NORMA SOSIAL DAN EFIKASI DIRI PENGARUHNYA TERHADAP PERILAKU SOPAN SANTUN PESERTA DIDIK
(Survei pada SMP Negeri di Kabupaten Bekasi)
TESIS
Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat untuk Memperoleh Gelar Magister Pendidikan Program Studi Pendidikan IPS
Oleh
Suprihantono 1204768
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL SEKOLAH PASCASARJANA
Norma Sosial Dan Efikasi Diri Pengaruhynya Terhadap Perilaku Sopan Santun Peserta Didik
(Survei pada SMP Negeri di Kabupaten Bekasi)
Oleh
Suprihantono
S.Pd IKIP Muhammadiyah Purworejo, 1997
Sebuah Tesis yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Magister Pendidikan (M.Pd.) pada Fakultas Pendidikan IPS
© Suprihantono 2014
Universitas Pendidikan Indonesia
Februari 2014
Hak Cipta dilindungi undang-undang.
Tesis ini tidak boleh diperbanyak seluruhya atau sebagian,
LEMBAR PENGESAHAN
DISETUJUI DAN DISAHKAN OLEH
PEMBIMBING :
Pembimbing I
Prof. Dr. R. Gurniwan Kamil Pasya, M.Si NIP. 19610323 198603 1002
Pembimbing II
Dr. Hj. Epon Ningrum, M.Pd NIP. 19620304 198704 2001
Mengetahui
Ketua Program Studi Ilmu Pengetahuan Sosial
iii
Suprihantono, 2014
Norma sosial dan efikasi diri pengaruhnya terhadap perilaku sopan santun peserta didik :survei pada SMP Negeri di Kabupaten Bekasi
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
NORMA SOSIAL DAN EFIKASI DIRI PENGARUHNYA TERHADAP PERILAKU SOPAN SANTUN PESERTA DIDIK
(Survei pada SMP Negeri di Kabupaten Bekasi)
Oleh : Suprihantono NIM : 1204768
ABSTRAK
Peserta didik tingkat sekolah menengah pertama (SMP) merupakan masa perkembangan kognitif yang sudah memasuki tahap operasional formal yang bernalar secara abstrak, idealis, logis, serta peka terhadap rasa sosial yang tinggi, sehingga kepribadian harus dikembangkan sepenuhnya melalui efikasi diri dan harus sadar terhadap norma sosial. Sebagai makhluk sosial maka interaksi dengan orang lain pasti terjadi yang tidak lepas dari rasa menghargai orang lain melalui perilaku sopan santun. Penelitian ini berangkat dari pengamatan terhadap peserta didik tingkat SMP yang menunjukkan perilaku kurang sopan santun baik terhadap diri sendiri maupun orang lain. Penelitian ini bertujuan mengungkap pengaruh dan kontribusi norma sosial dan efikasi diri terhadap perilaku sopan santun peserta didik. Metode penelitan yang digunakan adalah survei dengan teknik pengumpulan data melalui instrumen dalam bentuk angket yang disebarkan kepada 246 peserta didik kelas sembilan sebagai sampel dari tujuh sekolah menengah tingkat pertama (SMP) dengan populasi 77 SMP negeri di Kabupaten Bekasi dan jumlah peserta didik sebanyak 22.021. Hasil penelitian menunjukkan norma sosial sudah berjalan cukup baik dengan rata-rata 74,40%, dan efikasi diri yang dimiliki peserta didik cukup baik dengan rata-rata sebesar 72,39%. Hubungan norma sosial dengan perilaku sopan santun tergolong kuat dengan kontribusi sebesar 58,52%, adapun hubungan efikasi diri dengan perilaku sopan santun peserta didik tergolong cukup kuat dengan kontribusi sebesar 28,26%. Hubungan norma sosial dan efikasi diri secara bersama-sama dengan perilaku sopan santun peserta didik tergolong kuat, dengan kontribusi sebesar 60,80%. Berdasarkan temuan ini, diharapkan kepada pihak sekolah untuk tetap menjaga dan mengintensifkan sosialisasi norma sosial kepada peserta didik baik melalui kegiatan belajar mengajar, pemberlakuan norma sosial secara ketat di lingkungan sekolah, maupun bekerja sama dengan pihak masyarakat. Perilaku sopan santun juga tidak lepas dari efikasi diri yang dimiliki peserta didik, dimana efikasi diri dapat dibentuk melalui contoh teladan yang dilakukan oleh pendidik sehingga keyakinan diri peserta didik akan semakin baik.
iv
Suprihantono, 2014
Norma sosial dan efikasi diri pengaruhnya terhadap perilaku sopan santun peserta didik :survei pada SMP Negeri di Kabupaten Bekasi
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
SOCIAL NORMS AND SELF-EFFICAY ITS EFFECT ON BEHAVIOR OF LEARNERS MANNER
(Survey on Junior High School in Bekasi) By: Suprihantono
NIM : 1204768 ABSTRACT
Learners junior high school (SMP) is a period of cognitive development that has entered the stage of formal operational reasoning in the abstract, idealistic, logical, and sensitive to the high social sense, so it should be fully developed personality through self-efficacy and should be aware of the social norms . As social beings that interaction with others is definitely going on that can not be separated from respect for others through behavioral manners. This study departs from the observation of junior high students who lack manners showed good behavior towards oneself and others. This study aims to reveal the influence and contribution of social norms and self-efficacy on behavior of learners manners. Research method used was a survey with data collection techniques through instrument in the form of a questionnaire distributed to 246 ninth grade students as a sample of seven junior high school (SMP) with a population of 77 junior high school in Bekasi and number as many as 22 021 learners. The results showed social norms has been running quite well with an average 74.40%, and self-efficacy possessed good enough learners with an average of 72.39%. Relationship with the social norms of behavior manners relatively strong with a contribution of 58.52%, while the self-efficacy relationships with learners manners of behavior is quite strong with a contribution of 28.26%. The relationship of social norms and self-efficacy together with behavioral manners relatively strong learners, with a contribution of 60.80%. Based on these findings, it is expected the school to maintain and intensify the dissemination of social norms to students through teaching and learning activities, strict enforcement of social norms in the school environment, and working together with the community.Behavior manners also not free of self-efficacy possessed learners, which self-efficacy can be established through exemplary conducted by educators so that confidence will be better learners.
Suprihantono, 2014
Norma sosial dan efikasi diri pengaruhnya terhadap perilaku sopan santun peserta didik :survei pada smp negeri di kabupaten bekasi
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
vii
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Allah SWT karena berkat rahmat
dan hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan Tesis ini dengan judul “Norma
Sosial dan Efikasi Diri Pengaruhnya Terhadap Perilaku Sopan Santun Peserta Didik (Survei Pada SMP Negeri di Kabupaten Bekasi)”. Tesis ini merupakan salah satu persyaratan dalam menempuh dan untuk menyelesaikan pendidikan
pada Program Studi Magister Ilmu Pengetahuan Sosial, Universitas Pendidikan
Indonesia.
Penulis menyadari dalam penyusunan tesis banyak pihak yang telah
membantu. Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada :
1. Rahmat, S.Ag, MM selaku Kepala Sekolah SMP Negeri 4 Cibitung yang
telah memberikan ijin kepada penulis untuk mengikuti pendidikan pada
Program Studi Magister Ilmu Pengetahuan Sosial Universitas Pendidikan
Indonesia.
2. Prof. Dr. H. Bunyamin Maftuh, M.Pd, MA selaku Ketua Program Studi
Magister Ilmu Pengetahuan Sosial Universitas Pendidikan Indonesia.
3. Prof. Dr. R. Gurniwan Kamil Pasya, M.Si selaku dosem Pembimbing Utama.
4. Dr. Hj. Epon Ningrum, M.Pd selaku dosen Pembimbing Pendamping.
5. Seluruh pengajar dan staf pengelola Program Studi Magister Ilmu
Pengetahuan Sosial, Universitas Pendidikan Indonesia.
6. Teman-teman seperjuangan mahasiswa IPS kelas P2TK.
7. Orang tua, istriku Dedeh Sumiarsih, dan anak-anak Bita dan Haidar yang
Suprihantono, 2014
Norma sosial dan efikasi diri pengaruhnya terhadap perilaku sopan santun peserta didik :survei pada smp negeri di kabupaten bekasi
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
viii
8. Para Kepala Sekolah tempat penulis melakukan penelitian yang tidak dapat
penulis sebutkan satu per satu.
9. Semua pihak yang telah ikut membantu dalam menyelesaikan penelitian dan
penyusunan tesis ini yang tidak dapat disebutkan satu per satu.
Penulis menyadari bahwa penelitian ini masih banyak kekurangan dan
jauh dari sempurna, untuk itu kritik dan saran yang bersifat membangun dari
pembaca sangat penulis harapkan.
Keseluruhan yang berkaitan dengan penyusunan tesis yang menyangkut
materi atau isi penulisan tesis dan lain-lain menjadi tanggung jawab penulis
sebagaimana tertuang dalam lembaran pernyataan. Semoga penelitian ini dapat
bermanfaat bagi penulis khususnya dan pembaca umumnya.
Bandung, Pebruari 2014
Penulis,
Suprihantono, 2014
Norma sosial dan efikasi diri pengaruhnya terhadap perilaku sopan santun peserta didik :survei pada smp negeri di kabupaten bekasi
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
ix
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN ... i
PERNYATAAN ... ii
ABSTRAK ... iii
KATA PENGANTAR ... v
DAFTAR ISI ... vii
DAFTAR TABEL ... ix
DAFTAR GAMBAR ... x
DAFTAR LAMPIRAN ... xi
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1
B. Identifikasi dan Perumusan Masalah ... 13
C. Tujuan Penelitian ... 14
D. Manfaat Penelitian ... 14
E. Struktur Organisasi Tesis ... 15
BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Pembelajaran Pendidikan IPS ... 16
B. Norma Sosial ... 21
C. Efikasi Diri ... 28
D. Perilaku Sopan Santun ... 32
E. Pengaruh Norma Sosial dan Efikasi Diri terhadap Perilaku Sopan Santun Peserta Didik ... 39
F. Penelitian Terdahulu ... 43
G. Kerangka Pemikiran ... 44
H. Hipotesis Penelitian ... 46
Suprihantono, 2014
Norma sosial dan efikasi diri pengaruhnya terhadap perilaku sopan santun peserta didik :survei pada smp negeri di kabupaten bekasi
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
x
B. Populasi dan Sampel Penelitian ... 49
C. Variabel dan Definisi Operasional ... 53
D. Teknik Pengumpulan Data ... 56
E. Teknik Analisis Data ... 57
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Data Penelitian ... 67
B. Analisis Data ... 76
C. Pembahasan ... 92
BAB V SIMPULAN dan REKOMENDASI A. Simpulan ... 101
B. Rekomendasi ... 102
DAFTAR PUSTAKA ... 104
Suprihantono, 2014
Norma sosial dan efikasi diri pengaruhnya terhadap perilaku sopan santun peserta didik :survei pada smp negeri di kabupaten bekasi
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
xi DAFTAR TABEL
Tabel
1.1 Beberapa Perilaku Peserta Didik Melanggar Norma Sosial ... 8
3.1 Populasi Penelitian ... 50
3.2 Sampel Penelitian ... 53
3.3 Pengembangan Kisi-kisi Instrumen Penelitian ... 55
3.4 Hasil Pengujian Validitas Variabel Norma Sosial (X₁) ... 58
3.5 Hasil Pengujian Validitas Variabel Efikasi Diri (X
₂
) ... 593.6 Hasil Pengujian Validitas Variabel Perilaku Sopan Santun Peserta Didik (Y) ... 60
3.7 Interpretasi Koefisien Korelasi Nilai r ... 64
4.1 Norma Sosial ... 68
4.2 Deskripsi Variabel Norma Sosial ... 69
4.3 Efikasi Diri ... 71
4.4 Deskripsi Variabel Efikasi Diri ... 72
4.5 Perilaku Sopan Santun Peserta Didik ... 74
4.6 Deskripsi Variabel Perilaku Sopan Santun Peserta Didik ... 75
4.7 Hasil Uji Normalitas Norma Sosial dengan Kolmogorov – Smirnov ... 77
4.8 Hasil Uji Normalitas Efikasi Diri dengan Kolmogorov – Smirnov ... 77
4.9 Hasil Uji Normalitas Perilaku Sopan Santun Peserta Didik dengan Kolmogorov – Smirnov ... 78
4.10 Koefisien Korelasi antar Variabel ... 79
4.11 Hasil Analisis Linier Sederhana X₁ terhadap Y ... 81
4.12 Hasil Analisis Pengujian Kelinieran dengan Regresi Linier sederhana X₁ terhadap Y ... 82
4.13 Hasil Analisis Linier Sederhana X₂ terhadap Y ... 85
4.14 Hasil Analisis Pengujian Kelinieran dengan Regresi Linier sederhana X₂ terhadap Y ... 86
Suprihantono, 2014
Norma sosial dan efikasi diri pengaruhnya terhadap perilaku sopan santun peserta didik :survei pada smp negeri di kabupaten bekasi
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
xii 4.16 Hasil Analisisi Linier Ganda ... 89 4.17 Hasil Analisis Pengujian Kelinieran dengan Regeresi Linier
1 Suprihantono, 2014
Norma sosial dan efikasi diri pengaruhnya terhadap perilaku sopan santun peserta didik :survei pada smp negeri di kabupaten bekasi
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Penelitian
Manusia terlahir sebagai makhluk sosial yang saling membutuhkan. Karena sebagai makhluk sosial maka dalam hidupnya akan terjadi hubungan sosial atau interaksi sosial. Interaksi sosial merupakan bentuk umum dari proses-proses sosial, hal ini karena suatu interaksi sosial menjadi persyaratan utama terjadinya aktivitas-aktivitas sosial. Interaksi sosial adalah proses hubungan sosial yang bersifat dinamis antara individu dengan individu, individu dengan kelompok atau kelompok dengan kelompok yang lain dan terjadi di lingkungan masyarakat. Terjadinya interaksi sosial dapat mengakibatkan manusia belajar dari orang lain. Kegiatan belajar terjadi pada semua orang dan berlangsung seumur hidup. Salah satu tanda bahwa seseorang sudah belajar adalah adanya perubahan tingkah laku dalam dirinya. Perubahan ini bisa dalam bentuk pengetahuan (kognitif), keterampilan (psikomotor), dan sikap (afektif).
Belajar adalah proses multisegi yang biasanya dianggap sesuatu yang biasa saja oleh individu sampai mereka mengalami kesulitan saat menghadapi tugas yang kompleks. Akan tetapi kapasitas belajar adalah karakteristik yang membedakan manusia dari makhluk lainnya. Menurut Goldberg (dalam Gredler, 2011:2) bahwa hanya manusia yang memiliki otak yang berkembang baik untuk digunakan melakukan tindakan yang memiliki tujuan. Karena manusia memiliki otak yang bekembang baik, maka belajar sangat diperlukan sehingga seseorang dapat membedakan tujuan hidup mana yang baik dan mana yang buruk.
Suprihantono, 2014
Norma sosial dan efikasi diri pengaruhnya terhadap perilaku sopan santun peserta didik :survei pada smp negeri di kabupaten bekasi
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
2 seseorang. Kedua, belajar adalah penting bagi masyarakat. Salah satu tujuannya seperti yang dicatat oleh Vygotski (1924/1979) adalah mempelajari tentang nilai, bahasa, dan perkembangan kultur-pengalaman yang diwariskan.
Menurut W.H. Burton (dalam Siregar dan Nara, 2010:4) mengemukakan bahwa belajar adalah proses perubahan tingkah laku pada diri individu karena adanya interaksi antara individu dengan individu dan individu dengan lingkungannya sehingga mereka lebih mampu berinteraksi dengan lingkungannya. Lebih lanjut menurut Gagne (dalam Siregar dan Nara, 2010:4) dikemukakan bahwa ”learning is relatively permanent change in behavior that result from past experience or purposeful instruction”. Belajar adalah suatu perubahan perilaku yang relatif menetap yang dihasilkan dari pengalaman masa lalu ataupun dari pembelajaran yang bertujuan/direncanakan . Pengalaman diperoleh individu dalam interaksinya dengan lingkungan, baik yang tidak direncanakan maupun yang direncanakan, sehingga menghasilkan perubahan yang bersifat relatif menetap.
Belajar merupakan perubahan tingkah laku manusia dari hasil pengalaman yang diperolehnya. Perilaku adalah suatu kegiatan aktivitas organisme yang bersangkutan. Menurut Notoatmodjo (2012:131) perilaku manusia pada hakikatnya adalah tindakan atau aktivitas dari manusia itu sendiri yang mempunyai bentangan yang sangat luas, antara lain berjalan, berbicara, menangis, tertawa, bekerja, kuliah, menulis, membaca dan sebagainya. Sedangkan menurut Skinner (dalam Notoatmodjo, 2012:131) bahwa perilaku merupakan respons atau reaksi seseorang terhadap stimulus (rangsangan dari luar). Lebih lanjut Green (dalam Notoatmodjo, 2012:194) manganalisis perilaku manusia dari tingkat kesehatan, bahwa kesehatan seseorang dipengaruhi oleh dua faktor pokok, yaitu faktor perilaku dan faktor di luar perilaku. Selanjutnya perilaku itu sendiri ditentukan atau terbentuk dari tiga faktor yaitu :
Suprihantono, 2014
Norma sosial dan efikasi diri pengaruhnya terhadap perilaku sopan santun peserta didik :survei pada smp negeri di kabupaten bekasi
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
3 sarana-sarana kesehatan, misalnya puskesmas, obat-obatan, alat-alat kontrasepsi, jamban, dan sebagainya.
c. faktor-faktor pendorong (reinforcing factors) yang terwujud dalam sikap dan perilaku petugas keshatan atau petugas lain yang merupakan kelompok referensi dari perilaku masyarakat.
Perubahan tingkah laku tidak hanya dalam bentuk pengetahuan (kognitif) semata tetapi juga perubahan dalam hal perilaku keseharian seseorang terhadap lingkungannya. Perubahan perilaku yang diharapkan adalah perilaku yang tadinya tidak baik menjadi perilaku yang baik sehingga keberadaan dirinya dapat diterima oleh masyarakat. Perilaku yang baik seperti sopan santun, baik dalam hal berpakaian, ucapan atau tutur kata terhadap orang lain, perbuatan dan bertingkah laku dalam bermasyarakat. Hal ini perlu karena sopan santun merupakan unsur penting dalam kehidupan bersosialisasi sehari-hari seseorang, dengan sopan santun orang dapat dihargai dan disenangi dalam keberadaannya sebagai makhluk sosial dimanapun ia berada. Selain itu juga sopan santun merupakan cerminan kepribadian seseorang. Orang yang mempunyai sopan santun dengan baik, maka kemungkinan besar ia mempunyai kepribadian yang baik, dan sebaliknya orang yang sopan santunnya kurang kemungkinan besar ia mempunyai kepribadian yang kurang baik. Karena itu sopan santun ini perlu ditanamkan sejak dini kepada anak-anak, serta dapat dipertahankan dan dikembangkan di kalangan peserta didik.
Suprihantono, 2014
Norma sosial dan efikasi diri pengaruhnya terhadap perilaku sopan santun peserta didik :survei pada smp negeri di kabupaten bekasi
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
4 Perilaku sopan santun dapat terbentuk dari peranan pengetahuan yang diterima peserta didik. Pembelajaran IPS yang disampaikan di SMP, peserta didik diajarkan tentang materi sosiologi, dengan kompetensi dasar yaitu: memahami kehidupan sosial manusia ; memahami masalah penyimpangan sosial; memahami pranata dan penyimpangan sosial; dan memahami perubahan sosial budaya. Peserta didik setelah mendapatkan materi pembelajaran IPS ini, setidaknya akan mengetahui bahwa dalam kehidupan, dirinya akan berhadapan dengan lingkungan masyarakat yang berbeda status sosial, budaya, karakter, ras, agama, dan sebagainya, serta dalam bermasyarakat peserta didik mengetahui peraturan-peraturan atau norma sosial yang berlaku di masyarakat itu sendiri, sehingga peserta didik dalam bertingkah laku tidak melakukan penyimpangan sosial atau melakukan hal-hal yang negatif dan dalam bermasyarakat akan memperhatikan dan menghargai orang lain.
Peraturan-peraturan dan nilai-nilai itu harus ditanamkan baik melalui keteladanan maupun melalui praktek perilaku dan penerapan nilai kebaikan dan akhlak mulia dalam kehidupan di sekolah yang dilakukan oleh pendidik maupun di rumah yang dilakukan oleh orang tua atau yang lebih dewasa. Penerapan keteladanan terhadap peraturan-peraturan dan nilai-nilai harus dibudayakan dalam sikap dan perilaku peserta didik. Menurut Fitri (2012:87) bahwa nilai erat kaitannya dengan kebaikan, kendati keduanya memang tidak selalu bernilai tinggi bagi seseorang atau sebaliknya.
Suprihantono, 2014
Norma sosial dan efikasi diri pengaruhnya terhadap perilaku sopan santun peserta didik :survei pada smp negeri di kabupaten bekasi
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
5 Pendidikan di Indonesia khususnya mata pelajaran IPS di desain atas dasar fenomena, masalah, dan realitas sosial dengan pendekatan interdisipliner yang melibatkan berbagai cabang ilmu-ilmu sosial dan humaniora seperti kewarganegaraan, sejarah, geografi, ekonomi, sosiologi, antropologi pendidikan. IPS diterapkan untuk mengembangkan pengetahuan, pemahaman, dan kemampuan analisis peserta didik terhadap kondisi sosial masyarakat. Pembelajaran IPS merupakan suatu konsep yang mengembangkan pengetahuan, sikap, dan keterampilan sosial dalam rangka membentuk dan mengembangkan pribadi warga negara yang baik. Sebagaimana diungkapkan oleh Maryani (2011:2) bahwa :
“Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) mempunyai tugas mulia dan menjadi fondasi penting bagi pengembangan intelektual, emosional, kultural, dan sosial peserta didik, yaitu mampu menumbuhkan cara berfikir, bersikap, dan berperilaku yang bertanggungjawab selaku individu, warga masyarakat, warga negara, dan warga dunia. Mampu berkomunikasi, bekerjasama, memiliki sikap toleran, empati dan berwawasan multikultural dengan tetap berbasis keunggulan lokal. Memiliki keterampilan holistik, integratif dan transdisipliner dalam memecahkan masalah-masalah sosial” Di dalam Undang-Undang Pendidikan Nasional No. 20 Tahun 2003 pasal 3 juga terdapat tujuan yang ingin dicapai yaitu :
“Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab”
Suprihantono, 2014
Norma sosial dan efikasi diri pengaruhnya terhadap perilaku sopan santun peserta didik :survei pada smp negeri di kabupaten bekasi
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
6 Yang Maha Esa, berakhlak mulia dan tentunya mempunyai perilaku sopan santun baik di lingkungan keluarga, sekolah, dan masyarakat.
Dalam kegiatan belajar, manusia akan dipengaruhi berbagai macam faktor, baik yang berasal dari dalam dirinya atau faktor internal dan yang berasal dari luar dirinya atau faktor eksternal. Salah satu faktor yang berasal dari dalam dirinya yaitu motivasi atau keinginan untuk berubah ke arah yang lebih baik. Adapun faktor yang berasal dari luar juga sangat banyak. Salah satu faktor itu adalah media massa, baik media cetak seperti koran, majalah maupun media elektronik seperti radio, televisi dan internet, selain itu juga handphone yang tadinya hanya sebatas alat komunikasi sekarang sudah berubah tidak hanya alat komunikasi saja tetapi juga sudah dapat digunakan untuk mengakses informasi. Media massa ini berkembang sejalan dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi.
Ilmu pengetahuan dan teknologi memang sangat dibutuhkan kehadirannya dalam kehidupan, karena dengan ilmu pengetahuan dan teknologi ini peserta didik khususnya akan semakin bertambah wawasannya. Namun demikian perubahan dan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi selain membawa dampak positif juga membawa dampak negatif terhadap perubahan pola perilaku manusia di negara Indonesia dalam berbagai aspek kehidupan. Perubahan pola perilaku itu bahkan saat ini seakan membudaya dan sebagai suatu fenomena yang hampir setiap hari diperbincangkan. Pola berpikir manusia sekarang tampak terlihat dalam pola perilakunya. Hal-hal yang seharusnya dilarang baik secara norma sosial, norma hukum, norma susila, maupun norma agama seakan seperti hal yang wajar.
Suprihantono, 2014
Norma sosial dan efikasi diri pengaruhnya terhadap perilaku sopan santun peserta didik :survei pada smp negeri di kabupaten bekasi
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
7 perilaku tidak baik ini tidak jarang penyebabnya adalah hal-hal sepele, seperti persaingan nama, persaingan cinta, bersenggolan di dalam bus, saling ejek, ataupun awalnya hanya sekedar canda serta iseng belaka. Dan saat ini perilaku tidak baik justru lebih parah lagi seperti menipu, perjudian, tawuran antar pelajar, tawuran antar mahasiswa, tawuran antar kampung, penggunaan narkoba, merampas milik orang lain, pornografi, perkosaan, pelacuran, dan bahkan pembunuhan, serta permasalahan-permasalahan sosial lain yang sampai saat ini belum dapat diatasi secara tuntas.
Fenomena atau gambaran perilaku tidak baik tersebut juga dijumpai di kalangan peserta didik di daerah Kabupaten Bekasi, baik dari kasus yang sifatnya ringan sampai kasus yang sifatnya berat. Kasus-kasus tersebut seperti tawuran antar pelajar, bolos sekolah, saling ejek di kalangan teman sekolah, memanggil temannya dengan sebutan binatang, bahkan memanggil pendidik dengan cara berteriak dari kejauhan, bergandengan tangan dengan lain jenis ketika pulang sekolah, merokok ketika istirahat, potongan rambut dengan model yang aneh-aneh dan kadang di cat warna-warni, serta masih banyak lagi fenomena sosial yang lainnya.
Suprihantono, 2014
Norma sosial dan efikasi diri pengaruhnya terhadap perilaku sopan santun peserta didik :survei pada smp negeri di kabupaten bekasi
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
8 Kabupaten Bekasi yang menewaskan seorang anak berusia 15 tahun yang terjadi tanggal 7 Desember 2012.
Perilaku peserta didik tidak baik yang diperoleh dari salah satu SMP Negeri di Kabupaten Bekasi yang dijadikan sampel dalam penelitian ini di dapat data terhadap tingkat perilaku kurang baik yang melanggar norma sosial pada tahun pelajaran 2012/2013 semester ganjil sebagai berikut :
Tabel – 1.1
Beberapa perilaku peserta didik melanggar norma sosial
No Jenis Kasus Jumlah
1 Membolos 283
2 Seragam tidak sesuai aturan 99
3 Baju dikeluarkan tidak sesuai aturan 35
4 Merokok 30
5 Kenakalan remaja 30
6 Berkelahi dengan teman 26
7 Corat-coret di dinding sekolah/ bangku sekolah 21
8 Berkata yang kurang baik 17
Suprihantono, 2014
Norma sosial dan efikasi diri pengaruhnya terhadap perilaku sopan santun peserta didik :survei pada smp negeri di kabupaten bekasi
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
9 tidak tercatat, dengan kasus yang hampir sama.
Kejadian-kejadian di atas sebaiknya diatasi dan dicarikan solusi agar dalam kehidupan bermasyarakat dapat berjalan dengan baik, saling tenggang rasa dan saling menghormati, sebab apabila dibiarkan maka peserta didik tidak akan mempunyai kecakapan sosial dan bisa menjadi pribadi-pribadi yang egois dan hedonis serta membawa dampak yang buruk terhadap pribadinya sendiri, keluarga, masyarakat bahkan bangsa.
Pendidikan sesungguhnya memiliki tujuan yang mulia, namun kadang justru menghasilkan output yang tidak diharapkan. Mochtar Lubis (dalam Fitri, 2012:11) mengakui bahwa ciri masyarakat Indonesia saat ini antara lain :
1. Munafik,
2. Segan dan enggan bertanggung jawab, 3. Berjiwa feodal,
Lebih lanjut, Linkona (dalam Fitri, 2012:11-12) menyatakan ada sepuluh tanda kehancuran suatu bangsa yang berdampak pada karakter peserta didik antara lain :
1. Meningkatnya kekerasan di kalangan remaja, 2. Penggunaan bahasa dan kata-kata yang buruk,
3. Pengaruh peer group yang kuat dalam tindak kekerasan,
4. Meningkatnya perilaku merusak diri, seperti penggunaan narkoba, seks bebas, dan lain-lain,
Suprihantono, 2014
Norma sosial dan efikasi diri pengaruhnya terhadap perilaku sopan santun peserta didik :survei pada smp negeri di kabupaten bekasi
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
10 7. Rasa hormat kepada orang tua dan guru semakin rendah,
8. Rasa tanggung jawab individu dan warga negara semakin rendah, 9. Ketidakjujuran yang semakin membudaya, dan
10.Adanya rasa saling curiga dan kebencian di antara sesama.
Peserta didik sebagai generasi muda merupakan tulang punggung bangsa dan calon pemimpin bangsa. Modal yang harus dimiliki calon pemimpin bangsa diantaranya mempunyai moral yang baik sebab pemimpin merupakan panutan masyarakat yang akan dinilai dan ditiru pribadinya dan tingkah lakunya. Bagaimana jadinya kalau calon seorang pemimpin tidak mempunyai moral yang baik?, bisa jadi ketika ia menjadi pemimpin bangsa maka masyarakatnya juga akan berperilaku seperti pemimpinnya sehingga bangsa tersebut akan kehilangan masa depannya. Karena itu dalam pembentukan perilaku sopan santun terhadap peserta didik harus ada konsekuensi yang dilaksanakan, baik dari ketercapainan tujuan pembelajaran dalam mata pelajaran IPS ataupun tujuan pendidikan nasional itu sendiri dengan cara pendidikan harus dilaksanakan dengan benar, artinya aspek-aspek yang mendukung terselenggaranya pendidikan harus bekerja dengan baik dan saling mendukung.
Menurut Thorndike (dalam Hergenhahn dan Olson, 2010:68) bahwa perilaku sebagai suatu respons terhadap stimulus-stimulus dalam lingkungan. Selanjutnya dalam teorinya, Skiner (dalam Alwisol, 2009:321) merumuskan bahwa perilaku merupakan respons atau reaksi seseorang terhadap stimulus. Lebih lanjut Bandura (dalam Hergenhahn dan Olson, 2010:368) dalam teori kognitif
sosialnya mengemukakan bahwa perilaku seseorang akan terbentuk karena
interaksi timbal balik (resiprocal) antara faktor personal, lingkungan, dan perilaku
itu sendiri. Salah satu faktor pembentuk itu adalah lingkungan sekolah dimana
peserta didik mendapatkan pengetahuan dari tenaga pendidik . Pendidik
merupakan tulang punggung yang utama dalam kegiatan pendidikan, karena tanpa
Suprihantono, 2014
Norma sosial dan efikasi diri pengaruhnya terhadap perilaku sopan santun peserta didik :survei pada smp negeri di kabupaten bekasi
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
11
keterampilan dalam kegiatan pembelajaran atau yang dikenal dengan kompetensi
guru.
Seiring dengan diberlakukannya Undang-undang Republik Indonesia
Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen, dijelaskan bahwa : “kompetensi
adalah seperangkat pengetahuan, keterampilan, dan perilaku yang harus dimiliki,
dihayati, dan dikuasai oleh guru atau dosen dalam melaksanakan tugas keprofesionalan”. Seorang pendidik dikatakan sebagai suatu profesi apabila jabatan tersebut mempunyai persyaratan dasar, keterampilan teknik serta didukung
oleh kepribadian yang baik. Adanya kompetensi yang harus dimiliki seorang
pendidik, memungkinkannya dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran yang
menarik dan dapat memotivasi peserta didik dalam menuntut ilmu sehingga
wawasan dan pengetahuan akan didapatnya.
Tugas pendidik tidak hanya sebatas memberikan atau mentransferkan ilmu
kepada peserta didiknya, tetapi pendidik di mata peserta didik lebih dari itu.
Pendidik merupakan model yaitu sosok yang selayaknya menjadi teladan dan
panutan bagi peserta didik. Kata guru sendiri dalam istilah Jawa merupakan
singkatan dari kata digugu lan ditiru. Digugu artinya setiap ucapan-ucapannya atau
nasihat-nasihatnya akan selalu dipatuhi dan dilaksanakan oleh peserta didik,
sedangkan ditiru artinya setiap perbuatan, tindak-tanduk, atau tingkah lakunya
akan dicontoh oleh peserta didik. Menurut Zuriah (dalam Asmani, 2011:174) di
dalam pendidikan budi pekerti, guru dituntut untuk tidak hanya mampu
memberikan pemahaman materi ilmu pengetahuan, tetapi juga diharapkan bisa
mengubah akhlak anak didik sehingga mereka kelak menjadi manusia yang
berbudi luhur. Sedangkan menurut Sukmadinata (2011:253) bahwa guru sebagai
pendidik terutama berperan dalam menanamkan nilai-nilai, nilai-nilai yang
merupakan ideal dan standar dalam masyarakat. Artinya bahwa nilai-nilai baik
yang ada dalam masyarakat, dituntut untuk dimiliki seorang pendidik.
Faktor pembentuk perilaku sopan santun peserta didik bisa berasal dari
Suprihantono, 2014
Norma sosial dan efikasi diri pengaruhnya terhadap perilaku sopan santun peserta didik :survei pada smp negeri di kabupaten bekasi
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
12 (kognitif) yang ia miliki dan ia terima setiap hari dalam kehidupannya, terutama di
lingkungan sekolah tentunya berasal dari hasil pembelajaran yang telah dilakukan
pendidik sehingga peserta didik akan mendapatkan wawasan terhadap kehidupan
sosial. Hal ini sesuai dengan teori perilaku oleh WHO (dalam Notoatmodjo,
2012:196) yang menganalisa bahwa yang menyebabkan seseorang itu berperilaku
tertentu adalah karena adanya empat alasan pokok, yaitu :
1. pemahaman dan pertimbangan (thoughts and feeling), yakni dalam bentuk pengetahuan, persepsi, sikap, kepercayaan-kepercayaan dan penilaian-penialaian seseorang terhadap obyek.
2. Orang penting sebagai referensi (personal reference) 3. Sumber-sumber daya (resources)
4. Kebudayaan (culture)
Bagi peserta didik pembentukan perilaku sopan santun ini bisa dari lingkungan
sosial seperti teman bermain, keluarga, sekolah, masyarakat, ataupun dari media
massa seperti koran, majalah, televisi, dan internet. Khusus dari lingkungan
pendidikan di sekolah, pengetahuan diperoleh dari seorang pendidik setelah
melalui proses pembelajaran. Pengetahuan yang diperolehnya bisa dari materi
pelajaran yang memberikan pengetahuan tentang norma-norma sosial terutama
dalam hal ini pelajaran IPS, juga bisa didapat dari melihat sosok seorang pendidik,
karena memang pendidik dalam kegiatan pembelajaran merupakan figur dan
model yang akan ditiru oleh peserta didik. Lingkungan keluarga yang baik, kondisi
masyarakat yang bertoleransi dan menghargai orang lain, budaya sekolah yang
kondusif, berita dari koran dan majalah yang memberikan informasi positif, dan
tayangan televisi yang bersifat menghibur ataupun memberikan informasi
sebaiknya yang mendidik serta suguhan dari internet yang bersifat positif maka
dapat menambah dan membentuk pengetahuan yang baik terhadap peserta didik,
karena semua itu merupakan model bagi dirinya dalam pembentukan perilaku
sopan santun.
Perilaku sopan santun akan terbentuk dari interaksi yang terus menerus
Suprihantono, 2014
Norma sosial dan efikasi diri pengaruhnya terhadap perilaku sopan santun peserta didik :survei pada smp negeri di kabupaten bekasi
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
13
pengaruh lingkungan sosial yang baik. Melalui pengetahuan yang diperoleh
peserta didik tentang norma-norma sosial dapat membuat peserta didik mengontrol
dirinya yang kemudian membentuk keyakinan diri (self-efficacy). Bandura (dalam
Alwisol, 2012:287) bahwa orang bertingkahlaku dalam situasi tertentu tergantung
kepada resiprokal antara lingkungan dengan kondisi kognitif, khususnya faktor
kognitif yang berhubungan dengan keyakinannya bahwa dia mampu atau tidak
mampu melakukan tindakan yang memuaskan. Bandura menyebut keyakinan atau
harapan diri ini sebagai efikasi diri, dan harapan hasilnya disebut ekspektasi hasil.
Untuk itu dengan efikasi diri ini peserta didik mempunyai keyakinan untuk tidak
melakukan perbuatan-perbuatan yang negatif, karena dengan berbuat negatif ia
akan mendapatkan sanksi, baik sanksi hukum, sanksi agama, dan sanksi sosial dari
masyarakat seperti dicemooh, atau dikucilkan dari lingkungannya.
Perilaku-perilaku yang negatif yang dilakukan oleh peserta didik sering
muncul akibat kurangnya keterampilan sosial dalam mengendalikan perilakunya
sendiri. Anak-anak yang berbuat sekehendak hatinya (impulsive) cenderung
bertindak tanpa berpikir, mereka juga tidak memiliki keterampilan pemecahan
masalah yang akan dibutuhkan ketika menghadapi suatu konflik. Oleh karenanya
keyakinan diri (self-efficacy) yang merupakan bagian dari faktor kognitif ini
penting dalam kehidupan. Seseorang tanpa mempunyai keyakinan diri maka setiap
perbuatan dan tingkah lakunya akan semaunya sendiri apakah itu baik atau buruk,
merugikan orang lain atau tidak, biasanya ia tidak mempedulikannya. Menurut
Santrock (2007:57) faktor pribadi/kognitif dapat meliputi self-efficacy (keyakinan
bahwa seseorang dapat menguasai suatu situasi dan menghasilkan dampak yang
diinginkan), kemampuan merencanakan, dan keterampilan berpikir.
Sehubungan dengan hal di atas maka peneliti tertarik untuk melakukan
penelitian terhadap perilaku sopan santun di kalangan peserta didik jenjang SMP
Negeri di kabupaten Bekasi, karena peserta didik dalam kegiatan pembelajaran
mendapatkan ilmu pengetahuan dari seorang pendidik dengan segenap
Suprihantono, 2014
Norma sosial dan efikasi diri pengaruhnya terhadap perilaku sopan santun peserta didik :survei pada smp negeri di kabupaten bekasi
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
14
sosiologi yang berkaitan dengan pranata sosial dan di semua lingkungan sekolah
terdapat norma-norma yang diterapkan dalam rangka menjaga stabilitas sekolah,
juga dengan pengetahuan peserta didik sendiri baik yang diterima dari lingkungan
keluarga, lingkungan sekolah, lingkungan masyarakat, atau dari media massa,
setidaknya peserta didik dapat mempunyai keyakinan diri atau self-efficacy yang
dapat membentuk perilakunya dalam kehidupan sehari-hari. Karena itu peneliti
mengambil judul dalam penelitian ini adalah “Norma Sosial Dan Efikasi Diri
Pengaruhnya Terhadap Perilaku Sopan Santun Peserta Didik (Survei Pada SMP Negeri Di Kabupaten Bekasi)”
B. Indentifikasi dan Perumusan Masalah
Penelitian ini dilakukan untuk mengkaji masalah perilaku sopan santun
peserta didik yang seharusnya bisa terbentuk dari faktor lingkungan sosial dan
faktor personal/kognitif. Sebagian perilaku peserta didik sudah tidak sesuai lagi
dengan tujuan pendidikan IPS yaitu menjadi Warga Negara Indonesia yang baik,
dan tujuan pendidikan nasional.
Perilaku sopan santun peserta didik seharusnya terbentuk dari faktor
lingkungan sosial, bisa berasal dari lingkungan sekolah tempat di mana peserta
didik mendapat pendidikan yang diperoleh dari pendidik. Pendidik dengan
kompetensi yang dimilikinya harus dapat memberikan panutan yang baik kepada
peserta didik karena pendidik berperan sebagai model bagi murid-muridnya.
Adapun faktor kognitif bisa diperoleh dari kegiatan belajar yang berasal dari
lingkungan keluarga, sekolah terutama pengetahuan tentang norma sosial, dan
masyarakat, serta media massa yang dapat mempengaruhi bagaimana peserta didik
bertindak dan mengambil keputusan serta melakukan efikasi diri (self-efficacy)
terhadap perilakunya sendiri, apakah sudah sesuai norma yang berlaku atau belum.
Berdasarkan latar belakang di atas maka penulis melakukan identifikasi
masalah yang terdapat pada peserta didik SMP Negeri di Kabupaten Bekasi
Suprihantono, 2014
Norma sosial dan efikasi diri pengaruhnya terhadap perilaku sopan santun peserta didik :survei pada smp negeri di kabupaten bekasi
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
15
1. Kontribusi norma sosial terhadap perilaku sopan santun peserta didik SMP
Negeri.
2. Kontribusi efikasi diri terhadap perilaku sopan santun peserta didik SMP
Negeri.
3. Kontribusi norma sosial dan efikasi diri secara bersama-sama terhadap
perilaku sopan santun peserta didik SMP Negeri.
Berdasarkan masalah-masalah yang teridentifikasi, maka penulis
merumuskan masalah dalam kalimat pertanyaan berikut ini :
1. Berapa besar kontribusi norma sosial terhadap perilaku sopan santun peserta
didik ?
2. Berapa besar kontribusi efikasi diri terhadap perilaku sopan santun peserta
didik ?
3. Berapa besar kontribusi norma sosial dan efikasi diri secara bersama-sama
terhadap perilaku sopan santun peserta didik ?
C. Tujuan Penelitian
Sesuai dengan rumusan masalah di atas, maka penelitian ini dilakukan
untuk :
1. Mendeskripsikan dan menganalis data pengaruh dan kontribusi norma sosial
terhadap perilaku sopan santun peserta didik.
2. Mendeskripsikan dan menganalis data pengaruh dan kontribusi efikasi diri
terhadap perilaku sopan santun peserta didik.
3. Mengetahui secara bersama-sama pengaruh dan kontribusi norma sosial dan
efikasi diri terhadap perilaku sopan santun peserta didik.
D. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat secara :
Suprihantono, 2014
Norma sosial dan efikasi diri pengaruhnya terhadap perilaku sopan santun peserta didik :survei pada smp negeri di kabupaten bekasi
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
16
Membuktikan teori yang berhubungan dengan faktor-faktor yang berpengaruh
terhadap perilaku sopan santun peserta didik.
2. Praktis, bermanfaat bagi
a. Pendidik menambah wawasan dan pengetahuan serta lebih berkompetensi
dalam memberikan pendidikan kepada peserta didik.
b. Kepala sekolah, sebagai bahan pembinaan kepada para pendidik yang
terkait dengan kompetensi pendidik dalam kegiatan pembelajaran.
c. Peserta didik, sebagai bahan evaluasi diri dalam bertindak baik di
lingkungan keluarga, sekolah, dan masyarakat.
E. Struktur Organisasi Tesis
Penulisan laporan penelitian ini disusun dalam lima bab dengan menggunakan sistematika sebagai berikut :
Bab I tentang pendahuluan berisi latar belakang, identifikasi dan perumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian dan struktur organisasi tesis.
Bab II tentang kajian pustaka berisi pembelajaran pendidikan IPS, norma sosial, efikasi diri, perilaku sopan santun, pengaruh norma sosial dan efikasi diri terhadap perilaku sopan santun peserta didik , penelitian terdahulu, kerangka pemikiran, dan hipotesis penelitian.
Bab III tentang metode penelitian menguraikan metode penelitian, populasi dan sampel penelitian, variabel dan definisi operasional, teknik pengumpulan data, dan teknik analisis data.
Bab IV tentang hasil penelitian dan pembahasan yang menguraikan deskripsi data penelitian, analisis data, dan pembahasan.
Suprihantono, 2014
Norma sosial dan efikasi diri pengaruhnya terhadap perilaku sopan santun peserta didik :survei pada smp negeri di kabupaten bekasi
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
47
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Metode Penelitian
Sesuai dengan permasalahan dan tujuan penelitian, maka penelitian ini menggunakan pendekatan analisis deskriptif, yaitu penelitian yang berusaha memperoleh informasi dari keadaan yang sedang berlangsung pada saat penelitian dilaksanakan. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui bagaimana kontribusi norma sosial (X
₁
) dan efikasi diri (X
) terhadap perilaku sopan santun peserta didik (Y).Suprihantono, 2014
Norma sosial dan efikasi diri pengaruhnya terhadap perilaku sopan santun peserta didik :survei pada smp negeri di kabupaten bekasi
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
48 hendak menggambarkan karakteristik tertentu dari suatu populasi, baik yang berkenaan dengan sikap, tingkah laku, maupun aspek sosial lainnya. Variabel yang ditelaah disejalankan dengan karakterisitik yang menjadi fokus perhatian survei tersebut.
Setelah data diperoleh kemudian diolah secara statistik yang hasilnya dijelaskan secara deskriptif dan pada akhir penelitian akan dianalisis untuk menguji hipotesis. Menurut tingkat eksplanasinya, penelitian ini termasuk jenis penelitian asosiatif. Sugiyono (2009:11) menyatakan bahwa penelitian asosiatif adalah penelitian yang mencari hubungan antar satu atau beberapa variabel dengan variabel lainnya.
Dalam penelitian ini menggunakan pendekatan yang dipakai adalah kuantitatif. Penelitian kuantitatif menuntut ketelitian, ketekunan dan sikap kritis dalam mencari data dari populasi dan sampel, karena hasil dari penelitian ini yang berupa angka-angka akan diolah secara statistik. Apabila digambarkan, maka alur penelitian akan terlihat sebagai berikut :
Suprihantono, 2014
Norma sosial dan efikasi diri pengaruhnya terhadap perilaku sopan santun peserta didik :survei pada smp negeri di kabupaten bekasi
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
49
Gambar 3.1 : Alur Penelitian
B. Populasi dan Sampel Penelitian
1. Populasi
Suprihantono, 2014
Norma sosial dan efikasi diri pengaruhnya terhadap perilaku sopan santun peserta didik :survei pada smp negeri di kabupaten bekasi
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Suprihantono, 2014
Norma sosial dan efikasi diri pengaruhnya terhadap perilaku sopan santun peserta didik :survei pada smp negeri di kabupaten bekasi
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
51
Sumber : Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Bekasi Tahun 2013
2. Sampel
Suprihantono, 2014
Norma sosial dan efikasi diri pengaruhnya terhadap perilaku sopan santun peserta didik :survei pada smp negeri di kabupaten bekasi
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
52 populasi survei atau populasi survei itu sendiri, yang oleh peneliti dipandang mewakili populasi target. Dengan kata lain, sampel adalah elemen-elemen populasi yang dipilih atas dasar kemewakilannya. Selanjutnya Sedarmayanti dan Hidayat (2002:124) sampel adalah kelompok kecil yang diamati dan merupakan bagian dari populasi sehingga sifat dan karakteristik populasi juga dimiliki oleh sampel.
Untuk mendapatkan sampel diperlukan pertimbangan penentuan teknik sampling. Mengingat jumlah populasi yang amat luas, maka teknik sampling yang digunakan adalah cluster sampling. Menurut Sugiyono (2012 : 121) Teknik cluster sampling (sampling kelompok) dapat digunakan untuk menentukan sampel bila objek yang akan diteliti sangat luas. Teknik sampling cluster ini menggunakan tahapan dua langkah, dengan istilah teknik stratified random sampling, yakni sampel daerah dan tahap berikutnya menentukan orang-orang yang ada pada daerah itu secara sampling juga.
Jika dalam penelitian menginginkan kesimpulan dari sampel yang digeneralisasi ke populasi menjadi valid, maka sampel yang diambil harus representatif, artinya sampel yang terpilih harus dapat mencerminkan karakteristik yang dimiliki populasi. Menurut Faisal (2007:70) pada prinsipnya semakin besar jumlah sampel akan semakin kecil kemungkinan kesalahan inferensi yang dikarenakan kesalahan sampel, ini merupakan prinsip umum atas dasar teori atau hukum probabilitas.
Berkaitan dengan teknik pengambilan sampel, Nasution (dalam Riduwan
dan Kuncoro, 2012:40) berpendapat bahwa “Mutu penelitian tidak selalu
ditentukan oleh besarnya sampel, akan tetapi oleh kokohnya dasar-dasar teorinya,
oleh desain penelitiannya, serta mutu pelaksanaan dan pengolahannya”. Karena
Suprihantono, 2014
Norma sosial dan efikasi diri pengaruhnya terhadap perilaku sopan santun peserta didik :survei pada smp negeri di kabupaten bekasi
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
53 10% X 2460 = 246 responden dari seluruh sub rayon dan dari masing-masing sub rayon dapat dihitung sebagai berikut :
Sub rayon 01 =
Sub rayon 02 =
Sub rayon 03 =
Sub rayon 04 =
Sub rayon 05 =
Sub rayon 06 =
Sub rayon 07 =
Dari perhitungan jumlah sampel masing-masing sub rayon dari sub rayon satu sampai dengan sub rayon tujuh tersebut, maka jumlah sampel yang diambil ditentukan sebanyak 246 peserta didik dan jika ditampilkan dalam tabel sebagai berikut :
Suprihantono, 2014
Norma sosial dan efikasi diri pengaruhnya terhadap perilaku sopan santun peserta didik :survei pada smp negeri di kabupaten bekasi
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
54 No Nama Sekolah Sub Rayon Jumlah Peserta Didik
1 SMP Negeri 2 Tambun Selatan 01 40 2 SMP Negeri 1 Tambun Utara 02 38
3 SMP Negeri 4 Cibitung 03 30
4 SMP Negeri 2 Cikarang Utara 04 42
5 SMP Negeri 2 Sukatani 05 27
6 SMP Negeri 1 Bojongmangu 06 22
7 SMP Negeri 4 Tambun Selatan 07 47
Jumlah Sampel 246
C. Variabel dan Definisi Operasional
Sesuai dengan masalah yang diteliti, berikut ini peneliti memperjelas variabel-variabel yang dikaji dalam penelitian ini. Variabel bebas yang diangkat dalam penelitian ini diambil berdasarkan pemikiran bahwa variabel tersebut akan memiliki pengaruh terhadap variabel terikat. Untuk lebih jelasnya variabel-variabel dalam penelitian ini dirinci dalam definisi operasional sebagai berikut:
1. Norma Sosial
Suprihantono, 2014
Norma sosial dan efikasi diri pengaruhnya terhadap perilaku sopan santun peserta didik :survei pada smp negeri di kabupaten bekasi
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
55
2. Efikasi Diri
Keputusan untuk melakukan suatu tindakan, maka seseorang memerlukan keyakinan apakah tindakannya tersebut baik atau buruk, merugikan diri sendiri dan atau orang lain atau tidak serta sesuai norma sosial yang berlaku di masyarakat atau tidak. Karena itu seseorang harus mempunyai keyakinan atau efikasi diri. Efikasi diri adalah kemampuan seseorang untuk mengambil tindakan yang diharapkan sehingga muncul keyakinan diri untuk melaksanakan tindakan tersebut. Efikasi diri dalam penelitian ini adalah efikasi ekspektasi yang merupakan persepsi diri sendiri dan ekspektasi hasil yang merupakan perkiraan seseorang dalam mencapai hasil.
3. Perilaku Sopan Santun
Sebagai makhluk sosial, manusia akan berinteraksi dengan orang lain dalam lingkungan masyarakat yang majemuk. Dalam berinteraksinya tersebut seseorang perlu berperilaku yang sopan santun sehingga kehidupan yang tertib, aman dan damai akan tercapai. Perilaku sopan santun adalah perilaku seseorang yang berhubungan dengan cara atau tindakannya yang dianggap layak dan baik di mata masyarakat sekitar sehingga dapat dihargai seperti cara berpakaian, berperilaku, bersikap, bertutur kata, dan lain-lain. Perilaku sopan santun dalam penelitian ini berkaitan dengan perilaku terhadap diri sendiri dan perilaku terhadap orang lain.
Suprihantono, 2014
Norma sosial dan efikasi diri pengaruhnya terhadap perilaku sopan santun peserta didik :survei pada smp negeri di kabupaten bekasi
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
56 Tabel – 3.3
Pengembangan Kisi-kisi Instrumen Penelitian
Variabel Sub Variabel Indikator Jumlah Item No
Norma
Aturan atau pedoman tingkah laku 2 17,18
Untuk menertibkan kehidupan sosial 2 19,20
Efikasi Diri
Efikasi ekspektasi
Lingkungan kelas 4 1,2,3,4
Lingkungan Sekolah 3 5,6,7
Ekspektasi hasil
Lingkungan kelas 3 8,9,10
Lingkungan Sekolah 4 11,12,13,14
Perilaku
Suprihantono, 2014
Norma sosial dan efikasi diri pengaruhnya terhadap perilaku sopan santun peserta didik :survei pada smp negeri di kabupaten bekasi
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
57
D. Teknik Pengumpulan Data
Data yang diperlukan dalam penelitian ini terdiri dari data norma sosial; data efikasi diri, dan data perilaku sopan santun peserta didik. Data yang dikumpulkan bertipe data interval atau rasio. Adapun teknik pengumpulan data yang digunakan melalui kuesioner atau angket.
Menurut Sugiyono (2012:199) teknik kuesioner (angket) yaitu teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara memberi seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada responden untuk dijawabnya. Pertanyaan ataupun pernyataan kuisioner disusun dalam suatu lembaran pertanyaan atau pernyataan. Karena data yang akan dijaring dalam penelitian ini bervariasi, maka pertanyaan atau pernyataan akan disusun mengacu kepada kebutuhan data yang hendak diperoleh. Mengacu pada variabel yang akan diteliti, penyusunan pertanyaan atau pernyataan kuisioner merujuk pada jenis skala yang dianut dalam penelitian ilmiah dan dimodifikasi. Untuk menjaring data yang berhubungan dengan penelitian ini digunakan skala Likert. Menurut Sudaryono, dkk (2013:49) skala Likert digunakan untuk mengukur sikap, pendapat, dan persepsi seseorang atau sekelompok tentang kejadian atau gejala sosial. Pada skala ini, variabel yang akan diukur dijabarkan menjadi indikator variabel yang kemudian dijadikan titik tolak untuk penyusunan pertanyaan atau pernyataan.
Data ini berupa data perilaku peserta didik yang berhubungan dengan norma sosial, efikasi diri, dan sopan santun peserta didik yang semua data berbentuk data ordinal yang berasal dari sampel yang dijadikan responden.
E. Teknik Analisis Data
Suprihantono, 2014
Norma sosial dan efikasi diri pengaruhnya terhadap perilaku sopan santun peserta didik :survei pada smp negeri di kabupaten bekasi
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
58 Uji validitas dilakukan berkaitan dengan ketepatan alat ukur terhadap konsep yang diukur sehingga benar-benar mengukur apa yang seharusnya diukur. Berkaitan dengan pengujian validitas instrumen penelitian, menurut Riduwan (2004:109-110) menjelaskan bahwa validitas adalah suatu alat ukur yang menunjukkan tingkat keandalan atau kesahihan suatu alat ukur. Alat ukur yang kurang valid berarti memiliki validitas rendah. Untuk menguji validitas alat ukur, terlebih dahulu dicari harga korelasi antara bagian-bagian dari alat ukur secara keseluruhan dengan cara mengkorelasikan setiap butir alat ukur dengan skor total yang merupakan jumlah tiap butir skor. Untuk menghitung validitas alat ukur digunakan rumus Pearson Product Moment sebagai berikut :
r hitung = ∑ ∑ ∑
√ ∑ ∑ ∑ ∑
Dimana :
rhitung = koefisien korelasi ∑Xᵢ = jumlah skor item
∑Yᵢ = jumlah skor total (seluruh item) n = jumlah responden
Selanjutnya dihitung dengan Uji-t dengan rumus :
t
hitung=
√√
Dimana :
t = Nilai t hitung
r = Koefisien korelasi hasil r hitung n = Jumlah responden
Suprihantono, 2014
Norma sosial dan efikasi diri pengaruhnya terhadap perilaku sopan santun peserta didik :survei pada smp negeri di kabupaten bekasi
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
59 11; 13; dan 14. Dengan demikian ke-5 item ini dibuang dan jumlah item yang valid berjumlah 15 item yaitu No : 1; 2; 3; 4; 5; 7; 9; 10; 12; 14; 15; 16; 17; 18; 19; dan 20. Data validitas instrumen dapat dilihat pada tabel berikut :
Tabel – 3.4
Hasil Pengujian Validitas Variabel Norma Sosial (X₁) No. Item
Sumber : data hasil uji coba penelitian
Suprihantono, 2014
Norma sosial dan efikasi diri pengaruhnya terhadap perilaku sopan santun peserta didik :survei pada smp negeri di kabupaten bekasi
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
60 SPSS for windows versi 20, maka terdapat item yang gugur yaitu item No : 3; 4; dan 14. Dengan demikian ke-3 item ini dibuang dan item yang valid berjumlah 15 item yaitu No : 1; 2; 5; 6; 7; 8; 9; 10; 11; 12; dan 13. Data validitas instrumen dapat dilihat pada tabel berikut :
Tabel – 3.5
Hasil Pengujian Validitas Variabel Efikasi Diri (X)
No. Item
tabel Keputusan Hitungan Validitas
1 0,487 5,520 1,984 Valid Setelah ditabulasikan menggunakan rumus Korelasi Product Momen (r
hitung) kemudian dibandingkan dengan rumus
(t hitung), sebagai berikut : Contoh hitungan item No. 1
t hitung =
Suprihantono, 2014
Norma sosial dan efikasi diri pengaruhnya terhadap perilaku sopan santun peserta didik :survei pada smp negeri di kabupaten bekasi
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
61
11 0,359 3,808 1,984 Valid valid
Sumber : data hasil uji coba penelitian
Dari hasil uji coba instrumen penelitian untuk variabel Perilaku Sopan Santun (Y) sebanyak 23 buah setelah dianalisis uji validitas dengan menggunakan program SPSS for windows versi 20, maka terdapat item yang gugur yaitu item No : 1 dan 4. Selanjutnya ke-2 item ini dibuang dan item yang valid berjumlah 12 item yaitu No : 2; 3; 5; 6; 7; 8; 9; 10; 11; 12; 13 dan 14. Data validitas dan reliabilitas perilaku sopan santun dapat dilihat pada tabel berikut :
Tabel – 3.6
Hasil Pengujian Validitas Variabel Perilaku Sopan Santun Peserta Didik (Y)
No. Item Contoh hitungan item No. 1
Suprihantono, 2014
Norma sosial dan efikasi diri pengaruhnya terhadap perilaku sopan santun peserta didik :survei pada smp negeri di kabupaten bekasi
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
62
10 0,496 6,512 1,984 Valid Jika thitung > ttabel berarti valid
Thitung < ttabel berarti tidak valid
11 0,541 7,571 1,984 Valid
12 0,534 7,395 1,984 Valid
Sumber : data hasil uji coba penelitian
Selanjutnya dari masing-masing variabel tersebut sebelum dilakukan penyebaran angket harus dilakukan uji reliabilitas instrumen sehingga item-item pertanyaan/pernyataan layak untuk dijadikan alat ukur dalam penelitian.
2. Uji Reliabilitas
Uji reliabilitas dilakukan untuk mendapatkan tingkat ketetapan atau keajegan alat pengumpul data atau instumen yang digunakan. Uji reliabilitas instrumen dilakukan dengan rumus alpha. Metode mencari reliabilitas interval yaitu menganalisis reliabilitas alat ukur dari satu kali pengukuran, adapun rumus yang digunakan adalah alpha. Langkah-langkah untuk mencari nilai reliabilitas dengan metode alpha sebagai berikut :
a) Langkah pertama menghitung varians skor tiap-tiap item dengan rumus :
∑ ∑
Dimana :
Sᵢ = Varians skor tiap-tiap item
∑Xᵢ² = Jumlah kuadrat item X
ᵢ
(
∑Xᵢ)² = Jumlah item Xᵢ
dikuadratkan N = Jumlah respondenSuprihantono, 2014
Norma sosial dan efikasi diri pengaruhnya terhadap perilaku sopan santun peserta didik :survei pada smp negeri di kabupaten bekasi
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
63 Dimana :
∑ Sᵢ = Jumlah varians semua item S₁,S,SΎ,...Sn = Varians item ke-1,2,3...n
c) Langkah ketiga menghitung varians total dengan rumus :
∑
∑
Dimana :
Sᵢ = Varians total
∑X
ᵢ
² = Jumlah kuadrat X total(∑X
ᵢ
)² = Jumlah X total dikuadratkan N = Jumlah respondend) Langkah keempat memasukkan nilai Alpha dengan rumus :
r
₁₁
=
∑
Dimana :
r₁₁ = Nilai reliabilitas
∑Sᵢ = Jumlah varians skor tiap-tiap item St = Varians total
k = Jumlah item
Kemudian diuji dengan Uji reliabilitas instrumen dengan rumus Korelasi Pearson Product Moment yaitu :
rb =
∑ ∑ ∑√ ∑ ∑ ∑ ∑
Suprihantono, 2014
Norma sosial dan efikasi diri pengaruhnya terhadap perilaku sopan santun peserta didik :survei pada smp negeri di kabupaten bekasi
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
64
r
₁₁ =
Selanjutnya untuk mengetahui koefisien korelasinya signifikan atau tidak
digunakan distribusi (Tabel r) untuk α = 0,05 atau α =0,01 dengan derajat
kebebasan (dk = n – 1), kemudian membuat keputusan membandingkan r₁₁ dengan rtabel. Adapun kaidah keputusan : jika r₁₁ > rtabel berarti reliabel, dan jika r₁₁ < rtabel berarti tidak reliabel.
Berdasarkan hasil uji coba instrumen penelitian dengan menggunakan SPSS for windows versi 20 diperoleh kesimpulan bahwa item-item yang dinyatakan valid dari masing-masing variabel dan reliabel dengan taraf signifikansi
α =
0,05 dan derajat kebebasan dk = N – 1 = 100 – 1 = 99, signifikansi 5% maka diperoleh r tabel = 0,202, sedangkan indeks korelasi yang diperoleh untuk masing-masing variabel sebagai berikut :a. Variabel Norma Sosial (X₁) untuk nilai r ᵢᵢ = 0,813 lebih besar dari pada nilai r
tabel = 0,202 , maka dinyatakan reliabel.
b. Variabel Efikasi Diri (X
₂
) untuk nilai r ᵢᵢ = 0,737 lebih besar dari pada nilai rtabel = 0,202 , maka dinyatakan reliabel.
c. Variabel Perilaku Sopan Santun (Y) untuk nilai r ᵢᵢ = 0,861 lebih besar dari
pada nilai r tabel = 0,202 , maka dinyatakan reliabel.
Jadi berdasarkan hasil perhitungan reliabilitas item-item dari masing-masing variabel X₁, X, dan Y adalah reliabel, sehingga berdasarkan uji coba alat ukur, instrumen tersebut sudah dinyatakan valid dan reliabel seluruh butirnya, maka alat ukur tersebut dapat digunakan untuk pengukuran dalam rangka analisis lebih lanjut.
Suprihantono, 2014
Norma sosial dan efikasi diri pengaruhnya terhadap perilaku sopan santun peserta didik :survei pada smp negeri di kabupaten bekasi
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
65 Uji normalitas adalah uji yang dilakukan untuk mengetahui apakah data berdistribusi normal atau tidak. Apabila data berdistribusi normal maka teknik yang digunakan adalah teknik parametrik sedangkan data yang berdistribusi tidak normal maka teknik yang digunakan adalah teknik nonparametrik. Data dikatakan berdistribusi normal apabila nilai probabilitasnya > 0,05. Sedangkan data
berdistribusi tidak normal apabila nilai probabilitasnya ≤ 0,05. Dalam melakukan
uji normalitas ini peneliti menggunakan bantuan software SPSS for Windows versi 20.
4. Analisis Data Hasil Penelitian
Teknik analisis data menggunakan statistik parametrik jika asumsi-asumsi statistik terpenuhi, dan apabila asumsi-asumsi tidak terpenuhi maka data dianalisis menggunakan teknik bebas distribusi atau non parametrik. Adapun untuk menentukan terpenuhi tidaknya asumsi-asumsi digunakan dengan uji normalitas data dan uji homogenitas.
Sebelum melakukan uji hipotesis maka perlu menggambarkan secara umum keadaan norma sosial dan efikasi diri terhadap perilaku sopan santun peserta didik menggunakan teknik persentase, rata-rata dan simpangan baku yang semuanya menggunakan SPSS for windows versi 20. Setelah melakukan gambaran data langkah selanjutnya adalah menguji hipotesis.
5. Pengujian Hipotesis
Pengujian hipotesis adalah suatu langkah untuk menentukan sebuah keputusan menolak atau menerima hipotesis dengan menggunakan teknik statistik regresi sederhana, regresi ganda, korelasi sederhana dan korelasi ganda. Seluruh pengolahan data dalam pengujian hipotesis menggunakan bantuan SPSS for windows versi 20. Adapun masing-masing rumus sebagai berikut :
Suprihantono, 2014
Norma sosial dan efikasi diri pengaruhnya terhadap perilaku sopan santun peserta didik :survei pada smp negeri di kabupaten bekasi
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
66 c) Rumus korelasi regresi sederhana (Pearson Product Moment) :
rxy = ∑ ∑ ∑ mencari makna hubungan variabel bebas terhadap variabel terikat secara parsial, yang mana hasil korelasi Pearson Product Moment tersebut diuji dengan uji signifikansi melalui rumus :
t hitung = √