PENGARUH PEMBELAJARAN MENGGUNAKAN ANALOGI
PADA MATERI SISTEM IMUN TERHADAP KREATIVITAS DAN
PENGUASAAN KONSEP SISWA
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Jurusan Pendidikan Biologi
Oleh:
RESTI HARDIYANTI 1101868
JURUSAN PENDIDIKAN BIOLOGI
FAKULTAS PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
PENGARUH PEMBELAJARAN MENGGUNAKAN ANALOGI PADA
MATERI SISTEM IMUN TERHADAP KREATIVITAS DAN
PENGUASAAN KONSEP SISWA
Oleh: Resti Hardiyanti
Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar
Sarjana pada Fakultas Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
© Resti Hardiyanti 2015 Universitas Pendidikan Indonesia
Agustus 2015
Hak Cipta dilindungi undang-undang.
Resti Hardiyanti, 2015
ABSTRAK
Penelitian ini mengungkap pengaruh pembelajaran menggunakan analogi pada materi sistem imun terhadap kreativitas dan penguasaan konsep siswa, baik menggunakan analogi yang dibangun oleh siswa maupun menggunakan analogi yang diberikan oleh guru. Penelitian ini melibatkan 46 siswa kelas XI MIA di salah satu sekolah di kota Bandung. Metode penelitian yang digunakan adalah kuasi eksperimen pretest-posttest yang melibatkan kelas eksperimen (pembelajaran menggunakan analogi yang dibangun siswa) dan kelas kontrol (pembelajaran menggunakan analogi yang diberikan guru). Kreativitas siswa diukur menggunakan alat tes TCT-DP (Test for Creative Thinking- Drawing Production) sedangkan pengusaan konsep diukur menggunakan tes penguasaan konsep materi sistem imun yang memiliki nilai reliabilitas 0,75. Hasil pemetaan analogi yang dikerjakan oleh siswa turut dinilai untuk memberikan data sekunder. Tidak ditunjukkan adanya peningkatan kreativitas siswa pada kedua kelas penelitian. Di sisi lain, terdapat peningkatan nilai penguasaan konsep baik pada kelas eksperimen maupun kontrol dengan kategori rata-rata indeks gain sedang pada keduanya. Pada nilai pemetaan analogi, sebagian besar indikator dicapai oleh kelas eksperimen lebih baik daripada kelas kontrol. Nilai pemetaan analogi menunjukkan adanya korelasi yang signifikan pada kategori sedang dengan kreativitas (sig. 0.040) dan penguasaan konsep siswa (sig. 0.032) pada kelas eksperimen. Dapat disimpulkan bahwa pembelajaran menggunakan analogi tidak menunjukkan adanya pengaruh terhadap kreativitas siswa namun menunjukkan adanya pengaruh pada penguasaan konsep siswa, dengan pembelajaran menggunakan analogi yang diberikan oleh guru memberikan pengaruh lebih baik terhadap penguasaan konsep siswa daripada menggunakan analogi yang dibangun oleh siswa sendiri.
Resti Hardiyanti, 2015
ABSTRACT
The research reveals the influence of learning using the analogy on the immune system learning to the students creativity and concepts mastery, either use an analogy was built by students and use the analogy given by the teacher. The study involved 46 students of XI MIA class in one of the schools in the city. The method used is quasi-experimental pretest-posttest design that involving experimental class (learning using analogy that built by students) and the control class (learning using analogy given by teacher). The creativity of students is measured using a test TCT-DP (Test for Creative Thinking- Drawing Production) whereas the procurement concept was measured using concept mastery tests of immune system. Concept mastery tests has the reliability value of 0.75. Analogy mapping results done by the students also rated to provide secondary data. Not shown an increase in the creativity of the students in both class research. On the other hand, there is an increase in the concepts mastery in the experimental class and the control with the average index of the gain category is medium in both. On the analogy mapping score, most indicators achieved by the experimental class better than the control class. Analogy mapping score showed a significant correlation with students creativity (sig. 0.040) and concepts mastery (sig. 0.032) in the medium category in the experimental class. It can be concluded that learning using the analogy giving no effect to the creativity, but giving effect to students concepts mastery, with the use of analogies which was given by teacher provide a better influence on students concepts mastery rather than using the analogy built by the students.
Resti Hardiyanti, 2015
DAFTAR ISI
ABSTRAK ... i
KATA PENGANTAR ... iii
UCAPAN TERIMA KASIH ... iv
DAFTAR ISI ... vi
DAFTAR TABEL ... viii
DAFTAR GAMBAR ... x
DAFTAR LAMPIRAN ... xii
BAB I PENDAHULUAN ... 1
A. Latar Belakang ... 1
B. Rumusan Masalah ... 5
C.Batasan Masalah ... 5
D. Tujuan Penelitian ... 6
E.Manfaat Penelitian ... 6
F. Asumsi Penelitian ... 7
G. Hipotesis Penelitian ... 7
BAB II PEMBELAJARAN MENGGUNAKAN ANALOGI, KREATIVITAS, PENGUASAAN KONSEP, DAN SISTEM IMUN .... 8
A. Analogi ... 8
B. Penggunaan Analogi dalam Pembelajaran Sains ... 9
C.Model Pembelajaran Menggunakan Analogi ... 10
D. Kreativitas dan Analogi ... 11
E.Pengukuran Kreativitas ... 12
F. Penguasaan Konsep ... 16
G. Sistem Imun ... 19
BAB III METODE PENELITIAN ... 27
Resti Hardiyanti, 2015
B. Definisi Operasional ... 27
C.Subjek Penelitian ... 30
D. Instrumen Penelitian ... 30
E.Prosedur Penelitian ... 38
F. Pengolahan dan Analisis Data ... 39
G. Alur Penelitian ... 44
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ... 45
A. Hasil Penelitian ... 45
1. Kreativitas Siswa ... 46
2. Penguasaan Konsep Siswa ... 51
3. Nilai Pemetaan Analogi berdasarkan LKS Analogi ... 55
4. Korelasi antara Nilai Pemetaan Analogi dengan Kreativitas dan Penguasaan Konsep Siswa ... 57
5. Keterlaksanaan Kegiatan Pembelajaran ... 58
6. Respon Siswa terhadap Pembelajaran Menggunakan Analogi ... 60
B. Pembahasan ... 66
1. Kreativitas Siswa ... 68
2. Penguasaan Konsep Siswa ... 77
3. Nilai Pemetaan Analogi ... 85
4. Pengaruh Pembelajaran Menggunakan Analogi terhadap Kreativitas dan Penguasaan Konsep Siswa ... 90
BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI ... 95
A. Kesimpulan ... 95
B. Saran ... 96
DAFTAR PUSTAKA ... 97
LAMPIRAN ... 102
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pembelajaran sains yang diberikan di sekolah saat ini memegang peranan penting dalam kehidupan siswa. Hal tersebut dikarenakan tujuan utama pembelajaran sains saat ini adalah untuk mengantarkan seseorang agar dapat menyelesaikan masalah di sekitar mereka, melakukan observasi, membuat hipotesis, melakukan eksperimen, membuat analisis, membuat kesimpulan, dan juga menerapkan pengetahuan dan keterampilan yang telah ia dapatkan (Ceran, Güngören, & Boyacıoğlu, 2014, hlm. 47).
Kemampuan-kemampuan yang didapat dari pembelajaran sains tersebut tidak hanya berlaku untuk diterapkan di kehidupan akademik sekolah. Kemampuan tersebut juga diperlukan untuk diterapkan di dalam kehidupan siswa sehari-hari. Seperti kita ketahui, seseorang manusia hidup dengan berbagai masalahnya. Melalui pembelajaran sains yang diberikan di sekolah, siswa diharapkan memiliki kesiapan dan kemampuan dalam menghadapi berbagai masalah yang dijumpainya dalam kehidupan sehari-hari. Dalam memecahkan masalah yang dijumpai oleh siswa, tentu diperlukan kemampuan dalam menentukan berbagai alternatif solusi untuk memecahkan masalah yang dihadapinya tersebut serta menerapkan pengetahuan yang telah diperoleh siswa melalui pembelajaran sains.
Siswa akan dapat menentukan berbagai alternatif pemecahan masalah yang ia hadapi apabila siswa mampu melihat berbagai kemungkinan yang mengarah pada pemecahan masalah tersebut (Hu & Adey, 2002, hlm 389). Hal tersebut berkaitan erat dengan kreativitas yang dimiliki siswa. Kreativitas dibutuhkan ketika siswa
mensintesis pemahaman yang baru. Pada saat siswa berusaha untuk menyelesaikan suatu permasalahan, kreativitas dibutuhkan dalam mengeksplorasi
2
kreativitas individu karena di dalam proses pembelajaran sains melibatkan kreativitas. Mulai dari kemampuan mengobservasi hingga menarik kesimpulan, mulai dari kemampuan mengingat hingga menciptakan sesuatu, kreativitas akan berperan dalam hal eksplorasi pengetahuan siswa. Siswa akan menggunakan kreativitasnya untuk mengimajinasikan berbagai kemungkinan dan berbagai pilihan berdasarkan pengetahuan yang dimilikinya.
Tidak hanya kreativitas, kemampuan lainnya yang perlu dimiliki siswa adalah kemampuan dalam menerapkan pengetahuan yang dimilikinya (Ceran dkk, 2014,
hlm. 47). Kemampuan siswa dalam menerapkan pengetahuan yang dimilikinya memiliki keterkaitan dengan penguasaan konsep siswa itu sendiri. Dahar (dalam Silaban, 2014, hlm. 66) mendefinisikan penguasaan konsep sebagai kemampuan siswa dalam memahami makna secara ilmiah baik teori maupun penerapannya dalam kehidupan sehari-hari. Siswa akan mampu memecahkan masalah,
menganalisa, menginterpetasikan sejumlah informasi terkait materi yang dipelajarinya pada suatu kejadian tertentu apabila ia memiliki penguasaan konsep
yang baik atas materi yang bersangkutan (Silaban, 2014, hlm. 67). Tidak mengherankan jika penguasaan konsep siswa menjadi salah satu indikator tercapainya proses pembelajaran sains yang sering disoroti. Penguasaan konsep ini salah satunya dapat dilihat dari capaian hasil belajar siswa yang dapat ditunjukkan oleh nilai yang diperoleh siswa pada materi yang diberikan.
Berdasarkan pemaparan tersebut, kreativitas dan penguasaan konsep merupakan dua aspek yang cukup penting untuk dikembangkan dalam pembelajaran. Namun pada kenyataannya, pengembangan kreativitas seringkali terpisah dengan kegiatan pembelajaran di dalam kelas (Beghetto, 2010, hlm 448).
3
materi yang sulit untuk dipelajari karena materi tersebut menyangkut hal yang objeknya sulit untuk diperlihatkan langsung di hadapan siswa. Dengan demikian, perlu adanya suatu inovasi dalam pembelajaran mengenai sistem imun yang perlu diterapkan oleh guru agar siswa menjadi lebih mudah mempelajarinya.
Inovasi pembelajaran yang dihadirkan akan lebih baik jika mampu mengembangkan kedua hal penting yang telah dijelaskan sebelumnya, yaitu kreativitas dan penguasaan konsep siswa. Inovasi pembelajaran tersebut dapat berupa penerapan, pengembangan, atau modifikasi pada aktivitas belajar siswa, media pembelajaran yang digunakan, metode pembelajaran, ataupun model pembelajaran yang diterapkan. Salah satu inovasi dalam pembelajaran yang dapat diterapkan pada pembelajaran materi sistem imun telah dilakukan oleh Suciyanti (2011) dengan menerapkan model pembelajaran menggunakan analogi. Berdasarkan hasil penelitiannya, model pembelajaran analogi yang telah
diterapkan terbukti dapat meningkatkan hasil belajar siswa.
Pembelajaran menggunakan analogi merupakan pembelajaran yang akan
mendorong siswa untuk memvisualisasikan konsep yang hendak dipelajari (Glynn, 1994, hlm. 9). Imajinasi siswa tentu terlibat dalam proses visualisasi ini. Rachmawati & Kurniati (2010, hlm. 51) menyebutkan bahwa melatih imajinasi merupakan salah satu cara yang dapat dilakukan untuk dapat mengembangkan kreativitas. Dengan demikian, siswa dapat dilatih untuk menggunakan kreativitasnya melalui analogi. Dalam analogi pun kreativitas diperlukan siswa untuk dapat menemukan konsep analog yang memiliki kemiripan dengan konsep target.
Pembelajaran yang menggunakan analogi telah diterapkan dalam berbagai mata pelajaran sains, diantaranya pada pelajaran Kimia, Fisika, dan Biologi, seperti yang diulas oleh Harrison & Coll (2008) dalam bukunya “Using analogies in middle and secondary science classrooms: the FAR guide- an interesting way to teach with
4
saat mereka melihat siswa kesulitan memahami konsep (Coll & Treagust, 2008, Hlm. 66). Beberapa penerapan analogi pada pembelajaran Biologi terbukti efektif dan memudahkan siswa dalam belajar (Harrison & Coll, 2008, hlm. 84). Meski begitu, Coll & Treagust (2008, hlm. 67) menyebutkan bahwa analogi efektif pada beberapa pelajaran, namun tidak pada pelajaran yang lain.
Pada umumnya, analogi yang digunakan siswa dalam kegiatan pembelajaran merupakan analogi yang disampaikan atau diberikan secara langsung oleh guru, seperti halnya penelitian yang dilakukan oleh Suciyanti (2011). Analogi yang diterapkan dalam pembelajaran sudah disediakan oleh guru, sehingga siswa sudah diarahkan untuk memvisualisasikan analogi tertentu. Dengan diarahkan pada analogi tertentu, maka imajinasi siswa menjadi lebih terbatas. Padahal, imajinasi siswa yang berbeda-beda sangat mungkin dapat dilatih dalam proses pembelajaran menggunakan analogi dan dapat dimanfaatkan untuk siswa membangun
analoginya sendiri. Coll & Treagust (2008, hlm. 67) mengungkapkan bahwa berdasarkan teori konstruktivisme, pembelajaran lebih baik berpusat pada siswa
daripada berpusat pada guru. Mereka menambahkan, hal ini berarti pula bahwa seharusnya siswa terlibat lebih aktif dalam membuat dan menginterpretasikan analogi. Jika penggunaan analogi merupakan salah satu cara yang efektif untuk membuat siswa berpikir dan belajar, maka cukup penting untuk membantu siswa membuat analoginya sendiri ataupun merekonstruksi analogi yang disampaikan oleh guru untuk disesuaikan dengan pengalamannya sendiri.
5
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka rumusan masalah yang diangkat dalam penelitian ini adalah “Bagaimana pengaruh pembelajaran menggunakan analogi pada materi sistem imun terhadap kreativitas dan
penguasaan konsep siswa?”
Rumusan masalah ini dijabarkan dalam pertanyaan penelitian sebagai berikut. 1. Bagaimanakah kreativitas siswa sebelum dan setelah melaksanakan pembelajaran sistem imun menggunakan analogi pada kelas yang menggunakan analogi yang dibangun oleh siswa sendiri (kelas eksperimen) dan kelas yang menggunakan analogi yang diberikan oleh guru (kelas kontrol)?
2. Bagaimanakah penguasaan konsep siswa sebelum dan setelah pelaksanaan pembelajaran sistem imun menggunakan analogi pada kelas eksperimen dan
kelas kontrol?
3. Bagaimanakah perbedaan nilai pemetaan analogi yang diperoleh siswa kelas
eksperimen dan kelas kontrol?
4. Bagaimanakah korelasi antara nilai pemetaan analogi, kreativitas, dan penguasaan konsep siswa pada kelas eksperimen dan kelas kontrol?
5. Pembelajaran menggunakan analogi manakah yang memberikan pengaruh lebih baik terhadap kreativitas dan penguasaan konsep siswa?
C. Batasan Masalah
Agar penelitian yang dilakukan menjadi lebih terarah, maka penelitian ini dibatasi oleh hal-hal sebagai berikut.
1. Pembelajaran menggunakan analogi dalam diterapkan di dalam penelitian ini merujuk pada model pembelajaran Teaching with Analogy (TWA) yang dipublikasikan ulang oleh Glynn (2007, hlm.53).
2. Analogi yang dibuat oleh siswa pada kelas eksperimen dibatasi dengan diberikannya panduan membuat analogi yang disampaikan oleh guru.
3. Analogi yang diberikan pada kelas kontrol dibatasi hanya satu macam konsep analogi yang dibuat oleh guru dalam bentuk teks berita.
6
dalam subkonsep pembelajaran mengenai mekanisme pertahanan tubuh oleh sel darah putih.
5. Subjek penelitian ini adalah siswa kelas XI semester 2 di salah satu SMA di Kota Bandung.
6. Kreativitas siswa diukur menggunakan instrumen penilaian kreativitas TCT-DP (Test for Creative Thinking- Drawing Production).
7. Penguasaan konsep siswa diukur dengan menggunakan tes penguasaan konsep materi sistem imun.
D. Tujuan Penelitian
Sesuai dengan rumusan masalah yang telah dirumuskan, maka tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis pengaruh penggunaan analogi dalam pembelajaran sistem imun yang dibangun oleh siswa dan yang diberikan oleh guru
terhadap kreativitas dan penguasaan konsep siswa
E. Manfaat Penelitian
Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini diantaranya sebagai berikut. 1. Adanya suatu inovasi dalam pembelajaran pada materi sistem imun dengan
menggunakan analogi.
2. Jika penelitian yang dilakukan menunjukkan hasil positif terhadap kreativitas siswa, maka penggunaan model pembelajaran menggunakan analogi ini dapat diterapkan untuk membantu siswa berlatih mengembangkan kreativitasnya melalui pembelajaran sains, khususnya Biologi. Dengan kreativitas siswa yang berkembang, siswa diharapkan akan menjadi orang yang kreatif yang nantinya tidak hanya mampu berpikir kreatif dalam memecahkan berbagai masalah, tapi juga mampu menciptakan berbagai inovasi dalam kehidupan melalui kreativitasnya.
3. Pembelajaran menggunakan analogi yang diterapkan akan memudahkan siswa dalam mempelajari konsep dalam materi sistem imun.
7
penguasaan konsep siswa terkait materi sistem imun pun akan semakin meningkat. Apabila siswa memiliki penguasaan konsep yang baik, maka siswa akan lebih mudah untuk dapat menerapkannya pada kehidupan sehari-hari sehingga hasil belajar siswa menjadi bermakna. Siswa akan mampu mengambil keputusan atas suatu permasalahan yang dihadapinya berkenaan dengan hal yang telah ia pelajari.
6. Dengan adanya analisis terkait pembelajaran sitem imun menggunakan analogi yang berasal dari guru dan yang dibangun oleh siswa sendiri, akan memudahkan guru untuk menentukan mana yang lebih efektif untuk digunakan di dalam kegiatan pembelajaran.
F. Asumsi Penelitian
Asumsi dari penelitian yang dilaksanakan adalah sebagai berikut.
1. Pembelajaran menggunakan analogi melibatkan kegiatan yang menuntut siswa untuk dapat mengimajinasikan konsep analog yang hendak digunakan
yang memiliki kemiripan dengan konsep target sehingga dapat melatih kreativitas.
2. Pembelajaran menggunakan anlogi menuntut siswa untuk dapat memetakan konsep analog (konsep yang sudah dikenal oleh siswa) pada konsep target (konsep yang hendak dipelajari) sehingga memudahkan siswa dalam memahami konsep baru.
G. Hipotesis Penelitian
27
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Metode Penelitian
Metode penelitian ini adalah penelitian eksperimental (kuasi eksperimen), karena penelitian ini ingin membandingkan bagaimana kreativitas dan penguasaan konsep siswa SMA yang melakukan kegiatan pembelajaran menggunakan analogi yang dibangun oleh siswa sendiri dengan siswa yang melakukan pembelajaran menggunakan analogi yang diberikan oleh guru.
Desain penelitian eksperimen yang akan dilakukan adalah sebagai berikut.
Tabel 3.1 Desain Penelitian
Kelompok Pre-test Perlakuan Post-test
Eksperimen O1 X1 O3
Kontrol O2 X2 O4
Keterangan :
O1 : Tes awal pada kelompok eksperimen O2 : Tes awal pada kelompok kontrol O3 : Tes akhir pada kelompok eksperimen O4 : Tes akhir pada kelompok kontrol X1 :
Penerapan kegiatan pembelajaran menggunakan analogi yang dibangun oleh siswa sendiri
X2 :
Penerapan kegiatan pembelajaran dengan menggunakan analogi yang diberikan oleh guru
B. Definisi Operasional
Definisi operasional dalam penelitian ini dijabarkan sebagai berikut.
1. Pembelajaran Menggunakan Analogi
Pembelajaran analogi pada materi materi sistem imun yang akan diterapkan dalam penelitian ini merujuk pada enam langkah pembelajaran yang dikembangkan dan dipublikasikan ulang oleh Glynn (2007), yaitu: (1) memperkenalkan konsep target (konsep baru yang tidak dikenal) kepada siswa;
(2) mengingatkan siswa pada hal yang sudah mereka ketahui mengenai konsep analog (konsep yang sudah dikenal) yang akan digunakan; (3) mengidentifikasi
28
(memetakan) kemiripan perangkat antara konsep target dan konsep analog yang digunakan; (5) mengindikasikan dimana letak perbedaan antara konsep target dan konsep analog (6) menyimpulkan konsep target.
Kedua kelas penelitian melaksanakan kegiatan pembelajaran menggunakan analogi dengan langkah-langkah yang sama, namun sedikit berbeda dalam penerapannya. Perbedaan terletak pada implementasi langkah nomor 2, yaitu mengingatkan siswa pada hal yang sudah mereka ketahui mengenai konsep analog konsep yang sudah dikenal yang akan digunakan. Pada kelas eksperimen, siswa diberikan arahan berupa panduan membuat analogi agar dapat memvisualisasikan sendiri konsep analog yang akan digunakannya dalam pembelajaran, sehingga siswa membangun sendiri analoginya berdasarkan hal yang sudah ia kenal. Sedangkan pada kelas kontrol, siswa diingatkan pada konsep analog yang dikenalnya dengan diberikannya konsep analog yang sudah disiapkan oleh guru.
Konsep analog dibuat dalam bentuk teks berita mengenai pertahanan negara terhadap bandar narkoba.
Berikut adalah tahapan pembelajaran yang diterapkan pada kedua kelas penelitian.
Tabel 3.2 Tahapan Pembelajaran pada Kedua Kelas Penelitian
No. Tahapan Pembelajaran
menggunakan Analogi
Kegiatan Pembelajaran
Kelas Eksperimen Kelas Kontrol
Memastikan konsep analogi yang akan digunakan dalam
pembelajaran merupakan hal yang sudah dikenal oleh siswa.
Mengajak siswa untuk membayangkan konsep analog yang akan digunakan dalam
pembelajaran berdasarkan petunjuk yang diberikan.
Mengajak siswa untuk menyimak berita tentang bandar narkoba yang merupakan konsep analog yang akan digunakan dalam pembelajaran.
Menginstruksikan siswa untuk menuliskan perangkat konsep analog yang telah dibayangkan.
Menginstruksikan siswa untuk menuliskan pihak yang terlibat di dalam berita yang merupakan perangkat konsep analog.
1 Memperkenalkan konsep target kepada siswa.
Memperkenalkan konsep sistem imun kepada siswa.
Memperkenalkan konsep sistem imun kepada siswa.
2
Mengingatkan siswa pada hal yang sudah mereka ketahui mengenai konsep analog yang akan digunakan.
Mengingatkan siswa pada konsep analog yang telah dikenal dan telah
dibayangkan sebelumnya.
Mengingatkan siswa pada konsep analog yang telah dikenal dan telah
29
Tabel Tabel 3.2 Tahapan Pembelajaran pada Kedua Kelas Penelitian (Lanjutan)
No. Tahapan Pembelajaran
menggunakan Analogi
Kegiatan Pembelajaran
Kelas Eksperimen Kelas Kontrol
3
Mengidentifikasi perangkat yang sesuai pada konsep target dan analog.
Meminta siswa
mengidentifikasi konsep analog yang telah dibayangkannya.
Meminta siswa
mengidentifikasi konsep analog yang telah didapatnya.
4
Menghubungkan (memetakan) kemiripan perangkat antara konsep target dan konsep analog yang digunakan.
Membimbing siswa dalam memetakan konsep analog pada konsep target.
Membimbing siswa dalam memetakan konsep analog pada konsep target. Membimbing siswa dalam
mengidentifikasi kemiripan sifat antara konsep analog yang telah dipilih dengan konsep target.
Membimbing siswa dalam mengidentifikasi kemiripan sifat antara konsep analog yang telah dipilih dengan konsep target.
5
Mengindikasikan dimana perberbedaan antara konsep target dan analog.
Menjelaskan bahwa terdapat hal yang berbeda antara konsep analog yang telah dibuat dengan konsep target.
Menjelaskan bahwa terdapat hal yang berbeda antara konsep analog yang telah dibuat dengan konsep target.
Memperkenalkan pembelajaran melalui penggunaan analogi.
Memperkenalkan apa yang dimaksud dengan analogi, konsep target, dan konsep analog.
Memperkenalkan apa yang dimaksud dengan analogi, konsep target, dan konsep analog.
6 Menyimpulkan konsep target.
Mengajak siswa untuk aktif mengutarakan pendapatnya terkait dengan kesimpulan pembelajaran mekanisme sistem imun.
Mengajak siswa untuk aktif mengutarakan pendapatnya terkait dengan kesimpulan pembelajaran mekanisme sistem imun.
Menambahkan dan mengulang kembali kesimpulan yang telah didiskusikan bersama.
Menambahkan dan mengulang kembali kesimpulan yang telah didiskusikan bersama
2. Kreativitas Siswa
30
3. Penguasaan Konsep
Penguasaan konsep siswa yang dimaksud dalam penelitian ini adalah nilai penguasaan konsep siswa yang diperoleh melalui tes penguasaan konsep sistem imun (Lampiran B.7). Tes yang diberikan terdiri atas 25 soal pilihan ganda dengan cakupan level kognitif (berdasarkan taksonomi Bloom yang diperbaharui) dari level C1 higga C6 (mengingat, memahami, menerapkan, menganalisis, mengevaluasi, dan membuat). Tes diberikan kepada siswa sebelum dan setelah kedua kelas (kontrol dan eksperimen) melaksanakan kegiatan pembelajaran menggunakan analogi pada materi sistem imun. Tes dinilai berdasarkan pedoman penilaian yang berlaku.
C. Subjek Penelitian
Subjek penelitian yang dilibatkan dalam penelitian ini adalah siswa dari dua
kelas di salah satu sekolah yang berada di kota Bandung. Kelas yang menjadi sampel adalah dua kelas XI MIA di salah satu SMA di kota Bandung yang dipilih
dengan teknik purposive sampling.
D. Instrumen Penelitian
Instrumen yang digunakan di dalam penelitian ini diantaranya sebagai berikut.
1. Tes Kreativitas (Pretest - Posttest)
Tes kreativitas ini bertujuan untuk mengukur kreativitas siswa baik pada kelompok eksperimen maupun kelompok kontrol sebelum dan setelah melaksanakan kegiatan pembelajaran menggunakan analogi pada materi sistem imun. Tes kreativitas ini berupa penilaian kreativitas berdasarkan produksi gambar menggunakan Test for Creative Thinking - Drawing Production (TCT-DP) yang dikembangkan oleh Urban (2004). Pada tes ini, siswa diberikan dua lembar tes,
yaitu lembar A dan lembar B yang menyediakan enam potongan gambar tak sempurna dengan posisi yang berbeda 180o antara lembar A dan lembar B
31
kurang dari 15 menit. Tes yang dikembangkan oleh Urban sejak tahun 1993 ini memiliki nilai reliabilitas 0.7 (Beal, 1998, hlm. 44) dan telah banyak digunakan pada berbagai rentang usia. Tes ini menilai 14 komponen kreativitas. Tes dinilai menggunakan rubrik penilaian yang dikembangkan oleh Urban (dalam Beal, 1998, hlm. 176) dengan penilaian sebagai berikut.
Tabel 3.3 Indikator Penilaian TCT-DP
No Aspek Penilaian Penjelasan Skor
1 Continuations (Cn) Segala bentuk penggunaan, keberlanjutan dan
perpanjangan keenam fragmen gambar 0-6
2 Completion (Cm)
Segala penambahan, penyempurnaan, penyelesaian yang dibuat pada fragmen gambar yang telah dikembangkan
0-6
3 New elements (Ne)
Segala figur baru, simbol atau elemen yang terpisah dari fragmen yang tersedia dan tidak berlaku untuk pengulangan
0-6
4 Connections made with a line (Cl)
Hubungan antara gambar yang satu dengan yang
lainnya menlalui garis 0-6
5 Connections made to produce a theme (Cth)
Setiap gambar yang memberikan kontribusi dalam
suatu tema komposisional atau “gestalt” 0-6
6
Boundary breaking that is fragment dependent (Bfd)
Segala penggunaan, kelanjutan atau pengembangan “kotak kecil terbuka” yang terletak di luar bingkai persegi
0-3-6
7
Boundary breaking that is fragment independent (Bfi)
Fragmen independen yang dibuat melintasi atau
keluar batas persegi besar 0-3-6
8 Perspective (Pe) Segala pemisahan dari dua dimensi menjadi tiga
dimensi 0-6
9 Humor and affectivity (Hu)
Segala gambar yang menimbulkan respon humor, menunjukkan kasih sayang, emosi, atau kekuatan yang ekspresif
0-6
10 Unconventionality, a (Uc, a)
Segala manipulasi penggunaan lembar tes yang
diberikan 0-3
11 Unconventionality, b (Uc, b)
Segala bentuk surealistis, elemen atau gambar fiksi
dan/atau abstrak 0-3
12 Unconventionality, c
(Uc, c) Segala penggunaan simbol atau tanda 0-3
13 Unconventionality, d (Uc, d)
Penggunaan bingkai yang disediakan secara tidak
umum 0-3
14 Speed (Sp)
Uraian poin yang melebihi batas skor tertentu, berdasarkan waktu yang dibutuhkan dalam produksi gambar
32
2. Soal Tes Penguasaan Konsep Materi Sistem Imun (Pretest - Posttest)
Soal tes penguasaan konsep terdiri dari 25 butir soal pilihan ganda dengan masing-masing 5 pilihan jawaban (1 jawaban benar dan 4 pengecoh). Soal terdiri atas evaluasi materi sistem imun mengacu pada indikator dan tujuan pembelajaran khusus dalam RPP. Berikut adalah kisi-kisi dari tes penguasaan konsep yang telah dibuat.
Tabel 3.4 Kisi-kisi Soal Tes Penguasaan Konsep
No Indikator Level Kognitif Nomor Soal
1
Siswa dapat menjelaskan komponen sistem imun yang terlibat dalam
mekanisme respon imun non-spesifik dan spesifik
C1 1, 3, 12, 15
C2 4, 6, 11
C6 5
2 Siswa dapat membedakan respon imun non-spesifik dan spesifik
C1 2, 19
C2 9, 10, 14
C3 16
C4 18
C5 17
C6 7, 8
3 Siswa dapat membedakan imunitas humoral dan imunitas seluler
C1 23
C2 20, 25
C3 21
C4 13, 24
Soal yang akan digunakan di dalam penelitian ini terlebih dahulu diuji coba pada 50 siswa di salah satu SMA di kota Bandung yang telah mempelajari materi
sistem imun. Hasil ujicoba selanjutnya dianalisis butir soal menggunakan software ANATES Versi 4.0.9 sehingga diperoleh nilai reliabilitas tes, validitas butir soal,
tingkat kesukaran, daya pembeda, serta kualitas pengecoh soal untuk selanjutnya menjadi dasar perbaikan pada soal yang akan digunakan di dalam penelitian.
Nilai reliabilitas tes yang telah diperoleh dikategorikan berdasarkan kategori yang dikemukakan oleh Arikunto (2006, hlm. 75) berikut ini.
Tabel 3.5 Kategori Nilai Reliabilitas
Rentang Nilai Reliabilitas Kategori
Antara 0.80 sampai dengan 1.00 Sangat Tinggi
Antara 0.60 sampai dengan 0.80 Tinggi
Antara 0.40 sampai dengan 0.60 Cukup
Antara 0.20 sampai dengan 0.40 Rendah
33
Nilai validitas butir soal akan tampak pada koefisien korelasi yang diperoleh setiap butir soal. Koefisien korelasi yang telah diperoleh dikategorikan berdasarkan kategori nilai korelasi yang dikemukakan oleh Arikunto (2013, hlm. 89) berikut ini.
Tabel 3.6 Kategori Koefisien Korelasi
Rentang Nilai Reliabilitas Kategori
Antara 0.80 sampai dengan 1.00 Sangat Tinggi
Antara 0.60 sampai dengan 0.80 Tinggi
Antara 0.40 sampai dengan 0.60 Cukup
Antara 0.20 sampai dengan 0.40 Rendah
Antara 0.00 sampai dengan 0.20 Sangat Rendah
Nilai tingkat kesukaran butir soal yang telah diperoleh dikategorikan berdasarkan kategori yang dikemukakan oleh Arikunto (2013, hlm. 225) berikut ini.
Tabel 3.7 Kategori Tingkat Kesukaran
Tngkat Kesukaran Kategori
0.00 sampai 0.30 Sukar
0.31 sampai 0.70 Sedang
0.71 sampai 1.00 mudah
Nilai daya pembeda butir soal yang telah diperoleh dikategorikan berdasarkan kategori yang dikemukakan oleh Arikunto (2013, hlm. 232) berikut ini.
Tabel 3.8 Kategori Daya Pembeda
Daya Pembeda Kategori
0.00 sampai 0.20 Jelek (poor)
0.21 sampai 0.40 Cukup (satisfactory)
0.41 sampai 0.70 Baik (good)
0.71 sampai 1.00 Baik Sekali (excellent)
Setelah hasil uji coba dianalisis butir soal menggunakan software ANATES Versi 4.0.9, diperoleh nilai reliabilitas instrumen 0,75 dengan kategori tinggi. Artinya, tes yang telah diujicobakan memiliki taraf kepercayaan yang tinggi.
34
memiliki kualitas yang kurang baik selanjutnya direvisi. Analisis Selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran C.
Tabel 3.9 Analisis Butir Soal Tes Peguasaan Konsep yang Diujicobakan
No. Soal
Validitas Tingkat
Kesukaran Daya Pembeda
Kualitas pengecoh
(Jumlah Pengecoh) Ket. Nilai Kategori Nilai Kategori Nilai Kategori Baik Kurang
1 0.161 Sangat Rendah
0.14 Sukar 0.21
Cukup 0 4 Direvisi
2 0.309 Rendah 0.58 Sedang 0.36 Cukup 3 1 Direvisi 3 0.404 Cukup 0.54 Sedang 0.50 Baik 4 0 Dipakai 4 0.512 Tinggi 0.32 Sedang 0.57 Baik 3 1 Dipakai 5 0.507 Tinggi 0.60 Sedang 0.64 Baik 3 1 Dipakai 6 0.364 Rendah 0.16 Sukar 0.29 Cukup 3 1 Direvisi 7 0.377 Rendah 0.42 Sedang 0.43 Baik 3 1 Direvisi 8 0.350 Rendah 0.72 Mudah 0.50 Baik 2 2 Direvisi 9 0.278 Rendah 0.72 Mudah 0.36 Cukup 3 1 Direvisi 10 0.303 Rendah 0.68 Sedang 0.36 Cukup 4 0 Dipakai 11 0.271 Rendah 0.64 Sedang 0.29 Cukup 3 1 Direvisi 12 0.538 Tinggi 0.70 Sedang 0.64 Baik 3 1 Dipakai 13 0.528 Tinggi 0.24 Sukar 0.50 Baik 4 0 Dipakai
14 0.009 Rendah Sangat 0.36 Sedang -0.0
7 Jelek 4 0 Direvisi
15 0.511 Tinggi 0.26 Sukar 0.50 Baik 0 4 Direvisi 16 0.438 Cukup 0.76 Mudah 0.43 Baik 3 1 Dipakai 17 0.354 Rendah 0.40 Sedang 0.36 Cukup 2 2 Direvisi 18 0.226 Rendah 0.96 Mudah 0.14 Jelek 0 4 Direvisi 19 0.328 Rendah 0.36 Sedang 0.36 Cukup 4 0 Dipakai 20 0.600 Tinggi 0.58 Sedang 0.71 Baik
Sekali 3 1 Dipakai
21 0.306 Rendah 0.50 Sedang 0.36 Cukup 4 0 Dipakai 22 0.443 Cukup 0.62 Sedang 0.57 Baik 1 3 Direvisi 23 0.582 Tinggi 0.20 Sukar 0.50 Baik 4 0 Dipakai 24 0.430 Cukup 0.40 Sedang 0.43 Baik 3 1 Dipakai 25 0.349 Rendah 0.42 Sedang 0.29 Cukup 4 0 Dipakai
Soal terdiri dari berbagai tingkat kesulitan. Berikut adalah persentase jumlah soal berdasarkan tingkat kesukarannya.
Tabel 3.10 Persentase Soal Tes Penguasaan Konsep berdasarkan Tingkat Kesukaran
Tingkat Kesukaran Jumlah Soal Persentase
Sukar 5 20%
Sedang 16 64%
35
Soal tes penguasaan konsep ini diberikan kepada siswa kelas eksperimen dan kontrol sebelum dan setelah siswa melaksanakan kegiatan pembelajaran menggunakan analogi. Jawaban benar memperoleh skor 4 dan jawaban salah memperoleh skor 0. Nilai yang diperoleh siswa dihitung dengan menjumlahkan skor jawaban benar.
3. Lembar Kerja Siswa (LKS) Analogi Sistem Imun
Lembar Kerja Seswa (LKS) analogi sistem imun merupakan LKS yang digunakan selama kegiatan pembelajaran yang bertujuan untuk membantu siswa dalam mengaitkan konsep target yang sedang dipelajari dengan konsep analog yang sudah mereka kenal sebelumnya. LKS berisi tabel yang terdiri dari dua kolom. Pada kolom sebelah kanan, tercantum konsep target yang sedang dipelajari, yaitu konsep-konsep sistem imun disertai dengan penjelasan karakteristiknya.
Sedangkan pada kolom sebelah kiri, merupakan tabel kosong yang disedikan untuk diisi dengan konsep analog dan karakteristiknya. Bentuk LKS dapat dilihat pada
Lampiran B.9 dan B.10.
36
dibagikan kepada siswa, tugas siswa adalah mengingat kembali konsep analog yang sudah mereka miliki sebelumnya, yaitu konsep yang sudah diimajinasikan siswa pada kelas eksperimen ataupun konsep yang sudah diketahui siswa melalui teks berita pada kelas kontrol, selanjutnya siswa diminta untuk memetakan setiap konsep analog tersebut dengan konsep target yang sesuai pada tabel yang disediakan. Sesuai tidaknya konsep analog dengan konsep target dapat diketahui dari karakteristik yang dimiliki masing-masing konsep apakah memiliki karakteristik yang mirip ataukah tidak. LKS dikerjakan secara individu.
LKS ini dikembangkan mengacu pada representasi abstrak dari suatu analogi yang dikemukaan oleh Glynn (1994, hlm. 5), kriteria analogi yang efektif yang dikemukakan Glynn (1994, hlm. 9), serta contoh analogi yang efektif digunakan dalam pembelajaran yang dikemukakan oleh Harrison (2008, hlm. 59).
LKS dinilai menggunakan rubrik yang telah dibuat. Rubrik penilaian ini
bertujuan untuk menilai pemetaan analogi yang telah dikerjakan siswa secara individu pada LKS yang diberikan. Rubrik penilaian analogi yang dikembangkan
mengacu pada representasi abstrak dari suatu analogi yang dikemukaan oleh Glynn (1994, hlm. 5), kriteria analogi yang efektif yang dikemukakan Glynn (1994, hlm. 9), serta contoh analogi yang efektif digunakan dalam pembelajaran yang dikemukakan oleh Harrison (2008, hlm. 59).
Tabel 3.11 Kisi-kisi Rubrik Penilaian LKS Analogi
No. Aspek Penilaian Penjelasan Skor
1 Kemampuan menentukan konsep analog utama
Konsep analog utama terpetakan pada
konsep target utama dengan sesuai. 3 poin
2
Kemampuan memetakan perangkat konsep analog pada konsep target
Setiap perangkat konsep analog terpetakan pada konsep target.
1 poin /konsep
3 Keterkaitan perangkat dari sebuah analogi
Perangkat konsep analog yang dipilih memiliki keterkaitan yang sesuai dengan konsep analog utama.
1 poin /konsep
4
Kemampuan mengidentifikasi kemiripan sifat pada konsep analog dan konsep target
Setiap konsep analog yang dipetakan disertai dengan penjelasan mengenai kemiripan sifatnya dengan konsep target.
1 poin /konsep
Sifat/ peranan setiap perangkat yang dijabarkan sesuai dengan sifat konsep analog yang dipilih.
2 poin /konsep
5
Kesesuaian antara perangkat analog dengan sifat/ peranannya
Kemiripan sifat yang dijelaskan pada konsep analog memiliki kesesuaian dengan sifat konsep target.
37
4. Lembar Observasi Keterlaksanaan Kegiatan Pembelajaran
Lembar observasi keterlaksanaan kegiatan pembelajaran memuat langkah kegiatan pembelajaran menggunakan analogi yang harus terlaksana, sesuai dengan tahapan kegiatan pembelajaran yang diterapkan pada kedua kelas penelitian (Tabel 3.2) yang mengacu pada contoh pelaksanaan pembelajaran menggunakan analogi yang dipaparkan oleh Glynn (2007, hlm. 52-53). Rubrik penilaian keterlaksanaan pembelajaran pada kedua kelas penelitian dapat dilihat pada Lampiran B.15 dan B.16.
Observasi dilaksanakan pada pertemuan kedua pada saat perlakuan untuk kedua kelas penelitian diterapkan. Setiap langkah dari kegiatan pembelajaran yang terlaksana selanjutnya dihitung dan ditentukan persentase keterlaksanaannya menggunakan perhitungan persen. Persentase dihitung dengan menggunakan rumus berikut.
% 100 x maksimum Skor
diperoleh yang
Skor Persentase
Kategori yang digunakan untuk mengetahui baik tidaknya keterlaksanaan
kegiatan pembelajaran adalah sebagai berikut (Mulyadi dalam Fatimah dalam Herawati, 2011, hlm. 31).
Tabel 3.12 Kategori Keterlaksanaan Pembelajaran
No. Persentase Keterlaksanaan Kategori
1 0.0 - 24.9 Sangat Kurang
2 25.0 - 37.5 Kurang
3 37.6 - 62.5 Sedang
4 62.6 - 87.5 Baik
5 87.6 - 100 Sangat Baik
5. Angket Respon Siswa terhadap Kegiatan Pembelajaran
38
Tabel 3.13 Persentase Soal Tes Penguasaan Konsep berdasarkan Tingkat Kesukaran
No. Indikator No. Pernyataan
1 Minat siswa terhadap kegiatan pembelajaran menggunakan analogi
5, 7, 13
2 Pernah atau tidaknya siswa menggunakan pembelajaran menggunakan analogi
18
3 Pendapat siswa terkait penguasaan konsep siswa setelah melaksanakan pembelajaran menggunakan analogi
1, 3, 4, 6, 23, 25
4 Respon siswa terkait pelaksanaan pembelajaran menggunakan analogi
2, 9, 11, 16, 17
5 Pendapat siswa terkait kreativitas siswa setelah melaksanakan pembelajaran menggunakan analogi
8, 10, 19, 21, 24
Angket respon siswa diberikan kepada siswa kelas eksperimen dan kelas
kontrol setelah melaksanakan posttest kreativitas dan penguasaan konsep. Rekapitulasi angket dilakukan dengan menjumlahkan setiap respon yang diberikan
oleh siswa pada setiap pernyataan.
E. Prosedur Penelitian
Langkah-langkah penelitian yang akan dilakukan sejak tahap persiapan hingga tahap akhir adalah sebagai berikut.
1. Persiapan penelitian.
2. Melengkapi instrumen penelitian yang akan digunakan.
3. Melakukan judgement instrumen pada dosen ahli. 4. Melakukan uji coba instrumen penelitian.
5. Melakukan analisis uji coba serta revisi instrumen yang akan digunakan. 6. Menentukan dua kelas yang akan menjadi sampel penelitian.
7. Pretest untuk mengukur kreativitas siswa dan pemahaman konsep mengenai materi sistem imun sebelum melaksanakan pembelajaran.
8. Kegiatan pembiasaan pembelajaran, yaitu kegiatan pembelajaran materi sistem imun pada subkonsep pengertian, fungsi, serta komponen penyusun sistem imun. Pada pembelajaran yang dilakukan, guru mulai menggunakan analogi-analogi sederhana dalam menjelaskan suatu konsep untuk membiasakan siswa menggunakan analogi di dalam pembelajaran.
39
kegiatan pembelajaran menggunakan analogi yang dibangun oleh siswa sendiri dengan bimbingan dari guru, sedangkan kelas kontrol melaksanakan pembelajaran dengan menggunakan analogi mengenai mekanisme sistem pertahanan tubuh yang diberikan oleh guru dalam bentuk teks berita.
10. Posttest untuk mengukur kreativitas siswa dan pemahaman konsep mengenai materi sistem imun setelah melaksanakan pembelajaran.
11. Pengolahan dan analisis data. 12. Penyusunan laporan.
F. Pengolahan dan Analisis Data
Data yang diperoleh selama kegiatan penelitian diolah menggunakan pedoman penilaian yang berlaku. Data yang telah diperoleh selanjutnya akan dianalisis dengan menggunakan analisis statistika dan analisis deskriptif agar didapat
kesimpulan terkait hasil temuan. Teknik pengolahan dan analisis data yang digunakan dapat dijelaskan sebagai berikut
1. Tes Kreativitas
Tes kreativitas yang diberikan kepada siswa dinilai dengan menggunakan rubrik penilaian TCT-DP yang dikembangkan oleh Urban (dalam Beal, 1998, hlm. 176) yang telah baku dan menjadi standar penilaian intrumen tes tersebut (dapat dilihat pada Lampiran 2). Data yang diperoleh berupa skor total kreativitas yang dihitung dengan mencari rata-rata skor kedua lembar tes yang diberikan (lembar A dan lembar B) yang dapat menunjukkan level kreativitas yang dimiliki. Klasifikasi level kreativitas yang dimaksud mengacu pada klasifikasi yang dikemukakan oleh Urban (dalam Beal, 1998, hlm. 179) yaitu sebagai berikut.
Tabel 3.14 Kategori Kreativitas Berdasarkan Skor Total TCT-DP
Skor Total Kategori Deskripsi
(Skor-T) ≤ 37 A Jauh di bawah rata-rata
38 - 43 B Di bawah rata-rata
44 - 56 C Rata-rata
57 - 63 D Di atas rata-rata
64 - 70 E Jauh di atas rata-rata
(Skor-T) > 70 F Sangat jauh di atas rata-rata Melebihi batas tertinggi sampel yang diukur
40
Nilai pretest dan posttest kreativitas pada kedua kelas penelitian diuji normalitas dan homogenitasnya. Jika data menunjukkan bahwa data terdistribusi normal dan kedua sampel merupakan sampel yang homogen, maka akan dilanjutkan dengan uji T untuk membandingkan dua nilai rata-rata. Apabila tidak, maka pengujian dilakukan dengan menggunakan uji U yang merupakan statistika nonparametrik. Uji dua rata-rata dilakukan untuk mengetahui apakah terdapat perbedaan nilai kreativitas yang signifikan pada saat sebelum dan setelah melaksanakan kegiatan pembelajaran. Uji normalitas, homogenitas, serta uji dua rata-rata dilakukan dengan menggunakan software SPSS 16.0.
Dari perbandingan nilai pretest dan posttest setiap siswa pada kelas eksperimen dan kelas kontrol, dapat diketahui gain dan indeks gain yang diperoleh setiap siswa di setiap kelas penelitian serta rata-rata indeks gain kelas sehingga dapat dilihat apakah terdapat perbedaan indeks gain kelas eksperimen dan kelas
kontrol. Perhitungan gain, indeks gain menurut Hake (dalam Herawati, 2011, hlm. 30) adalah sebagai berikut.
Pretest
-Pretest
Posttest
% 100
% %
) g ( Gain
Indeks
Dengan kategori tingkat perolehan indeks gain sebagai berikut:
Tabel 3.15 Kategori Indeks Gain
Indeks Gain Kategori
(g) > 0.70 Tinggi
0.30 < (g) > 0.70 Sedang
(g) < 0.30 Rendah
Selanjutnya nilai indeks gain dari kedua kelas yang telah dihitung diuji normalitas serta homogenitasnya. Jika data menunjukkan bahwa data terdistribusi
normal dan kedua sampel merupakan sampel yang homogen, maka akan dilanjutkan dengan uji T untuk membandingkan dua nilai rata-rata. Apabila tidak, maka pengujian dilakukan menggunakan uji U yang merupakan statistika
nonparametrik. Uji dua rata-rata dilakukan untuk mengetahui apakah terdapat perbedaan yang signifikan pada kedua kelas penelitian. Uji normalitas,
41
homogenitas, serta uji dua rata-rata dilakukan dengan menggunakan software SPSS 16.0.
2. Tes Penguasaan Konsep
Nilai penguasaan konsep dengan rentang nilai 0 sampai 100 yang diperoleh siswa selanjutnya akan diolah dan dianalisis melalui analisis statistika. Nilai pretest dan posttest penguasaan konsep pada kedua kelas penelitian diuji normalitas dan homogenitasnya. Jika data menunjukkan bahwa data terdistribusi normal dan kedua sampel merupakan sampel yang homogen, maka akan dilanjutkan dengan uji T untuk membandingkan dua nilai rata-rata. Apabila tidak, maka pengujian dilakukan dengan menggunakan uji U yang merupakan statistika nonparametrik. Uji dua rata-rata dilakukan untuk mengetahui apakah terdapat perbedaan nilai kreativitas yang signifikan pada saat sebelum dan setelah melaksanakan kegiatan
pembelajaran. Uji normalitas, homogenitas, serta uji dua rata-rata dilakukan dengan menggunakan software SPSS 16.0.
Dari perbandingan nilai pretest dan posttest setiap siswa pada kelas eksperimen dan kelas kontrol, dapat diketahui gain dan indeks gain yang diperoleh setiap siswa di setiap kelas penelitian serta rata-rata indeks gain kelas sehingga dapat dilihat apakah terdapat perbedaan indeks gain kelas eksperimen dan kelas kontrol. Perhitungan gain dan indeks gain dilakukan dengan menggunakan rumus yang telah dikemukakan sebelumnya.
42
3. LKS Analogi
LKS Analogi yang dikerjakan oleh siswa selama kegiatan pembelajaran, baik pada kelas eksperimen maupun kelas kontrol akan dinilai dengan berpedoman pada rubrik penilaian LKS analogi yang telah dibuat (dapat dilihat pada Lampiran 1). Hasil penilaian ini akan memberikan data sekunder berupa nilai pemetaan analogi dengan rentang nilai 0-100. Data ini akan menunjukkan pemahaman siswa terhadap analogi yang digunakannya selama kegiatan pembelajaran.
Nilai pemetaan analogi yang telah diperoleh siswa pada kedua kelas penelitian selanjutnya diuji normalitas dan homogenitasnya. Jika data menunjukkan bahwa data terdistribusi normal dan kedua sampel merupakan sampel yang homogen, maka akan dilanjutkan dengan uji T untuk membandingkan dua nilai rata-rata. Apabila tidak, maka pengujian dilakukan dengan menggunakan uji U yang merupakan statistika nonparametrik. Uji dua rata-rata dilakukan untuk mengetahui
apakah terdapat perbedaan nilai pemetaan analogi yang signifikan pada kedua kelas penelitian serta kelas mana yang memperoleh nilai pemetaan analogi yang lebih
tinggi. Uji normalitas, homogenitas, serta uji dua rata-rata dilakukan dengan menggunakan software SPSS 16.0.
Selain itu, dari data yang telah diperoleh dapat dianalisis pencapaian indikator pemetaan analogi yang dicapai setiap kelas penelitian, dengan meninjau persentase jumlah siswa yang mencapai setiap indikator. Indikator dikatakan tercapai oleh siswa apabila siswa memperoleh skor maksimal pada setiap indikator. Data tersebut disajikan dalam bentuk diagram batang dan dianalisis menggunakan analisis deskriptif.
43
4. Lembar Observasi Keterlaksanaan Kegiatan Pembelajaran
Data keterlaksanaan kegiatan pembelajaran yang telah diperoleh dalam bentuk persentase akan dianalisis menggunakan analisis deskriptif. Apabila pembelajaran terlaksana 100% pada kedua kelas penelitian, maka akan memperkuat hasil penelitian karena kedua kelas penelitian melaksanakan seluruh rangkaian kegiatan pembelajaran yang telah dirancang. Namun, apabila terdapat perbedaan persentase keterlaksanaan pembelajaran pada kedua kelas, maka akan dianalisis penyebab, kendala, serta dampak yang ditimbulkannya.
5. Angket Respon Siswa
Angket mengenai respon siswa terhadap kegiatan pembelajaran diinterpretasikan menggunakan skala likert. Respon siswa (baik respon positif maupun negatif) terhadap pembelajaran menggunakan analogi pada setiap
indikator yang diberikan dihitung dan ditentukan persentasenya berdasarkan jumlah siswa yang memberikan respon. Data angket respon siswa selanjutnya
44
[image:32.595.113.512.100.639.2]G. Alur Penelitian
95
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan pada kedua kelas penelitian terkait pengaruh pembelajaran menggunakan analogi terhadap kreativitas dan penguasaan konsep siswa, didapat kesimpulan sebagai berikut.
1. Tidak ada perbedaan kreativitas siswa sebelum dan setelah melaksanakan pembelajaran sistem imun menggunakan analogi pada kelas yang melaksanakan kegiatan pembelajaran menggunakan analogi yang dibangun oleh siswa sendiri (eksperimen) maupun kelas yang melaksanakan kegiatan pembelajaran menggunakan analogi yang diberikan oleh guru (kontrol). 2. Penguasaan konsep siswa setelah melaksanakan pembelajaran sistem imun
menggunakan analogi baik pada kelas eksperimen maupun kelas kontrol menunjukkan hasil yang lebih tinggi daripada sebelum melakukan kegiatan
pembelajaran menggunakan analogi, dengan perolehan nilai pada kelas kontrol lebih tinggi daripada kelas eksperimen, namun keduanya berada pada kategori yang sama, yaitu kategori sedang.
3. Tidak terdapat perbedaan yang signifikan pada nilai pemetaan analogi yang diperoleh kelas eksperimen dan kontrol, namun perbedaan kegiatan pembelajan analogi yang diterapkan pada kedua kelas penelitian memberikan perbedaan pada ketercapaian indikator pemetaan analogi
4. Nilai pemetaan analogi yang diperoleh dari penilaian Lembar Kerja Siswa (LKS) yang diberikan memiliki korelasi yang signifikan (kategori sedang dan bernilai positif) dengan kreativitas dan penguasaan konsep siswa pada kelas eksperimen.
96
B. Saran
Saran yang penulis sampaikan berdasarkan penelitian adalah sebagai berikut. 1. Untuk melakukan penelitian yang hendak melihat kemajuan pada kreativitas siswa, penelitian sebaiknya dilakukan dengan rentang waktu yang lebih panjang. Pada penelitian ini, perubahan pada aspek kreativitas siswa tidak terlalu nampak, salah satunya disebabkan karena waktu diberikannya perlakuan pada kedua kelas penelitian cukup singkat, yaitu sebanyak dua pertemuan dengan durasi masing-masing 3x45 menit. Hal ini pun menjadi salah satu kelemahan dari penelitian yang dilakukan
2. Dalam memberikan analogi yang kepada siswa me.lalui teks berita, lebih baik teks diberikan kepada masing-masing siswa, sehingga kemungkinan mengerjakan LKS dengan jawaban yang sama dapat diminimalisasi.
3. Saat pengumpulan hasil kerja siswa, baik pretest, posttest, LKS, maupun
angket, peneliti harus cermat dalam memperhatikan kelengkapan isi hasil kerja siswa, termasuk identitas siswa agar ketidaklengkapan data sampel penelitian
97
DAFTAR PUSTAKA
Abidin, F. A., Srisayekti, W., Rubiyanti, Y. (2007). Gambaran kreativitas siswa sekolah alam bandung (SAB) pada test for creative thinking drawing production (TCT-DP). Bandung: Universitas Padjajaran.
Anderson, L. W. D. R. dkk. (2001). A Taxonomy for Learning, Teaching, and
Assessing: A Revision of Bloom’s Taxonomy of Educational Objectives.
New York: Longman Publishing.
Arikunto, S. (2006). Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.
Arikunto, S. (2013). Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan Edisi 2. Jakarta: Bumi Aksara.
Beal, O. (1998). Assessing the creative abilities of primary school children. Disertasi, University of Central Lancashire.
Beghetto, R. A. (2010). Creativity in the classroom. Dalam J. C. Kaufman & R. J. Sternberg (Penyunting), The Cambridge Handbook of Creativity (hlm. 447-463. New York: Cambridge University Press.
Brophy, S. P. & Schwartz, D. L. (1998). Interactive analogies. Dalam D. Edelson & E. Domeshek (Penyunting), Proceedings from the 1996 International Conference on the Learning Sciences (hlm. 351-356). Evanston: Association for the Advancement of Computing in Education.
Campbell, N. A. dkk. (2010). Biologi Edisi Kedelapan Jilid 3. Jakarta: Penerbit Erlangga.
Ceran , S. A., Güngören, S. C. & Boyacıoğlu, N. (2014). Determination of scientific
creativity levels of middle school students and perceptions through their teachers. European Journal of Research on Education, 2(2), hlm. 47-53.
Chae, S. (2003). Adaptation of a picture-type creativity test for pre-school children. Language Testing, 20(2), hlm. 178-188.
Churches, A. (2008). Bloom's taxonomy Blooms digitally. [Online]. Diakses dari http://teachnology.pbworks.com/f/Bloom%5C's+Taxonomy+Blooms+D igitally.pdf.
98
an interesting way to teach with analogies (hlm. 66-82). California: Corwin Press.
Fitriyani. (2011). Pengaruh model pembelajaran kooperatif think-pair share (TPS) terhadap penguasaan materi pokok sistem pertahanan tubuh dan aktivitas belajar siswa. (Skripsi). Universitas Lampung, Bandar Lampung.
Gabora, L. (2011). How creative ideas take shape. [Online]. Diakses dari http://www.psychologytoday.com/blog/mindbloggling/201109/how-cre ative-ideas-take-shape.
Gabora, L. & Saab A. (2011). Creative interference and states of potentiality in analogy problem solving. Dalam L. Carlson, C. Hoelscher & T. F. Shipley (Penyunting), Proceedings of the 33rd Annual Meeting of the Cognitive Science Society (hlm. 3506-3511). Austin: Cognitive Science Society.
Gentner, D. (1989). Mechanisms of analogical learning. Dalam S. Vosniadou & A. Oetony (Penyunting), Silmilarity and analogical reasoning (hlm. 199 -344). Cambridge: Cambridge University Press.
Glynn, S. M. (1989). The teaching with analogies model. Dalam K. D. Muth (Penyunting), Children’s comprehension of text (hlm. 185-204). Newark: International Reading Association.
Glynn, S. M. (1994). Teaching science with analogies a strategy for teachers and textbook authors. Athens: National Reading Research Center.
Glynn S. M. (2007). Methods and strategies: Teaching with analogies. Sciences and childern ,44(8), hlm. 52-55.
Glynn, S. M. (2007). The teaching-with-analogies model: build conceptual bridges with mental models. Science and Children, 44(8), hlm. 52-55.
Glynn, S. M. (2008). Making science concepts meaningful to students: teaching with analogies. Dalam S. Mikelskis-Seifert, U. Ringelband & M. Brückmann (Penyunting), Four decades of research in science education–from curriculum development to quality improvement (hlm. 113-125). Münster: Waxmann.
99
Hamidah, D. (2012). Pengembangan profesionalitas guru biologi SMA melalui program pelatihan pedagogical content knowledge pada materi genetika. Bandung: Universitas Pendidikan Indonesia.
Harrison, A. G. (2008). Multiple analogies are better than one-size-fits-all analogies. Dalam Harrison, A. G. & Coll, R. K. (Penyunting), Using analogies in middle and secondary science classrooms: the FAR guide- an interesting way to teach with analogies (hlm. 46-65). California: Corwin Press.
Harrison, A. G. & Coll, R. K. (Penyunting). (2008). Using analogies in middle and secondary science classrooms: the FAR guide- an interesting way to teach with analogies. California: Corwin Press.
Herawati, Desti. (2011). Peranan model pembelajaran 5E berbasis inkuiri dalam meningkatkan keterampilan interpretasi siswa pada konsep alat indera. (Skripsi). Universitas Pendidikan Indonesia, Bandung.
Hu, W. & Adey, P. (2002). A scientific creativity test for secondary school students. International Journal of Science Education, 24(4), hlm. 389–403.
Inch, E. S., Warnick, B. & Endres, D. (2006). Critical Thinking and Communication: the Use of Reason in Argument. USA: Pearson Education.
Jitgarun, K., Tongsakul, A. & Meejaleum, S, (2008). Virtual-based training and creative thinking in higher-level education. Proceeding of the EDU-COM 2008 International Conference (hlm. 268-276). Perth: Edith Cowan University Research Online.
Kālis, E., Roķe, L. & Krūmiņa, I. (2013). Indicators of creative potential in
drawings: Proposing new criteria for assessment of creative potential with the test for creative thinking – drawing production. Baltic Journal of Psychology, 14(2), hlm. 22–37.
Karpati. (2009). Capturing Creativity: TCT-DP Test for Creative Thinking/ Drawing Development. [Online]. Diakses dari http://www.edutech.elte.hu/karpati/content/download/publikacio/KONF ERENCIA/2009_NIU/.
Kurnadi, K. A. (2011). Dasar-dasar Anatomi dan Fisiologi Tubuh Manusia. Bandung: Jurusan Pendidikan Biologi Fakultas Pendidikan Matemtika dan IPA Universitas Pendidikan Indonesia.
100
Mustami, M. K. (2009). Inovasi model-model pembelajaran bidang sains untuk meningkatkan hasil belajar mahasiswa. Lentera Pendidikan, 12(2), hlm. 125-137.
Purwanto, N. (2010). Prinsip-prinsip dan Teknik Evaluasi Pengajaran. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Rachmawati, Y. & Kurniati, E. (2010). Strategi Pengembangan Kreativitas pada Anak Usia Taman Kanak-kanak. Jakarta: Kencana Prenada Media Grup.
Reece, J. B. dkk. (2011). Campbell Biology Ninth Edition. San Fransisco: Pearson Education.
Rustaman, N. Y. (2008). Kebiasaan berpikir dalam pembelajaran sains dan asesmennya. [Online]. Diakses dari http://103.23.244.11/Direktori/ SPS/PRODI.PENDIDIKAN_IPA/195012311979032-NURYANI_RUST AMAN/Habts_of_Mind_08_makalah.pdf.
Sari, E. R., Prasetyo, A. P. B. & Utami, N. R. (2014). Pembelajaran remidial menggunakan analogi pada materi mekanisme transpor sel. Unnes Journal of Biology Education, 3(2), 23-31.
Scanlon, V. C. & Sanders, T. (2007). Essentials of Anatomy and Physiology: Fifth Edition. Philadelphia: F. A. Davis Company.
Silaban, B. (2014). Hubungan antara penguasaan konsep fisika dan kreativitas dengan kemampuan memecahkan masalah pada materi pokok listrik statis. Jurnal Penelitian Bindang Pendidikan, 20(1), hlm. 65-75.
Suciyanti, F. (2011). Pengaruh penggunaan model pembelajaran analogi terhadap hasil belajar siswa (studi eksperimen pada siswa kelas XI IPA pokok
bahasan sistem pertahanan tubuh di SMA Negeri 9 Bandung). (Skripsi).
Universitas Pasundan, Bandung.
Sudesti, R., Sudargo, F. & Kusumastuti, M. N. (2014). Penerapan Pembelajaran Berbasis Praktikum Untuk Meningkatkan Penguasaan Konsep dan Keterampilan Proses Sains Siswa SMP Pada Subkonsep Difusi Osmosis. Formica Education Online, 1(1), hlm. 1-11.
Sulastri, Y. & Rochintaniawati, D. (2009). Pengaruh penggunaan pembelajaran kooperatif tipe jigsaw dalam pembelajaran biologi di SMPN 2 Cimalaka. Jurnal Pengajaran MIPA, 13(1), hlm.15-21.
101
Togrol, A. Y. (2012). Studies of the Turkish form of the test for creative thinking-drawing production. Creative Education,3(8), hlm. 1326-1331.
United Nations Educational, Scientific and Cultural Organization. (2011). World data on education VII edition. Paris: UNESCO.
Urban, K. K. (2004). Assessing creativity: the test for creative thinking - drawing production (TCT-DP) the concept, application, evaluation, and international studies. Psychology Science, 46(3), hlm. 387 - 397.
Urban, K. K. (2005). Assessing creativity: the test for creative thinking - drawing production (TCT-DP). International Education Journal, 6(2), hlm. 272-280.
Urban, K. K. (2007). Assessing creativity: A componentioal model. Dalam A. Tan (Penyunting),Creativity: a handbook for teachers (hlm. 167-184). Toh Tuck Link: World Scientific Publishing.
Vernia, R. E. (2013). Penerapan learning log home untuk mendiagnostik kesulitan belajar siswa SMA pada materi sistem pertahanan tubuh. (Skripsi). Universitas Pendidikan Indonesia, Bandung.
Wulan, A. R. (2007). Pengertian dan esensi konsep evaluasi, asesmen, tes, dan
pengukuran. [Online]. Diakses dari