viii
Abstrak
Balet suatu seni tari yang menggunakan kekuatan, kelenturan, elegan dan indah. Tari ballet muncul dari Italia sekitar tahun 1500. Ballet menjadi sangat popular di Prancis pada tahun 1661. Ketertarikan masyarakat Bandung terhadap balet cukup banyak namun perkembangan sekolah balet yang belum memenuhi standarisasi internasional. Berdasarkan hal tersebut, maka perancangan Classical Ballet School menjadi sarana yang tepat untuk memfasilitasi penari balet dengan
kurikulum dan fasilitas yang berlaku tanpa melupakan nilai estetis interior.
Pada proses perancangan ini diambil konsep prima ballerina yang dikombinasikan dengan gaya modern. Dimana gaya modern merupakan gambaran hidup masyarakat kota. Prima ballerina merupakan salah satu penari profesional dengan karakteristik yang tegas, lembut dan mandiri. Melalui konsep yang diterapkan pada interior ballet school ini diharapkan menjadi salah satu potensi besar untuk melahirkan prima ballerina atau penari profesional yang baru dengan kemampuan, pengetahuan, dan ahli yang berasal dari indonesia.
ix
Abstract
Ballet is the art of dance requiring strength, resilence, elegance and
beautiful at once. Ballet dance started in Italy early 1500s. Ballet became the
most popular forms of dance in France since 1661. Ballet dance is not developed
as well in Indonesia, expecially in Bandung, Indonesia. Therefore the number of
people who are interested in ballet quite much. But the problem is hard to find a
ballet school in Bandung.
Classical Ballet School is the right place to facilitated ballet dancer with
curriculum and facilities based on standard. This project using prima ballerina
concept combine with modern style (based on life style in Bandung) to support the
stage of a design process, starting from characteristic and the function of ballet
school. This would be such a great potency to produce a professional ballerina or
prima ballerina with an ability, knowledge, and professional from Indonesia.
x DAFTAR ISI
JUDUL
LEMBAR PENGESAHAAN ... ii
LEMBAR PERNYATAAN ... iii
LEMBAR PUBLIKASI ... iv
DATA PENULIS ... v
KATA PENGANTAR ... vi
ABSTRAK ... viii
ABSTRACT ... ix
DAFTAR ISI ... x
DAFTAR TABEL ... xv
DAFTAR GAMBAR. ... xvi
DAFTAR SKEMA ... xvii
BAB I : PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang 1
1.2 Identifikasi Masalah 3
1.3 Ide / Gagasan Perancangan 4
1.4 Rumusan Masalah 5
1.5 Tujuan Perancangan 5
1.6 Manfaat Perancangan 5
xi
1.8 Sistematika Penulisan 6
BAB II : TEORI TENTANG BALET DAN TINJAUAN FASILITAS
2.1 Definisi Classical Ballet School 7
2.2 Sejarah Perkembangan Balet 8
2.2.1 Perkembangan Balet Di Luar Negeri 8
2.2.2 Perkembangan Balet Di Indonesia 10
2.3 Klasifikasi Balet 11
2.3.1 Classical Ballet 11
2.3.2 Romantic Ballet 11
2.3.3 Contemporary Ballet 12
2.4 Kurikulum Balet Balet 13
2.4 Karateriktik Sekolah Balet 16
2.4.1 Luas Ruangan 16
2.6 Fasilitas Utama Classical Ballet School 21
2.6.1 Lobi dan Resepsionis 21
2.6.2 Studio Balet 22
2.6.3 Gym Area 23
2.7 Fasilitas Penunjang Classical Ballet School 25
xii
BAB III : PERANCANGAN CLASSICAL BALLET SCHOOL
3.1 Deskripsi Objek 45
3.3.3 Kepala Bagian Administrasi Balet 53
3.3.4 Staff Administrasi 53
3.3.5 Pengelola Canteen 53
3.3.6 Murid 54
3.3.7 Juru Rias 54
3.3.8 Pengelola Ballet Store 54
3.3.9 Pengunjung 54
xiii
3.4 User Activity 55
3.4.1 User Activity Guru Balet 55
3.4.2 User Activity Kepala Bagian Administrasi Balet 55 3.4.3 User Activity Staff Administrasi Cafe 56
3.4.4 User Activity Asisten Guru Balet 56
3.4.5 User Activity Pengelola Canteen 57
3.4.6 User Activity Murid 57
3.4.7 User Activity Juru Rias 57
3.4.8 User Activity Pengelola Ballet Store 58
3.4.9 User Activity Pengunjung 58
3.4.10 User Activity Cleaning Service 58
3.5 Kebutuhan Ruang 59
3.6 Zoning Blocking 61
3.6.1 Zoning Blocking Lantai 1 61
3.6.2 Zoning Blocking Lantai 2 61
3.7 Ide Implementasi Konsep Beauty Truth Pada Objek Studi 63
3.7.1 Penjelasan Konsep dan Tema 63
3.7.2 Implementasi Konsep dan Tema 64
3.7.2.1 Konsep Bentuk 64
3.7.2.7 Konsep Penghawaan 73
3.7.2.8 Konsep Sirkulasi 73
BAB IV : PERANCANGAN INTERIOR CLASSICAL BALLET SCHOOL
4.1 Tema dan Konsep 74
4.2 Denah dan Potongan General 76
xiv
4.3.1 Denah Khusus Lobby 78
4.3.2 Denah Khusus Ballet Store 81
4.3.3 Denah Khusus Canteen 85
4.3.4 Denah Khusus Studio 3 89
4.3.5 Denah Khusus Studio 5 91
4.3.6 Denah Khusus Gymnastic Area 94
BAB IV : SIMPULAN DAN SARAN
5.1 Simpulan 97
xv DAFTAR TABEL
2.1 Perbandingan Klasifikasi Balet 13
3.1 Analisa Site BPK Bahureksa 50
3.2 Tabel Kebutuhan Ruang Public Area 60
3.3 Tabel Kebutuhan Ruang Semi Public 60
3.4 Tabel Kebutuhan Ruang Semi Private 61
3.5 Tabel Kebutuhan Ruang Private 61
xvi DAFTAR GAMBAR
Bab II : TEORI TENTANG BALET DAN TIJAUAN FASILITAS
Gambar 2.1 Barre Area 14
Gambar 2.2 Center Area 14
Gambar 2.3 Characters Shoes 14
Gambar 2.4 Pirouettes 15
Gambar 2.5 Allegro 15
Gambar 2.6 Pointe Shoes 16
Gambar 2.7 Parket Hardwood 18
Gambar 2.8 Marley Floor 18
Gambar 2.9 Single Barre 19
Gambar 2.10 Double barres 19
Gambar 2.11 Drapes 20
Gambar 2.12 Closet 21
Gambar 2.13 Lobi dan Resepsionis 22
Gambar 2.14 Studio Ballet 22
Gambar 2.15 Studio Ballet 23
Gambar 2.16 Gym Area 23
Gambar 2.23 Peralatan Fitness 24
Gambar 2.24 Studi Gambar Area Dapur 25
Gambar 2.25 Studi Gambar Area Makan 25
Gambar 2.26 Area Makan 26
xvii
Gambar 2.28 Ballet Store 26
Gambar 2.29 Storage 27
Gambar 2.30 Merk Sepatu Balet 27
Gambar 2.31 Toko Pakaian 27
Gambar 2.32 Merk Sepatu Balet Capezio 28
Gambar 2.33 Shoes Size Guide 29
Gambar 2.34 Gantungan Baju Pada Retail 29
Gambar 2.35 Changing Room 30
Gambar 2.36 Recovery Pool 30
Gambar 2.37 Meja Rias 31
Gambar 2.38 Area Tunggu 31
Gambar 2.39 Standar Meja Lobi 32
Gambar 2.40 Standar Ergonomi Tempat Duduk Ruang Penerimaan Tamu 33 Gambar 2.41 Standar Jarak Bersih Senam dan Persyaratan Tinggi Plafon 33 Gambar 2.42 Standar Ergonomi Pada Kebutuhan Gym 34 Gambar 2.43 Standar Kebutuhan Ruang Yang Dibutuhkan Pada Gym 34 Gambar 2.44 Standar Ergonomi Pada Kebutuhan Pada Area Recovery 35 Gambar 2.45 Standar Ergonomi dan Sirkulasi Canteen Pada Area Duduk 36 Gambar 2.46 Standar Ergonomi dan Sirkulasi Pada Area Makan 36 Gambar 2.47 Standar Ergonomi dan Sirkulasi Pada Area Penjualan 37
Gambar 2.48 Standar Ergonomi Pada Display 37
Gambar 2.49 Standar Ergonomi Pada Display 38
Gambar 2.50 Standar Ergonomi Pada Area Mencoba Sepatu 38
Gambar 2.51 Area Administrasi 39
Gambar 2.52 Area Administrasi 39
xviii
Gambar 2.59 Studio Balet 2 41
Gambar 2.60 Area Kamar Mandi 41
Gambar 2.61 Area Istirahat 41
Gambar 2.62 Area Loker 41
Gambar 2.70 Eksterior Ballet Austin 43
Gambar 2.71 Entrance To The AustinVentures Studio Theater 43 Gambar 2.72 Joe R. & Teresa L.Long Grand Foyer 43
Gambar 2.73 AdlerLand Studio 43
Gambar 2.74 AdlerLand Studio 43
Gambar 2.75 Byrne Overlook 43
Gambar 2.76 Amstrong/Connelly Studio Convert to Lounge 43
Gambar 2.77 AustinVentures Studio Theater 44
Gambar 2.78 Amstrong/Connelly Studio Convert to Ballroom 44 Gambar 2.79 AustinVentures Studio Theater Convert to Ballroom 44
Gambar 2.80 Gym Pilates 44
BAB III : PERANCANGAN CLASSICAL BALLET SCHOOL
Gambar 3.1 Eksterior 47
Gambar 3.2 Perpustakaan 47
Gambar 3.3 Koridor Sekolah 47
Gambar 3.4 Resepsionis 47
Gambar 3.5 Area Tunggu 47
Gambar 3.6 Area Kreasi 47
xix
Gambar 3.8 Ruang Audio Visual 48
Gambar 3.9 Ruang Kelas 48
Gambar 3.10 Gym 48
Gambar 3.11 Aula 48
Gambar 3.12 Tampak Bangunan 49
Gambar 3.13 Perspektif Mata Burung Pada Bangunan 49
Gambar 3.14 Facade Project 49
Gambar 3.15 English First Pada Lingkungan Sekitar BPK Bahureksa 53 Gambar 3.16 Lingkungan Depan Bangunan BPK Bahureksa 53 Gambar 3.17 Lingkungan Perumahan Depan BPK Bahureksa 53 Gambar 3.18 Lingkungan Luar Samping BPK Bahureksa 53 Gambar 3.19 Jonas Pada Lingkungan Luar Sekitar BPK Bahureksa 53 Gambar 3.20 Cascade Pada Lingkungan Sekitar BPK Bahureksa 53
Gambar 3.21 Zoning Blocking Lantai 1 63
Gambar 3.22 Zoning Blocking Lantai 2 63
Gambar 3.23 Studi Image Bentuk 65
Gambar 3.24 Studi Image Pola Lurus Hingga Bergelombang 66 Gambar 3.25 Studi Image Warna Ungu Pada Studio Anak 66
Gambar 3.26 Studi Image Warna Abu 67
Gambar 3.27 Studi Image Dinding Warna Putih Pada Studio 67 Gambar 3.28 Studi Image Warna Primer sebagai Aksen 67 Gambar 3.29 Studi Image Warna Primer sebagai Aksen 68
Gambar 3.30 Studi Image Material 68
Gambar 3.31 Studi Image Parket Hardwood 69
Gambar 3.32 Studi Image Kombinasi Kayu dan Tambang 68 Gambar 3.33 Studi Image Penggunaan wiremesh Pada Interior 70
Gambar 3.34 Studi Image Wiremesh 70
xx
Gambar 3.39 Studi Image Sistem Inverted 71
Gambar 3.40 Studi Image Sistem Inverted 72
Gambar 3.41 Studi Image Tekstur 72
Gambar 3.42 Studi Image Tekstur Doff 73
Gambar 3.43 Studi Image Tekstur Glossy 73
Gambar 3.44 Studi Image General Lighting 74
Gambar 3.45 Studi Image Accent Lighting 74
BAB IV : PERANCANGAN INTERIOR CLASSICAL BALLET SCHOOL
Gambar 4.1 Denah General Lantai 1 77
Gambar 4.2 Denah General Lantai 2 78
Gambar 4.3 Potongan A-A’ 79
Gambar 4.4 Potongan B-B’ 79
Gambar 4.5 Lobby Furniture Layout 79
Gambar 4.6 Titik Lampu Lobby 80
Gambar 4.7 Potongan A-A’ 80
Gambar 4.8 Potongan B-B’ 81
Gambar 4.9 Detail Interior Lobby Background 81
Gambar 4.10 Area Duduk Lobi 82
Gambar 4.11 Perspektif Lobby Area 82
Gambar 4.12 Layout Denah Khusus Ballet Store 83
Gambar 4.13 Ceiling Plan Ballet Store 84
Gambar 4.14 Potongan A-A’ 84
Gambar 4.15 Potongan B-B’ 84
Gambar 4.16 Tangga Gantung 85
Gambar 4.17 Display Furniture 85
Gambar 4.18 Perspektif 1 Ballet Store 86
Gambar 4.19 Perspektif 2 Ballet Store 86
Gambar 4.20 Canteen Furniture Layout 87
Gambar 4.21 Ceiling Plan Canteen 88
xxi
Gambar 4.23 Potongan B-B’ 89
Gambar 4.24 Perspektif Jendela Pivot Sliding Window 89
Gambar 4.25 Perspektif Canteen 89
Gambar 4.26 Layout Denah Khusus Studio 3 90
Gambar 4.27 Titik Lampu Denah Khusus Studio 3 91
Gambar 4.28 Potongan A-A’ 91
Gambar 4.29 Potongan B-B’ 91
Gambar 4.30 Perspektif Studio 3 92
Gambar 4.31 Layout Denah Khusus Studio 5 93
Gambar 4.32 Titik Lampu Denah Khusus Studio 5 93
Gambar 4.33 Potongan A-A’ 94
Gambar 4.34 Potongan B-B’ 94
Gambar 4.35 Meja Guru 94
Gambar 4.36 Perspektif Studio 5 95
Gambar 4.37 Denah Khusus Gymnastic Area 96
Gambar 4.38 Ceiling Denah Khusus Gymnastic Area 96
Gambar 4.39 Potongan A-A’ 96
Gambar 4.40 Potongan B-B’ 97
Gambar 4.41 Konstruksi Sprung Floor dan Vinyl Harlequin 97
xxii DAFTAR SKEMA
3.4.1 User Activity Guru Balet 56
3.4.2 User Activity Kepala Administrasi Balet 56
3.4.3 Staff Administrasi 57
3.4.4 Asisten Guru Balet 57
3.4.5 User Activity Pengelola Canteen 58
3.4.6 User Activity Murid 58
3.4.7 User Activity Juru Rias 58
3.4.8 User Activity Pengelola Ballet Store 59
3.4.9 User Activity Pengunjung 59
3.4.10 User Activity Cleaning Service 59
3.11 Bubble Diagram 64
1 BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Dunia seni tari di Indonesia mulai berkembang sejak zaman prasejarah. Berbagai jenis tarian masuk ke Indonesia pada saat zaman jajahan seperti drama musical , kontemporer, balet dan lain-lainnya. Indonesia termasuk negara yang
kaya akan budaya karena setiap jenis seni tari dijadikan suatu hal yang berguna bagi manusia. Perkembangan seni tari ini menjadikan masyarakat yang kreatif dan inovatif.
2 Balet menjadi sebuah trend sehingga berkembang dan menyebar dengan pesat, terutama di Perancis pada tahun 1661, masa pemerintahan raja Louis XIV yang sangat mencintai seni tari dan bertekad untuk memajukan seni tari balet pada masa itu, agar seni tari balet ini dikenal di seluruh dunia. Seni tari balet masuk ke Indonesia pada masa penjajahan Belanda.
Perkembangan balet di Indonesia berkembang dengan cepat terutama di Jakarta, yaitu sekitar 1.300 orang yang mengikuti kursus sekolah balet. Sedangkan di kota Bandung, balet kurang berkembang dikarenakan jumlah tempat kursus atau sekolah balet yang masih sangat terbatas. Tempat dan fasilitas tempat kursus balet yang ada di kota Bandung juga kurang memadai. Indonesia memiliki banyak ballerina yang mempunyai potensi dan bakat yang tinggi akan tetapi adanya
keterbatasan atas fasilitas yang kurang memadai menyebabkan balet kurang berkembang. Hal positif dalam balet adalah melatih daya pendengaran, daya pikir, kekuatan dan keseimbangan tubuh, kelincahan serta melatih kepercayaan diri. Selain itu balet juga mengajarkan kedisplinan, ketekunan serta penguatan otot-otot tubuh. Belajar balet dapat dimulai dari umur 5 tahun hingga dewasa. Balet dapat diterima semua pihak karena merupakan seni budaya nasional dan internasional.
Perencanaan interior bangunan sekolah Balet klasik di Bandung dibuat agar dapat memberikan kesempatan kepada warga bandung untuk mengekspresikan diri dan menjadi sarana fisik bagi penari dan koreografer sebagai tempat untuk berlatih dan mengembangkan diri. Selain itu juga memberikan kesempatan dan peluang kepada masyarakat yang berminat atau tertarik untuk mengikuti seni tari ini.
Balet adalah bentuk kesenian yang bersifat internasional. Balet Indonesia harus dapat bersaing dengan negara lain dalam kompetisi yang diadakan saat ujian. Di Indonesia, penilaian hasil ujian kenaikan kelas, dilakukan oleh juri yang ahli dalam bidang ini, dan beberapa di antaranya didatangkan dari luar negeri. Balerina Indonesia yang mempunyai potensi yang sangat baik akan menjadi balerina internasional.
3 diadakan di Jakarta pada tanggal 26 Agustus 1999 dan Indonesia memegang peranan yang cukup penting di negara bagian ASEAN. Perkembangan negara-negara ASEAN memberikan pengaruh besar pada Indonesia apabila Indonesia berhasil menghasilkan sesuatu yang baik yang salah satunya berupa seni tari. Untuk itu, perlu didirikannya sekolah balet dengan interior yang mendukung, sarana dan fasilitas yang baik agar dapat mendorong kemajuan dunia balet di Indonesia, yang dapat dimulai dengan adanya perancangan sekolah balet yang baik dan berstandar internasional di kota Bandung.
Ruang merupakan unsur penting untuk tarian klasik maupun modern. Oleh karena itu, perancang harus dapat menciptakan interior ruang balet yang baik agar dapat mendukung suasana dan proses kegiatan belajar mengajar balet. Interior ruang balet harus diperhatikan karena apabila terdapat kegagalan pada desain interior pada ruang balet tersebut akan menyebabkan cedera (seperti kerkilir, jatuh, dsb) pada saat latihan berlangsung. Contoh kegagalan tersebut di antaranya, lantai yang tidak rata, sudut ruangan yang sangat mempengaruhi suasana ruangan, dan lain sebagainya.
Perancangan sekolah balet yang baik ini harus menarik serta sesuai dengan standar sekolah balet agar dapat menjadi daya tarik bagi masyarakat belum mengikuti atau mengenal balet, berkembangnya peminat balet dan melahirkan penari profesional yang disebut juga sebagai prima balerina.
1.2 Identifikasi Masalah
4 yang berada didepan kelas dimana para orang tua berbicara dan tertawa sehingga suara tersebut terdengar dalam ruang kelas balet, maka ini akan sangat menggangu proses belajar mengajar. Selain itu, tidak memperdulikan ergonomi dan kenyamanan dalam bergerak yang terbatas dan tidak mencukupi (standar ruang balet yang baik adalah dengan minimal luas 100m2).
Sekolah balet biasanya memiliki program summer school yang selalu diadakan setiap tahun. Summer school ini adalah dimana penari balet Indonesia berkumpul untuk menampilkan tarian yang di-koreografer oleh guru penari balet dari negara asing atau negara barat. Untuk itu diperlukan tempat dan area latihan yang luas agar dapat menampungi penari-penari dari Indonesia. Selain itu, terdapat ujian yang diadakan setiap tahun sebagai tanda kenaikan kelas (grade) murid balet dimana penilaiannya berasal dari perguruan balet internasional.
Dari berapa alasan inilah maka sangat dibutuhkan sarana berupa sekolah balet yang memberikan sarana dan prasarana yang mendukung atau memadai(sesuai dengan standar internasional) agar dapat memperlancar kelangsungan belajar mengajar balet serta menghasilkan penari yang dapat mencapat taraf internasional dari kota Bandung.
1.3 Ide / Gagasan Perancangan
Pada perancangan interior sekolah balet Classical Ballet School ini mengangkat konsep Passion of Beauty yang diambil dari salah satu bagian penting yang berkaitan erat dalam menari balet. Passion of Beauty merupakan sebuah pergerakan/alur dan juga sebuah keharmonisan yang akan diterapkan pada interior balet ini.
5 Fasilitas yang terdapat pada interior sekolah balet adalah ruang latihan balet, lobi, resepsionis, gym, gymnastics area, dressing room (area rias), ballet store, waiting area dan canteen, closet, teacher lounge, dan recovery room. Fasilitas ini
dibuat untuk mendukung kegiatan pada sekolah balet dan juga memberikan kenyamanan bagi penari dan tamu yang menunggu.
1.4 Rumusan Masalah
1. Bagaimana menerapkan konsep Passion of Beauty pada interior ruang balet ?
2. Bagaimana mendesain ruang studio latihan dengan pemilihan material yang sesuai dengan standar keamanan ?
1.5 Tujuan Perancangan
1. Penerapan konsep Passion of Beauty pada interior ruang balet dengan merancang desain interior yang bersifat dinamis dan harmonis.
2. Perancangan interior pada ruang studio balet yang sesuai dengan Standar keamanan untuk berlatih.
1.6 Manfaat Perancangan
6 1.7 Batasan Perancangan
Dalam perancangan sekolah balet ini, akan adanya fokus desain pada beberapa ruang interior sekolah balet. Fokus desain ini akan terdapat dalam ruangan seperti Lobby, ballet store, canteen dan ruang studio balet.
1.8 Sistematika Penulisan
BAB I PENDAHULUAN
berisi tentang latar belakang, identifikasi masalah, ide/gagasan perancangan, rumusan masalah, tujuan perancangan, manfaat perancangan, batasan perancangan dan sistematika penulisan.
BAB II TEORI TENTANG BALET DAN TINJAUAN FASILITAS Bab ini berisi tentang perngerti Classical Ballet School, sejarah balet, klasifikasi balet, karakteristik sekolah balet, kurikulum balet, fasilitas utama Classical Ballet School, fasilitas penunjang Classical Ballet School dan
standar ergonomi pada interior sekolah balet.
BAB III ANALISA PADA SEKOLAH BALET
Berisi tentang analisa proyek, analisa site, identifikasi user, flow activity, kebutuhan ruang, zoning blocking, ide implementasikan konsep dan tema. BAB IV PERANCANGAN INTERIOR CLASSICAL BALLET SCHOOL Berisi tentang aplikasi tema dan konsep pada perancangan, gambar kerja denah dan potongan general, dan gambar kerja denah khusus.
BAB V SIMPULAN DAN SARAN
97 BAB V
SIMPULAN DAN SARAN
5.1 Simpulan
Kurang berkembangnya seni tari balet di kota Bandung karena sekolah balet di Bandung sulit ditemukan dan tidak memenuhi syarat yang berlaku. Maka dari itulah perancang merancang sekolah balet yang berstandar internasional selain itu mengakomodasi sarana dan prasara untuk mendukung penari balet menjadi prima ballerina yang berasal dari kota Bandung ataupun Indonesia.
Perancangan interior sekolah balet ini menggunakan tema passion of beauty dan konsep prima ballerina yang kesannya lebih bergaya modern dan
98 masa kini agar orang-orang tertarik untuk memasuki Sekolah balet ini dan merasa nyaman didalamnya. Material yang digunakan seperti batu bata, kayu, besi, kaca dan lain sebagainya yang menandakan keseriusan dan yang mengutamakan fungsi pada sekolah balet ini, tetapi ada juga sisi lembut yang di ambil dari sifat balerina yang diterapkan dalam interior seperti bentuk lengkungan, alur jalan seperti keindahan postur tubuh penari balet, dan lain sebagainya.
Selama masa perancangan Classical Ballet School, penulis menyimpulkan bahwa dalam membuat sebuah sekolah balet berstandar internasional terdapat aturan-aturan seperti standar luasan ruang, material lantai, ukuran ketinggian barre, dan cara untuk mengembalikan stamina penari dengan adanya recovery
area dan lain sebagainya. Selain itu bagaimana mendesain sekolah balet ini tanpa
gaya klasik tetapi tidak menghilangkan ciri khas penari balet. material yang digunakan pada interior sekolah balet ini cenderung material kasar (struktur-struktur expose ,besi, unfished wall, dan lain-lainnya) tetapi dapat diaplikasikan menjadi sesuatu yang indah.
Penggabungan dari tema passion of beauty dan konsep prima ballerina yang diaplikasikan dan divisualkan pada sekolah balet ini menampilkan kesan yang berbeda tetapi indah dan fungsional. Selain itu user juga akan merasakan suasana yang santai, nyaman dan aman berada didalamnya.
5.2 Saran
DAFTAR PUSTAKA
Akmal, Imelda.2012. Compact House Living in High Density. PT. Imaji Media Pustaka : Jakarta.
The Australian Ballet. 2007. Injury Management and Prevention Programme.
Lee, Carol.2002. Ballet in Western Culture A History of Its Origins and Evolution.
Kain, Karen. 2011. The National Ballet of Canada 60 Glorious Years. The Globe and Mail.
Surasetja, Irawan. 1999. Teori-Teori Arsitektur Dunia Barat. Universitas Pendidikan Indonesia.
Thermostatic Mixing Valve Manugacturers Association. Safe Water Temperatures. London.
Fitness Centers. 2005. Air Force Service Facilities Design Guide. www.tmva.org.uk
Panero, Julius. 1979. Dimensi Manusia & Ruang Interior. Erlangga : Jakarta The Pointe Shoe. A Guide to Fitting and Style Variations. Freed of London. Minden, Eliza. Pointe Shoe Fitting Guidelines, Gaynor Minden. Newyork. www.jacuzzi.co.uk
www.balletsumbercipta.com www.rad.org.uk
www.sprungfloorsolutions.com www.danceequipmentintl.com www.nytimes.com