• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pola komunikasi di antara para pelaku one night stand

SAJIAN DAN ANALISA DATA

A. Pola komunikasi di antara para pelaku one night stand

Pesan yang dikirim oleh pelaku komunikasi bisa berupa pesan verbal maupun non verbal, di sengaja ataupun tidak salurannya adalah alat indera terutama pendengaran, penglihatan dan peraba. Pesan tersebut bisa melalui media dan tanpa media komunikasi.

Komunikasi dapat saja dimulai oleh pelaku komunikasi, ataupun penerima (broker dan konsumen). Akan tetapi dalam kenyataannya mereka saling mengirim pesan. Artinya apa yang kita anggap awal komunikasi itu sebenarnya merupakan kelanjutan dari fenomena komunikasi yang sebelumnya telah terjadi.

Bagan pola komunikasi diantara para pelaku one night stand

Komunikasi adalah keterampilan yang sangat penting dalam kehidupan manusia, dimana dapat kita lihat komunikasi dapat terjadi pada setiap gerak langkah manusia. Manusia adalah makhluk sosial yang tergantung satu sama lain dan mandiri serta saling terkait dengan orang lain dilingkungannya. Satu-satunya alat untuk dapat berhubungan dengan orang lain dilingkungannya adalah komunikasi baik secara verbal maupun non verbal (bahasa tubuh dan isyarat yang banyak dimengerti oleh suatu komunitas), dengan media ataupun tanpa media komunikasi.

1. Bagan komunikasi antara konsumen dengan pelaku one night stand.

Bagan diatas menggambarkan bahwa konsumen one night stand melakukan komunikasi baik secara verbal dan non verbal dengan pelaku one night stand, baik menggunakan media ponsel dan situs jejaring sosial ataupun secara langsung tatap muka tanpa media. Komunikasi secara langsung antara konsumen dengan pelaku ini biasanya terjadi ketika konsumen dan pelaku bertemu di café atau tempat hiburan malam serta di dalam kamar hotel. Komunikasi antara konsumen dengan pelaku secara langsung tanpa menggunakan jasa broker tersebut, biasanya hanya terjadi antara pelaku dengan konsumen yang sudah langganan atau sudah sering memakai jasa dari pelaku.

Konsumen

Pesan verbal dan non verbal Menggunakan media (ponsel atau facebook) atau langsung Pelaku Feed Back

2. Bagan komunikasi antara konsumen dengan broker.

Bagan diatas menggabarkan konsumen one night stand melakukan komunikasi baik secara verbal dan non verbal dengan broker atau penghubung baik dengan media ponsel ataupun facebook ataupun secara tatap muka. Komunikasi antara broker dengan calon konsumen pengguna jasa one night stand terjadi ketika di kafe dan tempat hiburan malam serta di hotel. Kebanyakan para broker tersebut mempunyai pekerjaan sebagai pelayan café ataupun pelayan hotel. Para konsumen biasanya akan menanyakan kepada broker tersebut apakah memiliki kenalan mahasiswi yang bisa diajak kencan plus baik secara shoot time maupun long time.

Konsumen

Pesan verbal dan non verbal

Menggunakan media (ponsel atau facebook)

atau langsung Broker Feed Back

3. Bagan komunikasi antara broker dengan pelaku one night stand

Bagan diatas menggabarkan komunikasi yang terjadi antara broker dengan pelaku one night stand. Komunikasi verbal dan non verbal berlangsung dengan menggunakan media dan tanpa media. Komunikasi ini terjadi ketika seorang broker yang mendapatkan pesanan jasa pelayanan kencan plus dari calon konsumen. Apabila sudah terjadi kesepakatan harga antara broker dengan calon pengguna jasa one night stand tersebut, maka broker akan memastikan kepada pelaku, apakah pelaku yang di maksud oleh calon konsumen tersebut sedang tidak berhalangan untuk melakukan transaksi one night stand dengan calon konsumennya.

Broker

Pesan verbal dan

non verbal Menggunakan media

(ponsel atau facebook) atau langsung

Pelaku Feed Back

a. Komunikasi yang terjadi waktu bertemu pelanggan di café-café atau tempat hiburan malam

Dari mulut manis bermuara ke seks. ngobrol merupakan cara awal yang dilakukan untuk lebih saling mengenal, supaya membuat suasana tidak kaku ketika terjadi pelayanan seks. Dari sekedar rayuan mulut manis lelaki hidung belang, akhirnya bermuara ke pemberian pelayanan seks. Para pelaku

one night stand lebih banyak menggunakan komunikasi non verbal, seperti cara bersikap, berpakaian, bermake-up, menggunakan nada-nada suara dalam merayu calon pelanggannya dan lain sebagainya ketika mereka bertemu calon pelanggan di café atau tempat hiburan malam.

Kepada Bunga, penulis ajukan pertanyaan komunikasi seperti apa yang berlangsung ketika, anda bertemu dengan calon pelanggan sewaktu di café dan tempat hiburan malam:

Berikut jawaban dari bunga: Biasanya mereka pendekatan dulu nanya:

” Boleh kenalan ga? namanya sapa say? anak mana say? sibuk apa tiap harinya?boleh aku traktir minumanya?maaf ni, kamu bisa di ajak ONS’an ga? Aku serius pengen begituan sama kamu?bisakan?berapa tarifnya?”.gitu-gitulah.

Dan tanggapan bunga dari pertanyaan-pertanyaan calon kliend nya yang sedang berada di café atau tempat hiburan malam tersebut::

Ya kalau orangnya enak gitu aku sih, welcome saja. Aku jawab aja “namaku ini, rumahku kawasan sini, sibuk kuliah, boleh kalau mau traktir”. Entar kalau suasana sudah cair biasnya lansung ngajakin kencan. Kalau dia bener-bener minat aku sih ok sajalah (wawancara dengan Bunga, 1 April 2010).

Berikut jawaban dari Mawar:

“Hay…boleh kenalan ga? lagi nyante ya? Kok jarang keliatan? Kemana aja siih?, ada waktu ga?maem bareng yuk” biasanya pada gitu tuh, kalau tamu ndeketin.

Dan tanggapan Mawar:

Aku jawab saja:” iya nii lagie cari udara segar, lagi sibuk kuliah, jadi jarang Nampak, ayook kalau mau jalan bareng…siap aku”.gitu sai (wawancara dengan Mawar, 27 April 2010).

Sedangkan jawaban Melati:

Kalau tamu bisanya nanya: “hay pa kabar…kangen nih sama kamu.kamu sudah ada janji sama orang ga”.gitu-gitu lah.

Dan tanggapan Melati Kalau saya memang lagi ga ada janji sama yang lain, saya bilang saja gini:

Aku free nih…yuuk kalau mau jalan bareng (wawancara penulis dengan Melati, 12 April 2010),

Jawaban yang diberikan Widuri adalah:

Biasanya gini:” hay lagii kosong ga nih..ONS’an yuk..bisa ga kamu?”. Dan tanggapan dari Widuri dari pertanyaan-pertanyaan calon kliend sewaktu di café atau tempat hiburan malam tersebut:

Ya aku jawab aja gini:” ayow-ayow beibz..aku kosong nih. Sekarang aja keburu pagi entar”.hihihi (wawancara dengan Widuri, 29 April 2010)

Jawaban dari Anggrek:

Mudah kok, kalau pas ada di pub-pub gitu. Biasalah pakaian sexi itu wajib, terus tebar pesona di situ. Entar biasanya ada cowok iseng yang ngedeketin. “Beleh kenalan ga?? Kesini sama siapa? Boleh gabung nih?”entar kalau kita sudah akrab gitu, dia ngajakin kencan.

Dan tanggapan Anggrek tersebut, adalah:

”Ya asal dia nyambung diajak ngobrol dan punya duit, aku sih welcome saja .Ya aku sih pura-pura jual mahal, biar tidak kelihatan bitch bangetlah. Semakin saya menolak, biasanya si pria tersebut akan terus penasaran, dan akan semakin santer melakukan pendekatan. Kalau sudah begitu, aku bisa minta bayar mahal”(wawancara dengan Anggrek, 5 Mei 2010).

Bunga, Mawar, Melati, Widuri, dan Anggrek memiliki pola komunikasi yang sama ketika bertemu calon pelanggannya sewaktu di café dan tempat hiburan malam. Bunga, Mawar, Melati, Widuri, dan Anggrek menggunakan komunikasi antar pribadi dengan calon pelanggannya ketika di tempat hiburan malam dan café-cafe. Komunkasi antarpribadi dipengaruhi atraksi interpersonal dalam hal: Penafsiran pesan dan penilaian. Pendapat dan penilaian kita terhadap orang lain tidak semata-mata berdasarkan pertimbangan rasional, kita juga makhluk emosional. Karena itu, ketika kita menyenangi seseorang, kita juga cenderung melihat segala hal yang berkaitan dengan dia secara positif. Sebaliknya, jika membencinya, kita cenderung melihat karakteristiknya secara negatif (Rakhmat 2007: 110).

Mawar dan Anggrek lebih condong menggunakan komunikasi dengan Klasifikasi pesan nonverbal Pesan artifaktual diungkapkan melalui penampilan tubuh, pakaian, dan kosmetik. Walaupun bentuk tubuh relatif menetap, orang sering berperilaku dalam hubungan dengan orang lain sesuai dengan persepsinya tentang tubuhnya (body image). Erat kaitannya dengan

tubuh ialah upaya kita membentuk citra tubuh dengan pakaian, dan kosmetik (Rakhmat 2008: 292).

Sedangkan pada Bunga, Melati, dan Widuri, lebih mengedepankan komunikasi secara verbal yaitu Simbol atau pesan verbal adalah semua jenis simbol yang menggunakan satu kata atau lebih. Bahasa dapat juga dianggap sebagai sistem kode verbal (Mulyana, 2008: 260).

Café dan tempat hiburan malam menurut Mulyana (2009: 405) termasuk jenis komunikasi non verbal orientasi ruangan dan jarak pribadi. Beberapa pakar memperhitungkan seluruh lingkungan fisik yang mungkin berpengaruh dalam terhadap proses komunikasi, termasuk iklim, kepadatan penduduk dan pencahayaan. Pencahayaan dapat juga mendorong atau menyurutkan seseorang untuk berkomunikasi. Disebuah café, tempat kencan, ruang musik, atau ruang televisi kita mengharapkan cahaya yang lunak. Suasana seperti itu sesuai untuk percakapan yang intim.

b. Komunikasi yang menggunakan kode-kode atau simbol- simbol tertentu dalam transaksi one night stand

Sementara itu, sebagai aktivitas simbolik, komunikasi dapat diidentifikisi melalui penggunaan simbol-simbol dalam pesan-pesan yang digunakan. Simbol bisa diartikan sebagai representasi konseptual yang arbiter. Hal ini terjadi terutama dalam komunikasi yang menggunakan pesan-pesan verbal, misalnya dalam penggunaan bahasa. Manusia selalu memiliki

kesepakatan dalam penggunaan kosakata tertentu, yang biasanya bersifat lokal dan unik. Kemampuan menggunakan simbol merupakan ciri ekslusif manusia, karenanya manusia sering juga disebut sebagai ‘animal simbolikum’, mahluk yang selalu menggunakan simbol. Ketika penulis ajukan pertanyaan adakah kode-kode khusus atau simbol-simbol yang di gunakan bila ada calon pelanggan yang mau menggunakan jasa anda ? Berikut jawaban dari Bunga :

”Simbol biasanya ML,kencan plus, ONS’an gitu sih, kebanyakan” (wawancara dengan Bunga,1 April 2010).

Berikut jawaban dari Mawar:

”Ada sai…misalkan: ML, Chek in, ONS’an, yuk gitu ngomongnya” (wawancara penulis dengan Mawar, 27 April 2010).

Berikut jawaban dari Melati:

Kalau tamu yang di café-café itu biasanya kalau mau nyari kehangatan gitu bilang gini sama teman saya yang jadi pelayan di sana:”mas punya kenalan cewek yang bisa di ajakin kencan atau one night stand’nan ga”, gitu (wawancara dengan Melati, 12 April 2010).

Berikut jawaban dari Widuri:

”Ada beibz misalkan: ML, Chek in, ONS’an, biasanya ini yang di pake istilahnya” (wawancara dengan Widuri, 29 April 2010).

Berikut jawaban dari Anggrek:

Ada donk buat menyamarkan gitu, “ML, ONS’an, kencan, jalan bareng”, itu kode-kodenya (wawancara dengan Anggrek, 5 Mei 2010).

Kencan plus, chek in, ONS’an, dan ML, adalah kode-kode yang Anggrek ,Bunga, Melati, Mawar, dan Widuri gunakan dalam bertransaksi one night stand. Kode-kode yang di gunakan oleh Bunga, Mawar, Melati, Widuri

dan Anggrek, adalah sebuah pesan verbal, karena Kencan plus, chek in, ONS’an, dan ML, adalah kode-kode yang berupa bahasa. Simbol atau pesan verbal adalah semua jenis simbol yang menggunakan satu kata atau lebih. Bahasa dapat juga dianggap sebagai sistem kode verbal (Mulyana, 2009;260). Bahasa dapat didefinisikan sebagai seperangkat simbol, dengan aturan untuk mengkombinasikan simbol-simbol tersebut, yang digunakan dan dipahami suatu komunitas.

c. Komunikasi yang terjadi ketika melakukan negosiasi tarif

Tarif akan ditentukan dengan melihat asal kampus dan pamor si Ayam Kampus dalam melayani pelanggan. Semakin hebat ia memuaskan pelanggan semakin tinggi tarifnya. Harga yang dipatok pun pasti lebih mahal dibanding dengan kupu-kupu malam di daerah pelacuran. Tariff yang di kenakan pada pelanggannya pun bervariasi. Setiap pelanggan di bedakan dari kalangan mana ia berasal, mahasiswa ataukah pekerja. Waktu lamanya bokingan juga membedakan seberapa besar tariff yang harus dibayar, antar short time dan long time. Tetapi harga yang di patok tidaklah harga mati, dan masih bisa di nego diawal transaksi. Berikut ini komunikasi yang terjadi ketika para pelaku one night stand melakukan tawar menawar harga.

Ketika di tanya, bisakah anda ceritakan komunikasi yang terjadi antara anda dengan tamu anda sewaktu tawar menawar harga atas jasa yang akan anda berikan?

Jawaban dari Bunga:

Tamu itu pasti nawar gini:” kok mahal amat sekarang tarifnya, diskon donk. Kan aku sudah langganan. Ayo donk, jangan samain tarifnya sama pelanggan yang baru”(Wawancara dengan Bunga, 1 April 2010).

Selanjutnya ketika di tanya, Jawaban yang Bunga berikan atas penawaran harga yang calon tamu nya ajukan, kepada nya adalah

Sampai apal aku jawabnya. Aku bilang gini saja:” itu sudah di potong mas, sudah murah itu. Harga kekeluargaan. Ayo donk buat kamu sudah aku bedain kok”. Gitu mbak (wawancara dengan Bunga, 1 April 2010).

Jawaban Mawar:

Aku bilang ajah “tarifku sekian, kamu mau ga?. Kalau tamu keberatan biasanya bilang gini:”kurangin dikit donk, jangan mahal-mahal. Kan sudah langganan.Masak ga pernah dapat diskon” (wawancara dengan Mawar, 27 April 2010).

Jawaban yang Mawar berikan atas penawaran harga yang calon tamu nya ajukan, kepada nya adalah:

Aku jawab ajah gini: “hay….aku bukan swalayan. Enak aja diskon”. Tapi bukan harga mati sii sai, paling aku potong dikit sai (wawancara dengan Mawar, 27 April 2010).

Hasil wawancara penulis yang Melati berikan :

Ya yang biasanya nawar itu mahasiswa mbak, setelah saya pasang tariff di muka,…biasanya mereka bilang gini: “Kok mahal amat mbak..kita kan masih mahasiswa. Di potong berapa gitu mbak..jangan mahal mahal” (wawancara dengan Melati, 12 April 2010).

Jawaban yang Melati berikan atas penawaran harga yang calon tamu nya ajukan:

Saya bilang aja itu sudah “Rate”dan itu juga sudah tariff buat mahasiswa. Yang penting ga murah-murah banget lah…dari harga

yang saya berikan. Biasanya mereka juga langsung mau, kalau sudah saya kurangin dikit” (wawancara dengan Melati, 12 April 2010). Jawaban yang diperoleh dari Widuri:

Biasanya tamu bilang gini: “tariff berapa?,kok mahal amat! naik ya tarifnya sekarang?dulu kayak’nya ga segini deh” (wawancara dengan Widuri, 20 April 2010).

Jawaban yang yang diberikan Widuri berikan atas penawaran harga yang calon tamu nya ajukan:

Aku jawab aja “harga beras aja naik, masak tariff shahwat ga naik. Itu harga promo”.hihihi aku bilang gitu aja beibz (wawancara dengan Widuri, 20 April 2010).

Komunikasi yang terjadi ketika tamu mengajukan penawaran tarif kepada Anggrek sebagai berikut:

“Aduh masak segitu sih, tolong dong di kurangin dikit. Nanggung kan sudah sejauh ini masak ga di kasih potongan harga. Kurangin lah berapa gitu Kamu enak, aku juga enak kan.” itu biasanya mereka ngomong (wawancara dengan Anggrek, 5 Mei 2010).

Jawaban yang Anggrek berikan atas penawaran harga yang calon tamu nya ajukan sebagai berikut:

“Itu sudah harga pasaran. Ya kamu mau ga, Itu sudah harga murah. Lha kamu berani berapa”. Gitulah kira-kira (wawancara dengan Anggrek, 5 Mei 2010).

Komunikasi ketika negosiasi harga adalah mereka mempunyai kesaamaan cara tamu dalam menawar, dan kesamaan bahwa harga yang di patok atas jasa prostitusi yang Bunga, Mawar, Melati, Widuri, dan anggrek pasang adalah bukan harga baku, jadi masih bisa kurang. Pola komunikasi yang Bunga, Mawar, Melati, Widuri, dan anggrek gunakan sewaktu negosiasi

harga dengan calon kliendnya adalah komunikasi antarpribadi. Komunikasi antarpribadi sangat potensial untuk menjalankan fungsi instrumental sebagai alat untuk mempengaruhi atau membujuk orang lain, karena kita dapat menggunakan kelima alat indera kita untuk mempertinggi daya bujuk pesan yang kita komunikasikan kepada komunikan kita. Komunikasi antar pribadi bebas mengubah topik pembicaraan nya, kenyataanya komunikasi antar pribadi bisa saja di dominasi oleh satu pihak (Mulyana, 2008: 81).

d. Komunikasi yang terjadi ketika memilih tempat untuk melakukan hubungan intim

Para pelaku one night stand sering melakukan hubungan intimnya dikamar-kamar hotel tapi tidak sedikit pula yang melakukanya di kos-kos’an. Semua tergantung kesepakatan antara ayam kampus dengan pelanggannya. Ada yang sudah memiliki hotel atau tempat favorit, tetapi ada juga tamu yang menentukan dimana transaksi persetubuhan ini akan berlanjut. Asalkan tempatnya enak, nyaman dan aman para ayam kampus pun akan menyetujui tawaran tamunya.

Ketika ditanya Sewaktu memilih tempat untuk melakukan hubungan intim komunikasi seperti apa yang terjadi waktu itu?

Berikut kutipan wawancara saya dengan Bunga, tentang komunikasi yang terjadi ketika memilih tempat untuk melakukan hubungan intim dengan pelanggan nya.

Atas dasar kesepakatan berdua tentunya.. Biasanya tamu yang ngajak “chek in’nya di hotel sana saja ya”, di situ saja ya, enak aman dan nyaman, gimana?”.kayak gitu biasanya. Kalau tempatnya enak, aku sie ok ok saja mbak (wawancara dengan Bunga tanggal 1 April 2010). Berikut jawaban dari Mawar

Aku yang ngajak ke kliend sai…”di hotel sana aja yuk, enak, aman, nyaman”(wawancara dengan Mawar, 27 April 2010).

Jawaban Melati

Biasanya tamu yang ngajakin..”kita ke hotel A saja ya, atau ke hotel B”. saja ya gitu mbak. Yang penting sih kalau buat saya nyaman dan aman mbak (wawancara dengan Melati, 12 April 2010).

Berikut kutipan wawancara saya dengan Widuri:

Bilangnya gini sama tamu:”beibz kita langsung chek in di hotel ini aja ya. Kan kita sudah langganan di sana” (wawancara dengan Widuri, 20 April 2010).

Berikut kutipan wawancara saya dengan Anggrek:

“Sayang kita check in di hotel sana ya, atau kita mampir hotel yang itu saja ya”, gitulah biasanya tamu yang ngajakin, aku sih asal tempatnya berkelas oke sajalah (wawancara dengan Anggrek, 5 Mei 2010).

Widuri dan Mawar memiliki kesamaan dalam komunikasi di bagian pemilihan tempat untuk melakukan hubungan intim, dengan alasan sudah langganan. Sedangkan Bunga, Melati, dan Anggrek, mereka lebih setuju dengan tempat yang tamu tawarkan untuk berhubungan intim asalkan tempat tersebut nyaman bagi mereka.

Pola komunikasi yang Widuri, Bunga, Mawar, Melati dan Anggrek dengan pelanggannya mengunakan komunikasi antarpribadi. Komunikasi antarpribadi sangat potensial untuk menjalankan fungsi instrumental sebagai

alat untuk mempengaruhi atau membujuk orang lain, karena kita dapat menggunakan kelima alat indera kita untuk mempertinggi daya bujuk pesan yang kita komunikasikan kepada komunikan kita. Komunikasi antar pribadi bebas mengubah topik pembicaraannya, kenyataanya komunikasi antarpribadi bisa saja bisa saja di dominasi oleh satu pihak (Mulyana:2008:81).