ANALISISITS (INDIRECT TENSILE STRENGTH)
CAMPURANAC (ASPHALT CONCRETE)YANG DIPADATKAN DENGAN APRS (ALAT PEMADATROLLER SLAB)
Naskah Publikasi
untuk memenuhi sebagian persyaratan mencapai derajat Sarjana S-1 Teknik Sipil
AGUNG PRASETYO NIM : D 100 070 031
PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
ANALISISITS (INDIRECT TENSILE STRENGTH)
CAMPURANAC (ASPHALT CONCRETE)YANG DIPADATKAN DENGAN APRS (ALAT PEMADATROLLER SLAB)
ABSTRAKSI
Proses pemadatan asphalt concrete di lapangan biasanya dilakukan dengan menggunakan alat tandem roller dan pneumatic roller yang prinsip kerjanya secara dinamis, yaitu dengan cara digilas, sedangkan proses pemadatan yang dilakukan di laboratorium masih menggunakanMarshall hammeryang prinsip kerjanya secara statis, yaitu ditumbuk secara vertikal. Alat Pemadat Roller Slab (APRS) yang telah dimanufaktur di Laboratorium Teknik Sipil UMS, didesain untuk menyesuaikan proses pemadatan yang ada di lapangan. Adapun penelitian ini bertujuan untuk mengetahui karakteristik kekuatan tarik tak langsung material campuran AC (Asphalt Concrete) menggunakan spesimen yang dipadatkan dengan alat pemadat Roller Slab dan untuk mengetahui pengaruh jumlah lintasan terhadap nilai kekuatan tarik tak langsung.
Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah metode experiment dengan melakukan variasi jumlah lintasan dengan kepadatan yang diinginkan. Penelitian ini menggunakan 18 buah benda uji yang dipadatkan menggunakanMarshall hummeruntuk mencari nilai kadar aspal optimum dengan 6 variasi kadar aspal yaitu: 4,5%; 5%; 5,5%; 6%; 6,5%; 7%; 7,5%; 8%; 8,5%; 9% (masing-masing variasi 3 sampel). Dari nilai kadar aspal optimum tersebut dibuatlah 3 sampel dengan nilai density 100%, 99%, dan 98% yang dipadatkan menggunakan Alat Pemadat Roller Slab (APRS) untuk mengetahui berapa jumlah lintasan dari pemadatan dengan Alat PemadatRoller Slab(APRS). Setelah didapat jumlah lintasan, sampel lalu diambil benda ujinya menggunakan alat core drill. Penelitian ini menggunakan 3 buah sampel (masing-masing sampel 2 buah benda uji). Setelah didapat benda uji, barulah ditest menggunakan alatIndirect Tensile Strenght(ITS) dengan suhu ruangan ± 25oC.
Berdasarkan hasil penelitian analisis ITS (Indirect Tensile Strenght) campuranAC (Asphalt Concrete)yang dipadatkan dengan Alat Pemadat Roller Slab (APRS) dapat disimpulkan bahwa, dengan nilai density marshall 100% diperoleh 55 jumlah lintasan, sedangkan nilai density marshall 99% diperoleh 40 jumlah lintasan dan nilai density marshall 98% diperoleh 25 jumlah lintasan, dari jumlah lintasan yang diperoleh dari 3 percobaan tersebut menunjukkan bahwa nilai kekuatan tarik tak langsung pada 55 lintasan sebesar 574,00 KPa, sedangkan pada 40 lintasan sebesar 464,42 KPa dan 25 lintasan sebesar 396,58 Kpa, dari hasil tersebut menunjukkan semakin banyak jumlah lintasan semakin besar pula nilai kekuatan tarik (tensile strenght).
PENDAHULUAN
Pada umumnya di lapangan, pada saat suatu kendaraan yang melintas di atas
suatu perkerasan jalan, perkerasan jalan tersebut akan mendapatkan gaya tekan
pada bagian atas dan akan mendapatkan gaya tarik pada bagian bawahnya, tapi
selama ini, pengujian yang dilakukan di laboratorium hampir selalu menggunakan
alat Marshall. Uji Marshall tersebut dimaksudkan untuk menentukan ketahanan
(stabilitas) dan kelelehan (flow) berdasarkan gaya tekan yang diberikan. Hal ini
berarti kekuatan material dipresentasikan dengan nilai Marshall Stability yaitu
kekuatan suatu campuran aspal dalam menerima gaya tekan. Untuk itu perlu
diketahui juga kemampuan material tersebut menerima gaya tarik yaitu dengan
menggunakan alatITS(Indirect Tensile Strength).
ITS(Indirect Tensile Strength) adalah suatu metode untuk mengetahui nilai
gaya tarik dari campuran aspal beton. Pengujian ini bertujuan untuk mengetahui
indikasi akan terjadinya retak di lapangan. Pengujian hampir sama dengan
pengujian Marshall, yang membedakan hanyalah pada pengujian kuat tarik tak
langsung tidak menggunakan cincin penguji namun menggunakan plat berbentuk
cekung dengan lebar 12,5 mm pada bagian penekanMarshall.
Berdasarkan penjelasan diatas, maka dapat dirumuskan beberapa rumusan
masalah bagaimanakah nilai kekuatan tarik tak langsung material campuran AC
(Asphalt Concrete) jika menggunakan spesimen yang dipadatkan dengan alat
pemadat Roller Slab. Dan pengaruh jumlah lintasan campuran AC (Asphalt
Concrete)terhadap nilai kekuatan tarik tak langsung
Untuk menghindari adanya perluasan pembahasan, maka dipakai batasan masalah
dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Penelitian dilakukan di Laboratorium Bahan Perkerasan Program Studi Teknik
Sipil Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah Surakarta.
2. Campuran aspal agregat yang digunakan adalah AC-WC (Asphalt
Concrete-Wearing Course).
3. CampuranAC (Asphalt Concrete)sesuai dengan spesifikasi Bina Marga 2010.
4. Aspal yang digunakan adalah aspal penetrasi 60/70 produksi PT. Pertamina
5. Agregat halus pasir berasal dari Kaliworo, Klaten
6. Agregat kasar berupa batu pecah berasal dari Kaliworo, Klaten
7. Suhu pencampuran aspal terendah adalah 160°C.
8. Variasi untuk menentukan kadar aspal optimum yaitu antara 4,5%, 5%, 5,5%,
6%, 6,5% dan 7% terhadap total berat agregat.
9. Alat pemadat yang digunakan adalahRoller Slab.
10. Suhu pemadatan campuran aspal agregat dengan alat pemadat Roller Slab
adalah 110oC
11. Alat yang digunakan untuk mengambil benda uji adalahCore Drill.
12. Alat penguji benda uji adalahITS (Indirect Tensile Strength)
13. Suhu benda uji untuk pengujianITS (Indirect Tensile Strength)adalah 25oC
14. Jumlah 3 sampel dengan 3 variasi lintasan
15. Satu sampel terdiri dari 2 benda uji
TINJAUAN PUSTAKA
Ashpalt Concrete merupakan salah satu jenis konstruksi perkerasan lentur
(flexible pavement) karena menggunakan aspal sebagai bahan pengikat antar
agregat. Gradasi agregat tersusun beberapa fraksi, yaitu fraksi kasar, fraksi halus,
danfiller.
Kenyataannya di lapangan, saat suatu perkerasan jalan menerima beban dari
arus lalu lintas yang melintas di atasnya material lapisan permukaan bagian atas
mendapatkan gaya tekan, sedangkan material bagian bawah mendapatkan gaya
tarik. Untuk itu perlu diketahui juga kemampuan material tersebut menerima gaya
tarik yaitu dengan menggunakan alatITS(Indirect Tensile Strength).
Beban roda kendaraan di atas struktur perkerasan menimbulkan gaya tekan
ke bawah. Beban roda berhenti atau bergerak memberikan gaya tekan sehingga
lapisan akan terjadi lendutan. Kalau lapisan melendut maka lapisan atas bagian
bawah menerima gaya tekan dan sebaliknya lapisan atas bagian bawah menerima
gaya tarik. Akibat gaya tarik yang terjadi pada lapisan bagian bawah
mengakibatkan retak. Retak terjadi dari bawah merambat ke atas. Inilah
METODE PENELITIAN
Untuk mendapatkan hasil dari penelitian ini, maka dibuat urutan kegiatan
mulai dari proses memperoleh data sampai dengan data tersebut berguna untuk
membuat suatu keputusan. Kegiatan ini menggunakan 7 tahapan pokok (seperti
terlihat pada bagan alir penelitian Gambar IV.1) untuk mencapai hasil yang
merupakan kesimpulan dari analisis Indirect Tensile Strenght (ITS) campuran
Asphalt Concrate (AC)yang dipadatkan dengan alat pemadatRoller Slab(APRS)
Adapun langkah penelitian sebagai berikut:
Proses penelitian ini dilaksanakan dalam delapan tahap, yaitu:
Tahap I: persiapan alat dan bahan
Tahap II: Pemeriksaan mutu bahan yang meliputi mutu aspal (penetrasi, titik
lembek, daktilitas dan berat jenis aspal) dan mutu agregat
(pemeriksaan keausan, pemeriksaan berat jenis agregat kasar dan
agregat halus, pemeriksaan kelekatan agregat terhadap aspal)
hingga masuk spesifikasi
Tahap III: Pembuatan benda uji menggunakan alatMarshall Hummerdengan
variasi kadar aspal 4,5% ; 5% ; 5,5% ; 6% ; 6,5% ; 7%
Tahap IV: Pengujian benda uji dengan Marshall Test hingga diperoleh kadar
aspal optimum
Tahap V: Pembuatan sampel menggunakan kadar aspal optimum dengan
Alat Pemadat Roller Slab (APRS) sebanyak 3 buah dengan 3
variasi jumlah lintasan. masing-masing sampel sebanyak 2 benda
uji
Tahap VI: Pengambilan data kemudian didapatkan nilai Void in mineral
aggregat (VMA), Void In Compacted Mixture (VIM), Voids Filled
with Bitumen (VFWA), Kepadatannya (Density) dan Pengujian
Indirect Tensile Strenght ( ITS )dengan suhu 25oC
HASIL PENELITIAN
Pengujian kualitas material dalam campuran aspal panas ini terdiri dari
material agregat dan aspal.
1. Pemeriksaan Agregat Kasar
Tabel V.1 Hasil Pemeriksaan Karakteristik Agregat Kasar.
No Jenis Pemeriksaan Hasil Spesifikasi Keterangan
1. Abrasi 38,84 % Max. 40% Memenuhi
2. Kelekatan terhadap aspal 98% Min. 95% Memenuhi 3. Berat JenisBulk 2,67 gr/cc > 2,50 Memenuhi
4. Berat JenisSSD 2,74gr/cc - Memenuhi
5 Berat Jenis semu 2,89 gr/cc - Memenuhi
6 Penyerapan air 2,81% < 3 Memenuhi
Sumber : Spesifikasi Umum Bina Marga 2010 dan Hasil Penelitian 2. Pemeriksaan Agregat Halus
Tabel V.2 Hasil Pemeriksaan Karakteristik Agregat Halus.
No Jenis Pemeriksaan Hasil Spesifikasi Keterangan
1. Berat JenisBulk 2,19gr/cc -
-2. Berat JenisSSD 2,25gr/cc -
-3. Berat Jenis semu 2,34gr/cc -
-4. Penyerapan air 2,88% < 3% memenuhi
5 Sand Equivalent 56,61% > 50% memenuhi
Sumber : Spesifikasi Umum Bina Marga 2010 dan Hasil Penelitian 3. Pemeriksaan Aspal
Tabel V.3 Hasil Pemeriksaan Karakteristik Aspal.
No Jenis Pemeriksaan Hasil Spesifikasi Keterangan
1. Penetrasi 75.2 60-70 memenuhi
2. Titik lembek 48°C ≥. 48°C memenuhi
3. Daktilitas 25°C 1500 mm ≥100 memenuhi
4. Berat Jenis 1,02 gr ≥1,0 memenuhi
Sumber : Spesifikasi Umum Bina Marga 2010 dan Hasil Penelitian
Proses pengujian Marshall dapat dilakukan setelah seluruh persyaratan
material, berat jenis, penyerapan aspal dan perkiraan kadar aspal rencana telah
terpenuhi. Diperlukan juga tabel angka koreksi dan kalibrasi pada alat uji tekan
Marshall dalam perhitungan stabilitas Marshall setelah disesuaikan dari lbf
menjadi kilogram. Sedangkan hasil pengujiannya dapat dilihat pada Tabel V.4 di
Tabel V.4 Hasil PengujianMarshallpada Kadar Aspal Optimum.
SifatMarshall Satuan Kadar Aspal ( % )
4,5 5 5,5 6 6,5 7
Density gr/cc 2,12 2,15 2,16 2,19 2,19 2,21
Stability kg 1945,59 1401.63 435.76 1676.25 1541.55 1601,75
Flow mm 3,40 3,64 3.30 3,19 3,33 4,22
Marshall Quotient kg/mm 574,26 385.37 435.76 532.17 463.87 388,41
VMA ( % ) 18.69 18,14 17,98 17.36 17,93 17,43
VIM ( % ) 9,48 7,81 6,57 4,77 4,35 2,67
VFWA ( % ) 48.01 55,31 61,54 70.01 73,04 81,35
Sumber : Hasil Penelitian
Tabel V.5 PropertisMarshallpada Kadar Aspal Optimum.
No. PropertisMarshallpada kadar aspal optimum
1 Density gr/cm3 2,190
2 Stability kg 1366,90
3 Flow mm 3,45
4 Marshall Quotient kg/mm 396,20
5 VMA % 17,67
6 VIM % 4,43
7 VFWA % 72,23
(Sumber : Hasil penelitian)
Nilai kepadatan 100% = 2,190 gr/cm3
Dari 3 percobaan material campuranACyang dipadatkan dengan APRS.
Hasil selengkapnya dapat dilihat pada Tabel V.6. berikut ini:
Tabel V.6 Hasil Data Pemadatan dengan Alat PemadatRoller Slab
Percobaan Kepadatan lintasan Beban bandul Total beban gandar
1 100 % 55 40 kg 502 kg
2 99 % 40 40 kg 502 kg
3 98 % 25 40 kg 502 kg
(Sumber : Hasil penelitian)
Gambar V.1. benda ujiITS
Nilai jumlah lintasan diperoleh dari hasil perbandingan antara volume
loyang APRS dengan volume mold marshall, setelah didapat nilai kepadatan dari
hasil pemadatan dengan marshall hammer yaitu 2,190 gr/cm3, setelah itu nilai
kepadatan 2,190 gr/cm3dikalikan dengan volume loyang APRS (30x30x6,8)cm
akan didapat nilai jumlah campuran agregat aspal, nah setelah didapat nilai jumlah
campuran agregat aspal, dimasukkan kedalam Loyang APRS. setelah itu baru
dipadatkan dengan APRS lalu hitung berapa jumlah lintasan yang didapat sampai
campuran agregat aspal sama dengan ketinggian Loyang APRS yaitu 6,8 cm.
1. Karakteristik CampuranAC(Ashpalt Concrete)
Karakteristik CampuranAC(Ashpalt Concrete) yaitu nilaiDensity, VMA,
VFWA,danVITM. Hasil selengkapnya dapat dilihat pada Tabel berikut ini: 30 cm
30 cm
A B
30 cm
30 cm
A B
30 cm
30 cm
A B
Tabel V.7 Karakteristik CampuranAC(Ashpalt Concrete)pada 55 lintasan
No. Karakteristik Benda uji
A B Rata-rata
1 Density(gr/cc) 2.224 2.218 2,221
2 VMA(%) 16.331 16.551 16,441
3 VFWA(%) 79.425 78.163 78,794
4 VITM(%) 2.874 3.130 3,002
(Sumber : Hasil penelitian)
Tabel V.8 Karakteristik CampuranAC(Ashpalt Concrete)pada 40 lintasan
No. Karakteristik Benda uji
A B Rata-rata
1 Density(gr/cc) 2.192 2.201 2,197
2 VMA(%) 17.530 17.188 17,359
3 VFWA(%) 72.930 74.691 73,810
4 VITM(%) 4.267 3.869 4,068
(Sumber : Hasil penelitian)
Tabel V.9 Karakteristik CampuranAC(Ashpalt Concrete)pada 25 lintasan
No. Karakteristik Benda uji
A B Rata-rata
1 Density(gr/cc) 2.181 2.163 2,172
2 VMA(%) 17.933 18.642 18,287
3 VFWA(%) 70.942 67.657 69,299
4 VITM(%) 4.735 5.557 10,292
(Sumber : Hasil penelitian)
Tabel V.10 Karakteristik CampuranAC(Ashpalt Concrete)pada 25 lintasan
Percobaan Kepadatan (density)
Kadar aspal (%)
Nilai density(gr/cm3) dipadatakan dengan
2. ITS(Indirect Tensile Strenght)
Hasil pemeriksaan benda uji dengan alat uji ITS (Indirect Tensile
Strength) dengan pengujian suhu ruangan diperkirakan sekitar ± 25oC di
laboratorium dapat dilihat pada Tabel V.11 di bawah ini.
Tabel V.11 NilaiITS
Percobaan Kepadatan Jumlah lintasan
ITS(KPa)
A B Rata-rata
1 100% 55 574,001 574,001 574,001
2 99% 40 448,765 480,074 464,419
3 98% 25 375,710 417,456 396,583
(Sumber : Hasil penelitian)
3. Pengaruh Jumlah Lintasan terhadap Nilai Kekuatan Tarik (Tensile Strenght)
Hasil pemeriksaan terhadap benda uji dengan alat ujiITS(Indirect Tensile
Strength) dilaboratorium diperoleh nilai kekuatan tarik pada campuran AC.
Untuk lebih jelasnya lihat pada Gambar V.2. di bawah ini
Gambar V.2 Hubungan antara jumlah lintasan dengan nilaiITS
Gambar V.3 menunjukkan bahwa jumlah lintasan terhadap nilaiITS sangat
berpengaruh terhadap nilai ITS yang dihasilkan. Semakin banyak lintasan yang
digunakan, maka semakin besar pula nilai ITS campuran AC (Asphalt Concrete)
yang didapat. Hal ini disebabkan karena semakin banyak lintasan maka beban
yang diterima benda uji secara terus menerus mengakibatkan kenaikan tegangan
(stress σ) Pa (Pascal), yang menyebabkan lendutan serta diikuti pula dengan
Grafik hubungan antara lintasan dengan nilai ITS
Benda Uji A
kenaikan regangan (strain ε), yang dapat mengakibatkan kerusakan retak sampai
tegangan maksimum. secara otomatis kalau nilai tegangan tinggi maka nilai ITS
semakin tinggi pula. Pada saat terjadi tegangan maksimum disitulah didapat nilai
maksimumITS.
4. Pengaruh Karakteristik Campuran AC (Ashpalt Concrete) terhadap nilai ITS
(Indirect Tensile Strenght)
a) Pengaruhdensityterhadap nilaiITS(Indirect Tensile Strenght)
Untuk hasil selengkapnya dari 3 percobaan yang dilakukan, pengaruh
densityterhadap nilaiITSdapat dilihat pada Gambar V.3. di bawah ini.
Gambar V.3. hubungan antaradensitydenganITS
Gambar V.3 menunjukkan bahwa semakin besar nilaidensityyang didapat, maka semakin besar pula nilaiITS. Nilaidensityberbanding lurus dengan nilaiITS. Hal ini disebabkan karena semakin banyak lintasan maka beban yang diterima benda uji secara terus menerus mengakibatkan kenaikan tegangan (stress σ) Pa
(Pascal), secara otomatis kalau nilai tegangan tinggi maka nilaiITSsemakin tinggi pula. Begitpula dengan nilaidensityjika semakin banyak lintasan yang digunakan, maka nilai density yang didapat semakin tinggi pula Hal ini disebabkan karena benda uji akan mengalami deformasi, sehingga benda uji akan terjadi perubahan volume lebih kecil daripada volume awal benda uji, dengan berat yang tetap. Sehingga mengakibatkan nilai density menjadi tinggi,
b) PengaruhVITM terhadap nilaiITS (Indirect Tensile Strenght)
Dari 3 percobaan yang dilakukan, pengaruhVITMterhadap nilaiITSdapat dilihat pada Gambar V.4. di bawah ini.
Gambar V.4. Hubungan antaraVITMdenganITS
Gambar V.4 menunjukkan bahwa nilai VITM berbanding terbalik dengan nilai ITS. Semakin kecil nilai VITM maka semakin besar pula nilai ITS.Hal ini disebabkan karena jumlah lintasan yang digunakan, semakin banyak lintasan yang digunakan maka nilaiVITMsemakin kecil,
c) PengaruhVMAterhadap nilaiITS (Indirect Tensile Strenght)
Dari 3 percobaan yang dilakukan, pengaruhVMAterhadap nilaiITSdapat dilihat pada Gambar V.5. di bawah ini.
Gambar V.5. Hubungan antaraVMAdenganITS 0
0.00 1.00 2.00 3.00 4.00 5.00 6.00
IT
16.00 16.50 17.00 17.50 18.00 18.50
Gambar V.5. menunjukkan bahwa nilai VMA berbanding terbalik dengan nilai ITS. Semakin kecil nilai VMA maka semakin besar pula nilai ITS. Hal ini mirip seperti terjadinya nilaiVITM, cumanVMAyaitu pori yang ada diantara butir agregat didalam campuran aspal panas yang sudah dipadatkan termasuk ruang yang terisi aspal. VMA digunakan sebagai ruang untuk menampung aspal dan rongga udara yang diperlukan dalam campuran beraspal panas, besarnya nilai VMA dipengaruhi oleh kadar aspal, gradasi bahan susun, jumlah tumbukan dan temperatur pemadatan.
d) PengaruhVFWAterhadap nilaiITS (Indirect Tensile Strenght)
Dari 3 percobaan yang dilakukan, pengaruhVFWAterhadap nilaiITSdapat dilihat pada Gambar V.6. di bawah
Gambar V.6. Hubungan antaraVFWAdenganITS
Gambar V.6. menunjukkan bahwa semakin besar nilai VFWAyang
didapat, maka semakin besar pula nilai ITS. Hal ini menunjukkan bahwa
nilai VFWA berbanding lurus dengan nilai ITS. VFWA (Void Filled with
Asphalt) adalah volume rongga yang dapat terisi oleh aspal. VFWA juga
bagian dari VMA yang terisi oleh aspal tetapi tidak termasuk aspal yang
terabsorbsi oleh masing-masing butir agregat. Nilai Void Filled With
Asphalt (VFWA) yang tinggi ini disebabkan mungkin karena tingginya
suhu pemadatan yaitu sebesar 110oC 0
68.00 70.00 72.00 74.00 76.00 78.00 80.00
KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan
Dari penelitian mengenai analisis kekuatan tarik material campuran AC
(Ashpalt Concrete) menggunakan sistem pengujianIndirect Tensile Strenght,
maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut :
1. Nilai kekuatan tarik tak langsung yang dipadatkan dengan menggunakan APRS adalah sebesar 574,001 KPa dengan 55 jumlah lintasan, sedanngkan nilai kekuatan tarik dengan jumlah lintasan sebanyak 40 jumlah lintasan adalah sebesar 464,419 KPa. Dan untuk nilai kekuatan tarik dengan jumlah lintasan sebanyak 25 jumlah lintasan adalah sebesar 396,583 KPa.
2. Nilai kekuatan tarik tak langsung material campuran AC (Ashpalt Concrete) cenderung tinggi ketika jumlah lintasan yang digunakan banyak. Hal ini menunjukkan nilai kekuatan tarik (tensile strenght) berbanding lurus dengan banyaknya jumlah lintasan.
B. Saran
1. AlatITSyang digunakan merupakan alat yang di kombinasikan dengan alatMarshall yang sudah ada di laboratorium Universitas Muhammadiyah Surakarta, dan disesuaikan dengan persyaratan ukuran yang tepat untuk bidang muatan dari British Standart. Meskipun begitu pasti masih ada data yang kurang valid karena keterbatasan alatnya.Diharapkan pengadaan alat ITS yang standart untuk penelitian yang selanjutnya demi ketelitian dan kevalidan data.
2. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut tentang berat benda uji dalam air karena setelah dikaji ulang, pada waktu perendaman selama 24 jam ternyata masih ada gelembung udara yang dihasilkan pada saat diperiksa menggunakan vacum/alat hampa udara. Banyaknya udara juga akan mempengaruhi berat di dalam air.
DAFTAR PUSTAKA
Aris, 2010, Alat Pemadat Roller Slab (APRS), Tugas Akhir, Program Studi
Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Muhammadiyah Surakarta.
British Standart, 2003, Bituminous Mixtures-Test Methods For Hot Mix
Asphalt-Part 23: Determination of The Indirect Tensile Strength of Bituminous
Specimens,BS EN 12697-23:2003, BSi-Europe.
Colifah, 2010, Analisis Korelasi antara Marshall Stability dan ITS (Indirect
Tensile Strength) pada Campuran Panas Beton Aspal, Tugas Akhir,
Program Studi Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Muhammadiyah
Surakarta.
Mujiono, 2011, Analisis Kekuatan Tarik Material Campuran HRS-B (Hot Rolled
Sheet) Menggunakan Sistem Pengujian Indirect Tensile Strength, Tugas
Akhir, Program Studi Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas
Muhammadiyah Surakarta.
Sukirman, S, 1992,Perkerasan Lentur Jalan Raya, Bandung.
Sukirman, S, 2003,Beton Aspal Campuran Panas, Jakarta.
Utama, 2006 Karakteristiki Asphalt Concrete dengan Inderect Tensile Strength
Test,Surakarta.
Wijayanti, Erni, 2012, Pengaruh Temperatur Pekerasan Terhadap Karakteristik
AC-SC Menggunakan Spesifikasi Bina Marga 2010, Proposal Tugas
Akhir, Program Studi Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas
Muhammadiyah Surakarta.
BIBLIOGRAFI
Departemen Pekerjaan Umum, 1987,Petunjuk Pelaksanaan Lapis Tipis Beton
Aspal (Lataston) untuk jaln dan jembatan,Directorat Jendral Bina Marga,
Jakarta.
Departemen Pekerjaan Umum, 2010,Spesifikasi Umum,Directorat Jendral Bina