• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENINGKATAN KOMPETENSI PESERTA DIDIK MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN TEACHING FACTORY 6 LANGKAH (TF-6M) PADA MATA PELAJARAN PRODUKTIF KOMPETENSI KEAHLIAN TEKNIK SEPEDA MOTOR.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENINGKATAN KOMPETENSI PESERTA DIDIK MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN TEACHING FACTORY 6 LANGKAH (TF-6M) PADA MATA PELAJARAN PRODUKTIF KOMPETENSI KEAHLIAN TEKNIK SEPEDA MOTOR."

Copied!
57
0
0

Teks penuh

(1)

PENINGKATAN KOMPETENSI PESERTA DIDIK MENGGUNAKAN

MODEL PEMBELAJARAN TEACHING FACTORY 6 LANGKAH

(MODEL TF-6M) PADA MATA PELAJARAN PRODUKTIF

KOMPETENSI KEAHLIAN TEKNIK SEPEDA MOTOR

TESIS

Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat untuk Memperoleh Gelar

Magister Pendidikan

Program Studi Pendidikan Teknologi Kejuruan

Konsentrasi Pendidikan Teknik Mesin

Oleh : Dedi Purwadi

1103328

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN TEKNOLOGI KEJURUAN

SEKOLAH PASCASARJANA

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

(2)

PENINGKATAN KOMPETENSI PESERTA DIDIK MENGGUNAKAN

MODEL PEMBELAJARAN TEACHING FACTORY 6 LANGKAH

(MODEL TF-6M) PADA MATA PELAJARAN PRODUKTIF

KOMPETENSI KEAHLIAN TEKNIK SEPEDA MOTOR

Oleh Dedi Purwadi

S.Pd.T Universitas Negeri Yogyakarta, 2008

Sebuah Tesis yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Magister Pendidikan (M.Pd.) pada Program Studi Pendidikan Teknologi Kejuruan

Konsentrasi Pendidikan Teknik Mesin

© Dedi Purwadi 2014 Universitas Pendidikan Indonesia

Januari 2014

Hak Cipta dilindungi undang-undang.

Tesis ini tidak boleh diperbanyak seluruhya atau sebagian,

(3)

HALAMAN PENGESAHAN TESIS

DISETUJUI DAN DISAHKAN OLEH :

Pembimbing I

Dr. Dadang Hidayat M., M. Pd. NIP. 19490427 197603 1 001

Pembimbing II

Dr. Amay Suherman, M. Pd. NIP. 19590325 198601 1 001

Mengetahui

Ketua Prodi Pendidikan Teknologi Kejuruan

Sekolah Pascasarjana UPI

(4)

Dedi Purwadi, 2014

PENINGKATAN KOMPETENSI PESERTA DIDIK MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN TEACHING FACTORY 6 LANGKAH (TF-6M) PADA MATA PELAJARAN PRODUKTIF KOMPETENSI KEAHLIAN TEKNIK SEPEDA MOTOR

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

ABSTRAK

Dedi Purwadi (1103328): Peningkatan Kompetensi Peserta Didik Menggunakan Model Pembelajaran Teaching Factory 6 Langkah (TF-6M) pada Mata Pelajaran Produktif Kompetensi Keahlian Teknik Sepeda Motor

(5)

Dedi Purwadi, 2014

PENINGKATAN KOMPETENSI PESERTA DIDIK MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN TEACHING FACTORY 6 LANGKAH (TF-6M) PADA MATA PELAJARAN PRODUKTIF KOMPETENSI KEAHLIAN TEKNIK SEPEDA MOTOR

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Kata kunci: Peningkatan, Kompetensi, TF-6M, Teknik Sepeda Motor

ABSTRACT

Dedi Purwadi (1103328): Improvement of Students’ Competence by Utilizing Teaching Factory-6 Methods (TF-6M) Learning Model on Vocational Subject Studies of Competence Expertise of Motorcycle Engineering

This study is intended to describe the difference of students’ competence

improvement in Competence Expertise of Motorcycle Engineering between those who apply TF-6M learning model and those who do not. This study covers its

aspects of investigation on improvement of students’ learning achievement, soft

skill, hard skill, entrepreneurship, learning motivation, and perception. The investigation is conducted in SMKN 1 Majalengka with grade 11 participant students of motorcycle engineering. The investigation employs method of Quasy Experimental Design within approach of Nonequivalent Control Group Design. The experiment group applies TF-6M learning model and the control group makes

use of lecturing and practice model. The data is obtained from results of students’ pre test and post test in forms of: cognitive instruments to measure students’

achievement; observation to judge their soft skill and hard skill; questionnaire to qualify their entrepreneurship, learning motivation and perception; and interview as well as documentation to find out factors which support and challenge its implementation. Results of the investigation on implementation of TF-6M learning model, taken from various aspects, shows that: Experiment group shows

the improvement of students’ learning achievement in middle level while the

control group lies at low level, improvement of students’ soft skill is high,

improvement of students’ hard skill with TF-6M is high, improvement of

students’ entrepreneurship in the experimental group with TF-6M is high while in the control group, their improvement of entrepreneurship is low, improvement of students’ perception in both groups shows at middle level, while the control group defines the improvement at lower level than the experimental group, factors which support the implementation are sources, facilities of using the method, supports from management and practice facilities and students’ enthusiasm on the TF-6M, factors which challenge are in forms of schedule systems do not use

block system, the work shop’s position are not strategic and not all standard of

(6)

Dedi Purwadi, 2014

PENINGKATAN KOMPETENSI PESERTA DIDIK MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN TEACHING FACTORY 6 LANGKAH (TF-6M) PADA MATA PELAJARAN PRODUKTIF KOMPETENSI KEAHLIAN TEKNIK SEPEDA MOTOR

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

(7)

Dedi Purwadi, 2014

PENINGKATAN KOMPETENSI PESERTA DIDIK MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN TEACHING FACTORY 6 LANGKAH (TF-6M) PADA MATA PELAJARAN PRODUKTIF KOMPETENSI KEAHLIAN TEKNIK SEPEDA MOTOR

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

DAFTAR ISI

JUDUL ... i

HALAMAN PENGESAHAN ... ii

PERNYATAAN TENTANG KEASLIAN KARYA ILMIAH DAN BEBAS PLAGIARISME ... iii

KATA PENGANTAR ... iv

UCAPAN TERIMA KASIH ... v

ABSTRAK ... vi

DAFTAR ISI ... vii

DAFTAR TABEL ... ix

DAFTAR GAMBAR ... x

BAB I. PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Identifikasi dan Perumusan Masalah ... 9

C. Tujuan Penelitian ... 11

D. Manfaat Penelitian ... 12

E. Struktur Organisasi Tesis ... 12

BAB II. KAJIAN PUSTAKA ... 14

A. Kompetensi ... 14

B. Prestasi Belajar ... 17

C. Soft Skills ... 21

D. Hard Skills ... 34

E. Entrepreuneurship ... 35

F. Motivasi Berprestasi ... 53

G. Persepsi ... 57

H. Kompetensi Keahlian Teknik Sepeda Motor ... 60

I. Model Pembelajaran... 62

(8)

Dedi Purwadi, 2014

PENINGKATAN KOMPETENSI PESERTA DIDIK MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN TEACHING FACTORY 6 LANGKAH (TF-6M) PADA MATA PELAJARAN PRODUKTIF KOMPETENSI KEAHLIAN TEKNIK SEPEDA MOTOR

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

K. Model Pembelajaran Teaching Factory ... 65

L. Model Pembelajaran TF-6M ... 68

M. Penelitian Terdahulu ... 75

N. Kerangka Pemikiran ... 79

O. Hipotesis ... 80

BAB III. METODE PENELITIAN... 83

A. Lokasi, Populasi dan Sample Penelitian ... 83

B. Desain Penelitian ... 84

C. Metode Penelitian... 86

D. Definisi Operasional... 88

E. Instrumen Penelitian... 90

F. Proses Pengembangan Instrumen ... 93

G. Teknik Pengumpulan Data ... 99

H. Analisis Data ... 102

BAB IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 105

A. Pemaparan Data ... 105

B. Pembahasan Data ... 135

BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN ... 151

A. Kesimpulan ... 151

B. Saran ... 153

DAFTAR PUSTAKA ... 155

(9)

Dedi Purwadi, 2014

PENINGKATAN KOMPETENSI PESERTA DIDIK MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN TEACHING FACTORY 6 LANGKAH (TF-6M) PADA MATA PELAJARAN PRODUKTIF KOMPETENSI KEAHLIAN TEKNIK SEPEDA MOTOR

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

DAFTAR TABEL

Tabel

1.1 Jumlah Pengangguran Indonesia berdasarkan Pendidikan Tertinggi yang

pernah ditamatkan. ... 2

1.2 Daftar Nilai Siswa... 4

2.1 Pembagian Soft Skill ... 21

2.2 Proksemik atau Pengaturan Jarak ... 27

3.1 Desain Penelitian ... 87

3.2 Tingkat Validitas ... 95

3.3 Tingkat Reliabilitas ... 96

3.4 Tingkat Daya Pembeda ... 97

3.5 Taraf Kesukaran... 98

3.6 Aspek yang Diteliti dan Teknik Pengambilan Data ... 101

3.7 Kriteria Normalized Gain ... 104

4.1 Hasil Penelitian Variabel Prestasi ... 106

4.2 Hasil Penelitian Variabel Soft Skill ... 107

4.3 Hasil Penelitian Variabel Hard Skill ... 108

4.4 Hasil Penelitian Variabel Entrepreuneurship ... 109

4.5 Hasil Penelitian Variabel Motivasi Berprestasi ... 110

4.6 Hasil Penelitian Variabel Persepsi ... 110

(10)

Dedi Purwadi, 2014

PENINGKATAN KOMPETENSI PESERTA DIDIK MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN TEACHING FACTORY 6 LANGKAH (TF-6M) PADA MATA PELAJARAN PRODUKTIF KOMPETENSI KEAHLIAN TEKNIK SEPEDA MOTOR

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

DAFTAR GAMBAR

Gambar

2.1 The Ice Berg Model ... 17

2.2 Persepsi berbagai Bangsa pada Petunjuk Wajah ... 29

2.3 Cara Berpandang ... 31

2.4 Ciri-ciri Karakter Wirausaha ... 41

2.5 Model Proses Kewirausahann ... 49

2.6 Kerangka Berpikir tentang Kewirausahaan ... 51

2.7 Proses Motivasi Dasar ... 54

2.8 Model TF-6M ... 69

2.9 Implementasi Model Pembelajaran TF-6M ... 72

2.10 Kerangka Penelitian ... 79

3.1 Desain Penelitian ... 85

4.1 Diagram Data Pre Tes Prestasi Belajar ... 113

4.2 Diagram Data Pos Tes Prestasi Belajar ... 113

4.3 Diagram Rata-rata Peningkata Prestasi Belajar ... 114

4.4 Diagram Nilai Rata-rata N-Gain Prestasi Belajar ... 114

4.5 Diagram Data Soft Skill ... 115

4.6 Diagram Nilai Rata-rata N-Gain Soft Skill ... 116

4.7 Diagram Data Hard Skill ... 117

4.8 Diagram Nilai Rata-rata N-Gain Hard Skill... 118

4.9 Diagram Data Pre Tes Entrepreuneurship ... 118

4.10 Diagram Data Pos Tes Entrepreuneurship ... 119

4.11 Diagram Rata-rata Sikap Entrepreuneurship ... 119

4.12 Diagram Nilai Rata-rata N-Gain Entrepeuneurship ... 120

4.13 Diagram Data Pre Tes Motivasi Berprestasi ... 121

(11)

Dedi Purwadi, 2014

PENINGKATAN KOMPETENSI PESERTA DIDIK MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN TEACHING FACTORY 6 LANGKAH (TF-6M) PADA MATA PELAJARAN PRODUKTIF KOMPETENSI KEAHLIAN TEKNIK SEPEDA MOTOR

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

4.15 Diagram Rata-rata Motivasi Berprestasi ... 122

4.16 Diagram Nilai rata-rata N-Gain Motivasi Berprestasi ... 123

4.17 Diagram Data Pre Tes Persepsi ... 123

4.18 Diagram Data Pos Tes Persepsi ... 124

4.19 Diagram Peningkatan Rata-rata Persepsi ... 124

4.20 Diagram Nilai rata-rata N-Gain Persepsi ... 125

(12)

Dedi Purwadi, 2014

PENINGKATAN KOMPETENSI PESERTA DIDIK MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN TEACHING FACTORY 6 LANGKAH (TF-6M) PADA MATA PELAJARAN PRODUKTIF KOMPETENSI KEAHLIAN TEKNIK SEPEDA MOTOR

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Indonesia pada saat ini sudah memasuki era persaingan tenaga kerja secara bebas untuk kawasan Asia Tenggara atau AFLA (Asean Free Labour Area) semenjak tahun 2003 (Depdikbud, 2002). Tenaga kerja Indonesia dihadapkan dengan persaingan yang ketat dari pekerja negara-negara lain. Pendidikan sebagai salah satu bekal dalam menghadapi persaingan tersebut dituntut untuk bisa mempersiapkan peserta didiknya dengan berbagai kompetensi yang dibutuhkan.

Asian Development Bank (ADB) dalam publikasinya mengenai Key Indicator

for Asia and the Pasific 2012 (www.adb.org/satistics), menempatkan Human

Development Index Indonesia pada urutan 124 dari 187 negara. Urutan tersebut

jauh dibawah Singapura dan Malaysia masing-masing berada pada urutan 26 dan 61. Angka pengangguran di Indonesia pada tahun 2011 mencapai 6.6%, angka tersebut adalah angka pengangguran tertinggi ke-dua di kawasan Asia Tenggara setelah Filipina yang mencapai 7.0%. Data tersebut dapat dijadikan gambaran mengenai keadaan tenaga kerja Indonesia.

Peningkatan kualitas sumber daya manusia di Indonesia terus diupayakan dan dikembangkan seiring dengan perkembangan jaman yang semakin global. Peningkatan sumber daya manusia ini sangat dipengaruhi oleh dunia pendidikan. Pendidikan yang merupakan ujung tombak dalam pengembangan sumber daya manusia harus bisa berperan aktif dalam meningkatkan kualitas dan juga kuantitasnya. Upaya pengembangan tersebut harus terprogram dan melalui jalur yang tepat agar yang dihasilkan benar–benar bermutu dan kompeten serta bisa bersaing dalam dunia global.

(13)

Dedi Purwadi, 2014

PENINGKATAN KOMPETENSI PESERTA DIDIK MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN TEACHING FACTORY 6 LANGKAH (TF-6M) PADA MATA PELAJARAN PRODUKTIF KOMPETENSI KEAHLIAN TEKNIK SEPEDA MOTOR

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Tabel 1.1. Jumlah Pengangguran Indonesia Berdasarkan Pendidikan Tertinggi yang Pernah Ditamatkan.

No. Pendidikan Tertinggi

Yang Ditamatkan 2008 (Agst) 2009 (Agst) 2010 (Agst) 2011 (Agst)

1 Tidak/Belum Pernah

Sekolah/Belum Tamat SD 547 038 637 901 757 807 877 265 2 Sekolah Dasar 2 099 968 1 531 671 1 402 858 1 120 090 3 SLTP 1 973 986 1 770 823 1 661 449 1 890 755 4 SMTA (Umum dan

Kejuruan) 3 812 522 3 879 471 3 344 315 3 074 946 5 Diploma I/II/III/Akademi 362 683 441 100 443 222 244 687 6 Universitas 598 318 701 651 710 128 492 343

Total 9 394 515 8 962 617 8 319 779 7 700 086

Sumber: Survei Angkatan Kerja Nasional (SAKERNAS) BPS 2012 Tribun Jabar (2012) juga memberitakan bahwa jumlah Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) Sekolah Menengah Kejuruan lebih tinggi daripada Sekolah Menengah Umum (SMU). TPT SMK mencapai 14,52%, sedangkan untuk SMU angkanya sebesar 13,09%. Hal ini tidak sejalan dengan tujuan dibukanya SMK, yaitu untuk mengurangi angka TPT, tetapi hasil survei tersebut menunjukkan bahwa angka penganguran SMK yang lebih besar dibandingkan SMU. Hal tersebut bisa dimaknai bahwa SMK belum berperan sebagaimana mestinya.

(14)

Dedi Purwadi, 2014

PENINGKATAN KOMPETENSI PESERTA DIDIK MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN TEACHING FACTORY 6 LANGKAH (TF-6M) PADA MATA PELAJARAN PRODUKTIF KOMPETENSI KEAHLIAN TEKNIK SEPEDA MOTOR

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Program Studi Keahlian Teknik Otomotif, khususnya Kompetensi Keahlian Teknik Sepeda Motor SMKN 1 Majalengka memiliki tujuan untuk menghasilkan lulusan yang memiliki keterampilan, pengetahuan dan sikap dalam perawatan dan perbaikan Engine sepeda motor, perawatan dan perbaikan Power Train, perawatan dan perbaikan Chasis and Suspension, serta perawatan dan

perbaikan Electrical System sepeda motor (KTSP SMKN 1 Majalengka, 2012). Kompetensi tersebut adalah kompetensi yang disiapkan oleh sekolah sebagai bekal untuk bisa bersaing dalam memperebutkan dunia kerja.

Peserta didik Kompetensi Keahlian Teknik Sepeda Motor SMKN 1 Majalengka, diharuskan untuk menuntaskan 17 Standar Kompetensi dalam waktu paling cepat tiga tahun (KTSP SMKN 1 Majalengka, 2012). Proses pembelajaran 17 Standar Kompetensi tersebut dibagi menjadi enam semester. Beberapa Standar Kompetensi yang dipelajari antara lain adalah; Memelihara baterai, Memperbaiki kerusakan sistem bahan bakar bensin, Melakukan perbaikan sistem rem, Melaksanakan pekerjaan servis pada roda, ban dan rantai, serta melakukan perbaikan ringan pada sistem kelistrikan. Standar Kompetensi tersebut pada pekerjaan di lapangan sangat diperlukan untuk dapat melakukan servis/tune-up sepeda motor.

(15)

Dedi Purwadi, 2014

PENINGKATAN KOMPETENSI PESERTA DIDIK MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN TEACHING FACTORY 6 LANGKAH (TF-6M) PADA MATA PELAJARAN PRODUKTIF KOMPETENSI KEAHLIAN TEKNIK SEPEDA MOTOR

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

dilapangan (real job). Model pembelajaran konvensional memiliki kelebihan dan kekurangan. Model pembelajaran konvensional membagi standar kompetensi tiap semesternya menjadi jelas, tetapi pekerjaan yang dilakukan tidak menggambarkan pekerjaan di industri. Pada pekerjaan yang paling sering dilakukan di industri yaitu servis sepeda motor karburator, pekerjaan ini terdiri dari 16 standar kompetensi yang diajarkan dari kelas 10 sampai dengan kelas 12. Hal tersebut menjadi masalah tersendiri bagaimana untuk melakukan pembelajaran dengan menggabungkan beberapa standar kompetensi menjadi satu pekerjaan yang utuh. Dampak dari masalah tersebut mengakibatkan belum seimbangnya ketercapaian kompetensi mata pelajaran produktif dengan kebutuhan pada pasar kerja. Ketidaktepatan dalam memilih pendekatan, metode, strategi dan model pembelajaran bisa menyebabkan waktu pencapaian kompetensi menjadi lebih lama, bahkan tidak tercapainya kompetensi yang diinginkan karena keterbatasan waktu.

Penguasaan kompetensi peserta didik dapat dilihat pada nilai yang didapatkan pada uji kompetensi yang dilaksanakan pada setiap semesternya. Nilai standar kompetensi memperbaiki kerusakan sistem bahan bakar bensin pada kelas 11 semester gasal 2012/2013 dapat dilihat sebagai berikut:

Tabel 1.2.Daftar Nilai Siswa

(16)

Dedi Purwadi, 2014

PENINGKATAN KOMPETENSI PESERTA DIDIK MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN TEACHING FACTORY 6 LANGKAH (TF-6M) PADA MATA PELAJARAN PRODUKTIF KOMPETENSI KEAHLIAN TEKNIK SEPEDA MOTOR

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

optimalnya kompetensi yang dimiliki peserta didik. Faktor masih rendahnya kompetensi yang dimiliki peserta didik bisa disebabkan oleh banyak faktor, salah satu kemungkinan penyebabnya adalah persepi, minat, dan motivasi dari internal peserta didik yang rendah, serta faktor eksternal lainnya seperti kurikulum, fasilitas, guru, lingkungan sekolah maupun keluarga masyarakat yang belum mendukung pencapaian kompetensi peserta didik secara maksimal.

Proses penilaian kompetensi yang baik adalah yang mencakup dari ketiga aspek domain peserta didik, yaitu aspek kognitif, afektif dan psikomotorik. Hasil studi pendahuluan mengindikasikan bahwa metode penilaian yang dilakukan oleh beberapa guru mata pelajaran produktif SMKN 1 Majalengka masih cenderung menggunakan penilaian tertulis/lisan atau prakteknya saja. Cara penilaian tertulis maupun lisan hanya mencakup aspek kognitif saja, sedangkan aspek afektif dan psikomotorik belum tergambar secara utuh. Tes praktek bisa menggambarkan aspek afektif dan psikomotorik tetapi aspek kognitif tidak tergambar dengan baik. Diperlukan adanya perubahan model penilaian kompetensi agar menghasilkan data yang memiliki validitas tinggi dalam ketercapaian kompetensi yang meliputi hard skill dan soft skill peserta didik.

(17)

Dedi Purwadi, 2014

PENINGKATAN KOMPETENSI PESERTA DIDIK MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN TEACHING FACTORY 6 LANGKAH (TF-6M) PADA MATA PELAJARAN PRODUKTIF KOMPETENSI KEAHLIAN TEKNIK SEPEDA MOTOR

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

sehingga tidak tergantung pada biaya dari pemerintah maupun dari orang tua peserta didik.

SMK adalah lembaga pendidikan kejuruan yang memiliki tujuan untuk menyiapkan peserta didik yang ingin bekerja, melanjutkan studi maupun untuk berwirausaha. Peserta didik yang ingin berwirausaha, pada proses pebelajaran dibekali tidak hanya hardskill dan soft skill, tetapi juga jiwa kewirausahaan (entrepreuneurship). Enterpreuneurship merupakan modal dasar yang harus

dimiliki dan diberikan kepada setiap manusia agar dalam kehidupannya dapat mencapai kehidupan yang maksimal melalui pengalamannya. Pendidikan entrepreunership yang dilakasanakan di SMKN 1 Majalengka selama ini terpisah

pada mata pelajaran kewirausahaan yang termasuk pada mata pelajaran adaptif. Pendidikan entrepreneurship masih dirasa jauh dari tujuan Program Studi yang diambil. Pendidikan entrepreuneurship seharusnya bisa diintegrasikan kedalam mata pelajaran produktif agar sesuai dengan keahlian yang dimiliki peserta didik. Pendidikan yang paling sesuai untuk meningkatkan kompetensi dan enterpreuneurship peserta didik adalah pendidikan yang berorentasi pada DU/DI

dengan penekanan pada pendekatan pembelajaran dan didukung oleh kurikulum yang sesuai. Dunia industri yang merupakan sasaran dari proses dan hasil pembelajaran sekolah menengah kejuruan, biasanya mempunyai karakter dan nuansa tersendiri. Lembaga pendidikan kejuruan dalam proses pembelajaran harus bisa membuat pendekatan pembelajaran yang tepat dan sesuai dengan keinginan dunia industri.

(18)

Dedi Purwadi, 2014

PENINGKATAN KOMPETENSI PESERTA DIDIK MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN TEACHING FACTORY 6 LANGKAH (TF-6M) PADA MATA PELAJARAN PRODUKTIF KOMPETENSI KEAHLIAN TEKNIK SEPEDA MOTOR

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

apa yang diinginkan walaupun mengalami hambatan dan kesulitan dalam meraihnya.

Bloom (1982: 11) mengemukakan tiga faktor utama yang mempengaruhi hasil belajar, yaitu kemampuan kognitif, motivasi berprestasi dan kualitas pembelajaran. Kualitas pembelajaran adalah kualitas kegiatan pembelajaran yang menyangkut model pembelajaran yang digunakan. Sistem pembelajaran yang tidak terencana, terlaksana dan terevaluasi dengan baik secara logika akan menurunkan motivasi berprestasi peserta didik. Proses pembelajaran yang tidak menerapkan prinsip satu peserta didik satu alat praktik, menurut analisa peneliti kurang memupuk aspek-aspek life skill peserta didik seperti rasa tanggung jawab, target, kreatifitas dan keseriusan peserta didik terhadap hasil praktik. Hal ini menurut analisa peneliti terjadi karena peserta didik merasa bergantung kepada kelompoknya masing-masing. Model pembelajaran yang menekankan pada pekerjaan sesungguhnya (real job), berprinsip satu peserta didik satu alat praktik, serta pekerjaan yang berhubungan dengan konsumen secara langsung, diharapkan dapat meningkatkan motivasi berprestasi peserta didik.

Salah satu upaya yang dilakukan Direktorat Jenderal PSMK untuk mencapai visi mewujudkan SMK yang dapat menghasilkan tamatan berjiwa wirausaha yang siap kerja, cerdas, kompetitif, dan memiliki jati diri bangsa, serta mampu mengembangkan keunggulan lokal dan dapat bersaing di pasar global ialah dengan membuat program Teaching Factory. Teaching Factory dapat berkontribusi dalam meningkatkan kompetensi peserta didik SMK dengan cara: (1) mengusahakan satu peserta didik satu media pada saat praktik, (2) mengkondisikan praktik yang dilakukan peserta didik supaya mampu menghasilkan produk yang berkualitas, (3) menerapkan standar sesuai dengan yang ada di industri dalam setiap praktik yang dijalani peserta didik, (4) memberikan kesempatan yang lebih banyak kepada peserta didik untuk mempraktikkan keterampilan yang dimilikinya dalam kegiatan Teaching Factory.

(19)

Dedi Purwadi, 2014

PENINGKATAN KOMPETENSI PESERTA DIDIK MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN TEACHING FACTORY 6 LANGKAH (TF-6M) PADA MATA PELAJARAN PRODUKTIF KOMPETENSI KEAHLIAN TEKNIK SEPEDA MOTOR

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

oleh Dadang Hidayat Martawijaya sebagai Desertasi program Doktoralnya. Model TF-6M memungkinkan suasana di sekolah seperti suasana di industri. Peserta didik dilatih tidak hanya unsur hard skill yang terdiri dari aspek persiapan, proses kerja, keselamatan kerja, hasil kerja serta durasi waktunya, tetapi juga unsur soft skillnya. Metode ini menekankan pada proses belajar yang sesuai dengan

pekerjaan di lapangan (real job) dan berprinsipkan pada satu alat praktik-satu peserta didik. Peserta didik akan dituntut untuk mandiri, tanggung jawab, memperhitungkan resiko, jujur dan sopan santun baik kepada guru selaku asesor dan fasilitator juga kepada konsumen.

Model TF-6M sudah digunakan untuk meningkatkan prestasi belajar di SMKN 6 Bandung pada Kompetensi Keahlian Pemesinan. Pada penelitian tersebut, metode ini terbukti secara empiris dapat meningkatkan prestasi belajar peserta didik (Martawijaya, 2010:430). Kompetensi peserta didik yang mengunakan model pembelajaran TF-6M dan yang menggunakan model konvensional memiliki perbedaan peningkatan prestasi belajar secara signifikan. Pengalaman langsung peserta didik dalam suasana industri di sekolah, dapat meningkatkan prestasi belajar dalam mata pelajaran produktif.

(20)

Dedi Purwadi, 2014

PENINGKATAN KOMPETENSI PESERTA DIDIK MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN TEACHING FACTORY 6 LANGKAH (TF-6M) PADA MATA PELAJARAN PRODUKTIF KOMPETENSI KEAHLIAN TEKNIK SEPEDA MOTOR

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Berdasarkan permasalahan dan fakta di atas, penulis mengajukan sebuah studi yang berjudul “Peningkatan Kompetensi Peserta Didik Menggunakan Model Pembelajaran Teaching Factory 6 Langkah (Model

TF-6M) pada Mata Pelajaran Produktif Kompetensi Keahlian Teknik Sepeda

Motor”.

B. Identifikasi dan Perumusan Masalah

Merujuk pada latar belakang masalah, maka identifikasi masalah dalam penelitian ini adalah:

1. Kompetensi lulusan SMK masih rendah dengan Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) yang lebih tinggi dari lulusan SMA. Hal tersebut dikarenakan masih terdapatnya kesenjangan antara kompetensi yang dimiliki lulusan SMK dengan kebutuhan DU/DI, sehingga tujuan SMK untuk menyiapkan tenaga kerja yang siap pakai belum berhasil dilakukan.

2. Pembelajaran mata pelajaran produktif di SMK belum seperti proses yang ada di industri, sehingga diperlukan adanya pengembangkan dan penerapan model pembelajaran untuk SMK yang berkualitas dan sesuai dengan kebutuhan dunia industri. Peserta didik belum berpikir dan bersikap selayaknya pekerja karena manajemen dan budaya sekolah belum seperti manajemen dan budaya industri, sehingga proses pengenalan peserta didik pada lingkungan dan jabatan pekerjaan yang ada di industri bisa dilakukan lebih awal.

3. Pembelajaran yang diterapkan lebih banyak mencakup aspek hard skill, sedangkan aspek soft skill belum terintegrasi secara sempurna pada proses pembelajaran. Masalah tersebut menyebabkan peserta didik kurang memiliki rasa tanggung jawab, disiplin, etos kerja yang baik terhadap semua pekerjaan yang nantinya berhubungan dengan masyarakat sebagai konsumen.

(21)

Dedi Purwadi, 2014

PENINGKATAN KOMPETENSI PESERTA DIDIK MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN TEACHING FACTORY 6 LANGKAH (TF-6M) PADA MATA PELAJARAN PRODUKTIF KOMPETENSI KEAHLIAN TEKNIK SEPEDA MOTOR

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Pembelajaran yang dilakukan di SMK khususnya mata pelajaran produktif, juga belum diintegrasikan untuk menghasilkan lulusan yang memiliki jiwa entrepreneurship.

5. Model pembelajaran pada mata pelajaran produktif sebagai inti dari SMK, perlu disesuaikan agar dapat membuat siswa tidak bosan dan menangkap makna dari proses pembelajaran. Diperlukan penggunaan pendekatan dan strategi baru yang akan lebih memberi motivasi berprestasi kepada peserta didik sehingga diharapkan adanya peningkatan pencapaian standar kompetensi lulusan.

Penelitian ini dibatasi pada penerapan model pembelajaran Teaching Factory 6 langkah (Model TF-6M) pada Kompetensi Keahlian Teknik Sepeda Motor di SMKN 1 Majalengka, sebagai upaya untuk meningkatkan kompetensi peserta didik. Penelitian dilakukan pada kelas 11 Kompetensi Keahlian Teknik Sepeda Motor tahun ajaran 2012/2013.

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan di atas, peneliti merumuskan masalah dalam penelitian ini adalah: “Bagaimana Peningkatan Kompetensi Peserta Didik menggunakan Model Pembelajaran Teaching Factory 6 Langkah (Model TF-6M) pada Kompetensi Keahlian Teknik

Sepeda Motor?”.

Pokok permasalahan dapat dijabarkan sebagai berikut:

1. Bagaimana perbedaan peningkatan prestasi belajar peserta didik yang menggunakan model pembelajaran TF-6M dengan peserta didik yang menggunakan model pembelajaran ceramah dan praktikum pada kompetensi keahlian Teknik Sepeda Motor?

2. Bagaimana peningkatan soft skill peserta didik yang menggunakan model pembelajaran TF-6M pada kompetensi keahlian Teknik Sepeda Motor? 3. Bagaimana peningkatan hard skill peserta didik yang menggunakan model

pembelajaran TF-6M pada kompetensi keahlian Teknik Sepeda Motor? 4. Bagaimana perbedaan peningkatan entrepreuneurship peserta didik yang

(22)

Dedi Purwadi, 2014

PENINGKATAN KOMPETENSI PESERTA DIDIK MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN TEACHING FACTORY 6 LANGKAH (TF-6M) PADA MATA PELAJARAN PRODUKTIF KOMPETENSI KEAHLIAN TEKNIK SEPEDA MOTOR

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

menggunakan model pembelajaran ceramah dan praktikum pada kompetensi keahlian Teknik Sepeda Motor?

5. Bagaimana perbedaan peningkatan motivasi berprestasi peserta didik yang menggunakan model pembelajaran TF-6M dengan peserta didik yang menggunakan model pembelajaran ceramah dan praktikum pada kompetensi keahlian Teknik Sepeda Motor?

6. Bagaimana persepsi peserta didik terhadap penggunaan model pembelajaran TF-6M pada kompetensi keahlian Teknik Sepeda Motor?

7. Faktor pendukung dan kendala apa saja yang ditemui dalam implementasi model pembelajaran TF-6M pada Kompetensi Keahlian Teknik Sepeda Motor?

C. Tujuan Penelitian

Sesuai dengan rumusan masalah yang telah dikemukakan sebelumnya, secara umum penelitian ini bertujuan untuk :

1. Memperoleh gambaran tentang perbedaan peningkatan prestasi belajar peserta didik yang menggunakan model pembelajaran TF-6M dengan peserta didik yang menggunakan model pembelajaran ceramah dan praktikum pada kompetensi keahlian Teknik Sepeda Motor.

2. Memperoleh gambaran tentang peningkatan soft skill peserta didik yang menggunakan model pembelajaran TF-6M pada kompetensi keahlian Teknik Sepeda Motor.

3. Memperoleh gambaran tentang peningkatan hard skill peserta didik yang menggunakan model pembelajaran TF-6M pada kompetensi keahlian Teknik Sepeda Motor.

(23)

Dedi Purwadi, 2014

PENINGKATAN KOMPETENSI PESERTA DIDIK MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN TEACHING FACTORY 6 LANGKAH (TF-6M) PADA MATA PELAJARAN PRODUKTIF KOMPETENSI KEAHLIAN TEKNIK SEPEDA MOTOR

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

5. Memperoleh gambaran tentang perbedaan peningkatan motivasi belajar peserta didik yang menggunakan model pembelajaran TF-6M dengan peserta didik yang menggunakan model pembelajaran ceramah dan praktikum pada kompetensi keahlian Teknik Sepeda Motor.

6. Memperoleh gambaran tentang persepsi peserta didik terhadap penggunaan model pembelajaran TF-6M pada kompetensi keahlian Teknik Sepeda Motor. 7. Menemukan faktor pendukung dan kendala yang ditemui dalam implementasi model pembelajaran TF-6M pada Kompetensi Keahlian Teknik Sepeda Motor.

D. Manfaat Penelitian

Manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Manfaat Teoritis

a. Menambah pemikiran tentang penyusunan strategi pendidikan dalam upaya meningkatkan kompetensi peserta didik yang diharapkan oleh Dunia Usaha/Dunia Industri.

b. Sebagai sumbangan pemikiran dalam upaya peningkatan penggunaan model pembelajaran yang relevan dan mendukung ketercapaian kompetensi pembelajaran produktif di SMK.

2. Manfaat Praktis

a. Penelitian ini diharapkan menjadi masukan tentang alternatif pembelajaran untuk meningkatkan kompetensi peserta didik Sekolah Menengah Kejuruan.

b. Apabila terbukti secara empirik bahwa dapat model TF-6M dapat meningkatkan kompetensi peserta didik pada Kompetensi Keahlian Teknik Sepeda Motor, maka penelitian ini dapat menjadi bahan masukan dalam upaya menyempurnakan dan memperbaiki penyelenggaraan pendidikan Sekolah Menengah Kejuruan.

(24)

Dedi Purwadi, 2014

PENINGKATAN KOMPETENSI PESERTA DIDIK MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN TEACHING FACTORY 6 LANGKAH (TF-6M) PADA MATA PELAJARAN PRODUKTIF KOMPETENSI KEAHLIAN TEKNIK SEPEDA MOTOR

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Untuk memudahkan dalam pembahasan dan penyusunan selanjutnya, maka berikut rencana penulis untuk membuat rangka penulisan penelitian yang akan diuraikan berdasarkan sistematika penulisan sebagai berikut:

BAB I PENDAHULUAN. Bab ini mengemukakan latar belakang masalah, identifikasi masalah, perumusan masalah, pembatasan masalah, tujuan penelitian, kegunaan penelitian, penjelasan istilah judul dan sistematika penulisan. BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN. Bab ini berisi tentang dasar-dasar teori umum yang dipakai pada pembahasan dan analisis masalah. Teori diambil dari literatur yang berkaitan dengan pembahasan masalah, pembahasan mengenai teori yang mendasari, asumsi dan hipotesis.

BAB III METODE PENELITIAN. Berisi tentang metode penelitian, variabel penelitian, paradigma penelitian, data dan sumber data, populasi dan sampel, teknik pengumpulan data, pengujian instrumen dan teknik pengolahan data.

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Berisi mengenai penjelasan deskripsi data, hasil pengujian hipotesis dan pembahasan penelitian.

(25)

Dedi Purwadi, 2014

PENINGKATAN KOMPETENSI PESERTA DIDIK MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN TEACHING FACTORY 6 LANGKAH (TF-6M) PADA MATA PELAJARAN PRODUKTIF KOMPETENSI KEAHLIAN TEKNIK SEPEDA MOTOR

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Lokasi, Populasi dan Sample Penelitian

1. Lokasi

Lokasi dalam penelitian ini adalah SMKN 1 Majalengka yang beralamat di Jl. Tonjong-Pinangraja No.55 Majalengka. SMKN 1 Majalengka memiliki Kompetensi Keahlian yang beragam yaitu; Teknik Pemesinan, Teknik Gambar Bangunan, Teknik Instalasi Listrik, Teknik Komputer Jaringan, Teknik Rekayasa Perangkat Lunak, Teknik Penerbangan, Teknik Kendaraan Ringan dan Teknik Sepeda Motor.

Alasan pemilihan lokasi penelitian adalah karena SMKN 1 Majalengka merupakan salah satu SMK unggulan dan SMK induk se-wilayah Majalengka, serta merupakan tempat tugas peneliti. Kompetensi Keahlian Teknik Kendaraan Ringan dan Teknik Sepeda Motor adalah Kompetensi Keahlian yang dikuasai oleh Peneliti. Sarana dan prasarana Kompetensi Teknik Sepeda Motor sudah memenuhi standar peralatan SMK bertaraf nasional (SSN) dan merupakan SMK eks-RSBI dengan peringkat akreditasi A.

2. Populasi Penelitian

Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas objek/subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang telah ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 2008:115).

(26)

Dedi Purwadi, 2014

PENINGKATAN KOMPETENSI PESERTA DIDIK MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN TEACHING FACTORY 6 LANGKAH (TF-6M) PADA MATA PELAJARAN PRODUKTIF KOMPETENSI KEAHLIAN TEKNIK SEPEDA MOTOR

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

3. Sampel Penelitian

Sampel adalah sebagian atau wakil dari populasi yang akan diteliti. Sampel dianggap dapat mewakili seluruh populasi yang diamati. Pengambilan sampel harus dilakukan dengan baik sehingga memperoleh sampel (contoh) yang benar-benar dapat berfungsi sebagai (contoh), atau dapat menggambarkan keadaan populasi yang sebenarnya.

Pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan metode sensus. Metode sensus dipilih karena di SMKN 1 Majalengka untuk Kompetensi Keahlian TSM kelas 11 hanya terdapat 2 kelas, yaitu hanya 11 TSMa dan 11 TSMb. Semua siswa kelas 11 dilibatkan dalam penelitian ini. Pada penelitian ini dipilih dua kelas sampel, satu kelas eksperimen dan satu lagi kelas kontrol. Proses pengambilan sampel dilakukan dengan memberi kesempatan yang sama pada setiap anggota populasi untuk menjadi anggota sampel. Pemilihan yang dilakukan secara acak bisa dilakukan dengan cara mengundi "Cointoss". Setelah dilakukan pengundian dengan menggunakan mata uang logam "Cointoss" maka ditentukan kelas kontrol adalah Kelas 11 TSMa dan kelas

ekperimen adalah Kelas 11 TSMb.

B. Desain Penelitian

(27)

Dedi Purwadi, 2014

PENINGKATAN KOMPETENSI PESERTA DIDIK MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN TEACHING FACTORY 6 LANGKAH (TF-6M) PADA MATA PELAJARAN PRODUKTIF KOMPETENSI KEAHLIAN TEKNIK SEPEDA MOTOR

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu Gambar 3.1. Desain Penelitian

Adapun tahapan penelitian yang menjadi acuan dalam pelaksanaan eksperimen model pembelajaran TF-6M adalah sebagai berikut:

1. Survey pendahuluan untuk menemukan masalah penelitian. 2. Menyusun rancangan penelitian dan memilih lokasi penelitian.

3. Menetapkan materi dengan mempelajari KTSP pada Program Keahlian Teknik Sepeda Motor, menentukan kompetensi dan sub kompetensi disesuaikan dengan alokasi waktu yang ada.

Survey Studi Pendahuluan

Kesimpulan Merumuskan Masalah Memilih Metode Penelitian

Menyusun dan Menguji Instrumen

Melakukan Pre-Tes

Treatment Model TF-6M untuk kelas eksperimen

Treatment model ceramah dan praktikum untuk kelas kontrol Melakukan Pos-Tes

Pembahasan Hasil Penelitian Analisis

Data

(28)

Dedi Purwadi, 2014

PENINGKATAN KOMPETENSI PESERTA DIDIK MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN TEACHING FACTORY 6 LANGKAH (TF-6M) PADA MATA PELAJARAN PRODUKTIF KOMPETENSI KEAHLIAN TEKNIK SEPEDA MOTOR

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

4. Membuat dan melakukan rancangan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dengan menggunakan model pembelajaran TF-6M yang akan dijadikan model pembelajaran dalam eksperimen.

5. Menyusun instrumen penelitian.

6. Melakukan uji instrumen penelitian untuk mendapatkan validitas dan reliabilitas soal.

7. Melakukan eksperimen dengan langkah-langkah sebagai berikut: a. Menentukan sampel penelitian melalui tahapan berikut ini:

1) Pre tes yang diberikan kepada dua kelas siswa yang merupakan sampel penelitian.

2) Uji homogenitas kepada dua kelas berdasarkan hasil pre tes, apabila belum homogen maka harus dilakukan pertukaran sumber data.

3) Dua kelas tersebut dibagi menjadi kelas yang menggunakan model pembelajaran TF-6M dan kelas lain dengan model pembelajaran ceramah dan praktikum.

b. Mengadakan Kegiatan Belajar Mengajar (KBM) dengan menggunakan model pembelajaran TF-6M sesuai dengan sub kompetensi yang telah disesuaikan di kelas eksperimen, dan menggunakan model pembelajaran ceramah dan praktikum di kelas kontrol.

c. Mengadakan pos tes di kelas eksperimen dan kelas kontrol. 8. Analisa data untuk menguji hipotesis.

9. Menyimpulkan hasil penelitian.

C. Metode Penelitian

Penelitian ini menggunakan pendekatan eksperimen. Wiersma & Jurs (2009:134) mengemukakan bahwa “experiment is something involved a new approach or procedure or new ingredients to see what the effect will be. In

(29)

Dedi Purwadi, 2014

PENINGKATAN KOMPETENSI PESERTA DIDIK MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN TEACHING FACTORY 6 LANGKAH (TF-6M) PADA MATA PELAJARAN PRODUKTIF KOMPETENSI KEAHLIAN TEKNIK SEPEDA MOTOR

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

determine its effect”. Metode ini digunakan dengan tujuan mengetahui sejauh mana efek dari penggunaan suatu model pembelajaran.

Pengembangan pendekatan eksperimen dikhususkan pada Quasy Eksperimen Design. Menurut Arikunto (2010:125), Quasy eksperimen design adalah jenis

eksperimen yang dianggap sudah baik karena sudah memenuhi persyaratan. Persyaratan tersebut adalah adanya kelompok lain yang tidak dikenai eksperimen dan ikut mendapatkan pengamatan.

Jenis ekperimen yang dipakai dalam penelitian ini adalah Nonequivalent Control Group Design. Desain ini „menempatkan subjek penelitian ke dalam dua kelompok kelas yang terdiri dari kelompok eksperimen dan kelompok kontrol

yang tidak dipilih secara acak‟ (McMillan and Scumacher, 2006). Desain ini memiliki dua kelas yaitu kelas eksperimen dan kelas kontrol. Salah satu dari kelas tersebut akan mendapatkan pembelajaran dengan Model TF-6M, sedangkan kelas yang lain akan mendapatkan pembelajaran dengan model ceramah dan praktikum. Sebelum mendapatkan model pembelajaran, kedua kelas tersebut diberikan tes awal dan setelah mendapatkan model pembelajaran akan diberikan tes akhir. Mekanisme penelitian dari ke dua kelas tersebut digambarkan dalam tabel sebagai berikut :

Tabel 3.1. Desain Penelitian

Kelas Tes awal Model Tes akhir

Eksperimen TE1 YE TE2

Kontrol TK1 Yk TK2

Keterangan :

TE1 : Tes awal yang diberikan pada kelompok eksperimen sebelum pembelajaran TF-6M

TE2 : Tes akhir yang diberikan pada kelompok eksperimen setelah pembelajaran TF-6M

TK1 : Tes awal yang diberikan pada kelompok kontrol sebelum pembelajaran model ceramah dan praktikum

(30)

Dedi Purwadi, 2014

PENINGKATAN KOMPETENSI PESERTA DIDIK MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN TEACHING FACTORY 6 LANGKAH (TF-6M) PADA MATA PELAJARAN PRODUKTIF KOMPETENSI KEAHLIAN TEKNIK SEPEDA MOTOR

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu YE : Pembelajaran dengan menggunakan pembelajaran TF-6M

YK : Pembelajaran dengan menggunakan pembelajaran model ceramah dan praktikum

D. Definisi Operasional

Definisi operasional digunakan untuk menghindari berbagai penafsiran terhadap definisi yang digunakan dalam penelitian ini maka diberikan penjelasan beberapa istilah. Sesuai dengan judul penelitian yaitu:

1. Prestasi belajar adalah keberhasilan yang dicapai siswa dalam bentuk nilai berupa angka setelah mengikuti proses pembelajaran dalam menyelesaikan ketuntasan belajar. Prestasi belajar yang dikaji dalam penelititan ini adalah aspek kognitif peserta didik, sedangkan asek keterampilan dan sikap dijabarkan pada variabel lainnya. Penilaian prestasi belajar meliputi penilaian kognitif peserta didik pada lima materi standar kompetensi yaitu; (a) memelihara baterai; (b) memperbaiki sistem bahan bakar bensin; (c) melakukan perbaikan sistem rem; (d) melaksanakan pekerjaan servis pada roda, ban dan rantai; (e) melakukan perbaikan pada rangkaian sistem kelistrikan. Data diambil melalui tes multiple choice yang dilakukan pada awal dan akhir proses pembelajaran kelas kontrol dan eksperimen.

(31)

Dedi Purwadi, 2014

PENINGKATAN KOMPETENSI PESERTA DIDIK MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN TEACHING FACTORY 6 LANGKAH (TF-6M) PADA MATA PELAJARAN PRODUKTIF KOMPETENSI KEAHLIAN TEKNIK SEPEDA MOTOR

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

3. Hard skills adalah keterampilan kerja yang berhubungan dengan bidang keahlian dan berasal dari penguasaan ilmu pengetahuan, teknologi dan ketrampilan teknis. Keterampilan kerja tersebut secara ilmu metodik masuk ke dalam ranah psikomotorik. Hard skill dalam penelitian ini adalah kemampuan peserta didik dalam melakukan servis ringan sepeda motor. Aspek hard skill yang diteliti meliputi; kemampuan analisis order, pengerjaan order, quality control. Data diambil dari observasi yang dilakukan pada kelas eksperimen pada awal dan akhir proses pembelajaran.

4. Enterpreneurship adalah jiwa dan sikap yang tidak hanya dimilki oleh usahawan, akan tetapi dimilki oleh setiap orang yang berfikir kreatif dan bertindak inovatif baik kalangan usahawan maupun masyarakat umum seperti karyawan, pegawai pemerintah, mahasiswa, siswa dan guru. Entrepreuneurship dalam penelitian ini adalah sikap peserta didik yang

memiliki karakter entrepreuneur (Yuyus dan Kartib, 2010) memiliki: (a) motivasi berprestasi,(b) orientasi ke depan, (c) kepemimpinan berwirausaha, (d) jaringan usaha, (e) serta memiliki sikap responsif dan kreatif dalam menghadapai perubahan. Data diambil melalui angket yang dilakukan pada awal dan akhir proses pembelajaran kelas kontrol dan eksperimen.

(32)

Dedi Purwadi, 2014

PENINGKATAN KOMPETENSI PESERTA DIDIK MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN TEACHING FACTORY 6 LANGKAH (TF-6M) PADA MATA PELAJARAN PRODUKTIF KOMPETENSI KEAHLIAN TEKNIK SEPEDA MOTOR

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

6. Persepsi suatu proses yang dimulai dari indera-indera yang dimiliki dan dipadukan dengan informasi-informasi terdahulu seseorang hingga terbentuk tanggapan yang terjadi dalam diri individu sehingga individu sadar akan segala sesuatu dalam lingkungannya. Persepsi dalam penelitian ini adalah persepsi dari peserta didik terhadap pembelajaran yang menggunakan model model ceramah dan praktikum dengan peserta didik yang menggunakan model TF-6M. Data diambil melalui angket yang dilakukan pada awal dan akhir proses pembelajaran kelas kontrol dan eksperimen.

Variabel merupakan objek utama dalam proses penelitian, sehingga suatu permasalahan dapat diidentifikasi dengan tepat untuk selanjutnya dianalisis.

Sedangkan menurut Nana Sudjana (2009:11) mengemukakan bahwa “variabel

adalah ciri atau karakteristik dari individu, objek, peristiwa yang nilainya bisa berubah-ubah”. Sejalan dengan pendapat tersebut, variabel merupakan gejala yang bervariasi, yang menjadi objek atau apa yang menjadi suatu pusat perhatian penelitian. Berdasarkan anggapan dasar dan hipotesis, maka ditentukan variabel untuk lebih memudahkan untuk menentukan jenis dan sumber data yang digunakan.

Penulis mengambil judul yang mengandung enam variable, yaitu :

 Variabel I : prestasi belajar

 Variabel 2 : soft skill

 Variabel 3 : hard skill

 Variabel 4 : entrepreuneurship

 Variabel 5 : motivasi

 Variabel 6 : persepsi

E. Instrumen Penelitian

Menurut Suharsimin Arikunto (2006:149) “Instrumen adalah alat pada

waktu penelitian menggunakan sesuatu metode”. Berdasarkan pengertian diatas,

(33)

Dedi Purwadi, 2014

PENINGKATAN KOMPETENSI PESERTA DIDIK MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN TEACHING FACTORY 6 LANGKAH (TF-6M) PADA MATA PELAJARAN PRODUKTIF KOMPETENSI KEAHLIAN TEKNIK SEPEDA MOTOR

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Pre tes digunakan untuk mengukur kemampuan awal siswa sebelum

pelaksanaan pembelajaran kelas dengan menggunakan model pembelajaran TF-6M dan yang menggunakan model pembelajaran model ceramah dan praktikum. Hasil pre test akan digunakan untuk mengukur tingkat homogenitas kemampuan peserta diklat antara kelas eksperimen dan kelas kontrol.

Pos tes digunakan untuk mengukur kemajuan dan membandingkan

peningkatan pada kelompok penelitian setelah pelaksanaan pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran TF-6M dan yang menggunakan model pembelajaran ceramah dan praktikum. Soal-soal yang digunakan pada pre tes sama dengan soal-soal yang ada pada pos tes.

Instrumen dalam penelitian ini berupa: 1. Alat tes kognitif.

Alat tes kognitif dipergunakan untuk mengukur sejauh mana tingkat penguasaan siswa tentang pengetahuan/prestasi belajar yang menjadi standar kompetensi mata pelajaran produktif yaitu mata pelajaran produktif Teknik Sepeda Motor kelas 11, yang terdiri dari; Memelihara baterai, Memperbaiki kerusakan pada sistem bahan bakar bensin, Melakukan servis pada roda, ban dan rantai. Memperbaiki kerusakan pada sistem kelistrikan dan instrumen. Alat tes ini juga dipergunakan untuk mengukur ada tidaknya pengaruh model pembelajaran dan efektivitas terhadap peningkatan kompetensi siswa dalam mata pelajaran produktif. Alat tes ini dikembangkan bersama oleh guru dengan peneliti,dengan harapan alat tes yang dikembangkan cukup valid dan lebih efektif mengungkapkan keberhasilan program pembelajaran. Hal ini sejalan dengan pendapat Sudjana dan Ibrahim (1989), yang menyatakan bahwa

“penyusunan tes kompetensi buatan peneliti sebagai alat pengumpul data jauh lebih baik daripada tes baku atau sekedar mengumpulkan data sekunder dari

dokumen hasil belajar yang telah ada”. Tes kognitif dilakukan pada uji coba

maupun uji validasi sebelum siswa mengikuti pembelajaran (pre tes) dan setelah melaksanakan pembelajaran (pos tes).

(34)

Dedi Purwadi, 2014

PENINGKATAN KOMPETENSI PESERTA DIDIK MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN TEACHING FACTORY 6 LANGKAH (TF-6M) PADA MATA PELAJARAN PRODUKTIF KOMPETENSI KEAHLIAN TEKNIK SEPEDA MOTOR

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Pedoman observasi berupa format isian, dipergunakan untuk melihat atau mengamati dan mengukur perilaku belajar siswa dalam situasi nyata dan situasi buatan (Sudjana dan Ibrahim,1989). Format observasi untuk penilaian kompetensi siswa baik psikomotor maupun afektif yang selanjutnya disebut hard skill, memuat karakteristik pekerjaan, aspek dan bobot penilaian.

Sedangkan format penilaian proses yang lain dipergunakan untuk mengobservasi siswa melakukan komunikasi selama siklus pembelajaran yang selanjutnya disebut soft skill. Format observasi yang lain adalah format untuk mengobservasi: (1) perubahan manajeman sekolah menjadi manajemen industri, (2) latihan berkomunikasi, dan (3) latihan menganalisis order. Ketiga kegiatan tersebut dilakukan pada tahap persiapan implementasi model. Hasil observasinya dapat menjadi masukan untuk penyempurnaan implementasi model pembelajaran.

3. Angket.

Angket dipergunakan untuk mendapatkan data atau informasi mengenai pendapat, aspirasi, harapan, persepsi, keinginan, keyakinan dan lain-lain dari individu/responden melalui pertanyaan yang sengaja diajukan oleh peneliti (Sudjana dan Ibrahim, 1989:102). Angket khusus dipergunakan untuk menggali persepsi, motivasi berprestasi dan jiwa entrepreuneur siswa dengan model pembelajaran ceramah dan praktikum yang selama ini mereka jalani dan dengan model pembelajaran alternatif yang mereka alami selama pelaksanaan penelitian tersebut.

4. Wawancara.

Wawancara dilakukan untuk mengetahui data dan langkah-langkah penerapan model teaching factory 6 langkah (TF-6M), prasyarat-prasarat penerapan, interaksi antara pendidik dan peserta didik, serta persepsi warga sekolah mengenai penerapan model ini. Wawancara yang dilakukan adalah wawancara tidak terstruktur, yaitu “wawancara yang bebas dimana peneliti tidak menggunakan pedoman wawancara yang tersusun secara sistematis dan

(35)

Dedi Purwadi, 2014

PENINGKATAN KOMPETENSI PESERTA DIDIK MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN TEACHING FACTORY 6 LANGKAH (TF-6M) PADA MATA PELAJARAN PRODUKTIF KOMPETENSI KEAHLIAN TEKNIK SEPEDA MOTOR

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

wawancara yang digunakan hanya berupa garis-garis besar permasalahan yang akan ditanyakan.

5. Dokumentasi

Dokumen dan record digunakan utuk melengkapi keperluan penelitian. Menurut Guba dan Lincoln dalam Moleong, (2002:161), dokumen digunakan karena merupakan sumber yang kaya, stabil dan mendorong serta berguna sebagai bukti untuk suatu pengujian. Data dokumen yang digunakan pada penelitian adalah foto-foto dan video yang memotret langkah-langkah penerapan model TF-6M.

F. Proses Pengembangan Instrumen

Untuk memperoleh data yang akurat dalam penelitian ini, maka instrumen atau alat penelitian harus valid dan reliable, oleh karena itu instrumen perlu diuji coba. Hal ini sejalan dengan pendapat Suharsimi Arikunto (2006:168) “Instrumen yang baik harus memenuhi dua persyaratan penting yaitu valid dan reliable”.

Sebelum dilakukan uji coba instrumen, instrumen tersebut dikonsultasikan terlebih dahulu dengan dosen pembimbing. Dari hasil bimbingan ada perbaikan dari beberapa butir soal diantaranya perbaikan penggunaan gambar serta revisi soal-soal yang dirasakan sulit untuk dimengerti oleh peserta diklat. Instrumen kemudian diserahkan kepada guru mata diklat untuk diberikan judgement tingkat kesukaran dan kesesuaiannya dengan materi yang diajarkan. Setelah direvisi dan disetujui guru mata diklat, dan untuk lebih meyakinkan maka instrumen tersebut diuji cobakan kepada siswa kelas 11 di SMK N 8 Bandung yang tidak termasuk kedalam kelompok sampel penelitian. Jumlah peserta diklat yang melakukan uji coba sebanyak 31 orang dari kelas 11 Teknik Sepeda Motor.

(36)

Dedi Purwadi, 2014

PENINGKATAN KOMPETENSI PESERTA DIDIK MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN TEACHING FACTORY 6 LANGKAH (TF-6M) PADA MATA PELAJARAN PRODUKTIF KOMPETENSI KEAHLIAN TEKNIK SEPEDA MOTOR

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

1. Pengujian Validitas

Validitas instrumen penelitian adalah ketepatan dari suatu instrumen penelitian atau alat pengukur terhadap konsep yang akan diukur, sehingga instrumen ini akan mempunyai kevalidan dengan taraf yang baik. Instrumen yang valid dapat mendeteksi dengan tepat apa yang seharusnya diukur. Menurut Suharsimi Arikunto (2006:169) menjelaskan:

Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukan tingkat kevalidan atau kesahihan sesuatu instrumen. Suatu instrumen yang valid atau sahih mempunyai validitas yang tinggi. Sebaliknya instrumen yang kurang valid berarti memiliki validitas rendah. Sebuah instrumen dikatakan valid apabila dapat mengungkap dari variabel yang diteliti secara tepat.

Untuk menguji validitas alat ukur maka harus dihitung korelasinya, yaitu dengan menggunakan Korelasi Product Moment dengan angka kasar :

   

(37)

Dedi Purwadi, 2014

PENINGKATAN KOMPETENSI PESERTA DIDIK MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN TEACHING FACTORY 6 LANGKAH (TF-6M) PADA MATA PELAJARAN PRODUKTIF KOMPETENSI KEAHLIAN TEKNIK SEPEDA MOTOR

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Instrumen dinyatakan valid apabila t hitung > t tabel dengan tingkat signifikansi 0,05. Sedangkan untuk validitas konstruk menurut Arikunto (2003:138) sebuah tes dikatakan memiliki validitas konstruksi apabila butir-butir soal yang membangun tes tersebut mengukur setiap aspek berpikir. Uji validitas konstruksi pada penelitian ini terdiri dari uji daya beda (DP) dan taraf kesukaran (TK).

Tabel 3.2. Tingkat Validitas

Koefisien Korelasi (r) Tafsiran

0,80 ≤ r< 1,00 Validitas sangat tinggi 0,60 ≤ r< 0,80 Validitas tinggi 0,40 ≤ r< 0,60 Validitas sedang 0,20 ≤ r< 0,40 Validitas rendah 0,00 ≤ r< 0,20 Validitas sangat rendah

r< 0,00 Tidak valid

(Sumber : Arikunto S, 2006:276) Intrumen yang dihitung validitasnya pada penelitian ini adalah; instrumen prestasi, instrumen entrepreuneurship dan instrumen motivasi. Instrumen soft skill dan hard skill digunakan metode validitas content dengan judgement expert, sedangkan variabel persepsi menggunakan instrumen yang sudah pernah digunakan. Setelah dilakukan uji coba instrumen, kemudian dilakukan perhitungan. Hasil perhitungan menyatakan beberapa soal yang ada dalam instrumen tersebut tidak valid. Soal yang tidak valid tidak dipakai untuk proses pengujian pre test dan post test. Pengujian validitas butir soal disajikan lebih lengkap pada lampiran 1.

2. Pengujian Reliabilitas

Reliabilitas instrumen digunakan untuk mengukur sejauh mana suatu alat ukur memberikan gambaran yang benar-benar dapat dipercaya tentang kemampuan seseorang. Sesuai pendapat Arikunto (2003:90) bahwa reliabilitas adalah ketepatan suatu test apabila diteskan kepada subjek yang sama.

(38)

Dedi Purwadi, 2014

PENINGKATAN KOMPETENSI PESERTA DIDIK MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN TEACHING FACTORY 6 LANGKAH (TF-6M) PADA MATA PELAJARAN PRODUKTIF KOMPETENSI KEAHLIAN TEKNIK SEPEDA MOTOR

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

dengan teknik belah dua ganjil-genap. Adapun langkah-langkah yang digunakan adalah :

1. Mengelompokkan skor butir soal bernomor ganjil sebagai belahan pertama dan skor butir soal bernomor genap sebagai belahan kedua.

2. Mengkorelasikan skor belahan pertama dengan skor belahan kedua dengan menggunakan rumus korelasi product moment dengan angka kasar yang dikemukakan oleh Pearson, yaitu :

   

3. Menghitung indeks reliabilitas dengan menggunakan rumus Spearman-Brown, yaitu :

r 11 : Reliabilitas instrumen r

Besar koefisien reliabilitas diinterpretasikan untuk menyatakan kriteria reliabilitas. Menurut kriterianya adalah sebagai berikut:

Tabel 3.3. Tingkat Reliabilitas

(39)

Dedi Purwadi, 2014

PENINGKATAN KOMPETENSI PESERTA DIDIK MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN TEACHING FACTORY 6 LANGKAH (TF-6M) PADA MATA PELAJARAN PRODUKTIF KOMPETENSI KEAHLIAN TEKNIK SEPEDA MOTOR

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu 0,80 < r11≤ 1,00 Reliabilitas sangat tinggi 0,60 < r11≤ 0,80 Reliabilitas tinggi 0,40 < r11≤ 0,60 Reliabilitas sedang 0,20 < r11≤ 0,40 Reliabilitas rendah

r11 ≤ 0,20 Reliabilitas sangat rendah

(J.P. Guilford dalam Avianti (2000:51) Hasil perhitungan menyatakan realibilitas dari instrumen prestasi, entreupreuneurship, motivasi berada pada tingkat realibilitas tinggi sampai sangat tingi. Intrumen memiliki realibilitas dari sedang sampai sangat tingi dapat dipakai untuk proses pengujian pre tes dan pos test. Pengujian realibilitas disajikan lebih lengkap pada lampiran 1.

3. Daya Pembeda (DP)

Perhitungan daya pembeda pada peneltian ini dilakukan hanya pada instrumen prestasi yang berbentuk pilihan ganda. Perhitungan ini dilakukan untuk mengukur sejauh mana suatu butir soal mampu membedakan siswa yang pandai dan siswa yang kurang pandai berdasarkan kriteria tertentu, sebagaimana diungkapkan Arikunto (2002:211) bahwa ”daya pembeda soal adalah kemampuan suatu soal untuk membedakan siswa yang pandai (berkemampuan tinggi) dengan

siswa yang bodoh (berkemampuan rendah)”.

Untuk kelompok kecil (kurang dari 100 orang), kelompok atas dan kelompok bawah diklasifikasikan dengan cara membagi seluruh peserta test menjadi 27% kelompok atas dan 27% kelompok bawah. (Karno To, 1996:9).

Untuk menghitung DP setiap item ini dapat menggunakan rumus berikut :

A

DP : Indeks daya pembeda satu butir soal tertentu BA : Jumlah jawaban benar pada kelompok atas BB : Jumlah jawaban benar pada kelompok bawah NA : Jumlah siswa pada salah satu kelompok Batas klasifikasi daya pembeda sebagai berikut:

(40)

Dedi Purwadi, 2014

PENINGKATAN KOMPETENSI PESERTA DIDIK MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN TEACHING FACTORY 6 LANGKAH (TF-6M) PADA MATA PELAJARAN PRODUKTIF KOMPETENSI KEAHLIAN TEKNIK SEPEDA MOTOR

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Rentang Daya Pembeda Kategori

Negatif < DP ≤ 0,09 Sangat buruk, harus dibuang 0,01 < DP ≤ 0,19 Buruk, sebaiknya dibuang 0,20 < DP ≤ 0,29 Agak baik, kemungkinan perlu direvisi

0,30 < DP ≤ 0,49 Baik

DP > 0,50 Sangat baik

( Karno To, 1996:10 ) Hasil perhitungan menyatakan tingkat daya pembeda dari instrumen prestasi berada pada tingkat buruk, agak baik, baik dan sangat baik. Intrumen yang memiliki daya pembeda sangat buruk sampai dengan buruk, tidak dipakai untuk proses pengujian pre test dan post test. Pengujian daya pembeda disajikan lebih lengkap pada lampiran 1.

4. Taraf Kesukaran

Perhitungan Taraf kesukaran (TK) butir tes pada penelitian ini dilakukan pada instrumen prestasi yang maknanya adalah peluang responden atau peserta tes untuk menjawab benar pada suatu butir soal. Untuk menghitung taraf kesukaran butir soal dapat digunakan rumus sebagai berikut:

N

N

TK

B (Karno To,1996:11)

Keterangan :

TK : taraf kesukaran satu butir soal tertentu

NB : jumlah siswa yang menjawab benar pada butir itu N : jumlah seluruh siswa peserta test

Kriteria tingkat kesukaran dapat diklasifikasikan sebagai berikut : Tabel 3.5. Taraf Kesukaran

Rentang Tk Kategori

0,00 < TK ≤ 0,15 Sangat sukar, sebaiknya dibuang

0,16 < TK ≤ 0,30 Sukar

0,31 < TK ≤ 0,70 Sedang

0,71 < TK ≤ 0,85 Mudah

(41)

Dedi Purwadi, 2014

PENINGKATAN KOMPETENSI PESERTA DIDIK MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN TEACHING FACTORY 6 LANGKAH (TF-6M) PADA MATA PELAJARAN PRODUKTIF KOMPETENSI KEAHLIAN TEKNIK SEPEDA MOTOR

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

(Sumber: Karno To, 1996:11)

Menurut Ali (1992:86) menjelaskan bahwa soal dengan taraf kesukaran 0,20-0,80 dianggap baik untuk kepentingan penelitian. Hasil perhitungan menyatakan taraf kesukaran dari instrumen prestasi berada pada tingkat sukar, sedang, mudah dan sangat mudah. Intrumen yang memiliki daya pembeda sangat sukar dan sangat mudah, tidak dipakai untuk proses pengujian pre test dan post test. Pengujian tingkat kesukaran instrumen prestasi disajikan lebih lengkap pada lampiran 1.

G. Teknik Pengumpulan Data

Data dalam suatu penelitian, merupakan suatu bahan yang sangat diperlukan untuk dapat dianalisis. Untuk itu maka diperlukan suatu teknik pengumpulan data yang relevan dengan tujuan penelitian.

Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah dilakukan dengan menggunakan teknik-teknik sebagai berikut:

1. Observasi sebagai teknik pengumpulan data digunakan dalam rangka mengumpulkan data dalam suatu penelitian, merupakan hasil perbuatan jiwa secara aktif dan penuh perhatian untuk menyadari adanya sesuatu rangsangan tertentu yang diinginkan, atau suatu studi yang disengaja dan sistematis tentang keadaan atau fenomena sosial dan gejala-gejala psikis dengan mengamati dan mencatat.

2. Studi literatur, yaitu teknik pengumpulan data untuk memperoleh data tertulis yang diperlukan untuk melengkapi data penelitian, yaitu dengan membaca, menelaah, mengkaji berbagai dokumen yang sekiranya berhubungan dengan permasalahan yang sedang diteliti.

3. Tes kompetensi yang dilakukan melalui pre tes (tes awal) dan pos tes (tes akhir) pada siswa.

(42)

Dedi Purwadi, 2014

PENINGKATAN KOMPETENSI PESERTA DIDIK MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN TEACHING FACTORY 6 LANGKAH (TF-6M) PADA MATA PELAJARAN PRODUKTIF KOMPETENSI KEAHLIAN TEKNIK SEPEDA MOTOR

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

berguna untuk mengarahkan tercapainya penelitian dan untuk membuat solusi pemecahan persoalan. Data adalah hasil pencatatan penelitian, baik yang berupa fakta ataupun angka. (Suharsimi Arikunto, 2006:118).

2. Ada dua jenis data yaitu data kuantitatif dan data kualitatif. Menurut

Sudjana (1992:4) menyatakan bahwa, “Data kuantitatif adalah keterangan

atau ilustrasi mengenai sesuatu hal yang berbentuk bilangan sedangkan data kualitatif adalah data yang dikategorikan menurut lukisan kualitas

obyek yang dipelajari”.

3. Berdasarkan jenisnya, data dalam penelitian ini adalah data kuantitatif berupa kompetensi belajar siswa yang diambil dari hasil tes, baik pre tes maupun pos tes yang diberikan oleh peneliti tentang kompetensi Teknik Sepeda Motor pada siswa kelas 11 di SMKN 1 Majalengka tahun pembelajaran 2012/2013 dalam bentuk skor atau nilai.

Pengumpulkan data dan informasi yang diperlukan dalam penelitian ini menggunakan beberapa instrumen, seperti: alat tes hasil belajar baik berupa alat tes kognitif, maupun format observasi penilaian psikomotor, afektif, dan angket. Alat tes hasil belajar baik berupa alat tes kognitif, maupun format observasi penilaian psikomotor dan afektif digunakan untuk mengukur kompetensi siswa. Angket digunakan untuk menggali data yang berkenaan dengan motivasi, entrepeuneurship dan persepsi siswa tetang model pembelajaran baik yang selama ini mereka jalani maupun model alternatif. 1. Alat Pengumpul Data

(43)

Dedi Purwadi, 2014

PENINGKATAN KOMPETENSI PESERTA DIDIK MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN TEACHING FACTORY 6 LANGKAH (TF-6M) PADA MATA PELAJARAN PRODUKTIF KOMPETENSI KEAHLIAN TEKNIK SEPEDA MOTOR

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

(44)

Dedi Purwadi, 2014

PENINGKATAN KOMPETENSI PESERTA DIDIK MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN TEACHING FACTORY 6 LANGKAH (TF-6M) PADA MATA PELAJARAN PRODUKTIF KOMPETENSI KEAHLIAN TEKNIK SEPEDA MOTOR

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu Tabel 3.6. Aspek yang Diteliti dan Teknik Pengambilan Data

No Aspek yang Diteliti Teknik Pengambilan

Data

Prestasi belajar yang berupa alat tes kognitif untuk menguji kompetensi kognitif siswa dalam mata pelajaran Produktif berbentuk tes objektif. Soft Skill

- Siswa berkomunikasi baik dengan konsumen saat menerima pemberi order - Siswa menyatakan kesanggupan/ketidak

sanggupan mengerjakan order - Siswa berkomunikasi baik dengan

konsumen waktu menyerahkan hasil kerja /order

Hard skill

- Siwa menganalisis order - Siswa mengerjakan order:

a. proses mengerjakan dan b. hasil kerja - Siswa melakukan Quality Control Entrepreuneurship peserta didik sebelum dan sesudah model program pembelajaran ceramah praktikum dan alternatif.

Motivasi siswa peserta didik sebelum dan sesudah model program pembelajaran ceramah praktikum dan alternatif.

Persepsi tentang model pembelajaran ceramah praktikum dan model program pembelajaran alternatif.

Gambar

Tabel
Gambar 2.1 The Ice Berg Model ....................................................................................
Tabel 1.2.Daftar Nilai Siswa
Gambar 3.1. Desain Penelitian
+7

Referensi

Dokumen terkait

Pengaruh Kompetensi Guru dan Disiplin Belajar terhadap Prestasi Belajar Siswa Mata Pelajaran Ekonomi!. Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu |

Dari beberapa pengertian di atas, penulis mengambil kesimpulan bahwa kecerdasan spiritual adalah kecerdasan yang membangun manusia secara utuh untuk menghadapi dan

Pengaruh Manajemen Karir Terhadap Motivasi Berprestasi Karyawan Hotel Grand Royal Panghegar Bandung.. Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Dimana tulisan ini ditujukan kepada masyarakat untuk memberikan informasi mengenai bengkel mobil PT.ADI KENCANA MOTOR beserta produk-produk dan layanan yang ditawarkan.

PENGARUH DISIPLIN KERJA TERHADAP KINERJA PEGAWAI NEGERI SIPIL DI DINAS PENDIDIKAN PEMUDA DAN OLAHRAGA KABUPATEN PURWAKARTA.. Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu |

Tujuan penelitian kali ini adalah untuk mengetahui pengaruh dari tegangan sisa terhadap struktur mikro dan kekerasan pada baja rel R.54 - R.42 hasil las thermite. Kemudian

Sahabat MQ/ Harapan akan dukukuhkannya Majelis Ulama Indonesia sebagai lembaga yang berwenang memberikan sertifikasi jaminan produk halal melalu undang-undang/

Sahabat MQ/ Seiring dengan pelaksanaan program BLT ini/persoalan baru kini muncul berkaitan dengan program ini// Ketua Badan Pemeriksa Keuangan-BPK- Anwar Nasution