan kelanjutan dari fenomena komunikasi yang sebelumnya telah terjadi.

Bagan pola komunikasi diantara para pelaku one night stand

(67)

1. Bagan komunikasi antara konsumen dengan pelaku one night stand.

Bagan diatas menggambarkan bahwa konsumen one night stand melakukan komunikasi baik secara verbal dan non verbal dengan pelaku one night stand, baik menggunakan media ponsel dan situs jejaring sosial ataupun secara langsung tatap muka tanpa media. Komunikasi secara langsung antara konsumen dengan pelaku ini biasanya terjadi ketika konsumen dan pelaku bertemu di café atau tempat hiburan malam serta di dalam kamar hotel. Komunikasi antara konsumen dengan pelaku secara langsung tanpa menggunakan jasa broker tersebut, biasanya hanya terjadi antara pelaku dengan konsumen yang sudah langganan atau sudah sering memakai jasa dari pelaku.

Konsumen

Pesan verbal dan non verbal

Menggunakan media (ponsel atau facebook) atau

(68)

2. Bagan komunikasi antara konsumen dengan broker.

Bagan diatas menggabarkan konsumen one night stand melakukan komunikasi baik secara verbal dan non verbal dengan broker atau penghubung baik dengan media ponsel ataupun facebook ataupun secara tatap muka. Komunikasi antara broker dengan calon konsumen pengguna jasa one night stand terjadi ketika di kafe dan tempat hiburan malam serta di hotel. Kebanyakan para broker tersebut mempunyai pekerjaan sebagai pelayan café ataupun pelayan hotel. Para konsumen biasanya akan menanyakan kepada broker tersebut apakah memiliki kenalan mahasiswi yang bisa diajak kencan plus baik secara shoot time maupun long time.

Konsumen

Pesan verbal dan non verbal

Menggunakan media (ponsel atau facebook)

(69)

3. Bagan komunikasi antara broker dengan pelaku one night stand

Bagan diatas menggabarkan komunikasi yang terjadi antara broker dengan pelaku one night stand. Komunikasi verbal dan non verbal berlangsung dengan menggunakan media dan tanpa media. Komunikasi ini terjadi ketika seorang broker yang mendapatkan pesanan jasa pelayanan kencan plus dari calon konsumen. Apabila sudah terjadi kesepakatan harga antara broker dengan calon pengguna jasa one night stand tersebut, maka broker akan memastikan kepada pelaku, apakah pelaku yang di maksud oleh calon konsumen tersebut sedang tidak berhalangan untuk melakukan transaksi one night stand dengan calon konsumennya.

Broker

Pesan verbal dan

non verbal Menggunakan media

(ponsel atau facebook) atau langsung

(70)

a. Komunikasi yang terjadi waktu bertemu pelanggan di café-café atau tempat hiburan malam

Dari mulut manis bermuara ke seks. ngobrol merupakan cara awal yang dilakukan untuk lebih saling mengenal, supaya membuat suasana tidak kaku ketika terjadi pelayanan seks. Dari sekedar rayuan mulut manis lelaki hidung belang, akhirnya bermuara ke pemberian pelayanan seks. Para pelaku

one night stand lebih banyak menggunakan komunikasi non verbal, seperti cara bersikap, berpakaian, bermake-up, menggunakan nada-nada suara dalam merayu calon pelanggannya dan lain sebagainya ketika mereka bertemu calon pelanggan di café atau tempat hiburan malam.

Kepada Bunga, penulis ajukan pertanyaan komunikasi seperti apa yang berlangsung ketika, anda bertemu dengan calon pelanggan sewaktu di café dan tempat hiburan malam:

Berikut jawaban dari bunga: Biasanya mereka pendekatan dulu nanya:

” Boleh kenalan ga? namanya sapa say? anak mana say? sibuk apa tiap harinya?boleh aku traktir minumanya?maaf ni, kamu bisa di ajak ONS’an ga? Aku serius pengen begituan sama kamu?bisakan?berapa tarifnya?”.gitu-gitulah.

Dan tanggapan bunga dari pertanyaan-pertanyaan calon kliend nya yang sedang berada di café atau tempat hiburan malam tersebut::

(71)

Berikut jawaban dari Mawar:

“Hay…boleh kenalan ga? lagi nyante ya? Kok jarang keliatan? Kemana aja siih?, ada waktu ga?maem bareng yuk” biasanya pada gitu tuh, kalau tamu ndeketin.

Dan tanggapan Mawar:

Aku jawab saja:” iya nii lagie cari udara segar, lagi sibuk kuliah, jadi jarang Nampak, ayook kalau mau jalan bareng…siap aku”.gitu sai (wawancara dengan Mawar, 27 April 2010).

Sedangkan jawaban Melati:

Kalau tamu bisanya nanya: “hay pa kabar…kangen nih sama kamu.kamu sudah ada janji sama orang ga”.gitu-gitu lah.

Dan tanggapan Melati Kalau saya memang lagi ga ada janji sama yang lain, saya bilang saja gini:

Aku free nih…yuuk kalau mau jalan bareng (wawancara penulis dengan Melati, 12 April 2010),

Jawaban yang diberikan Widuri adalah:

Biasanya gini:” hay lagii kosong ga nih..ONS’an yuk..bisa ga kamu?”. Dan tanggapan dari Widuri dari pertanyaan-pertanyaan calon kliend sewaktu di café atau tempat hiburan malam tersebut:

Ya aku jawab aja gini:” ayow-ayow beibz..aku kosong nih. Sekarang aja keburu pagi entar”.hihihi (wawancara dengan Widuri, 29 April 2010)

Jawaban dari Anggrek:

(72)

Dan tanggapan Anggrek tersebut, adalah:

”Ya asal dia nyambung diajak ngobrol dan punya duit, aku sih welcome saja .Ya aku sih pura-pura jual mahal, biar tidak kelihatan bitch bangetlah. Semakin saya menolak, biasanya si pria tersebut akan terus penasaran, dan akan semakin santer melakukan pendekatan. Kalau sudah begitu, aku bisa minta bayar mahal”(wawancara dengan Anggrek, 5 Mei 2010).

Bunga, Mawar, Melati, Widuri, dan Anggrek memiliki pola komunikasi yang sama ketika bertemu calon pelanggannya sewaktu di café dan tempat hiburan malam. Bunga, Mawar, Melati, Widuri, dan Anggrek menggunakan komunikasi antar pribadi dengan calon pelanggannya ketika di tempat hiburan malam dan café-cafe. Komunkasi antarpribadi dipengaruhi atraksi interpersonal dalam hal: Penafsiran pesan dan penilaian. Pendapat dan penilaian kita terhadap orang lain tidak semata-mata berdasarkan pertimbangan rasional, kita juga makhluk emosional. Karena itu, ketika kita menyenangi seseorang, kita juga cenderung melihat segala hal yang berkaitan dengan dia secara positif. Sebaliknya, jika membencinya, kita cenderung melihat karakteristiknya secara negatif (Rakhmat 2007: 110).

(73)

tubuh ialah upaya kita membentuk citra tubuh dengan pakaian, dan kosmetik (Rakhmat 2008: 292).

Sedangkan pada Bunga, Melati, dan Widuri, lebih mengedepankan komunikasi secara verbal yaitu Simbol atau pesan verbal adalah semua jenis simbol yang menggunakan satu kata atau lebih. Bahasa dapat juga dianggap sebagai sistem kode verbal (Mulyana, 2008: 260).

Café dan tempat hiburan malam menurut Mulyana (2009: 405) termasuk jenis komunikasi non verbal orientasi ruangan dan jarak pribadi. Beberapa pakar memperhitungkan seluruh lingkungan fisik yang mungkin berpengaruh dalam terhadap proses komunikasi, termasuk iklim, kepadatan penduduk dan pencahayaan. Pencahayaan dapat juga mendorong atau menyurutkan seseorang untuk berkomunikasi. Disebuah café, tempat kencan, ruang musik, atau ruang televisi kita mengharapkan cahaya yang lunak. Suasana seperti itu sesuai untuk percakapan yang intim.

b. Komunikasi yang menggunakan kode-kode atau simbol- simbol tertentu dalam transaksi one night stand

(74)

kesepakatan dalam penggunaan kosakata tertentu, yang biasanya bersifat lokal dan unik. Kemampuan menggunakan simbol merupakan ciri ekslusif manusia, karenanya manusia sering juga disebut sebagai ‘animal simbolikum’, mahluk yang selalu menggunakan simbol. Ketika penulis ajukan pertanyaan adakah kode-kode khusus atau simbol-simbol yang di gunakan bila ada calon pelanggan yang mau menggunakan jasa anda ? Berikut jawaban dari Bunga :

”Simbol biasanya ML,kencan plus, ONS’an gitu sih, kebanyakan” (wawancara dengan Bunga,1 April 2010).

Berikut jawaban dari Mawar:

”Ada sai…misalkan: ML, Chek in, ONS’an, yuk gitu ngomongnya” (wawancara penulis dengan Mawar, 27 April 2010).

Berikut jawaban dari Melati:

Kalau tamu yang di café-café itu biasanya kalau mau nyari kehangatan gitu bilang gini sama teman saya yang jadi pelayan di sana:”mas punya kenalan cewek yang bisa di ajakin kencan atau one night stand’nan ga”, gitu (wawancara dengan Melati, 12 April 2010).

Berikut jawaban dari Widuri:

”Ada beibz misalkan: ML, Chek in, ONS’an, biasanya ini yang di pake istilahnya” (wawancara dengan Widuri, 29 April 2010).

Berikut jawaban dari Anggrek:

Ada donk buat menyamarkan gitu, “ML, ONS’an, kencan, jalan bareng”, itu kode-kodenya (wawancara dengan Anggrek, 5 Mei 2010).

(75)

dan Anggrek, adalah sebuah pesan verbal, karena Kencan plus, chek in, ONS’an, dan ML, adalah kode-kode yang berupa bahasa. Simbol atau pesan verbal adalah semua jenis simbol yang menggunakan satu kata atau lebih. Bahasa dapat juga dianggap sebagai sistem kode verbal (Mulyana, 2009;260). Bahasa dapat didefinisikan sebagai seperangkat simbol, dengan aturan untuk mengkombinasikan simbol-simbol tersebut, yang digunakan dan dipahami suatu komunitas.

c. Komunikasi yang terjadi ketika melakukan negosiasi tarif

Tarif akan ditentukan dengan melihat asal kampus dan pamor si Ayam Kampus dalam melayani pelanggan. Semakin hebat ia memuaskan pelanggan semakin tinggi tarifnya. Harga yang dipatok pun pasti lebih mahal dibanding dengan kupu-kupu malam di daerah pelacuran. Tariff yang di kenakan pada pelanggannya pun bervariasi. Setiap pelanggan di bedakan dari kalangan mana ia berasal, mahasiswa ataukah pekerja. Waktu lamanya bokingan juga membedakan seberapa besar tariff yang harus dibayar, antar short time dan long time. Tetapi harga yang di patok tidaklah harga mati, dan masih bisa di nego diawal transaksi. Berikut ini komunikasi yang terjadi ketika para pelaku one night stand melakukan tawar menawar harga.

Gambar

Tabel 3.2 Rangkuman Data

Referensi

Dokumen terkait