• Tidak ada hasil yang ditemukan

DESKRIPSI WILAYAH PENELITIAN KARAKTERISTIK OBYEK DAN SUBYEK PENELITIAN

B. OBYEK PENELITIAN

Penelitian yang bertemakan prostitusi membuat penulis sedikit kesulitan untuk melakukan observasi partisipan, karena penulis dihadapi oleh banyak kendala seperti keselamatan psikis dan fisik ketika melakukan penelitian. Maka observasi dilakukan adalah observasi semi partisipan. Yaitu dengan cara mencatat, mengamati, mendengarkan, merasakan, mengumpulkan dan menangkap semua fenomena, data dan informasi tentang kasus yang di selidiki. Untuk itu demi mendapatkan data yang lengkap penulis di bantu oleh teman saya yang bernama Angga. Angga saya pilih dalam membantu penelitian ini di karenakan sangat dekat dengan unit analisis dalam penelitian ini. Angga bekerja di salah satu BUMN di Kota Solo. Di samping rutinitas kerja sehari-hari yang dia jalani, Angga juga sering menghabiskan waktu luangnya untuk menyambangi café-café, tempat karoke dan tempat hiburan malam yang ada di sekitar wilayah Solo. Demi sekedar mencari hiburan dan berkumpul dengan teman-teman dia. Dari sanalah Angga bertemu dan berkenalan dengan teman-teman yang di maksud dalam penilitian ini sebagai unit penelitian, yaitu mahasiswi yang memiliki profesi ganda. Angga sangat membantu dalam memberikan informasi tentang fenomena one night stand yang di lakukan oleh sebagian mahasiswi tersebut. Penulis berpendapat bahwa mereka akan lebih terbuka memberikan informasi apabila penulis mengenal salah satu teman baik mahasiswi yang menjadi pelaku one night stand. Disamping itu, strategi ini penulis gunakan untuk memperkecil jarak

antara penulis dengan unit penelitian. Dikarenakan mereka sangat tertutup dan berhati-hati sekali dalam memberikan informasi. Alasannya agar profesi mereka tetap tetap terjaga rahasianya. Melalui Angga penulis bertanya serta mencari informasi. Angga adalah salah seorang teman dekat dari penulis yang memiliki banyak teman mahasiswi yang berprofesi sebagai “ayam kampus”. Penulis kenal dengan Angga sejak 6 bulan yang lalu. Penulis dikenalkan dengan Angga oleh teman, ketika Angga masih berstatus pacar dari teman dekat penulis. Tetapi hubungan percintaan mereka putus di tengah jalan karena tidak adanya lagi kecocokan dalam menjalin asmara. Juga ditambah dengan kebiasaan buruk Angga yang suka bermain-main ketempat hiburan malam sampai tidak mengenal waktu lagi. Ahirnya merekapun sepakat untuk mengahiri hubungan cinta mereka. tetapi meskipun mereka sudah tidak ada hubungan khusus, hubungan persahabatan mereka masih terjalin dengan baik. Begitu juga hubungan diantara kami masih terjalin dengan baik, maka Angga bersedia membantu memperkenalkan beberapa teman nya yang berprofesi sebagai “ayam kampus”. Dari sering dan hobinya Angga yang suka dugem dan menyambangi club-club malam itulah banyak kenalan angga mahasiswi- mahasiswi yang berprofesi ganda, yaitu sebagai pemuas napsu sesaat.

Mahasiswi yang punya double job menjadi pelacur di dunia kampus biasa disebut “kampus freesh chiken” atau lebih familiar lagi dengan sebutan “ayam kampus”. Sepak terjang ayam kampus lebih susah ditebak dibanding dengan para pelacur yang biasa berjejer di kawasan prostitusi dan lokalisasi.

Bahkan jika diperhatikan penampilan dan kesehariannya di kampus, mereka terlihat sama dengan sejumlah mahasiswi lainnya

Prostitusi dalam dunia pendidikan bukanlah menjadi hal yang baru, akan tetapi hal tersebut masih menjadi hal yang tabu karena praktek prostitusi tersebut masih tertutup atau terselubung, juga minim dari eksposes media massa, tidak vulgar seperti praktek prostitusi pada umumnya. Intelektual muda penjaja cinta yang biasa orang bilang adalah “ayam kampus” prakteknya sembunyi-sembunyi bahkan dikalangan mahasiswi pun berlangsung dengan rapi. Di kampus, mereka menjalankan aktivitas kuliahnya seperti biasa “bahkan pakaiannya terkesan alim, tetapi ada juga yang tidak sungkan menunjukkan jati diri. Banyak cara yang dilakukan oleh para ayam kampus untuk menjaring para lelaki hidung belang dan cara yang dilakukan itu mengutamakan keamanan dan kerahasiaan, semua itu di lakukan agar kedok mereka tetap terjaga, dan mereka tidak melakukan aksi dan transaksinya di kampus demi menjaga kedok mereka melainkan ada tempat- tempat lain sebagai tempat mereka bertransaksi dan melakukan praktek dengan konsumennya. Tak mudah mengungkap fenomena bisnis prostitusi di kalangan anak kampus. Jaringan mereka tertutup, hingga sulit bagi orang kebanyakan untuk mengetahuinya.

Angga menyebutkan beberapa tempat mangkal para “ayam kampus” dalam menjalankan operasinya diantaranya adalah kawasan pusat perbelanjaan yang ada di sudut-sudut kota, ada pula tempat hiburan malam

yang berada di dekat kampus yang kerap kali dijadikan tempat mereka nongkrong dan berinteraksi. Sering juga mereka mendatangi cafe dan biasanya mereka janjian sekitar jam 3 atau jam 4 sore mereka berkumpul di cafe itu. Berita tersebut juga dibenarkan oleh sejumlah mahasiswa yang juga kerap nongkrong di lokasi dimana para “Ayam Kampus” sering nongkrong dan berinteraksi.

Fajar, seorang Mahasiswa Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik UNS Surakarta, yang sering nongkrong di club-club malam dan tempat karoke ini mengatakan bahwa, ada beberapa tempat mangkal para ayam kampus dalam menjalankan operasinya, di antaranya adalah kawasan pusat perbelanjaan yang ada di Kota Solo. Ada pula sebuah tempat karoke yang berada di dekat sebuah kampus yang kerap dijadikan tempat mereka nongkrong dan bertransaksi. Mereka selain bertransaksi di pusat-pusat perbelanjaan dan di cafe-cafe mereka juga bertransaksi lewat telpon. Selain telpon mereka juga memiliki teman di salah satu diskotik dan karaoke untuk meminta pelanggan atau pun konsumen. Bahkan merekapun tidak sungkan untuk menawarkan jasa lewat situs pertemanan jejaring sosial. Adit menambahkan, ada ayam kampus yang mencari langganan sendiri maupun melalui jasa ke pihak ketiga atau lewat perantara (wawancara dengan Fajar, 2 Februari 2010).

Lebih lanjut keterangan saya dapatkan dari, Ardi. Mahasiswa Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik UNS Surakarta yang juga gemar menyambangi tempat-tempat karoke dan pub-pub di seputaran wilayah Surakarta untuk

sekedar melepaskan penat ini mengatakan bahwa, konsumen “ayam kampus” ini sebagian besar adalah orang-orang berduit tebal, kebanyakan dari kalangan pengusaha. Langganan mereka kebanyakan laki-laki yang sudah berumur. Mereka sering menyebutnya om-om. Karena yang mereka cari tidak hanya kenikmatannya belaka, tetapi juga uang. Menurutnya, tak semua calon konsumen langsung direspons oleh “ayam kampus”. “Mereka tak mau kalau yang berasal dari lingkungan yang dikhawatirkan akan membongkar identitasnya”. Apabila sekiranya calon pelanggan dianggap mencurigakan, maka mereka akan segera membatalkannya. Di kampus pun mereka tidak terlihat sedang melakoni profesi ganda. Sangat sulit membedakan mereka dengan mahasiswa pada umumnya. Mungkin mereka ingin menyamarkan kegiatan menyimpangnya dari kebanyakan mahasiswa. Tetapi sangat berbanding terbalik saat para “ayam kampus ini sedang berada di club-club malam atau tempat karoke. Pakaian dan cara merias tubuh nya pun semacam artis di televisai. Dengan balutan baju-baju yang tergolong seksi dan bemerek. Mungkin, karena sudah terbiasa berhubungan dengan laki-laki, mereka tak sungkan-sungkan dalam hal berpakaian. Tempat mereka biasa melakukan prakteknya pun banyak dan beragam. Mulai dari kamar hotel hingga ke lokasi kos-kosan (wawancara dengan Ardi, 4 Februari 2010).

Obyek dalam penelitian ini terdiri dari 5 orang pelaku one night stand. Mereka saya gunakan sebagai obyek penelitian yang bernama (Bunga, Mawar, Melati, Widuri dan Anggrek (bukan nama sebenarnya).

Bunga, wanita berusia 23 tahun. Saya mengenal bunga dari Angga, yang terbilang sangat dekat dengan bunga. Ia mengatakan bahwa Bunga berasal dari Salatiga. Status Bunga tidak mempunyai pacar, karena menurutnya apabila punya pacar dia tidak dapat melakukan pekerjaan tersebut, mengingat hal tersebut akan menyakitkan hati sang kekasih. Dia juga menjelaskan bahwa Bunga tergolong wanita yang sangat cantik dengan bentuk tubuh yang seksi, rambut sebahu, hidung mancung, tinggi sekitar 163cm dan kulit yang putih langsing ini, sangatlah menggoda bagi pria yang melihatnya. Bunga lebih menyukai one night stand dengan modus sebagai simpanan atau piaraan. Bunga menjelaskan bahwa menjadi piaraan atau simpanan biasanya ada dua cara. Yang pertama bisa dengan jasa broker atau germo sebagai pihak penghubung. Yang kedua “sigle fighter”, artinya si ayam kampus lansung turun sendiri mencari korbannya tanpa memakai jasa broker. Menurut saya “sigle figter” merupakan modus yang di peruntukan buat ayam kampus yang sudah professional. Namun itu semua tergantung dari cara ayam kampus itu memuaskan pelanggannya. Semakin ayam kampus itu memberikan servis yang memuaskan maka, namanya akan semakin melambung seiring harganya yang juga melambung tinggi. Bunga mematok untuk jasa short time selama 1,5 jam, sedangkan ia memberikan waktu untuk jasa long time nya semalam saja. Tentu masing-masing jasa yang bunga tawarkan memiliki harga yang berbeda pula. Ada lambang-lambang atau kode-kode khusus yang bunga gunakan dalam bertransaksi dengan calon

kliendnya. Bunga pun selain menerapkan wajib memakai kondom dalam hubungan intim, ia juga sering memeriksaakan diri ke dokter specialis untuk menjaga kesehatan.

Lain Bunga lain pula dengan Mawar. Ia baru berusia 22 tahun. Saya mengenal Mawar karena dikenalkan juga oleh Angga. Wanita ini asli Solo. Perempuan ini sangat berhati-hati dalam memberikan servis kepada orang yang baru ia kenal, pasalnya ia melihat dari segi laki-laki tersebut berkelas atau tidak. Dengan kata lain Mawar disini tidak begitu berambisi untuk mencari uang dari banyak lelaki hidung belang. Ia lebih menyukai melayani sedikit pelanggan tetapi yang mempunyai banyak uang sehingga tidak perlu bergonta-ganti pasangan. Disamping dia juga sudah lebih mengenal pelanggan, dia juga merasa lebih nyaman dengan pelanggan yang sudah terbiasa dengan dia. Mawar mengikat pelanggannya dengan cara memacari mereka. Cara ini mawar gunakan untuk meminimilisasi persaigan diantara ayam kampus. Mawar juga menggunakan jasa broker sebagai penghubung. Tetapi tetap dengan acuan bahwa dia cuma mau melakukan one night stand

dengan pria yang dianggapnya berkelas. Lebih jauh menurut bunga biasanya untuk sampai ke tahap transaksi biasanya sang germo rela mengantar lansung klien ke kost atau tempat janjian yang telah di atur sebelumnya. Biasanya mereka bertemu di tempat makan, club-club malam, maupun tempat-tempat karoke. Harga untuk setiap booking-an ayam kampus pun bermacam-macam tergantung di mana dia menuntut ilmu. Ayam kampus dari universitas yang

terkenal pasti lebih mahal jika di banding dengan kampus swasta yang biasa- biasa saja. Itulah gunanya brand. Mawar biasa menghabisakan waktu luangnya untuk jalan-jalan, belanja dan nonton tivi. Dan demi menjauhi dari penyakit, maka mawar selalu menyiapkan kondom jika sewaktu-waktu ada bokingan serta mengunjungi dokter spesialis untuk mencegah penyakit berbahaya.

Melati 22 tahun. Wanita cantik berhidung bangir, berkulit kuning