• Tidak ada hasil yang ditemukan

NORMA SOSIAL DAN EFIKASI DIRI PENGARUHNYA TERHADAP PERILAKU SOPAN SANTUN PESERTA DIDIK.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "NORMA SOSIAL DAN EFIKASI DIRI PENGARUHNYA TERHADAP PERILAKU SOPAN SANTUN PESERTA DIDIK."

Copied!
57
0
0

Teks penuh

(1)

NORMA SOSIAL DAN EFIKASI DIRI PENGARUHNYA TERHADAP PERILAKU SOPAN SANTUN PESERTA DIDIK

(Survei pada SMP Negeri di Kabupaten Bekasi)

TESIS

Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat untuk Memperoleh Gelar Magister Pendidikan Program Studi Pendidikan IPS

Oleh

Suprihantono 1204768

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL SEKOLAH PASCASARJANA

(2)

Norma Sosial Dan Efikasi Diri Pengaruhynya Terhadap Perilaku Sopan Santun Peserta Didik

(Survei pada SMP Negeri di Kabupaten Bekasi)

Oleh

Suprihantono

S.Pd IKIP Muhammadiyah Purworejo, 1997

Sebuah Tesis yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Magister Pendidikan (M.Pd.) pada Fakultas Pendidikan IPS

© Suprihantono 2014

Universitas Pendidikan Indonesia

Februari 2014

Hak Cipta dilindungi undang-undang.

Tesis ini tidak boleh diperbanyak seluruhya atau sebagian,

(3)

LEMBAR PENGESAHAN

DISETUJUI DAN DISAHKAN OLEH

PEMBIMBING :

Pembimbing I

Prof. Dr. R. Gurniwan Kamil Pasya, M.Si NIP. 19610323 198603 1002

Pembimbing II

Dr. Hj. Epon Ningrum, M.Pd NIP. 19620304 198704 2001

Mengetahui

Ketua Program Studi Ilmu Pengetahuan Sosial

(4)

iii

Suprihantono, 2014

Norma sosial dan efikasi diri pengaruhnya terhadap perilaku sopan santun peserta didik :survei pada SMP Negeri di Kabupaten Bekasi

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

NORMA SOSIAL DAN EFIKASI DIRI PENGARUHNYA TERHADAP PERILAKU SOPAN SANTUN PESERTA DIDIK

(Survei pada SMP Negeri di Kabupaten Bekasi)

Oleh : Suprihantono NIM : 1204768

ABSTRAK

Peserta didik tingkat sekolah menengah pertama (SMP) merupakan masa perkembangan kognitif yang sudah memasuki tahap operasional formal yang bernalar secara abstrak, idealis, logis, serta peka terhadap rasa sosial yang tinggi, sehingga kepribadian harus dikembangkan sepenuhnya melalui efikasi diri dan harus sadar terhadap norma sosial. Sebagai makhluk sosial maka interaksi dengan orang lain pasti terjadi yang tidak lepas dari rasa menghargai orang lain melalui perilaku sopan santun. Penelitian ini berangkat dari pengamatan terhadap peserta didik tingkat SMP yang menunjukkan perilaku kurang sopan santun baik terhadap diri sendiri maupun orang lain. Penelitian ini bertujuan mengungkap pengaruh dan kontribusi norma sosial dan efikasi diri terhadap perilaku sopan santun peserta didik. Metode penelitan yang digunakan adalah survei dengan teknik pengumpulan data melalui instrumen dalam bentuk angket yang disebarkan kepada 246 peserta didik kelas sembilan sebagai sampel dari tujuh sekolah menengah tingkat pertama (SMP) dengan populasi 77 SMP negeri di Kabupaten Bekasi dan jumlah peserta didik sebanyak 22.021. Hasil penelitian menunjukkan norma sosial sudah berjalan cukup baik dengan rata-rata 74,40%, dan efikasi diri yang dimiliki peserta didik cukup baik dengan rata-rata sebesar 72,39%. Hubungan norma sosial dengan perilaku sopan santun tergolong kuat dengan kontribusi sebesar 58,52%, adapun hubungan efikasi diri dengan perilaku sopan santun peserta didik tergolong cukup kuat dengan kontribusi sebesar 28,26%. Hubungan norma sosial dan efikasi diri secara bersama-sama dengan perilaku sopan santun peserta didik tergolong kuat, dengan kontribusi sebesar 60,80%. Berdasarkan temuan ini, diharapkan kepada pihak sekolah untuk tetap menjaga dan mengintensifkan sosialisasi norma sosial kepada peserta didik baik melalui kegiatan belajar mengajar, pemberlakuan norma sosial secara ketat di lingkungan sekolah, maupun bekerja sama dengan pihak masyarakat. Perilaku sopan santun juga tidak lepas dari efikasi diri yang dimiliki peserta didik, dimana efikasi diri dapat dibentuk melalui contoh teladan yang dilakukan oleh pendidik sehingga keyakinan diri peserta didik akan semakin baik.

(5)

iv

Suprihantono, 2014

Norma sosial dan efikasi diri pengaruhnya terhadap perilaku sopan santun peserta didik :survei pada SMP Negeri di Kabupaten Bekasi

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

SOCIAL NORMS AND SELF-EFFICAY ITS EFFECT ON BEHAVIOR OF LEARNERS MANNER

(Survey on Junior High School in Bekasi) By: Suprihantono

NIM : 1204768 ABSTRACT

Learners junior high school (SMP) is a period of cognitive development that has entered the stage of formal operational reasoning in the abstract, idealistic, logical, and sensitive to the high social sense, so it should be fully developed personality through self-efficacy and should be aware of the social norms . As social beings that interaction with others is definitely going on that can not be separated from respect for others through behavioral manners. This study departs from the observation of junior high students who lack manners showed good behavior towards oneself and others. This study aims to reveal the influence and contribution of social norms and self-efficacy on behavior of learners manners. Research method used was a survey with data collection techniques through instrument in the form of a questionnaire distributed to 246 ninth grade students as a sample of seven junior high school (SMP) with a population of 77 junior high school in Bekasi and number as many as 22 021 learners. The results showed social norms has been running quite well with an average 74.40%, and self-efficacy possessed good enough learners with an average of 72.39%. Relationship with the social norms of behavior manners relatively strong with a contribution of 58.52%, while the self-efficacy relationships with learners manners of behavior is quite strong with a contribution of 28.26%. The relationship of social norms and self-efficacy together with behavioral manners relatively strong learners, with a contribution of 60.80%. Based on these findings, it is expected the school to maintain and intensify the dissemination of social norms to students through teaching and learning activities, strict enforcement of social norms in the school environment, and working together with the community.Behavior manners also not free of self-efficacy possessed learners, which self-efficacy can be established through exemplary conducted by educators so that confidence will be better learners.

(6)

Suprihantono, 2014

Norma sosial dan efikasi diri pengaruhnya terhadap perilaku sopan santun peserta didik :survei pada smp negeri di kabupaten bekasi

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

vii

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Allah SWT karena berkat rahmat

dan hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan Tesis ini dengan judul “Norma

Sosial dan Efikasi Diri Pengaruhnya Terhadap Perilaku Sopan Santun Peserta Didik (Survei Pada SMP Negeri di Kabupaten Bekasi)”. Tesis ini merupakan salah satu persyaratan dalam menempuh dan untuk menyelesaikan pendidikan

pada Program Studi Magister Ilmu Pengetahuan Sosial, Universitas Pendidikan

Indonesia.

Penulis menyadari dalam penyusunan tesis banyak pihak yang telah

membantu. Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada :

1. Rahmat, S.Ag, MM selaku Kepala Sekolah SMP Negeri 4 Cibitung yang

telah memberikan ijin kepada penulis untuk mengikuti pendidikan pada

Program Studi Magister Ilmu Pengetahuan Sosial Universitas Pendidikan

Indonesia.

2. Prof. Dr. H. Bunyamin Maftuh, M.Pd, MA selaku Ketua Program Studi

Magister Ilmu Pengetahuan Sosial Universitas Pendidikan Indonesia.

3. Prof. Dr. R. Gurniwan Kamil Pasya, M.Si selaku dosem Pembimbing Utama.

4. Dr. Hj. Epon Ningrum, M.Pd selaku dosen Pembimbing Pendamping.

5. Seluruh pengajar dan staf pengelola Program Studi Magister Ilmu

Pengetahuan Sosial, Universitas Pendidikan Indonesia.

6. Teman-teman seperjuangan mahasiswa IPS kelas P2TK.

7. Orang tua, istriku Dedeh Sumiarsih, dan anak-anak Bita dan Haidar yang

(7)

Suprihantono, 2014

Norma sosial dan efikasi diri pengaruhnya terhadap perilaku sopan santun peserta didik :survei pada smp negeri di kabupaten bekasi

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

viii

8. Para Kepala Sekolah tempat penulis melakukan penelitian yang tidak dapat

penulis sebutkan satu per satu.

9. Semua pihak yang telah ikut membantu dalam menyelesaikan penelitian dan

penyusunan tesis ini yang tidak dapat disebutkan satu per satu.

Penulis menyadari bahwa penelitian ini masih banyak kekurangan dan

jauh dari sempurna, untuk itu kritik dan saran yang bersifat membangun dari

pembaca sangat penulis harapkan.

Keseluruhan yang berkaitan dengan penyusunan tesis yang menyangkut

materi atau isi penulisan tesis dan lain-lain menjadi tanggung jawab penulis

sebagaimana tertuang dalam lembaran pernyataan. Semoga penelitian ini dapat

bermanfaat bagi penulis khususnya dan pembaca umumnya.

Bandung, Pebruari 2014

Penulis,

(8)

Suprihantono, 2014

Norma sosial dan efikasi diri pengaruhnya terhadap perilaku sopan santun peserta didik :survei pada smp negeri di kabupaten bekasi

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

ix

DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN ... i

PERNYATAAN ... ii

ABSTRAK ... iii

KATA PENGANTAR ... v

DAFTAR ISI ... vii

DAFTAR TABEL ... ix

DAFTAR GAMBAR ... x

DAFTAR LAMPIRAN ... xi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Identifikasi dan Perumusan Masalah ... 13

C. Tujuan Penelitian ... 14

D. Manfaat Penelitian ... 14

E. Struktur Organisasi Tesis ... 15

BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Pembelajaran Pendidikan IPS ... 16

B. Norma Sosial ... 21

C. Efikasi Diri ... 28

D. Perilaku Sopan Santun ... 32

E. Pengaruh Norma Sosial dan Efikasi Diri terhadap Perilaku Sopan Santun Peserta Didik ... 39

F. Penelitian Terdahulu ... 43

G. Kerangka Pemikiran ... 44

H. Hipotesis Penelitian ... 46

(9)

Suprihantono, 2014

Norma sosial dan efikasi diri pengaruhnya terhadap perilaku sopan santun peserta didik :survei pada smp negeri di kabupaten bekasi

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

x

B. Populasi dan Sampel Penelitian ... 49

C. Variabel dan Definisi Operasional ... 53

D. Teknik Pengumpulan Data ... 56

E. Teknik Analisis Data ... 57

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Data Penelitian ... 67

B. Analisis Data ... 76

C. Pembahasan ... 92

BAB V SIMPULAN dan REKOMENDASI A. Simpulan ... 101

B. Rekomendasi ... 102

DAFTAR PUSTAKA ... 104

(10)

Suprihantono, 2014

Norma sosial dan efikasi diri pengaruhnya terhadap perilaku sopan santun peserta didik :survei pada smp negeri di kabupaten bekasi

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

xi DAFTAR TABEL

Tabel

1.1 Beberapa Perilaku Peserta Didik Melanggar Norma Sosial ... 8

3.1 Populasi Penelitian ... 50

3.2 Sampel Penelitian ... 53

3.3 Pengembangan Kisi-kisi Instrumen Penelitian ... 55

3.4 Hasil Pengujian Validitas Variabel Norma Sosial (X₁) ... 58

3.5 Hasil Pengujian Validitas Variabel Efikasi Diri (X

) ... 59

3.6 Hasil Pengujian Validitas Variabel Perilaku Sopan Santun Peserta Didik (Y) ... 60

3.7 Interpretasi Koefisien Korelasi Nilai r ... 64

4.1 Norma Sosial ... 68

4.2 Deskripsi Variabel Norma Sosial ... 69

4.3 Efikasi Diri ... 71

4.4 Deskripsi Variabel Efikasi Diri ... 72

4.5 Perilaku Sopan Santun Peserta Didik ... 74

4.6 Deskripsi Variabel Perilaku Sopan Santun Peserta Didik ... 75

4.7 Hasil Uji Normalitas Norma Sosial dengan Kolmogorov – Smirnov ... 77

4.8 Hasil Uji Normalitas Efikasi Diri dengan Kolmogorov – Smirnov ... 77

4.9 Hasil Uji Normalitas Perilaku Sopan Santun Peserta Didik dengan Kolmogorov – Smirnov ... 78

4.10 Koefisien Korelasi antar Variabel ... 79

4.11 Hasil Analisis Linier Sederhana X₁ terhadap Y ... 81

4.12 Hasil Analisis Pengujian Kelinieran dengan Regresi Linier sederhana X₁ terhadap Y ... 82

4.13 Hasil Analisis Linier Sederhana X₂ terhadap Y ... 85

4.14 Hasil Analisis Pengujian Kelinieran dengan Regresi Linier sederhana X₂ terhadap Y ... 86

(11)

Suprihantono, 2014

Norma sosial dan efikasi diri pengaruhnya terhadap perilaku sopan santun peserta didik :survei pada smp negeri di kabupaten bekasi

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

xii 4.16 Hasil Analisisi Linier Ganda ... 89 4.17 Hasil Analisis Pengujian Kelinieran dengan Regeresi Linier

(12)

1 Suprihantono, 2014

Norma sosial dan efikasi diri pengaruhnya terhadap perilaku sopan santun peserta didik :survei pada smp negeri di kabupaten bekasi

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Penelitian

Manusia terlahir sebagai makhluk sosial yang saling membutuhkan. Karena sebagai makhluk sosial maka dalam hidupnya akan terjadi hubungan sosial atau interaksi sosial. Interaksi sosial merupakan bentuk umum dari proses-proses sosial, hal ini karena suatu interaksi sosial menjadi persyaratan utama terjadinya aktivitas-aktivitas sosial. Interaksi sosial adalah proses hubungan sosial yang bersifat dinamis antara individu dengan individu, individu dengan kelompok atau kelompok dengan kelompok yang lain dan terjadi di lingkungan masyarakat. Terjadinya interaksi sosial dapat mengakibatkan manusia belajar dari orang lain. Kegiatan belajar terjadi pada semua orang dan berlangsung seumur hidup. Salah satu tanda bahwa seseorang sudah belajar adalah adanya perubahan tingkah laku dalam dirinya. Perubahan ini bisa dalam bentuk pengetahuan (kognitif), keterampilan (psikomotor), dan sikap (afektif).

Belajar adalah proses multisegi yang biasanya dianggap sesuatu yang biasa saja oleh individu sampai mereka mengalami kesulitan saat menghadapi tugas yang kompleks. Akan tetapi kapasitas belajar adalah karakteristik yang membedakan manusia dari makhluk lainnya. Menurut Goldberg (dalam Gredler, 2011:2) bahwa hanya manusia yang memiliki otak yang berkembang baik untuk digunakan melakukan tindakan yang memiliki tujuan. Karena manusia memiliki otak yang bekembang baik, maka belajar sangat diperlukan sehingga seseorang dapat membedakan tujuan hidup mana yang baik dan mana yang buruk.

(13)

Suprihantono, 2014

Norma sosial dan efikasi diri pengaruhnya terhadap perilaku sopan santun peserta didik :survei pada smp negeri di kabupaten bekasi

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

2 seseorang. Kedua, belajar adalah penting bagi masyarakat. Salah satu tujuannya seperti yang dicatat oleh Vygotski (1924/1979) adalah mempelajari tentang nilai, bahasa, dan perkembangan kultur-pengalaman yang diwariskan.

Menurut W.H. Burton (dalam Siregar dan Nara, 2010:4) mengemukakan bahwa belajar adalah proses perubahan tingkah laku pada diri individu karena adanya interaksi antara individu dengan individu dan individu dengan lingkungannya sehingga mereka lebih mampu berinteraksi dengan lingkungannya. Lebih lanjut menurut Gagne (dalam Siregar dan Nara, 2010:4) dikemukakan bahwa ”learning is relatively permanent change in behavior that result from past experience or purposeful instruction”. Belajar adalah suatu perubahan perilaku yang relatif menetap yang dihasilkan dari pengalaman masa lalu ataupun dari pembelajaran yang bertujuan/direncanakan . Pengalaman diperoleh individu dalam interaksinya dengan lingkungan, baik yang tidak direncanakan maupun yang direncanakan, sehingga menghasilkan perubahan yang bersifat relatif menetap.

Belajar merupakan perubahan tingkah laku manusia dari hasil pengalaman yang diperolehnya. Perilaku adalah suatu kegiatan aktivitas organisme yang bersangkutan. Menurut Notoatmodjo (2012:131) perilaku manusia pada hakikatnya adalah tindakan atau aktivitas dari manusia itu sendiri yang mempunyai bentangan yang sangat luas, antara lain berjalan, berbicara, menangis, tertawa, bekerja, kuliah, menulis, membaca dan sebagainya. Sedangkan menurut Skinner (dalam Notoatmodjo, 2012:131) bahwa perilaku merupakan respons atau reaksi seseorang terhadap stimulus (rangsangan dari luar). Lebih lanjut Green (dalam Notoatmodjo, 2012:194) manganalisis perilaku manusia dari tingkat kesehatan, bahwa kesehatan seseorang dipengaruhi oleh dua faktor pokok, yaitu faktor perilaku dan faktor di luar perilaku. Selanjutnya perilaku itu sendiri ditentukan atau terbentuk dari tiga faktor yaitu :

(14)

Suprihantono, 2014

Norma sosial dan efikasi diri pengaruhnya terhadap perilaku sopan santun peserta didik :survei pada smp negeri di kabupaten bekasi

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

3 sarana-sarana kesehatan, misalnya puskesmas, obat-obatan, alat-alat kontrasepsi, jamban, dan sebagainya.

c. faktor-faktor pendorong (reinforcing factors) yang terwujud dalam sikap dan perilaku petugas keshatan atau petugas lain yang merupakan kelompok referensi dari perilaku masyarakat.

Perubahan tingkah laku tidak hanya dalam bentuk pengetahuan (kognitif) semata tetapi juga perubahan dalam hal perilaku keseharian seseorang terhadap lingkungannya. Perubahan perilaku yang diharapkan adalah perilaku yang tadinya tidak baik menjadi perilaku yang baik sehingga keberadaan dirinya dapat diterima oleh masyarakat. Perilaku yang baik seperti sopan santun, baik dalam hal berpakaian, ucapan atau tutur kata terhadap orang lain, perbuatan dan bertingkah laku dalam bermasyarakat. Hal ini perlu karena sopan santun merupakan unsur penting dalam kehidupan bersosialisasi sehari-hari seseorang, dengan sopan santun orang dapat dihargai dan disenangi dalam keberadaannya sebagai makhluk sosial dimanapun ia berada. Selain itu juga sopan santun merupakan cerminan kepribadian seseorang. Orang yang mempunyai sopan santun dengan baik, maka kemungkinan besar ia mempunyai kepribadian yang baik, dan sebaliknya orang yang sopan santunnya kurang kemungkinan besar ia mempunyai kepribadian yang kurang baik. Karena itu sopan santun ini perlu ditanamkan sejak dini kepada anak-anak, serta dapat dipertahankan dan dikembangkan di kalangan peserta didik.

(15)

Suprihantono, 2014

Norma sosial dan efikasi diri pengaruhnya terhadap perilaku sopan santun peserta didik :survei pada smp negeri di kabupaten bekasi

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

4 Perilaku sopan santun dapat terbentuk dari peranan pengetahuan yang diterima peserta didik. Pembelajaran IPS yang disampaikan di SMP, peserta didik diajarkan tentang materi sosiologi, dengan kompetensi dasar yaitu: memahami kehidupan sosial manusia ; memahami masalah penyimpangan sosial; memahami pranata dan penyimpangan sosial; dan memahami perubahan sosial budaya. Peserta didik setelah mendapatkan materi pembelajaran IPS ini, setidaknya akan mengetahui bahwa dalam kehidupan, dirinya akan berhadapan dengan lingkungan masyarakat yang berbeda status sosial, budaya, karakter, ras, agama, dan sebagainya, serta dalam bermasyarakat peserta didik mengetahui peraturan-peraturan atau norma sosial yang berlaku di masyarakat itu sendiri, sehingga peserta didik dalam bertingkah laku tidak melakukan penyimpangan sosial atau melakukan hal-hal yang negatif dan dalam bermasyarakat akan memperhatikan dan menghargai orang lain.

Peraturan-peraturan dan nilai-nilai itu harus ditanamkan baik melalui keteladanan maupun melalui praktek perilaku dan penerapan nilai kebaikan dan akhlak mulia dalam kehidupan di sekolah yang dilakukan oleh pendidik maupun di rumah yang dilakukan oleh orang tua atau yang lebih dewasa. Penerapan keteladanan terhadap peraturan-peraturan dan nilai-nilai harus dibudayakan dalam sikap dan perilaku peserta didik. Menurut Fitri (2012:87) bahwa nilai erat kaitannya dengan kebaikan, kendati keduanya memang tidak selalu bernilai tinggi bagi seseorang atau sebaliknya.

(16)

Suprihantono, 2014

Norma sosial dan efikasi diri pengaruhnya terhadap perilaku sopan santun peserta didik :survei pada smp negeri di kabupaten bekasi

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

5 Pendidikan di Indonesia khususnya mata pelajaran IPS di desain atas dasar fenomena, masalah, dan realitas sosial dengan pendekatan interdisipliner yang melibatkan berbagai cabang ilmu-ilmu sosial dan humaniora seperti kewarganegaraan, sejarah, geografi, ekonomi, sosiologi, antropologi pendidikan. IPS diterapkan untuk mengembangkan pengetahuan, pemahaman, dan kemampuan analisis peserta didik terhadap kondisi sosial masyarakat. Pembelajaran IPS merupakan suatu konsep yang mengembangkan pengetahuan, sikap, dan keterampilan sosial dalam rangka membentuk dan mengembangkan pribadi warga negara yang baik. Sebagaimana diungkapkan oleh Maryani (2011:2) bahwa :

“Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) mempunyai tugas mulia dan menjadi fondasi penting bagi pengembangan intelektual, emosional, kultural, dan sosial peserta didik, yaitu mampu menumbuhkan cara berfikir, bersikap, dan berperilaku yang bertanggungjawab selaku individu, warga masyarakat, warga negara, dan warga dunia. Mampu berkomunikasi, bekerjasama, memiliki sikap toleran, empati dan berwawasan multikultural dengan tetap berbasis keunggulan lokal. Memiliki keterampilan holistik, integratif dan transdisipliner dalam memecahkan masalah-masalah sosial” Di dalam Undang-Undang Pendidikan Nasional No. 20 Tahun 2003 pasal 3 juga terdapat tujuan yang ingin dicapai yaitu :

“Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab”

(17)

Suprihantono, 2014

Norma sosial dan efikasi diri pengaruhnya terhadap perilaku sopan santun peserta didik :survei pada smp negeri di kabupaten bekasi

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

6 Yang Maha Esa, berakhlak mulia dan tentunya mempunyai perilaku sopan santun baik di lingkungan keluarga, sekolah, dan masyarakat.

Dalam kegiatan belajar, manusia akan dipengaruhi berbagai macam faktor, baik yang berasal dari dalam dirinya atau faktor internal dan yang berasal dari luar dirinya atau faktor eksternal. Salah satu faktor yang berasal dari dalam dirinya yaitu motivasi atau keinginan untuk berubah ke arah yang lebih baik. Adapun faktor yang berasal dari luar juga sangat banyak. Salah satu faktor itu adalah media massa, baik media cetak seperti koran, majalah maupun media elektronik seperti radio, televisi dan internet, selain itu juga handphone yang tadinya hanya sebatas alat komunikasi sekarang sudah berubah tidak hanya alat komunikasi saja tetapi juga sudah dapat digunakan untuk mengakses informasi. Media massa ini berkembang sejalan dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi.

Ilmu pengetahuan dan teknologi memang sangat dibutuhkan kehadirannya dalam kehidupan, karena dengan ilmu pengetahuan dan teknologi ini peserta didik khususnya akan semakin bertambah wawasannya. Namun demikian perubahan dan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi selain membawa dampak positif juga membawa dampak negatif terhadap perubahan pola perilaku manusia di negara Indonesia dalam berbagai aspek kehidupan. Perubahan pola perilaku itu bahkan saat ini seakan membudaya dan sebagai suatu fenomena yang hampir setiap hari diperbincangkan. Pola berpikir manusia sekarang tampak terlihat dalam pola perilakunya. Hal-hal yang seharusnya dilarang baik secara norma sosial, norma hukum, norma susila, maupun norma agama seakan seperti hal yang wajar.

(18)

Suprihantono, 2014

Norma sosial dan efikasi diri pengaruhnya terhadap perilaku sopan santun peserta didik :survei pada smp negeri di kabupaten bekasi

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

7 perilaku tidak baik ini tidak jarang penyebabnya adalah hal-hal sepele, seperti persaingan nama, persaingan cinta, bersenggolan di dalam bus, saling ejek, ataupun awalnya hanya sekedar canda serta iseng belaka. Dan saat ini perilaku tidak baik justru lebih parah lagi seperti menipu, perjudian, tawuran antar pelajar, tawuran antar mahasiswa, tawuran antar kampung, penggunaan narkoba, merampas milik orang lain, pornografi, perkosaan, pelacuran, dan bahkan pembunuhan, serta permasalahan-permasalahan sosial lain yang sampai saat ini belum dapat diatasi secara tuntas.

Fenomena atau gambaran perilaku tidak baik tersebut juga dijumpai di kalangan peserta didik di daerah Kabupaten Bekasi, baik dari kasus yang sifatnya ringan sampai kasus yang sifatnya berat. Kasus-kasus tersebut seperti tawuran antar pelajar, bolos sekolah, saling ejek di kalangan teman sekolah, memanggil temannya dengan sebutan binatang, bahkan memanggil pendidik dengan cara berteriak dari kejauhan, bergandengan tangan dengan lain jenis ketika pulang sekolah, merokok ketika istirahat, potongan rambut dengan model yang aneh-aneh dan kadang di cat warna-warni, serta masih banyak lagi fenomena sosial yang lainnya.

(19)

Suprihantono, 2014

Norma sosial dan efikasi diri pengaruhnya terhadap perilaku sopan santun peserta didik :survei pada smp negeri di kabupaten bekasi

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

8 Kabupaten Bekasi yang menewaskan seorang anak berusia 15 tahun yang terjadi tanggal 7 Desember 2012.

Perilaku peserta didik tidak baik yang diperoleh dari salah satu SMP Negeri di Kabupaten Bekasi yang dijadikan sampel dalam penelitian ini di dapat data terhadap tingkat perilaku kurang baik yang melanggar norma sosial pada tahun pelajaran 2012/2013 semester ganjil sebagai berikut :

Tabel – 1.1

Beberapa perilaku peserta didik melanggar norma sosial

No Jenis Kasus Jumlah

1 Membolos 283

2 Seragam tidak sesuai aturan 99

3 Baju dikeluarkan tidak sesuai aturan 35

4 Merokok 30

5 Kenakalan remaja 30

6 Berkelahi dengan teman 26

7 Corat-coret di dinding sekolah/ bangku sekolah 21

8 Berkata yang kurang baik 17

(20)

Suprihantono, 2014

Norma sosial dan efikasi diri pengaruhnya terhadap perilaku sopan santun peserta didik :survei pada smp negeri di kabupaten bekasi

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

9 tidak tercatat, dengan kasus yang hampir sama.

Kejadian-kejadian di atas sebaiknya diatasi dan dicarikan solusi agar dalam kehidupan bermasyarakat dapat berjalan dengan baik, saling tenggang rasa dan saling menghormati, sebab apabila dibiarkan maka peserta didik tidak akan mempunyai kecakapan sosial dan bisa menjadi pribadi-pribadi yang egois dan hedonis serta membawa dampak yang buruk terhadap pribadinya sendiri, keluarga, masyarakat bahkan bangsa.

Pendidikan sesungguhnya memiliki tujuan yang mulia, namun kadang justru menghasilkan output yang tidak diharapkan. Mochtar Lubis (dalam Fitri, 2012:11) mengakui bahwa ciri masyarakat Indonesia saat ini antara lain :

1. Munafik,

2. Segan dan enggan bertanggung jawab, 3. Berjiwa feodal,

Lebih lanjut, Linkona (dalam Fitri, 2012:11-12) menyatakan ada sepuluh tanda kehancuran suatu bangsa yang berdampak pada karakter peserta didik antara lain :

1. Meningkatnya kekerasan di kalangan remaja, 2. Penggunaan bahasa dan kata-kata yang buruk,

3. Pengaruh peer group yang kuat dalam tindak kekerasan,

4. Meningkatnya perilaku merusak diri, seperti penggunaan narkoba, seks bebas, dan lain-lain,

(21)

Suprihantono, 2014

Norma sosial dan efikasi diri pengaruhnya terhadap perilaku sopan santun peserta didik :survei pada smp negeri di kabupaten bekasi

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

10 7. Rasa hormat kepada orang tua dan guru semakin rendah,

8. Rasa tanggung jawab individu dan warga negara semakin rendah, 9. Ketidakjujuran yang semakin membudaya, dan

10.Adanya rasa saling curiga dan kebencian di antara sesama.

Peserta didik sebagai generasi muda merupakan tulang punggung bangsa dan calon pemimpin bangsa. Modal yang harus dimiliki calon pemimpin bangsa diantaranya mempunyai moral yang baik sebab pemimpin merupakan panutan masyarakat yang akan dinilai dan ditiru pribadinya dan tingkah lakunya. Bagaimana jadinya kalau calon seorang pemimpin tidak mempunyai moral yang baik?, bisa jadi ketika ia menjadi pemimpin bangsa maka masyarakatnya juga akan berperilaku seperti pemimpinnya sehingga bangsa tersebut akan kehilangan masa depannya. Karena itu dalam pembentukan perilaku sopan santun terhadap peserta didik harus ada konsekuensi yang dilaksanakan, baik dari ketercapainan tujuan pembelajaran dalam mata pelajaran IPS ataupun tujuan pendidikan nasional itu sendiri dengan cara pendidikan harus dilaksanakan dengan benar, artinya aspek-aspek yang mendukung terselenggaranya pendidikan harus bekerja dengan baik dan saling mendukung.

Menurut Thorndike (dalam Hergenhahn dan Olson, 2010:68) bahwa perilaku sebagai suatu respons terhadap stimulus-stimulus dalam lingkungan. Selanjutnya dalam teorinya, Skiner (dalam Alwisol, 2009:321) merumuskan bahwa perilaku merupakan respons atau reaksi seseorang terhadap stimulus. Lebih lanjut Bandura (dalam Hergenhahn dan Olson, 2010:368) dalam teori kognitif

sosialnya mengemukakan bahwa perilaku seseorang akan terbentuk karena

interaksi timbal balik (resiprocal) antara faktor personal, lingkungan, dan perilaku

itu sendiri. Salah satu faktor pembentuk itu adalah lingkungan sekolah dimana

peserta didik mendapatkan pengetahuan dari tenaga pendidik . Pendidik

merupakan tulang punggung yang utama dalam kegiatan pendidikan, karena tanpa

(22)

Suprihantono, 2014

Norma sosial dan efikasi diri pengaruhnya terhadap perilaku sopan santun peserta didik :survei pada smp negeri di kabupaten bekasi

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

11

keterampilan dalam kegiatan pembelajaran atau yang dikenal dengan kompetensi

guru.

Seiring dengan diberlakukannya Undang-undang Republik Indonesia

Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen, dijelaskan bahwa : “kompetensi

adalah seperangkat pengetahuan, keterampilan, dan perilaku yang harus dimiliki,

dihayati, dan dikuasai oleh guru atau dosen dalam melaksanakan tugas keprofesionalan”. Seorang pendidik dikatakan sebagai suatu profesi apabila jabatan tersebut mempunyai persyaratan dasar, keterampilan teknik serta didukung

oleh kepribadian yang baik. Adanya kompetensi yang harus dimiliki seorang

pendidik, memungkinkannya dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran yang

menarik dan dapat memotivasi peserta didik dalam menuntut ilmu sehingga

wawasan dan pengetahuan akan didapatnya.

Tugas pendidik tidak hanya sebatas memberikan atau mentransferkan ilmu

kepada peserta didiknya, tetapi pendidik di mata peserta didik lebih dari itu.

Pendidik merupakan model yaitu sosok yang selayaknya menjadi teladan dan

panutan bagi peserta didik. Kata guru sendiri dalam istilah Jawa merupakan

singkatan dari kata digugu lan ditiru. Digugu artinya setiap ucapan-ucapannya atau

nasihat-nasihatnya akan selalu dipatuhi dan dilaksanakan oleh peserta didik,

sedangkan ditiru artinya setiap perbuatan, tindak-tanduk, atau tingkah lakunya

akan dicontoh oleh peserta didik. Menurut Zuriah (dalam Asmani, 2011:174) di

dalam pendidikan budi pekerti, guru dituntut untuk tidak hanya mampu

memberikan pemahaman materi ilmu pengetahuan, tetapi juga diharapkan bisa

mengubah akhlak anak didik sehingga mereka kelak menjadi manusia yang

berbudi luhur. Sedangkan menurut Sukmadinata (2011:253) bahwa guru sebagai

pendidik terutama berperan dalam menanamkan nilai-nilai, nilai-nilai yang

merupakan ideal dan standar dalam masyarakat. Artinya bahwa nilai-nilai baik

yang ada dalam masyarakat, dituntut untuk dimiliki seorang pendidik.

Faktor pembentuk perilaku sopan santun peserta didik bisa berasal dari

(23)

Suprihantono, 2014

Norma sosial dan efikasi diri pengaruhnya terhadap perilaku sopan santun peserta didik :survei pada smp negeri di kabupaten bekasi

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

12 (kognitif) yang ia miliki dan ia terima setiap hari dalam kehidupannya, terutama di

lingkungan sekolah tentunya berasal dari hasil pembelajaran yang telah dilakukan

pendidik sehingga peserta didik akan mendapatkan wawasan terhadap kehidupan

sosial. Hal ini sesuai dengan teori perilaku oleh WHO (dalam Notoatmodjo,

2012:196) yang menganalisa bahwa yang menyebabkan seseorang itu berperilaku

tertentu adalah karena adanya empat alasan pokok, yaitu :

1. pemahaman dan pertimbangan (thoughts and feeling), yakni dalam bentuk pengetahuan, persepsi, sikap, kepercayaan-kepercayaan dan penilaian-penialaian seseorang terhadap obyek.

2. Orang penting sebagai referensi (personal reference) 3. Sumber-sumber daya (resources)

4. Kebudayaan (culture)

Bagi peserta didik pembentukan perilaku sopan santun ini bisa dari lingkungan

sosial seperti teman bermain, keluarga, sekolah, masyarakat, ataupun dari media

massa seperti koran, majalah, televisi, dan internet. Khusus dari lingkungan

pendidikan di sekolah, pengetahuan diperoleh dari seorang pendidik setelah

melalui proses pembelajaran. Pengetahuan yang diperolehnya bisa dari materi

pelajaran yang memberikan pengetahuan tentang norma-norma sosial terutama

dalam hal ini pelajaran IPS, juga bisa didapat dari melihat sosok seorang pendidik,

karena memang pendidik dalam kegiatan pembelajaran merupakan figur dan

model yang akan ditiru oleh peserta didik. Lingkungan keluarga yang baik, kondisi

masyarakat yang bertoleransi dan menghargai orang lain, budaya sekolah yang

kondusif, berita dari koran dan majalah yang memberikan informasi positif, dan

tayangan televisi yang bersifat menghibur ataupun memberikan informasi

sebaiknya yang mendidik serta suguhan dari internet yang bersifat positif maka

dapat menambah dan membentuk pengetahuan yang baik terhadap peserta didik,

karena semua itu merupakan model bagi dirinya dalam pembentukan perilaku

sopan santun.

Perilaku sopan santun akan terbentuk dari interaksi yang terus menerus

(24)

Suprihantono, 2014

Norma sosial dan efikasi diri pengaruhnya terhadap perilaku sopan santun peserta didik :survei pada smp negeri di kabupaten bekasi

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

13

pengaruh lingkungan sosial yang baik. Melalui pengetahuan yang diperoleh

peserta didik tentang norma-norma sosial dapat membuat peserta didik mengontrol

dirinya yang kemudian membentuk keyakinan diri (self-efficacy). Bandura (dalam

Alwisol, 2012:287) bahwa orang bertingkahlaku dalam situasi tertentu tergantung

kepada resiprokal antara lingkungan dengan kondisi kognitif, khususnya faktor

kognitif yang berhubungan dengan keyakinannya bahwa dia mampu atau tidak

mampu melakukan tindakan yang memuaskan. Bandura menyebut keyakinan atau

harapan diri ini sebagai efikasi diri, dan harapan hasilnya disebut ekspektasi hasil.

Untuk itu dengan efikasi diri ini peserta didik mempunyai keyakinan untuk tidak

melakukan perbuatan-perbuatan yang negatif, karena dengan berbuat negatif ia

akan mendapatkan sanksi, baik sanksi hukum, sanksi agama, dan sanksi sosial dari

masyarakat seperti dicemooh, atau dikucilkan dari lingkungannya.

Perilaku-perilaku yang negatif yang dilakukan oleh peserta didik sering

muncul akibat kurangnya keterampilan sosial dalam mengendalikan perilakunya

sendiri. Anak-anak yang berbuat sekehendak hatinya (impulsive) cenderung

bertindak tanpa berpikir, mereka juga tidak memiliki keterampilan pemecahan

masalah yang akan dibutuhkan ketika menghadapi suatu konflik. Oleh karenanya

keyakinan diri (self-efficacy) yang merupakan bagian dari faktor kognitif ini

penting dalam kehidupan. Seseorang tanpa mempunyai keyakinan diri maka setiap

perbuatan dan tingkah lakunya akan semaunya sendiri apakah itu baik atau buruk,

merugikan orang lain atau tidak, biasanya ia tidak mempedulikannya. Menurut

Santrock (2007:57) faktor pribadi/kognitif dapat meliputi self-efficacy (keyakinan

bahwa seseorang dapat menguasai suatu situasi dan menghasilkan dampak yang

diinginkan), kemampuan merencanakan, dan keterampilan berpikir.

Sehubungan dengan hal di atas maka peneliti tertarik untuk melakukan

penelitian terhadap perilaku sopan santun di kalangan peserta didik jenjang SMP

Negeri di kabupaten Bekasi, karena peserta didik dalam kegiatan pembelajaran

mendapatkan ilmu pengetahuan dari seorang pendidik dengan segenap

(25)

Suprihantono, 2014

Norma sosial dan efikasi diri pengaruhnya terhadap perilaku sopan santun peserta didik :survei pada smp negeri di kabupaten bekasi

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

14

sosiologi yang berkaitan dengan pranata sosial dan di semua lingkungan sekolah

terdapat norma-norma yang diterapkan dalam rangka menjaga stabilitas sekolah,

juga dengan pengetahuan peserta didik sendiri baik yang diterima dari lingkungan

keluarga, lingkungan sekolah, lingkungan masyarakat, atau dari media massa,

setidaknya peserta didik dapat mempunyai keyakinan diri atau self-efficacy yang

dapat membentuk perilakunya dalam kehidupan sehari-hari. Karena itu peneliti

mengambil judul dalam penelitian ini adalah “Norma Sosial Dan Efikasi Diri

Pengaruhnya Terhadap Perilaku Sopan Santun Peserta Didik (Survei Pada SMP Negeri Di Kabupaten Bekasi)”

B. Indentifikasi dan Perumusan Masalah

Penelitian ini dilakukan untuk mengkaji masalah perilaku sopan santun

peserta didik yang seharusnya bisa terbentuk dari faktor lingkungan sosial dan

faktor personal/kognitif. Sebagian perilaku peserta didik sudah tidak sesuai lagi

dengan tujuan pendidikan IPS yaitu menjadi Warga Negara Indonesia yang baik,

dan tujuan pendidikan nasional.

Perilaku sopan santun peserta didik seharusnya terbentuk dari faktor

lingkungan sosial, bisa berasal dari lingkungan sekolah tempat di mana peserta

didik mendapat pendidikan yang diperoleh dari pendidik. Pendidik dengan

kompetensi yang dimilikinya harus dapat memberikan panutan yang baik kepada

peserta didik karena pendidik berperan sebagai model bagi murid-muridnya.

Adapun faktor kognitif bisa diperoleh dari kegiatan belajar yang berasal dari

lingkungan keluarga, sekolah terutama pengetahuan tentang norma sosial, dan

masyarakat, serta media massa yang dapat mempengaruhi bagaimana peserta didik

bertindak dan mengambil keputusan serta melakukan efikasi diri (self-efficacy)

terhadap perilakunya sendiri, apakah sudah sesuai norma yang berlaku atau belum.

Berdasarkan latar belakang di atas maka penulis melakukan identifikasi

masalah yang terdapat pada peserta didik SMP Negeri di Kabupaten Bekasi

(26)

Suprihantono, 2014

Norma sosial dan efikasi diri pengaruhnya terhadap perilaku sopan santun peserta didik :survei pada smp negeri di kabupaten bekasi

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

15

1. Kontribusi norma sosial terhadap perilaku sopan santun peserta didik SMP

Negeri.

2. Kontribusi efikasi diri terhadap perilaku sopan santun peserta didik SMP

Negeri.

3. Kontribusi norma sosial dan efikasi diri secara bersama-sama terhadap

perilaku sopan santun peserta didik SMP Negeri.

Berdasarkan masalah-masalah yang teridentifikasi, maka penulis

merumuskan masalah dalam kalimat pertanyaan berikut ini :

1. Berapa besar kontribusi norma sosial terhadap perilaku sopan santun peserta

didik ?

2. Berapa besar kontribusi efikasi diri terhadap perilaku sopan santun peserta

didik ?

3. Berapa besar kontribusi norma sosial dan efikasi diri secara bersama-sama

terhadap perilaku sopan santun peserta didik ?

C. Tujuan Penelitian

Sesuai dengan rumusan masalah di atas, maka penelitian ini dilakukan

untuk :

1. Mendeskripsikan dan menganalis data pengaruh dan kontribusi norma sosial

terhadap perilaku sopan santun peserta didik.

2. Mendeskripsikan dan menganalis data pengaruh dan kontribusi efikasi diri

terhadap perilaku sopan santun peserta didik.

3. Mengetahui secara bersama-sama pengaruh dan kontribusi norma sosial dan

efikasi diri terhadap perilaku sopan santun peserta didik.

D. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat secara :

(27)

Suprihantono, 2014

Norma sosial dan efikasi diri pengaruhnya terhadap perilaku sopan santun peserta didik :survei pada smp negeri di kabupaten bekasi

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

16

Membuktikan teori yang berhubungan dengan faktor-faktor yang berpengaruh

terhadap perilaku sopan santun peserta didik.

2. Praktis, bermanfaat bagi

a. Pendidik menambah wawasan dan pengetahuan serta lebih berkompetensi

dalam memberikan pendidikan kepada peserta didik.

b. Kepala sekolah, sebagai bahan pembinaan kepada para pendidik yang

terkait dengan kompetensi pendidik dalam kegiatan pembelajaran.

c. Peserta didik, sebagai bahan evaluasi diri dalam bertindak baik di

lingkungan keluarga, sekolah, dan masyarakat.

E. Struktur Organisasi Tesis

Penulisan laporan penelitian ini disusun dalam lima bab dengan menggunakan sistematika sebagai berikut :

Bab I tentang pendahuluan berisi latar belakang, identifikasi dan perumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian dan struktur organisasi tesis.

Bab II tentang kajian pustaka berisi pembelajaran pendidikan IPS, norma sosial, efikasi diri, perilaku sopan santun, pengaruh norma sosial dan efikasi diri terhadap perilaku sopan santun peserta didik , penelitian terdahulu, kerangka pemikiran, dan hipotesis penelitian.

Bab III tentang metode penelitian menguraikan metode penelitian, populasi dan sampel penelitian, variabel dan definisi operasional, teknik pengumpulan data, dan teknik analisis data.

Bab IV tentang hasil penelitian dan pembahasan yang menguraikan deskripsi data penelitian, analisis data, dan pembahasan.

(28)

Suprihantono, 2014

Norma sosial dan efikasi diri pengaruhnya terhadap perilaku sopan santun peserta didik :survei pada smp negeri di kabupaten bekasi

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

47

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Metode Penelitian

Sesuai dengan permasalahan dan tujuan penelitian, maka penelitian ini menggunakan pendekatan analisis deskriptif, yaitu penelitian yang berusaha memperoleh informasi dari keadaan yang sedang berlangsung pada saat penelitian dilaksanakan. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui bagaimana kontribusi norma sosial (X

) dan efikasi diri (X

΍

) terhadap perilaku sopan santun peserta didik (Y).

(29)

Suprihantono, 2014

Norma sosial dan efikasi diri pengaruhnya terhadap perilaku sopan santun peserta didik :survei pada smp negeri di kabupaten bekasi

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

48 hendak menggambarkan karakteristik tertentu dari suatu populasi, baik yang berkenaan dengan sikap, tingkah laku, maupun aspek sosial lainnya. Variabel yang ditelaah disejalankan dengan karakterisitik yang menjadi fokus perhatian survei tersebut.

Setelah data diperoleh kemudian diolah secara statistik yang hasilnya dijelaskan secara deskriptif dan pada akhir penelitian akan dianalisis untuk menguji hipotesis. Menurut tingkat eksplanasinya, penelitian ini termasuk jenis penelitian asosiatif. Sugiyono (2009:11) menyatakan bahwa penelitian asosiatif adalah penelitian yang mencari hubungan antar satu atau beberapa variabel dengan variabel lainnya.

Dalam penelitian ini menggunakan pendekatan yang dipakai adalah kuantitatif. Penelitian kuantitatif menuntut ketelitian, ketekunan dan sikap kritis dalam mencari data dari populasi dan sampel, karena hasil dari penelitian ini yang berupa angka-angka akan diolah secara statistik. Apabila digambarkan, maka alur penelitian akan terlihat sebagai berikut :

(30)

Suprihantono, 2014

Norma sosial dan efikasi diri pengaruhnya terhadap perilaku sopan santun peserta didik :survei pada smp negeri di kabupaten bekasi

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

49

Gambar 3.1 : Alur Penelitian

B. Populasi dan Sampel Penelitian

1. Populasi

(31)

Suprihantono, 2014

Norma sosial dan efikasi diri pengaruhnya terhadap perilaku sopan santun peserta didik :survei pada smp negeri di kabupaten bekasi

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

(32)

Suprihantono, 2014

Norma sosial dan efikasi diri pengaruhnya terhadap perilaku sopan santun peserta didik :survei pada smp negeri di kabupaten bekasi

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

51

Sumber : Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Bekasi Tahun 2013

2. Sampel

(33)

Suprihantono, 2014

Norma sosial dan efikasi diri pengaruhnya terhadap perilaku sopan santun peserta didik :survei pada smp negeri di kabupaten bekasi

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

52 populasi survei atau populasi survei itu sendiri, yang oleh peneliti dipandang mewakili populasi target. Dengan kata lain, sampel adalah elemen-elemen populasi yang dipilih atas dasar kemewakilannya. Selanjutnya Sedarmayanti dan Hidayat (2002:124) sampel adalah kelompok kecil yang diamati dan merupakan bagian dari populasi sehingga sifat dan karakteristik populasi juga dimiliki oleh sampel.

Untuk mendapatkan sampel diperlukan pertimbangan penentuan teknik sampling. Mengingat jumlah populasi yang amat luas, maka teknik sampling yang digunakan adalah cluster sampling. Menurut Sugiyono (2012 : 121) Teknik cluster sampling (sampling kelompok) dapat digunakan untuk menentukan sampel bila objek yang akan diteliti sangat luas. Teknik sampling cluster ini menggunakan tahapan dua langkah, dengan istilah teknik stratified random sampling, yakni sampel daerah dan tahap berikutnya menentukan orang-orang yang ada pada daerah itu secara sampling juga.

Jika dalam penelitian menginginkan kesimpulan dari sampel yang digeneralisasi ke populasi menjadi valid, maka sampel yang diambil harus representatif, artinya sampel yang terpilih harus dapat mencerminkan karakteristik yang dimiliki populasi. Menurut Faisal (2007:70) pada prinsipnya semakin besar jumlah sampel akan semakin kecil kemungkinan kesalahan inferensi yang dikarenakan kesalahan sampel, ini merupakan prinsip umum atas dasar teori atau hukum probabilitas.

Berkaitan dengan teknik pengambilan sampel, Nasution (dalam Riduwan

dan Kuncoro, 2012:40) berpendapat bahwa “Mutu penelitian tidak selalu

ditentukan oleh besarnya sampel, akan tetapi oleh kokohnya dasar-dasar teorinya,

oleh desain penelitiannya, serta mutu pelaksanaan dan pengolahannya”. Karena

(34)

Suprihantono, 2014

Norma sosial dan efikasi diri pengaruhnya terhadap perilaku sopan santun peserta didik :survei pada smp negeri di kabupaten bekasi

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

53 10% X 2460 = 246 responden dari seluruh sub rayon dan dari masing-masing sub rayon dapat dihitung sebagai berikut :

Sub rayon 01 =

Sub rayon 02 =

Sub rayon 03 =

Sub rayon 04 =

Sub rayon 05 =

Sub rayon 06 =

Sub rayon 07 =

Dari perhitungan jumlah sampel masing-masing sub rayon dari sub rayon satu sampai dengan sub rayon tujuh tersebut, maka jumlah sampel yang diambil ditentukan sebanyak 246 peserta didik dan jika ditampilkan dalam tabel sebagai berikut :

(35)

Suprihantono, 2014

Norma sosial dan efikasi diri pengaruhnya terhadap perilaku sopan santun peserta didik :survei pada smp negeri di kabupaten bekasi

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

54 No Nama Sekolah Sub Rayon Jumlah Peserta Didik

1 SMP Negeri 2 Tambun Selatan 01 40 2 SMP Negeri 1 Tambun Utara 02 38

3 SMP Negeri 4 Cibitung 03 30

4 SMP Negeri 2 Cikarang Utara 04 42

5 SMP Negeri 2 Sukatani 05 27

6 SMP Negeri 1 Bojongmangu 06 22

7 SMP Negeri 4 Tambun Selatan 07 47

Jumlah Sampel 246

C. Variabel dan Definisi Operasional

Sesuai dengan masalah yang diteliti, berikut ini peneliti memperjelas variabel-variabel yang dikaji dalam penelitian ini. Variabel bebas yang diangkat dalam penelitian ini diambil berdasarkan pemikiran bahwa variabel tersebut akan memiliki pengaruh terhadap variabel terikat. Untuk lebih jelasnya variabel-variabel dalam penelitian ini dirinci dalam definisi operasional sebagai berikut:

1. Norma Sosial

(36)

Suprihantono, 2014

Norma sosial dan efikasi diri pengaruhnya terhadap perilaku sopan santun peserta didik :survei pada smp negeri di kabupaten bekasi

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

55

2. Efikasi Diri

Keputusan untuk melakukan suatu tindakan, maka seseorang memerlukan keyakinan apakah tindakannya tersebut baik atau buruk, merugikan diri sendiri dan atau orang lain atau tidak serta sesuai norma sosial yang berlaku di masyarakat atau tidak. Karena itu seseorang harus mempunyai keyakinan atau efikasi diri. Efikasi diri adalah kemampuan seseorang untuk mengambil tindakan yang diharapkan sehingga muncul keyakinan diri untuk melaksanakan tindakan tersebut. Efikasi diri dalam penelitian ini adalah efikasi ekspektasi yang merupakan persepsi diri sendiri dan ekspektasi hasil yang merupakan perkiraan seseorang dalam mencapai hasil.

3. Perilaku Sopan Santun

Sebagai makhluk sosial, manusia akan berinteraksi dengan orang lain dalam lingkungan masyarakat yang majemuk. Dalam berinteraksinya tersebut seseorang perlu berperilaku yang sopan santun sehingga kehidupan yang tertib, aman dan damai akan tercapai. Perilaku sopan santun adalah perilaku seseorang yang berhubungan dengan cara atau tindakannya yang dianggap layak dan baik di mata masyarakat sekitar sehingga dapat dihargai seperti cara berpakaian, berperilaku, bersikap, bertutur kata, dan lain-lain. Perilaku sopan santun dalam penelitian ini berkaitan dengan perilaku terhadap diri sendiri dan perilaku terhadap orang lain.

(37)

Suprihantono, 2014

Norma sosial dan efikasi diri pengaruhnya terhadap perilaku sopan santun peserta didik :survei pada smp negeri di kabupaten bekasi

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

56 Tabel – 3.3

Pengembangan Kisi-kisi Instrumen Penelitian

Variabel Sub Variabel Indikator Jumlah Item No

Norma

Aturan atau pedoman tingkah laku 2 17,18

Untuk menertibkan kehidupan sosial 2 19,20

Efikasi Diri

Efikasi ekspektasi

Lingkungan kelas 4 1,2,3,4

Lingkungan Sekolah 3 5,6,7

Ekspektasi hasil

Lingkungan kelas 3 8,9,10

Lingkungan Sekolah 4 11,12,13,14

Perilaku

(38)

Suprihantono, 2014

Norma sosial dan efikasi diri pengaruhnya terhadap perilaku sopan santun peserta didik :survei pada smp negeri di kabupaten bekasi

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

57

D. Teknik Pengumpulan Data

Data yang diperlukan dalam penelitian ini terdiri dari data norma sosial; data efikasi diri, dan data perilaku sopan santun peserta didik. Data yang dikumpulkan bertipe data interval atau rasio. Adapun teknik pengumpulan data yang digunakan melalui kuesioner atau angket.

Menurut Sugiyono (2012:199) teknik kuesioner (angket) yaitu teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara memberi seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada responden untuk dijawabnya. Pertanyaan ataupun pernyataan kuisioner disusun dalam suatu lembaran pertanyaan atau pernyataan. Karena data yang akan dijaring dalam penelitian ini bervariasi, maka pertanyaan atau pernyataan akan disusun mengacu kepada kebutuhan data yang hendak diperoleh. Mengacu pada variabel yang akan diteliti, penyusunan pertanyaan atau pernyataan kuisioner merujuk pada jenis skala yang dianut dalam penelitian ilmiah dan dimodifikasi. Untuk menjaring data yang berhubungan dengan penelitian ini digunakan skala Likert. Menurut Sudaryono, dkk (2013:49) skala Likert digunakan untuk mengukur sikap, pendapat, dan persepsi seseorang atau sekelompok tentang kejadian atau gejala sosial. Pada skala ini, variabel yang akan diukur dijabarkan menjadi indikator variabel yang kemudian dijadikan titik tolak untuk penyusunan pertanyaan atau pernyataan.

Data ini berupa data perilaku peserta didik yang berhubungan dengan norma sosial, efikasi diri, dan sopan santun peserta didik yang semua data berbentuk data ordinal yang berasal dari sampel yang dijadikan responden.

E. Teknik Analisis Data

(39)

Suprihantono, 2014

Norma sosial dan efikasi diri pengaruhnya terhadap perilaku sopan santun peserta didik :survei pada smp negeri di kabupaten bekasi

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

58 Uji validitas dilakukan berkaitan dengan ketepatan alat ukur terhadap konsep yang diukur sehingga benar-benar mengukur apa yang seharusnya diukur. Berkaitan dengan pengujian validitas instrumen penelitian, menurut Riduwan (2004:109-110) menjelaskan bahwa validitas adalah suatu alat ukur yang menunjukkan tingkat keandalan atau kesahihan suatu alat ukur. Alat ukur yang kurang valid berarti memiliki validitas rendah. Untuk menguji validitas alat ukur, terlebih dahulu dicari harga korelasi antara bagian-bagian dari alat ukur secara keseluruhan dengan cara mengkorelasikan setiap butir alat ukur dengan skor total yang merupakan jumlah tiap butir skor. Untuk menghitung validitas alat ukur digunakan rumus Pearson Product Moment sebagai berikut :

r hitung = ∑ ∑ ∑

√ ∑ ∑ ∑ ∑

Dimana :

rhitung = koefisien korelasi ∑Xᵢ = jumlah skor item

∑Yᵢ = jumlah skor total (seluruh item) n = jumlah responden

Selanjutnya dihitung dengan Uji-t dengan rumus :

t

hitung

=

Dimana :

t = Nilai t hitung

r = Koefisien korelasi hasil r hitung n = Jumlah responden

(40)

Suprihantono, 2014

Norma sosial dan efikasi diri pengaruhnya terhadap perilaku sopan santun peserta didik :survei pada smp negeri di kabupaten bekasi

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

59 11; 13; dan 14. Dengan demikian ke-5 item ini dibuang dan jumlah item yang valid berjumlah 15 item yaitu No : 1; 2; 3; 4; 5; 7; 9; 10; 12; 14; 15; 16; 17; 18; 19; dan 20. Data validitas instrumen dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel – 3.4

Hasil Pengujian Validitas Variabel Norma Sosial (X₁) No. Item

Sumber : data hasil uji coba penelitian

(41)

Suprihantono, 2014

Norma sosial dan efikasi diri pengaruhnya terhadap perilaku sopan santun peserta didik :survei pada smp negeri di kabupaten bekasi

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

60 SPSS for windows versi 20, maka terdapat item yang gugur yaitu item No : 3; 4; dan 14. Dengan demikian ke-3 item ini dibuang dan item yang valid berjumlah 15 item yaitu No : 1; 2; 5; 6; 7; 8; 9; 10; 11; 12; dan 13. Data validitas instrumen dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel – 3.5

Hasil Pengujian Validitas Variabel Efikasi Diri (X΍)

No. Item

tabel Keputusan Hitungan Validitas

1 0,487 5,520 1,984 Valid Setelah ditabulasikan menggunakan rumus Korelasi Product Momen (r

hitung) kemudian dibandingkan dengan rumus

(t hitung), sebagai berikut : Contoh hitungan item No. 1

t hitung =

(42)

Suprihantono, 2014

Norma sosial dan efikasi diri pengaruhnya terhadap perilaku sopan santun peserta didik :survei pada smp negeri di kabupaten bekasi

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

61

11 0,359 3,808 1,984 Valid valid

Sumber : data hasil uji coba penelitian

Dari hasil uji coba instrumen penelitian untuk variabel Perilaku Sopan Santun (Y) sebanyak 23 buah setelah dianalisis uji validitas dengan menggunakan program SPSS for windows versi 20, maka terdapat item yang gugur yaitu item No : 1 dan 4. Selanjutnya ke-2 item ini dibuang dan item yang valid berjumlah 12 item yaitu No : 2; 3; 5; 6; 7; 8; 9; 10; 11; 12; 13 dan 14. Data validitas dan reliabilitas perilaku sopan santun dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel – 3.6

Hasil Pengujian Validitas Variabel Perilaku Sopan Santun Peserta Didik (Y)

No. Item Contoh hitungan item No. 1

(43)

Suprihantono, 2014

Norma sosial dan efikasi diri pengaruhnya terhadap perilaku sopan santun peserta didik :survei pada smp negeri di kabupaten bekasi

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

62

10 0,496 6,512 1,984 Valid Jika thitung > ttabel berarti valid

Thitung < ttabel berarti tidak valid

11 0,541 7,571 1,984 Valid

12 0,534 7,395 1,984 Valid

Sumber : data hasil uji coba penelitian

Selanjutnya dari masing-masing variabel tersebut sebelum dilakukan penyebaran angket harus dilakukan uji reliabilitas instrumen sehingga item-item pertanyaan/pernyataan layak untuk dijadikan alat ukur dalam penelitian.

2. Uji Reliabilitas

Uji reliabilitas dilakukan untuk mendapatkan tingkat ketetapan atau keajegan alat pengumpul data atau instumen yang digunakan. Uji reliabilitas instrumen dilakukan dengan rumus alpha. Metode mencari reliabilitas interval yaitu menganalisis reliabilitas alat ukur dari satu kali pengukuran, adapun rumus yang digunakan adalah alpha. Langkah-langkah untuk mencari nilai reliabilitas dengan metode alpha sebagai berikut :

a) Langkah pertama menghitung varians skor tiap-tiap item dengan rumus :

∑ ∑

Dimana :

Sᵢ = Varians skor tiap-tiap item

∑Xᵢ² = Jumlah kuadrat item X

(

∑Xᵢ)² = Jumlah item X

dikuadratkan N = Jumlah responden

(44)

Suprihantono, 2014

Norma sosial dan efikasi diri pengaruhnya terhadap perilaku sopan santun peserta didik :survei pada smp negeri di kabupaten bekasi

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

63 Dimana :

∑ Sᵢ = Jumlah varians semua item S₁,S΍,SΎ,...Sn = Varians item ke-1,2,3...n

c) Langkah ketiga menghitung varians total dengan rumus :

Dimana :

Sᵢ = Varians total

∑X

² = Jumlah kuadrat X total

(∑X

)² = Jumlah X total dikuadratkan N = Jumlah responden

d) Langkah keempat memasukkan nilai Alpha dengan rumus :

r

₁₁

=

Dimana :

r₁₁ = Nilai reliabilitas

∑Sᵢ = Jumlah varians skor tiap-tiap item St = Varians total

k = Jumlah item

Kemudian diuji dengan Uji reliabilitas instrumen dengan rumus Korelasi Pearson Product Moment yaitu :

rb =

∑ ∑ ∑

√ ∑ ∑ ∑ ∑

(45)

Suprihantono, 2014

Norma sosial dan efikasi diri pengaruhnya terhadap perilaku sopan santun peserta didik :survei pada smp negeri di kabupaten bekasi

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

64

r

₁₁ =

Selanjutnya untuk mengetahui koefisien korelasinya signifikan atau tidak

digunakan distribusi (Tabel r) untuk α = 0,05 atau α =0,01 dengan derajat

kebebasan (dk = n – 1), kemudian membuat keputusan membandingkan r₁₁ dengan rtabel. Adapun kaidah keputusan : jika r₁₁ > rtabel berarti reliabel, dan jika r₁₁ < rtabel berarti tidak reliabel.

Berdasarkan hasil uji coba instrumen penelitian dengan menggunakan SPSS for windows versi 20 diperoleh kesimpulan bahwa item-item yang dinyatakan valid dari masing-masing variabel dan reliabel dengan taraf signifikansi

α =

0,05 dan derajat kebebasan dk = N – 1 = 100 – 1 = 99, signifikansi 5% maka diperoleh r tabel = 0,202, sedangkan indeks korelasi yang diperoleh untuk masing-masing variabel sebagai berikut :

a. Variabel Norma Sosial (X₁) untuk nilai r ᵢᵢ = 0,813 lebih besar dari pada nilai r

tabel = 0,202 , maka dinyatakan reliabel.

b. Variabel Efikasi Diri (X

) untuk nilai r ᵢᵢ = 0,737 lebih besar dari pada nilai r

tabel = 0,202 , maka dinyatakan reliabel.

c. Variabel Perilaku Sopan Santun (Y) untuk nilai r ᵢᵢ = 0,861 lebih besar dari

pada nilai r tabel = 0,202 , maka dinyatakan reliabel.

Jadi berdasarkan hasil perhitungan reliabilitas item-item dari masing-masing variabel X₁, X΍, dan Y adalah reliabel, sehingga berdasarkan uji coba alat ukur, instrumen tersebut sudah dinyatakan valid dan reliabel seluruh butirnya, maka alat ukur tersebut dapat digunakan untuk pengukuran dalam rangka analisis lebih lanjut.

(46)

Suprihantono, 2014

Norma sosial dan efikasi diri pengaruhnya terhadap perilaku sopan santun peserta didik :survei pada smp negeri di kabupaten bekasi

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

65 Uji normalitas adalah uji yang dilakukan untuk mengetahui apakah data berdistribusi normal atau tidak. Apabila data berdistribusi normal maka teknik yang digunakan adalah teknik parametrik sedangkan data yang berdistribusi tidak normal maka teknik yang digunakan adalah teknik nonparametrik. Data dikatakan berdistribusi normal apabila nilai probabilitasnya > 0,05. Sedangkan data

berdistribusi tidak normal apabila nilai probabilitasnya ≤ 0,05. Dalam melakukan

uji normalitas ini peneliti menggunakan bantuan software SPSS for Windows versi 20.

4. Analisis Data Hasil Penelitian

Teknik analisis data menggunakan statistik parametrik jika asumsi-asumsi statistik terpenuhi, dan apabila asumsi-asumsi tidak terpenuhi maka data dianalisis menggunakan teknik bebas distribusi atau non parametrik. Adapun untuk menentukan terpenuhi tidaknya asumsi-asumsi digunakan dengan uji normalitas data dan uji homogenitas.

Sebelum melakukan uji hipotesis maka perlu menggambarkan secara umum keadaan norma sosial dan efikasi diri terhadap perilaku sopan santun peserta didik menggunakan teknik persentase, rata-rata dan simpangan baku yang semuanya menggunakan SPSS for windows versi 20. Setelah melakukan gambaran data langkah selanjutnya adalah menguji hipotesis.

5. Pengujian Hipotesis

Pengujian hipotesis adalah suatu langkah untuk menentukan sebuah keputusan menolak atau menerima hipotesis dengan menggunakan teknik statistik regresi sederhana, regresi ganda, korelasi sederhana dan korelasi ganda. Seluruh pengolahan data dalam pengujian hipotesis menggunakan bantuan SPSS for windows versi 20. Adapun masing-masing rumus sebagai berikut :

(47)

Suprihantono, 2014

Norma sosial dan efikasi diri pengaruhnya terhadap perilaku sopan santun peserta didik :survei pada smp negeri di kabupaten bekasi

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

66 c) Rumus korelasi regresi sederhana (Pearson Product Moment) :

rxy = ∑ ∑ ∑ mencari makna hubungan variabel bebas terhadap variabel terikat secara parsial, yang mana hasil korelasi Pearson Product Moment tersebut diuji dengan uji signifikansi melalui rumus :

t hitung = √

Gambar

Tabel 1.1 Beberapa Perilaku Peserta Didik Melanggar Norma Sosial .........  3.1 Populasi Penelitian .......................................................................
Tabel – 1.1
Gambar – 3.1 Alur Penelitian
Gambar 3.1 : Alur Penelitian
+7

Referensi

Dokumen terkait

Imbalan kontinjensi diklasifikasi sebagai aset atau liabilitas yang merupakan instrumen keuangan dan termasuk dalam ruang lingkup PSAK 55, diukur pada nilai wajar

a.. 1) Dua website Bapenda yaitu Bapenda Jawa Barat dan Bapenda Jawa Tengah memperoleh hasil untuk Page Speed Grade di level F yang artinya kualitas

Kader Pemberdayaan Desa adalah warga desa terpilih yang memfasilitasi atau memandu masyarakat dalam mengikuti atau melaksanakan tahapan PNPM di tingkat desa dan

Dari tabel hasil perhitungan diperoleh bahwa efisiensi HRSG yang optimal adalah sebesar 54,04 % dengan laju aliran energi yang dibutuhkan air menjadi uap panas lanjut sebesar

Aplikasi sistem pakar untuk mendiagnosa hama dan penyakit pada tanaman stroberi berbasis web dengan metode forward chaining yang dibangun ini merupakan suatu

Universitas Sumatera

Apakah kemampuan fisik mahasiswa PKO 2013 yang diterima melalui jalur SNMPTN Undangan akan sama dengan mahasiswa yang diterima melalui jalur SM-UPI. Apakah kemampuan

Menerpakan Pemebelajaran Matematika Denagb Pendekatan Model-Eliciting- Activities Untuk meningkatkan Kemampuan Berpikir Kreatif dan Self-Confidience Siswa SMP.. Universitas