• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN MATERI TEOREMA PYTHAGORAS BERBASIS PENDEKATAN PEMECAHAN MASALAH YANG MENGACU PADA LEARNING TRAJECTORY DAN BERORIENTASI PADA KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH SISWA.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN MATERI TEOREMA PYTHAGORAS BERBASIS PENDEKATAN PEMECAHAN MASALAH YANG MENGACU PADA LEARNING TRAJECTORY DAN BERORIENTASI PADA KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH SISWA."

Copied!
151
0
0

Teks penuh

(1)

i

PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN MATERI TEOREMA PYTHAGORAS BERBASIS PENDEKATAN PEMECAHAN

MASALAH YANG MENGACU PADA LEARNING TRAJECTORY DAN BERORIENTASI PADA KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH

SISWA

SKRIPSI

Diajukan kepada Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Negeri Yogyakarta

untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Oleh:

Afifah Nur Indah Sari NIM. 13301244006

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA

(2)

ii

PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN MATERI TEOREMA PYTHAGORAS BERBASIS PENDEKATAN PEMECAHAN

MASALAH YANG MENGACU PADA LEARNING TRAJECTORY DAN BERORIENTASI PADA KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH

SISWA Oleh

Afifah Nur Indah Sari 13301244006

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk menghasilkan perangkat pembelajaran berupa Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dan Lembar Kegiatan Siswa (LKS) pada materi teorema Pythagoras berbasis pendekatan pemecahan masalah yang mengacu pada learning trajectory dan berorientasi pada kemampuan pemecahan masalah siswa SMP kelas VIII. Penelitian ini juga bertujuan untuk mengetahui kualitas perangkat pembelajaran dari segi kevalidan, kepraktisan dan keefektifan.

Jenis penelitian yang dilakukan yaitu penelitian pengembangan dengan model ADDIE yang terdiri dari Analysis, Design, Development, Implementation, dan Evaluation. Penelitian pengembangan ini berparadigma mixed method research dengan menggunakan embedded mixed method design. Objek dalam penelitian ini adalah perangkat pembelajaran berbasis pemecahan masalah yang mengacu pada learning trajectory untuk siswa SMP kelas VIII. Instrumen penelitian yang digunakan diantaranya lembar penilaian perangkat pembelajaran untuk mengukur kevalidan, angket respon siswa dan angket respon guru untuk mengukur kepraktisan serta tes kemampuan pemecahan masalah untuk mengukur keefektifan perangkat pembelajaran yang dikembangkan.

Hasil dari penelitian ini yaitu RPP dan LKS berbasis pendekatan pemecahan masalah yang mengacu pada learning trajectory. Berdasarkan hasil penilaian kevalidan RPP diperoleh skor 4,24 pada skala 5 dengan kategori sangat valid. Sedangkan hasil penilaian kevalidan LKS diperoleh skor 4,15 pada skala 5 dengan kategori valid. Berdasarkan hasil penilaian kepraktisan menurut angket respon siswa diperoleh 3,01 pada skala 4 dengan kategori praktis dan nilai rata-rata angket respon guru diperoleh skor 3,45 pada skala 4 dengan kategori sangat praktis. Penilaian keefektifan menurut tes kemampuan pemecahan masalah diperoleh tingkat ketuntasan sebesar 84,34 % dan nilai rata-rata kelas diperoleh 81,8125 yang menunjukkan lebih besar dari KKM yang ditentukan yaitu 75, sehingga perangkat pembelajaran dapat dikatakan efektif.

(3)

iii

DEVELOPING THE LEARNING SET FOR THE TOPIC OF PYTHAGOREAN THEOREM USING PROBLEM SOLVING APPROACH REFERS TO THE LEARNING TRAJECTORY WITH PROBLEM SOLVING

STUDENT’S ABILITY ORIENTATION

By:

Afifah Nur Indah Sari 13301244006

ABSTRACT

This study aims to produce learning set that includes Lesson Plan and Student Worksheet for the topic of Pythagorean theorem which are valid, practical and effective. Learning set that are developed using problem solving approach refers to the learning trajectory with problem solving ability oriented to junior high school students of class VIII.

Type of the research was research and development with ADDIE model consisting of Analysis, Design, Development, Implementation, and Evaluation. This research paradigm is mixed method research by using embedded mixed method design. The instruments used in this research were validation sheets for measuring the validity of the learning set, student’s and teacher’s questionnaire for measuring the practicality, and test to measure the effectiveness of learning set.

The results of this research are lesson plan and student worksheets using problem solving approach refers to the learning trajectory. Based on the results of validation assessment, the lesson plan was very valid with a score of 4,24 on a scale 5. While validation assessment of student worksheets obtained a score of 4,15 on a scale 5 with “valid” category. Based on practicality assessment results of student’s questionnaire obtained a score of 3,01 on a scale 4 with “practical” category and teacher’s questionnaire obtained a score of 3,45 on a scale 4 with “very practical” category. Effectiveness assesment using test obtained the level of completeness is 84.34%. Then, the average test score of the class obtained of 81.8125 which indicates greater than minimum accomplishment criteria i.e. 75. So that, the learning set is effective.

(4)

iv

SURAT PERNYATAAN Saya yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama : Afifah Nur Indah Sari NIM : 13301244006

Program Studi : Pendidikan Matematika Fakultas : MIPA

Judul Skripsi : Pengembangan Perangkat Pembelajaran Materi Teorema Pythagoras Berbasis Pendekatan Pemecahan Masalah yang Mengacu Pada Learning Trajectory dan Berorientasi Pada Kemampuan Pemecahan Masalah Siswa.

Menyatakan bahwa skripsi ini benar-benar karya saya sendiri. Sepanjang pengetahuan saya tidak terdapat karya atau pendapat yang ditulis atau diterbitkan orang lain kecuali acuan atau kutipan dengan mengikuti tata penulisan karya ilmiah yang telah lazim.

Tanda tangan dosen penguji yang tertera dalam halaman pengesahan adalah asli. Jika tidak asli, saya siap menerima sanksi ditunda yudisium pada periode berikutnya.

Yogyakarta, 31 Maret 2017 Yang menyatakan,

(5)

v

LEMBAR PERSETUJUAN Tugas Akhir Skripsi dengan Judul

PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN MATERI TEOREMA PYTHAGORAS BERBASIS PENDEKATAN PEMECAHAN

MASALAH YANG MENGACU PADA LEARNING TRAJECTORY DAN BERORIENTASI PADA KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH

SISWA

Disusun oleh: Afifah Nur Indah Sari

NIM 13301244006

telah memenuhi syarat dan disetujui oleh dosen pembimbing untuk dilaksanakan Ujian Akhir Tugas Akhir Skripsi bagi yang bersangkutan.

Mengetahui,

Ketua Program Studi

Dr. Ali Mahmudi

NIP. 19730623 199903 1 001

Yogyakarta, 31 Maret 2017 Disetujui,

Pembimbing

Dr. Ariyadi Wijaya

NIP. 19820716 200501 1 005

(6)

vi

HALAMAN PENGESAHAN

Tugas Akhir Skripsi dengan Judul

PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN MATERI TEOREMA PYTHAGORAS BERBASIS PENDEKATAN PEMECAHAN

MASALAH YANG MENGACU PADA LEARNING TRAJECTORY DAN BERORIENTASI PADA KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH

SISWA

Disusun oleh: Afifah Nur Indah Sari

NIM 13301244006

Telah dipertahankan di depan Tim Penguji Tugas Akhir Skripsi Program Studi Pendidikan Matematika Universitas Negeri Yogyakarta

Pada tanggal 5 April 2017 TIM PENGUJI

Nama/Jabatan Tanda tangan Tanggal

Dr. Ariyadi Wijaya

NIP. 19820716 200501 1 005 Ketua Penguji

... ... Nila Mareta Murdiyani, M.Sc.

NIP. 19870325 201212 2 002 Sekretaris Penguji

... ... Drs. Sugiyono, M.Pd.

NIP. 19530825 197903 1 004 Penguji Utama

... ... Endah Retnowati, Ph.D.

NIP. 19802812 200212 2 003 Penguji Pendamping

... ...

Yogyakarta, April 2017

Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Dekan,

Dr. Hartono

(7)

vii MOTTO

Man Jadda Wa Jadda

“Barang siapa yang bersungguh-sungguh akan mendapatkannya.”

“Maka sesungguhnya bersama kesulitan ada kemudahan. Sesungguhnya bersama

kesulitan ada kemudahan. Maka apabila engkau telah selesai (dari sesuatu

urusan), tetaplah bekerja keras (untuk urusan yang lain). Dan hanya kepada

Tuhanmulah engkau berharap.” (QS. Al-Insyirah: 6-8)

“Boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia amat baik bagimu. Dan boleh jadi

kamu mencintai sesuatu, padahal ia amat buruk bagimu. Allah Maha Mengetahui

sedangkan kamu tidak mengetahui.” (Q.S. Al-Baqarah: 216)

“Banyak kegagalan dalam hidup ini dikarenakan orang-orang tidak menyadari

betapa dekatnya mereka dengan keberhasilan saat mereka menyerah.” (Thomas

Alva Edison)

“Allah tidak akan membebani seseorang melainkan sesuai dengan

(8)

viii

PERSEMBAHAN

Segala puji bagi Allah yang telah memberikan berjuta-juta kenikmatan salah satu diantaranya terselesaikannya karya saya ini. Saya persembahkan karya ini untuk: 1. Kedua orang tua saya Bapak Risman dan Ibu Sarinah beserta adik saya

Sholechah Wati yang senantiasa menjadi penguat saya dalam segala hal, penyemangat utama dalam hidup saya, dan senantiasa saya sayangi sepanjang hayat.

2. Keluarga besar saya dimanapun berada yang memberikan semangat beserta doa atas kelancaran saya.

3. Teman-teman sekaligus sahabat-sahabat saya di keluarga besar Jurusan Pendidikan Matematika khususnya keluarga besar Pendidikan Matematika Internasional 2013.

4. Keluarga KKN 125D-PPL SMP N 1 Mlati yang memberikan warna baru dalam kehidupan saya.

5. Keluarga P2 Himatika 2014 dan 2015 yang memberikan dukungan dan bantuan kepada saya.

(9)

ix

KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum wr.wb.

Alhamdulillahirabbil’alamiin, segala puji bagi Allah yang telah melimpahkan rahmat, hidayah dan nikmat sehingga saya dapat menyelesaikan Tugas Akhir Skripsi yang berjudul “Pengembangan Perangkat Pembelajaran Materi Teorema Pythagoras Berbasis Pendekatan Pemecahan Masalah yang Mengacu Pada Learning Trajectory dan Berorientasi Pada Kemampuan Pemecahan Masalah Siswa” dengan baik. Skripsi ini disusun sebagai salah satu persyaratan untuk mendapatkan gelar sarjana pendidikan.

Penyusunan skripsi ini tidak luput dari bantuan berbagai pihak. Untuk itu penulis mengucapkan terimakasih kepada :

1. Bapak Dr. Hartono selaku Dekan Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam yang telah membantu dan mengarahkan dalam proses izin penelitian dan mengesahkan tugas akhir skripsi ini.

2. Bapak Dr. Ali Mahmudi selaku Ketua Program Studi Pendidikan Matematika sekaligus Ketua Jurusan Pendidikan Matematika yang telah memberikan pengarahan serta perizinan atas tugas akhir skripsi ini.

3. Bapak Dr. Ariyadi Wijaya selaku dosen pembimbing skripsi yang telah memberikan ilmu dan tenaga serta motivasi selama proses penyusunan skripsi.

4. Bapak Drs. Sugiyono, M.Pd. dan Ibu Nila Mareta Murdiyani, M.Sc. selaku validator perangkat pembelajaran yang telah memberikan penilaian, saran dan masukan sehingga layak untuk di uji coba.

(10)

x

6. Ibu Rr. Suratiningsih, S.Pd. selaku Kepala SMP N 1 Mlati yang telah memberikan izin penelitian.

7. Ibu Rusmini, S.Pd. selaku guru pembimbing di SMP N 1 Mlati yang telah membimbing dalam proses observasi, validasi, pengambilan data selama penelitian hingga evaluasi dari hasil penelitian.

8. Seluruh guru dan karyawan SMP N 1 Mlati yang telah membantu selama proses pengambilan data selama penelitian.

9. Peserta didik SMP N 1 Mlati khususnya kelas VIII B yang telah berpartisipasi selama penelitian berlangsung.

10.Seluruh pihak yang telah membantu kelancaran proses penyusunan skripsi yang tidak dapat disebutkan satu per satu.

Semoga segala macam bentuk bantuan dan dukungan yang telah diberikan diberikan balasan yang lebih baik oleh Allah SWT. Penulis berharap skripsi ini dapat bermanfaat bagi perkembangan ilmu pengetahuan dan bagi semua pihak. Penulis juga menyadari bahwa penulisan skripsi ini masih jauh dari sempurna. Untuk itu, penulis mengharapkan saran dan kritik dari pembaca untuk perbaikan karya selanjutnya.

Yogyakarta, 31 Maret 2017 Penulis

(11)

xi DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ... i

ABSTRAK ... ii

ABSTRACT ... iii

HALAMAN PERNYATAAN ... iv

HALAMAN PERSETUJUAN ... v

HALAMAN PENGESAHAN ... vi

HALAMAN MOTTO ... vii

HALAMAN PERSEMBAHAN ... viii

KATA PENGANTAR ... ix

DAFTAR ISI ... xi

DAFTAR TABEL ... xiii

DAFTAR GAMBAR ... xv

DAFTAR LAMPIRAN ... xvii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah... 1

B. Identifikasi Masalah ... 8

C. Pembatasan Masalah ... 8

D. Perumusan Masalah ... 8

E. Tujuan Penelitian ... 9

F. Manfaat Penelitian ... 10

BAB II KAJIAN PUSTAKA ... 11

A. Deskripsi Teoritis ... 11

1. Matematika dan Pembelajaran Matematika ... 11

2. Perkembangan Intelektual Siswa SMP ... 15

3. Pendekatan Pemecahan Masalah (Problem Solving) ... 17

4. Learning Trajectory ... 24

5. Perangkat Pembelajaran ... 26

6. Kemampuan Pemecahan Masalah ... 37

7. Model Pengembangan ADDIE ... 39

8. Kriteria Produk Pengembangan yang Berkualitas ... 40

9. Teorema Pythagoras ... 41

B. Penelitian yang Relevan ... 46

C. Kerangka Berpikir ... 47

D. Pertanyaan Penelitian ... 50

BAB III METODOLOGI PENELITIAN ... 51

A. Jenis Penelitian ... 51

B. Prosedur Penelitian ... 51

C. Objek Penelitian ... 55

D. Lokasi dan Waktu Penelitian ... 55

(12)

xii

F. Jenis Data ... 56

G. Instrumen Penelitian ... 56

H. Teknis Analisis Data ... 60

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 68

A. Hasil Penelitian ... 68

1. Hasil Pengembangan Produk ... 68

2. Kualitas Perangkat Pembelajaran... 113

B. Pembahasan ... 118

C. Keterbatasan Penelitian ... 124

BAB V SIMPULAN DAN SARAN ... 125

A. Simpulan ... 125

B. Saran ... 127

DAFTAR PUSTAKA ... 128

(13)

xiii

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 1. Tahap Perkembangan Intelektual Peserta Didik ... 15

Tabel 2. Aspek-aspek Pedoman Penilaian LKS... 57

Tabel 3. Aspek Penilaian RPP untuk Dosen Ahli dan Guru ... 58

Tabel 4. Aspek Angket Respon Siswa ... 58

Tabel 5. Aspek Angket Respon Guru ... 59

Tabel 6. Kriteria Penilaian ... 60

Tabel 7. Konversi Skor Penilaian Kevalidan Perangkat Pembelajaran ... 61

Tabel 8. Hasil Konversi Angket Respon Siswa ... 62

Tabel 9. Konversi Skor Penilaian Kepraktisan ... 62

Tabel 10. Pedoman Penskoran Tes Kemampuan Pemecahan Masalah ... 64

Tabel 11. Konversi Skor Penilaian Keefektifan... 65

Tabel 12. Kompetensi Dasar dan Indikator ... 69

Tabel 13. Komponen Penilaian RPP dan Banyak Butir ... 76

Tabel 14. Komponen Penilaian LKS dan Banyak Butir ... 77

Tabel 15. Komponen dan Banyak Butir pada Angket Respon Siswa ... 78

Tabel 16. Kompetensi Dasar dan Indikator pada Tiap RPP ... 80

Tabel 17. Tujuan Pembelajaran Pada Tiap RPP ... 81

Tabel 18. Skema Pembelajaran Pada Tiap RPP ... 81

Tabel 19. Materi yang Disajikan pada Tiap RPP ... 84

(14)

xiv

Tabel 22. Revisi LKS Menurut Saran Dan Komentar Dari Guru Matematika106

Tabel 23. Jadwal Uji Coba Produk ... 107

Tabel 24. Hasil validasi RPP ... 113

Tabel 25. Hasil validasi LKS ... 114

Tabel 26. Hasil Angket Respon Siswa ... 115

Tabel 27. Hasil Angket Respon Guru ... 115

Tabel 28. Analisis Hasil Tes Kemampuan Pemecahan Masalah ... 116

(15)

xv

DAFTAR GAMBAR

Halaman Gambar 1. Persentase Strategi Mengajar dalam Pembelajaran Matematika yang

Dilakukan oleh Guru-Guru di Indonesia ... 2

Gambar 2. Segitiga Siku-siku ABC ... 42

Gambar 3. Segitiga Sama Sisi DGF ... 43

Gambar 4. Segitiga Siku-siku Sama Kaki ABC ... 44

Gambar 5. Permasalahan Kehidupan Nyata Berkaitan Teorema Pythagoras ... 45

Gambar 6. Skema Kerangka Berpikir ... 49

Gambar 7. Embedded Mixed Method ... 51

Gambar 8. Tampilan Kolom Identitas RPP ... 79

Gambar 9. Tampilan Kegiatan Pendahuluan pada RPP ... 85

Gambar 10. Tampilan Kegiatan Inti pada RPP ... 86

Gambar 11. Tampilan Kegiatan Penutup pada RPP ... 87

Gambar 12. Tampilan Teknik Penilaian Sikap pada RPP ... 88

Gambar 13 Tampilan Teknik Penilaian Pengetahuan pada RPP ... 88

Gambar 14. Tampilan Halaman Sampul LKS ... 89

Gambar 15. Tampilan Halaman Identitas Pemilik LKS ... 90

Gambar 16. Tampilan Halaman Identitas LKS ... 90

Gambar 17. Kata Pengantar LKS ... 91

Gambar 18. Tampilan Daftar isi ... 92

Gambar 19. Tampilan Halaman Awal LKS ... 92

(16)

xvi

Gambar 21. Tampilan LKS yang Mengacu Pada Learning Trajectory ... 96

Gambar 22. Tampilan Materi Prasyarat dan Permasalahan Awal ... 97

Gambar 23. Tampilan Ayo Mencoba pada LKS ... 97

Gambar 24. Tampilan Kolom Uji Pemahaman dan Kolom Refleksi ... 98

Gambar 25. Siswa Melakukan Kegiatan yang Ada di LKS ... 108

(17)

xvii

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran A. Instrumen Penelitian ... 134

1. Kisi-kisi Lembar Penilaian RPP ... 135

2. Deskripsi Lembar Penilaian RPP ... 137

3. Lembar Penilaian RPP ... 143

4. Kisi-kisi Lembar Penilaian LKS untuk Dosen ahli dan guru ... 151

5. Deskripsi Lembar Penilaian LKS untuk Dosen ahli dan guru ... 153

6. Lembar Penilaian LKS untuk Dosen ahli dan guru ... 160

7. Kisi-kisi Angket Respon Siswa ... 167

8. Angket Respon Siswa ... 168

9. Lembar Penilaian Angket Respon Siswa ... 171

10.Kisi-kisi Angket Respon Guru ... 174

11.Angket Respon Guru ... 175

12.Lembar Penilaian Angket Respon Guru ... 177

13.Kisi-kisi Soal Tes Hasil Belajar ... 180

14.Pedoman Penskoran ... 183

15.Soal Tes Hasil Belajar ... 184

16.Kunci Jawaban Soal Tes Hasil Belajar ... 185

17.Lembar Validasi Instrumen Tes Hasil Belajar ... 194

Lampiran B. Hasil Pengisian Instrumen Penelitian ... 196

(18)

xviii

3. Hasil Pengisian Angket Respon Siswa ... 242

4. Hasil Pengisian Soal Tes Hasil Belajar ... 245

5. Hasil Pengisian Angket Respon Guru ... 251

6. Hasil Pengisian Lembar Penilaian Tes Hasil Belajar ... 253

7. Hasil Pengisian Lembar Penilaian Angket Respon Guru ... 257

8. Hasil Pengisian Lembar Penilaian Angket Respon Siswa ... 260

Lampiran C. Data Analisis Instrumen Penelitian... 262

1. Data Analisis Lembar Penilaian RPP ... 263

2. Data Analisis Lembar Penilaian LKS oleh Dosen Ahli dan Guru ... 266

3. Data Analisis Angket Respon Siswa ... 269

4. Data Analisis Angket Respon Guru ... 271

5. Data Analisis Soal Tes Hasil Belajar ... 272

6. Hasil Uji SPPSS statistic ... 275

Lampiran D. Administrasi ... 276

1. Surat Keputusan Penunjukan Dosen Pembimbing Skripsi ... 277

2. Surat Permohonan Validasi ... 279

3. Surat Keterangan Validasi ... 281

4. Surat Perijinan Penelitian dari FMIPA UNY ... 284

5. Surat Keterangan Penelitian ... 285

6. Surat Keterangan Telah Melakukan Penelitian ... 286

Lampiran E. Dokumentasi Kegiatan ... 287

Lampiran F. Produk Hasil Pengembangan ... 290

(19)

xix

(20)

1 BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

(21)

2

Sumber: World Bank (2010:78)

di bawah ini menggambarkan persentase strategi mengajar yang dilakukan oleh guru matematika di Indonesia.

Gambar 1. Persentase Strategi Mengajar dalam Pembelajaran Matematika yang Dilakukan oleh Guru-Guru di Indonesia

Guru masih banyak memegang peranan yang besar dalam praktik mengajarnya. Selain itu, peran siswa dalam mengemukakan pendapat di kelas jauh lebih sedikit dibanding peran guru. Sehingga siswa lebih cenderung mendengarkan dan pasif dalam pembelajaran. Seperti yang telah disebutkan oleh Hamid (2011:210) bahwa kelemahan dari metode ceramah atau ekspositori adalah menyebabkan siswa menjadi pasif.

Matematika merupakan ilmu dasar untuk semua ilmu pengetahuan. Matematika diberikan di segala jenjang pendidikan, mulai dari pendidikan anak usia dini hingga perguruan tinggi. Hal ini menunjukkan pentingnya matematika untuk kehidupan manusia di segala jenjang. Menurut Permendiknas RI Nomor 22 tahun 2006 tentang Standar Isi untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah

52% 20%

15% 3%10%

Exposition Problem Solving Discussion

(22)

3

menyebutkan mata pelajaran matematika bertujuan agar peserta didik memiliki kemampuan sebagai berikut: (1) memahami konsep matematika, menjelaskan keterkaitan antar konsep dan mengaplikasikan konsep atau algoritma, secara luwes, akurat, efisien, dan tepat, dalam pemecahan masalah, (2) menggunakan penalaran pada pola dan sifat, melakukan manipulasi matematika dalam membuat generalisasi, menyusun bukti, atau menjelaskan gagasan dan pernyataan matematika, (3) memecahkan masalah yang meliputi kemampuan memahami masalah, merancang model matematika, menyelesaikan model dan menafsirkan solusi yang diperoleh, (4) mengomunikasikan gagasan dengan simbol, tabel, diagram, atau media lain untuk memperjelas keadaan atau masalah, (5) memiliki sikap menghargai kegunaan matematika dalam kehidupan, yaitu memiliki rasa ingin tahu, perhatian, dan minat dalam mempelajari matematika, serta sikap ulet dan percaya diri dalam pemecahan masalah. Pada kurikulum 2013 juga disebutkan bahwa salah satu tujuan pembelajaran matematika adalah mendukung pencapaian kompetensi lulusan agar mampu memecahkan masalah dan mengomunikasikan gagasan melalui simbol, tabel, diagram, atau media lain untuk memperjelas keadaan atau masalah (Kemendikbud, 2016:2).

(23)

4

siswa bersifat pasif dalam proses belajar sehingga kemampuan siswa dalam pemecahan masalah masih kurang.

Rendahnya kemampuan siswa dalam memecahkan masalah matematika dapat ditunjukkan melalui hasil studi TIMSS. Trends in International Mathematics and Science Study (TIMSS) merupakan studi internasional untuk mengevaluasi pendidikan yang ada khususnya hasil belajar peserta didik yang berusia 14 tahun pada jenjang sekolah menengah pertama (Setiadi, dkk, 2012:4). Sejak ikut serta dalam TIMSS pada tahun 1999, Indonesia belum meraih prestasi yang cukup memuaskan. Hasil studi TIMSS tahun 2003 menunjukkan prestasi peserta didik dalam TIMSS berada pada peringkat 35 dari 48 negara dengan perolehan nilai 397. Pada tahun 2007, Indonesia berada pada urutan 34 dari 45 negara dengan perolehan rata-rata skor 411. Pada tahun 2011 Indonesia turun pada peringkat 41 dari 45 negara dengan perolehan nilai 386 (Setiadi, dkk, 2012). Ketiga hasil studi TIMMS tahun 2003, 2007 dan 2011 masih tergolong rendah dibandingkan dengan rata-rata internasional yaitu 500. TIMSS menggunakan 3 domain kognitif dalam penilaiannya yaitu mengetahui fakta dan prosedur (knowing), menggunakan konsep dan memecahkan masalah rutin (applying) dan penalaran (reasoning). Dari hasil TIMSS tersebut menunjukkan bahwa peserta didik Indonesia masih rendah dalam tiga domain kognitif tersebut termasuk dalam hal pemecahan masalah.

Penilaian berskala internasional lain yang dapat dijadikan ukuran untuk mengetahui kemampuan pemecahan masalah adalah hasil studi PISA. Program for International Student Assesment (PISA )merupakan program internasional yang

(24)

5

(OECD) untuk menilai kemampuan sains, membaca, dan matematika. PISA bertujuan untuk menilai sejauh mana siswa yang berumur 15 tahun (duduk pada akhir pendidikan wajib belajar) dapat menerapkan pengetahuan dan keterampilan yang diperoleh untuk dapat berpartisipasi penuh dalam masyarakat modern (OECD, 2016:10).

Indonesia telah berpartisipasi dalam PISA sejak tahun 2000, namun hasil pencapaian prestasi Indonesia masih belum memuaskan. Pada tahun 2009 Indonesia berada pada peringkat 61 dari 65 negara dengan nilai rata-rata perolehan skor sebesar 371 dan rata-rata skor OECD adalah 496. Pada tahun 2012, Indonesia kembali turun peringkat pada 64 dari 65 negara dengan perolehan rata-rata skor 375 dan rata-rata skor OECD adalah 494. Sedangkan pada tahun 2015, Indonesia menduduki peringkat 64 dari 72 negara peserta yang berpartisipasi dalam PISA. Rata-rata perolehan skor matematika Indonesia yaitu 386, padahal rata-rata skor OECD untuk literasi matematika adalah 490.

(25)

6

kegiatan yang melatih keterampilan pemecahan masalah. Hal tersebut dapat dilakukan oleh guru dalam mengembangkan pembelajaran yang dilakukan.

Guru yang berkualitas mampu mengembangkan materi dan menyesuaikan dengan perkembangan IPTEKS (Jatirahayu, 2013:51). Perangkat pembelajaran merupakan salah satu komponen yang dapat dikembangkan guru sesuai perkembangan kurikulum. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dan Lembar Kegiatan Siswa (LKS) merupakan komponen perangkat pembelajaran. Berdasarkan hasil observasi di SMP N 1 Mlati, guru matematika di SMP tersebut tidak menggunakan perangkat pembelajaran yang bervariasi dan diperbarui. Perangkat pembelajaran sebagai peralatan guru menjadi faktor penting dalam mengajar. Melalui perangkat pembelajaran tersebut guru dapat melakukan peran mengajarnya dengan baik sesuai perencanaan. Jika perangkat yang digunakan tidak bervariasi dari tahun ke tahun dan tidak ada pembaharuan seiring berkembangnya jaman maka output yang dihasilkan pun juga tidak akan bervariasi pula.

(26)

7

(27)

8 B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah, identifikasi masalah yang didapat adalah: 1. Pembelajaran ekspositori masih banyak dilakukan oleh guru matematika. 2. Rendahnya kemampuan pemecahan masalah siswa.

3. LKS yang digunakan hanya berisi materi singkat berupa rumus matematika dan latihan soal sebagai penerapan rumus.

4. LKS yang digunakan kurang memfasilitasi siswa untuk mengembangkan kemampuan pemecahan masalah.

C. Pembatasan Masalah

Penelitian ini dibatasi pada pengembangan rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) dan lembar kegiatan siswa (LKS) berbasis pendekatan pemecahan masalah yang mengacu learning trajectory. Ruang lingkup materi dibatasi pada topik Teorema Pythagoras. Topik teorema Pythagoras dipilih karena sangat dekat kaitannya dengan soal-soal pemecahan masalah.

D. Perumusan Masalah

1. Bagaimana hasil pengembangan dari perangkat pembelajaran berbasis pendekatan pemecahan masalah yang mengacu learning trajectory pada materi teorema Pythagoras?

(28)

9

3. Bagaimana kualitas dari RPP dan LKS berbasis pendekatan pemecahan masalah yang mengacu learning trajectory pada materi teorema Pythagoras ditinjau dari segi kepraktisan?

4. Bagaimana kualitas dari RPP dan LKS berbasis pendekatan pemecahan masalah yang mengacu learning trajectory pada materi teorema Pythagoras ditinjau dari segi keefektifan?

E. Tujuan Penelitian

1. Mendeskripsikan hasil pengembangan perangkat pembelajaran berbasis pendekatan pemecahan masalah yang mengacu learning trajectory pada materi teorema Pythagoras.

2. Mengetahui kualitas dari RPP dan LKS berbasis pendekatan pemecahan masalah yang mengacu learning trajectory pada materi teorema Pythagoras ditinjau dari segi kevalidan.

3. Mengetahui kualitas dari RPP dan LKS berbasis pendekatan pemecahan masalah yang mengacu learning trajectory pada materi teorema Pythagoras ditinjau dari segi kepraktisan.

(29)

10 F. Manfaat Penelitian

1. Bagi siswa

LKS yang dihasilkan dapat memfasilitasi siswa dalam belajar yang lebih mudah dan menyenangkan serta dapat memfasilitasi siswa dalam mengembangkan kemampuan pemecahan masalah.

2. Bagi guru

a. Perangkat pembelajaran yang dihasilkan dapat menambah wawasan guru tentang pengembangan RPP dan LKS yang berbasis pemecahan masalah dan mengacu pada learning trajectory.

b. Perangkat pembelajaran yang dikembangkan diharapkan dapat membantu guru dalam proses belajar mengajar kepada siswa.

3. Bagi peneliti

(30)

11 BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Deskripsi Teoretis

1. Matematika dan Pembelajaran Matematika a. Pengertian Matematika

Beragam definisi matematika telah dikemukakan oleh berbagai pakar ilmu. Matematika merupakan salah satu ilmu dasar yang mendasari berbagai ilmu pengetahuan lain. Melalui ilmu matematika, seseorang dapat terlatih berpikir kritis secara logis dan ilmu pengetahuan lainnya dapat berkembang dengan cepat (Suherman, dkk, 2001:20).

(31)

12

Adams dan Hamm (Wijaya, 2012) mengatakan bahwa matematika sebagai salah satu pokok ilmu yang digunakan dalam kehidupan sehari-hari mempunyai berbagai posisi dan peran sebagai berikut.

1) Matematika sebagai suatu cara untuk berpikir.

2) Matematika sebagai suatu pemahaman tentang pola dan hubungan (pattern and relationship)

3) Matematika sebagai suatu alat (mathematics as a tool). 4) Matematika sebagai bahasa atau alat untuk berkomunikasi.

Suherman, dkk (2001:17) juga mengemukakan bahwa matematika mempunyai peran penting yaitu matematika sebagai ilmu deduktif, matematika sebagai ilmu terstruktur dan matematika sebagai ratu atau pelayan ilmu.

Dari paparan para ahli di atas dapat disimpulkan bahwa matematika merupakan suatu ilmu pengetahuan tentang penalaran yang logis yang dapat dijadikan sebagai pengantar komunikasi sosial dalam kehidupan sehari-hari serta dapat dijadikan sebagai alat interpretasi berbagai ide dan kesimpulan sehingga dapat meningkatkan kemampuan berpikir dalam menyelesaikan suatu permasalahan.

b. Pengertian Belajar dan Pembelajaran

(32)

13

kognitif mengartikan belajar sebagai hasil interaksi antara apa yang sudah siswa ketahui, informasi yang sekarang dihadapi dan apa yang mereka kerjakan sebagai hasil belajar (Brunning, Schraw & Norby, 2011:5). Dari berbagai definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa belajar merupakan sebuah proses interaksi individu terhadap pengetahuan yang sudah diketahui dengan lingkungannya guna memperoleh pengetahuan baru maupun keterampilan yang diwujudkan dalam bentuk perubahan tingkah laku.

Banyak faktor yang mempengaruhi belajarnya seseorang baik faktor internal maupun eksternal. Sugihartono (2013:76) menyebutkan bahwa faktor internal adalah faktor yang ada dalam diri individu yang sedang belajar, sedang faktor eksternal adalah faktor yang ada di luar individu. Faktor internal meliputi faktor kesehatan dan cacat tubuh, intelegensi, perhatian, minat, bakat, motif, kematangan, dan kelelahan. Sedangkan faktor eksternal meliputi faktor keluarga, sekolah dan masyarakat.

(33)

14

yang akan menjadi kebiasaan bagi siswa yang bersangkutan. Dari berbagai pengertian tersebut disimpulkan bahwa pembelajaran merupakan suatu upaya dari pendidik untuk berinteraksi dengan siswanya dalam rangka menyampaikan ilmu pengetahuan sehingga tercipta situasi belajar yang efektif.

c. Pembelajaran Matematika

Matematika sebagai dasar dari segala ilmu pengetahuan perlu diajarkan dengan kualitas yang baik. Pembelajaran matematika adalah suatu proses belajar mengajar yang dibangun oleh guru untuk mengembangkan kreativitas berpikir siswa yang dapat meningkatkan kemampuan berpikir siswa, serta dapat meningkatkan kemampuan mengkonstruksi pengetahuan baru sebagai upaya meningkatkan penguasaan yang baik terhadap materi matematika (Susanto, 2013:187). Pembelajaran matematika dapat dilakukan secara efektif dengan adanya guru, siswa yang siap serta materi yang diberikan dapat dirancang sedemikian rupa agar mudah dipahami dan mencapai tujuan pembelajaran.

(34)

15

mengenai konsep matematika dan mampu menerapkan ilmu matematika yang didapat dalam kehidupan sehari-hari.

2. Perkembangan Intelektual Siswa SMP

Setiap manusia akan melalui tahap perkembangan hidupnya yang meliputi tahap perkembangan fisik, biologis, sosial, intelektual, mental dan moral. Perkembangan yang ada pada masing-masing siswa perlu diketahui dan dipahami oleh guru agar dalam menentukan kegiatan pembelajaran dapat disesuaikan dengan tahapan berpikir siswa. Menurut Piaget dalam Siswoyo (2013:100) perkembangan intelektual peserta didik berlangsung empat tahap, yaitu:

Tabel 1. Tahap Perkembangan Intelektual Peserta Didik Umur

(Tahun)

Fase Perkembangan

Perubahan Perilaku 0,0 – 2,0 Tahap Sensori

Motor

Kemampuan berfikir peserta didik baru melalui gerakan atau perbuatan. Perkembangan panca indra sangat berpengaruh dalam diri mereka. Keinginan terbesarnya adalah keinginan untuk menyentuh, memegang, karena didorong oleh keinginan untuk mengetahui reaksi dari perbuatannya. Pada usia ini mereka belum mengerti akan motivasi dan senjata terbesarnya adalah ‘menangis’. Memberi pengetahuan pada mereka pada usia ini tidak dapat sekedar dengan menggunakan gambar sebagai alat peraga, melainkan harus dengan sesuatu yang bergerak. 2,0 – 7,0 Tahap

Pra-Operasional

(35)

16 Umur (Tahun) Fase Perkembangan Perubahan Perilaku 7,0 – 11,0 Tahap

Operasional Kongkrit

Peserta didik sudah mulai memahami aspek-aspek kumulatif materi, misalnya volume dan jumlah; mempunyai kemampuan memahami cara mengkombinasikan beberapa golongan benda yang tingkatannya bervariasi. Sudah mampu berpikir matematis mengenai benda-benda dan peristiwa-peristiwa yang konkret. 11,0 – 14,0 Tahap

Operasional Formal

Telah memiliki kemampuan

mengkoordinasikan dua ragam kemampuan kognitif, secara serentak maupun berurutan. Misalnya kapasitas merumuskan hipotesis dan menggunakan prinsip-prinsip abstrak. Dengan kapasitas merumuskan hipotesis peserta didik mampu berfikir memecahkan masalah dengan menggunakan anggapan dasar yang relevan dengan lingkungan. Sedang dengan kapasitas menggunakan prinsip-prinsip abstrak, peserta didik mampu mempelajari materi pelajaran seperti agama, matematika, dan lainnya.

Pada tahap operasional konkrit anak telah sanggup untuk memahami banyak konsep matematika, ilmu pengetahuan alam, dan ilmu-ilmu sosial secara intuitif dan konkrit (Nasution, 1982). Sedangkan pada tahap operasional formal anak sudah mampu memodelkan sebuah permasalahan dalam bentuk lebih abstrak khususnya di bidang matematika.

(36)

17

3. Pendekatan Pemecahan Masalah (Problem solving)

Pemecahan masalah dipandang sebagai proses yang digunakan untuk menyelesaikan masalah (Widjajanti, 2009:404). Dalam suatu kegiatan pembelajaran sering melibatkan adanya pemecahan masalah. Pemecahan masalah menjadi hal yang sudah lazim di lingkup pendidikan. Pemecahan masalah menjadi salah satu bagian yang penting dalam suatu pembelajaran matematika, karena tujuan pemecahan masalah mencakup kehidupan sehari-hari. Pemecahan masalah sering dimasukkan dalam pembelajaran khususnya ketika siswa bisa mengembangkan beberapa tingkatan pengaturan diri melalui pembelajaran dan ketika pembelajaran melibatkan tantangan dan solusi yang tidak jelas (Schunk, 2012).

(37)

18

seseorang untuk menyelesaikannya dengan berbagai cara yang didapatkan melalui pengetahuan yang sudah diketahui untuk mendapatkan suatu solusi.

Pemecahan masalah mengacu pada usaha orang-orang untuk mencapai tujuan karena mereka tidak memiliki solusi otomatis (Schunk, 2012:416). Schunk juga menjelaskan bahwa tidak semua pembelajaran mencakup adanya pemecahan masalah. Pemecahan masalah tidak akan terjadi pada tingkat pembelajaran yang rendah karena dimana siswa tahu apa yang harus dipelajari. Untuk itu, guru perlu berhati-hati dalam menyajikan suatu permasalahan yang akan disajikan sebagai pemecahan masalah.

Berbagai perspektif membahas mengenai pemecahan masalah dalam pandangan kognitif sebagai berikut:

a. Trial and Error (Coba-coba)

Pemecahan masalah diperlihatkan melalui percobaan E.L.Thorndike terhadap kucing (Brunning, Schraw & Norby, 2011). Thorndike meneliti bagaimana kucing bisa meloloskan diri dari kandangnya dengan menekan tuas yang ada di dalam kandang. Kucing melakukan serangkaian perilaku acak yang berulang hingga akhirnya dapat menekan tuas tersebut. Thorndike menyimpulkan bahwa pemecahan masalah terdiri dari perilaku trial-error yang cukup besar hingga akhirnya menemukan solusi secepatnya.

b. Insight(Pemahaman)

(38)

19

memecahkan masalah yang hebat dan memformulasikan model yang memiliki empat tahapan sebagai berikut (Schunk, 2012:418):

1) Persiapan: waktu untuk mempelajari masalah dan mengumpulkan informasi, yang mungkin sesuai dengan solusi.

2) Inkubasi: periode memikirkan masalah, yang juga bisa berupa pengabaian masalah untuk sejenak.

3) Iluminasi: periode perenungan ketika solusi yang mungkin bisa digunakan muncul tiba-tiba dalam kesadaran.

4) Verifikasi: waktu untuk menguji solusi yang ada untuk memastikan kebenaranya.

c. Heuristik

Heuristik merupakan metode umum untuk memecahkan masalah yang menggunakan prinsip-prinsip umum (rule of thumbs) yang biasanya menghasilkan solusi (Anderson, 1990 dalam Schunk, 2012). Bransford dan Stein memformulasikan sebuah heuristik dikenal dengan IDEAL:

1) Identify (mengidentifikasi) masalah.

2) Define (mendefinisikan) dan menampilkan masalah. 3) Explore (mendalami) strategi yang mungkin dilakukan. 4) Act (melaksanakan) strategi.

5) Look back (melihat kembali) dan mengevaluasi pengaruh aktivitas yang dilakukan.

(39)

20

karena ketika kemampuan dalam ranah spesifik berkembang, siswa secara meningkat menggunakan pengetahuan prosedural yang ada. Heuristik juga dapat membantu siswa dalam memecahkan masalah sistematis.

Polya dalam bukunya “How to Solve It” memberikan langkah-langkah dalam penyelesaian masalah matematika. Langkah-langkah penyelesaian masalah tersebut terdiri dari empat langkah yang akan dijabarkan sebagai berikut:

1) Understanding the problem (memahami masalah)

Pada langkah memahami masalah siswa perlu mengidentifikasi hal-hal yang diketahui dari masalah tersebut, mengidentifikasi apa yang ditanyakan dari masalah tersebut atau menuliskan masalah tersebut dalam sajian yang lebih jelas. Penggambaran masalah harus jelas agar dalam merencanakan strategi penyelesaian lebih mudah dilakukan. Penulisan simbol ataupun notasi juga salah satu bagian dari langkah ini.

2) Devising a plan (merencanakan strategi penyelesaian)

(40)

21

3) Carrying out the plan (menjalankan rencana strategi)

Pada langkah ini siswa menjalankan sesuai rencana dengan ketekunan dan ketelitian untuk mendapatkan solusi.

4) Looking back (memeriksa kembali)

Pada langkah ini siswa mengecek kembali apakah strategi yang digunakan sudah benar dan efektif untuk menyelesaikan permasalahan.

Suherman, dkk (2001:92) memberikan gambaran yang lebih jelas mengenai proses dalam memecahkan suatu masalah. Penggambaran strategi pemecahan masalah tersebut meliputi: (1) strategi act it out (menggunakan gerakan fisik atau benda-benda konkrit), (2) menemukan pola, (3) membuat tabel, (4) memerhatikan semua kemungkinan secara sistematik, (5) tebak dan periksa (guess and check), (6) strategi kerja mundur, (7) menentukan yang diketahui, yang ditanyakan, dan informasi yang diperlukan, (8) menggunakan kalimat terbuka, (9) menyelesaikan masalah yang mirip atau masalah yang lebih mudah, dan (10) mengubah sudut pandang.

Pendekatan pemecahan masalah oleh berbagai para ahli di atas dapat dirangkum kembali menjadi lima tahapan (Brunning, Schraw & Norby, 2011): a. Identifying the Problem (mengidentifikasi masalah)

(41)

22

b. Representing the Problem (menggambarkan masalah)

Suatu masalah dapat digambarkan dengan berbagai cara. Salah satu bentuk dari menggambarkan masalah adalah berpikir sederhana tentang masalah secara abstrak tanpa dituliskan dalam sebuah kertas. Bentuk penggambaran masalah yang lain adalah menggambarkan dalam bentuk visual seperti grafik, gambar, atau persamaan. Bentuk visual yang dihadirkan dalam menggambarkan masalah memudahkan siswa dalam berpikir dengan jelas.

c. Selecting an Appropriate Strategy (memilih strategi yang cocok)

Setelah masalah diidentifikasikan dan direpresentasikan, kemudian masalah tersebut diselesaikan dengan berbagai cara diantaranya:

1) Algoritma

Algoritma merupakan strategi dasar yang sangat efektif karena menjamin solusi atas permasalahan. Ketika siswa menyelesaikan permasalahan berkaitan pencarian akar dari persamaan kuadrat, maka siswa akan menggunakan algoritma sebagai dasar pencarian solusi. Demikian itu contoh dari penggunaaan algoritma yang baik sebagai dasar strategi. 2) Heuristik

Heuristik adalah aturan praktis yang dapat membantu problem solver dalam menyelesaikan masalah namun tidak dijamin keberhasilannya.

3) Trial and error

Trial and error digunakan karena siswa tidak mempunyai rencana strategi

(42)

23

saat menjumpai persoalan yang jarang ditemui, sehingga siswa akan mencoba-coba cara yang efektif untuk menyelesaikan masalah tersebut. 4) Means-ends analysis

Means-ends analysis adalah sebuah heuristik di mana seseorang

mengidentifikasi tujuan dari suatu masalah, menilai situasi yang ada sekarang, dan mengevaluasi apa-apa yang dibutuhkan (cara) untuk mengurangi perbedaan antara dua kondisi tersebut.

d. Implementing the Strategy (menjalankan strategi)

Keberhasilan dalam menjalankan strategi penyelesaian tergantung pada seberapa baik siswa mengidentifikasi masalah dan merepresentasikan masalah serta jenis strategi yang digunakan. Jika siswa tidak dapat menjalan strategi maka siswa tersebut akan kembali berpikir ulang untuk memahami masalah tersebut dan memikirkan kembali strategi yang akan digunakan.

e. Evaluating Solutions (mengevaluasi hasil)

Tahap evaluasi hasil merupakan tahap akhir dari proses pemecahan masalah. Evaluasi hasil membantu siswa untuk memahami kegunaan dan aplikasi dari strategi terkait yang digunakan. Tahap evaluasi juga menjadi tantangan bagi siswa apakah mereka sudah puas dengan jawaban yang didapat tanpa memikirkan kembali langkah-langkah dalam menyelesaikan masalah atau siswa sudah cukup puas dengan jawaban yang belum tentu sesuai.

(43)

24

dan memeriksa hasil. Pembelajaran pemecahan masalah yang dilakukan guru memuat proses dalam memecahkan suatu masalah yang dapat membantu siswa untuk mengembangkan kemampuan pemecahan masalah.

4. Learning trajectory

Menurut Simon (1995:135) mengenai konsep hypothetical learning trajectory: Hypothetical learning trajectory provides the teacher with a rationale for choosing a particular instructional design; thus, I make my design decisions based on my best guess of how learning might proceed. This can be seen in the thinking and planning that preceded my instructional interventions in each of the teaching situations described as well as the spontaneous decisions that I made in response to students' thinking.

Berdasarkan pernyataan Simon diatas, hypothetical learning trajectory menyediakan guru untuk membuat desain pembelajaran tertentu, sehingga guru dapat memperkirakan dengan baik bagaimana proses belajar yang sedang berlangsung. Hal tersebut dapat ditunjukkan dengan membuat perencanaan pembelajaran yang dilengkapi dengan penjelasan pengajaran di setiap situasi serta keputusan spontan dalam menanggapi pemikiran siswa.

(44)

25

dapat mendapatkan lintasan belajar yang tepat untuk membantu siswa memahami konsep (Ramadhanti, Sardianto, & Apit, 2015:90).

Sarama dan Clements (dalam Consortium for Policy Research in Education, 2011) mendefinisikan learning trajectories matematika sebagai berikut:

descriptions of children’s thinking and learning in a specific mathematical domain, and a related conjectured route through a set of instructional tasks designed to engender those mental processes or actions hypothesized to move children through a developmental progression of levels of thinking, created with the intent of supporting children’s achievement of specific goals in that mathematical domain. (Daro, Mosher & Corcoran, 2011:23)

Sarama dan Clements mengatakan bahwa learning trajectories matematika merupakan deskripsi pemikiran dan belajar anak-anak dalam domain matematika tertentu dan menduga lintasan terkait melalui serangkaian tugas intruksional yang telah dirancang. Serangkaian tugas yang telah dirancang tersebut dimaksudkan untuk menimbulkan proses mental anak-anak atau dugaan perilaku yang akan dilakukan oleh anak-anak melalui perkembangan tingkat berpikir mereka dalam rangka mencapai tujuan pembelajaran matematika tertentu.

Seperti halnya Simon, Sarama dan Clements melibatkan tiga komponen utama pada learning trajectory yaitu.

a) Pengalaman instruksional dan tugas-tugas yang diduga dapat menimbulkan proses mental siswa.

b) Pemikiran dan belajar siswa yang melalui tingkat perkembangan berpikir siswa. c) Tujuan pembelajaran yang diinginkan.

(45)

26

siswa dengan harapan untuk mencapai tujuan pembelajaran (Daro, Mosher & Corcoran, 2011:12). Lintasan belajar mencakup dugaan tentang tingkatan perkembangan pemahaman matematis siswa dan pengalaman mengajar yang mendukung siswa untuk bergerak langkah demi langkah untuk mencapai tujuan pembelajaran di sekolah. Peran guru dan siswa merupakan komponen penting dalam lintasan belajar.

Penerapan lintasan belajar siswa sangat penting dalam proses perancangan kegiatan pembelajaran. Pada waktu mendesain aktivitas pembelajaran (instructional activity), guru perlu membuat dugaan dan memperhatikan reaksi siswa dalam setiap tahap dalam lintasan belajar yang mengarah pada tujuan pembelajaran (Putri, 2012:77). Dugaan lintasan belajar siswa merupakan dugaan yang telah dikaji didasarkan selama proses penelitian berlangsung berdasar aktivitas pembelajaran yang dilakukan. Memperhatikan uraian di atas mengenai learning trajectory dalam pembelajaran matematika, guru sebaiknya menyiapkan

rencana pembelajaran yang memuat dugaan berpikir siswa dalam mempelajari sesuatu serta respon guru dalam menghadapi berbagai tingkatan berpikir siswa yang beragam.

5. Perangkat Pembelajaran

a. Pengertian Perangkat Pembelajaran

(46)

27

siswa dalam proses pembelajaran di kelas. Dani juga menyebutkan perangkat pembelajaran terdiri dari Rencana pelaksanaan Pembelajaran (RPP), Buku siswa (BS), Buku Pegangan Guru (BPG), Lembar Kegiatan Siswa (LKS), dan Tes Hasil Belajar. Sedangkan menurut Nazarudin (Nurrokhmah, 2014:27) perangkat pembelajaran terdiri dari Analisis Pekan Efektif, Program Tahunan, Program Semester, Silabus, Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), dan Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM). Perangkat pembelajaran dalam penelitian ini dibatasi pada Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dan Lembar Kegiatan Siswa (LKS).

b. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) 1) Pengertian RPP

(47)

28

pembelajaran menjadi pedoman penerapan pembelajaran untuk mecapai tujuan pembelajaran.

Menurut Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Permendikbud) Nomor 81A tahun 2013 tentang Implementasi Kurikulum Pedoman untuk Pembelajaran, RPP adalah rencana pembelajaran yang dikembangkan secara rinci dari suatu materi pokok atau tema tertentu yang mengacu pada silabus. RPP juga merupakan suatu sistem yang terdiri atas komponen-komponen yang saling berhubungan serta berinteraksi satu sama lain, dan memuat langkah-langkah pelaksanaannya untuk mencapai tujuan atau membentuk kompetensi (Mulyasa, 2006:216). Dari berbagai pengertian RPP yang dikemukakan oleh ahli dapat disimpulkan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) adalah rancangan kegiatan pembelajaran yang berisi langkah-langkah yang akan dilakukan oleh guru dan siswa guna mencapai tujuan pembelajaran.

2) Fungsi RPP

Perencanaan pembelajaran menjadi salah satu elemen kritis dalam proses pembelajaran (Burden, 1998:19). Burden (1998:19) juga menyebutkan kegunaan perencanaan pembelajaran seperti RPP salah satunya adalah memberikan arahan, rasa percaya diri dan aman. Dengan adanya RPP dapat mengurangi kecemasan dalam pembelajaran yang akan dilakukan.

(48)

29

fungsi pelaksanaan adalah untuk mengefektifkan proses pembelajaran sesuai dengan apa yang direncanakan. Pengembangan RPP disusun secara sistematis dan menyeluruh sesuai dengan kebutuhan dan kemampuan siswa agar pembelajaran dapat berjalan efektif sesuai rencana.

3) Prinsip Pengembangan RPP

Prinsip penyusunan dan pengembangan RPP menurut Permendikbud Nomor 81 A tahun 2013 adalah sebagai berikut.

a) RPP disusun guru sebagai terjemahan dari ide kurikulum dan berdasarkan silabus yang telah dikembangkan di tingkat nasional ke dalam bentuk rancangan proses pembelajaran untuk direalisasikan dalam pembelajaran.

b) RPP dikembangkan guru dengan menyesuaikan apa yang dinyatakan dalam silabus dengan kondisi di satuan pendidikan baik kemampuan awal peserta didik, minat, motivasi belajar, bakat, potensi, kemampuan sosial, emosi, gaya belajar, kebutuhan khusus, kecepatan belajar, latar belakang budaya, norma, nilai, dan/atau lingkungan peserta didik.

c) Mendorong partisipasi aktif peserta didik.

d) Sesuai dengan tujuan Kurikulum 2013 untuk menghasilkan peserta didik sebagai manusia yang mandiri dan tak berhenti belajar, proses pembelajaran dalam RPP dirancang dengan berpusat pada peserta didik untuk mengembangkan motivasi, minat, rasa ingin tahu, kreativitas, inisiatif, inspirasi, kemandirian, semangat belajar, keterampilan belajar dan kebiasaan belajar.

(49)

30

f) Proses pembelajaran yang tertuang dalam RPP dirancang untuk mengembangkan kegemaran membaca, pemahaman beragam bacaan, dan berekspresi dalam berbagai bentuk tulisan.

g) Memberikan umpan balik dan tindak lanjut.

h) RPP memuat rancangan program pemberian umpan balik positif, penguatan, pengayaan, dan remedi. Pemberian pembelajaran remedi dilakukan setiap saat setelah suatu ulangan atau ujian dilakukan, hasilnya dianalisis, dan kelemahan setiap peserta didik dapat teridentifikasi. Pemberian pembelajaran diberikan sesuai dengan kelemahan peserta didik.

i) Keterkaitan dan keterpaduan.

j) RPP disusun dengan memperhatikan keterkaitan dan keterpaduan antara KI dan KD, materi pembelajaran, kegiatan pembelajaran, penilaian, dan sumber belajar dalam satu keutuhan pengalaman belajar. RPP disusun dengan mengakomodasikan pembelajaran tematik, keterpaduan lintas matapelajaran untuk sikap dan keterampilan, dan keragaman budaya.

k) Menerapkan teknologi informasi dan komunikasi.

l) RPP disusun dengan mempertimbangkan penerapan teknologi informasi dan komunikasi secara terintegrasi, sistematis, dan efektif sesuai dengan situasi dan kondisi.

(50)

31

a) Indikator Kompetensi yang dirumuskan dalam RPP harus jelas agar kegiatan pembelajaran yang dilakukan benar-benar dapat membentuk kompetensi tersebut.

b) Kegiatan pembelajaran yang disusun dan dikembangkan dalam RPP harus menunjang, dan sesuai dengan kompetensi dasar, indikator dan tujuan pembelajaran yang akan diwujudkan.

c) Harus ada kesesuaian media dan sumber belajar yang dipilih dengan karakter indikator dan materi pokok yang ada.

d) Harus ada kesesuaian antara penilaian dalam RPP dengan komponen seperti KD-indikator, metode dan karakter materinya.

e) RPP harus sederhana dan fleksibel serta dapat dilaksanakan dalam kegiatan pembelajaran, dan pembentukan kompetensi peserta didik.

f) RPP yang dikembangkan harus utuh dan menyeluruh, merupakan satu kesatuan yang jelas pencapaiannya. Artinya SK, KD, indikator, tujuan pembelajaran, materi, metode, media, dan penilaian harus sesuai dan searah.

g) Harus ada koordinasi antar komponen pelaksana program di sekolah terutama apabila pembelajaran dilaksanakan secara tim atau dilaksanakan di luar kelas, agar tidak mengganggu jam-jam pelajaran yang lain.

(51)

32 4) Komponen dan format RPP

Rencana pembelajaran hendaknya mengandung tiga komponen, yaitu 1) tujuan pengajaran; 2) materi pelajaran/bahan ajar, pendekatan dan metode mengajar, media pengajaran dan pengalaman belajar; dan 3) evaluasi keberhasilan (Gagne dan Briggs, 1974). Sedangkan Permendiknas menyebutkan RPP terdiri dari beberapa komponen, yaitu (1) data sekolah, mata pelajaran, dan kelas/semester; (2) materi pokok; (3) alokasi waktu; (4) tujuan pembelajaran, KD dan indikator pencapaian kompetensi; (5) materi pembelajaran; metode pembelajaran; (6) media, alat dan sumber belajar; (6) langkah-langkah kegiatan pembelajaran; dan (7) penilaian.

5) Langkah-langkah pembelajaran a) Kegiatan Pendahuluan

Kegiatan pendahuluan merupakan sebuah bentuk kegiatan awal untuk memberikan mtivasi, menginformasikan pengetahuan dan keterampilan prasyarat yang harus dikuasai, dan tujuan atau standar kompetensi yang akan diperoleh dalam pembelajaran (Yaumi, 2013:243).

b) Kegiatan Inti

(52)

33

Mengamati, Menanya, Mengumpulkan informasi, Mengasosiasi, Mengkomunikasikan.

c) Kegiatan Penutup

Merupakan kegiatan yang dilakukan untuk mengakhiri aktivitas pembelajaran yang dapat dilakukan dalam bentuk rangkuman atau kesimpulan, penilaian dan refleksi, umpan balik, dan tindak lanjut.

c. Lembar Kegiatan Siswa (LKS) 1) Pengertian LKS

Lembar Kegiatan Siswa (LKS) adalah panduan siswa yang digunakan untuk melakukan kegiatan penyelidikan atau pemecahan masalah (Trianto, 2014:111). LKS memuat sekumpulan kegiatan mendasar yang harus dilakukan siswa untuk memaksimalkan pemahaman dalam mencapai tujuan belajar. Menurut Prahmana (2015), lembar kegiatan siswa (student worksheet) merupakan lembaran-lembaran berisi tugas yang harus dikerjakan siswa yang berisi petunjuk dan langkah-langkah untuk menyelesaikan tugas tersebut. Tugas-tugas yang diberikan kepada siswa dapat berupa teoritis dan atau praktis (Majid, 2013:177).

(53)

34

Siswa menurut Achmadi (1996:35) yang dikutip oleh Nurdin dalam buku yang berjudul Kurikulum dan Pembelajaran (2016:112).

a) Mengaktifkan siswa dalam proses pembelajaran. b) Melatih siswa untuk mengembangkan konsep.

c) Melatih siswa untuk menemukan dan mengembangkan keterampilan proses. d) Sebagai pedoman guru dan siswa dalam melaksanakan proses kegiatan

pembelajaran.

e) Membantu siswa dalam memperoleh informasi tentang konsep yang dipelajari melalui proses kegiatan pembelajaran secara sistematis.

f) Membantu siswa dalam memperoleh catatan materi yang dipelajari melalui kegiatan pembelajaran.

2) Penyusunan LKS yang baik

Menurut Darmojo dan Kaligis (1992:42-45), dalam menyusun LKS yang baik harus memenuhi persyaratan-persyaratan sebagai berikut.

a) Syarat Didaktik

LKS sebagai sarana seorang guru untuk membelajarkan konsep kepada siswa harus memenuhi syarat-syarat didaktik, artinya LKS harus memenuhi asas-asas belajar-mengajar yang efektif, yaitu:

(1) Memerhatikan adanya perbedaan individual.

(2) Tekanan pada proses untuk menemukan konsep-konsep.

(54)

35

(4) Dapat mengembangkan kemampuan komunikasi social, emosional, moral, dan estetika pada diri anak.

(5) Pengalaman belajarnya ditentukan oleh tujuan pengembangan pribadi siswa (intelektual, emosional dan sebagainya), dan bukan ditentukan oleh materi bahan pelajaran.

b) Syarat Konstruksi

Syarat konstruksi berkenaan dengan penggunaan bahasa, susunan kalimat, kosa kata, tingkat kesukaran, dan kejelasan yang pada hakikatnya haruslah tepat guna dalam arti dapat dimengerti oleh siswa.

(1) Menggunakan bahasa yang sesuai dengan tingkat kedewasaan anak. (2) Menggunakan struktur kalimat yang jelas.

(3) Memiliki tata urutan pelajaran yang sesuai dengan tingkat kemampuan anak.

(4) Hindarkan pertanyaan yang terbuka.

(5) Tidak mengacu pada buku sumber yang diluar kemampuan keterbacaan siswa.

(6) Menyediakan ruangan yang cukup untuk memberi keleluasaan pada siswa untuk menulis maupun menggambarkan pada LKS.

(7) Menggunakan kalimat yang sederhana dan pendek. (8) Ilustrasi lebih banyak dianjurkan daripada kata-kata.

(55)

36 c) Syarat Teknis

Pembahasan syarat teknis dikategorikan sebagai berikut. (1) Tulisan

(a) Menggunakan huruf cetak dan tidak menggunakan huruf latin atau romawi.

(b) Menggunakan huruf tebal yang agak besar untuk topik, bukan huruf biasa yang diberi garis bawah.

(c) Menggunakan tidak lebih dari 10 kata dalam satu baris.

(d) Menggunakan bingkai untuk membedakan kalimat perintah dengan jawaban siswa.

(e) Mengusahakan agar perbandingan besarnya huruf dengan besarnya gambar serasi.

(2) Gambar

Gambar yang baik untuk LKS adalah yang dapat menyampaikan pesan/isi dari gambar tersebut secara efektif kepada pengguna LKS. Pemilihan gambar disesuaikan dengan tahapan umur siswa. Anak pra-operasional dan pra-operasional konkret senang melihat gambar yang bagus tetapi belum tentu dapat menangkap isinya. Hal yang lebih penting adalah kejelasan isi/pesan dari gambar itu secara keseluruhan.

(3) Penampilan

(56)

37

sehingga membosankan atau tidak menarik. Dan apabila ditampilkan dengan gambar saja, pesan/isinya tidak akan sampai ke siswa. Oleh karena itu, LKS yang baik memiliki kombinasi antara gambar dan tulisan.

6. Kemampuan Pemecahan Masalah

Memperhatikan kembali pengertian suatu masalah, siswa sangat penting belajar pemecahan masalah, langkah-langkah pemecahan masalah seperti yang telah disebutkan, sehingga kemampuan pemecahan masalah sangat dibutuhkan siswa khususnya dalam menyelesaikan masalah matematika. Siswa dituntut untuk berpikir kritis, logis dan kreatif dalam menyelesaikan soal-soal yang diberikan oleh guru. Kemampuan pemecahan masalah adalah kemampuan menyelesaikan masalah rutin maupun non-rutin (Lestari, 2015:84). Masalah rutin adalah masalah yang prosedur penyelesaiannya menggunakan pengulangan algoritma, sedangkan masalah non-rutin adalah masalah yang prosedur penyelesaiannya memerlukan perencanaan penyelesaian, tidak sekedar menggunakan rumus, teorema dan dalil.

(57)

38

Berikut merupakan indikator untuk mengukur kemampuan pemecahan masalah (Lestari, 2015:85).

a. Menuliskan unsur-unsur yang diketahui dan ditanyakan, serta kecukupan unsur yang diperlukan.

b. Merumuskan masalah matematis atau menyusun model matematis. c. Menerapkan strategi untuk menyelesaikan masalah.

d. Menjelaskan atau menginterpretasikan hasil penyelesaian masalah.

National Council of Teachers of Mathematics (NCTM) menyebutkan Indikator

untuk mengukur kemampuan pemecahan masalah sebagai berikut: (dikutip dari Widjajanti, 2004:408)

a. Menerapkan dan mengadaptasi berbagai pendekatan dan strategi untuk menyelesaikan masalah.

b. Menyelesaikan masalah yang muncul di dalam matematika atau di dalam konteks lain yang melibatkan matematika.

c. Membangun pengetahuan matematis yang baru lewat pemecahan masalah. d. Memonitor dan merefleksi pada proses pemecahan masalah matematis.

(58)

39 7. Model Pengembangan ADDIE

Berbagai model pengembangan penelitian diberikan oleh beberapa ahli. Pengembangan perangkat pembelajaran yang digunakan oleh peneliti mengacu pada model pengembangan ADDIE yang dikembangkan oleh Dick & Carey. Model penelitian dan pengembangan ADDIE biasa digunakan dalam desain pembelajaran kepada siswa, namun dalam perkembangannya model ADDIE juga digunakan dalam penelitian pengembangan produk seperti model, strategi, metode pembelajaran dan bahan ajar. Menurut Padmo, dkk (2004:415) model ADDIE meliputi Analysis, Design, Development, Implementation and Evaluation.

a. Analysis

Pada tahap analisis meliputi berbagai kegiatan diantaranya, analisis masalah di lapangan, analisis karakteristik siswa di lapangan, mengidentifikasi isi/materi pembelajaran serta mengidentifikasi strategi pembelajaran.

b. Design

(59)

40 c. Development

Kegiatan pada tahap development yaitu mengembangkan perangkat produk (materi/bahan dan alat) yang diperlukan dalam pengembangan. Berbasis pada hasil rancangan produk, pada tahap ini mulai dibuat produknya (materi/bahan, alat) yang sesuai dengan struktur model.

d. Implementation

Kegiatan implementation meliputi memulai menggunakan produk baru dalam pembelajaran atau lingkungan yang nyata, melihat kembali tujuan-tujuan pengembangan produk, interaksi antar peserta didik serta menanyakan umpan balik awal proses evaluasi.

e. Evaluation

Tahap evaluation diantaranya melihat kembali dampak pembelajaran dengan cara yang kritis, mengukur ketercapaian tujuan pengembangan produk, mengukur apa yang telah mampu dicapai oleh sasaran serta mencari informasi apa saja yang dapat membuat siswa dapat mencapai hasil dengan baik.

8. Kriteria Produk Pengembangan yang Berkualitas

Perangkat pembelajaran merupakan komponen utama dari suatu pembelajaran. Perangkat pembelajaran harus memenuhi kualitas yang baik agar dapat mewujudkan pembelajaran yang efektif dan dapat memotivasi siswa dalam belajar. Menurut Nieeven (1999:126), kualitas suatu produk pengembangan pendidikan harus memenuhi 3 kriteria yaitu kevalidan, kepraktisan dan keefektifan.

(60)

41 a. Kevalidan

Kevalidan perangkat pembelajaran diukur dengan menilai segi materi dari perangkat pembelajaran. Produk dikatakan valid apabila materi yang disajikan berkualitas termasuk dari segi kurikulumnya serta seluruh komponen perangkat pembelajaran terhubung secara konsisten (Nieeven, 1999:127).

b. Kepraktisan

Kepraktisan perangkat pembelajaran merupakan salah satu kriteria yang ditinjau dari segi kemudahan guru maupun siswa dalam menggunakan perangkat pembelajaran. Produk memenuhi kriteria praktis apabila memudahkan pemahaman bagi guru maupun siswa dengan adanya produk tersebut.

c. Keefektifan

Keefektifan suatu perangkat pembelajaran ditinjau dari segi apresiasi siswa dalam belajar. Semakin tinggi apresiasi siswa dalam belajar tentunya motivasi belajar dan daya tarik siswa untuk belajar juga tinggi. Hal tersebut yang akan mendukung dalam pencapaian prestasi siswa. Produk dikatakan efektif apabila memenuhi pencapaian pembelajaran yang diinginkan.

9. Teorema Pythagoras

(61)

42 Perhatikan segitiga ABC!

Gambar 2. Segitiga Siku-siku ABC

Jika ABC adalah segitiga siku-siku dengan panjang sisi miring a, sedangkan panjang sisi siku-sikunya adalah b dan c maka berlaku

2 = 2+ 2

Atau dalam bentuk pengurangan dapat dituliskan

2 = 2 2

2 = 2 2

Dengan menggunakan konsep teorema Pythagoras, dapat ditentukan jenis suatu segitiga jika diketahui ketiga panjang sisi-sisinya (Nuharini & Wahyuni, 2008:124). a. Jika kuadrat sisi terpanjang = jumlah kuadrat sisi-sisi yang lain maka segitiga

tersebut siku-siku.

b. Jika kuadrat sisi terpanjang < jumlah kuadrat sisi-sisi yang lain maka segitiga tersebut lancip.

c. Jika kuadrat sisi terpanjang > jumlah kuadrat sisi-sisi yang lain maka segitiga tersebut tumpul.

(62)

43

berlaku pada kelipatan n. Berikut ini merupakan contoh kelompok tiga bilangan yang termasuk tripel Pythagoras.

3,4,5 6,8,10 5,12,13

10,24,26 8,15,17

16,30,34 7,24,25 14,48,50 20,21,29 11,60,61

Perbandingan sisi-sisi segitiga pada segitiga siku-siku dengan sudut khusus

[image:62.595.223.393.366.544.2]

a. � ° °

Gambar 3. Segitiga Sama Sisi DGF

Segitiga DGF di atas adalah segitiga sama sisi dengan DG = GF = DF = cm dan ∠ = ∠ = ∠ = °. Ruas garis EF tegak lurus dengan ruas garis DG dan EF merupakan garis tinggi sekaligus garis bagi ∠ . Titik E adalah titik tengah DG dimana DG = cm, sehingga panjang DE = cm.

Berdasarkan teorema Pythagoras, pada segitiga FEG berlaku

2 = 2 2

= √ 2 2

(63)

44 = √ 2 2

= √ 2 2 = √ 2 = √

Dengan demikian, diperoleh perbandingan EG : EF : FG = : √ :

= 1: √ : 2

b. � °

Gambar 4. Segitiga Siku-siku Sama Kaki ABC

Segitiga ABC di atas merupakan segitiga siku-siku sama kaki dengan AC = BC= dan ∠ = ∠ = °. Dengan menggunakan teorema Pythagoras diperoleh

2 = 2+ 2

= √ 2+ 2 = √ 2 = √

Dengan demikian, diperoleh perbandingan sisi-sisi pada segitiga ABC sebagai berikut

(64)

45

Penggunaan teorema Pythagoras dalam kehidupan nyata

Sebuah tiang bendera mempunyai ketinggian 16,6 m. Amar berdiri di depan tiang bendera dan hormat kepada Sang Merah Putih pada jarak 8m. Jika tinggi Amar 1,6 m, berapakah jarak pandang Amar ke puncak tiang bendera?

Gambar 5. Permasalahan Kehidupan Nyata Berkaitan Teorema Pythagoras Penyelesaian: Jarak Amar ke tiang bendera dimisalkan x; x = 8 m

Selisih tiang bendera dengan tinggi Amar dimisalkan y y = 16,6 m – 1,6 m = 15 m

Jarak pandang Amar terhadap puncak tiang bendera dimisalkan z;

2 = 2 + 2

= √ 2+ 2 = √ 2+ 2

= √ +

= √

=

(65)

46 B. Penelitian yang Relevan

Penelitian yang dilakukan oleh Arifah (2013) yang berjudul “Pengembangan Perangkat Pembelajaran berbasis Pemecahan Masalah pada Materi Sudut untuk Siswa Sekolah Menengah Pertama” menunjukkan 82,35% siswa merespon positif

penggunaan perangkat pembelajaran berbasis pemecahan masalah dalam proses pembelajaran. Selain itu hasil belajar siswa setelah menggunakan perangkat pembelajaran berbasis pemecahan masalah menunjukkan 75,80% siswa telah memenuhi kriteria ketuntasan minimal. Persamaan penelitian ini dengan penelitian yang dilakukan oleh peneliti adalah penggunaan pemecahan masalah sebagai landasan pembuatan perangkat pembelajaran yang dikembangkan. Kemudian peneliti mengembangkan lagi dengan menambahkan variabel learning trajectory untuk mempermudah siswa maupun guru dalam mencapai tujuan pembelajaran.

(66)

47 C. Kerangka Berpikir

Pemecahan masalah merupakan hal yang penting untuk siswa dalam mengahadapi situasi atau persoalan apapun. Pemecahan masalah juga melatih cara berpikir siswa, melatih kreativitas dalam menyelesaikan masalah serta meningkatkan keterampilan dalam menyelesaikan masalah. Rendahnya kemampuan siswa dalam memecahkan masalah matematika tergolong cukup tinggi di Indonesia. Hal ini dapat terjadi karena berbagai faktor baik dari faktor pendidik maupun perangkat pembelajaran yang digunakan.

Salah satu faktor penyebab rendahnya kemampuan pemecahan masalah adalah pembelajaran ekpositori yang masih digunakan oleh guru matematika dalam mengajar. Selain itu, penggunaan LKS yang kurang memerhatikan keterampilan pemecahan masalah. LKS yang tersedia hanya berupa kumpulan soal dan rumus sehingga tidak memfasilitasi siswa dalam mengembangkan kemampuan pemecahan masalah. Rencana pembelajaran guru sebaiknya memerhatikan lintasan belajar siswa. Lintasan belajar sangatlah berperan penting dalam proses pemahaman siswa. Hal tersebut memberikan langkah prosedural bagaimana mempelajari suatu pengetahuan. Dalam hal ini lintasan belajar yang dimaksud adalah learning trajectory.

(67)

48

langkah-langkah pemecahan masalah yang meliputi langkah memahami masalah, merencanakan strategi penyelesaian, menjalankan rencana strategi penyelesaian dan memeriksa kembali hasil yang diperoleh. Sedangkan learning trajectory digunakan sebagai acuan dalam melaksanakan pembelajaran. Dalam proses pembelajaran, guru membimbing siswa ketika melakukan kegiatan pemb

Gambar

Gambar 3. Segitiga Sama Sisi DGF
Gambar 6. Skema Kerangka Berpikir
Gambar 7. Embedded Mixed Method Design
Tabel 2. Aspek-aspek Pedoman Penilaian LKS Aspek Penilaian
+7

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian ini bertujuan untuk: (1) mengetahui keefektifan perangkat pembelajaran berbasis pendekatan realistik terhadap kemampuan pemecahan masalah dan intuisi

Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan: validitas, kepraktisan dan efektifitas perangkat pembelajaran yang dikembangkan dengan model pembelajaran kooperatif

Perangkat pembelajaran yang dikembangkan (RPP, buku guru, buku siswa, dan LKS). Tes kemampuan pemecahan masalah sudah memenuhi tingkat kevalidan dengan

Instrumen yang digunakan dalam penelitian yaitu lembar penilaian perangkat pembelajaran untuk mengukur kevalidan, angket respon guru, angket respon siswa, dan lembar

Penelitian ini bertujuan untuk menghasilkan desain perangkat pembelajaran RPP dan LKS yang sesuai dengan model pembelajaran berbasis masalah dan menganalisis

Secara umum, rumusan masalah yang diajukan dalam penelitian ini adalah bagaimana kevalidan, keefektifan dan kepraktisan perangkat pembelajaran model kooperatif tipe

Kriteria kepraktisan perangkat pembelajaran diperoleh dari analisis terhadap hasil validasi para ahli, dimana perangkat pembelajaran yang telah divalidasi oleh para

Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah lembar penilaian Lembar Kegiatan Siswa untuk mengukur kevalidan, angket respon penggunaan perangkat pembelajaran