• Tidak ada hasil yang ditemukan

Strategi Quantum Learning Dalam Upaya Meningkatkan Kemampuan Berbicara Siswa (Penelitian Tindakan Kelas terhadap Siswa Kelas VIII F SMPN 1 Karangtengah Kab. Garut).

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Strategi Quantum Learning Dalam Upaya Meningkatkan Kemampuan Berbicara Siswa (Penelitian Tindakan Kelas terhadap Siswa Kelas VIII F SMPN 1 Karangtengah Kab. Garut)."

Copied!
40
0
0

Teks penuh

(1)

ABSTRAK

R. ASTI DWIJAYANTI. 0805643. Strategi Quantum Learning Dalam Upaya Meningkatkan Kemampuan Berbicara Siswa (Penelitian Tindakan Kelas terhadap Siswa Kelas VIII F SMPN 1

Karangtengah Kab. Garut).

Tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui kemampuan berbicara siswa dengan penerapan strategi quantum learning pada pembelajaran melakukan wawancara dengan narasumber pada siswa kelas VIII F SMPN 1 Karangtengah Kab. Garut. Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas (PTK) yang dilakukan di SMP Negeri 1 Karangtengah dengan subjek siswa kelas VIII F yang berjumlah 30 siswa. Adapun yang menjadi objek penelitian adalah pembelajaran berbicara yang termasuk dalam mata pelajaran Bahasa Indonesia. Proses penelitian ini dilaksanakan dalam dua siklus yang masing-masing siklus meliputi empat tahap, yaitu tahap perencanaan, tahap pelaksanaan, tahap observasi, serta tahap evaluasi dan refleksi. Tahap perencanaan tindakan meliputi (1) membuat skenario pembelajaran, (2) mempersiapkan sarana pembelajaran, (3) mempersiapkan instrumen penilaian, dan (4) mengajukan solusi alternatif berupa penerapan strategi

quantum learning dalam pembelajaran berbicara. Pada tahap pelaksanaan peneliti

(2)

ABSTRAK

R. ASTI DWIJAYANTI. 0805643. Quantum Learning Strategy In Effort to Improve Speaking Skills Students

(Classroom Action Research to Grade VIII F SMPN1 Karangtengah Kab. Garut)

(3)

1

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Bahasa adalah sebuah alat komunikasi. Tarigan (2008 : 11) menjelaskan,

bahwa komunikasi atau speech acts dipergunakan secara sistematis untuk

menyelesaikan atau mencapai maksud tertentu. Artinya, komunikasi merupakan

elemen penting bagi manusia sebagai makhluk sosial yang mendirikan hubungan

mental dan emosional dengan anggota-anggota lainnya. Hal ini menjadi penting

bahkan sangat urgen karena tak dapat dipungkiri bahwa dalam kehidupan ini sebagai

manusia normal kita tidak mungkin lari dari kenyataan, bahwa kita dalam berinteraksi

dengan sesama manusia harus menggunakan suatu bentuk atau cara yang disebut

komunikasi, khususnya bahasa verbal atau lisan.

Keraf (1984 : 3) mengemukakan bahwa sebagai suatu alat komunikasi, bahasa

mempunyai beberapa fungsi, yaitu (1) untuk menyatakan ekspresi diri; (2) sebagai

alat komunikasi; (3) alat untuk mengadakan integrasi dan adaptasi; (4) sebagai alat

untuk mengadakan kontrol sosial.

Dalam bahasa Indonesia terdapat empat keterampilan yang tidak dapat

dipisahkan dan sudah menjadi satu kesatuan utuh, yaitu keterampilan menyimak,

keterampilan berbicara, keterampilan membaca, dan keterampilan menulis. Dalam

(4)

2

Mengapa berbicara? karena pada dasarnya keterampilan berbicara harus dimiliki

oleh semua orang yang di dalam kegiatannya membutuhkan komunikasi, baik yang

sifatnya satu arah maupun yang timbal balik ataupun keduanya. Seseorang yang

memiliki keterampilan berbicara yang baik, akan memiliki kemudahan di dalam

pergaulan, baik di rumah, di kantor, maupun di tempat lain. Dengan keterampilannya

segala pesan yang disampaikannya akan mudah dicerna sehingga komunikasi dapat

berjalan lancar dengan siapa saja.

Berdasarkan riset yang telah dilakukan di sekolah-sekolah terutama di

SMPN 1 Karangtengah Kab. Garut, terdapat beberapa fakta di lapangan, bahwa

kemampuan berbicara siswa di dalam kelas masih sangatlah rendah. Dalam penelitian

ini penulis memfokuskan pada materi berbicara, yaitu wawancara dengan

mengangkat judul Strategi Quantum Learning Dalam Upaya Meningkatkan

Kemampuan Berbicara Siswa (Penelitian Tindakan Kelas terhadap Siswa Kelas

VIII F SMPN 1 Karangtengah Kab. Garut)”. Dari hasil wawancara yang

dilakukan oleh penulis kepada guru pengajar bahasa Indonesia terdapat fakta yang

sangat mengejutkan di lapangan, yaitu nilai bahasa Indonesia yang masih di bawah

nilai batas ketuntasan, yaitu yang seharusnya batas ketuntasan dengan nilai 70 tetapi

kebanyakan siswa, khususnya kelas VIII F mendapatkan nilai 55-60. Hal ini sangat

memprihatinkan bagi penulis sehingga penelitian ini perlu dilakukan oleh penulis.

Dengan adanya penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi yang baik

(5)

3

Penelitian yang sebelumnya pernah dilakukan oleh Jhon Bedi Adian dalam

skripsinya yang berjudul “ Strategi Pembelajaran Quantum Dalam Meningkatkan

Keterampilan Membaca Puisi Bagi Siswa Kelas X SMA Pariwisata Bandung“

menyatakan bahwa kendala dalam pembelajaran puisi adalah sulitnya memotivasi

siswa untuk membaca puisi. Hal ini disebabkan siswa merasa malu dan tidak percaya

diri untuk membacakan puisi serta sulitnya bagi siswa untuk memahami maksud isi

puisi tersebut, dan kurangnya kreativitas guru dalam mengajar bahasa Indonesia

menjadi salah satu pemicu bagi siswa untuk tidak menyukai pembelajaran bahasa

Indonesia.

Efi Nuryani dalam skripsinya yang berjudul “ Peningkatan Keterampilan

Menulis Karangan Deskripsi Dengan Mengggunakan Teknik Ka Ki Gaya Quantum

Learning“ menyatakan siswa umumnya mengalami kesulitan menulis dan pada

dasarnya kegiatan menulis tidak terlalu menarik bagi mereka. Guru tidak memiliki

cara lain untuk mengajarkan EYD. Fenomena ini memerlukan upaya untuk

meningkatkan kemampuan siswa dalam menulis dan kreativitas guru dalam

pengajarannya. Dibutuhkan sebuah metode yang tepat dalam pengajarannya

sehingga masalah seperti ini diharapkan tidak menjadi luas dan akan berulang sampai

murid melanjutkan ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi atau bahkan dalam

pemakaian kehidupan masyarakat sehari-harinya, yang lebih ditakutkan kualitas

pembelajaran bahasa Indonesia akan semakin menurun atau bahkan kita menjadi

(6)

4

Guru sebagai salah satu unsur dalam proses belajar mengajar memiliki multi

peran, tidak terbatas hanya sebagai “pengajar” yang melakukan transfer pengetahuan,

tetapi juga sebagai pembimbing yang mendorong potensi, mengembangkan alternatif

dan memobilisasi siswa dalam belajar. Artinya, guru memiliki tugas dan tanggung

jawab yang kompleks terhadap pencapaian tujuan pendidikan, di mana guru tidak

hanya dituntut untuk menguasai ilmu yang akan diajarkan dan memiliki

seperangkat pengetahuan serta keterampilan teknis mengajar, namun juga dituntut

untuk menampilkan kepribadian yang mampu menjadi teladan bagi siswa (Riduwan

2006 : 19).

Selain peranan guru yang menentukan keberhasilan siswa dalam mencapai

tujuan pembelajaran, partisipasi siswa yang turut andil pun menjadi faktor utama

yang dapat menentukan keberhasilannya dalam proses belajar mengajar. Namun,

kesadaran siswa atas keterlibatan dirinya dalam proses belajar mengajar masih sangat

rendah sehingga membuat guru harus bekerja lebih keras untuk memberikan motivasi

kepada siswa terutama dalam keterampilan berbicara. Tidak sedikit dari siswa takut

untuk berbicara mengungkapkan pendapatnya. Kebanyakan dari mereka masih

beranggapan bahwa memberi tanggapan atau berbicara di depan kelas itu sesuatu

yang ditakutkan. Rasa takut salah dan malu biasanya menjadi faktor utama yang

membuat para siswa enggan untuk berbicara di depan kelas.

Berkaitan dengan hal itu, guru dituntut untuk kreatif dalam mencari model

(7)

5

memecahkan masalah dalam proses belajar mengajar. Peranan guru dalam

menentukan strategi pembelajaran di kelas sangat menentukan suasana kesuksesan

kegiatan proses belajar mengajar. Oleh karena itu, guru akan berusaha untuk mencari

strategi pembelajaran yang tidak monoton sehingga dapat mencapai tujuan

pembelajaran. Salah satu strategi pembelajaran yang dapat digunakan untuk

meningkatkan keterampilan berbicara siswa, yaitu strategi pembelajaran quantum

learning. Strategi pembelajaran quantum learning merupakan cara baru yang

memudahkan proses belajar, yang memadukan unsur seni dan pencapaian yang

terarah untuk segala mata pelajaran.

Pembelajaran quantum learning adalah pengubahan belajar yang meriah

dengan segala nuansanya, yang menyertakan segala kaitan interaksi dan perbedaan

yang memaksimalkan model belajar serta berfokus pada hubungan dinamis dalam

lingkungan kelas interaksi yang mendirikan landasan dalam kerangka untuk belajar.

Dengan demikian, hasil pembelajaran diharapkan lebih bermakna bagi siswa. Proses

pembelaajaaran berlangsung alamiah dalam bentuk kegiatan siswa. Strategi

pembelajaran quantum learning ini menawarkan strategi pembelajaran yang

memungkinkan peserta didik lebih aktif dan kreatif (Deporter, 2001).

Penelitian yang penulis lakukan menggunakan metode quantum learning

karena di dalam metode ini guru dan siswa dituntut untuk menciptakan suasana

kondusif, kohesif, dinamis, interaktif, partisipatif, dan saling menghargai sehingga

(8)

6

quantum adalah semua berbicara makna, tujuan, konsep harus dialami, setiap usaha

diberikan reward (Nuryati dalam Pravina 2010 : 3).

Strategi quantum learning ini akan membawa siswa pada perubahan yang

lebih baik. Perubahan ke arah perbaikan adalah tuntutan alamiah yang menjadi

kebutuhan setiap individu dalam setiap kehidupan. Di dalam proses belajar mengajar

penciptaan suasana kondusif perlu dilakukan karena unsur rasa dalam berpikir selau

turut serta dan tak bisa dipisahkan. Oleh karena itu, penciptaan suasana kondusif

perlu dilakukan sehingga dalam belajar siswa tidak lagi merasa cemas, tidak lagi

takut dalam berpartisipasi, tidak lagi merasakan menjadi sebuah kewajiban,

melainkan menjadi kesadaran dan kebutuhan, dalam suasana perasaan nyaman dan

menyenangkan. Salah satu cara untuk menciptakan suasana perasaan yang nyaman

dan menyenangkan serta terhindar dari kebiasaan adalah dengan memahami dan

melaksanakan model belajar yang dilakukan siswa, komunaksi yang baik dan efektif,

dan strategi pembelajaran yang tepat dan inovatif.

Manfaatnya adalah dapat meningkatkan antusias dan kreatifitas siswa dalam

pembelajaran karena siswa dituntut untuk berkomunikasi secara aktif dan kreatif

sehingga menumbuhkan rasa kepercayaan diri pada siswa dan kegiatan belajar

mengajar tidak menjadi monoton.

Apabila masalah ini terus diabaikan kemungkinan besar dunia pendidikan

tidak akan pernah mengalami perubahan ke arah yang lebih baik. Oleh karena itu

(9)

7

Berbicara Siswa (Penelitian Tindakan Kelas terhadap Siswa Kelas VIII F SMPN 1

Karangtengah Kab. Garut) “ perlu dilakukan demi kemajuan dan pengembangan

dunia pendidikan yang lebih baik.

1.2 Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, terdapat beberapa hal yang dapat

diidentifikasi untuk diteliti. Beberapa hal tersebut di antaranya sebagai berikut.

1) Keterlibatan siswa dalam pembelajaran keterampilan berbicara masih rendah.

2) Kurangnya penguasaan materi, rasa malu, takut, tidak percaya diri, serta

keberanian yang dimiliki siswa dalam melakukan wawancara dengan narasumber.

3) Perlunya suatu metode pembelajaran yang inovatif sebagai alternatif dalam

meningkatkan pembelajaran berbicara pada siswa.

1.3 Batasan Masalah

Banyaknya faktor yang menyebabkan kurangnya keberhasilan siswa dan

keterbatasan penulis dalam melakukan penelitian. Maka untuk mendapatkan hasil

penelitian yang baik penulis membuat batasan masalah sebagai berikut.

(10)

8

2) Kompetensi yang dikembangkan adalah kemampuan berbicara siswa dalam

melakukan wawancara dengan narasumber.

1.4 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, beberapa rumusan yang menjadi masalah

penelitian adalah :

1) Bagaimanakah perencanaan strategi quantum learning pada keterampilan

berbicara dalam melakukan wawancara dengan narasumber pada siswa kelas

VIII F SMPN 1 Karangtengah Kab. Garut?

2) Bagaimanakah pelaksanaan strategi pembelajaran quantum learning pada

keterampilan berbicara dalam melakukan wawancara dengan narasumber pada

siswa kelas VIII F SMPN 1 Karangtengah Kab. Garut?

3) Bagaimanakah hasil pembelajaran berbicara dengan menggunakan strategi

pembelajaran quantum learning dalam melakukan wawancara dengan narasumber

pada siswa kelas VIII F SMPN 1 Karangtengah Kab. Garut?

1.5 Tujuan Penelitian dan Manfaat Penelitian

1.5.1 Tujuan Penelitian

Secara umum, tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui kemampuan

(11)

9

melakukan wawancara dengan narasumber pada siswa kelas VIII F SMPN 1

Karangtengah Kabupaten Garut.

1.5.2 Manfaat Penelitian

Manfaat penelitian ada dua, yaitu:

1) Manfaat teoretis

Penelitian ini memberikan kontribusi terhadap pelaksanaan pembelajaran di

bidang ilmu pendidikan, khususnya mata pelajaran bahasa Indonesia dalam hal

pembelajaran melakukan wawancara dengan narasumber dengan menggunakan

strategi quantum learning.

2) Manfaat praktis dalam penelitian ini

a. Bagi Peneliti

Bagi peneliti kegiatan penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan dan

wawasan penulis sebagai calon guru bahasa dan sastra Indonesia, serta dapat

menciptakan suatu pembelajarana yang bervariasi dalam pembelajaran

keterampilan berbicara dengan menggunakan strategi pembelajaran quantum

learning.

b. Bagi Guru

Penelitian ini membantu guru dalam mencapai tujuan yang tertera dalam

kurikulum pendidikan, di mana siswa dapat berkomunikasi dengan baik dan dapat

(12)

10

tidak lagi melibatkan peran guru yang dominan dalam proses pembelajaran tetapi

siswapun ikut terlibat di dalamnya sehingga sekaligus melatih siswa untuk berani

berbicara di depan umum.

1.6 Anggapan Dasar

Anggapan dasar merupakan suatu kebenaran yang tidak memerlukan

penyajian lagi, sekurang-kurangnya bagi peneliti pada waktu itu. Ada beberapa

anggapan dasar yang penulis rumuskan.

1) Berani berbicara atau melakukan wawancara dengan narasumber merupakan salah

satu hal yang dapat diteladani yang merupakan suatu kompetensi yang perlu

diajarkan kepada siswa kelas VIII SMP.

2) Metode pembelajaran merupakan salah satu faktor yang memengaruhi

keberhasilan suatu pembelajaran.

3) Strategi quantum learning merupakan strategi yang dapat memudahkan siswa

untuk berani melakukan wawancara dengan narasumber secara baik dalam

penggunaan bahasa dan etika berbahasa dalam berbicara sehingga menimbulkan

rasa percaya diri pada siswa dalam berbicara di depan umum.

1.7.Definisi Operasional

Agar tidak terjadi kesalahpahaman dalam mendefinisikan penelitian ini, maka

(13)

11

1) Strategi pembelajaran quantum learning merupakan cara baru yang memudahkan

proses belajar, yang memadukan unsur seni dan pencapaian yang terarah untuk

segala mata pelajaran. Pembelajaran quantum learning adalah pengubahan belajar

yang meriah dengan segala nuansanya, yang menyertakan segala kaitan interaksi

dan perbedaan yang memaksimalkan model belajar serta berfokus pada hubungan

dinamis dalam lingkungan kelas interaksi yang mendirikan landasan dalam

kerangka untuk belajar.

2) Keterampilan berbicara adalah kemampuan mengucapkan bunyi-bunyi untuk

menyampaikan ide, pikiran, perasaan dan gaagasan dengan tujuan untuk

(14)

53

BAB 3

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Metode Penelitian

Sesuai dengan hakikatnya, penelitian tindakan kelas merupakan upaya

yang dimaksudkan untuk meningkatkan profesionalisme guru untuk menjadi

pelaku yang menentukan dalam proses pembaharuan dan perbaikan pembelajaran

yang dilakukan secara terus-menerus. Menurut Arikunto (2008:129), penelitian

tindakan adalah penelitian tentang hal-hal yang terjadi di masyarakat atau

kelompok sasaran, dan hasilnya langsung dapat dikenakan pada masyarakat yang

bersangkutan. PTK merupakan suatu kajian yang bersifat reflektif dari pelaku

penelitian. PTK dilakukan dalam suatu situasi sosial (termasuk di dalamnya

situasi pendidikan) untuk memantapkan alasan dan ketepatan dari (a) praktik

pembelajaran pelaku penelitian (guru), (b) pemahaman terhadap praktik tersebut,

dan (c) situasi praktik tersebut dilakukan.

Dengan pengertian di atas, jelaslah bahwa PTK merupakan suatu

penelitian yang dilakukan karena adanya kebutuhan pada saat ini, suatu situasi

yang memerlukan penanganan langsung dari pihak yang bertanggung jawab atas

penanganan situasi tersebut (guru).

Tujuan utama penelitian tindakan kelas adalah selain untuk memecahkan

permasalahan kongkret di kelas yang dialami langsung oleh guru dan siswa, juga

untuk mendorong tumbuhnya budaya akademis dan menigkatkan profesionalisme

(15)

54

2008:3). Oleh karena itu, fokus penelitian tindakan kelas adalah terletak pada

tindakan-tindakan alternatif itu dapat memecahkan persoalan proses pembelajaran

yang dihadapi guru. Bila tujuan tersebut tercapai, maka sesungguhnya telah

tercapai pula tujuan pengiring ialah berupa terjadinya proses latihan dalam jabatan

selama proses penelitian tindakan kelas itu berlangsung. Secara khusus tujuan

utama PTK adalah memperbaiki praktek pendidikan dan bukan menghasilkan

ilmu baru Elliot (dalam Resmini, 2007:405).

Dalam pelaksanaan PTK, siswa bukan hanya diajarkan seperti biasa dan

mengarjakan LKS yang intinya mengerjakan soal-soal setelah memperlajari

ringkasan, tetapi harus melakukan suatu tindakan. Siswa harus aktif bekerja

melakukan sesuatu yang diarahkan oleh guru. Ketika sampai saat refleksi, siswa

diajak diskusi, ditanya tentang pembelajaran yang mereka alami. Dari hasil

refleksi itulah guru mengadakan perbaikan untuk perencanaan siklus kedua.

Sekali lagi, jadi inti PTK adalah keaktifan siswa karena dalam pembelajaran siswa

yang diutamakan. (Arikunto 2008:137).

Menurut kutipan di atas, bahwa pelaksanaan PTK itu berbeda dengan

kegiatan belajar mengajar seperti biasa. Dalam PTK ada suatu refleksi untuk

perbaikan pembelajaran yang telah dilaksanakan. Model PTK yang digunakan

dalam penelitian ini adalah model John Eliot, model ini menggambarkan adanya

langkah dan pengulangan yang menekankan pada siklus atau putaran kegiatan

yang terdiri dari perencanaan, pelaksanaan, observasi, dan refleksi, model ini juga

(16)

55

Gambar 3.1. Penelitian Tindakan Kelas Model John Eliot

Bentuk penelitian tindakan kelas yang penulis gunakan adalah penelitian

tindakak kelas yang bersifat guru sebagai peneliti. Hal ini sesuai dengan pendapat

Kasbolah, yang menyatakan bahwa: Bentuk tindakan kelas yang memandang guru

sebagai peneliti memilki ciri penting, yaitu sangat berperannya guru itu sendiri

dalam proses penelitian tindakan kelas. Dalam bentuk ini tujuan utama penelitian

PELAKSANAAN

PERENCANAAN PENGAMATAN

PELAKSANAAN

PENGAMATAN PERENCANAAN

REFLEKSI REFLEKSI SIKLUS 1

SIKLUS 2 SIKLUS 1

PELAKSANAAN

SIKLUS 3

PERENCANAAN PENGAMATAN

(17)

56

tindakan kelas ialah untuk meningkatkan praktek-praktek pembelajaran di kelas

tempat guru terlihat secara penuh dalam proses perencanaan, tindakan, observasi,

dan refleksi.

Penulis mengambil penelitian ini kerena guru sebagai peneliti dan

memiliki ciri yang penting yaitu berperannya guru itu sendiri dalam proses

penelitian tindakan kelas. Dalam hal ini guru mencari masalah sendiri dan untuk

dipecahkan sendiri melalui penelitian tindakan kelas. Jika peneliti melibatkan

pihak lain, maka berperan untuk membantu. Keterlibatan pihak lain hanya

sebagai tempat konsultasi atau konsultatif dalam mencari dan memperjelas

permasalahan-permasalahan yang dihadapi guru, jika layak dipecahkan melalui

penelitian tersebut. Sehingga guru sebagai peneliti dan juga sebagai pelaksana.

3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian

3.2.1 Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Kelas VIII F SMP Negeri 1 Karangtengah

Kabupaten Garut.

3.2.2 Waktu Penelitian

Penelitian dilaksanakan mulai tanggal dengan rincian jadwal sebagai

berikut.

Tabel 3.1. Jadwal Penelitian

No Hari, Tanggal Kegiatan Pembelajaran

1. Senin, 9 September 2013

Siklus I 2. Selasa, 10 September 2013

(18)

57

4. Selasa, 17 September 2014

Karena penelitian tindakan kelas yang dilakukan peneliti mempunyai

tujuan untuk memperbaiki proses dan hasil belajar siswa, maka kegiatan

penelitian ini dilakukan dalam beberapa siklus.

3.3 Subjek Penelitian

Penelitian ini dilakukan pada mata pelajaran bahasa Indonesia. Subjek

penelitian yang diambil adalah siswa kelas VIII F SMPN 1 Karangtengah

Kabupaten Garut Tahun Ajaran 2013/2014, dengan jumlah siswa 30 siswa yang

terdiri dari 16 siswa laki-laki dan14 siswa perempuan. Alasan peneliti memilih

kelas VIII F sebagai subjek penelitian karena menurut peneliti kelas ini perlu

dilakukan inovasi pembelajaran dalam pelajaran bahasa Indonesia dengan harapan

siswa akan termotivasi untuk belajar sehingga akan berdampak positif bagi

peningkatan hasil belajar siswa. Pelaksanaan disesuaikan dengan jadwal pelajaran

yang ada di kelas VIII F.

3.4 Teknik Pengumpulan Data

3.4.1 Studi Pendahuluan

Studi pendahuluan dalam penelitian ini dilakukan dalam dua tahap.Tahap

pertama adalah wawancara dengan guru mata pelajaran bahasa Indonesia dan

siswa kelas VIII F SMPN 1 Karangtengah Kab. Garut. Tahap kedua adalah

(19)

58

mengetahui kemampuan berbicara siswa. Wawancara dilakukan untuk

mengetahui bagaimana kondisi konkret pembelajaran bahasa Indonesia

khususnya pembelajaran berbicara di kelas VIII F SMPN 1 Karangtengah

Kabupaten Garut.

3.4.2 Pelaksanaan Penelitian Tindakan Kelas

Berikut ini diuraikan tahapan penelitian tindakan kelas pada tiap siklus.

a. Perencanaan

Perencanaan pada siklus I didasari atas permasalahan-permasalahan yang

penulis dapatkan dari studi pendahuluan. Kemudian, penulis melakukan tahapan:

(1) menganalisis berbagai alternatif pemecahan-pemecahan masalah yang sesuai

dengan kondisi pembelajaran; (2) menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran

(RPP) dengan memerhatikan indikator-indikator hasil belajar sesuai dengan

SKKD dalam Standar Isi; (3) menyiapkan materi, alat peraga, atau media

pembelajaran yang menunjang pembelajaran; (4) merencanakan tindakan dengan

media pembelajaran yang sesuai; (5) menyusun alat evaluasi pembelajaran sesuai

dengan indikator hasil belajar.

b. Pelaksanaan Tindakan

Tindakan yang penulis lakukan selanjutnya adalah mengimplementasikan

tindakan perlakuan pada siswa. Perlakuan tersebut berupa pembelajaran berbicara

dengan kompetensi dasar melakukan wawancara dengan narasumber. Penulis

melaksanakan pembelajaran sesuai dengan Rencana Pelaksanaan

Pembelajaran(RPP) yang telah disiapkan dalam tahap perencanaan.

(20)

59

Secara umum, observasi adalah upaya merekam segala peristiwa dan

kegiatan yang terjadi selama tindakan perbaikan itu berlangsung, dengan atau

tanpa bantuan alat. Observasi yang dilakukan oleh penulis berupa observasi

terbuka yaitu observasi untuk mencatat hal-hal yang berlangsung selama

pembelajaran membaca pemahaman di kelas. Observasi dilakukan dengan

mengamati perilaku siswa dan guru secara langsung dengan tujuan memperoleh

gambaran mengenai aktivitas siswa dan guru. Observasi yang dilakukan dalam

upaya pengumpulan data. Untuk melaksanakan pengamatan tersebut penulis

dibantu oleh observer selama proses pembelajaran berlangsung. Hasil dari

observasi tersebut didiskusikan secara kolaboratif bersama guru bidang studi,

yang dijadikan bahan pertimbangan dan penilaian menuju tahapan berikutnya.

d. Analisis dan Refleksi

Pada tahap ini penulis menganalisis berbagai kendala yang mengacu pada

data hasil observasi dan tindakan yang telah dilakukan pada tahapan sebelumnya.

Selanjutnya penulis melakukan refleksi terhadap kekurangan-kekurangan tersebut

sebagai bahan pertimbangan untuk menentukan rencana tindakan yang harus

dilaksanakan selanjutnya.

3.5 Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian adalah alat atau fasilitas yang digunakan oleh penulis

dalam mengumpulkan data agar pekerjaannya lebih mudah dan hasilnya lebih

baik, dalam arti lebih cermat, lengkap, sistematis sehingga lebih mudah diolah

(21)

60

aktivitas guru dan siswa, penulis berkolaborasi dengan guru kelas VII, VIII, dan

IX. Instrumen perlakuan yang penulis gunakan dalam penelitian ini adalah

Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP). Adapun instrumen pelengkap yang

penulis gunakan sebagai berikut.

3.5.1 Angket

Angket dalam penelitian ini adalah angket untuk mengetahui ketertarikan

siswa selama penelitian berlangsung. Jenis angket yang penulis gunakan berupa

angket tertutup. Angket yang dimaksud berupa daftar pertanyaan tertulis

mengenai masalah-masalah yang diteliti oleh penulis yang bertujuan untuk

mengetahui sejauh mana respon atau sikap siswa terhadap pembelajaran berbicara

dalam melakukan wawancara sebelum dan sesudah diberi tindakan.

Angket Siswa

A.Petunjuk Pengisian

1. Jawablah pertanyaan dengan memilih jawabaaan sesuai dengan keaadan

yang Anda alami dan rasakan.

2. Jawaban yang anda pilih tidak berakibat pada nilai anda untuk mata

pelajaran ini

3. Pertanyaan dan jawaban yang anda berikan semata-mata untuk penelitian

yang bertujuan untuk meningkatkan proses KBM

B.Daftar Pertanyaan

1. Apakah guru mata pelajaran Bahasa Indonesia anda menggunakan beragam

metode dalam mengajar keterampilan berbicara Bahasa Indonesia ?

(22)

61

b. Sering d. Tidak Pernah

2. Apakah anda merasa jenuh dengan jika metode yang digunakan guru

bersifat monoton (tidak berubah/tidak ganti)?

a. Sangat jenuh c. Cukup jenuh

b. Biasa d. Tidak pernah

3. Apakah guru anda menggunakan media pembelajaran dalam mengajar

keterampilan berbicara Bahasa Indonesia ?

a. Selalu c. Jarang

b. Sering d. Tidak pernah

4. Apakah anda menemukan kemudahan dalam belajar ketika guru anda

menggunakan media pembelajaran ?

a. Selalu c. Jarang

b. Sering d. Tidak prnah

5. Apakah anda punya motivasi yang tinggi untuk belajar berbicara Bahasa

Indonesia ?

a. Selalu c. Jarang

b. Sering d. Tidak pernah

6. Apakah anda bertanya pada teman atau guru jika menemukan kesulitan

dalam berbicara Bahasa Indonesia yang baik dan benar ?

a. Selalu c. Jarang

b. Sering d. Tidak pernah

7. Dalam mengikuti pelajaran berbicara Bahasa Indonesia, apakah anda

(23)

62

a. Selalu c. Jarang

b. Sering d. Tidak Pernah

8. Apakah metode yang digunakan guru selama ini dapat membantu

kelancaran anda dalam proses kegiatan belajar mengajar?

a. Sangat c. Jarang

b. Sering d. Tidak pernah

9. Apakah selalu menggunakan Bahasa Indonesia pada saat KBM

berlangsung ?

a. Selalu c. Jarang

b. Sering d. Tidak pernah

10.Seberapa besar keberanian anda dalam belajar Bahasa Indonesia khususnya

dalam keterampilan berbicara ?

a. Sangat c. Biasa

b. Sedang d. Tidak tahu

3.5.2 Wawancara

Wawancara yang penulis lakukan adalah wawancara semi tertsruktur,

yaitu bentuk wawancara yang pertanyaannya sudah dipersiapkan terlebih dahulu,

kemudian satu persatu diperdalam dalam mengorek keterangan lebih lanjut

(Arikunto, 2008: 202). Dalam penelitian ini, penulis menggunakan wawancara

sebagai instrumen untuk memperoleh data berupa kondisi konkret mengenai

pembelajaran berbicara dalam melakukan wawancara dengan narasumber di kelas

VIII F SMPN 1 Karangtengah Kab. Garut sebagai bahan studi pendahuluan.

(24)

63

a. Pedoman Wawancara Guru Mata Pelajaran

Data yang diambil dari guru mata pelajaran berupa (1) pengalaman guru

dalam mengajar bahasa Indonesia, (2) kemampuan siswa dalam pembelajaran

bahasa Indonesia, khususnya dalam berbicara dalam melakukan wawancara

dengan narasumber, (3) kemampuan siswa dalam pembelajaran berbicara dalam

melakukan wawancara dengan narasumber dengan menggunakan strategi

quantum learning yang dipakai guru, dan (4) kendala yang dihadapi guru ketika

mengajarkan pembelajaran berbicara dalam melakukan wawancara dengan

narasumber.

b. Pedoman Wawancara Siswa

Seperti yang telah dikatakan di atas bahwa untuk mengetahui kondisi

konkret pembelajaran berbicara dalam melakukan wawancara dengan narasumber

di SMPN 1 Karangtengah Kab. Garut, penulis tidak hanya mewawancarai guru

melainkan juga siswa. Data yang diambil dari siswa berupa (1) kemampuan siswa

terhadap pembelajaran bahasa Indonesia, (2) kemampuan siswa terhadap

pembelajaran berbicara melakukan wawancara dengan narasumber, (3) kendala

yang dihadapi siswa dalam berbicara melakukan wawancara dengan narasumber,

dan (4) keinginan siswa dalam pembelajaran bahasa Indonesia, khususnya dalam

pembelajaran berbicara melakukan wawancara dengan narasumber.

3.5.3 Lembar Observasi

(25)

64

Lembar observasi merupakan alat pengamatan yang digunakan untuk

melihat aktivitas guru dan siswa selama pembelajaran berlangsung. Lembar

observasi ini digunakan sebagai bahan refleksi pembelajaran berikutnya. Berikut

format lembar obervasi aktivitas guru.

Tabel 3.2

LEMBAR OBSERVASI AKTIVITAS GURU

No Penampilan Mengajar Nilai

0 1 2 4 5 1. Kemampuan membuka pelajaran

a. Menarik perhatian siswa. b. Memotivasi siswa. c. Mengadakan apersepsi.

d. Member acuan materi yang akan diajarkan. 2. Sikap guru kelas dalam proses pembelajaran

a. Kejelasan suara dalam komunikasi dengan siswa b. Tidak melakukan gerakan dan/atau ungkapan

yang mengganggu perhatian siswa. c. Antusiasme mimik dalam penampilan. d. Mobilitas posisi tempat dalam kelas. 3. Implementasi materi pembelajarann

a. Kejelasan menghubungkan materi pembelajaran berbicara dalam wawancara dengan narasumber. b. Kejelasan menerangkan materi berbicara dalam

wawancara dengan narasumber.

c. Kejelasan dalam memberikan contoh/ilustrasi sesuai dengan aspek kompetensi berbicara.

d. Mencerminkan penguasaan materi

4. Implementasi langkah-langkah pembelajaran

a. Penyajian materi membaca pemahaman dengan strategi quantum learning sesuai dengan langkah-langkah yang tertuang dalam RPP.

b. Proses pembelajaran mencerminkan komunikasi guru-siswa.

c. Antusias dalam menanggapi dan menggunakan respon dari siswa terhadap pembelajaran.

d. Cermat dalam memanfaatkan waktu. 5. Penggunaan media pembelajaran

a. Memerhatikan prinsip penggunaan media b. Pengunaan media sesuai dengan bahan ajar

(26)

65

pembelajaran 6. Evaluasi

a. Melakukan evaluasi sesuai dengan RPP

b. Lembar Observasi Aktivitas Siswa

Lembar aktivitas siswa ini digunakan untuk mengetahui dan memantau

respon atau reaksi siswa dalam pembelajaran berbicara dalam melakukan

wawancara dengan narasumber yang dilakukan siswa dengan menggunakan

strategi quantum learning. Observasi meliputi minat, perhatian, partisipasi, dan

kegiatan lain yang dilakukan siswa selama kegiatan belajar mengajar berlangsung,

kemudian lembar aktivitas siswa tersebut digunakan sebagai bahan refleksi

terhadap pembelajaran. Berikut format lembar observasi aktivitas siswa.

Tabel 3.3

FORMAT OBSERVASI AKTIVITAS SISWA

NO HAL YANG DIAMATI JUMLAH %

1. Antusias siswa dalam mengikuti pelajaran

2. Keseriusan siswa dalam memerhatikan penjelasan guru

3. Keberanian siswa dalam

mengemukakan pendapat

4. Keberanian siswa dalam menjawab pertanyaan guru

5. Bekerjasama dengan siswa lain

6. Keseriusan siswa dalam mengerjakan tugas yang diberikan guru

7. Mencatat materi yang dianggap penting

8. Keikutsertaan siswa mengikuti pembelajaran sampai akhir

(27)

66

Catatan lapangan adalah catatan yang dibuat oleh mitra penulis yang

melakukan pengamatan atau observasi terhadap subjek atau objek penelitian

tindakan kelas. Catatan lapangan dimaksudkan untuk mengungkapkan

temuan-temuan selama proses pembelajaran berlangsung sebagai bahan refleksi untuk

tindakan selanjutnya. Berikut format catatan lapangannya.

Tabel 3.4 Catatan Lapangan

Siklus ke- : Hari, tanggal :

Catatan Lapangan Kendala/Kesulitan Solusi/Saran

3.5.6 Lembar Kemampuan Berbicara Siswa dalam Melakukan Wawancara

dengan Narasumber

Untuk mengetahui tingkat kemampuan berbicara siswa dalam melakukan

wawancara dengan strategi quantum learning, penulis memberi tugas kepada

siswa secara berkelompok, siswa mengamati contoh berwawancara, berdiskusi

dengan tema yang sudah ditentukan oleh penulis, kemudian dipresentasikan di

depan kelas. Penilaian dilakukan secara individual terhadap kemampuan berbicara

siswa dalam melakukan wawancara dengan narasumber, dengan kriteria penilaian

(28)

67

3.6 Teknik Pengolahan Data

Pengolahan data dimulai dengan menganalisis seluruh data yang didapat

dari berbagai sumber, yaitu angket siswa, wawancara (siswa dan guru), lembar

observasi guru, lembar observasi siswa, jurnal siswa, dan tes kemampuan

berbicara siswa dalam melakukan wawancara. Data tersebut kemudian

dikategorisasikan. Data kuantitatif maupun data kualitatif terlebih dahulu

dianalisis kemudian dideskripsikan. Setelah dianalisis dan dideskripsikan langkah

selanjutnya direfleksikan untuk memperoleh sebuah simpulan.

3.6.1 Interpretasi data

Semua data yang diperoleh dikategorisasikan berdasarkan tujuan

penelitian. Langkah selanjutnya adalah penulis menginterpretasikan data yang

telah dikumpulkan. Berikut pemaparan hal-hal yang dilakukan oleh penulis.

a. Mendeskripsikan perencanaan pelaksanaan tindakan pada tiap siklus. Hal-hal

yang dideskripsikan adalah sebagai berikut.

1) mengidentifikasi permasalahan menyangkut bahan ajar, media, teknik,

aktivitas guru dan siswa, evaluasi, kondisi kelas, dan minat siswa terhadap

pembelajaran berbicara dalam melakukan wawancara dengan strategi

quantum learning.

2) menyusun komponen pembelajaran meliputi pengembangan bahan ajar,

media, dan evaluasi pembelajaran.

b. Mendeskripsikan pelaksanaan tindakan pada tiap siklus. Hal-hal yang

(29)

68

1) memberikan gambaran umum pembelajaran, mulai dari awal hingga akhir

pembelajaran.

2) mengidentifikasi temuan-temuan dari tiap siklus.

c. Menganalisis data dari hasil penelitian.

1) Menganalisis hasil pengamatan aktivitas siswa

Menurut Nuryanti (2009: 32), setiap kategori dikelompokkan dalam

klasifikasi interprestasi. Berikut pengklasifikasian hasil pengamatan

aktivitas siswa.

Tabel 3.5.

Interpretasi Perhitungan Persentase

Besar Presentase Interpretasi

0% Tidak ada

1% - 25% Sebagian kecil

26% - 49% Hampir setengahnya

50% Setengahnya

51% - 75% Sebagian besar

76% - 99% Pada umumnya

100% seluruhnya

Setelah mengklasifikasikan hasil pengamatan aktivitas siswa, penulis

menghitung persentase aktivitas siswa untuk setiap aktivitas tindakan dari

tiga observer dengan rumus sebagai berikut.

Keterangan:

01 = persentase yang diberikan observer pertama

02 = persentase yang diberikan observer kedua

(30)

69

Persentase akhir aktivitas siswa adalah:

2) Menganalisis hasil pengamatan aktivitas guru

Data hasil pengamatan aktivitas guru dianalisis berdasarkan pencapaian

skala penilaian setiap aspek yang diberikan ketiga observer. Hasil analisis

ini digunakan sebagai refleksi tindakan pada siklus berikutnya.

Keterangan:

NA1= nilai yang diberikan pengamat pertama untuk satu aspek

NA2= nilai yang diberikan pengamat kedua untuk satu aspek

NA3= nilai yang diberikan pengamat kedua untuk satu aspek

3) Menganalisis jurnal siswa

Keterangan:

PKS01 = presentasi komentar siklus I

PKS02 = presentasi komentar siklus II

(31)

70

3.6.2 Kriterian Penilaian Kemampuan Berbicara Melakukan Wawancara

dengan Narasumber

Pengolahan data merupakan langkah terakhir dalam penelitian tindakan

kelas. Untuk mengolah data kuantitatif, penulis menggunakan statistik sederhana

[image:31.595.112.513.380.466.2]

sebagai berikut :

Tabel 3.6.

Rubrik Pengamatan Penilaian Keterampilan Berbicara

No Nama Siswa Aspek penilaian Skor

1 2 3 4

Diadopsi dari Burhan Nurgiyantoro (2001: 284-287)

Keterangan:

1. Intonasi

Kemampuan menerapkan intonasi (naik dan turunnya suara, serta

ketepatan penekanaaannn suku kata) dengan benar dapat dinilai dengan indikator

di bawah ini.

a. Siswa dalam berbicara tidak terjadi salah penekanan kosakata yang mencolok,

mendekati ucapan standar = 5.

b. Siswa dalam berbicara intonasinya tepat dan tidak menyebabkan

(32)

71

c. Siswa dalam berbicara penekanan kosakatanya sering salah/kurang tepat = 3.

d. Siswa dalam berbicara sering terjadi kesalahan besar dan aksen kuat

yang menyulitkan pemahaman, menghendaki untuk selalu diulang = 2.

e. Siswa dalam berbicara intonasi/penekanannya banyak yang tidak tepat sering

tidak dapat dipahami = 1.

2. Pilihan Kata

Kemampuan memilih kata dengan tepat dapat dinilai dengan indikator di

bawah ini.

a. Siswa mampu memilih kata-kata dan ungkapan yang baik dan tepat = 5.

b. Siswa terkadang menggunakan kata-kata yang tidak tepat = 4.

c. Siswa sering menggunakan kata yang salah sehingga pembicaraannya menjadi

terbatas karena kata-kata yang dipakai tidak tepat = 3.

d. Siswa salah menggunakan kata-kata dan masih terbatas sehingga

menyebabkan pembicaraannya sukar sekali untuk dipahami = 2.

e. Siswa menggunakan kata-kata yang sangat terbatas sehingga pembicaraannya

hampir tidak pernah dilakukan = 1.

3. Kelancaran

Kelancaran sewaktu berbicara dapat dinilai dengan indikator di bawah ini.

a. Siswa mampu berbicara dengan lancar sekali = 5.

b. Siswa tampak berbicara dengan kecepatan yang sedikit berkurang = 4.

c. Siswa tampak berkurang kecepatan dan kelancaran berbicaranya karena

(33)

72

d. Siswa sedikit ragu-ragu dalam berbicara, sering siswa terpaksa berdiam

diri karena penguasaan bahasanya terbatas (sering tersendat-sendat) = 2.

e. Siswa sering melakukan pemberhentian dalam berbicara dan pendek-pendek,

sehingga menyebabkan pembicaraannya benar-benar tidak berlangsung = 1.

4. Pemahaman

Kemampuan pemahaman terhadap isi dan maksud pembicaraan dapat

dinilai dengan indikator di bawah ini.

a. Siswa mampu memahami isi percakapan dan menguasai maksudnya = 5.

b. Siswa mampu memahami isi percakapan dengan baik = 4.

c. Siswa mampu memahami isi percakapan dalam kecepatan kurang dari normal,

dengan banyak pengulangan-pengulangan = 3.

d. Siswa kurang mampu memahami isi percakapan sehingga sulit berbicara = 2.

e. Siswa tidak mampu memahami isi percakapan sehingga tidak mampu

berbicara di depan kelas = 1.

Untuk mencari nilai dari setiap siswa dapat menggunakan teknik

penilaian sebagai berikut:

1. Nilai setiap unsur yang dinilai dalam berbicara berkisar antara 1 sampai dengan

5. Nilai 5 berarti baik sekali, nilai 4 berarti baik, nilai 3 berarti sedang, nilai 2

berarti kurang, dan nilai 1 berarti kurang sekali.

2. Jumlah skor atau total nilai diperoleh dari menjumlahkan nilai setiap unsur

penilaian yang diperoleh siswa.

(34)

73

4. Persentase keberhasilan pembelajaran berbicara dapat dihitung dengan

menggunakan rumus:

Pengumpulan data dilakukan pada setiap aktivitas sesuai dengan petunjuk

pelaksanaan penelitian tindakan kelas, Suyanto 1996 (Suryani, 2011). Pada

penelitian tahap pengumpulan data dilakukan pada saat:

1. Observasi awal dan identifikasi awal permasalahan.

2. Pelaksanaan, analisis dan refleksi tindakan pembelajaran siklus I.

3. Pelaksanaan, analisis dan refleksi tindakan pembelajaran siklus II.

4. Pelaksanaan, analisis dan refleksi tindakan pembelajaran siklus III.

5. Evaluasi terhadap pelaksanaan tindakan siklus I, siklus II dan siklus III.

6. Menganalisis peningkatan kemampuan berbicara dalam melakukan wawancara

dengan narasumber.

Dalam penelitian ini data berasal dari observasi dan tes kemampuan

berbicara terhadap pihak yang terkait langsung, dalam proses belajar mengajar.

Penyajian data dalam bentuk tes keterampilan berbicara. Sedangkan penarikan

kesimpulan dilaksanakan setiap siklus melalui diskusi bersama di kelas.

Berdasarkan analisis data kuantitatif di atas. Jika nilai siswa selalu meningkat

(35)

74

keterampilan berbicara siswa. Pembelajaran dengan menggunakan metode

quantum learning dapat menjadikan pembaharuan guru dalam menyampaikan

(36)

109

BAB 5

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan

1) terdapat peningkatan kualitas pembelajaran keterampilan berbicara, yaitu

peningkatan kualitas proses pembelajaran keterampilan berbicara tersebut

ditandai dengan meningkatnya (a) jumlah siswa yang aktif dalam mengikuti

pembelajaran berbicara, (b) jumlah siswa yang berani berbicara di depan

kelas, dan (c) jumlah siswa yang melakukan kerjasama dengan pasangannya,

2) peningkatan kualitas hasil pembelajaran ditandai dengan meningkatnya jumlah

siswa yang mencapai batas ketuntasan dalam keterampilan berbicara dengan

rata-rata ketuntasan mencapai KKM 70 dan persentase ketuntasan 75%.

3) hasil analisis pada siklus I sebanyak 53% atau 16 siswa dengan rata-rata

ketuntasan 68. Hasil tersebut belum memenuhi rata-rata kriteri ketuntasan

sebesar 70 dan persentase ketuntasan belum mencapai 75% sehingga

dilanjutka pada Siklus II. Pada siklus II sebanyak 77% atau 23 siswa dengan

rata ketuntasan 71. Hasil tersebut sudah memenuhi harapan, yaitu

rata-rata ketuntasan mencapai KKM 70 dan persentase ketuntasan di atas 75%.

Dengan demikian penggunaan strategi quantum learning dapat meningkatkan

kualitas hasil pembelajaran keterampilan berbicara pada siswa kelas VIII F

SMP Negeri 1 Karangtengah. Terbukti dengan meningkatnya hasil

(37)

110

5.2 Saran

Berdasarkan kesimpulan di atas, peneliti ingin menyampaikan beberapa

saran sebagai berikut:

1) Pembelajaran dengan strategi quantum learning dapat dijadikan salah satu

alternatif pendekatan pembelajaran untuk meningkatkan kemampuan berbicara

siswa.

2) Untuk meningkatkan kemampuan berbicara pada siswa diharapkan keterlibatan

seluruh siswa dalam pembelajaran berbicara.

3) Strategi quantum learning diharapkan dapat mendorong keberanian siswa

(38)

111

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, Suharsimi, Suhardjono dan Supardi. 2008. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Bumi Aksara.

Arsjad, Maidar G. dan Mukti U.S. 1988. Kemampuan Berbicara Bahasa

Indonesia. Jakarta: Penerbit Erlangga.

Baharuddin. 2010. Pendidikan dan Psikologi Perkembangan. Yogyakarta: Ar-Ruzz Media.

Depdiknas. 2003. Kurikulum 2004 Sekolah Menengah Pertama. Jakarta: Dirjen Pendidikan Dasar dan Menengah Direktorat Pendidikan Lanjutan Pertama.

________. 2006. Sari Penelitian Pembelajaran Hibah PTK dan PPKP Tahun

2005. Jakarta: Depdiknas Dirjen Dikti Direktorat Ketenagaan.

________. 2005. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.

DePorter, Bobbi dan Hernacky, Mike .2004. Quantum Learning :Membiasakan

Belajar Nyaman dan Menyenangkan. Bandung: PT. Mizan Pustaka.

Djamarah, Syaiful Bahri dan Aswan Zain. 2006. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Rinekacipta.

Hamalik, Oemar. 2004. Psikologi Belajar dan Mengajar. Bandung: Sinar Baru.

Hendrikus, Dori Wuwur. 1991. Retorika Terampil Berpidato, Berdiskusi,

Berargumentasi,Bernegosiasi. Jogjakarta: Kanisius.

Iskandarwassid dan Dadang Sunendar. 2008. Strategi Pembelajaran Bahasa. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Keraf, Gorys. 2001. Komposisi: Sebuah Pengantar Kemahiran Berbahasa, cetakan XII. Ende: Nusa Indah

Kirsten Schaetzel. 2008. Facilitating adult Learning Interactions to Build

Listening and Speaking Skillshttp: // www. interscience. wiley. com/

journal/ articletext.

Marwoto dan Yant Mujiyanto. 1998. BPK Berbicara II (Sanggar Bahasa dan

(39)

112

Mulyadi Adhisupo. Pelatihan Jurnalistik_ Info Jawa 12-15/12/2005.

www.infojawa.org

Nababan, Sri Untari Subyakto. 1993. Metodologi Pengajaran Bahasa. Jakarta: PT Gramedia.

Nurgiyantoro, Burhan. 2001. Penilaian dalam Pengajaran Bahasa dan Sastra

Edisi Ketiga. Yogyakarta: BPFE.

Purwanto, Ngalim. 2010. Prinsip-prinsip dan Teknik Evaluasi Pengajaran. Bandung: Rosdakarya.

Rofi’uddin, Ahmad dan Darmiyati Zuchdi. 2001. Pendidikan Bahasa dan Sastra

Indonesia di Kelas Tinggi. Malang: Universitas Negeri Malang.

Sabarti Akhadiah MK.; Maidar G. Arsjad; Sakura H. Ridwan; Zulfahnur Z.F.; dan Mukti U.S. 1991. Bahasa Indonesia I. Jakarta: Depdikbud.

Sagala, Syaiful. 2003. Konsep dan Makna Pembelajaran untuk Membantu

Memecahkan Problematika Belajar Mengajar. Bandung: Alfabeta.

Sardiman, A.M. 2011. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: Rajawali.

Sepudin, Azwar. 1997. Tes Prestasi II. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Slameto. 2010. Belajar dan Faktor Yang Mempengaruhinya. Bandung : Rineka Cipta.

Sudjana, Nana dan Ahmad Rivai. 2005.Media Pengajaran. Bandung. Sinar Baru Algensindo

Suharyanti. 1996. Berbicara (IND. 202) BPK FKIP-PBS-Indonesia. Surakarta: UNS Press.

Sukmadinata, Nana Syaodih. 2007. Hubungan Antara Motivasi dengan Prestasi

Prestasi Belajar Siswa. Bandung: Sinar Baru Algensindo.

Suwandi, Sarwiji dan Budhi Setiawan. 2003. Keterampilan Berbicara. Surakarta: Universitas Sebelas Maret Press.

(40)

113

Tarigan, Henry Guntur. 2008. Berbicara Sebagai Suatu Keterampilan

Berbahasa. Bandung: Angkasa.

Undang, Gunawan. 2008. Teknik Penelitian Tindakan Kelas. Bandung: Sayagatama.

Wenli Tsou. 2005. Improving Speaking Skills Through Instruction in Oral

Gambar

Gambar 3.1. Penelitian Tindakan Kelas Model John Eliot
Tabel 3.1. Jadwal Penelitian
Tabel 3.2 LEMBAR OBSERVASI AKTIVITAS GURU
Tabel 3.3 FORMAT OBSERVASI AKTIVITAS SISWA
+4

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan perilaku petani dalam penggunaan pestisida kimia pada tanaman padi meliputi tindakan petani dalam penggunaan jenis

Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kualitatif dengan metode pengumpulan data 

106.750.000,- (Seratus Enam Juta Tujuh Ratus Lima Puluh Ribu Rupiah) pada Dinas Kehutanan Kabupaten Blora Tahun Anggaran 2011, maka diumumkan penyedia

LANGSUNG 12.000.000 1 Paket KAB. BLORA APBD Kab. Rembang) BELANJA MODAL

Kesimpulan penelitian bahwa upaya guru dalam meningkatkan kemampuan membaca dan menghafal Al- Qur’an di TPA Masjid Al Muslimin Kelurahan Pahoman Kecamatan Enggal Kota

o SBK Riset Terapan Bidang Fokus Sosial Humaniora, Seni Budaya, Pendidikan Penelitian Lapangan Luar Negeri. 1

[r]

Metode yang digunakan dalam aplikasi ini adalah markerless augmented reality yang memungkinkan pengguna untuk memakai aplikasi tanpa harus menggunakan marker khusus