ABSTRAK
R. ASTI DWIJAYANTI. 0805643. Strategi Quantum Learning Dalam Upaya Meningkatkan Kemampuan Berbicara Siswa (Penelitian Tindakan Kelas terhadap Siswa Kelas VIII F SMPN 1
Karangtengah Kab. Garut).
Tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui kemampuan berbicara siswa dengan penerapan strategi quantum learning pada pembelajaran melakukan wawancara dengan narasumber pada siswa kelas VIII F SMPN 1 Karangtengah Kab. Garut. Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas (PTK) yang dilakukan di SMP Negeri 1 Karangtengah dengan subjek siswa kelas VIII F yang berjumlah 30 siswa. Adapun yang menjadi objek penelitian adalah pembelajaran berbicara yang termasuk dalam mata pelajaran Bahasa Indonesia. Proses penelitian ini dilaksanakan dalam dua siklus yang masing-masing siklus meliputi empat tahap, yaitu tahap perencanaan, tahap pelaksanaan, tahap observasi, serta tahap evaluasi dan refleksi. Tahap perencanaan tindakan meliputi (1) membuat skenario pembelajaran, (2) mempersiapkan sarana pembelajaran, (3) mempersiapkan instrumen penilaian, dan (4) mengajukan solusi alternatif berupa penerapan strategi
quantum learning dalam pembelajaran berbicara. Pada tahap pelaksanaan peneliti
ABSTRAK
R. ASTI DWIJAYANTI. 0805643. Quantum Learning Strategy In Effort to Improve Speaking Skills Students
(Classroom Action Research to Grade VIII F SMPN1 Karangtengah Kab. Garut)
1
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Bahasa adalah sebuah alat komunikasi. Tarigan (2008 : 11) menjelaskan,
bahwa komunikasi atau speech acts dipergunakan secara sistematis untuk
menyelesaikan atau mencapai maksud tertentu. Artinya, komunikasi merupakan
elemen penting bagi manusia sebagai makhluk sosial yang mendirikan hubungan
mental dan emosional dengan anggota-anggota lainnya. Hal ini menjadi penting
bahkan sangat urgen karena tak dapat dipungkiri bahwa dalam kehidupan ini sebagai
manusia normal kita tidak mungkin lari dari kenyataan, bahwa kita dalam berinteraksi
dengan sesama manusia harus menggunakan suatu bentuk atau cara yang disebut
komunikasi, khususnya bahasa verbal atau lisan.
Keraf (1984 : 3) mengemukakan bahwa sebagai suatu alat komunikasi, bahasa
mempunyai beberapa fungsi, yaitu (1) untuk menyatakan ekspresi diri; (2) sebagai
alat komunikasi; (3) alat untuk mengadakan integrasi dan adaptasi; (4) sebagai alat
untuk mengadakan kontrol sosial.
Dalam bahasa Indonesia terdapat empat keterampilan yang tidak dapat
dipisahkan dan sudah menjadi satu kesatuan utuh, yaitu keterampilan menyimak,
keterampilan berbicara, keterampilan membaca, dan keterampilan menulis. Dalam
2
Mengapa berbicara? karena pada dasarnya keterampilan berbicara harus dimiliki
oleh semua orang yang di dalam kegiatannya membutuhkan komunikasi, baik yang
sifatnya satu arah maupun yang timbal balik ataupun keduanya. Seseorang yang
memiliki keterampilan berbicara yang baik, akan memiliki kemudahan di dalam
pergaulan, baik di rumah, di kantor, maupun di tempat lain. Dengan keterampilannya
segala pesan yang disampaikannya akan mudah dicerna sehingga komunikasi dapat
berjalan lancar dengan siapa saja.
Berdasarkan riset yang telah dilakukan di sekolah-sekolah terutama di
SMPN 1 Karangtengah Kab. Garut, terdapat beberapa fakta di lapangan, bahwa
kemampuan berbicara siswa di dalam kelas masih sangatlah rendah. Dalam penelitian
ini penulis memfokuskan pada materi berbicara, yaitu wawancara dengan
mengangkat judul “ Strategi Quantum Learning Dalam Upaya Meningkatkan
Kemampuan Berbicara Siswa (Penelitian Tindakan Kelas terhadap Siswa Kelas
VIII F SMPN 1 Karangtengah Kab. Garut)”. Dari hasil wawancara yang
dilakukan oleh penulis kepada guru pengajar bahasa Indonesia terdapat fakta yang
sangat mengejutkan di lapangan, yaitu nilai bahasa Indonesia yang masih di bawah
nilai batas ketuntasan, yaitu yang seharusnya batas ketuntasan dengan nilai 70 tetapi
kebanyakan siswa, khususnya kelas VIII F mendapatkan nilai 55-60. Hal ini sangat
memprihatinkan bagi penulis sehingga penelitian ini perlu dilakukan oleh penulis.
Dengan adanya penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi yang baik
3
Penelitian yang sebelumnya pernah dilakukan oleh Jhon Bedi Adian dalam
skripsinya yang berjudul “ Strategi Pembelajaran Quantum Dalam Meningkatkan
Keterampilan Membaca Puisi Bagi Siswa Kelas X SMA Pariwisata Bandung“
menyatakan bahwa kendala dalam pembelajaran puisi adalah sulitnya memotivasi
siswa untuk membaca puisi. Hal ini disebabkan siswa merasa malu dan tidak percaya
diri untuk membacakan puisi serta sulitnya bagi siswa untuk memahami maksud isi
puisi tersebut, dan kurangnya kreativitas guru dalam mengajar bahasa Indonesia
menjadi salah satu pemicu bagi siswa untuk tidak menyukai pembelajaran bahasa
Indonesia.
Efi Nuryani dalam skripsinya yang berjudul “ Peningkatan Keterampilan
Menulis Karangan Deskripsi Dengan Mengggunakan Teknik Ka Ki Gaya Quantum
Learning“ menyatakan siswa umumnya mengalami kesulitan menulis dan pada
dasarnya kegiatan menulis tidak terlalu menarik bagi mereka. Guru tidak memiliki
cara lain untuk mengajarkan EYD. Fenomena ini memerlukan upaya untuk
meningkatkan kemampuan siswa dalam menulis dan kreativitas guru dalam
pengajarannya. Dibutuhkan sebuah metode yang tepat dalam pengajarannya
sehingga masalah seperti ini diharapkan tidak menjadi luas dan akan berulang sampai
murid melanjutkan ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi atau bahkan dalam
pemakaian kehidupan masyarakat sehari-harinya, yang lebih ditakutkan kualitas
pembelajaran bahasa Indonesia akan semakin menurun atau bahkan kita menjadi
4
Guru sebagai salah satu unsur dalam proses belajar mengajar memiliki multi
peran, tidak terbatas hanya sebagai “pengajar” yang melakukan transfer pengetahuan,
tetapi juga sebagai pembimbing yang mendorong potensi, mengembangkan alternatif
dan memobilisasi siswa dalam belajar. Artinya, guru memiliki tugas dan tanggung
jawab yang kompleks terhadap pencapaian tujuan pendidikan, di mana guru tidak
hanya dituntut untuk menguasai ilmu yang akan diajarkan dan memiliki
seperangkat pengetahuan serta keterampilan teknis mengajar, namun juga dituntut
untuk menampilkan kepribadian yang mampu menjadi teladan bagi siswa (Riduwan
2006 : 19).
Selain peranan guru yang menentukan keberhasilan siswa dalam mencapai
tujuan pembelajaran, partisipasi siswa yang turut andil pun menjadi faktor utama
yang dapat menentukan keberhasilannya dalam proses belajar mengajar. Namun,
kesadaran siswa atas keterlibatan dirinya dalam proses belajar mengajar masih sangat
rendah sehingga membuat guru harus bekerja lebih keras untuk memberikan motivasi
kepada siswa terutama dalam keterampilan berbicara. Tidak sedikit dari siswa takut
untuk berbicara mengungkapkan pendapatnya. Kebanyakan dari mereka masih
beranggapan bahwa memberi tanggapan atau berbicara di depan kelas itu sesuatu
yang ditakutkan. Rasa takut salah dan malu biasanya menjadi faktor utama yang
membuat para siswa enggan untuk berbicara di depan kelas.
Berkaitan dengan hal itu, guru dituntut untuk kreatif dalam mencari model
5
memecahkan masalah dalam proses belajar mengajar. Peranan guru dalam
menentukan strategi pembelajaran di kelas sangat menentukan suasana kesuksesan
kegiatan proses belajar mengajar. Oleh karena itu, guru akan berusaha untuk mencari
strategi pembelajaran yang tidak monoton sehingga dapat mencapai tujuan
pembelajaran. Salah satu strategi pembelajaran yang dapat digunakan untuk
meningkatkan keterampilan berbicara siswa, yaitu strategi pembelajaran quantum
learning. Strategi pembelajaran quantum learning merupakan cara baru yang
memudahkan proses belajar, yang memadukan unsur seni dan pencapaian yang
terarah untuk segala mata pelajaran.
Pembelajaran quantum learning adalah pengubahan belajar yang meriah
dengan segala nuansanya, yang menyertakan segala kaitan interaksi dan perbedaan
yang memaksimalkan model belajar serta berfokus pada hubungan dinamis dalam
lingkungan kelas interaksi yang mendirikan landasan dalam kerangka untuk belajar.
Dengan demikian, hasil pembelajaran diharapkan lebih bermakna bagi siswa. Proses
pembelaajaaran berlangsung alamiah dalam bentuk kegiatan siswa. Strategi
pembelajaran quantum learning ini menawarkan strategi pembelajaran yang
memungkinkan peserta didik lebih aktif dan kreatif (Deporter, 2001).
Penelitian yang penulis lakukan menggunakan metode quantum learning
karena di dalam metode ini guru dan siswa dituntut untuk menciptakan suasana
kondusif, kohesif, dinamis, interaktif, partisipatif, dan saling menghargai sehingga
6
quantum adalah semua berbicara makna, tujuan, konsep harus dialami, setiap usaha
diberikan reward (Nuryati dalam Pravina 2010 : 3).
Strategi quantum learning ini akan membawa siswa pada perubahan yang
lebih baik. Perubahan ke arah perbaikan adalah tuntutan alamiah yang menjadi
kebutuhan setiap individu dalam setiap kehidupan. Di dalam proses belajar mengajar
penciptaan suasana kondusif perlu dilakukan karena unsur rasa dalam berpikir selau
turut serta dan tak bisa dipisahkan. Oleh karena itu, penciptaan suasana kondusif
perlu dilakukan sehingga dalam belajar siswa tidak lagi merasa cemas, tidak lagi
takut dalam berpartisipasi, tidak lagi merasakan menjadi sebuah kewajiban,
melainkan menjadi kesadaran dan kebutuhan, dalam suasana perasaan nyaman dan
menyenangkan. Salah satu cara untuk menciptakan suasana perasaan yang nyaman
dan menyenangkan serta terhindar dari kebiasaan adalah dengan memahami dan
melaksanakan model belajar yang dilakukan siswa, komunaksi yang baik dan efektif,
dan strategi pembelajaran yang tepat dan inovatif.
Manfaatnya adalah dapat meningkatkan antusias dan kreatifitas siswa dalam
pembelajaran karena siswa dituntut untuk berkomunikasi secara aktif dan kreatif
sehingga menumbuhkan rasa kepercayaan diri pada siswa dan kegiatan belajar
mengajar tidak menjadi monoton.
Apabila masalah ini terus diabaikan kemungkinan besar dunia pendidikan
tidak akan pernah mengalami perubahan ke arah yang lebih baik. Oleh karena itu
7
Berbicara Siswa (Penelitian Tindakan Kelas terhadap Siswa Kelas VIII F SMPN 1
Karangtengah Kab. Garut) “ perlu dilakukan demi kemajuan dan pengembangan
dunia pendidikan yang lebih baik.
1.2 Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, terdapat beberapa hal yang dapat
diidentifikasi untuk diteliti. Beberapa hal tersebut di antaranya sebagai berikut.
1) Keterlibatan siswa dalam pembelajaran keterampilan berbicara masih rendah.
2) Kurangnya penguasaan materi, rasa malu, takut, tidak percaya diri, serta
keberanian yang dimiliki siswa dalam melakukan wawancara dengan narasumber.
3) Perlunya suatu metode pembelajaran yang inovatif sebagai alternatif dalam
meningkatkan pembelajaran berbicara pada siswa.
1.3 Batasan Masalah
Banyaknya faktor yang menyebabkan kurangnya keberhasilan siswa dan
keterbatasan penulis dalam melakukan penelitian. Maka untuk mendapatkan hasil
penelitian yang baik penulis membuat batasan masalah sebagai berikut.
8
2) Kompetensi yang dikembangkan adalah kemampuan berbicara siswa dalam
melakukan wawancara dengan narasumber.
1.4 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, beberapa rumusan yang menjadi masalah
penelitian adalah :
1) Bagaimanakah perencanaan strategi quantum learning pada keterampilan
berbicara dalam melakukan wawancara dengan narasumber pada siswa kelas
VIII F SMPN 1 Karangtengah Kab. Garut?
2) Bagaimanakah pelaksanaan strategi pembelajaran quantum learning pada
keterampilan berbicara dalam melakukan wawancara dengan narasumber pada
siswa kelas VIII F SMPN 1 Karangtengah Kab. Garut?
3) Bagaimanakah hasil pembelajaran berbicara dengan menggunakan strategi
pembelajaran quantum learning dalam melakukan wawancara dengan narasumber
pada siswa kelas VIII F SMPN 1 Karangtengah Kab. Garut?
1.5 Tujuan Penelitian dan Manfaat Penelitian
1.5.1 Tujuan Penelitian
Secara umum, tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui kemampuan
9
melakukan wawancara dengan narasumber pada siswa kelas VIII F SMPN 1
Karangtengah Kabupaten Garut.
1.5.2 Manfaat Penelitian
Manfaat penelitian ada dua, yaitu:
1) Manfaat teoretis
Penelitian ini memberikan kontribusi terhadap pelaksanaan pembelajaran di
bidang ilmu pendidikan, khususnya mata pelajaran bahasa Indonesia dalam hal
pembelajaran melakukan wawancara dengan narasumber dengan menggunakan
strategi quantum learning.
2) Manfaat praktis dalam penelitian ini
a. Bagi Peneliti
Bagi peneliti kegiatan penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan dan
wawasan penulis sebagai calon guru bahasa dan sastra Indonesia, serta dapat
menciptakan suatu pembelajarana yang bervariasi dalam pembelajaran
keterampilan berbicara dengan menggunakan strategi pembelajaran quantum
learning.
b. Bagi Guru
Penelitian ini membantu guru dalam mencapai tujuan yang tertera dalam
kurikulum pendidikan, di mana siswa dapat berkomunikasi dengan baik dan dapat
10
tidak lagi melibatkan peran guru yang dominan dalam proses pembelajaran tetapi
siswapun ikut terlibat di dalamnya sehingga sekaligus melatih siswa untuk berani
berbicara di depan umum.
1.6 Anggapan Dasar
Anggapan dasar merupakan suatu kebenaran yang tidak memerlukan
penyajian lagi, sekurang-kurangnya bagi peneliti pada waktu itu. Ada beberapa
anggapan dasar yang penulis rumuskan.
1) Berani berbicara atau melakukan wawancara dengan narasumber merupakan salah
satu hal yang dapat diteladani yang merupakan suatu kompetensi yang perlu
diajarkan kepada siswa kelas VIII SMP.
2) Metode pembelajaran merupakan salah satu faktor yang memengaruhi
keberhasilan suatu pembelajaran.
3) Strategi quantum learning merupakan strategi yang dapat memudahkan siswa
untuk berani melakukan wawancara dengan narasumber secara baik dalam
penggunaan bahasa dan etika berbahasa dalam berbicara sehingga menimbulkan
rasa percaya diri pada siswa dalam berbicara di depan umum.
1.7.Definisi Operasional
Agar tidak terjadi kesalahpahaman dalam mendefinisikan penelitian ini, maka
11
1) Strategi pembelajaran quantum learning merupakan cara baru yang memudahkan
proses belajar, yang memadukan unsur seni dan pencapaian yang terarah untuk
segala mata pelajaran. Pembelajaran quantum learning adalah pengubahan belajar
yang meriah dengan segala nuansanya, yang menyertakan segala kaitan interaksi
dan perbedaan yang memaksimalkan model belajar serta berfokus pada hubungan
dinamis dalam lingkungan kelas interaksi yang mendirikan landasan dalam
kerangka untuk belajar.
2) Keterampilan berbicara adalah kemampuan mengucapkan bunyi-bunyi untuk
menyampaikan ide, pikiran, perasaan dan gaagasan dengan tujuan untuk
53
BAB 3
METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Metode Penelitian
Sesuai dengan hakikatnya, penelitian tindakan kelas merupakan upaya
yang dimaksudkan untuk meningkatkan profesionalisme guru untuk menjadi
pelaku yang menentukan dalam proses pembaharuan dan perbaikan pembelajaran
yang dilakukan secara terus-menerus. Menurut Arikunto (2008:129), penelitian
tindakan adalah penelitian tentang hal-hal yang terjadi di masyarakat atau
kelompok sasaran, dan hasilnya langsung dapat dikenakan pada masyarakat yang
bersangkutan. PTK merupakan suatu kajian yang bersifat reflektif dari pelaku
penelitian. PTK dilakukan dalam suatu situasi sosial (termasuk di dalamnya
situasi pendidikan) untuk memantapkan alasan dan ketepatan dari (a) praktik
pembelajaran pelaku penelitian (guru), (b) pemahaman terhadap praktik tersebut,
dan (c) situasi praktik tersebut dilakukan.
Dengan pengertian di atas, jelaslah bahwa PTK merupakan suatu
penelitian yang dilakukan karena adanya kebutuhan pada saat ini, suatu situasi
yang memerlukan penanganan langsung dari pihak yang bertanggung jawab atas
penanganan situasi tersebut (guru).
Tujuan utama penelitian tindakan kelas adalah selain untuk memecahkan
permasalahan kongkret di kelas yang dialami langsung oleh guru dan siswa, juga
untuk mendorong tumbuhnya budaya akademis dan menigkatkan profesionalisme
54
2008:3). Oleh karena itu, fokus penelitian tindakan kelas adalah terletak pada
tindakan-tindakan alternatif itu dapat memecahkan persoalan proses pembelajaran
yang dihadapi guru. Bila tujuan tersebut tercapai, maka sesungguhnya telah
tercapai pula tujuan pengiring ialah berupa terjadinya proses latihan dalam jabatan
selama proses penelitian tindakan kelas itu berlangsung. Secara khusus tujuan
utama PTK adalah memperbaiki praktek pendidikan dan bukan menghasilkan
ilmu baru Elliot (dalam Resmini, 2007:405).
Dalam pelaksanaan PTK, siswa bukan hanya diajarkan seperti biasa dan
mengarjakan LKS yang intinya mengerjakan soal-soal setelah memperlajari
ringkasan, tetapi harus melakukan suatu tindakan. Siswa harus aktif bekerja
melakukan sesuatu yang diarahkan oleh guru. Ketika sampai saat refleksi, siswa
diajak diskusi, ditanya tentang pembelajaran yang mereka alami. Dari hasil
refleksi itulah guru mengadakan perbaikan untuk perencanaan siklus kedua.
Sekali lagi, jadi inti PTK adalah keaktifan siswa karena dalam pembelajaran siswa
yang diutamakan. (Arikunto 2008:137).
Menurut kutipan di atas, bahwa pelaksanaan PTK itu berbeda dengan
kegiatan belajar mengajar seperti biasa. Dalam PTK ada suatu refleksi untuk
perbaikan pembelajaran yang telah dilaksanakan. Model PTK yang digunakan
dalam penelitian ini adalah model John Eliot, model ini menggambarkan adanya
langkah dan pengulangan yang menekankan pada siklus atau putaran kegiatan
yang terdiri dari perencanaan, pelaksanaan, observasi, dan refleksi, model ini juga
55
Gambar 3.1. Penelitian Tindakan Kelas Model John Eliot
Bentuk penelitian tindakan kelas yang penulis gunakan adalah penelitian
tindakak kelas yang bersifat guru sebagai peneliti. Hal ini sesuai dengan pendapat
Kasbolah, yang menyatakan bahwa: Bentuk tindakan kelas yang memandang guru
sebagai peneliti memilki ciri penting, yaitu sangat berperannya guru itu sendiri
dalam proses penelitian tindakan kelas. Dalam bentuk ini tujuan utama penelitian
PELAKSANAAN
PERENCANAAN PENGAMATAN
PELAKSANAAN
PENGAMATAN PERENCANAAN
REFLEKSI REFLEKSI SIKLUS 1
SIKLUS 2 SIKLUS 1
PELAKSANAAN
SIKLUS 3
PERENCANAAN PENGAMATAN
56
tindakan kelas ialah untuk meningkatkan praktek-praktek pembelajaran di kelas
tempat guru terlihat secara penuh dalam proses perencanaan, tindakan, observasi,
dan refleksi.
Penulis mengambil penelitian ini kerena guru sebagai peneliti dan
memiliki ciri yang penting yaitu berperannya guru itu sendiri dalam proses
penelitian tindakan kelas. Dalam hal ini guru mencari masalah sendiri dan untuk
dipecahkan sendiri melalui penelitian tindakan kelas. Jika peneliti melibatkan
pihak lain, maka berperan untuk membantu. Keterlibatan pihak lain hanya
sebagai tempat konsultasi atau konsultatif dalam mencari dan memperjelas
permasalahan-permasalahan yang dihadapi guru, jika layak dipecahkan melalui
penelitian tersebut. Sehingga guru sebagai peneliti dan juga sebagai pelaksana.
3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian
3.2.1 Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di Kelas VIII F SMP Negeri 1 Karangtengah
Kabupaten Garut.
3.2.2 Waktu Penelitian
Penelitian dilaksanakan mulai tanggal dengan rincian jadwal sebagai
berikut.
Tabel 3.1. Jadwal Penelitian
No Hari, Tanggal Kegiatan Pembelajaran
1. Senin, 9 September 2013
Siklus I 2. Selasa, 10 September 2013
57
4. Selasa, 17 September 2014
Karena penelitian tindakan kelas yang dilakukan peneliti mempunyai
tujuan untuk memperbaiki proses dan hasil belajar siswa, maka kegiatan
penelitian ini dilakukan dalam beberapa siklus.
3.3 Subjek Penelitian
Penelitian ini dilakukan pada mata pelajaran bahasa Indonesia. Subjek
penelitian yang diambil adalah siswa kelas VIII F SMPN 1 Karangtengah
Kabupaten Garut Tahun Ajaran 2013/2014, dengan jumlah siswa 30 siswa yang
terdiri dari 16 siswa laki-laki dan14 siswa perempuan. Alasan peneliti memilih
kelas VIII F sebagai subjek penelitian karena menurut peneliti kelas ini perlu
dilakukan inovasi pembelajaran dalam pelajaran bahasa Indonesia dengan harapan
siswa akan termotivasi untuk belajar sehingga akan berdampak positif bagi
peningkatan hasil belajar siswa. Pelaksanaan disesuaikan dengan jadwal pelajaran
yang ada di kelas VIII F.
3.4 Teknik Pengumpulan Data
3.4.1 Studi Pendahuluan
Studi pendahuluan dalam penelitian ini dilakukan dalam dua tahap.Tahap
pertama adalah wawancara dengan guru mata pelajaran bahasa Indonesia dan
siswa kelas VIII F SMPN 1 Karangtengah Kab. Garut. Tahap kedua adalah
58
mengetahui kemampuan berbicara siswa. Wawancara dilakukan untuk
mengetahui bagaimana kondisi konkret pembelajaran bahasa Indonesia
khususnya pembelajaran berbicara di kelas VIII F SMPN 1 Karangtengah
Kabupaten Garut.
3.4.2 Pelaksanaan Penelitian Tindakan Kelas
Berikut ini diuraikan tahapan penelitian tindakan kelas pada tiap siklus.
a. Perencanaan
Perencanaan pada siklus I didasari atas permasalahan-permasalahan yang
penulis dapatkan dari studi pendahuluan. Kemudian, penulis melakukan tahapan:
(1) menganalisis berbagai alternatif pemecahan-pemecahan masalah yang sesuai
dengan kondisi pembelajaran; (2) menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran
(RPP) dengan memerhatikan indikator-indikator hasil belajar sesuai dengan
SKKD dalam Standar Isi; (3) menyiapkan materi, alat peraga, atau media
pembelajaran yang menunjang pembelajaran; (4) merencanakan tindakan dengan
media pembelajaran yang sesuai; (5) menyusun alat evaluasi pembelajaran sesuai
dengan indikator hasil belajar.
b. Pelaksanaan Tindakan
Tindakan yang penulis lakukan selanjutnya adalah mengimplementasikan
tindakan perlakuan pada siswa. Perlakuan tersebut berupa pembelajaran berbicara
dengan kompetensi dasar melakukan wawancara dengan narasumber. Penulis
melaksanakan pembelajaran sesuai dengan Rencana Pelaksanaan
Pembelajaran(RPP) yang telah disiapkan dalam tahap perencanaan.
59
Secara umum, observasi adalah upaya merekam segala peristiwa dan
kegiatan yang terjadi selama tindakan perbaikan itu berlangsung, dengan atau
tanpa bantuan alat. Observasi yang dilakukan oleh penulis berupa observasi
terbuka yaitu observasi untuk mencatat hal-hal yang berlangsung selama
pembelajaran membaca pemahaman di kelas. Observasi dilakukan dengan
mengamati perilaku siswa dan guru secara langsung dengan tujuan memperoleh
gambaran mengenai aktivitas siswa dan guru. Observasi yang dilakukan dalam
upaya pengumpulan data. Untuk melaksanakan pengamatan tersebut penulis
dibantu oleh observer selama proses pembelajaran berlangsung. Hasil dari
observasi tersebut didiskusikan secara kolaboratif bersama guru bidang studi,
yang dijadikan bahan pertimbangan dan penilaian menuju tahapan berikutnya.
d. Analisis dan Refleksi
Pada tahap ini penulis menganalisis berbagai kendala yang mengacu pada
data hasil observasi dan tindakan yang telah dilakukan pada tahapan sebelumnya.
Selanjutnya penulis melakukan refleksi terhadap kekurangan-kekurangan tersebut
sebagai bahan pertimbangan untuk menentukan rencana tindakan yang harus
dilaksanakan selanjutnya.
3.5 Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian adalah alat atau fasilitas yang digunakan oleh penulis
dalam mengumpulkan data agar pekerjaannya lebih mudah dan hasilnya lebih
baik, dalam arti lebih cermat, lengkap, sistematis sehingga lebih mudah diolah
60
aktivitas guru dan siswa, penulis berkolaborasi dengan guru kelas VII, VIII, dan
IX. Instrumen perlakuan yang penulis gunakan dalam penelitian ini adalah
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP). Adapun instrumen pelengkap yang
penulis gunakan sebagai berikut.
3.5.1 Angket
Angket dalam penelitian ini adalah angket untuk mengetahui ketertarikan
siswa selama penelitian berlangsung. Jenis angket yang penulis gunakan berupa
angket tertutup. Angket yang dimaksud berupa daftar pertanyaan tertulis
mengenai masalah-masalah yang diteliti oleh penulis yang bertujuan untuk
mengetahui sejauh mana respon atau sikap siswa terhadap pembelajaran berbicara
dalam melakukan wawancara sebelum dan sesudah diberi tindakan.
Angket Siswa
A.Petunjuk Pengisian
1. Jawablah pertanyaan dengan memilih jawabaaan sesuai dengan keaadan
yang Anda alami dan rasakan.
2. Jawaban yang anda pilih tidak berakibat pada nilai anda untuk mata
pelajaran ini
3. Pertanyaan dan jawaban yang anda berikan semata-mata untuk penelitian
yang bertujuan untuk meningkatkan proses KBM
B.Daftar Pertanyaan
1. Apakah guru mata pelajaran Bahasa Indonesia anda menggunakan beragam
metode dalam mengajar keterampilan berbicara Bahasa Indonesia ?
61
b. Sering d. Tidak Pernah
2. Apakah anda merasa jenuh dengan jika metode yang digunakan guru
bersifat monoton (tidak berubah/tidak ganti)?
a. Sangat jenuh c. Cukup jenuh
b. Biasa d. Tidak pernah
3. Apakah guru anda menggunakan media pembelajaran dalam mengajar
keterampilan berbicara Bahasa Indonesia ?
a. Selalu c. Jarang
b. Sering d. Tidak pernah
4. Apakah anda menemukan kemudahan dalam belajar ketika guru anda
menggunakan media pembelajaran ?
a. Selalu c. Jarang
b. Sering d. Tidak prnah
5. Apakah anda punya motivasi yang tinggi untuk belajar berbicara Bahasa
Indonesia ?
a. Selalu c. Jarang
b. Sering d. Tidak pernah
6. Apakah anda bertanya pada teman atau guru jika menemukan kesulitan
dalam berbicara Bahasa Indonesia yang baik dan benar ?
a. Selalu c. Jarang
b. Sering d. Tidak pernah
7. Dalam mengikuti pelajaran berbicara Bahasa Indonesia, apakah anda
62
a. Selalu c. Jarang
b. Sering d. Tidak Pernah
8. Apakah metode yang digunakan guru selama ini dapat membantu
kelancaran anda dalam proses kegiatan belajar mengajar?
a. Sangat c. Jarang
b. Sering d. Tidak pernah
9. Apakah selalu menggunakan Bahasa Indonesia pada saat KBM
berlangsung ?
a. Selalu c. Jarang
b. Sering d. Tidak pernah
10.Seberapa besar keberanian anda dalam belajar Bahasa Indonesia khususnya
dalam keterampilan berbicara ?
a. Sangat c. Biasa
b. Sedang d. Tidak tahu
3.5.2 Wawancara
Wawancara yang penulis lakukan adalah wawancara semi tertsruktur,
yaitu bentuk wawancara yang pertanyaannya sudah dipersiapkan terlebih dahulu,
kemudian satu persatu diperdalam dalam mengorek keterangan lebih lanjut
(Arikunto, 2008: 202). Dalam penelitian ini, penulis menggunakan wawancara
sebagai instrumen untuk memperoleh data berupa kondisi konkret mengenai
pembelajaran berbicara dalam melakukan wawancara dengan narasumber di kelas
VIII F SMPN 1 Karangtengah Kab. Garut sebagai bahan studi pendahuluan.
63
a. Pedoman Wawancara Guru Mata Pelajaran
Data yang diambil dari guru mata pelajaran berupa (1) pengalaman guru
dalam mengajar bahasa Indonesia, (2) kemampuan siswa dalam pembelajaran
bahasa Indonesia, khususnya dalam berbicara dalam melakukan wawancara
dengan narasumber, (3) kemampuan siswa dalam pembelajaran berbicara dalam
melakukan wawancara dengan narasumber dengan menggunakan strategi
quantum learning yang dipakai guru, dan (4) kendala yang dihadapi guru ketika
mengajarkan pembelajaran berbicara dalam melakukan wawancara dengan
narasumber.
b. Pedoman Wawancara Siswa
Seperti yang telah dikatakan di atas bahwa untuk mengetahui kondisi
konkret pembelajaran berbicara dalam melakukan wawancara dengan narasumber
di SMPN 1 Karangtengah Kab. Garut, penulis tidak hanya mewawancarai guru
melainkan juga siswa. Data yang diambil dari siswa berupa (1) kemampuan siswa
terhadap pembelajaran bahasa Indonesia, (2) kemampuan siswa terhadap
pembelajaran berbicara melakukan wawancara dengan narasumber, (3) kendala
yang dihadapi siswa dalam berbicara melakukan wawancara dengan narasumber,
dan (4) keinginan siswa dalam pembelajaran bahasa Indonesia, khususnya dalam
pembelajaran berbicara melakukan wawancara dengan narasumber.
3.5.3 Lembar Observasi
64
Lembar observasi merupakan alat pengamatan yang digunakan untuk
melihat aktivitas guru dan siswa selama pembelajaran berlangsung. Lembar
observasi ini digunakan sebagai bahan refleksi pembelajaran berikutnya. Berikut
format lembar obervasi aktivitas guru.
Tabel 3.2
LEMBAR OBSERVASI AKTIVITAS GURU
No Penampilan Mengajar Nilai
0 1 2 4 5 1. Kemampuan membuka pelajaran
a. Menarik perhatian siswa. b. Memotivasi siswa. c. Mengadakan apersepsi.
d. Member acuan materi yang akan diajarkan. 2. Sikap guru kelas dalam proses pembelajaran
a. Kejelasan suara dalam komunikasi dengan siswa b. Tidak melakukan gerakan dan/atau ungkapan
yang mengganggu perhatian siswa. c. Antusiasme mimik dalam penampilan. d. Mobilitas posisi tempat dalam kelas. 3. Implementasi materi pembelajarann
a. Kejelasan menghubungkan materi pembelajaran berbicara dalam wawancara dengan narasumber. b. Kejelasan menerangkan materi berbicara dalam
wawancara dengan narasumber.
c. Kejelasan dalam memberikan contoh/ilustrasi sesuai dengan aspek kompetensi berbicara.
d. Mencerminkan penguasaan materi
4. Implementasi langkah-langkah pembelajaran
a. Penyajian materi membaca pemahaman dengan strategi quantum learning sesuai dengan langkah-langkah yang tertuang dalam RPP.
b. Proses pembelajaran mencerminkan komunikasi guru-siswa.
c. Antusias dalam menanggapi dan menggunakan respon dari siswa terhadap pembelajaran.
d. Cermat dalam memanfaatkan waktu. 5. Penggunaan media pembelajaran
a. Memerhatikan prinsip penggunaan media b. Pengunaan media sesuai dengan bahan ajar
65
pembelajaran 6. Evaluasi
a. Melakukan evaluasi sesuai dengan RPP
b. Lembar Observasi Aktivitas Siswa
Lembar aktivitas siswa ini digunakan untuk mengetahui dan memantau
respon atau reaksi siswa dalam pembelajaran berbicara dalam melakukan
wawancara dengan narasumber yang dilakukan siswa dengan menggunakan
strategi quantum learning. Observasi meliputi minat, perhatian, partisipasi, dan
kegiatan lain yang dilakukan siswa selama kegiatan belajar mengajar berlangsung,
kemudian lembar aktivitas siswa tersebut digunakan sebagai bahan refleksi
terhadap pembelajaran. Berikut format lembar observasi aktivitas siswa.
Tabel 3.3
FORMAT OBSERVASI AKTIVITAS SISWA
NO HAL YANG DIAMATI JUMLAH %
1. Antusias siswa dalam mengikuti pelajaran
2. Keseriusan siswa dalam memerhatikan penjelasan guru
3. Keberanian siswa dalam
mengemukakan pendapat
4. Keberanian siswa dalam menjawab pertanyaan guru
5. Bekerjasama dengan siswa lain
6. Keseriusan siswa dalam mengerjakan tugas yang diberikan guru
7. Mencatat materi yang dianggap penting
8. Keikutsertaan siswa mengikuti pembelajaran sampai akhir
66
Catatan lapangan adalah catatan yang dibuat oleh mitra penulis yang
melakukan pengamatan atau observasi terhadap subjek atau objek penelitian
tindakan kelas. Catatan lapangan dimaksudkan untuk mengungkapkan
temuan-temuan selama proses pembelajaran berlangsung sebagai bahan refleksi untuk
tindakan selanjutnya. Berikut format catatan lapangannya.
Tabel 3.4 Catatan Lapangan
Siklus ke- : Hari, tanggal :
Catatan Lapangan Kendala/Kesulitan Solusi/Saran
3.5.6 Lembar Kemampuan Berbicara Siswa dalam Melakukan Wawancara
dengan Narasumber
Untuk mengetahui tingkat kemampuan berbicara siswa dalam melakukan
wawancara dengan strategi quantum learning, penulis memberi tugas kepada
siswa secara berkelompok, siswa mengamati contoh berwawancara, berdiskusi
dengan tema yang sudah ditentukan oleh penulis, kemudian dipresentasikan di
depan kelas. Penilaian dilakukan secara individual terhadap kemampuan berbicara
siswa dalam melakukan wawancara dengan narasumber, dengan kriteria penilaian
67
3.6 Teknik Pengolahan Data
Pengolahan data dimulai dengan menganalisis seluruh data yang didapat
dari berbagai sumber, yaitu angket siswa, wawancara (siswa dan guru), lembar
observasi guru, lembar observasi siswa, jurnal siswa, dan tes kemampuan
berbicara siswa dalam melakukan wawancara. Data tersebut kemudian
dikategorisasikan. Data kuantitatif maupun data kualitatif terlebih dahulu
dianalisis kemudian dideskripsikan. Setelah dianalisis dan dideskripsikan langkah
selanjutnya direfleksikan untuk memperoleh sebuah simpulan.
3.6.1 Interpretasi data
Semua data yang diperoleh dikategorisasikan berdasarkan tujuan
penelitian. Langkah selanjutnya adalah penulis menginterpretasikan data yang
telah dikumpulkan. Berikut pemaparan hal-hal yang dilakukan oleh penulis.
a. Mendeskripsikan perencanaan pelaksanaan tindakan pada tiap siklus. Hal-hal
yang dideskripsikan adalah sebagai berikut.
1) mengidentifikasi permasalahan menyangkut bahan ajar, media, teknik,
aktivitas guru dan siswa, evaluasi, kondisi kelas, dan minat siswa terhadap
pembelajaran berbicara dalam melakukan wawancara dengan strategi
quantum learning.
2) menyusun komponen pembelajaran meliputi pengembangan bahan ajar,
media, dan evaluasi pembelajaran.
b. Mendeskripsikan pelaksanaan tindakan pada tiap siklus. Hal-hal yang
68
1) memberikan gambaran umum pembelajaran, mulai dari awal hingga akhir
pembelajaran.
2) mengidentifikasi temuan-temuan dari tiap siklus.
c. Menganalisis data dari hasil penelitian.
1) Menganalisis hasil pengamatan aktivitas siswa
Menurut Nuryanti (2009: 32), setiap kategori dikelompokkan dalam
klasifikasi interprestasi. Berikut pengklasifikasian hasil pengamatan
aktivitas siswa.
Tabel 3.5.
Interpretasi Perhitungan Persentase
Besar Presentase Interpretasi
0% Tidak ada
1% - 25% Sebagian kecil
26% - 49% Hampir setengahnya
50% Setengahnya
51% - 75% Sebagian besar
76% - 99% Pada umumnya
100% seluruhnya
Setelah mengklasifikasikan hasil pengamatan aktivitas siswa, penulis
menghitung persentase aktivitas siswa untuk setiap aktivitas tindakan dari
tiga observer dengan rumus sebagai berikut.
Keterangan:
01 = persentase yang diberikan observer pertama
02 = persentase yang diberikan observer kedua
69
Persentase akhir aktivitas siswa adalah:
2) Menganalisis hasil pengamatan aktivitas guru
Data hasil pengamatan aktivitas guru dianalisis berdasarkan pencapaian
skala penilaian setiap aspek yang diberikan ketiga observer. Hasil analisis
ini digunakan sebagai refleksi tindakan pada siklus berikutnya.
Keterangan:
NA1= nilai yang diberikan pengamat pertama untuk satu aspek
NA2= nilai yang diberikan pengamat kedua untuk satu aspek
NA3= nilai yang diberikan pengamat kedua untuk satu aspek
3) Menganalisis jurnal siswa
Keterangan:
PKS01 = presentasi komentar siklus I
PKS02 = presentasi komentar siklus II
70
3.6.2 Kriterian Penilaian Kemampuan Berbicara Melakukan Wawancara
dengan Narasumber
Pengolahan data merupakan langkah terakhir dalam penelitian tindakan
kelas. Untuk mengolah data kuantitatif, penulis menggunakan statistik sederhana
[image:31.595.112.513.380.466.2]sebagai berikut :
Tabel 3.6.
Rubrik Pengamatan Penilaian Keterampilan Berbicara
No Nama Siswa Aspek penilaian Skor
1 2 3 4
Diadopsi dari Burhan Nurgiyantoro (2001: 284-287)
Keterangan:
1. Intonasi
Kemampuan menerapkan intonasi (naik dan turunnya suara, serta
ketepatan penekanaaannn suku kata) dengan benar dapat dinilai dengan indikator
di bawah ini.
a. Siswa dalam berbicara tidak terjadi salah penekanan kosakata yang mencolok,
mendekati ucapan standar = 5.
b. Siswa dalam berbicara intonasinya tepat dan tidak menyebabkan
71
c. Siswa dalam berbicara penekanan kosakatanya sering salah/kurang tepat = 3.
d. Siswa dalam berbicara sering terjadi kesalahan besar dan aksen kuat
yang menyulitkan pemahaman, menghendaki untuk selalu diulang = 2.
e. Siswa dalam berbicara intonasi/penekanannya banyak yang tidak tepat sering
tidak dapat dipahami = 1.
2. Pilihan Kata
Kemampuan memilih kata dengan tepat dapat dinilai dengan indikator di
bawah ini.
a. Siswa mampu memilih kata-kata dan ungkapan yang baik dan tepat = 5.
b. Siswa terkadang menggunakan kata-kata yang tidak tepat = 4.
c. Siswa sering menggunakan kata yang salah sehingga pembicaraannya menjadi
terbatas karena kata-kata yang dipakai tidak tepat = 3.
d. Siswa salah menggunakan kata-kata dan masih terbatas sehingga
menyebabkan pembicaraannya sukar sekali untuk dipahami = 2.
e. Siswa menggunakan kata-kata yang sangat terbatas sehingga pembicaraannya
hampir tidak pernah dilakukan = 1.
3. Kelancaran
Kelancaran sewaktu berbicara dapat dinilai dengan indikator di bawah ini.
a. Siswa mampu berbicara dengan lancar sekali = 5.
b. Siswa tampak berbicara dengan kecepatan yang sedikit berkurang = 4.
c. Siswa tampak berkurang kecepatan dan kelancaran berbicaranya karena
72
d. Siswa sedikit ragu-ragu dalam berbicara, sering siswa terpaksa berdiam
diri karena penguasaan bahasanya terbatas (sering tersendat-sendat) = 2.
e. Siswa sering melakukan pemberhentian dalam berbicara dan pendek-pendek,
sehingga menyebabkan pembicaraannya benar-benar tidak berlangsung = 1.
4. Pemahaman
Kemampuan pemahaman terhadap isi dan maksud pembicaraan dapat
dinilai dengan indikator di bawah ini.
a. Siswa mampu memahami isi percakapan dan menguasai maksudnya = 5.
b. Siswa mampu memahami isi percakapan dengan baik = 4.
c. Siswa mampu memahami isi percakapan dalam kecepatan kurang dari normal,
dengan banyak pengulangan-pengulangan = 3.
d. Siswa kurang mampu memahami isi percakapan sehingga sulit berbicara = 2.
e. Siswa tidak mampu memahami isi percakapan sehingga tidak mampu
berbicara di depan kelas = 1.
Untuk mencari nilai dari setiap siswa dapat menggunakan teknik
penilaian sebagai berikut:
1. Nilai setiap unsur yang dinilai dalam berbicara berkisar antara 1 sampai dengan
5. Nilai 5 berarti baik sekali, nilai 4 berarti baik, nilai 3 berarti sedang, nilai 2
berarti kurang, dan nilai 1 berarti kurang sekali.
2. Jumlah skor atau total nilai diperoleh dari menjumlahkan nilai setiap unsur
penilaian yang diperoleh siswa.
73
4. Persentase keberhasilan pembelajaran berbicara dapat dihitung dengan
menggunakan rumus:
Pengumpulan data dilakukan pada setiap aktivitas sesuai dengan petunjuk
pelaksanaan penelitian tindakan kelas, Suyanto 1996 (Suryani, 2011). Pada
penelitian tahap pengumpulan data dilakukan pada saat:
1. Observasi awal dan identifikasi awal permasalahan.
2. Pelaksanaan, analisis dan refleksi tindakan pembelajaran siklus I.
3. Pelaksanaan, analisis dan refleksi tindakan pembelajaran siklus II.
4. Pelaksanaan, analisis dan refleksi tindakan pembelajaran siklus III.
5. Evaluasi terhadap pelaksanaan tindakan siklus I, siklus II dan siklus III.
6. Menganalisis peningkatan kemampuan berbicara dalam melakukan wawancara
dengan narasumber.
Dalam penelitian ini data berasal dari observasi dan tes kemampuan
berbicara terhadap pihak yang terkait langsung, dalam proses belajar mengajar.
Penyajian data dalam bentuk tes keterampilan berbicara. Sedangkan penarikan
kesimpulan dilaksanakan setiap siklus melalui diskusi bersama di kelas.
Berdasarkan analisis data kuantitatif di atas. Jika nilai siswa selalu meningkat
74
keterampilan berbicara siswa. Pembelajaran dengan menggunakan metode
quantum learning dapat menjadikan pembaharuan guru dalam menyampaikan
109
BAB 5
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan
1) terdapat peningkatan kualitas pembelajaran keterampilan berbicara, yaitu
peningkatan kualitas proses pembelajaran keterampilan berbicara tersebut
ditandai dengan meningkatnya (a) jumlah siswa yang aktif dalam mengikuti
pembelajaran berbicara, (b) jumlah siswa yang berani berbicara di depan
kelas, dan (c) jumlah siswa yang melakukan kerjasama dengan pasangannya,
2) peningkatan kualitas hasil pembelajaran ditandai dengan meningkatnya jumlah
siswa yang mencapai batas ketuntasan dalam keterampilan berbicara dengan
rata-rata ketuntasan mencapai KKM 70 dan persentase ketuntasan 75%.
3) hasil analisis pada siklus I sebanyak 53% atau 16 siswa dengan rata-rata
ketuntasan 68. Hasil tersebut belum memenuhi rata-rata kriteri ketuntasan
sebesar 70 dan persentase ketuntasan belum mencapai 75% sehingga
dilanjutka pada Siklus II. Pada siklus II sebanyak 77% atau 23 siswa dengan
rata ketuntasan 71. Hasil tersebut sudah memenuhi harapan, yaitu
rata-rata ketuntasan mencapai KKM 70 dan persentase ketuntasan di atas 75%.
Dengan demikian penggunaan strategi quantum learning dapat meningkatkan
kualitas hasil pembelajaran keterampilan berbicara pada siswa kelas VIII F
SMP Negeri 1 Karangtengah. Terbukti dengan meningkatnya hasil
110
5.2 Saran
Berdasarkan kesimpulan di atas, peneliti ingin menyampaikan beberapa
saran sebagai berikut:
1) Pembelajaran dengan strategi quantum learning dapat dijadikan salah satu
alternatif pendekatan pembelajaran untuk meningkatkan kemampuan berbicara
siswa.
2) Untuk meningkatkan kemampuan berbicara pada siswa diharapkan keterlibatan
seluruh siswa dalam pembelajaran berbicara.
3) Strategi quantum learning diharapkan dapat mendorong keberanian siswa
111
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, Suharsimi, Suhardjono dan Supardi. 2008. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Bumi Aksara.
Arsjad, Maidar G. dan Mukti U.S. 1988. Kemampuan Berbicara Bahasa
Indonesia. Jakarta: Penerbit Erlangga.
Baharuddin. 2010. Pendidikan dan Psikologi Perkembangan. Yogyakarta: Ar-Ruzz Media.
Depdiknas. 2003. Kurikulum 2004 Sekolah Menengah Pertama. Jakarta: Dirjen Pendidikan Dasar dan Menengah Direktorat Pendidikan Lanjutan Pertama.
________. 2006. Sari Penelitian Pembelajaran Hibah PTK dan PPKP Tahun
2005. Jakarta: Depdiknas Dirjen Dikti Direktorat Ketenagaan.
________. 2005. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.
DePorter, Bobbi dan Hernacky, Mike .2004. Quantum Learning :Membiasakan
Belajar Nyaman dan Menyenangkan. Bandung: PT. Mizan Pustaka.
Djamarah, Syaiful Bahri dan Aswan Zain. 2006. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Rinekacipta.
Hamalik, Oemar. 2004. Psikologi Belajar dan Mengajar. Bandung: Sinar Baru.
Hendrikus, Dori Wuwur. 1991. Retorika Terampil Berpidato, Berdiskusi,
Berargumentasi,Bernegosiasi. Jogjakarta: Kanisius.
Iskandarwassid dan Dadang Sunendar. 2008. Strategi Pembelajaran Bahasa. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Keraf, Gorys. 2001. Komposisi: Sebuah Pengantar Kemahiran Berbahasa, cetakan XII. Ende: Nusa Indah
Kirsten Schaetzel. 2008. Facilitating adult Learning Interactions to Build
Listening and Speaking Skillshttp: // www. interscience. wiley. com/
journal/ articletext.
Marwoto dan Yant Mujiyanto. 1998. BPK Berbicara II (Sanggar Bahasa dan
112
Mulyadi Adhisupo. Pelatihan Jurnalistik_ Info Jawa 12-15/12/2005.
www.infojawa.org
Nababan, Sri Untari Subyakto. 1993. Metodologi Pengajaran Bahasa. Jakarta: PT Gramedia.
Nurgiyantoro, Burhan. 2001. Penilaian dalam Pengajaran Bahasa dan Sastra
Edisi Ketiga. Yogyakarta: BPFE.
Purwanto, Ngalim. 2010. Prinsip-prinsip dan Teknik Evaluasi Pengajaran. Bandung: Rosdakarya.
Rofi’uddin, Ahmad dan Darmiyati Zuchdi. 2001. Pendidikan Bahasa dan Sastra
Indonesia di Kelas Tinggi. Malang: Universitas Negeri Malang.
Sabarti Akhadiah MK.; Maidar G. Arsjad; Sakura H. Ridwan; Zulfahnur Z.F.; dan Mukti U.S. 1991. Bahasa Indonesia I. Jakarta: Depdikbud.
Sagala, Syaiful. 2003. Konsep dan Makna Pembelajaran untuk Membantu
Memecahkan Problematika Belajar Mengajar. Bandung: Alfabeta.
Sardiman, A.M. 2011. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: Rajawali.
Sepudin, Azwar. 1997. Tes Prestasi II. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Slameto. 2010. Belajar dan Faktor Yang Mempengaruhinya. Bandung : Rineka Cipta.
Sudjana, Nana dan Ahmad Rivai. 2005.Media Pengajaran. Bandung. Sinar Baru Algensindo
Suharyanti. 1996. Berbicara (IND. 202) BPK FKIP-PBS-Indonesia. Surakarta: UNS Press.
Sukmadinata, Nana Syaodih. 2007. Hubungan Antara Motivasi dengan Prestasi
Prestasi Belajar Siswa. Bandung: Sinar Baru Algensindo.
Suwandi, Sarwiji dan Budhi Setiawan. 2003. Keterampilan Berbicara. Surakarta: Universitas Sebelas Maret Press.
113
Tarigan, Henry Guntur. 2008. Berbicara Sebagai Suatu Keterampilan
Berbahasa. Bandung: Angkasa.
Undang, Gunawan. 2008. Teknik Penelitian Tindakan Kelas. Bandung: Sayagatama.
Wenli Tsou. 2005. Improving Speaking Skills Through Instruction in Oral