• Tidak ada hasil yang ditemukan

Makalah Tentang Pemakaian EYD DAN Tanda BaCa

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Makalah Tentang Pemakaian EYD DAN Tanda BaCa"

Copied!
24
0
0

Teks penuh

(1)

MAKALAH

PEMAKAIAN EYD (Ejaan Yang Disempurnakan)

Dosen Pembimbing :

Eha Yuniarti, M.Pd

Disusun Oleh:

Muhammad Abidzar Dede Utari Siti Aya Nabilla

PERGURUAN TINGGI LA TANSA MASHIRO

FAKULTAS IMU EKONOMI

(2)

i KATA PENGANTAR

Rasa syukur yang dalam kami sampaikan kehadirat Allah SWT , karena berkat kemurahan-Nya makalah ini dapat kami selesaikan sesuai yang diharapkan. Dalam makalah ini kami membahas “Pemakaian EYD”, suatu materi yang harus dikuasai oleh seorang Jurnalistik, Penulis, Dosen, Mahasiswa, Karyawan dan skateholder lainnya, terlebih untuk seorang Jurnalistik dan Penulis.

Makalah ini dibuat dalam rangka memperdalam pemahaman masalah tentang tata cara “Pemakaian EYD”, yang sangat diperlukan dalam suatu teknik penulisan yang baik dan benar berdasarkan “Kaidah Ejaan Penulisan Bahasa Indonesia” dan sekaligus melakukan apa yang sudah menjadi tugas mahasiswa yang mengikuti mata kuliah “Bahasa Indonesia” untuk membuat makalah ini. Dalam proses pendalaman materi “Pemakaian EYD” ini, tentunya kami mendapatkan tugas, bimbingan, arahan, koreksi dan saran, untuk itu rasa terimakasih yang sedalam-dalamnya kami sampaikan kepada:

• Eha Yuniarti, M.Pd , selaku dosen mata kuliah “Bahasa Indonesia”

• Rekan-rekan mahasiwa yang telah memberikan saran dan masukan untuk makalah ini.

• Bapak dan Ibu kami, karna cinta dan kasih sayang merekalah kami bisa sampai seperti sekarang ini.

Demikian makalah ini saya buat semoga bermanfaat,

Rangkasbitung, 07 Oktober 2016

(3)

ii

D

DA

AF

FT

TA

AR

R

I

IS

SI

I

Hal.

Kata Pengantar ... i

Daftar Isi ... ii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Rumusan Masalah ... 1

1.1 Tujuan ... 1

BAB II PEMBAHASAN ... 1

2.1 Pemakaian EYD ... 1

2.1.1 Cara Penyerapan Kata Asing ... 1

2.1.1 Adopsi ... 1

2.1.2 Adaptasi ... 1

2.1.3 Terjemahan ... 2

2.1.4 Kreasi ... 2

2.1.2 Pedoman Penyerapan ... 3

2.1.2.1 Penyesuaian Ejaan ... 3

2.1.2.1.1 Tanpa Perubahan ... 3

2.1.2.1.2 Dengan Perubahan ... 5

2.1.2.2 Penyesuaian Akhiran ... 8

2.1.2.2.1 Tanpa Perubahan ... 8

2.1.2.2.2 Dengsn Perubahan ... 8

2.1.2.3 Penyerapan dengan Penerjemahan ... 9

2.1.2.4 Aturan Penyerapan Imbuhan ... 10

2.1.3 Latihan Mengkoreksi Kesalahan Ejaan ... 10

BAB III PENUTUP ... 11

3.1 Kesimpulan ... 11

(4)

1 BAB I

PENDAHULUAN

Belakang

Dalam perkembangannya, bahasa Indonesia menyerap unsur dari berbagai bahasa lain, baik dari bahasa daerah di Indonesia maupun dari bahasa asing seperti Inggris, Belanda, Arab, dan Sansekerta.

Hal ini bisa dipahami karena Indonesia terdiri dari berbagai macam suku bangsa dan bahasa. Kemudian Indonesia juga pernah dijajah oleh bangsa asing seperti Inggris dan Belanda. Agama yang ada di Indonesia juga beraneka ragam. Semuanya itu mempunyai pengaruh pada perkembangan bahasa Indonesia, sehingga bahasa Indonesia banyak menyerap kata-kata dari bahasa lain.

Sifat bahasa Indonesia yang terbuka ini menyebabkan banyak kata-kata atau unsure-unsur bahasa lain yang digunakan dalam bahasa Indonesia.

Namun demikian ternyata, pembentukan unsure serapan itu dtentukan pedoman-pedomannya.

1.1Rumusan Masalah a. Apa Itu EYD

b. Bagaimana cara/proses penyerapan kata asing ? c. Bagaimana cara/langkah-langkah Penyerapan?

1.2Tujuan

Untuk Mengetahui apa itu EYD

Untuk mengetahui cara/proses penyerapan kata asing

BAB II PEMBAHASAN

2.1

Pemakaian EYD

Untuk mengetahui pedoman penyerapan 2.1.1 Pengertian EYD

EYD adalah tata Bahasa Indonesia yang mengatur penggunaan Bahasa Indonesia dalam tulisan, mulai dari pemakaian dan penulisan huruf kapital dan huruf miring, serta penulisan unsur serapan. EYD disini di artikan sebagai tata bahasa yang disempurnakan.

2.1.2 Sejarah

(5)

2 lanjutan dari usaha yang telah dirintis oleh panitia Ejaan Malindo. Para pelaksananya pun di samping terdiri dari panitia Ejaan LBK, juga dari panitia ejaan dari Malaysia. Panitia itu berhasil merumuskan suatu konsep ejaan yang kemudian diberi nama Ejaan Baru. Panitia itu bekerja atas dasar surat keputusan menteri pendidikan dan kebudayaan no.062/67, tanggal 19 September 1967.

Pada 23 Mei 1972, sebuah pernyataan bersama ditandatangani oleh Menteri Pelajaran Malaysia Tun Hussein Onn dan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Indonesia, Mashuri. Pernyataan bersama tersebut mengandung persetujuan untuk melaksanakan asas yang telah disepakati oleh para ahli dari kedua negara tentang Ejaan Baru dan Ejaan yang Disempurnakan. Pada tanggal 16 Agustus 1972, berdasarkan Keputusan Presiden Nomor 57 Tahun 1972, berlakulah sistem ejaan Latin bagi bahasa Melayu ("Rumi" dalam istilah bahasa Melayu Malaysia) dan bahasa Indonesia. Di Malaysia, ejaan baru bersama ini dirujuk sebagai Ejaan Rumi Bersama (ERB). Pada waktu pidato kenegaraan untuk memperingati Hari Ulang Tahun Kemerdakan Republik Indonesia yang ke XXVII, tanggal 17 Agustus 1972 diresmikanlah pemakaikan ejaan baru untuk bahasa Indonesia oleh Presiden Republik Indonesia. Dengan Keputusan Presiden No. 57 tahun 1972, ejaan tersebut dikenal dengan nama Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan (EYD). Ejaan tersebut merupakan hasil yang dicapai oleh kerja panitia ejaan bahasa Indonesia yang telah dibentuk pada tahun 1966. Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan ini merupakan penyederhanaan serta penyempurnaan daripada Ejaan Suwandi atau ejaan Republik yang dipakai sejak dipakai sejak bulan Maret 1947.

Selanjutnya pada tanggal 12 Oktober 1972, Panitia Pengembangan Bahasa Indonesia Departemen Pendidikan dan Kebudayaan menerbitkan buku "Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan" dengan penjelasan kaidah penggunaan yang lebih luas. Setelah itu, Menteri Pendidikan dan Kebudayaan dengan Keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan tanggal 27 Agustus 1975 Nomor 0196/U/1975 memberlakukan "Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan" dan "Pedoman Umum Pembentukan Istilah".

Pada tahun 1987, Menteri Pendidikan dan Kebudayaan mengeluarkan Keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 0543a/U/1987 tentang Penyempurnaan "Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan". Keputusan menteri ini menyempurnakan EYD edisi 1975.

Pada tahun 2009, Menteri Pendidikan Nasional mengeluarkan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 46 Tahun 2009 tentang Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan. Dengan dikeluarkannya peraturan menteri ini, maka EYD edisi 1987 diganti dan dinyatakan tidak berlaku lagi.

2.1.3 Pemakaian Huruf

a Huruf abjad.

(6)

3 b Huruf vokal.

Ada 5: a, e, i, o, dan u. Tanda aksen é dapat digunakan pada huruf e jika ejaan kata menimbulkan keraguan.

c Huruf konsonan. Ada 21: b, c, d, f, g, h, j, k, l, m, n, p, q, r, s, t, v, w, x, y, dan z. a. Huruf c, q, v, w, x, dan y tidak punya contoh di akhir kata.

b. Huruf x tidak punya contoh di tengah kata.

c. Huruf q dan x digunakan khusus untuk nama dan keperluan ilmu

d Huruf diftong.

Di dalam bahasa Indonesia terdapat diftong yang dilambangkan dengan ai, au, dan oi.

e Gabungan huruf konsonan.

Di dalam bahasa Indonesia terdapat Huruf Konsonan yang dilambangkan dengan Ada 4: kh, ng, ny, dan sy.

f Huruf kapital

a. Huruf pertama kata pada awal kalimat b. Huruf pertama petikan langsung

c. Huruf pertama dalam kata dan ungkapan yang berhubungan dengan agama, kitab suci, dan Tuhan, termasuk kata ganti untuk Tuhan

d. Huruf pertama nama gelar kehormatan, keturunan, dan keagamaan yang diikuti nama orang (tidak dipakai jika tidak diikuti nama orang)

e. Huruf pertama unsur nama jabatan yang diikuti nama orang, instansi, atau tempat yang digunakan sebagai pengganti nama orang (tidak dipakai jika tidak diikuti nama orang, instansi, atau tempat) huruf pertama nama jabatan atau instansi yang merujuk kepada bentuk lengkapnya

f. Huruf pertama unsur-unsur nama orang (tidak dipakai pada de, van, der, von, da, bin, atau binti) huruf pertama singkatan nama orang yang digunakan sebagai nama jenis atau satuan ukuran (tidak dipakai untuk nama orang yang digunakan sebagai nama jenis atau satuan ukuran)

g. Huruf pertama nama bangsa, suku bangsa, dan bahasa (tidak dipakai untuk nama bangsa, suku, dan bahasa yang digunakan sebagai bentuk dasar kata turunan)

h. Huruf pertama nama tahun, bulan, hari, hari raya, dan unsur-unsur nama peristiwa sejarah (tidak dipakai untuk peristiwa sejarah yang tidak digunakan sebagai nama)

(7)

4 j. Huruf pertama semua unsur nama resmi negara, lembaga resmi, lembaga

ketatanegaraan, badan, dan nama dokumen resmi, kecuali kata tugas, seperti dan, oleh,atau, dan untuk (tidak dipakai untuk kata yang bukan nama resmi negara, lembaga resmi, lembaga ketatanegaraan, badan, dan nama dokumen resmi)

k. Huruf pertama setiap unsur bentuk ulang sempurna yang terdapat pada nama lembaga resmi, lembaga ketatanegaraan, badan, dokumen resmi, dan judul karangan

l. Huruf pertama semua kata (termasuk semua unsur kata ulang sempurna) di dalam judul buku, majalah, surat kabar, dan makalah, kecuali kata tugas seperti di, ke,dari, dan, yang, dan untuk yang tidak terletak pada posisi awal m. Huruf pertama unsur singkatan nama gelar, pangkat, dan sapaan yang

digunakan dengan nama diri.

n. Huruf pertama kata penunjuk hubungan kekerabatan yang digunakan dalam penyapaan atau pengacuan (tidak dipakai jika tidak digunakan dalam pengacuan atau penyapaan)

o. Huruf pertama kata Anda yang digunakan dalam penyapaan

p. Huruf pertama pada kata, seperti keterangan, catatan, dan misalnya yang didahului oleh pernyataan lengkap dan diikuti oleh paparan yang berkaitan dengan pernyataan lengkap itu.

g Huruf miring

a. Menuliskan nama buku, majalah, dan surat kabar yang dikutip dalam tulisan b. Menegaskan atau mengkhususkan huruf, bagian kata, kata, atau kelompok

kata

c. Menuliskan kata atau ungkapan yang bukan bahasa Indonesia (Dalam tulisan tangan atau ketikan, huruf atau kata yang akan dicetak miring digarisbawahi) Ungkapan asing yang telah diserap ke dalam bahasa Indonesia penulisannya diperlakukan sebagai kata Indonesia

h Huruf tebal

a. Menuliskan judul buku, bab, bagian bab, daftar isi, daftar tabel, daftar lambang, daftar pustaka, indeks, dan lampiran

b. Tidak dipakai untuk menegaskan atau mengkhususkan huruf, bagian kata, kata, atau kelompok kata; untuk keperluan itu digunakan huruf miring.

c. Menuliskan lema dan sublema serta untuk menuliskan lambang bilangan yang menyatakan polisemi dalam cetakan kamus

2.1.4 Penulisan Kata

A. Kata dasar. Ditulis sebagai satu kesatuan B. Kata turunan

(8)

5 a. Imbuhan ditulis serangkai dengan kata yang langsung mengikuti atau

mendahuluinya, tapi unsur gabungan kata ditulis terpisah jika hanya mendapat awalan atau akhiran: bertanggung jawab, garis bawahi

b. Imbuhan dan unsur gabungan kata ditulis serangkai jika mendapat awalan dan akhiran sekaligus: pertanggungjawaban

c. Ditulis serangkai jika salah satu unsur gabungan kata hanya dipakai dalam kombinasi: adipati, narapidana

d. Diberi tanda hubung jika bentuk terikat diikuti oleh kata yang huruf awalnya adalah huruf kapital: non-Indonesia

e. Ditulis terpisah jika kata maha sebagai unsur gabungan diikuti oleh kata esa dan kata yang bukan kata dasar: maha esa, maha pengasih

C. Bentuk ulang. Ditulis lengkap dengan tanda hubung: anak-anak, sayur-mayur

D. Gabungan kata

a. Ditulis terpisah antarunsurnya: duta besar, kambing hitam

b. Dapat ditulis dengan tanda hubung untuk menegaskan pertalian di antara unsur yang bersangkutan untuk mencegah kesalahan pengertian: alat

pandang-dengar,anak-istri saya

c. Ditulis serangkai untuk 47 pengecualian:

acapkali, adakalanya, akhirulkalam, alhamdulillah, astagfirullah, bagaima

na, barangkali, bilamana, bismillah, beasiswa,belasungkawa, bumiputra, da ripada, darmabakti, darmasiswa, dukacita, halalbihalal, hulubalang, kacam ata, kasatmata, kepada, keratabasa, kilometer, manakala,manasuka, mangku bumi, matahari, olahraga, padahal, paramasastra, peribahasa, puspawarna,

radioaktif, sastramarga, saputangan, saripati, sebagaimana,sediakala, segit

iga, sekalipun, silaturahmi, sukacita, sukarela, sukaria, syahbandar, titiman gsa, wasalam

E. Suku kata - Pemenggalan kata a. Kata dasar

1. Di antara dua vokal berurutan di tengah kata (diftong tidak pernah diceraikan): ma-in.

2. Sebelum huruf konsonan yang diapit dua vokal di tengah kata: ba-pak.

3. Di antara dua konsonan yang berurutan di tengah kata: man-di. 4. Di antara konsonan pertama dan kedua pada tiga konsonan yang

berurutan di tengah kata: ul-tra.

5. Kata berimbuhan: Sesudah awalan atau sebelum akhiran: me-rasa-kan.

6. Gabungan kata: Di antara unsur pembentuknya: bi-o-gra-fi

(9)

6 G. Partikel

1. Partikel -lah, -kah, dan -tah ditulis serangkai dengan kata yang mendahuluinya: betulkah, bacalah

2. Partikel pun ditulis terpisah dari kata yang mendahuluinya: apa pun, satu

kali pun

3. Partikel pun ditulis serangkai dengan kata yang mendahuluinya untuk adapun, andaipun, ataupun, bagaimanapun, biarpun, kalaupun, kenda

tipun, maupun, meskipun,sekalipun, sungguhpun, walaupun

H. Singkatan dan akronim

1. Singkatan nama orang, nama gelar, sapaan, jabatan atau pangkat diikuti dengan tanda titik: A.S. Kramawijaya, M.B.A.

2. Singkatan nama resmi lembaga pemerintah dan ketatanegaraan, badan atau organisasi, serta nama dokumen resmi yang terdiri atas huruf awal kata ditulis dengan huruf kapital dan tidak diikuti dengan tanda titik: DPR, SMA 3. Singkatan umum yang terdiri atas tiga huruf atau lebih diikuti satu tanda

titik: dst., hlm.

4. Singkatan umum yang terdiri atas dua huruf diikuti tanda titik pada setiap huruf: a.n., s.d.

5. Lambang kimia, singkatan satuan ukuran, takaran, timbangan, dan mata uang tidak diikuti tanda titik: cm, Cu

6. Akronim nama diri yang berupa gabungan huruf awal dari deret kata ditulis seluruhnya dengan huruf kapital: ABRI, PASI

7. Akronim nama diri yang berupa gabungan suku kata atau gabungan huruf dan suku kata dari deret kata ditulis dengan huruf awal huruf kapital: Akabri, Iwapi

8. Akronim yang bukan nama diri yang berupa gabungan huruf, suku kata, ataupun gabungan huruf dan suku kata dari deret kata seluruhnya ditulis dengan huruf kecil:pemilu, tilang

I. Angka dan lambang bilangan. Angka dipakai untuk menyatakan lambang bilangan atau nomor yang lazimnya ditulis dengan angka Arab atau angka Romawi.

1. Fungsi

1. menyatakan (i) ukuran panjang, berat, luas, dan isi (ii) satuan waktu (iii) nilai uang, dan (iv) kuantitas,

2. melambangkan nomor jalan, rumah, apartemen, atau kamar pada alamat, 3. menomori bagian karangan dan ayat kitab suci,

2. Penulisan

1. Lambang bilangan utuh dan pecahan dengan huruf 2. Lambang bilangan tingkat

(10)

7 4. Ditulis dengan huruf jika dapat dinyatakan dengan satu atau dua kata,

kecuali jika beberapa lambang bilangan dipakai secara berurutan, seperti dalam perincian dan pemaparan

5. Ditulis dengan huruf jika terletak di awal kalimat. Jika perlu, susunan kalimat diubah sehingga bilangan yang tidak dapat dinyatakan dengan satu atau dua kata tidak terdapat pada awal kalimat

6. Dapat dieja sebagian supaya lebih mudah dibaca bagi bilangan utuh yang besar

7. Tidak perlu ditulis dengan angka dan huruf sekaligus dalam teks kecuali di dalam dokumen resmi seperti akta dan kuitansi

8. Jika bilangan dilambangkan dengan angka dan huruf, penulisannya harus tepat

J. Kata ganti

1. Ku dan kau ditulis serangkai dengan kata yang mengikutinya: kusapa, kauberi

2. Ku, mu,dan nya ditulis serangkai dengan kata yang mendahuluinya : bukuku, miliknya

K. Kata sandang. si dan sang ditulis terpisah dari kata yang mengikutinya: sang

Kancil, si pengirim

2.1.5 Pemakaian Tanda Baca A. Tanda titik

1. Dipakai pada akhir kalimat yang bukan pertanyaan atau seruan....

2. Dipakai di belakang angka atau huruf dalam suatu bagan, ikhtisar, atau daftar (tidak dipakai jika merupakan yang terakhir dalam suatu deretan) 3. Dipakai untuk memisahkan angka jam, menit, dan detik yang menunjukkan

waktu atau jangka waktu

4. Dipakai di antara nama penulis, judul tulisan yang tidak berakhir dengan tanda tanya dan tanda seru, dan tempat terbit dalam daftar pustaka

5. Dipakai untuk memisahkan bilangan ribuan atau kelipatannya (tidak dipakai jika tidak

6. dipakai pada akhir judul yang merupakan kepala karangan atau kepala ilustrasi, tabel, dan sebagainya

7. Tidak dipakai di belakang (1) alamat pengirim dan tanggal surat atau (2) nama dan menunjukkan jumlah)

8. Tidak alamat penerima surat

B. Tanda koma

1. Dipakai di antara unsur-unsur dalam suatu perincian atau pembilangan 2. Dipakai untuk memisahkan kalimat setara yang satu dari kalimat setara

(11)

8 3. Dipakai untuk memisahkan anak kalimat dari induk kalimat jika anak

kalimat itu mendahului induk kalimatnya (tidak dipakai jika anak kalimat itu mengiringi induk kalimatnya)

4. Dipakai di belakang kata atau ungkapan penghubung antarkalimat yang terdapat pada awal kalimat. Termasuk di dalamnya oleh karena itu, jadi, lagi pula, meskipun begitu, akan tetapi

5. Dipakai untuk memisahkan kata seperti o, ya, wah, aduh, kasihan dari kata yang lain yang terdapat di dalam kalimat

6. Dipakai untuk memisahkan petikan langsung dari bagian lain dalam kalimat (tidak dipakai jika petikan langsung itu berakhir dengan tanda tanya atau tanda seru)

7. Dipakai di antara (i) nama dan alamat, (ii) bagian-bagian alamat, (iii) tempat dan tanggal, dan (iv) nama tempat dan wilayah atau negeri yang ditulis berurutan

8. Dipakai untuk menceraikan bagian nama yang dibalik susunannya dalam daftar pustaka

9. Dipakai di antara bagian-bagian dalam catatan kaki

10.Dipakai di antara nama orang dan gelar akademik yang mengikutinya untuk membedakannya dari singkatan nama diri, keluarga, atau marga

11.Dipakai di muka angka persepuluhan atau di antara rupiah dan sen yang dinyatakan dengan angka

12.Dipakai untuk mengapit keterangan tambahan yang sifatnya tidak membatasi 13.Dapat dipakai di belakang keterangan yang terdapat pada awal kalimat untuk

menghindari salah baca

C. Tanda titik koma

1. Dapat dipakai untuk memisahkan bagian-bagian kalimat yang sejenis dan setara

2. Dapat dipakai sebagai pengganti kata penghubung untuk memisahkan kalimat yang setara di dalam kalimat majemuk

D. Tanda titik dua

1. Dapat dipakai pada akhir suatu pernyataan lengkap jika diikuti rangkaian atau pemerian (tidak dipakai jika rangkaian atau perian itu merupakan pelengkap yang mengakhiri pernyataan)

2. Dipakai sesudah kata atau ungkapan yang memerlukan pemerian

3. Dapat dipakai dalam teks drama sesudah kata yang menunjukkan pelaku dalam percakapan

4. Dipakai (i) di antara jilid atau nomor dan halaman, (ii) di antara bab dan ayat dalam kitab suci, (iii) di antara judul dan anak judul suatu karangan, serta (iv) nama kota dan penerbit buku acuan dalam karangan

(12)

9 1. Dipakai untuk menyambung suku-suku kata dasar yang terpisah oleh

penggantian baris (Suku kata yang berupa satu vokal tidak ditempatkan pada ujung baris atau pangkal baris)

2. Dipakai untuk menyambung awalan dengan bagian kata di belakangnya atau akhiran dengan bagian kata di depannya pada pergantian baris (Akhiran -i tidak dipenggal supaya jangan terdapat satu huruf saja pada pangkal baris) 3. Dipakai untuk menyambung unsur-unsur kata ulang

4. Dipakai untuk menyambung huruf kata yang dieja satu-satu dan bagian-bagian tanggal

5. Dapat dipakai untuk memperjelas (i) hubungan bagian-bagian kata atau ungkapan, dan (ii) penghilangan bagian kelompok kata

6. Dipakai untuk merangkaikan (i) se- dengan kata berikutnya yang dimulai dengan huruf kapital, (ii) ke- dengan angka, (iii) angka dengan -an, (iv) singkatan berhuruf kapital dengan imbuhan atau kata, dan (v) nama jabatan rangkap

7. Dipakai untuk merangkaikan unsur bahasa Indonesia dengan unsur bahasa asing

F. Tanda pisah

1. Dipakai untuk membatasi penyisipan kata atau kalimat yang memberi penjelasan di luar bangun kalimat

2. Dipakai untuk menegaskan adanya keterangan aposisi atau keterangan yang lain sehingga kalimat menjadi lebih jelas

3. Dipakai di antara dua bilangan atau tanggal dengan arti 'sampai ke' atau 'sampai dengan'

4. Dalam pengetikan, tanda pisah dinyatakan dengan dua buah tanda hubung tanpa spasi sebelum dan sesudahnya

G. Tanda tanya

1. Dipakai pada akhir kalimat tanya

2. Dipakai di dalam tanda kurung untuk menyatakan bagian kalimat yang disangsikan atau yang kurang dapat dibuktikan kebenarannya

H. Tanda seru

1. Dipakai sesudah ungkapan atau pernyataan yang berupa seruan atau perintah yang menggambarkan kesungguhan, ketidakpercayaan, ataupun rasa emosi yang kuat

I. Tanda elipsis

1. Dipakai dalam kalimat yang terputus-putus

(13)

10 3. Jika bagian yang dihilangkan mengakhiri sebuah kalimat, perlu dipakai

empat buah titik; tiga buah untuk menandai penghilangan teks dan satu untuk menandai akhir kalimat

J. Tanda petik

1. mengapit petikan langsung yang berasal dari pembicaraan dan naskah atau bahan tertulis lain

2. mengapit judul syair, karangan, atau bab buku yang dipakai dalam kalimat 3. mengapit istilah ilmiah yang kurang dikenal atau kata yang mempunyai arti

khusus

4. Tanda petik penutup mengikuti tanda baca yang mengakhiri petikan langsung.

5. Tanda baca penutup kalimat atau bagian kalimat ditempatkan di belakang tanda petik yang mengapit kata atau ungkapan yang dipakai dengan arti khusus pada ujung kalimat atau bagian kalimat

6. Tanda petik pembuka dan tanda petik penutup pada pasangan tanda petik itu ditulis sama tinggi di sebelah atas baris

K. Tanda petik tunggal

1. mengapit petikan yang tersusun di dalam petikan lain

2. mengapit makna, terjemahan, atau penjelasan kata atau ungkapan asing

L. Tanda kurung

1. mengapit keterangan atau penjelasan

2. mengapit keterangan atau penjelasan yang bukan bagian integral pokok pembicaraan

3. mengapit huruf atau kata yang kehadirannya di dalam teks dapat dihilangkan 4. mengapit angka atau huruf yang memerinci satu urutan keterangan

M. Tanda kurung siku

1. mengapit huruf, kata, atau kelompok kata sebagai koreksi atau tambahan pada kalimat atau bagian kalimat yang ditulis orang lain. Tanda itu menyatakan bahwa kesalahan atau kekurangan itu memang terdapat di dalam naskah asli

2. mengapit keterangan dalam kalimat penjelas yang sudah bertanda kurung

N. Tanda garis miring

1. dipakai di dalam nomor surat dan nomor pada alamat dan penandaan masa satu tahun yang terbagi dalam dua tahun takwim

(14)

11

2.2. Cara Penyerapan Kata asing

Ada beberapa proses atau cara masuknya bahasa asing ke dalam bahasa Indonesia sehingga bisa terserap. Di bawah ini adalah proses penyerapan tersebut:

2.2.1 Adopsi

Proses adopsi adalah terserapnya bahasa asing karena pemakai bahasa tersebut mengambil kata bahasa asing yang memiliki makna sama secara keseluruhan tanpa mengubah lafal atau ejaan dengan bahasa Indonesia.

Contoh: Hotdog, Shuttle cock, reshuffle, plaza, supermarket,formal,editor dan lain-lain.

Penggunaan dalam kalimat:

a. Di dalam pencarian, pembelajaran, dan perkembangan itu, teori bukan lagi sekadar teori dalam arti formal.

b. Terlepas dari ada beberapa ejaan yang luput dari koreksi editor, secara keseluruhan, saya rasa buku ini memang perlu dibaca

2.2.2 Adaptasi

Proses adaptasi adalah proses diserapnya bahasa asing akibat pemakai bahasa mengambil kata bahasa asing, tetapi ejaan atau cara penulisannya berbeda dan disesuaikan dengan aturan bahasa Indonesia.

Contoh:

Option = Opsi Fluctuate = Fluktuatif Organization = Organisasi Maximal = maksimal

2.2.3 Terjemahan

Penyerapan secara terjemahan dapat dilakukan dengan dua cara berikut ini.

a. Terjemahan langsung, yaitu kosakata dari bahasa asing itu dicarikan padanannya dalam bahasa Indonesia.

Contoh: air port → bandar udara joint ventura → usaha patungan

b. Terjemahan konsep, yaitu kosakata asing itu diteliti baik-baik konsepnya, kemudian dicarikan kosakata bahasa Indonesia yang konsepnya mirip dengan kosakata asingtersebut.

Contoh: vendor → penjual green house → rumah kaca

(15)

12 a. Para vendor pemegang merek yang mencekoki kita untuk menggunakan teknologi mereka.

b. Ira sedang mengamati pertumbuhan tanaman jagung di green house.

2.2.4 Kreasi

Meskipun sekilas mirip terjemahan, namun cara terakhir ini memiliki perbedaan. Cara kreasi tidak menurut bentuk, yang mirip seperti aslinya ditulis dalam dua pertiga kata sedangkan dalam bahasa Indonesia satu kata saja.

Contoh: Effective -> Berhasil guna, Shuttle -> Ulang alik, Spare part -> Suku cadang,

mouse -> Tetikus upload -> unduh download -> unggah

mengisi kerumpangan konsep dalam khazanah bahasa Indonesia. Sebelum memutuskan untuk melakukan penyerapan unsur asing itu, hendaknya terlebih dahulu dicarikan padanannya dalam bahasa Indonesia. Jika padanan itu tetap tidak dapat ditemukan, barulah unsur asing itu kita serap. Dalam penyerapan itu harus memperhatikan kaidah, khususnya kaidah penyerapan yang telah ditentukan.

2.3 Pedoman Penyerapan Kata Asing

2.3.1 Penyesuaian Ejaan

Kaidah ejaan yang berlaku bagi unsur serapan itu ialah sebagai berikut :

2.3.1.1 Tanpa Perubahan

a. ae jika tidak bervariasi dengan e Contoh : aeobe menjadi aerob

aerodinamics menjadi aerodinamika

b. ai

Contoh : trailer menjadi trailer caisson menjadi kaison

c. au

Contoh : audiogram menjadi audiogram caustic menjadi kaustik

c. e

Contoh : effect menjadi efek

d. ea

(16)

13 habeas menjadi habeas

d. ei

Contoh : eicossane menjadi eikosan eidetic menjadi eidetic e. eo

Contoh : stereo menjadi stereo geometry menjadi geometri

f. eu

Contoh : neutron menjadi neutron europium menjadi europium

g. f

Contoh : fanatic menjadi fanatic factor menjadi factor

h. i pada awal suku kata di muka vocal, tetap i Contoh : iambus menjadi iambus

ion menjadi ion

i. Ie tetap ie jika lafalnya bukan i Contoh : variety menjadi varietas patient menjadi pasien

j. kh (Arab)

Contoh : khusus menjadi khusus akhir menjadi akhir

k. ng

Contoh : contingent menjadi kontingen congres menjadi kongres

l. Oo (vocal ganda) tetap oo Contoh : zoology menjadi zoologi

coordination menjadi koordinasi

m. ps

Contoh : pseudo menjadi pseudo psychiatry menjadi psikiatri

n. pt

Contoh : pterosaur menjadi pterosaur pteridology menjadi pteridologi

o. u

Contoh : unit menjadi unit

(17)

14 p. ua

Contoh : dualisme menjadi dualism aquarium menjadi aquarium

q. ue

Contoh : suede menjadi sued duet menjadi duet r. ui

Contoh : equinox menjadi ekuinoks

conduite menjadi konduite

s. v

Contoh : vitamin menjadi vitamin television menjadi televisi

t. x pada awal kata tetap x Contoh : xenon menjadi xenon xylophone menjadi xilofon

u. y jika lafalnya y

Contoh : yakitori menjadi yakitori yen menjadi yen

v. z

Contoh : zenith menjadi zenith

zirconium menjadi zirconium

2.3.1.2 Dengan perubahan

a. aa (Belanda) menjadi a Contoh : paal menjadi Pal baal menjadi bal

b. ae jika bervariasi dengan e, menjadi e Contoh : haemoglobin menjadi hemoglobin

b. c di muka a, u, o dan konsonan menjadi k Contoh : calomel menjadi kalomel

cubic menjadi kubik

b. c di muka e, i, oe dan y menjadi s Contoh : central menjadi sentral

cybernetics menjadi sibernetika circulation menjadi sirkulasi coelom menjadi selom

(18)

15 d. cc di muka e dan i menjadi ks

Contoh : accent menjadi aksen vaccine menjadi vaksin

e. cch dan ch di muka a, o dan konsonan menjadi k Contoh : saccharin menjadi sakarin

charisma menjadi karisma cholera menjadi kolera

f. ch yang lafalnya s atau sy menjadi s Contoh : echelon menjadi eselon machine menjadi mesin

g. ch yang lafalnya c menjadi c Contoh : check menjadi cek china menjadi cina

h. c (Sanskerta) menjadi s Contoh : cabda menjadi sabda castra menjadi sastra

i. ee (belanda) menjadi e

Contoh : stratosfeer menjadi stratosfer system menjadi system

j. gh menjadi g

Contoh : sorghum menjadi sorgum

k. gue menjadi ge

Contoh : igue menjadi ige gigue menjadi gige

l. ie (Belanda) menjadi i jika lafalnya i Contoh : politiek menjadi politik riem menjadi rim

m. oe (oi Yunani) menjadi e

Contoh : oestrogen menjadi estrogen oenology menjadi enology

n. oo (Belanda) menjadi o

Contoh : komfoor menjadi kompor provoost menjadi provos

(19)

16 p. ou menjadi u jika lafalnya u

Contoh : gouverneur menjadi gubernur coupon menjadi kupon

q. ph menjadi f

Contoh : phase menjadi fase

physiology menjadi fisiologi

r. q menjadi k

Contoh : aquarium menjadi akuarium frequency menjadi frekuensi

s. rh menjadi r

Contoh : rhapsody menjadi rapsodi rhombus menjadi rombus

t. sc di muka a, o, u dan konsonan menjadi sk Contoh : scandium menjadi scandium

scotopia menjadi skotopia

u. sc di muka e, i, dan y menjadi s Contoh : scenography menjadi senografi scintillation menjadi sintilasi

v. sch di muka vocal menjadi sk Contoh : schema menjadi skema

schizophrenia menjadi skizofrenia

w. t di muka i menjadi s jika lafalnya s Contoh : ratio menjadi rasio

action menjadi aksi

x. th menjadi t

Contoh : theocracy menjadi teokrasi orthography menjadi ortografi

y. uu menjadi u

Contoh : prematuur menjadi prematur vacuum menjadi vakum

z. x pada posisi lain menjadi ks Contoh : executive menjadi eksekutif taxi menjadi taksi

aa. xc di muka e dan I menjadi ks Contoh : exception menjadi eksepsi excess menjadi ekses

(20)

17 excursive menjadi ekskursif

ac. y menjadi i jika lafalnya i Contoh : propyl menjadi propel dynamo menjadi dynamo

Konsonan ganda menjadi konsonan tunggal kecuali kalau dapat membingungkan. Misalnya :

Gabbro menjadi gabro Accu menjadi aki Effect menjadi efek Tetapi : massa tetap massa

2.3. 2. Penyesuaian akhiran

2.3.2.1 Tanpa perubahan a. -ein

Contoh : protein tetap protein casein tetap casein

b. -or

Contoh : dictator menjadi dictator corrector menjadi corektor

2.3.2.2 Dengan perubahan

a. -aat (Belanda) menjadi -at

Contoh : advokaat menjadi advokat

b. -age menjadi -ase

Contoh : percentage menjadi persentase

c. -al, -eel (Belanda), -aal (Belanda) menjadi -al Contoh : structural menjadi structural

Formeel menjadi formal Normal menjadi normal

d. -an t menjadi -an

Contoh : informant menjadi informan

e. -archy, -archie (Belanda) menjadi arki Contoh : anarchy, anarchie menjadi anarki

f. -ary, -air (Belanda) menjadi -er

Contoh : complementary, complementair menjadi komplementer

g. -(a) tion, -(a) tie (Belanda) menjadi -asi, -si Contoh : action, actie menjadi aksi

(21)

18 Contoh : moreel menjadi moril

i. -ic, -ics, ique, -iek, -ica (nomina) menjadi -ik, ika Contoh : logic, logica menjadi logika

Technique, tecniek menjadi teknik

j. -ic (Nomina) menjadi ik

Contoh : electronic menjadi elektronik

k. -ic, -ical, -ish (adjectiva) menjadi –is

Contoh : economical, economisch menjadi ekonomis

l. -ile, -iel menjadi -il

Contoh : percentile, percentile menjadi persentil

m. -is, isme (Belanda) menjadi –isme

Contoh : modernism, modernism menjadi modernism

n. Ist menjadi –is

Contoh : publicist menjadi publisis

o. -ive, -ief (Belanda) menjadi –if

Contoh : descriptive,descriptief menjadi descriptif

p. -logue menjadi -long

Contoh : catalogue menjadi catalog

q -logy, -logie (Belanda) menjadi -logi

Contoh : technology, technologie menjadi teknologi

r. -loog (Belanda) menjai -log Contoh : analoog menjadi analog

s. -oid, -oide (Belanda) menjadi -oid

Contoh : hormonoid, hormonoide menjadi hormonoid

t. -oir (e) menjadi -oar

Contoh : trotoir menjadi trotoar

u. -or, -er (Belanda) menjadi -ur, -ir Contoh : director,director menjadi direktur

v. -ty, -teit (Belanda) menjadi -tas

Contoh : quality, kwaliteit menjadi kualitas

w. -ure, -uur (Belanda) menjadi -ur

(22)

19 2.3.4 Penyerapan dengan penerjemahan

a. a- → tak-. Contoh: asymetric → tak simetri b. ante- → purba-. Contoh: antedate → purbatanggal c. anti- → prati-. Contoh: antibiotics → pratirasa d. auto- → swa-. Contoh: autobiography → swariwayat

e. de- → awa-. Contoh: demultiplexing → awa-pemultipleksan f. bi- → dwi-, bi-. Contoh: bilingual → dwibahasa

g. inter- → antar-, inter-. Contoh: international → antarbangsa h. mal- → mal-, mala-. Contoh: malnutrition → malagizi, malnutrisi i. post- → pasca-. Contoh: postgraduate → pascasarjana

j. → purna-. Contoh: purnawirawan

k. pre- → pra-. Contoh: prehistory → prasejarah l. re- → -ulang. Contoh: recalculate → hitung ulang m. -ble → laik-. Contoh: edible → laik-santap n. -like → lir-, bak-. Contoh: jelly-like → liragar

o. -less → nir-, awa-, mala-, tan-. Contoh: seedless → nirbiji; colourless → awawarna, tanwarna

2.3.5 Aturan penyerapan imbuhan

2.5.1 Aturan-aturan imbuhan serapan dari bahasa asing mengikuti aturan yang kurang ebih sama dengan aturan pembentukan kata berimbuhan lain.

a. Disambung jika menggunakan kata dasar. Contoh: dwiwarna, pascasarjana.

b. Dipisah jika menggunakan kata bentukan atau turunan. Contoh: pra pemilu.

c. Diberi tanda hubung jika kata dasar berawalan huruf kapital. Contoh: non-Indonesia, anti-Israel.

2.5.2 Kata serapan untuk istilah teknis

a. Gunakanlah glosarium bahasa Indonesia (misalnya terbitan Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional RI) untuk istilah serapan yang sudah dibakukan. Lihat versi elektronik (tidak lengkap) glosarium Pusat Bahasa.

b. Di bidang komputer/internet, lihat Istilah Internet Indonesia. Untuk istilah singkatan seperti TCP/IP, FTP sebaiknya tetap ditulis dalam bentuk aslinya (tidak diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia menjadi PKT/PI dan PTA atau PTB--Protokol Transfer Berkas).

2.4 Latihan Mengoreksi Ejaan

(23)

20 Geliat pertumbuhan itu seperti terekam dalam sumber-sumber lokal tentang kerajaan Islam Dijawa (Graaf, H.J. De ; Pigeaud 1985). Di balik kawasan ini juga terlihat perkembangan sentra niaga di asia, beberapa di antara yang terkemuka adalah Malaka (Semenanjung Melayu), Ayuthaya (Thailand), Hoi An (Vietnam), Amoy (Xiamen Cina), Deshima (Taiwan), Sakai (Jepang), dan Banten (Indonesia). Pusat-pusat ini di pandang mewakili gambaran tentang sentra niaga yang menandai kemandirian dan kejayaan asia.(Fujita, Monoki and Anthony 2013).

Dalam naskah tersebut terdapat beberapa kesalahan ejaan. Seharusnya naskah tersebut adalah :

Geliat pertumbuhan itu seperti terekam dalam sumber-sumber lokal tentang kerajaan Islam di Jawa (Graaf, H.J. de ; Pigeaud 1985). Di balik kawasan ini juga terlihat perkembangan sentra niaga di asia, beberapa di antara yang terkemuka adalah Malaka (Semenanjung Melayu), Ayuthaya (Thailand), Hoi An (Vietnam), Amoy (Xiamen Cina), Deshima (Taiwan), Sakai (Jepang), dan Banten (Indonesia). Pusat-pusat ini dipandang mewakili gambaran tentang sentra niaga yang menandai kemandirian dan kejayaan Asia (Fujita, Monoki and Anthony 2013).

BAB III

KESIMPULAN

Unsur serapan adalah unsur yang berasal dari bahasa asing atau bahasa daerah, baik berupa imbuhan, kosakata, maupun peristilahan, yang dipungut maupun diserap ke dalam bahasa Indonesia.

Unsur-unsur serapan dari bahasa asing memang sering berubah ejaannya dari bentuk aslinya. Hal ini terjadi karena ejaannya di sesuaikan dengan ejaan bahasa Indonesia.

(24)

13

DAFTAR PUSTAKA

• https://id.wikipedia.org/wiki/Wikipedia:Pedoman_penyerapan_istilah

• http://pelitaku.sabda.org/proses_penyerapan_bahasa_asing_ke_dalam_b

ahasa_indonesia

http://www.kelasindonesia.com/2015/04/contoh-kata-serapan-dan-pengertiannya-adopsi-adaptasi-pungutan.html

Referensi

Dokumen terkait

Pada prinsipnya, pelapisan logam dengan cara lapis listrik merupakan rangkaian dari arus listrik, elektroda ( anoda dan katoda ), larutan elektrolit dan benda kerja

kepadatan 500.000 sel/mL mempunyai kelulushidupan yang lebih tinggi dibandingkan dengan perlakuan yang lain, tetapi jika dilihat dari pertumbuhannya yang diukur dari panjang

Arief Adityawan, M.Sn Perancangan Komunikasi Visual Media Promosi Restoran Joni Steak Tidak Disetujui Sunarwati S.Sn, M.Si Perancangan Komunikasi Visual Redesain Logo Asuransi

Sehubungan dengan pandangan-pandangan di atas yang menyiratkan bahwa perilaku agresif bukan sesuatu yang dengan sendirinya ada di dalam diri manusia,tetapi

Bagi peserta didik, penelitian dan pengembangan modul implemen-tasi teknik psikodrama ini dapat memberikan pemahaman tentang perlunya memiliki efikasi diri yang

Kompetensi Keahlian : Teknik Gambar Rancang Bangun

Pengaruh pH awal larutan metilen biru terhadap konstanta laju fotodegradasi zat warna metilen biru dinyatakan dalam suatu kurva hubungan konstanta laju degradasi terhadap pH