iii
Universitas Kristen Maranatha ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui Psychological Well-being pada waria di Banda Aceh. Pemilihan sampel dalam penelitian ini menggunakan metode accidental sampling dengan ukuran sampel sebanyak 23 waria.
Alat ukur yang digunakan adalah kuesioner PWB yang telah dimodifikasi oleh peneliti dan mengacu pada teori PWB dari Ryff (1989). Berdasarkan hasil uji validitas dengan menggunakan Spearman dan uji reliabilitas dengan menggunakan rumus koefisien reliabilitas Alpha Cronbach, keseluruhan item berjumlah 40 item dengan validitas sekitar 0,369 - 0,918 dan reliabilitas sebesar 0,918. Data hasil penelitian diolah dengan menggunakan teknik analisis distribusi frekuensi.
Hasil yang diperoleh memperlihatkan bahwa sebanyak 78,3% waria memiliki derajat PWB yang rendah. Pada waria yang mempunyai derajat PWB yang rendah, sebagian besar memiliki tingkat autonomy, self-acceptance, purpose in life, positive relations with others, environmental mastery dan personal growth yang rendah pula. Derajat PWB pada waria nampak memiliki kaitan dengan faktor sosiodemografis yaitu pendidikan, lama kerja, dan tipe kepribadian (Big Five Personality).
vi
Universitas Kristen Maranatha
DAFTAR ISI
LEMBAR JUDUL ….………... i
LEMBAR PENGESAHAN ….…..………....….... ii
ABSTRAK ... iii
KATA PENGANTAR ………...………... iv
DAFTAR ISI ………...………... vi
DAFTAR TABEL ………...……... x
DAFTAR BAGAN ... xi
DAFTAR LAMPIRAN ... xii
BAB I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah ………...………... 1
1.2. Identifikasi Masalah ….…...………...………... 12
1.3. Maksud dan Tujuan Penelitian ………...…………... 12
1.4. Kegunaan Penelitian ….………... 13
1.4.1 Kegunaan Teoritis ... 13
1.4.2 Kegunaan Praktis ... 13
vii
Universitas Kristen Maranatha
1.6. Asumsi Penelitian ….………... 21
.BAB II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pendekatan Psychological Well-Being ... 21
2.1.2 Dimensi PWB ... 22
2.1.2 Faktor-faktor Sosiodemografis yang mempengaruhi PWB …....…... 23
2.2 Teori Perkembangan Dewasa awal ...………... 26
2.1.1. Perkembangan Kognisi ………...…………... 27
2.1.2. Perkembangan Sosio-Emosional ….………... 28
2.3 Perkembangan Psikoseksual ... 30
2.3.1 Sexual System ………... 30
2.3.2 Gender Identity ………...... 32
2.3.3 Sex Typing ………... 33
2.3.4 Gangguan Identitas Jender (Jenis Kelamin) ... 33
2.3.5 Penyebab-penyebab Gangguan Identitas Gender ..………... 35
2.3.6 Faktor Keluarga ….………... 35
2.3.7 Psikodinamika ... 35
2.3.8 Faktor Sosial ….……….... 36
viii
Universitas Kristen Maranatha
3.2. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional ………... 35
3.2.1. Variabel Penelitian ………... 35
3.2.2. Definisi Operasional …..………... 38
3.3. Alat Ukur ………... 38
3.3.1. Alat Ukur PWB …..………... 38
3.3.2. Prosedur Pengisian …………...………... 41
3.3.3 Sistem Penilaian …..………... 41
3.3.4 Data penunjang ………... 43
3.3.5 Validitas dan Reliabilitas Alat Ukur …..………... 43
3.3.5.1 Validitas Alat Ukur ………... 43
3.3.5.2 Reliabilitas Alat Ukur …....………... 44
3.4. Populasi Penelitian ……….………... 45
3.4.1. Populasi Sasaran ………....………... 45
3.4.2. Karakteristik Populasi ...………... 46
3.4.3. Teknik Sampling ….………...………... 46
3.5. Teknik Analisis Data ………...………....…. 46 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Responden Penelitian ... 48
ix
Universitas Kristen Maranatha
4.1.2 Gambaran Responden Berdasarkan Pendidikan Terakhir ... 49
4.1.3 Gambaran Responden Berdasarkan Lama Kerja ... 49
4.1.4 Gambaran Responden Berdasarkan Pekerjaan ... 50
4.1.5 Gambaran Responden Berdasarkan Tipe Kepribadian ... 50
4.2 Hasil Penelitian dan Pembahasan ... 51
4.2.1 Derajat Psychological Well-Being (PWB) pada waria di Banda Aceh ... 51
4.2.2 Tabulasi Silang Derajat PWB dengan Dimensi PWB 4.2.2.1 Tabulasi Silang Derajat PWB dengan Dimensi Self-acceptance ... 52
4.2.2.2 Tabulasi Silang Derajat PWB dengan Dimensi Personal Growth ... 52
4.2.2.3 Tabulasi Silang Derajat PWB dengan Dimensi Positive relations with others ... 53
4.2.2.4 Tabulasi Silang Derajat PWB dengan Dimensi Autonomy ... 54
4.2.2.5 Tabulasi Silang Derajat PWB dengan Dimensi Environmental mastery ... 54
4.2.2.6Tabulasi Silang Derajat PWB dengan Dimensi Purpose in life ... 55
x
Universitas Kristen Maranatha
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan ... 63
5.2 Saran ... 63
5.2.1 Saran Teoritis ... 64
5.2.2 Saran Praktis ... 65
DAFTAR PUSTAKA ….………... 67
xi
Universitas Kristen Maranatha
DAFTAR TABEL
Tabel 3.1 Gambaran alat ukur PWB ... 39
Tabel 3.2 Kategori PWB ... 42
Tabel 4.1.1 Persentase Responden Berdasarkan usia ... 48
Tabel 4.1.2 Persentase Responden Berdasarkan Pendidikan Terakhir ... 49
Tabel 4.1.3 Persentase Responden Berdasarkan Lama Kerja ... 49
Tabel 4.1.4 Persentase Responden Berdasarkan Pekerjaan ... 50
Tabel 4.1.5 Persentase Responden Berdasarkan Tipe Kepribadian ... 51
Tabel 4.2.1 Derajat PWB ... 52
Tabel 4.2.2.1 Tabulasi Silang Derajat PWB dengan Dimensi Self-acceptance ... 52
Tabel 4.2.2.2 Tabulasi Silang Derajat PWB dengan Dimensi Personal Growth ... 53
Tabel 4.2.2.3 Tabulasi Silang Derajat PWB dengan Dimensi Positive relations with others ... 54
Tabel 4.2.2.4 Tabulasi Silang derajat PWB dengan Dimensi Autonomy ... 54
Tabel 4.2.2.5 Tabulasi Silang Derajat PWB dengan Dimensi Environmental Mastery ... 55
xii
Universitas Kristen Maranatha
DAFTAR BAGAN
xiii
Universitas Kristen Maranatha
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran A. Alat Ukur
Lampiran B. Validitas dan Reliabilitas Alat Ukur Lampiran C. Hasil Penelitian
Lampiran D. Tabulasi Silang Data Utama – Data Penunjang Lampiran E. Kisi-kisi Alat Ukur Psychologycal Well-Being
LAMPIRAN A
A1. Kuesioner PWB
Petunjuk pengisian :
Di balik halaman ini terdapat sejumlah pernyataan yang berhubungan dengan apa yang Saudara rasakan terhadap diri sendiri dan kehidupan Saudara di masa lalu dan masa kini. Saudara diminta untuk menjawab pertanyaan yang ada berdasarkan keadaan diri saudara yang sebenarnya. Jawablah setiap pernyataan sesuai dengan apa yang Saudara rasakan atau Saudara hayati.
Saudara diminta untuk memilih satu dari 4 (empat) kemungkinan pilihan jawaban dan berilah tanda silang (X) pada kotak yang tersedia dimana arti dari 4 (empat) pilihan jawaban tersebut adalah :
SS : Sangat Setuju TS : Tidak Setuju S : Setuju STS : Sangat Tidak Setuju
Bila Saudara merasa telah salah menjawab dan ingin meralatnya, coret mendatar tanda silang yang telah terlanjur dibuat (X) dan kemudian silanglah jawaban yang baru.
Tidak ada jawaban yang benar atau salah dalam kuisioner ini karena penghayatan setiap orang akan diri dan kehidupannya berbeda-beda. Jawaban yang Saudara berikan akan dijamin kerahasiaannya.
Jawablah seluruh pernyataan yang tersedia dan jangan sampai ada yang tidak dijawab atau terlewat.
IDENTITAS
Nama (inisial) : ………. Usia : …… tahun
Pendidikan terakhir : ………. Pekerjaan : ... Lama Kerja : ... tahun ... bulan
No Item SS S TS STS
1 Saya ingin hidup saya berguna bagi orang lain melalui pekerjaan saya. 2 Saya kesulitan dalam mencari cara yang dapat memuaskan kehidupan
saya.
3 Saya mau menjadi waria meski sebagian besar masyarakat meminta saya untuk berubah.
4 Saya kesulitan untuk merasakan apa yang dialami oleh rekan sesama waria.
5 Saya merasa kehidupan saya menjadi lebih baik ketika saya menjadi waria.
6 Saya sadar bahwa pilihan sebagai seorang waria membuat saya susah untuk mendapatkan pekerjaan yang baik.
7 Saya merasa tidak puas ketika memikirkan hal apa saja yang sudah saya capai dalam hidup.
8 Saya merasa tidak nyaman berada di tempat tinggal saya saat ini.
yang kecil.
10 Saya merasa lebih banyak memiliki kekurangan dibandingkan dengan orang lain.
11 Saya merasa diri saya berharga dengan status yang saya sandang sekarang.
12 Bagi saya bahagia dengan diri sendiri lebih penting daripada berusaha untuk menjadi seperti apa yang diinginkan orang lain.
13 Mempertahankan hubungan yang dekat dengan orang lain merupakan hal yang sulit dan membuat saya frustasi.
14 Sikap saya terhadap diri saya mungkin tidak sepositif sikap kebanyakan orang terhadap diri mereka sendiri.
15 Segala sesuatu yang saya kerjakan tidak sesuai dengan apa yang saya rencanakan sebelumnya.
16 Saya kurang dapat menyesuaikan diri dengan orang-orang dan masyarakat disekitar saya.
17 Saya tidak takut mengutarakan pendapat, meskipun bertentangan dengan pendapat kebanyakan orang.
18 Saya telah berhasil membangun dan menciptakan sebuah gaya hidup yang sesuai dengan keinginan saya.
19 Saya adalah seorang pekerja yang kurang berhasil.
20 Saya tahu bahwa saya dapat mempercayai teman saya dan mereka tahu bahwa mereka pun dapat mempercayai saya.
21 Saya merasa potensi saya terhambat untuk mengembangkan diri saya selama saya menjadi waria.
22 Saya menilai diri saya adalah seorang waria sejati.
26 Saya merasa hidup saya terhormat dengan keadaan saya sekarang. 27 Saya mengetahui semua kebutuhan dan jadwal kerja saya.
28 Saya menilai diri saya adalah seorang yang gagal karena tidak berani berkompetisi di dunia kerja di luar lingkungan saya sekarang
29 Saya senang jika berkumpul bersama dengan sesama waria.
30 Saya tidak tertarik dengan aktivitas yang akan memperluas cakrawala pengetahuan saya.
31 Saya telah banyak melakukan kesalahan di masa lalu, tetapi saya pikir secara umum segalanya berjalan dengan kondisi yang paling baik. 32 Saya merasa hidup saya tidak dibutuhkan oleh orang lain.
33 Saya memberi semangat pada rekan sesama waria.
34 Saya tidak mempunyai arah yang jelas mengenai apa yang sedang saya coba raih dalam hidup ini.
35 Jika saya merasa tidak bahagia dengan kondisi kehidupan saya, saya akan memakai cara yang efektif untuk merubahnya.
36 Saya berubah pikiran terhadap keputusan yang saya buat jika teman dan keluarga tidak setuju.
37 Saya merasa penting bagi saya untuk mendapatkan pengalaman baru yang menantang.
38 Jika saya membandingkan diri saya dengan teman dan orang yang saya kenal, saya merasa puas dengan apa yang ada pada diri saya ini.
39 Saya ingin bekerja di luar lingkungan saya sekarang karena mendapat upah yang lebih besar.
A2. Data Penunjang
DATA PENUNJANG
Berilah tanda silang (X) di depan pernyataan yang menurut saudara paling sesuai dengan diri saudara.
1 Dengan menerima keadaan diri saya, saya dapat menahan emosi saya apabila mendapat cemoohan dari masyarakat ....
a. Ya b. Tidak
2 Saya merasa tenang dan santai dalam menjalani kehidupan sebagai waria meskipun ada Qanun yang berlaku di tempat tinggal saya ....
a. Ya
4 Saya merasa aktif dan semangat mengikuti berbagai kegiatan disekitar lingkungan saya ....
a. Ya b. Tidak
5 Saya merasa mudah mempercayai orang lain sehingga saya dapat menceritakan semua masalah-masalah yang sedang saya hadapi saat ini ....
a. Ya b. Tidak
6 Saya selalu peduli dan segera membantu orang lain meskipun hal tersebut terkadang diluar kemampuan saya ....
a. Ya
a. Ya b. Tidak
9 Saya merasa mampu menjalankan setiap pekerjaan dengan hasil yang baik dan selalu tepat waktu ....
a. Ya b. Tidak
10 Dengan adanya Qanun maka saya selalu berpikir dahulu sebelum melakukan sesuatu supaya tidak menimbulkan masalah dengan masyarakat disekitar saya ....
LAMPIRAN B
B1. Validitas Alat Ukur
Variabel Dimensi Item Koef. Validitas Kesimpulan
Well-p36 0.414 Valid
PERSONAL GROWTH
p37 0.841 Valid
p38 0.243 Tidak Valid
p39 0.180 Tidak Valid
p40 0.729 Valid
p41 0.617 Valid
p42 0.562 Valid
p43 0.412 Valid
LAMPIRAN C
C1. Gambaran Identitas Responden
RESPONDEN Usia Pendidikan Lama
kerja Pekerjaan Tipe Kepribadian
1 29 SMA 4thn salon Agreeableness
22 25 SMA 3th1bln salon Conscientiousness
23 21 SMP 3bln salon Openness to
C2.1Gambaran Identitas Responden
C2.2
Skor Mentah Responden
Responden 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20
1 3 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 2 3 3 3 2 2 2
2 1 1 1 1 2 1 1 1 1 1 1 1 2 2 2 2 3 3 3 3
3 1 1 1 2 1 2 3 1 3 3 3 3 2 2 2 2 2 2 2 2
4 1 1 2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 2 2 2 2 2 2 2 2
5 2 2 2 2 3 2 2 2 2 2 2 3 3 3 3 3 4 3 4 4
6 1 1 2 1 1 1 1 1 1 2 1 1 2 2 3 1 3 2 2 3
7 1 1 2 1 1 1 2 1 2 1 1 2 2 2 3 1 3 2 2 3
8 1 1 1 2 2 2 1 1 2 2 1 2 2 3 2 2 3 2 1 3
9 2 2 2 2 1 2 1 2 2 2 2 2 2 3 2 2 2 3 1 2
10 2 2 2 1 1 1 1 2 2 2 1 1 3 2 2 2 2 2 2 2
11 2 2 2 1 1 1 2 1 2 1 1 1 2 2 2 1 2 2 2 2
12 1 1 2 1 1 1 2 1 2 1 1 1 2 1 3 2 2 2 2 3
13 2 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 3
14 2 2 1 1 1 2 2 1 2 2 1 2 2 2 2 2 3 2 1 3
15 1 2 1 2 2 1 2 2 2 2 1 1 2 3 2 2 3 2 3 2
16 1 1 1 1 1 1 2 2 2 2 1 2 2 2 2 2 3 2 3 3
17 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 1 2 2 2 2 3 2
18 1 2 1 1 1 2 1 1 2 1 1 2 2 2 2 2 2 3 2 2
19 2 2 2 1 2 2 1 1 1 1 1 1 3 1 2 2 3 2 2 2
20 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 3 2 3 3 3 2 3 1
22 1 2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 2 3 1 2 2 2 2 2 1
C3. Hasil Penelitian PWB pada waria di Banda Aceh C3.1 Derajat PWB
Derajat PWB Jumlah Responden Persentase
Tinggi 5 21,7%
Rendah 18 78,3%
Total 23 100,0%
C3.2 Derajat PWB dengan dimensi sell-acceptance
Derajat Self-acceptance Total
Tinggi Rendah
C3.3 Derajat PWB dengan dimensi Personal growth
Derajat Personal growth Total
C3.4 Derajat PWB dengan dimensi Positive relations with others
C3.5 Derajat PWB dengan dimensi Autonomy
Derajat Autonomy Total
Tinggi Rendah
C3.6 Derajat PWB dengan dimensi Environmental mastery
C3.7 Derajat PWB dengan dimensi Purpose In Life
Derajat Purpose in life Total
Tinggi Rendah
PWB Tinggi
Jumlah 4 1 5
% 17.4 4.3 21.7
PWB Rendah
Jumlah 3 15 18
% 13.0 65.2 78.3
Total Jumlah 7 16 23
LAMPIRAN D
Tabulasi Silang Data Utama
–
Data
Tabel D1 Tabulasi Silang derajat PWB dengan Pendidikan
Derajat Pendidikan
SMP SMA D3
PWB Tinggi Jumlah 0 3 2
% 0.0 20 100.0
PWB Rendah Jumlah 6 12 0
% 100.0 80 0.0
Total Jumlah 6 15 2
% 100.0 100.0 100.0
Tabel D2 Tabulasi silang derajat PWB dengan Lama Kerja
Derajat Lama kerja
< 5 tahun 5 – 10 > 10 tahun
PWB Tinggi Jumlah 2 4 0
% 20 33 0.0
PWB Rendah Jumlah 8 8 1
% 80 67 100,0
Total Jumlah 10 12 1 % 100.0 100.0 100.0
Tabel D3 Tabulasi Silang Derajat PWB dan Trait Kepribadian
Tingkat Personality Traits Total
N E A OE C
PWB Tinggi Jumlah 0 3 2 0 0 5
% 0.0 13.0 8.7 0.0 0.0 21.7
PWB Rendah Jumlah 1 4 5 5 3 18
% 4.3 17.4 21.7 21.7 13.0 78.3
Total Jumlah 1 7 7 5 3 23
Tabel D4 Tabulasi Silang Self-acceptance dengan Trait Kepribadian
Tingkat Tipe Kepribadian Total
N E A OE C
Self-acceptance Tinggi Jumlah 0 3 2 0 0 5
% 0.0 13.0 8.7 0.0 0.0 21.7
Self-acceptance Rendah Jumlah 1 4 5 5 3 18 % 4.3 17.4 21.7 21.7 13.0 78.3
Total Jumlah 1 7 7 5 3 23
% 4.3 30.4 30.4 21.7 13.0 100.0
Tabel D5Tabulasi Silang Personal growth dengan Trait Kepribadian
Tingkat Trait Kepribadian Total
N E A OE C
Personal growth Tinggi Jumlah 0 3 3 0 0 6
% 0.0 13.0 13.0 0.0 0.0 26.1
Personal growth Rendah Jumlah 1 4 4 5 3 17 % 4.3 17.4 17.4 21.7 13.0 73.9
Total Jumlah 1 7 7 5 3 23
% 4.3 30.4 30.4 21.7 13.0 100.0
Tabel D6 Tabulasi Silang Positive relations with others dengan Trait Kepribadian
Tingkat Trait Kepribadian Total
N E A OE C
Positive relations with others Tinggi Jumlah 0 2 2 0 1 5
% 0.0 8.7 8.7 0.0 4.3 21.7
Positive relations with others Rendah Jumlah 1 5 5 5 2 18 % 4.3 21.7 21.7 21.7 8.7 78.3
Total Jumlah 1 7 7 5 3 23
Tabel D7 Tabulasi Silang Autonomy dengan Trait Kepribadian
Tingkat Tipe Kepribadian Total
N E A OE C
Autonomy Tinggi Jumlah 0 2 1 0 0 3
% 0,0 8,7 4,3 0,0 0,0 13,0
Autonomy Rendah Jumlah 1 5 6 5 3 20
% 4.3 21.7 26.1 21.7 13.0 87.0
Total Jumlah 1 7 7 5 3 23
% 4.3 30.4 30.4 21.7 13.0 100.0
Tabel D8 Tabulasi Silang Environmental mastery dengan Trait Kepribadian
Tingkat Trait Kepribadian Total
N E A OE C
Environmental mastery Tinggi Jumlah 1 1 3 2 0 7
% 4.3 4.3 13.0 8.7 0.0 30.4
Environmental mastery Rendah Jumlah 0 6 4 3 3 16 % 0.0 26.1 17.4 13.0 13.0 69.6
Total Jumlah 1 7 7 5 3 23
% 4.3 30.4 30.4 21.7 13.0 100.0
Tabel D9 Tabulasi Silang Purpose in life dengan Trait Kepribadian
Tingkat Tipe Kepribadian Total
N E A OE C
Purpose in life Tinggi Jumlah 0 2 3 0 2 7
% 0.0 8.7 13.0 0.0 8.7 30.4
Purpose in life Rendah Jumlah 1 5 4 5 1 16
% 4.3 21.7 17.4 21.7 4.3 69.6
Total Jumlah 1 7 7 5 3 23
LAMPIRAN E
ASPEK INDIKATOR ITEM NO ITEM
Self acceptance
Sikap positif terhadap diri sendiri
Mengakui dan menerima kualitas banyak aspek dalam dirinya termasuk kualitas yang baik maupun buruk
Positif mengenai kehidupan di masa lalu
1. Saya menilai diri saya adalah seorang waria sejati.
2. Sikap saya terhadap diri saya mungkin tidak sepositif sikap kebanyakan orang terhadap diri mereka sendiri.
3. Saya sadar bahwa pilihan sebagai seorang waria membuat saya susah untuk mendapatkan pekerjaan yang baik.
4. Saya merasa lebih banyak memiliki kekurangan dibandingkan dengan orang lain.
5. Jika saya membandingkan diri saya dengan teman dan orang yang saya kenal, saya merasa puas dengan apa yang ada pada diri saya ini.
6. Saya telah banyak melakukan kesalahan di masa lalu, tetapi saya pikir secara umum segalanya berjalan dengan kondisi yang paling baik.
22+
Kemampuan membangun dan mengembangkan potensi
terbuka terhadap pengalaman-pengalaman yang baru
berubah dalam berbagai cara yang mencerminkan lebih banyak pengetahuan diri dan keberhasilan
1. Saya merasa potensi saya terhambat untuk mengembangkan diri saya selama saya menjadi waria. 2. Saya merasa penting bagi saya untuk mendapatkan pengalaman baru yang menantang
3. Saya tidak tertarik dengan aktivitas yang akan memperluas cakrawala pengetahuan saya 4. Saya akan meminta masukan kepada rekan-rekan kerja saya mengenai pekerjaan saya. 5. Saya merasa kehidupan saya menjadi lebih baik ketika saya menjadi waria
21- dekat, hangat, dan rasa saling percaya
Perhatian terhadap kesejahteraan orang lain
Kemampuan berempati dan afeksi yang kuat
1. Saya senang jika berkumpul bersama dengan sesama waria.
2. Saya tahu bahwa saya dapat mempercayai teman saya dan mereka tahu bahwa mereka pun dapat mempercayai saya.
3. Mempertahankan hubungan yang dekat dengan orang lain merupakan hal yang sulit dan membuat saya frustasi.
4. Saya berusaha untuk membuat rekan sekerja saya merasa nyaman. 5. Saya kesulitan untuk merasakan apa yang dialami oleh rekan sesama waria. 6. Saya memberi semangat pada rekan sesama waria.
29+
Autonomy Self-determinant dan mandiri 1. Saya ingin bekerja di luar lingkungan saya sekarang supaya mendapat upah yang lebih besar. 2. Saya dapat mengatur kebutuhan sehari-hari meskipun dengan upah yang kecil.
Kemampuan bertahan dari tekanan sosial untuk berpikir dan bertindak dengan cara tertentu
Kemampuan menilai diri sendiri dengan standar personal sendiri
3. Saya mau menjadi waria meski sebagian besar masyarakat meminta saya untuk berubah.
4. Saya tidak takut mengutarakan pendapat, meskipun bertentangan dengan pendapat kebanyakan orang 5. Saya menilai diri saya adalah seorang yang gagal karena tidak berani berkompetisi di dunia kerja di
luar lingkungan saya sekarang
6. Saya berubah pikiran terhadap keputusan yang saya buat jika teman dan keluarga tidak setuju. 7. Saya adalah seorang pekerja yang kurang berhasil.
8. Bagi saya bahagia dengan diri sendiri lebih penting daripada berusaha untuk menjadi seperti apa yang diinginkan orang lain.
9. Saya khawatir dengan apa yang orang lain pikirkan mengenai diri saya.
3+
Kemampuan pemahaman dan kompetensi untuk menguasai dan mengatur lingkungan
Kemampuan memilih atau menciptakan suasana yang sesuai dengan kebutuhan dan nilai-nilai personal
1. Saya mengetahui semua kebutuhan dan jadwal kerja saya. 2. Saya memahami karakter setiap orang di lingkungan sekitar saya.
3. Saya dapat menyesuaikan diri dengan orang-orang dan masyarakat disekitar saya. 4. Saya merasa tidak nyaman berada di tempat tinggal saya saat ini
5. Saya kesulitan dalam mencari cara yang dapat memuaskan kehidupan saya.
6. Saya telah berhasil membangun dan menciptakan sebuah gaya hidup yang sesuai dengan keinginan saya.
7. Jika saya merasa tidak bahagia dengan kondisi kehidupan saya, saya akan memakai cara yang efektif untuk merubahnya.
Memiliki goal dan arah dalam hidup
Merasakan ada makna di kehidupan masa kini dan masa lalu
Memiliki keyakinan yang memberikan tujuan hidup
1. Saya ingin hidup saya berguna bagi orang lain melalui pekerjaan saya.
2. Segala sesuatu hal yang saya kerjakan tidak sesuai dengan apa yang saya rencanakan sebelumnya. 3. Saya tidak mempunyai arah yang jelas mengenai apa yang sedang saya coba raih dalam hidup ini. 4. Saya merasa hidup saya tidak dibutuhkan oleh orang lain.
5. Saya merasa hidup saya terhormat dengan keadaan saya sekarang. 6. Saya merasa diri saya berharga dengan status yang saya sandang sekarang. 7. Saya merasa tidak puas ketika hal apa saja yang telah saya capai dalam hidup.
LAMPIRAN F
Peraturan (Qanun) Pelaksanaan Syariat
1
Universitas Kristen Maranatha
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Aceh dikenal sebagai Serambi Mekkah karena dari wilayah inilah awal kaum muslimin dari wilayah lain berangkat ke tanah suci Mekkah untuk menunaikan rukun Islam yang kelima. Dari sejarahnya yang cukup panjang, masyarakat Aceh telah menjadikan Islam sebagai pedoman hidupnya. Islam telah menjadi bagian dari kehidupan mereka dengan segala kelebihan dan kekurangannya. Masyarakat Aceh tunduk dan taat kepada ajaran Islam serta memperhatikan fatwa ulama. Penghayatan terhadap ajaran Islam kemudian melahirkan budaya Aceh yang tercermin dalam kehidupan adat. Adat tersebut hidup dan berkembang dalam kehidupan masyarakat, yang dalam ungkapan bijak disebutkan “Adat bak Poteu Meureuhom, Hukom bak Syiah Kuala, Qanun bak
Putro Phang Reusam bak Lakseumana” yang artinya, “Hukum Adat di tangan
pemerintah dan Hukum Syariat di tangan ulama”. Ungkapan ini merupakan
pencerminan dari perwujudan Syariat Islam dalam praktek hidup sehari-hari. Sejarah Syariat Islam menjadi kabur sejak Kolonial Belanda dan Jepang menguasai Aceh bahkan hingga Indonesia mencapai kemerdekaannya. Dengan munculnya era reformasi pada tahun 1998, semangat dan peluang yang terpendam untuk memberlakukan Syariat Islam di beberapa daerah di Indonesia muncul kembali, terutama di Aceh yang telah lama dikenal sebagai Serambi Mekah. Semangat dan peluang tersebut kemudian terwujud dalam Undang-Undang
2
Universitas Kristen Maranatha
Nomor 44 tahun 1999 tentang Penyelenggaraan Keistimewaan Propinsi Daerah Istimewa Aceh. Peluang tersebut semakin dipertegas dalam Undang-Undang Nomor 18 tahun 2001 tentang Otonomi Khusus bagi Propinsi Daerah Istimewa Aceh sebagai Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam. Disamping itu pada tingkat Daerah pelaksanaan Syariat Islam telah dirumuskan secara yuridis melalui Peraturan Daerah Nomor 5 tahun 2000 tentang Pelaksanaan Syariat Islam. Di dalam Peraturan Daerah Nomor 5 tahun 2000 tepatnya dalam pasal 4 ayat 3 disebutkan bahwa pelaksanaan Syariat Islam tersebut berlaku untuk setiap warga Negara RI atau siapa pun yang bertempat tinggal atau singgah di Daerah Istimewa Aceh, wajib menghormati pelaksanaan Syariat Islam di daerah.
3
Universitas Kristen Maranatha
Berdasarkan pertimbangan itulah maka Pemerintah Nanggroe Aceh Darussalam membuat Qanun (peraturan) Nomor 14 tahun 2003 tentang khalwat. Qanun tentang khalwat berlaku untuk seluruh masyarakat yang tinggal atau singgah di Daerah Istimewa Aceh, baik itu laki-laki maupun perempuan. Khalwat adalah perbuatan yang dilakukan oleh dua orang yang berlawanan jenis atau lebih, tanpa ikatan pernikahan atau bukan muhrim pada tempat tertentu yang sepi yang memungkinkan terjadinya perbuatan perzinaan. Khalwat tidak hanya terjadi di tempat-tempat yang sepi dari penglihatan orang lain, tetapi juga dapat terjadi di tengah keramaian, di jalanan, atau di tempat lain, misalnya di dalam mobil, dimana laki-laki dan perempuan sedang bermesraan tanpa ikatan pernikahan. Perilaku tersebut juga dapat menjurus pada terjadinya perbuatan zina. Di dalam qanun diatur pula ancaman hukuman bagi para pelanggar qanun tersebut dalam istilah Aceh disebut sebagai Uqubat. Uqubat itu meliputi uqubat cambuk, denda, dan kurungan penjara. Bentuk ancaman uqubat cambuk bagi pelanggar khalwat. dimaksudkan sebagai upaya untuk memberi kesadaran bagi para pelanggar dan sekaligus menjadi peringatan bagi anggota masyarakat lainnya untuk tidak melakukan khalwat.
4
Universitas Kristen Maranatha
dengan aturan-aturan yang terdapat didalam Qanun. Para waria di Banda Aceh berusaha mengikuti dan mentaati aturan-aturan dalam Qanun karena mereka sadar bahwa mereka adalah kelompok minoritas didalam masyarakat.
Berdasarkan dari observasi langsung dilapangan, para waria di Banda Aceh dalam kesehariannya selalu menggunakan pakaian yang sopan yang sesuai dengan aturan dalam Qanun yaitu memakai baju yang menutup aurat dan kerudung atau pasmina. Mereka pun berusaha menjalin interaksi yang baik dengan masyarakat disekitar lingkungannya supaya mereka dapat diterima oleh masyarakat. Para waria selalu berusaha untuk memulai komunikasi atau percakapan dengan masyarakat disekitar lingkungannya, para waria pun dengan sukarela ikut berpartisipasi dalam setiap kegiatan yang diadakan disekitar lingkungannya. Apapun yang dilakukan oleh waria tetap saja mendapat penolakan dari sebagian besar masyarakat di Banda Aceh. Bentuk penolakan yang dilakukan oleh masyarakat adalah pengusiran dari tempat tinggal sementara (kos) mereka.
5
Universitas Kristen Maranatha
selayaknya laki-laki tetapi mereka justru merasa lebih menyukai aktivitas yang bersifat lembut seperti lebih suka bermain boneka, masak-masakan, membantu ibu didapur atau ke pasar dengan ibu, dan tidak menyukai aktivitas yang bersifat kasar atau menggunakan fisik seperti bermain sepak bola dan permainan lainnya yang biasa dimainkan oleh laki-laki. Mereka mengatakan bahwa sedari kecil juga sudah menyukai hal-hal yang biasa dipakai oleh perempuan (seperti memakai rok dan make-up), dan para waria tersebut sedari kecil pula sudah memiliki ketertarikan terhadap sesama jenis kelaminnya sendiri (laki-laki).
Para waria mengatakan bahwa sedari kecil hubungan mereka dengan ayah dan saudara-saudara kandung lainnya tidak harmonis, hanya dengan ibu mereka memiliki hubungan yang dekat dan harmonis karena menurut penuturan mereka, sang ibu dapat memahami dan menerima baik keadaan kondisi yang terjadi dalam diri mereka tersebut. Para waria tersebut mengatakan bahwa sedari kecil sering mendapat hukuman fisik dari ayah apabila mereka tidak bisa berperilaku seperti seorang laki-laki. Perlakuan-perlakuan tersebut selama bertahun-tahun mereka pendam dalam hati dan mereka terus menjalani kehidupan sekalipun hanya mendapat dukungan dari ibu. Setelah mereka menyelasaikan atau lulus dari tingkat pendidikan tertentu, para waria merantau dari kampung-kampung mereka ke kota Banda Aceh. Mereka di Banda Aceh tinggal bersama dengan sesama komunitasnya.
6
Universitas Kristen Maranatha
dan berkreasi. Keberadaan para waria di Banda Aceh selalu bersinggungan dengan norma adat istiadat masyarakat Aceh dan Syariat Islam yang mayoritas dianut oleh masyarakat di Aceh. Oleh sebab itu beberapa waria yang tinggal di Banda Aceh pergi merantau ke kota-kota besar seperti Medan, Bandung, dan Jakarta karena di kota-kota besar kehidupan mereka lebih menguntungkan dan lebih bisa menerima keberadaan mereka. Kaum waria di Banda Aceh kesempatan untuk mendapatkan pekerjaan yang sesuai dengan ketrampilan mereka (bidang kecantikan atau dalam dunia hiburan lain) akan lebih kecil daripada kesempatan mendapatkan pekerjaan di kota-kota besar lainnya. Di Banda Aceh apabila para waria akan membuka usaha di bidang kecantikan, mereka harus berkumpul dengan para waria lainnya juga karena mereka tidak akan diterima bekerja di salon-salon yang para pekerjanya bukan waria. Selain itu para waria di Banda Aceh dikenakan wajib lapor apabila mereka tertangkap oleh aparat Wilayatul Hisbah sedang berkumpul di tepi jalan pada malam hari. Tujuan dari Wilayatul Hisbah tersebut adalah untuk mengontrol jumlah waria yang ada di Banda Aceh supaya tidak lagi bertambah.
7
Universitas Kristen Maranatha
yang dilakukannya merupakan upaya untuk memperoleh kesejahteraan psikologis sebagai manusia yang bebas dan memiliki pilihan, karena kesejahteraan psikologis merupakan hak setiap manusia.
Setiap orang dalam menjalani kehidupannya akan memiliki kebutuhan yang tidak akan pernah berhenti sampai orang tersebut mengalami kematian. Dalam usahanya memenuhi kebutuhan hidupnya, seseorang akan memiliki pengalaman-pengalaman, ada yang menyenangkan dan tidak menyenangkan, yang selanjutnya akan mengakibatkan kebahagiaan dan tidak kebahagiaan. Evaluasi terhadap pengalaman akan dapat menyebabkan seseorang menjadi pasrah terhadap keadaan yang membuat kesejahteraan psikologinya menjadi rendah atau berusaha untuk memperbaiki keadaan hidupnya yang akan membuat kesejahteraan psikologinya meningkat (Ryff & Singer, 1996). Mengkonstruksikan PWB dengan mengemukakan enam dimensi dari PWB yaitu self-acceptance,
relation with others, autonomy, environmental mastery, pupose of life, dan
personal growth.
8
Universitas Kristen Maranatha
hingga saat ini kedua orang tua mereka sudah bisa menerima keputusan yang dipilih oleh anaknya tersebut, sehingga para waria tersebut tidak merasa malu lagi untuk berpenampilan atau berperilaku seperti wanita dihadapan kedua orang tua maupun masyarakat yang tinggal di kampungnya. Sisanya 1 waria (8,3%) mengalami kebingungan dengan apa yang terjadi didalam dirinya saat ini. Di satu sisi sebenarnya ada keinginan untuk berhenti menjadi seorang waria dan menjalani kehidupan yang normal, namun disisi lain tidak bisa menghentikan naluri kewanitaan yang sangat kuat dalam dirinya tersebut. Hal inilah yang membuat hidup mereka terkadang merasakan ketidakbahagiaan secara penuh.
9
Universitas Kristen Maranatha
mengatakan bahwa mereka dapat menjalin hubungan yang akrab dan penuh kehangatan dengan masyarakat yang ada di Banda Aceh maupun dengan teman-teman didalam komunitasnya sendiri. Para waria ini merasa tidak memiliki hambatan untuk menjalin keakraban dengan masyarakat di Banda Aceh, mereka dapat mempercayai orang-orang diluar komunitasnya sehingga mereka pun memiliki sahabat untuk berbagi suka duka. Mereka pun pernah menjalin hubungan akrab dengan seorang wanita bahkan diantaranya menikahi seorang wanita.
Selain itu 7 waria (58,3%) mengatakan dirinya belum sepenuhnya bisa mandiri dalam menjalani kehidupan. Mereka masih sangat membutuhkan teman-teman maupun dukungan keluarganya terhadap keputusan apapun yang akan mereka pilih. Mereka merasa dirinya mudah terpengaruh dengan pendapat atau saran-saran dari orang-orang disekitarnya dan mereka pun cenderung mencemaskan penilaian-penilaian negatif yang akan diterimanya dari masyarakat di Banda Aceh. Selain itu pada kenyataannya mereka dapat menghidupi kebutuhan sehari-harinya dengan pekerjaan yang mereka miliki saat ini. Sedangkan 5 waria (41,6%) mengatakan mereka dapat mandiri dalam mengambil keputusan apapun yang akan dipilih dalam hidupnya dan mereka tidak mudah terpengaruh dengan pendapat atau saran dari orang-orang disekitarnya. Mereka pun tidak mencemaskan penilaian-penilaian negatif dari masyarakat yang tidak menyukai keberadaan mereka sebagai waria.
10
Universitas Kristen Maranatha
masyarakat di Banda Aceh masih sangat memegang teguh adat istiadat maupun aturan-aturan yang berlaku dalam Qanun. Sebagian besar dari mereka hanya dapat bekerja di tempat-tempat salon kecantikan yang memang mereka rasakan lebih sesuai dengan diri mereka yang menyukai kesabaran dan kelembutan. Mereka pun akhirnya mematuhi dan mengikuti aturan-aturan yang berlaku dalam Qanun dengan melakukan hal-hal yang baik untuk mendapat pujian dari masyarakat dan juga supaya keberadaan mereka dapat diterima baik oleh masyarakat di Banda Aceh. Sedangkan 2 waria (16,7%) dapat memilih atau menciptakan lingkungan yang sesuai dengan nilai dan kebutuhannya sebagai waria. Waria tersebut ada yang bekerja sebagai cleaning service di sebuah perusahaan precast dan ada waria yang bekerja dengan membuka warung dan salon sendiri di rumahnya kontrakannya.
11
Universitas Kristen Maranatha
memiliki tujuan hidup untuk tetap bekerja sekalipun dengan kekurangan mereka sebagai waria, mereka mengatakan bahwa didunia ini tidak ada manusia yang sempurna karena kesempurnaan itu hanyalah miliki Tuhan. Di dalam hidup, mereka memiliki target-target yaitu mereka ingin mempunyai usaha sendiri yang sesuai dengan hobby atau ketrampilan yang mereka miliki saat ini dan membimbing para waria yang tidak mempunyai keahlian atau ketrampilan. Selama ini mereka dapat bertahan menjalani kehidupan sebagai waria karena adanya dukungan dari keluarga dan agama sebagai pegangan hidup mereka.
Sebanyak 12 waria (100%) telah dapat mengembangkan potensi dalam dirinya secara berkesinambungan. Para waria dapat menunjukkan potensinya dalam berbagai bidang seni seperti menyanyi, menari dan mendekorasi panggung pada acara-acara yang dilakukan dilingkungan sekitarnya, di bidang kecantikan (salon) dan di bidang olahraga seperti mengikuti lomba sepakbola, bola volley dan lomba panjat pinang yang diadakan dilingkungan sekitarnya pada saat menyambut HUT RI. Meskipun mereka dapat mengembangkan potensi-potensi yang mereka miliki, namun mereka tetap mendapat hambatan dari sebagian besar masyarakat yang tidak menyukai keberadaan mereka. Para waria mengatakan bahwa mereka juga adalah manusia, sama seperti orang normal yang lain.
12
Universitas Kristen Maranatha
kecemasan tentang penilaian negatif dari masyarakat di Banda Aceh terhadap keberadaan mereka sebagai waria sehingga hal ini sering mempengaruhi mereka dalam berpikir dan bertindak. Selain itu berbagai stigma yang ada di masyarakat yang memandang negatif waria dan kuatnya norma, budaya, dan Syariat Islam di Banda Aceh menyebabkan para waria mengalami kesulitan untuk memilih atau menciptakan lingkungan yang sesuai dengan nilai dan kebutuhan dirinya. Berdasarkan gambaran diatas, peneliti tertarik untuk mengetahui PWB pada waria di Banda Aceh.
1.2 Identifikasi Masalah
Berdasarkan fakta-fakta di atas, maka yang ingin diketahui melalui penelitian ini adalah bagaimana gambaran PWB pada waria di Banda Aceh.
1.3 Maksud dan Tujuan Penelitian
1.3.1 Maksud Penelitian
Adapun maksud dari penelitian ini adalah untuk memperoleh gambaran mengenai PWB pada waria di Banda Aceh.
1.3.2 Tujuan Penelitian
13
Universitas Kristen Maranatha
1.4 Kegunaan Penelitian
1.4.1 Kegunaan Teoritis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi tambahan bagi :
1. Ilmu Psikologi khususnya Psikologi Sosial dan Klinis mengenai PWB pada waria di Banda Aceh.
2. Peneliti lain yang ingin meneliti lebih lanjut mengenai PWB, khususnya pada waria.
1.4.2 Kegunaan Praktis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat dalam memberikan informasi bagi :
1. Para waria tentang pemahaman dalam mencapai PWB.
2. Para aparat Wilayatul Hisbah dan masyarakat setempat mengenai PWB pada waria di Banda Aceh untuk memperhatikan dimensi-dimensi PWB dalam mencapai nilai yang positif dari kesehatan mental yang ada dalam diri waria. 3. Psikolog, terapis dan para ahli dari bidang lain yang berkaitan dengan PWB
agar dapat memberikan penyuluhan yang tepat kepada para waria dalam menghadapi tekanan-tekanan dari lingkungan masyarakat di Banda Aceh.
1.5 Kerangka Pemikiran
14
Universitas Kristen Maranatha
jenis kelamin dan gendernya serta berkeinginan untuk mengubah karakteristik seksual baik primer dan sekunder (Sarason & Sarason, 2002).
Waria dianggap oleh masyarakat di Banda Aceh sebagai sekelompok orang yang mengalami gangguan atau penyimpangan dalam perilaku dan orientasi seksual. Hal ini dianggap oleh masyarakat di Banda Aceh sebagai sesuatu yang bertentangan dengan norma, budaya, dan Syariat Islam yang dianut oleh mayoritas masyarakat di Banda Aceh. Selain itu kaum waria sering tersudut dengan berbagai stigma yang ada di masyarakat yang memandang negatif waria. Pandangan tersebut berupa anggapan bahwa mereka pendosa dan sampah masyarakat. Kuatnya norma, budaya, dan ajaran agama Islam di Banda Aceh menyebabkan waria di Banda Aceh mengalami konflik psikologis, baik konflik dari dalam dirinya sendiri dan konflik sosial, yaitu dari lingkungan. Konflik-konflik yang dialami oleh waria di Banda Aceh inilah yang menimbulkan perasaan bahwa mereka tidak mendapatkan kebahagiaan seperti yang mereka inginkan.
15
Universitas Kristen Maranatha
mental mulai berjalan perlahan atau mengalami penurunan, mencapai integrasi emosi dalam kehidupan selanjutnya dimana individu mampu melihat ke masa lalu dan dapat menerima apa yang telah terjadi dan segala pilihan yang diambil dalam hidupnya, menghadapi kehidupan dan kematian dengan sederhana dan arif (kebijaksanaan).
Setiap orang memiliki kebutuhan yang tidak akan pernah berhenti sampai orang tersebut mengalami kematian. Dalam usaha memenuhi kebutuhan hidupnya, seseorang akan memiliki pengalaman-pengalaman, ada yang menyenangkan dan tidak menyenangkan, yang selanjutnya akan mengakibatkan kebahagiaan dan ketidakbahagiaan. Kebahagiaan dan ketidakbahagiaan dikenal sebagai PWB atau kesejahteraan psikologis. PWB adalah hasil evaluasi atau penilaian seseorang terhadap dirinya yang merupakan evaluasi atas pengalaman-pengalaman hidupnya (Ryff, 1995). Evaluasi terhadap pengalaman-pengalaman akan dapat menyebabkan seseorang menjadi pasrah terhadap keadaan yang membuat PWB menjadi rendah atau berusaha untuk memperbaiki keadaan hidupnya yang akan membuat PWB menjadi meningkat (Ryff & Singer dalam Halim & Atmoko, 2005).
16
Universitas Kristen Maranatha
environmental mastery, pupose of life, dan personal growth pada waria di Banda
Aceh.
Dimensi pertama yaitu self-acceptance (penerimaan diri) adalah sikap positif waria terhadap diri sendiri; mengakui dan menerima kualitas yang baik maupun buruk; memandang positif mengenai kehidupan di masa lalu. Waria yang memiliki self-acceptance rendah akan merasa tidak puas dengan diri sendiri; kecewa dengan apa yang terjadi di masa lalu; kesulitan tentang kualitas pribadi tertentu; ingin menjadi seseorang yang berbeda dengan dirinya saat ini.
Dimensi yang kedua adalah personal growth (perkembangan individu) yaitu dimana waria dapat merasakan perkembangan yang berkesinambungan; memandang diri sendiri seperti sedang tumbuh dan berkembang; terbuka terhadap pengalaman-pengalaman yang baru; menyadari potensi dirinya, melihat perbaikan di dalam diri sendiri dan perilaku dari waktu ke waktu; berubah dalam berbagai cara yang mencerminkan lebih banyak pengetahuan diri dan keberhasilan. Waria yang rendah di personal growth tidak akan mengalami kemajuan dari dalam diri; kurang berkembang seiring dengan berjalannya waktu; merasa bosan dan tidak tertarik dengan hidup; merasa tidak mampu mengembangkan sikap dan tingkah laku yang baru.
17
Universitas Kristen Maranatha
berubah atau memperbaiki keadaan-keadaan disekelilingnya, tidak menyadari kesempatan yang ada disekelilingnya, dan kurang memiliki kemampuan untuk menguasai aktifitas eksternal. Environmental mastery berkaitan dengan kemampuan seseorang untuk mengontrol aktivitas eksternal yang kompleks. Akan menjadi kompleks ketika berhadapan dengan suatu lingkungan yang memiliki stigma dan pandangan negatif terhadap waria.
Dimensi selanjutnya adalah positive relation with others yaitu dimana waria memiliki hubungan dengan orang lain yang dekat, hangat, dan rasa saling percaya; perhatian terhadap kesejahteraan orang lain; memiliki kemampuan berempati dan afeksi yang kuat. Waria yang rendah dalam positive relation with other akan memiliki sedikit hubungan yang dekat dan penuh kepercayaan dengan
orang lain, sulit untuk bersikap hangat, terbuka, dan peduli terhadap orang lain, terisolasi dan frustasi di dalam hubungan antar pribadi, tidak berkeinginan membuat kompromi untuk mendukung ikatan-ikatan penting dengan yang orang lain. Berhubungan erat dengan tugas perkembangan pada tahap dewasa yaitu intimacy. Lingkungan sosial pada masyarakat di Banda Aceh yang secara
normatif sangat ketat dan konvensional inilah yang menyebabkan para waria mengisolasi diri dari lingkungannya. Dengan adanya keyakinan seperti itu, maka para waria di Banda Aceh bisa saja merasa dirinya tidak layak untuk dicintai karena merasa berbeda dari yang lainnya dan karena adanya perbedaan itulah para waria menjadi takut tidak dapat diterima oleh masyarakat.
18
Universitas Kristen Maranatha
memiliki keyakinan yang memberikan tujuan dalam hidup. Waria yang rendah dalam purpose of life akan kurang memiliki pemahaman tentang kehidupannya; memiliki sedikit sasaran dan tujuan; tidak melihat tujuan hidup di masa lalu; tidak memiliki harapan atau kepercayaan yang memberikan arti hidup.
Dimensi yang terakhir autonomy terkait dengan kemandirian waria dalam menjalani kehidupannya dimana waria memiliki self-determinant dan mandiri; mampu bertahan dari tekanan sosial untuk berpikir dan bertindak dengan cara tertentu; menilai diri sendiri dengan standar personal sendiri. Autonomy yang rendah dalam diri waria akan membuat dirinya lebih peduli terhadap harapan dan evaluasi dari orang lain, bergantung pada penilaian dari orang lain untuk membuat keputusan penting, mau menyesuaikan diri dengan tekanan sosial untuk berpikir dan bertindak dalam cara-cara tertentu. Autonomy pada waria di Banda Aceh diharapkan tidak lagi terkait dengan fear, belief, agama dan norma atau hukum yang berlaku di masyarakat Banda Aceh.
19
Universitas Kristen Maranatha
bahkan tidak bermakna, mengalami kesulitan dalam menguasai atau mengontrol aktifitas eksternal, bergantung pada penilaian orang lain, dan mengalami kesulitan untuk memiliki hubungan yang hangat dengan orang lain.
Kesejahteraan atau ketidaksejahteraan psikologis yang dirasakan pada setiap diri waria di Banda Aceh akan berbeda-beda, tidak hanya berdasarkan dari enam dimensi saja namun secara tidak langsung terdapat faktor-faktor sosiodemografis yang bisa mempengaruhi proses pencapaian suatu kesejahteraan
psikologis. Faktor-faktor sosiodemografis tersebut yaitu faktor usia, status ekonomi dan sosial, pendidikan, tipe kepribadian (big five personality). Faktor usia menemukan beberapa dari dimensi psychological well-being seperti environmental mastery dan autonomy akan cenderung meningkat seiring dengan
bertambahnya usia, khususnya saat beranjak dari dewasa awal menuju masa dewasa menengah (Ryff & Singer, 1996). Dimensi lain seperti personal growth dan purpose in life cenderung menurun seiring dengan bertambahnya usia, khususnya dari masa dewasa menengah menuju masa dewasa akhir. Faktor tingkat pendidikan dan status pekerjaan menunjukkan bahwa dalam PWB yang tinggi, terdapat pada aspek purpose in life dan personal growth, didapati pada waria yang memiliki tingkat pendidikan tinggi. PWB yang tinggi juga didapati pada waria yang memiliki status pekerjaan yang tinggi. Faktor tipe kepribadian (big five personality) berhubungan kuat dengan aspek-aspek dari psychological
well-being. Schumutte & Ryff (1997) menyatakan bahwa kepribadian
neuroticism, extraversion, dan conscientiousness merupakan prediktor dari
20
Universitas Kristen Maranatha
purpose in life). Openness to experience terkait dengan dimensi personal growth;
extraversion dan aggreableness terkait dengan dimensi positive relationship with
other, dan neuriticism yang rendah terkait dengan dimensi autonomy.
Oleh karena para waria mengalami banyak kekurangan hal-hal positif dalam hidupnya juga dalam salah satu tugas perkembangan mereka serta kuatnya tekanan-tekanan dari masyarakat di Banda Aceh, maka para waria di Banda Aceh perlu mengembangkan PWB dalam diri mereka. Hal tersebut dapat membantu para waria di Banda Aceh untuk mengoptimalkan kesejahteraan psikologisnya. PWB membantu mereka untuk tetap mampu dalam memenuhi tuntutan di
keluarga dan lingkungan sosialnya.
Untuk memudahkan kerangka pikir, maka dikonkretkan dalam bagan di bawah ini :
- Positive relations with others
- Autonomy
- Environmental mastery - Purpose in life
21
Universitas Kristen Maranatha
1.6 Asumsi Penelitian
Berdasarkan hal-hal tersebut di atas, maka dapat ditarik sejumlah asumsi sebagai berikut :
1. PWB dapat diukur melalui dimensi self-acceptance, personal growth, purpose in life, environmental mastery, autonomy, positive relation with
others.
2. Setiap waria memiliki PWB dengan derajat yang berbeda-beda dalam setiap dimensinya.
66
Universitas Kristen Maranatha
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
Pada bab ini, peneliti akan memaparkan kesimpulan mengenai hasil interpretasi dan analisis yang telah dilakukan pada bab sebelumnya berserta saran yang bernilai praktis dan terarah sesuai dengan hasil penelitian.
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil pengolahan data mengenai tingkat Psychological Well-Being pada waria di Banda Aceh yang ditinjau dari dimensi-dimensinya, maka
diperoleh kesimpulan sebagai berikut :
1. Sebagian besar 78.3% waria memiliki derajat PWB yang rendah dan 21.7% waria memiliki derajat PWB yang tinggi.
2. Waria yang memiliki derajat dimensi-dimensi PWB tergolong rendah diurutkan dari persentase terbanyak adalah dimensi autonomy, self acceptance, positif relations with others, personal growth, purpose in life, ,
dan environmental mastery.
3. Sebagian besar waria yang memiliki tingkat pendidikan lebih tinggi, tinggi pula dimensi purpose in life.
67
Universitas Kristen Maranatha
5. Sebagian besar waria yang dominan pada trait kepribadiaan agreeableness cenderung memiliki tingkat dimensi autonomy yang rendah.
6. Waria yang dominan pada trait kepribadian extraversion, agreeablenness dan openness to experience cenderung memiliki tingkat positif relation with other
yang rendah.
7. Waria yang dominan pada trait kepribadian extraversion dan agreeableness cenderung memiliki self-accepetence yang tinggi, namun waria yang dominan pada tipe kepribadian agreeableness dan oppenness to experience, neuroticism dan conscientiousness cenderung memiliki tingkat
self-accepetence yang rendah.
8. Waria yang memiliki masa kerja 5 sampai dengan 10 tahun cenderung memiliki tingkat environmental mastery yang tinggi dibandingkan dengan masa kerja kurang dari 5 tahun dan masa kerja lebih dari 10 tahun.
9. Waria yang memiliki derajat dimensi-dimensi PWB tergolong tinggi diurutkan dari persentase terbanyak adalah dimensi personal growth, self acceptance, purpose in life, positif relations with others, autonomy, dan
environmental mastery.
5.2 Saran
5.2.1 Saran Teoritis
Well-68
Universitas Kristen Maranatha
Being dengan trait kepribaadian agar lebih dapat terlihat derajat
keterkaitannya.
2. Perlu dipertimbangkan untuk melakukan penelitian terhadap faktor-faktor sosiodemografis lainnya yang kemungkinan memiliki keterkaitan dengan kesejahteraan psikologis (PWB), seperti status marital, dukungan sosial, pengalaman hidup, dan religi.
5.2.2 Saran Praktis
1. Hasil penelitian ini memberi masukan bagi waria di Banda Aceh mengenai Psychological Well-Being yang dilihat dari tiap dimensi. Waria yang memiliki derajat dimensi PWB tinggi dapat dipertahankan, sedangkan waria yang memiliki derajat dimensi PWB yang rendah dapat ditingkatkan dengan berbagai cara seperti mengikuti berbagai pelatihan, seminar atau kursus, contohnya dengan mengikuti seminar motivasi untuk meningkatkan personal growth dan purpose in life.
69
Universitas Kristen Maranatha
DAFTAR PUSTAKA
Bootzin, Richard R. & Joan Ross. 1988. Abnormal Psychology. Current Perspective. Fifth Edition. New York : McGraw-Hill Inc.
Compton, C. William. 2005. Introduction to Positive Psychology. Thomson Learning, Inc.
DSM IV. 1994. Diagnostic And Statistical Manual of Mental Disorders. Fourth Edition. American Psychiatric Association.
Erikson, HE. 1989. Identitas dan Siklus Hidup Manusia. Jakarta : PT. Gramedia.
Fausiah, F & Widury, J. (2003). Bahan Ajar Mata Kuliah Psikologi Abnormal. Jakarta: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia.
Halim, Magdalena dan Wahyu Dwi Atmoko. 2005. Hubungan antara Kecemasan akan HIV/ AIDS dan Psycological Well-Being pada Waria yang Menjadi Pekerja Seks Komersial. “Jurnal Psikologi”. Vol. 15 : 17-31.
Holmes, David S. 1994. Abnormal Psychology. Second Edition. New York : Harper Collins College Publishers.
Kaplan, I. Sadock, Benjamin J, Grebb, Jack A (1994). Sinopsis psikiatri. Jakarta : Binarupa Aksara.
Kartono, K. 1989. Psikologi Abnormal & Abnormalitas Seksual. Bandung : CV. Mandar Maju.
Keyes, C., Ryff, C., & Shmotkin, D. 2002. Optimizing Well-Being : The Empirical Encounter of Two Traditions. Journal of Personality and Social Psychology, 82, 1007-1022.
Pervin, L.A & John, O.P (2001). Personality theory and research. Eight edition. New York : John Willey & Sons, Inc.
70
Universitas Kristen Maranatha
Ryff, C. D. 1994. Psychological Well-Being in Adult Life. “Current Directions in Psychological Science”.
Ryff, C. D., & Keyes, C. L. M. (1995). The structure of psychological well-being revisited. Journal of Personality and Social Psychology, 69, 719–727. Ryff, C. D., & Singer, B. (1996). Psychological well-being: Meaning,
measurement, and implications for psychotherapy research. Psychotherapy
and Psychosomatics, 65, 14–23.
Ryff, C. D., & Singer 2006. Know Thyself and Become What You Are : A Eudaimonic Approach Psychologycal Well-Being. “Journal of Happiness Studies”.
Sadock, Benjamin J; Harold I. Kaplan; Alfred M. Freedman. 1976. The Sexualitas Experience. Baltimore : The Williams and Wilkins Company.
Santrock, John W. 2002. life – Span Development: Perkembangan Masa Hidup. Edisi Kelima. Jilid 2, versi Bahasa Indonesia. Jakarta : PT Gelora Aksara Pratama.
Sarason, Irwing & Sarason, Barbara R. (2002). Abnormal Psychology : The problem of maladaptive behavior. New Jersey : Prentice Hall.
Schmutte, P. S., & Ryff, C. D. (1997). Personality and well-being: Reexamining methods and meanings. Journal of Personality and Social Psychology, 73, 549-559.
Singarimbun, M. 1995. Metode & Proses Penelitian dalam Singarimbun. M., Effendi, S. Eds. Metode Penelitian Survey, Cetakan 2. Jakarta : LP3ES. Sitepu, Nirwana S. K. 1995. Analisis Korelasi. Bandung : Fakultas MIPA
Universitas Padjajaran.
Stoller, R. J. (1964). A contribution to the study of gender identity. International Journal Psychoanalysis, 45 : 182.
71
Universitas Kristen Maranatha
DAFTAR RUJUKAN
Bonauli, Sitindaon N. 2004. Skripsi : Suatu Studi Deskriptif Tentang Relasi Waria Dengan Ayah Dan Ibunya Di Masa Kanak-kanak. Bandung : Fakultas Psikologi Universitas Kristen Maranatha.
Darmali, Feniana. 2009. Skripsi : Studi Deskriptif Mengenai Derajat Psychological Well-Being Pada Guru Swasta SMA “X” Di Bandar Lampung. Bandung : Fakultas Psikologi Universitas Kristen Maranatha.
Deci, E. L & Ryan, R. M. 2001. On Happiness and Human Potentials : A review Reseach On Hedonic & Eudomonic Well-Being. Retrieved October 28, 2005.http://www.rochester.edu/SDT/documents/2001RyanDeci_AnnRev.p df.
http://rumahbelajarpsikologi.com/index.php/big-5-p.html
Nurhayati, Hasma. 2010. Skripsi : Pengaruh Big Five Personality Terhadap Psychological Well Being Remaja Di Sekolah Menengah Kejuruan Negeri 5 Madiun. Malang : Fakultas Psikologi Universitas Islam Negeri Maulana Malik.
Peraturan Daerah Propinsi Daerah Istimewa Aceh No. 5. 2000. Peraturan Daerah Propinsi Daerah Istimewa Aceh No. 7. 2000. Peraturan Daerah Propinsi Daerah Istimewa Aceh No. 14. 2003. Peraturan Daerah Propinsi Daerah Istimewa Aceh No. 3. 2004.
Ryff, C. 1989. Psychological Well-Being. Retrieved October25, 2005., http://www.services.unimelb.edu.com.au/counsel/downloads/psych.doc. www.hqlo.com