iv ABSTRAK
PREVALENSI DAN GAMBARAN PASIEN KARSINOMA NASOFARING DI RSUP DR. HASAN SADIKIN BANDUNG PERIODE JANUARI–DESEMBER 2014
Jennifer Christy Kurniawan, 1210134
Pembimbing I : Dr. Hana Ratnawati, dr., M.Kes., PA(K)
Pembimbing II : Dr. Teresa Liliana Wargasetia, S.Si.,M.Kes., PA(K)
Latar Belakang: Di Indonesia, karsinoma nasofaring merupakan tumor ganas daerah kepala dan leher yang terbanyak dan berada di urutan ke-5 untuk tumor ganas di seluruh tubuh.
Tujuan: Penelitian ini untuk mengetahui prevalensi dan gambaran pasien karsinoma nasofaring di RSUP Dr. Hasan Sadikin Bandung periode Januari-Desember 2014 berdasarkan golongan usia, jenis kelamin, pekerjaan, keluhan utama, stadium, dan pemeriksaan histopatologi.
Metode: Studi ini adalah penelitian deskriptif retrospektif dengan pengambilan dan pengumpulan data rekam medik pasien yang didiagnosis karsinoma nasofaring di RSUP Dr. Hasan Sadikin Bandung periode Januari-Desember 2014. Hasil: Prevalensi karsinoma nasofaring di RSUP Dr. Hasan Sadikin Bandung periode Januari-Desember 2014 adalah 41 pasien. Pasien karsinoma nasofaring terbanyak pada kelompok usia 40-49 tahun dengan jumlah 14 pasien (34,15%). Rasio karsinoma nasofaring antara pria dan wanita adalah 1,7:1. Pekerjaan pasien karsinoma nasofaring terbanyak adalah wiraswasta sebanyak 14 pasien (34,15%). Pasien datang untuk berobat dengan keluhan utama terbanyak adalah benjolan di leher sebanyak 10 pasien (24,39%) dan sudah dalam stadium IV yaitu sebanyak 31 pasien (75,61%). Berdasarkan pemeriksaan histopatologi didapatkan kasus terbanyak adalah karsinoma nasofaring tipe undifferentiated carcinoma sebanyak 23 pasien (56,09%).
Simpulan: Di RSUP Dr. Hasan Sadikin periode Januari–Desember 2014 terdapat 41 pasien baru dan lama yang menderita karsinoma nasofaring, terbanyak pada kelompok usia 40-49 tahun, lebih banyak ditemukan pada pria, dan pekerjaan wiraswasta. Pasien datang dengan keluhan utama terbanyak benjolan di leher dan sudah dalam stadium IV. Gambaran histopatologi terbanyak adalah tipe undifferentiated carcinoma.
Kata kunci: prevalensi, gambaran pasien, karsinoma nasofaring
v
ABSTRACT
PREVALENCE AND DESCRIPTION OF NASOPHARYNX CARCINOMA PATIENTS IN DR. HASAN SADIKIN HOSPITAL BANDUNG WITHIN
JANUARY TO DECEMBER 2014 PERIOD
Jennifer Christy Kurniawan, 1210134
Supervisor 1 : Dr. Hana Ratnawati, dr., M.Kes., PA(K)
Supervisor 2 : Dr. Teresa Liliana Wargasetia, S.Si.,M.Kes., PA(K)
Background: In Indonesia, nasopharnyx carcinoma is the most head and neck malignant tumor and is the fifth most malignant tumor in the whole body.
Objectives: The research is to find out the prevalence and description of nasopharynx carcinoma patients in Dr. Hasan Sadikin Hospital Bandung within the January to December 2014 period based on age, gender, job, main complaint, staging and histopathological examination.
Methods: This study was a retrospective descriptive research with data retrieval and collection of patients medical records that have been diagnosed with nasopharynx carcinoma in Dr. Hasan Sadikin Hospital Bandung within January to December 2014 period.
Results: The prevalence of nasopharynx carcinoma in Dr. Hasan Sadikin Hospital Bandung within January to December 2014 period is 41 patients. Nasopharynx carcinoma patients are mostly in the category of 40 to 49 years old with 14 patients (34.15%). Male to female ratio for nasopharynx carcinoma was 1.7:1. The most job was entrepreneur with 14 patients (34,15%). The main complaint was lump on the neck with 10 patients (24.39%) and the most staging was stage IV, with 31 patients (75.61%). Based on histopathological examination, the most case found was undifferentiated carcinoma type of nasopharynx carcinoma with 23 patients (56.09%).
Conclusion: In Dr. Hasan Sadikin Hospital on January to December 2014 period there were 41 nasopharynx carcinoma patients, mostly in the category of 40 to 49 years old, mostly found on men, and the most job was entrepreneur. Patient came with neck lump as the main complaint and already on stage IV of the disease. The most commonly found of histopathological examination results were undifferentiated carcinoma type.
Keywords: prevalence, patient description, nasopharynx carcinoma
viii DAFTAR ISI
JUDUL... ... i
LEMBAR PERSETUJUAN ... ii
SURAT PERNYATAAN ... iii
ABSTRAK ... iv
ABSTRACT ... v
KATA PENGANTAR ... vi
DAFTAR ISI ... viii
DAFTAR TABEL ... xi
DAFTAR GAMBAR ... xii
DAFTAR LAMPIRAN ... xiii
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ... 1
1.2 Identifikasi Masalah ... 2
1.3 Tujuan Penelitian... ... 3
1.4 Manfaat Penelitian ... 3
1.4.1 Manfaat Akademis ... 3
1.4.2 Manfaat Praktis ... 3
1.5 Landasan Teori ... 3
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Anatomi dan Histologi Nasofaring ... 6
2.1.1 Anatomi Nasofaring ... 6
2.1.2 Histologi Nasofaring ... 8
2.2 Karsinoma Nasofaring ... 9
2.2.1 Epidemiologi Karsinoma Nasofaring ... 9
2.2.2 Faktor Risiko Karsinoma Nasofaring ... ...11
2.2.3 Patogenesis Karsinoma Nasofaring ...……….……14 2.2.4 Gejala Karsinoma Nasofaring ... 16
2.2.5 Diagnosis Karsinoma Nasofaring ... 18
2.2.6 Gambaran Histopatologi Karsinoma Nasofaring ... ...20
2.2.7 Penentuan Stadium Karsinoma Nasofaring...… ……….……21
2.2.8 Penatalaksanaan Karsinoma Nasofaring ... 24
2.2.9 Pencegahan Karsinoma Nasofaring...……….……26
2.2.10 Prognosis Karsinoma Nasofaring ... 26
BAB III BAHAN DAN METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Bahan Penelitian ... 27
3.2 Metode Penelitian ... 27
3.3 Populasi dan Sampel Penelitian ... 27
3.3.1 Populasi Penelitian ... 27
3.3.2 Sampel Penelitian ... 27
3.4 Kriteria Sampel Penelitian ... 28
3.5 Variabel Penelitian ... 28
3.6 Definisi Operasional ... 28
3.7 Prosedur Kerja ... 29
3.8 Analisis Data ... 30
3.9 Lokasi dan Waktu Penelitian ... 30
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Prevalensi Karsinoma Nasofaring di RSUP Dr. Hasan Sadikin Bandung Periode Januari-Desember 2014…... ... 31
4.2 Gambaran Pasien Karsinoma Nasofaring Berdasarkan
Golongan Usia di RSUP Dr. Hasan Sadikin Bandung
Periode Januari-Desember 2014 …...31
4.3 Gambaran Pasien Karsinoma Nasofaring Berdasarkan Jenis Kelamin di RSUP Dr. Hasan Sadikin Bandung Periode Januari-Desember 2014 …...33
4.4 Gambaran Pasien Karsinoma Nasofaring Berdasarkan Pekerjaan di RSUP Dr. Hasan Sadikin Bandung Periode Januari-Desember 2014 …...34
4.5 Gambaran Pasien Karsinoma Nasofaring Berdasarkan Keluhan Utama di RSUP Dr. Hasan Sadikin Bandung Periode Januari-Desember 2014 …...35
4.6 Gambaran Pasien Karsinoma Nasofaring Berdasarkan Stadium di RSUP Dr. Hasan Sadikin Bandung Periode Januari-Desember 2014 …...36
4.7 Gambaran Pasien Karsinoma Nasofaring Berdasarkan Pemriksaan Histopatologi di RSUP Dr. Hasan Sadikin Bandung Periode Januari-Desember 2014 …...37
BAB V SIMPULAN DAN SARAN 5.1 Simpulan………39
5.2 Saran ... 40
DAFTAR PUSTAKA ... 41
LAMPIRAN ... 45
RIWAYAT HIDUP ... 49
xi
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Klasifikasi TNM menurut AJCC (American Joint Comitee on
Cancer) pada Karsinoma Nasofaring ... 22 Tabel 2.2 Stadium TNM pada Karsinoma Nasofaring...23
Tabel 4.1 Gambaran Pasien Karsinoma Nasofaring Berdasarkan Golongan
Usia di RSUP Dr. Hasan Sadikin Bandung Periode
Januari-Desember 2014...32
Tabel 4.2 Gambaran Pasien Karsinoma Nasofaring Berdasarkan Jenis Kelamin
di RSUP Dr. Hasan Sadikin Bandung Periode
Januari-Desember 2014...33
Tabel 4.3 Gambaran Pasien Karsinoma Nasofaring Berdasarkan Pekerjaan
di RSUP Dr. Hasan Sadikin Bandung Periode
Januari-Desember 2014...34
Tabel 4.4 Gambaran Pasien Karsinoma Nasofaring Berdasarkan Keluhan
Utama di RSUP Dr. Hasan Sadikin Bandung Periode
Januari-Desember 2014...35
Tabel 4.5 Gambaran Pasien Karsinoma Nasofaring Berdasarkan Stadium
di RSUP Dr. Hasan Sadikin Bandung Periode
Januari-Desember 2014...36
Tabel 4.6 Gambaran Pasien Karsinoma Nasofaring Berdasarkan
Pemeriksaan Histopatologi di RSUP Dr. Hasan Sadikin
Bandung Periode Januari-Desember 2014...38
xii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Letak Nasofaring ... 6
Gambar 2.2 Anatomi Nasofaring ... 7
Gambar 2.3 Histologi Nasofaring ... 9
Gambar 2.4 Patogenesis Karsinoma Nasofaring ... 16
xiii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Surat Keputusan Komisi Etik Penelitian ... 45
Lampiran 2 Data Rekam Medik Karsinoma Nasofaring di RSUP Dr. Hasan
Sadikin Bandung Periode Januari-Desember 2014 ... 46
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kanker adalah pertumbuhan dan penyebaran sel secara tidak terkendali, sering menyerang jaringan sekitar dan dapat bermetastasis atau menyebar ke organ lain
(World Health Organization, 2012). Menurut data WHO tahun 2013, insidensi
kanker meningkat dari 12,7 juta kasus pada tahun 2008 menjadi 14,1 juta kasus
pada tahun 2012. Sedangkan jumlah kematian meningkat dari 7,6 juta orang pada
tahun 2008 menjadi 8,2 juta orang pada tahun 2012. Kanker menjadi penyebab
kematian nomor 2 di dunia sebesar 13% setelah penyakit kardiovaskular.
Berdasarkan data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2013, prevalensi
kanker di Indonesia adalah 1,4 per 1000 penduduk atau sekitar 330.000 orang
(Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 2014).
Karsinoma nasofaring adalah tumor ganas daerah kepala leher yang berasal
dari epitel nasofaring (Afifah & Mayangsari, 2014). Karsinoma nasofaring banyak
ditemukan pada ras Mongoloid sehingga sering terjadi pada penduduk Cina
Selatan, Hongkong, Vietnam, Thailand, Malaysia, Singapura, dan Indonesia.
Insidensi karsinoma nasofaring di Cina Selatan menempati kedudukan tertinggi
yaitu 50 per 100.000 penduduk per tahun, khususnya provinsi Guang Dong dan
daerah Guangxi (Yenita & Asri, 2012).Angka kejadian karsinoma nasofaring di
Indonesia adalah 6,5 per 100.000 penduduk dengan mortalitas 3,3 per 100.000
penduduk (International Agency for Research on Cancer, 2010).
Di Indonesia, karsinoma nasofaring merupakan tumor ganas daerah kepala dan
leher yang terbanyak yaitu hampir 60%, kemudian diikuti oleh karsinoma hidung
dan sinus paranasal (18%), laring (16%), dan tumor ganas rongga mulut, tonsil,
hipofaring dalam persentase rendah. Berdasarkan data Laboratorium Patologi
Anatomi Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, tumor ganas nasofaring
berada di urutan ke-5 untuk tumor ganas di seluruh tubuh (Roezin & Adham,
2012).
2
Penyebab terjadinya karsinoma nasofaring ini bersifat multifaktorial yaitu ras
dimana karsinoma nasofaring lebih sering ditemukan pada ras Mongoloid
dibandingkan ras lainnya, genetik yaitu HLA-A2-Bw46 dan B-17 dapat
meningkatkan risiko terjadinya karsinoma nasofaring, diet sering konsumsi ikan
asin dan makanan yang diawetkan, virus Eipsten-Barr, lingkungan, dan pekerjaan
(Ariwibowo, 2013).
Diagnosis dini karsinoma nasofaring sangat menentukan prognosis pasien. Hal
ini cukup sulit dilakukan karena gejala awal tidak jelas dan lokasinya yang
tersembunyi serta berhubungan dengan banyak daerah penting di dalam tengkorak
(Roezin & Adham, 2012). Oleh karena itu, karsinoma nasofaring sering
menyebabkan metastasis ke kelenjar limfe leherdan menimbulkan gangguan saraf
otak sehingga penderita datang pada stadium lanjut yang menyebabkan tingginya
angka kematian (Haryanto et al., 2010).
Berdasarkan latar belakang di atas, penulis tertarik untuk meneliti tentang
insidensi dan gambaran penderita karsinoma nasofaring di RSUP Dr. Hasan
Sadikin Bandung.
1.2 Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka identifikasi masalah penelitian ini
adalah:
Berapa prevalensi karsinoma nasofaring di RSUP Dr. Hasan Sadikin Bandung
pada periode Januari-Desember 2014.
Bagaimana gambaran pasien karsinoma nasofaring berdasarkan golongan usia
di RSUP Dr. Hasan Sadikin Bandung periode Januari-Desember 2014.
Bagaimana gambaran pasien karsinoma nasofaring berdasarkan jenis kelamin
di RSUP Dr. Hasan Sadikin Bandung periode Januari-Desember 2014.
Bagaimana gambaran pasien karsinoma nasofaring berdasarkan pekerjaan di
RSUP Dr. Hasan Sadikin Bandung periode Januari-Desember 2014.
Bagaimana gambaran pasien karsinoma nasofaring berdasarkan keluhan utama di RSUP Dr. Hasan Sadikin Bandung periode Januari-Desember 2014.
3
Bagaimana gambaran pasien karsinoma nasofaring berdasarkan stadium di
RSUP Dr. Hasan Sadikin Bandung periode Januari-Desember 2014.
Bagaimana gambaran pasien karsinoma nasofaring berdasarkan pemeriksaan
histopatologi di RSUP Dr. Hasan Sadikin Bandung periode Januari-Desember
2014.
1.3 Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui prevalensi dan gambaran pasien
karsinoma nasofaring di RSUP Dr. Hasan Sadikin Bandung periode
Januari-Desember 2014 berdasarkan golongan usia, jenis kelamin, pekerjaan, keluhan
utama, stadium, dan pemeriksaan histopatologi.
1.4 Manfaat Penelitian
1.4.1 Manfaat Akademis
Menambah pengetahuan di bidang epidemiologi dan melengkapi informasi
mengenai prevalensi dan gambaran pasien karsinoma nasofaring.
1.4.2 Manfaat Praktis
Memberikan informasi mengenai prevalensi dan gambaran pasien karsinoma
nasofaring kepada tenaga medis, paramedis, dan masyarakat, yang diharapkan
dapat berkontribusi dalam mencegah terjadinya karsinoma nasofaring.
1.5 Landasan Teori
Karsinoma nasofaring adalah tumor ganas daerah kepala leher yang paling
sering ditemukan, bersifat sangat invasif dan sangat mudah bermetastasis
4
dibanding tumor ganas daerah kepala leher yang lain. (Afifah & Mayangsari,
2014; Firdaus & Prijadi, 2009).
Karsinoma nasofaring sering terjadi pada penduduk Afrika Utara, Cina Selatan,
Hongkong, Vietnam, Thailand, Malaysia, Singapura, dan Indonesia. Insidensi
karsinoma nasofaring berdasarkan data GLOBOCAN (Global Burden Cancer) 2012 adalah 86.691 kasus dengan kematian 50.831 kasus di seluruh dunia. Cina
Selatan masih menduduki tempat tertinggi yaitu dengan 2500 kasus baru per tahun
untuk propinsi Guang-dong atau prevalensi 39,84 per 100.000 penduduk.
Insidensi karsinoma nasofaring di Indonesia adalah 6,5 per 100.000 penduduk
dengan mortalitas 3,3 per 100.000 penduduk (International Agency for Research
on Cancer, 2012; Roezin & Adham, 2012).
Kanker ini dapat diderita oleh pasien berbagai usia dengan insidensi meningkat
setelah usia 30 tahun dan mencapai puncak pada umur 40-60 tahun (Yenita &
Asri, 2012). Rasio insidensi karsinoma nasofaring pada pria dibanding wanita
adalah 2-3:1 (International Agency for Research on Cancer, 2012).
Pekerjaan berhubungan dengan faktor risiko lingkungan seperti riwayat
kontak dengan karsinogen antara lain benzopyrene, benzoathracene, formaldehida, gas kimia, asap industri, dan asap kayu dalam jangka waktu lama
dapat meningkatkan risiko karsinoma nasofaring (Firdaus & Prijadi, 2009).
Gejala klinik yang paling sering terjadi adalah benjolan leher. Gejala lain yang
umumnya dapat ditemukan berupa hidung tersumbat, mimisan, rasa tidak nyaman
di telinga, penurunan penglihatan, disfagia, dan nyeri kepala. Metastasis jauh
dapat menyebabkan destruksi tulang, lemah badan dan penurunan berat badan
(Roezin & Adham, 2012).
Pembagian stadium karsinoma nasofaring menggunakan sistem TNM menurut
AJCC (American Joint Comitee on Cancer) 2010 yaitu dilihat dari tumor primer, pembesaran KGB regional, dan metastasis jauh. Karsinoma nasofaring terbagi
menjadi 4 stadium yaitu I, II, III, IV A, IV B, dan IV C (Afifah & Mayangsari,
2014).
Terdapat 3 tipe karsinoma nasofaring menurut WHO tahun 1978 yaitu
differentiated squamous cell carcinoma (WHO-I), non-keratinizing carcinoma
5
(WHO-II), dan undifferentiated carcinoma (WHO-III) (American Cancer Society, 2015). Penggolongan ini penting untuk menentukan derajat suatu penyakit dan
jenis terapi yang akan diberikan.
39
BAB V
SIMPULAN DAN SARAN
5.1 Simpulan
Dari hasil penelitian insidensi dan gambaran penderita karsinoma nasofaring di
RSUP Dr. Hasan Sadikin Bandung Bandung Periode Januari-Desember 2014
dapat disimpulkan:
Prevalensi karsinoma nasofaring di RSUP Dr. Hasan Sadikin Bandung Periode
Januari-Desember 2014 sebanyak 41 pasien.
Gambaran pasien karsinoma nasofaring berdasarkan golongan usia di RSUP
Dr. Hasan Sadikin Bandung Periode Januari-Desember 2014 didapatkan kasus
terbanyak pada golongan usia 41-50 tahun dengan jumlah 14 pasien (34,15%).
Gambaran pasien karsinoma nasofaring berdasarkan jenis kelamin di RSUP Dr.
Hasan Sadikin Bandung Periode Januari-Desember 2014 didapatkan jenis
kelamin pria dibanding wanita adalah 1,7:1.
Gambaran pasien karsinoma nasofaring berdasarkan pekerjaan di RSUP Dr.
Hasan Sadikin Bandung Periode Januari-Desember 2014 didapatkan terbanyak
adalah wiraswasta sebanyak 14 pasien (34,15%).
Gambaran pasien karsinoma nasofaring berdasarkan keluhan utama di RSUP
Dr. Hasan Sadikin Bandung Periode Januari-Desember 2014 didapatkan
keluhan utama terbanyak adalah benjolan di leher sebanyak 10 pasien
(24,39%).
Gambaran pasien karsinoma nasofaring berdasarkan stadium di RSUP Dr.
Hasan Sadikin Bandung Periode Januari-Desember 2014 didapatkan bahwa
sebagian besar pasien karsinoma nasofaring datang untuk berobat sudah dalam
stadium IV yaitu sebanyak 31 pasien (75,61%).
Gambaran pasien karsinoma nasofaring berdasarkan pemeriksaan histopatologi
di RSUP Dr. Hasan Sadikin Bandung Periode Januari-Desember 2014
didapatkan bahwa kasus terbanyak adalah tipe undifferentiated carcinoma
sebanyak 23 pasien (56,09%).
40
5.2 Saran
Saran yang dapat penulis sampaikan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
Penelitian ini hanya mencakup sedikit hal mengenai karsinoma nasofaring,
untuk itu perlu dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai karsinoma
nasofaring yang berhubungan dengan faktor risiko seperti infeksi EBV, pola
diet, pekerjaan pasien, kebiasaan merokok, dan konsumsi alkohol.
Bagi petugas medis, diharapkan dapat melengkapi semua data yang
berhubungan dengan faktor risiko untuk penelitian lebih lanjut
Bagi masyarakat, diharapkan lebih waspada terhadap gejala dini karsinoma nasofaring dan tidak menunda pengobatan.
41
DAFTAR PUSTAKA
American Cancer Society, 2015. What are the key statistics about nasopharyngeal
cancer?. http://www.cancer.org/cancer/nasopharyngealcancer/detailedguide/ nasopharyngeal-cancer-key-statistics. 10 Oktober 2015.
American Cancer Society, 2015. What are the risk factors for nasopharyngeal
cancer?. http://www.cancer.org/cancer/nasopharyngealcancer/detailedguide/ nasopharyngeal-cancer-risk-factors. 15 Oktober 2015.
American Cancer Society, 2015. Do we know what causes nasopharyngeal
cancer?. http://www.cancer.org/cancer/nasopharyngealcancer/detailedguide/ nasopharyngeal-cancer-what-causes. 15 Oktober 2015.
Afifah NH & Mayangsari ID. 2014. Kapita selekta kedokteran. Edisi ke-2.
Jakarta:Media Aesculapius FKUI. p 1051-1053.
Arditawati Y. 2011. Analisis hubungan antara faktor risiko dengan tipe histopatologik pada karsinoma nasofaring. Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro.
Ariwibowo H. 2013. Faktor risiko karsinoma nasofaring. CDK-204, 40(5).
Cao SM, Simons MJ, Qian CN. 2011. The prevalence and prevention of
nasopharyngeal carcinoma in china. Chinese Journal of Cancer, 30(2).
Cancer Research UK, 2014. Nasopharyngeal cancer risks and causes.
http://www.cancerresearchuk.org/aboutcancer/type/nasopharyngealcancer/ab out/nasopharyngeal-cancer-risks-and-causes. 15 Oktober 2015.
Cancer Research UK, 2014. Statistic and outlook for nasopharyngeal carcinoma.
http://www.cancerresearchuk.org/about-cancer/type/nasopharyngeal-cancer/ treatment/statistics-and-outlook-for-nasopharyngeal-cancer.6 Desember 2015.
Chan AT. 2010. Symposium Article: Nasopharyngeal carcinoma. Annals of
Oncology, 21(7).
Chang ET & Adami HO. 2006. The enigmatic epidemiology of nasopharyngeal
carcinoma. Cancer Epidemiol Biomarkers, 15
Chu EA, Wu JM, Tunkel DE, Ishman SL. 2008. Naospharyngeal carcinoma: The
role of the epstein-barr virus. Medscape J Med, 10(7): 165
Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 2014. Hilangkan mitos tentang
kanker. http://www.depkes.go.id/article/print/201407070001/hilangkan-mitos-tentang-kanker.html. 6 Desember 2015.
42
Dharmais Hospital National Cancer Center, 2009. Kanker nasofaring.
http://www.dharmais.co.id/index.php/kanker-nasofaring.html. 17 Januari 2015.
Drake RL, Vogl AW, Mitchell, AW. 2010. Gray's anatomy: Anatomy of the
human body. 2nd edition. Philadelphia: Elsevier. p 991-993.
Fibrian KC. 2010. Hubungan antara klasifikasi histopatologis dengan respon kemoradiasi berdasarkan gambaran CT Scan pada penderita karsinoma nasofaring. Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro.
Firdaus MA & Prijadi J. 2009. Kemoterapi neoadjuvan pada karsinoma nasofaring. Bagian Telinga Hidung Tenggorok Bedah Kepala Leher Fakultas Kedokteran Universitas Andalas/RSUP Dr. M. Djamil Padang.
Guo X, Johnson RC, Deng H, Liao J, Guan L, Nelson GW, et al. 2009.
Evaluation of non-viral risk factors for nasopharyngeal carcinoma in a
high-risk population of Southern China. Int J Cancer, 124(12) : 2942-2947
Halomoan R. 2005. Prevalensi karsinoma nasofaring di Rumah Sakit Immanuel Bandung tahun 2003-2004. Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Maranatha.
Haryanto R, Saefuddin OM, Boesoirie TS. 2010. Radiasi eksternal karsinoma
nasofaring sebagai penyebab gangguan dengar sensorineural. MKB, 42(3).
International Agency for Research on Cancer, 2014. Globocan 2012: Cancer
incidence and mortality worldwide. http://globocan.iarc.fr. 16 Januari 2015
Komite Nasional Penanggulangan Kanker. 2015. Panduan nasional
penanggulangan kanker : Kanker nasofaring. http://kanker.kemkes.go.id/ guidelines/PNPKKNF.pdf . 20 November 2015.
Lee N & Chan K. 2008. Current diagnosis and treatment in otolaryngology-head
and neck surgery. 2nd edition. McGraw-Hill Co, Inc. p 362-6.
Ma J, Liu L, Tang L, Zong J, Lin A, Lu T, et al. 2007. Retropharyngeal
lymphnode metastasis in NPC: prognostic value and staging categories. Clin
Cancer Res, 13(5).
Melani W & Sofyan F. 2011. Karakteristik penderita kanker nasofaring di Rumah
Sakit H. Adam Malik Medan tahun 2011. E-Jurnal FK-USU, 1(1).
Moore, KL, Dalley AF, Agur AM. 2010. Clinically oriented anatomy. 6th edition.
Philadelphia: Lippincott Williams & Wilkins. p 1032-1034.
43
Munir D, Lutan R, Zam-Zam M, Abdi C. 2010. Erosi dasar tengkorak dan kelainan saraf kranial pada penderita karsinoma nasofaring di RS. H. Adam Malik Medan. CDK-179
National Cancer Institute, 2015. Nasopharyngeal cancer treatment.
http://www.cancer.gov/types/head-and-neck/patient/nasopharyngeal treatment-pdq. 5 November 2015
Nasution II. 2008. Hubungan merokok dengan karsinoma nasofaring. Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.
Ou XM, Yang ZY, Hu CS. 2014. Use of F-FDG PET/CT in the diagnosis, staging, response assessment and prognosis of nasopharyngeal carcinoma:an updated
review. Journal of Nasopharyngeal Carcinoma, 1(13).
Paulsen F & Waschke J. 2010. Sobotta: Atlas anatomi manusia ( kepala, leher,
dan neuroanatomi). Edisi ke-23, Jilid 3. Jakarta: EGC. p 11.
Piasiska H. 2010. Profil Penderita Karsinoma Nasofaring di Laboratorium Patologi Anatomi Kota Medan Tahun 2009 [tesis]. Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.
Pramudja SG, Roezin A, Moeslichan. 2008. Frekuensi tertinggi dan terendah
antigen HLA dan risiko HLA terhadap karsinoma nasofaring. The Indonesian
Journal of Medical Science, 1(1): 970-971.
Qian C, Simons MJ, Cao S. 2011. The prevalence and prevention of
nasopharyngeal carcinoma in China. Chin J Cancer, 30(2).
Roezin A & Adham M. 2012. Buku ajar ilmu kesehatan telinga, hidung,
tenggorok, kepala, leher. Edisi ke-7. Jakarta:FKUI. p 158-162.
Saad S & Wang TJ. 2014. Nasopharyngeal carcinoma: Current treatment options
and future directions. Journal of Nasopharyngeal Carcinoma, 1(16).
Simons MJ. 2011. Nasopharyngeal carcinoma as a paradigm of cancer genetics.
Chinese Journal of Cancer, 30(2):79-84.
Wei K, Xu Y, Liu J, Zhang W, Liang Z. 2011. Histopathological classification of
nasopharyngeal carcinoma. Asian Pacific Journal of Cancer Prevention, 12
Wibowo DS & Paryana W. 2009. Anatomi tubuh manusia. Jakarta: Graha Ilmu.
42
World Health Organization, 2012. Cancer. http://who.int/cancer/en/index.html. 21
November 2012
Yenita & Asri A. 2012. Korelasi antara latent membrane protein-1 virus
epstein-barr dengan P53 pada karsinoma nasofaring (penelitian lanjutan). Jurnal
Kesehatan Andalas, 1(1).
Young B, Lowe JS, Stevens A, Heath JW. 2006. Wheater's functional histology :
A text and colour atlas. 5th edition. Churchill Livingstone. p 237.
Zhang L, Chen Q, Liu H, Tang L, Mai H. 2013. Emerging treatment options for
nasopharyngeal carcinoma. Dovepress Journal, 7.
44