.TVTINFAAT
PROGRAITT
REHABILITASI
PAP.U
_-,."'
.
PAIIA
PEI{DERfTA
P}OK
STABIL
a
ol&:
Snten HasfuqSn
BAGIAI{
PITLMONOLOGI
DAI\[
KEIX}KIERAN
RESP_IRASI
LEMBARAN
PENGE
SAI{AN
PEMBIMBING
Tesis
ini
telah diseiuj'uiuntuk
disidangkan ,,Tanggal:O7Agustus2{10
::
.,
.
lMengetahui:
Ketua Program
Studi PendidikanDokter
Spesialis Pulmonologi danIlmu
Kedokteran
Respirasi FakultasKedokteran
Universitas Andaias/
BAGIAN PULMONOLOGI
DAN
II,MU KEDOKTERAN
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNAND
/ RSUP. DT.M.
PADANG
2010RESPIRASI
DJAMIL
NIP.
130 526 442130 672297
RS
Dr M Djamil
PadangLEMBARAN
PENGESAHAII PENGUJI
J*:.:j
te,ld
gruii
dan
dinilai
oreh
panitia
penguji-pada
Fiograrn
lendi_dikan
Dokter
spesialis
putmonologi
dan
fi";
i<.aoLt"rin
--Respirasi
Fakultas
Kedokteran
unive..ftu,
Andalas
I
ni
n"
ni
'-:
'Djamil.Pndang
.fanggat
L2rAgustus 2010
z.=
NrP,- 130'526442
' ,, 'l ' :
BASITI_P
gl"ff
eNoL
OGr
DAN
rLMU
KEDOKTE RAN
RE
SprRASr
FAKULTAS KEDoKTERAN uNAND
/Rsup.;".
ni.
ifiniii-"'
.
,
',,
r,aPgc
BAB
I
PENDAHULUAN
l.lLatar
Belakang
Menurut European Respiratory Society,
penyakit
paru
obstruksikronik
(PPOK)
menempatiperingkat
kelimaurutan penyakit
terbanyak didunia
padatahun 2020, penyebab kematian
peringkat empat
di
Amerika Serikat,dan
pada akhir abadini
diperkirakan akan menempati peringkat ketiga dari urutan penyebabkematian
di
dunia (WHO,2004) t.Di
Indonesia,pendefita penyakit
ini
terus mengalami peningkatan daritahun
ke
tahun,
berdasarkan survey kesehatanrumah
tangga(
SKRT, 1992),asma
bronkial, bronkitis
dan empisema
menduduki peringkat ke-6 dari
l0
penyebab kematian terbanyak
2.
Peningkatanjumlah
penderita
penyakit
ini
disebabkan
oleh
berbagai faktor diantaranya meningkatnyausia
harapan hidup,semakin
tingginya
pajanan
terhadap polusi udara, semakin banyaknya jumlahperokok khususnya pada kelompok usia muda dan penurunan kasus infeksi 2'3.
Karakteristik
dari
penyakit
ini
ialah
terdapatrya
hambatan aliran udara yang tidak sepenuhnya reversibel dan prevalensi penyakitini
khususnya stadiumlanjut
terus
meningkat I'a's. Masalah yangsering
dialamioleh
penderita PPOKkfiususnya stage
II
danIII
meliputi exercise de-conditioning, muscle wasting, danpenunrnan berat badan, depresi, serta terisolasi dari lingkungan. Masalah tersebut
saling
berhubungan,dengan mengatasi salah
satu masalahmaka
diharapkanpenatalaksanarln
yang
komprehensif pada penderitaPPoK
agar
kehidupannyadapat menjadi lebih baik.
Dalam
penatalaksarLaanpenderita PPOK, disamping pemberian terapisecara
farmakologis
dan
penghentian
merokok
juga
diperlukan
terapi non-farmakologis yakni
Rehabilitasiparu
1's.Tujuan
utamarehabilitasi
panradalah
untuk
mengurangi
keluhan,
meningkatkan kemampuan
fisik
untuk melakukan aktivitas sehari-hari, memperbaikiemosi,
dan meningkatkan kualitashidup
t'a't.
Untuk
mencapai tujuan-tujuanini,
program
rehabilitasi
paru
hanrsmencakup perhatian terhadap masalah-masalah non
pulmoner yang
tidak dapatditerapi
secara adekuaLdengan terapi biasa.Rehabilitasi paru adalah suatu pengobatan non-farmakologis pada PPOK
stabil
l.
Pada beberapa penelitian, dapat disimpulkan bahwa dengan melaksanakanprogftlm
Rehabilitasi
Paru secaxarutin
masalah-masalah yangtimbul
akibat daripenyakit
ini
dapat berkurang ataupun menunjukkanperbaiktrt
s'6'7'8'e. Idealny4program rehabilitasi
paru
harusmelibatkan beberapa
kalangan
profesionalkesehatan.
Komponen rehabilitasi paru
bervariasiakan
tetapi suatu progfim
rehabilitasi
yang
komprehensip harusmeliputi
empat komponen utama yaituexercise
training,
education,
psychosocial/
behavioral
intervention
danoutcome assessmet s'7'8'e.
Exercise adalah merupakan
dasardari
programrehabilitasi
paru l's.Penilaian awal dan akhir dari masing-masing peserta programrehabilitasi
paru harus dilakukanuntuk
melihat
gambaran dan targetperbaikan-Beberapa
penelitian
telah dilakukan untuk mengetahui apakah tindakanPPOK
stabil.
LacasseY,dkk.r0
meneliti 31 penderita PPOKdan
menyimpulkanbahwa
terjadi
perbaikan keluhan
secarasignifikan
setelah mendapat programrehabilitasi selama empat minggu, dan
rehabilitasi
merupakan komponen pentingpada penatalaksanaan penderita PPOK. Pada
tahun
2000Griffiths
dkk. dikutip dariTmelakukan
rehabilitasi
parupada
200 penderita PPOK selama 6 minggu. Merekamenunjukkan
hal yang
substansial dimanaterjadi
perbaikantampilan
latihandan kualitas hidup, lama perawatan di rumah sakit lebih pendek dan kunjungan ke
sarana
kesehatan
primer
juga
berkurangdalam
follow-up
selamaI
tahun.Bourbeaudkkdikutind*i7
tahun2003juga melaporkanterjadi peningkatan
statuskesehatan,
angka
kunjunggn
ke
rumah
sakit
dan
sarana kesehatanlain
jugaberkurang pada penderita
yang mendapat
program
rehabilitasi paru.
Merekajuga
menyimpulkan bahwa
pengetahuandasar tentang penyakitnya
sangatmembantu
dalam
pendidikan yang merupakan komponen dari rehabilitasi paru.Pada penelitian Carroll
Mc.
ll
program exercisetraining
dapatmenunjukkanpeningkatan
pembersihanmukus
terutamajika
dilanjutkan dengan
bronchialhygiene
yaitu
fisioterapidada.
Menurut American Thorac Society, rehabilitasiparu
dapatmenurunkan
angka kunjunganrumah
sakit,
memperbaiki
tingkatsesak
napas, meningkatkan kualitas
hidup, dan juga
meningkatkan aktifitassehari-hari dari penderita. I 2
Adapun hasil yang
dinilai
setelah programrehabilitasi
nafas pada umunnyaadalah sesak nafas, eksaserbasi akut, kunjungan ke unit gawat darurat, kunjungan
ke dokter, pengetahuan tentang penyakitnya, angka perawatan
rumah
sakit
danDi
poliklinik
Paru
RS
Dr M
Djamil
Padangangka kunjungan
penderitaPPOK
mengalami
peningkatandari
tahun
ke tahun. Data dari
rekam
medikmenunjukkan pada
tahun 2006
jumlah
kunjungan
kasusbaru
penderita PPOKsebanyak 38 orang, 2007 sebanyak 68 orang dan tahun
2008
berjuml*
79 orang.Dari data
ini
terlihat adanya peningkatan kasusPPOK
setiap tahun,dan
untuk mengetahuimanfaat
program rehabilitasi medik paru pada penderita PPOK stabilmaka dilakukan penelitian
ini
dengan harapan dapat meningkatkan kualitas hiduppenderita serta meringankan beban bagi keluarganya.
1.2.
RumusanMasalah
,
Dengan memperhatikan latar belakang masalah
yang
diuraikan di atas,maka dapat dirumuskan bahwa:
1.
Jumlah
penderita PPOKdi
Indonesia khususnya kunjungan dipoliklinik
paru RSDr
M
Djamil
Padang terus meningkat dari tahunke
tahun.2.
Keluhan
penderita PPOK umumnya adalah sesaknafas,
ini
akan membatasiaktivitas
penderita sehingga penderita jatutr pada kondisi immobilisasi.3.
Immobilisasi akan
menyebabkan penunman status kesehatan penderita yangakan
berlanjut
kepada kegagalan pernapasan bahkan kematian.4.
Rehabilitasiparu
adalah salah satu bagiandari
penatalaksanaanPPOK
yangbertujuan untukmengembalikan ketidakmampuan penderita
kepada
kondisi1.3. Hipotesis
Rehabilitasi
paru
dapat mengurangi keluhan dan memperbaiki fungsi pampenderita PPOK.
1.4.
Tujuan
Penelitian
1.4.1.
Tujuanumum
Untuk mengetahui manfaat program rehabilitasi paru yang dilakukan
secara rutin pada penderita PPOK stabil.
1.4.2. Tujuankhusus
1. Untuk menilai fungsi paru setelah program rehabilitasi
2. Untuk menilai derjat sesak nafas setelah progrcm rehabilitasi
3. Untuk menilai kemampuan latihan setelah progftrm rehabilitasi
1.5..
Manfaat
Penelitian
1.5.1. Dapat membantu penderita untuk meningkatkan aktivitas sehari-hari
dan mengurangi beban bagi keluarganya.
1.5.2.
Dapat
dijadikan sebagai pedoman tambatranbagi
tenaga kesehatandalam
penatalaksanaanpenderitaPPoK
1.5.3.
Dapat dijadikan
bahanrujukan
bagi
kalangankedokteran
untukBAB
III
METODOLOGI
PENELITIAN
3.1.
Disain Penelitian
Penelitian
ini
merupakanpenelitian Prospektif
untuk melihat
manfaat progftrm rehabilitasi paru yang dilakukan secararutin
3.2.
Tempat
danWaktu
Penelitian
Penelitian
ini
dilaksanakan diPoliklinik
Paru danBagian Rehabilitasi Medik
RS
Dr
M Djamil
Padang.Penelitian
dimulai
pada bulanOktober
2009sampai dengan Maret 2010.
3.3.
Objek Penelitian
Peserta penelitian adalah penderita PPOK yang berobat ke
Poliklinik
paru RSDr
M
Djamil
Padangyang
memenuhi kriteria inklusi.3.4.
Kriteria inklusi
danekklusi
3.4.1.
Kriteria
inklusi
-
Penderita PPOKstabil
laki-laki
atau perempuan-
PPOK derajat sedang-berat-
Bersedia mengikuti penelitian dengan benar-
Bersedaia menandatangani informed consent3.4.2.
Kriteria
eksklusi
-
PPOK denganMCI
-
PPOK dengan Tumor paru primer atau sekunder3.5.
Kriteria Drop Out
3.6.
Persetujuan Penelitian
Persetujuan penelitian menggunakan lembar penjelasan dan persetujuan yang
dapat
dilihat
pada daftar lampiran3.7.
Bahan
danAIat
Formulir persetujuan
Stetoskop
Spiromehi merk midmark, s/n 505102,2002
Alat
rehabilitasi medik3.8.
Cara
Kerja
Penelitian
Semua penderita PPOK
yang
berobatke
poli
paru
dinilai
fungsiparunya
(FEVI, FEVI/FVC
)
sebelum dimasukkan
dalam
penelitian.Penderita yang sudah melakukan pemeriksaan
faal
paru 3bulan
sebelumpenelitian tidak
dilakukan
lagi
pemeriksaanulang. Kepada
penderitadijelaskan tentang maksud, tata
carayang akan
dilakukan
dan
lamapenelitian
serta
pengetahuan
tentang rehabilitasi
paru.
Selanjutnyadilakukan seleksi
pasien sesuaikriteria
inklusi
dan
kriteria
eksklusi,seperti tersebut di atas. Selanjutnya
dilakukan penilaian
awal
uji
jarakkemampuanjalan
6
menit
(6-MWD)
dipoli
parudan
penilaian
derajatsesak
nafas
menggunakankuisioner
MMRC Dyspnea
Scale. Seluruhpeserta mendapat pengobatan PPOK
stabil
yaitu
salbutamol
tablet2x2mg
dan aminophylin tablet
3x
130mg.
Selama
dalampenelitiandilakukan tindakan
rehabilitasi
2
kali
dalam
satu
minggu
dibagianRehabilitasi Medik RS
Dr
M
Djamil
Padang selama8
minggu.
Padaakhir
penelitian dilakukan kembali
penilaian terhadapfaal paru
denganmenilai
kembali
FVC, FEV1 danFEVI/FVC,
derjat sesak napas(MNRC
Scale) dan
uji
jarak tempuh jalan selama 6 menit(6-MWD)
.3.9. Pengolahan
Data
Data
diolah
seczrakomputerisasi dan
dilalrukan
uji
statistik
denganmenggunakan
uji Wilcoxon
menggunakan soft ware SPSS 15. Dikatakanbermakna secara siknifikan
jika
nilai
P
kurang
dari
0,05
(p < 0,05). 3.10.Definisi
Operasional
o
Rehabilitasi paru
pada PPOK adalah suatu bentuk penatalaksanaan PPOKsecara non-farmakologis
yang bertujuan
untuk memperbaiki
fungsipernafasan,
meliputi
r
A.
BRONCHIAL
HYGIENE
& LATIHAN
NAFAS
:-
perkusi-
drainase postural-
vibrasi-
latihan nafas-
dibimbing
dan diawasi oleh ahli fisioterapi yang samaB. E)(ERCISE
TRAINING
Latihan
dalam
penelitianini
menggunakanheadmill
yang sudah menjadiguideline dalam program
rehabilitasiparu.
Subyekdilatih
selama 20menit, setelah itu penderita diistirahatkan selama 15 menit baru dilakukan
latihan gerakan untuk ekstremitas atas. Latihan diawasi oleh ahli fisioterapi
yang sama
C.
EDUKASI
o
Volume
ekspirasi paksaI
detik pertama adalahvolume
udarayang
dapatdikeluarkan oleh
penderita pada saat melakukanekspirasi paksa
I
detikpertama (
nilai
%prediksi).
Pemeriksaanspirometri
dilakukan
setelahpenderita diistirahatkan selama 15 menit dari sesi latihan.
o
Dyspne
scale adalah skalauntuk mengukur derajat
sesak napas denganmenggunakan kuesioner yang dikembangkan
oleh
Mahler
DA
danWelis
CK
yaitu
Modified
Medical Research
Council Dyspnea
Scale(MMRC
Scale) re.o
6-MWD
ftemampuan jalan 6 menit)6
-MWD
adalahsuatuuji
kemampuanlatihan yang
dilakukan
sebagaistandar
yang
dinilai
dalam
programRehabilitasi
paru.
Tes jalan 6 menitsah
dan hasilnya
dapat dipercaya pada.penderita
PPOK.
Padauji
ini
yangdinilai
adalah jarak yangmampu
ditempuh penderita dalamwaktu
6menit
.Uji
ini
dilakukan di dalam ruangan, tempat datarjalan lurus, dimanajarak minimal
yang
dapatditempuh
adalah 54meter
setelah
programrehabilitasi
8'2s.
Peserta tetapmenggunakan obat-obat
yang
biasadigunakan.
Alasan penghentian jalan 6 menit adalah:
nyeridada,
sesaktidak bisa
ditoleransi, kejang
kaki,
sempoyongan, merasa pusing, nyeritulang, keringat dingin, dan pucat atau sianosis.
@ Umur adalah usia dalam tahun seperti tercantum dalam rekam medik
PPOK Stabil
[image:13.479.45.300.103.550.2]Inklusi
Gambar 9. Skema penelitian Dyspnea Scale
FEVl,FEVl/rYC
6
MWD
Rehabilitasi
paru
rutin,
selama 8
minggu
BAB
IV
HASIL
PENELITIAN
Pada penelitian
yang
kami
lakukansejak
Oktober 2009 sampai denganMaret
2010
di
Poliklinik
Parudan
Bagian RehabilitasiMedik
RSDr
M
Djamil
Padangkami
mendapatkan18
orang
penderita dengandiagnosis
PPOK
stabilyang
berhasil menjalani program rehabilitasi paru hinggaakhir
penelitian.Dari data demografi yang dikumpulkan, semua penderita adalah
laki-laki,
dimana
umur
rata -rata
dari
penderita
adalah 64,4 tahun
dengan
standardeviasi
10,4.
Pada penelitianini
kami menemukanumur paling
muda
diantarapeserta adalah 46 tahun satu orang dan umur
tertua
adalah 79 tahun satu orang.Ditinjau
dari
distribusi
penderita berdasarkanderajat
PPOK
pada awalpemeriksaan,
dari
18 penderita yangmengikuti program rehabilitasi paru
kamimenemukan penderita
derajatPPOK
Beratberjumlah
16 orang(88,g%)
jauhlebih banyak
dari
penderita dengan derajat PPOK Sedangyutu2
orang(ll,l%).
Pada
penelitian
ini
kami tidak
menemukan adanyapenderita
PPOK
denganderajat
ringan dan
derajat sangatberat.
Setelahmenjalani progftrm
rehabilitasi2
kali dalam
satuminggu
secararutin
selama delapanminggu, dilakukan uji
statistik
terhadapderajat
PPOK
sebelumdan
sesudah
rehabilitasi. Hasil uji
statistik
menunjukkantidak
adaperbedar:
yarug bermaknadari
derajat
PPOKsebelum dan sesudah menjalani program rehabilitasi
paru
dimana nilai
p = 0,655Jika ditinjau dari derajat
merokok,
kami menemukan derajat terbanyakdengan
Indeks Brinkmanberat
yaitul2orung(66,7yo) lebih
banyak
tiga
kali
lipat
dari
derajatmerokok
dengan IndeksBrinkman
sedang denganjumlah
aorang (22,2yo
)
dan merokok dengan Indeks Brinkman ringan2
omng(ll'l%).
Untuk lebih
jelas
dapat dilihat pada tabel 1 di bawah :Tabel 1. Karakteristik dasar peserta program rehabilitasi paru
Karakteristik umum
Subyek
Jumlah (n:18)
1. Jenis kelamin
Laki-laki
2.Umur rata-rata (th)
3.Deraj at merokok (Indeks Brinkman) :
Ringan Sedang Berat
4.DerajatPPOK:
,
Sedang Berat 5.Spirometri:
FVC (L)
FEV1
(L)
Derajat 0
Derajat 1
Derajat 2 Derajat 3
Derajat 4
18
(100%) 64.4+
10,4I2
(tl,r%)
4
(22,2%)12
(66,7%)2
(ll,l%)
16
(88,9%)2.4t
+
0.471.03
*
0.234
(22,2%)8
(44,5%)6
(33,3%FEVI/FVC (%
pred)
54.56*
10.426. Jarak tempuh jalan 6 menit
(6-MwD)
(M) :
173,6t
98,52 T.Derajat sesak napas (MMRC Scale):Hasil pemeriksaan faal paru dengan spirometri pada awal
penelitian,
kamimendapatkan
volume
kapasitasvital
paksa ( FVC)
nta-tata
adalah2,41
liter
dengan
standardeviasinya
adalah
L
0,47 dan volume
ekspirasi paksa detikpertama
(FEVI)
rata-rataadalah 1,03liter
dengan standar deviasit0,23.
SedangFEVI/FVC
persen prediksi
rata-ratadidapatkan 54,56 dengan standardeviasi*
[image:15.473.65.397.108.513.2]delapan orang peserta mengalami kenaikan volume kapasitas
vital,
delapan orangmengalami
penurunan
dan2
orang menetap. Demikian
jugavolume
ekspirasipaksa detik pertama
(FEVI)
mengalami kenaikan pada sembilan orang akan tetapisebanyak delapan orang mengalami penurunan sedang satu orang
lagi
volumenyamenetap. Perbandingan antara
FEVI/FVC ruta-rati
juga
mengalami penurunansebesar 0,6 yo setelah program rehabilitasi paru.Namun secara keseluruhan setelah
dilakukan
uji
statistik Wilcoxon,
tidak
dijumpai
perbedaanyang
bermaknasebelum
dan
sesudahprogram rehabilitasi
paru
dimana
nilai
p >
0,05.Untuk
melihat
perbandingan fungsi parurata-rata sebelumdan
sesudah programrehabilitasi pada penelitian
ini
dapat dilihat pada tabel2
di bawahini
:Tabel2. Perbandingan fungsi paru sebelum dan sesudah program
rehabilitasi paru
Fungsi paru
(n:18)
Sebelumrehabilitasi (Min + SD)
Sesudah rehabilitasi (Min + SD)
uji
Wilcoxon p
FVC (L)
FEV1
(L)
FEVI/FVC
(%prd)
2.41*0.47
2.39+0.511.03+0.23
1.02*0.2854.56+10.42
53.94+11.850.959 0.868 0.522 p < 0,05
Pada awal
penelitian ini,
dariuji
kemampuanjarak
tempuhjalan
selamaerurm menit
(6-MwD)
kami
mendapatkanjarak
tempuh terpendek adalatr 52,5 mdan jarak tempuh terjauh adalah 286,2 m, sedangkan jarak tempuh rata-rataadalah
173,6
mdengan
standardeviasi
98,52. Setelahmenjalani
program
rehabilitasiparu selam delapan minggu semua peserta dapatmeningkatkan jarak tempuh jalan
eruIm menit dimana jarak tempuh terpendek menjadi 108 m sedang terjauh adalah
450
m. Jika
diuji
secarastatistik
ditemukan perubahanyang
bermakna dimananilai
p:0,0001.
Disini
dapatdilihatbahwaderajat PPOK berat
tidak
berarti kemampuanjalannya
selaluburuk,
artinyawalaupun
PPOK derajat beratjaraktempuhnya
bisa lebih
baik dari
derajatPPOK
yang sedang.
Untuk
melihat [image:17.476.30.440.57.514.2]perbedaan
jarak
tempuh jalan
enammenit
lebih
jelas
dapat
dilihat
padatabel3
dibawahini
:Tabel 3. Perbandingan jarak tempuh 6 menit ( 6-MWD) sebelum dan
sesudah rehabilitasi medis paru Sebelum RM
( Min+SD)
Sesudah RM ( Min*SD)
Uji
Wilcoxonp
t8 173,6
+
81,4
'
240.6+98.5 0.0001p
< 0,05Ditinjau dari
derjat sesak napas sebelummenjalani progftrm
rehabilitasiparu,
didaptakan derajat sesak napas terbanyak adalahderajat
2
yaitu 8 orang(44,5
% ),diikuti
derajat3
sebanyak6
orang ( 33,3%)
danderajatI
berjumlah 4 orang(22,2
%).
Kami
tidak dijumpai sesak napasderajat
dengan skala 0 danskala 4 dalam penelitian
ini.
Setelahmenjalani
program rehabilitasiparu
selamadelapan minggu sebagian besar
yaitu
15 orang (83,3yo ) mengalami pengurangansesak napas sedangkan 3 orang tidak merasakan adanya perubahan. Sebanyak 10
orang (55,6%
)
beradapada
sesak napasderajat
1,
sesaknapas derajat
2 berjumlah 4 orang(
22,2yo)
sesak napasderajat
0
menjadi
4
orang
(22,2%).
homogenity yang menunjukkan perubahan yang bermakna dimana
nilai
p
< 0,05seperti terlihat pada tabel 4 di bawah :
Tabel4. Derajat sesak napas sebelum dan sesudah 8 minggu RM
Derajat sesak
napas
SebelumRehabilitasi
Sesudah RehabilitasiN%N%
0
I
2 J 4
i ,),,
too
Tr'n
8
44,5
4
22,2:':,'_:
l8
100
18
100Dari tabel
di
atas sesudah rehabilitasi terjadi perbaikan peringkat sesak napas,dimana
2
orang(ll,l%)
dari
sesak derajatI
dan
2
orang(Il,l%)
dari
sesak derajat2
nakperingkat
menjadi
sesaknapasderajatO.
Untuk denjat
1 sesudahrehabilitasi
menjadi 10orang (55,6%)
berasal
dari derajatI
sebanyak2
orung,
lima orang berasal dari sesak derajat 5 dan 3
orang
lagi berasaldari
sesak napasderajat 3. Sesak napas
derajat
2
sesudah rehabilitasi
tinggat 4 orangdimana
I
orang
tetap derajat
2dan
3oranglagiberasaldari
sesakderajat
3.
Sedangkanderajat 3 tidak ada lagi hingga program rehabilitasi paru selesai.
BAB
VI
KESIMPULAN DAN
SARAN
6.1.
KESIMPULAN
Dari penelitian
ini
dapat kami simpulkan hal-hal sebagai berikut:1.
Programrehabilitasi
paru dapat mengurangi sesak napas pada penderitaPPOK.
2.
Rehabilitasi paru dapat meningkatkan jarak tempuhjalan pada
penderit4sehingga diharapkan dapat meningkatkan aktifitas sehari-hari.
3.
Rehabiiitasi
paru tidak
menunjukkan adanya peningkatanfungsi
paruyang berarti, walaupun terjadi penguangan sesak napas.
6.2.
SARAN
:Program
rehabilitasi
parudi
RumahSakit
hendaknyadijalankan
secara2.
J.
4.
l.
DAFTAR PUSTAKA
Global Initiative
for
Chronic
ObstructiveLung
Disease ( GOLD).
Global strategy for the diagnosis, managementand
preventionof
chronic obstructivepulmonary disease. National lnstitutes
of
Health,
NationalHeart,
Lung
andrriood Institute, 2007 .
Pedoman pengendalian penyakit paru obstruktif
kronik
(PPOK). Departemen Kesehatan republik Indonesia, J akarta. 2007Perhimpunan
Dokter
Paru Indonesia. PPOK, Pedomanpraktis
diagnosis danpenatalaksanaan di Indonesia.J akarta; 2004
Alsagaf
H.COPD
overview.In
Wibisono
MJ, HasanH,
Maranatha D, dkk.editor. Naskah
lengkap Pendidikan Kedokteran BerkelanjutanVII,
Ilmu
Penyakit Paru. Surabay4 Oktober2004: p.1-15SharmaS,
ArnejaA.
Pulmonary
Rehabilitation. Update Jan
15,
2009 diakses dari http ://emedidine. emedscape. com/aeticle/3 I 9 8 8 5 -overview6.
RachmaN.
Rehabilitasi Napas Penderita PPOK.Dalam : Perhimpunan DokterParu Indonesia, Kongres Nasional
X
PDPI, Peranilmu
kedokteran respirasi dalam mewujudkan Indonesia sehat 2010.Surakarta;2005:hal
323-3327.
CelliBR,
ZuwallackRl.
PulmonaryRehabilitation,In Munay
and
NadelsTextbook of Respiratory Medicine, 4
th
ed.2005:p.2421-24298.
CiobanuL,
PesutD,
Miloskovic
V,
PetrovicD.
Medical
progress, currentOpinion
on
the
importance
of
pulmonary
rehabilitation
in
patients with
chronic
obstructive pulmonary
disease.Chinese
Medical
Journal 2007 ;120(17 ): I 539-l
5 439.
RiesAl.Rehabilitations
in Chronic Obstructive Pulmonary Disease and otherRespiratory
Disorders.
In
Fishman
Pulmonary
disease
and
disorders Fourth Edition.Volume one.Mc GrawHill
Medic aI;2008 :p.7 63 -7 7I
10.
LacasseY,
Goldstein R, Lasserson TJ,Martin
S. Pulmonary rehabilitationfor
chronic obstructive pulmonary disease.diakses dari http/ww.ncbi.nlm.nih.gov.11.
carroll
MoLM.
Exercise andAirway
clearing
Devices
in
PulmonaryRehabilitation
Program
for
Patientswith
Chronic
Obstructive
Pulmonary Disease. Dissertation. The Ohio State University;2005
12.
American Thorac Society, 1999. diakses dariwww.Am
thoracic society. 5.