SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Sebagai Persyaratan Dalam Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi
Jurusan Akuntansi
Diajukan Oleh :
BRYAN PRIYASDIKA
0813010037 / FE / AK
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN”
JAWA TIMUR
SKRIPSI
Diajukan Oleh :
BRYAN PRIYASDIKA
0813010037 / FE / AK
Kepada
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN”
JAWA TIMUR
Bursa Efek Indonesia
Disusun Oleh: Bryan Priyasdika 0813010037/FE/AKtelah dipertahankan dihadapan dan diterima oleh Tim Penguji Skripsi Program Studi Akuntansi Fakultas Ekonomi
Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur Pada tanggal 22 Februari 2013
Pembimbing : Tim Penguji :
Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur
Indonesia
Disusun Oleh:
Bryan Priyasdika 0813010037/FE/EA
telah dipertahankan dihadapan dan diterima oleh Tim Penguji Skripsi Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi
Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur pada tanggal 22 Februari 2013
Mengetahui Pembimbing Utama
ii
berkah, rahmat, dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi
dengan judul “Pengaruh Resiko, Kualitas Manajemen, dan Likuiditas Bank
Terhadap Capital Adequacy Ratio Bank-Bank yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia”.
Skripsi ini disusun sebagai salah satu persyaratan untuk memperoleh gelar
Sarjana Ekonomi (S-1) Jurusan Akuntansi pada Fakultas Ekonomi Universitas
Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.
Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam menyusun
skripsi ini, karena keterbatasan kemampuan dan pengetahuan. Oleh karena itu
penulis sadar bahwa skripsi ini dapat terselesaikan berkat bantuan dan dorongan
dari berbagai pihak. Oleh karena itu penulis ingin menyampaikan rasa terima
kasih yang sebesar-besarnya kepada:
1. Bapak Prof. Dr. Ir. Teguh Sudarto, MP, selaku rector Universitas
Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.
2. Bapak Dr. Dhani Ichsannuddin Nur, SE, MM, selaku Dekan Fakultas
Ekonomi Universitas Pembagunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.
3. Bapak Dr. Hero Priono, M.Si, AK, selaku Ketua Progdi Akuntansi
Fakultas Ekonomi Universitas Pembagunan Nasional “Veteran” Jawa
ii
5. Bapak Drs. Ec. Syafi’I, MM, AK, selaku Dosen wali penulis di jurusan
Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Pembagunan Nasional “Veteran”
Jawa Timur.
6. Bapak, Ibu Dosen dan Staf pengajar Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi
Universitas Pembagunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.
7. Mama, Papa, Adik, dan seluruh keluarga besarku yang selalu memberikan
doa, dukungan, perhatian dan pengorbanan yang begitu besar. Terima
kasih untuk semuanya.
8. Teman-teman seperjuangan yang telah membantu dalam penyusunan
skripsi ini yang tidak dapat disebutkan satu persatu.
Semoga Allah SWT melimpahkan berkah dan karunia-Nya kepada semua
pihak yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan skripsiku ini.
Dalam penulisan skripsi ini penulis menyadari masih banyak
kekurangan-kekurangan, tetapi penulis berharap semoga hasilnya dapat bermanfaat bagi
pihak-pihak yang berkepentingan.
Surabaya, Juli 2013
DAFTAR ISI ………... iii 1.1 Latar belakang Permasalahan……… 1
1.2 Perumusan Masalah……… 7
1.3 Tujuan Penelitian ……… 8
1.4 Manfaat Penelitian……….. 9
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Hasil Penelitian Terdahulu………... 10
2.2. Landasan Teori ……….... 13
2.2.1. Definisi Bank ..……… 13
2.2.2. Kesehatan Bank……… 15
2.2.3. Capital Adequacy Ratio (CAR)……… 18
2.2.4. Non Performing Loan (NPL)……… 22
2.2.6. Net Interst Margins (NIM)……… 30
2.2.6.1 Definisi (NIM)………... 30
2.2.6.2 Pengaruh NIM terhadap CAR ….. 30
2.2.7. A Liquid Asset to Total Deposit Ratios (LACSF)…... 32
2.2.7.1 Definisi (LACSF)………... 32
2.2.7.2 Pengaruh LACSF terhadap CAR ……….. 33
2.2.8. Total Equity to Total Liabilities (EQTL)….. 33
2.2.8.1 Definisi (EQTL)……….. 33
2.2.8.2 Pengaruh EQTL terhadap CAR…. 34 2.3 Kerangka Pikir………. 35
2.4 Hipotesis……….. 36
BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1. Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel… 37 3.2. Teknik Penentuan Sampel ..………... 41
3.4. Teknik Analisis dan Uji Hipotesis………... 44
3.4.1. Teknik Analisis Data……… 44
3.4.3. Uji Asumsi Klasik………. 45
3.4.4. Uji Hipotesis………. 47
BAB 4 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Deskripsi Obyek Penelitian ………. 49
4.1.1. Deskripsi Bank Umum yang Terdaftar di BEI ……….. 49
4.2. Deskripsi Hasil Penelitian ……….. 56
4.2.1. Deskripsi Variabel Non Performing Loans (X1) ………. 57
4.2.2. Deskripsi Variabel Indeks Resiko (X2) ……….. 58
4.2.3. Deskripsi Variabel Net Interest Margin (X3) ……….. 59
4.2.4. Deskripsi Variabel A Liquid Asset to Total Deposit Ratio (X4) ……….. 60
4.2.5. Deskripsi Variabel Tolal Equity to Total Liabilities (X5) ……… 61
4.3.4.1. Uji Kesesuaian Model atau
Uji F ... 71
4.3.4.2. Uji Parsial atau Uji t ………….. 72
4.4. Pembahasan Hasil Penelitian ……… 74
4.5. Perbedaan Hasil Penelitian Sekarang dengan Penelitian Terdahulu ……….. 79
4.6. Keterbatasan Penelitian ……… 79
BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN ………. 79
5.1. Kesimpulan ……… 81
5.2. Saran ………... 82
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Komponen Resiko Finansial ………. 26
DAFTAR TABEL
Tabel 2.2 Bobot Penilaian Tingkat Kesehatan Bank………. 16
Tabel 2.3 Standar Predikat Tingkat Kesehatan Bank …………... 17
Tabel 2.4 Kriteria Penilaian Tingkat Kesehatan Bank…………... 18
Tabel 3.1 Daftar Bank go public yang terdaftar di BEI …………... 42
Tabel 4.1 Rekapitulasi Data NPL (X1) ……… 57
Tabel 4.2 Rekapitulasi Data Indeks Resiko (X2) ……… 58
Tabel 4.3 Rekapitulasi Data NIM (X3) ……… 59
Tabel 4.4 Rekapitulasi Data LACSF (X4) ……… 61
Tabel 4.5 Rekapitulasi Data EQTL (X5) ……….. 62
Tabel 4.6 Rekapitulasi Data CAR (X6) ……… 63
Tabel 4.7 Hasil Uji Normalitas ………. 65
Tabel 4.8 Hasil Uji Multikolinieritas ……… 66
Tabel 4.9 Hasil Uji Heteroskedastisitas ………... 67
Tabel 4.10 Hasil Pendugaan Para Meter Regresi linier Berganda … 68 Tabel 4.11 Hasil Analisis Hubungan Kesesuaian Model …………. 71
Tabel 4.12 Hasil Analisis Varians Hubungan Secara Parsial ……... 72
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Tabel Rekapitulasi NPL (X1)
Lampiran 2. Tabel Rekapitulasi Indeks Resiko (X2)
Lampiran 3. Tabel Rekapitulasi NIM (X3)
Lampiran 4. Tabel Rekapitulasi LACSF (X4)
Lampiran 5. Tabel Rekapitulasi EQTL (X5)
Lampiran 6. Tabel Rekapitulasi CAR (Y)
Lampiran 7. Tabel Uji Normalitas dan Uji Multi kolinieritas
Lampiran 8. Tabel Uji Heterokedastisitas dan Uji Autokorelasi
Pengaruh Resiko, Kualitas Manajemen, dan Likuiditas Bank Terhadap Capital Adequacy Ratio Bank-Bank yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia
Oleh :
Bryan Priyasdika Abstraksi
Bank adalah lembaga kepercayaan yang berfungsi sebagai lembaga intermediasi, membantu kelancaran sistem pembayaran, dan tidak kalah pentingnya adalah sebagai lembaga yang menjadi sarana dalam pelaksanaan kebijakan pemerintah, yaitu kebijakan moneter. Karena fungsi-fungsinya tersebut, maka keberadaan bank yang sehat, baik secara individu maupun secara keseluruhan sebagai suatu sistem, merupakan prasyarat bagi suatu perekonomian yang sehat. Adanya merger besar-besaran dari bank besar yang ada waktu itu menyebabkan memakan biaya fiskal yang amat besar mencapai 51% dari Produk Domestik Bruto (PDB). Terjadinya krisis menumbuhkan kesadaran akan pentingnya stabilitas pasar keuangan yang membentuk sistem keuangan. Kondisi perekonomian yang terjadi sebelumnya berimbas pada sektor perbankan harus menjadi bahan pembelajaran. Perusahaan perbankan merupakan lembaga keuangan yang berfungsi sebagai perantara keuangan, selain itu bank juga sebagai lembaga yang memperlancar lalu lintas pembayaran. Penelitian ini bertujuan mengetahui bagaimana pengaruh NPL, ZRISK, NIM, LACSF, dan EQTL terhadap CAR Bank-Bank yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.
Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah perusahaan perbankan yang tercatat di Bursa Efek Indonesia periode tahun 2009-2011. Jumlah sampel yang digunakan adalah 15 bank umum go public yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Sampel penelitian diambil secara purposive sampling. Teknik analisis menggunakan analisis regresi linier berganda dengan uji hipotesis yaitu uji t dan uji F.
Berdasarkan hasil yang dilakukan dikemukakan bahwa terdapat pengaruh positif signifikan net performing loan, net interest margin, a liquid to total deposit ratio terhadap capital adequacy ratio. Sedangkan yang tidak signifikan indeks resiko (ZRISK), dan Equity to Total Liabilities (EQTL).
1
Bank adalah lembaga kepercayaan yang berfungsi sebagai lembaga
intermediasi, membantu kelancaran sistem pembayaran, dan tidak kalah
pentingnya adalah sebagai lembaga yang menjadi sarana dalam pelaksanaan
kebijakan pemerintah, yaitu kebijakan moneter. Karena fungsi-fungsinya
tersebut, maka keberadaan bank yang sehat, baik secara individu maupun
secara keseluruhan sebagai suatu sistem, merupakan prasyarat bagi suatu
perekonomian yang sehat. Di Indonesia, sebagaimana diatur dalam undang
undang, yang dimaksud dengan bank adalah bank usaha yang menghimpun
dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkan dana tersebut
kembali kepada masyarakat dalam bentuk kredit atau bentuk lain dalam
rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak, disebut dengan fungsi
intermediasi dapat berjalan dengan baik apabila kedua belah pihak tersebut,
yaitu penyimpan dana dan peminjam dana memiliki kepercayaan terhadap
bank (Warjiyo, 2004).
Pada tahun 1997 terjadinya krisis moneter dan perbankan, sistem
perekonomian diguncang hebat oleh adanya krisis ekonomi yang secara global
melanda dan berpengaruh sistem perbankan negara Indonesia. Efek yang
terjadi secara ekonomi sangatlah dirasakan dan yang terjadi pada sektor
perbankan. Adanya merger besar-besaran dari bank besar yang ada waktu itu
51% dari Produk Domestik Bruto (PDB). Terjadinya krisis menumbuhkan
kesadaran akan pentingnya stabilitas pasar keuangan yang membentuk sistem
keuangan.
Pasal 29 UU No.7 Tahun 1992 sebagaimana telah diubah dengan UU
No. 10 Tahun 1998 tentang perbankan; Bank wajib memelihara tingkat
kesehatan sesuai dengan ketentuan kecukupan modal, kualitas asset, kualitas
manajemen, likuiditas, rentabilitas dan solvabilitas, serta aspek lain yang
berkaitan dengan usaha bank dan wajib melakukan kegiatan usaha sesuai
dengan prinsip kehati-hatian. Hal ini menjadikan sektor perbankan yang
sangat strategis dalam perekonomian, sehingga pentingnya tingkat kesehatan
bank perlu diperhatikan.
Kondisi perekonomian yang terjadi sebelumnya berimbas pada sektor
perbankan harus menjadi bahan pembelajaran. Perusahaan perbankan
merupakan lembaga keuangan yang berfungsi sebagai perantara keuangan,
selain itu bank juga sebagai lembaga yang memperlancar lalu lintas
pembayaran. Landasan kegiatan usaha bank adalah kepercayaan, bank dalam
operasinya lebih banyak menggunakan dana dari masyarakat dibanding
dengan modal sendiri dari pemilik atau pemegang saham, oleh karena itu
pengelola bank dalam melakukan usahanya dituntut untuk dapat menjaga
keseimbangan antara pemeliharaan likuiditas yang cukup dengan pencapaian
kondisi yang demikian maka kinerja keuangan bank dapat dikatakan baik.
(Sumatra, 2000:50).
Perusahaan perbankan diperlukan pengawasan, regulasi, serta kontrol
dari kinerja perbankan. Hal tersebut bermanfaat bagi pemakainya sebagai
umpan balik yang dapat membantu para manajer dan pemerintahan untuk
mengindentifikasikan masalah dan membantu pemecahannya, secara internal
manajemen dan eksternal regulasi serta kebijakan terkait perbankan dan
moneter, sehingga dapat digunakan untuk memperbaiki kinerja operasi
perbankan secara nasional, dan menekan efek moneter global yang
merugikan.
Perusahaan perbankan sedang melakukan sistem melalui implementasi
Arsitektur Perbankan Indonesia (API) dimana secara bertahap dalam jangka
waktu lima sampai dengan sepuluh tahun kedepan API akan
diimplementasikan dengan visi yang jelas. Visi API adalah menciptakan
sistem perbankan yang sehat, kuat dan efisien guna menciptakan kestabilan
sistem keuangan dalam rangka membantu mendorong pertumbuhan ekonomi
nasional.
Kinerja perbankan, hubungan antara modal bank pendapatan peraturan
saat ini menjadi sorotan yang penting di perhatikan pada negara berkembang
terutama seperti di Indonesia. Anggapan modal besar maka akan menjauhakan
diri dari resiko kebangkrutan, ataupun kinerja manajemen yang efektif dan
tersebut harusnya di sesuaikan dengan kondisi ekonomi, dan bisnis di negara
yang bersangkutan.
Aktivitas dan upaya peningkatan kinerja perbankan tentu di pengaruhi
oleh campurtangan pemerintah dengan penetapan suku bunga (SBI), maupun
penentuan standar modal yang dimiliki bank dalam bentuk Giro Wajib
Minimum (GWM), sehingga penentuan rasio modal yang di tentukan
mempengaruhi kinerja perbankan.
Sumber utama indikator yang dijadikan dasar penelitian perusahaan
adalah laporan keuangan yang bersangkutan. Berdasarkan laporan keuangan
perusahaan dapat dihitung sejumlah rasio keuangan yang lazim dijadikan
dasar penilaian kinerja perusahaan. Analisis rasio merupakan salah satu alat
untuk mengukur tingkat efektifitas operasi perusahaan perbankan. Salah satu
yang diterapkan dalam usaha perbankan adalah menggunakan rasio
CAMELS. Analisa ini mencakup komponen berupa Capital, rasio kecukupan
modal. Asset, rasio kualitas aktiva untuk mengukur kualitas aktiva produktif.
Managemen, rasio untuk menilai kualiatas manajemen. Earning, rasio menilai
rentabilitas bank dan mengukur rentabilitas bank dan mengukur profitabilitas.
Liquidity sebagai ukuran likuiditas bank dan Sensitivity to Market Risk sebagai
untuk menilai resiko pasar industri.
Aspek kualitas aktiva dengan NPL( Non Performing Loan) sebagai
rasio antara kredit bermasalah atas total kredit, mengindentifikasi bank dapat
profit dari kegiatan pemberian kredit karena banyak kredit bermasalah
menimbulkan potensi loss bagi bank, rendahnya NPL membantu memperbaiki
ketersediaan modal.
Aspek resiko industri dengan ZRISK merupakan pendekatan melalui
penilaian terhadap komponen–komponen modal atau cadangan yang di bentuk
untuk meng–cover fluktuasi suku bunga dibandingkan dengan potensial loss
sebagai akibat fluktuasi (adverse movement) suku bunga, kecukupan
penerapan sistem menejemen resiko pasar dan penerapan rumusan antara
aspek Earnings dari ROA dijumlahkan EQTA (modal berbanding aset)
dibagi dengan standart deviasi ROA. Sebagai rasio resiko menimbulkan
potensi menaikan ketersediaan modal apabila resiko industri meningkat.
Aspek rentabilitas dan profitabilitas dengan NIM (Net Interest
Margin) sebagai rasio antara pendapatan bunga bersih atas rata-rata aktiva
produktif, mengindentifikasikan kemampuan bank dalam meningkatkan
keuntungan. NIM yang memberikan petunjuk adanya inefesiensi perbankan.
Ketersediaan NIM tinggi menjadikan membantu ketersediaan modal.
Aspek likuiditas dengan LACSF (A Liquid Asset to Total Deposit
Ratio) sebagai rasio antara aset likuid atas total deposit, mengindentifikasikan
ketersediaan dana dan sumber dana bank pada saat ini dan masa yang akan
datang. Dengan ketersediaan likuiditas yang baik bank setiap saat dapat
memenuhi kewajiban kewajiban yang harus dibayar sehingga LACSF yang
Aspek leverage dengan EQTL (Total Equity to Total Liabilities)
sebagai rasio antara total ekuitas atas total liabilitas, mengindentifikasikan
ketersediaan dana dan sumber dana bank berupa ekuitas pada saat ini dan
yang akan datang untuk memenuhi kewajiban-kewajiban yang harus dibayar
sehingga EQTL yang tinggi membantu ketersediaan modal.
Rubi Ahmad (2008), meneliti tentang “The Determinants of Bank
Capital Ratios in a Developing Economy“. Berdasarkan hasil penelitianya
diperoleh variabel yang signifikan berpengaruh positif terhadap Capital
Adequacy Ratio (CAR) adalah NPL, POST99, EQTL dan LASCF. Sedangkan
REGRWC dan SIZE adalah yang berpengaruh negatif terhadap Capital
Adequacy Ratio of Bank.
A. Sinan Cebenoyan (1990), meneliti tentang “Ownership Structure,
Charter Value, And Risk-Taking Behaviour for Thrifts”. Berdasarkan hasil
penelitianya diperoleh variabel yang signifikan berpengaruh positif terhadap
Capital Adequacy Ratio (CAR) adalah Untuk Koefisien LOGSIZE dan
MKBKIN adalah yang signifikan dan positif terhadap RISK. Sedangkan
koefisien MKBK adalah yang signifikan dan negatif terhadap RISK. Serta
koefisien UNEMP, dan LIBSTATE adalah yang tidak signifikan terhadap
RISK.
Desie Anggita yudanto (2010), meneliti tentang “Determinan Capital
Adequacy Ratio Pada Perusahaan Perbankan Go Publik di Bursa Efek
Variabel yang positif signifikan berpengaruh terhadap CAR adalah LACSF,
dan EQTL. Sedangkan variabel yang negatif signifikan berpengaruh terhadap
CAR adalah NPL dan SIZE.
Farah Margaretha (2008), meneliti tentang “Pengaruh Resiko,
Kualitas Manjemen, Ukuran dan Likuiditas Bank terhadap Capital Adequacy
Ratio bank-bank yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia”. Berdasarkan hasil
penelitianya diperoleh variabel ZRISK, NIM, LACSF, serta EQTL
berpengaruh signifikan terhadap CAR. Untuk variabel NPL dan SIZE tidak
mempunyai pengaruh terhadap CAR.
Alasan dipilihnya industri perbankan karena kegiatan bank sangat
diperlukan bagi lancarnya kegiatan perekonomian di sektor riil. Sektor riil
tidak akan dapat bekerja dengan baik apabila sektor moneter tidak bekerja
dengan baik. Objek penelitian adalah 15 bank umum di Indonesia pada
periode 2009-2011. Krisis perbankan merupakan salah satu penyebab dari
krisis ekonomi di Indonesia, dan menjadi penyebab utama Indonesia belum
keluar dari krisis.
Berdasarkan uraian di atas penulis akan melakukan penelitian dengan
judul Pengaruh Resiko, Kualitas Manajemen, dan Likuiditas Bank
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan, permasalahan
yang akan dikaji sebagai berikut :
1. Bagaimanakah pengaruh Non Performing Loan (NPL) terhadap Capital
Adequacy Ratio (CAR) pada perusahaan perbankan yang terdaftar di BEI
?
2. Bagaimanakah pengaruh Indeks Resiko (ZRISK) terhadap Capital
Adequacy Ratio (CAR) pada perusahaan perbankan yang terdaftar di BEI
?
3. Bagaimanakah pengaruh Net Interest Margin (NIM) terhadap Capital
Adequacy Ratio (CAR) pada perusahaan perbankan yang terdaftar di BEI
?
4. Bagaimanakah pengaruh A Liquid Asset to Total Deposit Ratio (LACSF)
terhadap Capital Adequacy Ratio (CAR) pada perusahaan perbankan
yang terdaftar di BEI ?
5. Bagaimanakah pengaruh Total Equity to Total Liabilities (EQTL)
terhadap Capital Adequacy Ratio (CAR) pada perusahaan perbankan
yang terdaftar di BEI ?
1.3 Tujuan Penelitian
Sesuai latar belakang yang telah diuraikan dan masalah yang telah di
pengaruh Non Performing Loan (NPL), Indeks Resiko (ZRISK), Net Interest
Margin (NPM), A Liquid Asset to Total Deposit Ratio (LACSF), dan Total
Equity to Total Liability (EQTL) terhadap Capital Adequacy Ratio (CAR)
pada perusahaan yang go public di bursa efek Indonesia periode 2009-2011.
1.4 Manfaat Penelitian
Manfaat yang di peroleh dalam penelitian ini adalah:
1. Bagi peneliti : menambah wawasan dan pengetahuan penulis, pelaku bisnis
perbankan dan pihak-pihak lain yang berkepentingan mengenai pengaruh Non
Performing Loan (NPL), Indeks Resiko (ZRISK), Net Interest Margin
(NPM), A Liquid Asset to Total Deposit Ratio (LACSF), dan Total Equity to
Total Liability (EQTL) terhadap Capital Adequacy Ratio ( CAR).
2. Bagi praktisi : memberikan sumbangan pemikiran bagi pelaku bisnis
perbankan untuk menjadi pertimbangan dalam pembuatan keputusan terhadap
kebijakan Capital Adequacy Ratio (CAR) agar dapat meminimalkan resiko
keuangan.
3. Bagi Akademis : memberikan informasi bagi penelitian berikutnya yang
10
Beberapa peneliti telah melakukan penelitian tentang pengaruh Non
Performing Loans (NPL), Resiko Nilai Indeks (ZRISK), Net Interst Margin
(NIM), Liquid Asset to Total Deposit (LACSF) dan Ratio of Total Equity to
Total Liabilities (EQTL) terhadap Capital Adequacy Ratio (CAR). Hasil dari
beberapa peneliti akan digunakan sebagai bahan referensi dan Perbandingan
dalam penelitian ini, antara lain sebagai berikut:
1. Rubi Ahmad (2008), meneliti tentang The Determinants of Bank Capital Ratios in a Developing Economy. Dalam penelitiannya menunjukkan
hubungan positif yang kuat antara modal dan aturan manajemen bank
dalam mngambil resiko. Penetapan Resiko modal dan regulasi tidak
memiliki pengaruh terhadap bagaimana peraturan modal disesuaikan oleh
bank yang modalnya rendah. Akhirnya, keputusan modal bank tampaknya
tidak didorong oleh profitabilitas bank, menemukan tidak konsisten
dengan negara maju yang telah lama menekan pentingnya pendapatan
sebagai penentu rasio kecukupan modal. Meskipun penelitian hanya
berfokus pada satu pengembangan ekonomi, temuan ini dapat membantu
untuk mengindentifikasi korelasi modal bank di negara maju dan negara
berkembang. Dari hasil penelitian REGRWC dan SIZE berpengaruh
Charter Value, And Risk-Taking Behaviour for Thrifts. Dalam
penelitiannya mempelajari tentang hubuangan antara ekuitas struktur
kepemilikan, piagam nilai, dan mengambil resiko. Tingkat kepemilikan
saham manajerial berkaitan dengan pengambilan resiko tidak
menguntungkan dan dengan tingkat kepemilikan yang rendah. Dari hasil
penelitian MKBK berpengaruh negatif signifikan, sedangkan LOGSIZE
dan MKBKIN berpengaruh positif signifikan terhadap Risk.
3. Desie Anggita yudanto (2010), Meneliti Tentang Determinan Capital
Adequacy Ratio Pada Perusahaan Perbankan Go Publik di Bursa Efek
Indonesia Periode 2005-2008. Dalam penelitiannya Desie Anggita
Yudanto menggunakan enam variabel, yaitu NPL, ZRISK, NIM, LACSF,
SIZE dan EQTL. Metode Penelitian yang digunakan adalah persamaan
regresi linier berganda. Dari hasil penelitian NPL dan SIZE berpengaruh
negatif signifikan, sedangkan LACSF dan EQTL berpengaruh positif
signifikan terhadap CAR.
4. Farah Margaretha (2008), Meneliti tentang Pengaruh Resiko, Kualitas
Manjemen, Ukuran dan Likuiditas Bank terhadap Capital Adequacy Ratio
bank-bank yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Dalam penelitiannya
Farah Margaretha menggunakan enam variabel, yaitu NPL, ZRISK, NIM,
SIZE, LACSF, dan EQTL. Metode penelitiannya yang digunakan adalah
persamaan regresi linier berganda. Adanya Kebijakan pemerintah yang
pembentukan cadangan penyisihan kredit, dimana penghapusan kredit ini
hanya sebagai penghapusbukuan sehingga upaya penagihan tetap
dilakukan (Taswan 2006) Dari hasil penelitian variabel resiko yang diukur
dari tingkat resiko kredit bermasalah Non-Performing Loans (NPL) dan
Size tidak berpengaruh terhadap CAR, Sedangkan ZRISK, NIM, LACSF
dan EQTL berpengaruh signifikan terhadap CAR.
Berdasarkan atas penelitan-penelitian yang telah dilakukan
sebelumnya terdapat perbedaan dan persamaan antara penelitian yang
dilakukan dengan penelitian-penelitian sebelumnya diantarnya sebagai berikut
:
1) Rasio-rasio yang dianalisis dalam penelitian ini berjumlah 5 rasio
keuangan (Non Performing Loans, Resiko Indeks, Net Interest
Margin Liquid, Asset to Total Deposit,dan Equity to Total
Liabilities).
2) Peneliatian ini menggunakan periode tahun 2009 sampai dengan 2011,
dimana selama periode tersebut kondisi perbankan relatif stabil.
November 1998 tentang perbankan, yang dimaksud bank adalah badan usaha
yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan
menyalurkan kepada masyarakat dalam bentuk kredit dan atau bentuk bentuk
lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak (Khasmir,
2005.23). Pengertian tersebut memiliki kandungan filosofis yang tinggi.
Pengertian bank menurut PSAK Nomor 31 dalam Standar Akuntansi
Keuangan (2011: 31.1) adalah, bank merupakan suatu lembaga yang berperan
sebagai perantara keuangan (financial intermediary) antara pihak-pihak yang
memiliki kelebihan dana (surplus unit) dengan pihak-pihak yang memerlukan
dana (deficit unit), serta sebagai lembaga yang berfungsi memperlancar lalu
lintas pembayaran. Berdasarkan SK Menteri Keuangan RI Nomor 792 Tahun
1990 Pengertian bank adalah suatu badan yang kegiatannya di bidang
keuangan melakukan penghimpunan dan penyaluran dana kepada masyarakat
terutama guna membiayai investasi perusahaan.
Pengertian bank menurut Hasibuan (2002:5) terdapat beberapa bagian,
antara lain :
a. Bank sebagai lembaga keuangan berarti bank adalah usaha yang
kekayaannya terutama dalam bentuk aset keuangan (financial asset) serta
bermotifkan profit dan juga sosial, jadi bukan hanya mencari keuntungan.
b. Bank sebagai penciptaan uang yang dimaksudkan bahwa bank
sentral (Bank Indonesia), sedangkan uang giral dapat diciptakan bank
umum.
c. Bank merupakan pengumpulan dana dan penyalur kredit yaitu bank
dalam operasinya mengumpulkan dana dari surplus spending unit (SUU)
dan menyalurkan kredit kepada defisit spending (DSU).
d. Bank selalu pelaksana lalu lintas pembayaran berarti bank menjadi
pelaksana pembayaran transaksi komersial atau finansial dari pembayaran
ke penerima. Lalu lintas pembayaran diartikan sebagai proses
penyelesaian transaksi komersial atau financial dari pembayaran kepada
penerima melalui media bank.
e. Bank selalu stabilisator moneter diartikan bahwa bank mempunyai
kewajiban ikut serta menstabilkan nilai tukar uang, nilai kurs atau harga
barang-barang relatif stabil atau tetap, baik secara langsung maupun
melaui mekanisme Giro Wajib Minimum (GWM), operasi pasar terbuka
ataupun kebijakan diskonto.
f. Bank sebagai dinamisator perekonomian, maksudnya bahwa bank
merupakan pusat perekonomian, sumber dana, pelaksanaan lalu lintas
pembayaran, memproduktifkan tabungan, dan pendorong kemajuan
Peraturan Bank Indonesia No.6/10/PBI/2004 tentang sistem penilaian bank umum, dimana untuk menciptakan kondisi yang lebih kondusif dan
prudent di dunia perbankan Indonesia. Penilaian tingkat kesehatan bank
dimaksudkan untuk menilai keberhasilan perbankan dalam perekonomian
Indonesia dan industri perbankan serta menjaga dalam perkonomian Indonesia
dan industri perbankan serta dalam menjaga fungsi intermediasi. Dalam hal
ini Bank Indonesia sebagai bank sentral memerlukan suatu kontrol terhadap
bank-bank untuk mengetahui bagaimana keadaan keuangan serta kegiatan
usaha masing-masing bank. Oleh karena itu secara berkala Bank Indonesia
mengadakan suatu standar pengawasan dengan melakukan penilaian terhadap
tingkat kesehatan suatu bank berdasarkan informasi.
Tingkat Kesehatan Bank merupakan hasil penilaian kualitatif atas
berbagai aspek yang berpengaruh terhadap kondisi atau kinerja suatu bank
melalui penilaian faktor permodalan, kualitas aset, manajemen, rentabilitas
dan likuiditas terhadap resiko pasar. Analisis CAMELS digunakan untuk
menganalisis dan mengevaluasi kinerja keuangan bank umum di Indonesia.
Faktor penilaian bank merupakan analisis kinerja keuangan bank yang diatur
Tabel 2.2
Bobot Penilaian Tingkat Kesehatan Bank
Sumber Data: Fuad, Moh Ramy & DM, M. Rustam
No Faktor Yang Dinilai Komponen Bobot
1 PERMODALAN Rasio Kecukupan modal terhadap aktiva
tertimbang menurut resiko (CAR)
25%
2 KUALITAS AKTIVA PRODUKTIF
a. Rasio aktiva produktif yang
diklasifikasikan terhadap aktiva produktif
b. Rasio penyisihan penghapusan aktiva produktif terhadap aktiva produktif yang diklasifikasikan
30%
25%
5%
3 MANAJEMEN a. Manajemen Permodalan
b. Manajemen Aktiva
c. Manajemen Umum
d. Manajemen Rentabilitas
e. Manajemen Likuiditas
4 RENTABILITAS a. Rasio laba terhadap total aset (ROA)
b. Rasio beban operasional terhadap pendapatan operasional (BOPO)
10%
5%
5%
5 LIKUIDITAS a. Rasio kewajiban bersih call money
terhadap aktiva lancar (LDR)
b. Rasio kredit terhadap dana yang diterima (Chash Ratio)
10%
5%
ditetapkan sebagai berikut:
Tabel 2.3
Standar Predikat Tingkat Kesehatan Bank
Sumber Data : Fuad, Moh Ramy DM, M. Rustam
Disamping penilaian analisis CAMELS, kesehatan bank juga
dipengaruhi hasil penilaian lainnya, yaitu penilaian terhadap :
1. Ketentuan pelaksanaan pemberian Kredit Usaha Kecil (KUK) dan
pelaksanaan kredit eksport.
2. Pelanggaran terhadap ketentuan Batas Maksimum Pemberian Kredit
(BMPK) atau sering disebut dengan Legal Lending Limit.
3. Pelangggaran Posisi Devisa Netto.
Kriteria penilaian tingkat kesehatan bank tersebut juga dapat
dijabarkan berdasarkan presentase dari masing-masing rasio sebagaimana
terlihat pada tabel sebagai berikut
NILAI KREDIT PREDIKAT
81-100 Sehat
66-80 Cukup Sehat
51-65 Kurang Sehat
Kriteria Penilaian Tingkat Kesehatan Bank
Rasio Kategori
Sehat Cukup Sehat Kurang Sehat Tidak Sehat
Kecukupan Modal (CAR) 8,1% 6,6%-<8% 5,1%-<6,6% <5,1%
Kualitas Aset :
Cadangan Penghapusan AP/AD 3,35% <5,6%-3,36% <7,85%-5,7% ≥7,58%
AP Diklasifikasikan / AP ≥54% 44%-<54% 34%-<44% ≥34%
Earnings :
ROA ≥1,215% 0,99%-<1,215% 0,765%-<0,99% 0,765%
Efisiensi 93% 94,7%-<93,5% 95,92%-<94,7% >95,92%
Likuiditas :
LDR <110% ≥110%
Kewajiban Bersih call money /AL
≤19% >19%-34% >34%-49% >49%
Sumber Data : Bank Indonesia
2.2.3 Capital Adequacy Ratio (CAR)
Capital adalah perbandingan atau imbangan pendanaan jangka
panjang perusahaan yang ditunjukkan oleh perbandingan hutang jangka
Jadi dalam pendanaan perusahaan yang berasal dari modal sendiri masih
memiliki kekurangan (deficit) maka perlu dipertimbangkan pendanaan
perusahaan yang berasal dari luar, yaitu dari hutang (debt financing). Namun
dalam pemenuhan kebutuhan dana, perusahaan harus mencari
alternatif-alternatif pendanaan yang efisien. Pendanaan yang efisien akan terjadi bila
perusahaan mempunyai capital yang optimal. Capital Adequacy Ratio
digunakan untuk mengukur kemampuan permodalan yang ada untuk menutup
kemungkinan kerugian didalam kegiatan perkreditan dan perdagangan
surat-surat berharga.
Menurut Sri, dkk (2000:27-28) CAR adalah “kewajiban penyediaan
modal minimum yang harus selalu dipertahan oleh setiap bank sebagai suatu
proporsi tertentu dari total aktiva tertimbang menurut resiko (ATMR)”. Bank
Indonesia sebagai Pembina dan Pengawas harus menyesuaikan diri terhadap
perkembangan perbankan internasional untuk dapat menyiapkan perbankan
nasional menjadi bank yang siap bersaing. CAR menjadi pedoman bank
dalam melakukan ekspansi di bidang perkreditan. Dalam prakteknya
perhitungan CAR yang oleh Bank Indonesia disebut Kewajiban Penyedia
Modal Minimum Bank (KPMM) tidaklah sesederhana. KPMM adalah
perbandingan antara modal dengan aktiva Tertimbang Menurut Resiko
(ATMR). Baik ATMR maupun Modal Bank memerlukan rincian dan
kesamaan pengertian apa yang masuk sebagai komponen untuk menghitung
mengenai hal ini di atur dasar-dasarnya oleh Bank Indonesia melalui SE BI
No.26/1/BPPP tanggal 29 Mei 1993. Mengenai pengertian dan perincian
modal yang terdiri dari Modal Inti dan Modal Pelengkap, telah dilakukan
penyempurnaan oleh BI melalui SE BI No.3/30/DPNP tanggal 14 desember
2001, dengan berpedoman kepada ketentuan sebelumnya sebagai berikut.
a. Di dalam perhitungan laba tidak termasuk pengakuan laba karena
penerapan PSAK No.46 tentang Akuntansi Pajak Penghasilan.
b. Di dalam komponen modal yang dipesan yang berasal dari piutang
kepada para Pemegang Saham sebagaimana ditetapkan dalam PSAK
No.21 tentang akuntansi ekuitas.
c. Yang dimaksud dengan dana setoran modal adalah dana yang sudah
disetor penuh untuk tujuan penambahan modal namun belum didukung
dengan kelengkapan persyaratan untuk dapat digolongkan sebagai modal
disetor seperti pelaksanaan rapat umum pemegang saham maupun
pengesahan anggaran dasar dari instansi yang berwenang.
d. Cadangan Relevansi Aktiva Tetap tidak dapat dikapitalisir kedalam
modal disetor dan dibagikan sebagai saham bonus dan atau deviden.
e. Kekurangan Pembentukan Penyisihan Aktiva Produktif oleh Bank
adalah jumlah setelah diperhitungkan taksiran pajak kecuali apabila Bank
diperkenankan mengkopensasi kerugian sesuai ketentuan perpajakan yang
berlaku.
g. Peningkatan atau penurunan harga saham pada portofolio yang tersedia
untuk dijual merupakan selisih antara harga pasar dengan nilai perolehan
atas penyertaan bank pada perusahaan yang seharusnya tercatat di Pasar
Modal.
Faktor yang mempengaruhi kecukupan modal merupakan hal yang
penting bagi bank dalam rangka pengembangan usaha dan mengalami kondisi
kerugian. Maka Bank Indonesia menetapkan kewajian minimum yang harus
dipertahankan oleh setiap bank sebagai suatu bagian tertentu dari total aktiva
tertimbang menurut resiko (ATMR) sebesar 8%. Ketentuan CAR pada
prinsipnya disesuaikan dengan ketentuan yang berlaku secara international.
Dengan ketentuan tersebut, bank wajib memelihara ketersediaan modal karena
setiap pertambahan aktiva harus diimbangi dengan pertambahan modal.
Menurut (Muljono,1995 : 79) bank dikatakan liquid apabila:
1. Bank tersebut mempunyai Cash Asset sebesar kebutuhan yang akan
digunakan untuk memenuhi likuiditasnya.
2. Bank tersebut memiliki Cash Asset yang lebih kecil dari butir satu diatas,
tetapi yang bersangkutan juga merupakan juga mempunyai aset lain yang
dapat dicairkan sewaktu-waktu tanpa mengalami penurunan nilai
baru melalui berbagai bentuk hutang.
Menurut kasmir (2004:278), CAR merupakan perbandingan antara
equity capital dengan total loans dan securities.
Menurut SE BI No. 6/23/DNDP tanggal 31 Mei 2004, CAR
merupakan perbandingan antara modal dengan Aktiva Tertimbang Menurut
Resiko (ATMR) sebagai berikut :
Sedangkan menurut Muljono (1995:112), CAR merupakan
perbandingan antara equity capital dikurangi fixed assets dengan total loans
dan securities, sebagai berikut :
2.2.4 Non Performing Loans (NPL)
2.2.4.1 Definisi Non Performing Loans (NPL)
Salah satu usaha bank menurut Peraturan bank Indonesia adalah resiko
kredit, yang didefinisikan : resiko yang timbul sebagai akibat kegagalan
counterparty melalui kewajiban. Resiko kredit didefinisikan sebagai resiko
yang dikaitkan dengan kemungkinan kegagalan klien membayar kewajiban
atau resiko dimana debitur tidak dapat melunasi hutangnya (Imam Gozali,
a. Adanya kemungkinan pinjaman yang diberikan oleh bank atau obligasi
(surat hutang) yang dibeli oleh bank tidak terbayar,
b. Tidak dipenuhinya kewajiban dimana bank terlibat didalamnya bisa
melalui pihak lain, misalnya kegagalan memenuhi kewajiban pada
kontrak derivatif.
c. Penyelesaian (settlement) dengan nilai tukar, suku bunga, dan produk
derivatif.
Bentuk resiko kredit yang lain adalah settlement Risk yang timbul
ketika dua pembayaran dengan valuta asing dilakukan pada hari yang sama,
resiko ini terjadi ketika CounterParty pihak lain sama mungkin mengalami
default setelah institusi melakukan pembayaran. Pada hari penyelesaian
(settlement), besarnya kerugian default CounterParty (pihak lain) sama
dengan nilai penuh yang harus dibayar. Sedangkan besarnya exposure
sebelum settlement hanya sebesar nilai netto dari kedua pembayaran tersebut.
Manajemen piutang merupakan hal yang sangat penting bagi perusahaan yang
operasinya memberikan kredit, karena makin besar piutang akan semakin
besar resikonya (Riyanto,1997).
Rasio keuangan yang digunakan sebagai proksi terhadap nilai suatu
resiko kredit adalah rasio Non Performing Loan (NPL). Rasio ini
menunjukkan kemampuan manajemen bank dalam mengelola kredit
bermasalah yang diberikan oleh bank. Non Perfoming Loan (NPL)
memberikan kredit harus melakukan analisis terhadap kemampuan debitur
untuk membayar kembali kewajibannya.
Kondisi yang dihadapi oleh bank dari resiko kredit yang tidak
terbayarkan disebut default risk. Meskipun resiko kredit tidak mungkin untuk
dihindari, maka di usahakan dalam tingkat wajar berkisar antara 3-5% dari
total kredit yang disalurkan. Penggolongan NPL sebagai kredit kurang lancar
(sub standart), kredit diragukan (doubtfull) dan kredit macet (loss). Kondisi
yang di hadapi bank jika mengalami peningkatan NPL maka akibatnya bank
harus menyediakan cadangan penghapusan piutang yang cukup besar,
mengakibatkan kemampuan memberikan kredit menjadi terbatas.
Sesuai instruksi Bank Indonesia SE BI No. 3/33/DNDP Tanggal 14
Desember 2001 besarnya tingkat Non Perfoming Loan (NPL) suatu bank
dapat dihitung sebagai berikut :
Intruksi Bank Indonesia SE BI No 6/23/DNDP Tanggal 31 Mei
besarnya tingkat Non Perfoming Loan (NPL) suatu bank dapat di hitung
bank melainkan meluas cakupan nasional apabila tidak ditangani dengan
tepat. Dendawijaya (2003:86) mengemukakan dampak keberadaan NPL yang
tidak wajar sebagai berikut :
1. Hilangnya kesempatan memperoleh pendapatan (income) dari kredit yang
diberikan, sehingga mengurangi perolehan laba dan pengaruh buruk bagi
profitabilitas bank.
2. Rasio kualitas aktiva produktif menjadi semakin besar yang
menggambarkan terjadinya situasi yang memburuk.
3. Bank harus memperbesar penyisihan untuk cadangan aktiva produktif
yang diklasifikasikan berdasarkan ketentuan yang berlaku.
4. Menurunnya nilai tingkat kesehatan bank berdasarkan perhitungan
kesehatan bank dengan analisis CAMELS.
2.2.4.2 Pengaruh NPL (Non Performing Loan) terhadap CAR (Capital Adequacy Ratio)
Pengaruh NPL (Non Performing Loan) terhadap CAR (Capital
Adequacy Ratio) adalah bersifat negatif, artinya semakin tinggi rasio NPL
maka semakin rendah CAR bank bersangkutan. Hal ini dapat dimengerti
karena secara teoritis tingkat NPL sebagai resiko kredit menggambarkan
modal yang disalurkan berupa kredit mengalami masalah dan memungkinkan
tidak kembali sebagai modal karena pihak debitur tidak mampu
mengembalikan pinjamannya sehingga tingginya NPL memiliki kesamaan
aktivitas keuangan lainnya.
2.2.5 Indeks Resiko (ZRISK)
2.2.5.1 Definisi Indeks Resiko (ZRISK)
Perbankan adalah lembaga keuangan yang aktivitasnya menyalurkan
kredit dan mempunyai resiko usaha tinggi, karena jenis kegiatan dan sumber
dana yang dimiliki sebagian besar merupakan dana dari pihak ketiga, oleh
sebab itu bank merupakan lembaga kepercayaan.
Sumber: DR. Wimboh Santoso “ The Determinant Of Problem Bank in Indonesia”.
sebuah Bank, disertai definisinya. Menurut Robert Tampubolon (2004.24).
1. Resiko kredit adalah eksposur yang timbul dari sebagai akibat kegagalan
pihak lawan (counterparty) memenuhi kewajibannya. Di satu sisi resiko
ini dapat bersumber dari berbagai aktivitas fungsional bank seperti
penyaluran pinjaman, kegiatan trisuri dari investasi, dan kegiatan jasa
pembiayaan perdagangan yang tercatat dalam buku bank. Di sisi lain
resiko ini timbul karena kinerja salah satu atau lebih debitur yang buruk.
2. Resiko Pasar adalah yang timbul karena adanya pergerakan variabel pasar
(suku bunga dan nilai tukar) dari portofolio yang dimiliki oleh bank, yang
berbalik arah dari yang diharapkan (adverse movement), dapat
menimbulkan kerugian bagi bank. Resiko ini biasa juga disebut sebagai
systemic risk atau correlation risk, karena perubahan nilai pasar dari aset
bank bertalian dengan faktor-faktor yang bersifat sistemik (korelasi antara
instrument, produk, mata uang atau pasar).
3. Resiko Likuiditas adalah eksposur yang timbul antara lain karena Bank
tidak mampu memenuhi kewajiban pada saat jatuh tempo. Krisis
pembiayaan ini dapat timbul karena pertumbuhan bank atau ekspansi
kredit diluar rencana, adanya peristiwa tak terduga seperti penghapusan
(charge off) yang signifikan, hilangnya kepercayaan masyarakat sehingga
menarik dana mereka dari bank, atau bencana nasional seperti devaluasi
adanya ketidakcukupan atau tidak berfungsinya proses internal (process
factor). Juga adanya kesalahan atau kecurangan manusia (human factor),
kegagalan sistem (system factor) dalam mencatat membukukan dan
melaporkan transaksi secara lengkap, benar dan tepat waktu.
5. Resiko Hukum adalah eksposur yang timbul karena adanya kelemahan
aspek yuridis, antara lain disebabkan adanya tuntutan hukum, ketiadaan
peraturan perundang-udangan yang mendukung, atau kelemahan
perikatan seperti tidak dipenuhinya syarat sahnya suatu kontrak dan
pengikatan agunan yang tidak sempurna. Resiko hukum ada hubungannya
dengan Resiko kredit, counter party risk dan Resiko Operasional, yang
dibatasi pada hal-hal yang ada hubungnnya dengan kontrak keuangan
saja.
6. Resiko Reputasi adalah eksposur yang disebabkan adanya publikasi
negatif yang terkait dengan kegiatan usaha bank atau persepsi negatif
terhadap bank.
7. Resiko Strategik adalah eksposur yang disebabkan adanya penetapan dan
pelaksanaan strategi bank yang tidak tepat, pengambilan keputusan bisnis
yang tidak tepat atau kurang responsifnya bank terhadap perubahan
atau tidak mematuhi atau tidak melaksanakan peraturan perundang
undangan dan ketentuan lain yang berlaku. Pengelolaan resiko kepatuhan
dilakukan melalui penerapan sistem pengendalian intern secara konsisten.
Perhitungan ZRISK indeks resiko dihitung sebagai berikut :
ZRISKI,t = [ROAI,t+EQTAI,t] /
S
ROAROA rasio yang digunakan untuk mengukur kemampuan aset bank
dalam memperoleh keuntungan. Semakin Tinggi produktifitas aset dalam
memperoleh keuntungan.
EQTA rasio yang digunakan untuk mengukur kemampuan bank dalam
mencukupi rasio kecukupan modal (CAR). Semakin tinggi EQTA makin
tinggi keamanan atas ketersediaan kecukupan modal.
S
ROA adalah standar deviasi ROA.2.2.5.2 Pengaruh ZRISK (indeks Resiko) terhadap CAR (Capital Adequacy Ratio)
Pengaruh ZRISK (indeks Resiko) terhadap CAR (Capital Adequacy
menunjukkan kinerja perbankan secara keseluruhan ditambah EQTA
(Equity Total Asset) yang menunjukkan kekuatan yang menunjang CAR.
EQTA sebagai menyerap kerugian, tingginya EQTA menunjukkan keaman
dari kekuatan keuangan. Resiko tersebut merupakan antisipasi atas aliran kas
masa mendatang dan aturan resiko tersebut juga tergolong Leverage Risk yang
berhubungan erat dengan Risk-adjusted capital adequacy. Tingginya variabel
Resiko tersebut mempengaruhi likuiditas serta Leverage bank berupa CAR.
2.2.6 Net Interest Margin (NIM)
2.2.6.1 Definisi Net Interest Margin (NIM)
Net Interest Margin (NIM) merupakan rasio yang menunjukkan
kemampuan manajemen bank dalam mengelola aktiva produktifnya untuk
menghasilkan pendapatan bunga bersih. Pendapatan bunga bersih diperoleh
dari pendapatan bunga dikurangi beban bunga.
Menurut Peraturan Bank Indonesia No. 7/2/PBI/2005 tentang
Penilaian Kualitas Aktiva Bank Umum yang dimaksud dengan aktiva
produktif adalah penyediaan dana bank untuk memperoleh penghasilan, dalam
bentuk kredit, surat berharga, penempatan dana antar bank, tagihan akseptasi,
tagihan atas surat berharga yang dibeli dengan janji dijual kembali, (reverse
purchase agreement), tagihan derivatif, penyertaan, transaksi rekening
(Muljono,1999).
Dalam hal ini tingkat suku bunga sangat menetukan besarnya NIM.
Rasio ini dapat dihitung dengan Rumus (SE No.6/23/DNDP) tanggal 31 Mei
2004) :
2.2.6.2 Pengaruh NIM (Net Interest Margin) terhadap CAR (Capital Adequacy Ratio)
Pengaruh NIM (Net Interest Margin) terhadap CAR (Capital
Adequacy Ratio) adalah bersifat positif, artinya semakin tinggi rasio NIM
maka semakin tinggi CAR bank bersangkutan. Hal ini dapat dimengerti
karena secara teoritis tingkat NIM menggambarkan kemampuan manajemen
bank dalam mengelola aktiva produktifnya dalam bentuk kredit untuk
menghasilkan pendapatan bunga bersih. NIM dapat digunakan sebagai
indikator untuk memprediksi kesehatan bank salah satunya CAR
(Sugiyanto.dkk, 2002) dan (Indira,2002). Sehingga semakin tinggi nilai rasio
ini maka semakin tinggi pendapatan bunga atas aktiva produktif yang dikelola
oleh bank menunjukkan kinerja bank semakin baik. Keuntungan yang tinggi
meningkatnya pendapatan bagi bank dengan NIM optimal.
2.2.7 A Liquid Asset to Total Deposit Ratio (LACSF)
2.2.7.1 Definisi A Liquid Asset to Total Deposit Ratio (LACSF)
Likuiditas yang diukur dari variabel Liquid Asset to Total Deposit
(LACSF) menggambarkan Likuiditas yang dapat dilihat dari jumlah aset
likuid yang dimiliki terhadap jumlah kewajiban yang harus segera dipenuhi.
Semakin tinggi likuiditas asset yang dimiliki bank dalam arti bahwa bank
menaruh dana lebih besar pada kas, giro pada BI, atau giro pada bank lain
yang merupakan aktiva yang tidak produktif (tidak menghasilkan
keuntungan), sehingga loanable funds (dana yang dapat digunakan sebagai
pinjaman) yang dapat menghasilkan keuntungan akan berkurang porsinya.
Dana yang mengendap pada aset likuid tersebut merupakan dana yang berasal
dari penghipunan dana masyarakat yang didalamnya terdapat unsur biaya
bunga. Sehingga semakin besar dana yang mengendap pada aset likuid berarti
biaya biaya yang dana ditanggung bank semakin besar tanpa diimbangi
dengan pendapatan, yang akhirnya akan mengakibatkan kerugian dan
berkurannya modal (Hasibuan,2008). Perubahan nilai rasio ini berhubungan
dengan modal dan nilai perusahaan ikut menjadi pertimbangan. Dapat
2.2.7.2 Pengaruh LACSF (A Liquid Asset to Total Deposit) terhadap CAR (Capital Adequacy Ratio)
Pengaruh LACSF (A Liquid Asset to Total Deposit) terhadap CAR
(Capital Adequacy Ratio) adalah bersifat positif, artinya semakin tinggi rasio
LACSF yang tergolong dalam (Liquidity Risk) sebagai pengelolaan aliran kas
yang potensial untuk memenuhi kebutuhan kas yang sewaktu-waktu
dibutuhkan dan menggambarkan kemampuan manajemen bank dalam
mengelola aset likuiditasnya untuk menghasilkan pendapatan bunga maupun
dari sisi aktivitas lainnya sebagai faktor pendapatan dan aset likuid yang
dimilikinya dan sebagai pinjaman jika sewaktu-waktu ada kewajiban.
Sehingga semakin tinggi nilai rasio ini maka semakin tinggi kemampuan bank
dalam menghindari resiko likuiditasnya terhadap kewajiban dan menciptakan
situasi penghindaran resiko-resiko rasio CAR yang dimiliki oleh bank akan
optimal seiring dengan tersedianya LACSF yang optimal.
2.2.8 Total Equity to Total Liabilities (EQTL)
2.2.8.1 Definisi Total Equity to Total Liabilities (EQTL)
Equity to Total Liabilities (EQTL) yang menunjukkan likuiditas bank
yang dilihat dari sisi pasiva yaitu total ekuitas yang dimiliki terhadap jumlah
pihak ketiga yang kemudian digunakan sebagai modal tambahan. Penambahan
modal mengakibatkan rasio kecukupan modal/Capital Adequacy Ratio
meningkat (Taswan,2006). Rasio EQTL dapat dijelaskan dengan hubungan
yang erat dengan leverage dan kemampuan bank mengatasi ekuitas yang
dikelola :
2.2.8.2 Pengaruh EQTL (Total equity to Total Liabilities) terhadap CAR (Capital Adequacy Ratio)
Pengaruh EQTL (Total equity to Total Liabilities) terhadap CAR
(Capital Adequacy Ratio) adalah bersifat positif, artinya semakin tinggi rasio
EQTL maka semakin tinggi CAR bank bersangkutan. Hal ini dapat dimengerti
karena secara teoritis tingkat EQTL yang tergolong dalam (Leverage Risk )
menggambarkan kemampuan bank terhadap kepemilikan ekuitasnya serta
mengukur kewajiban yang dapat di kelola terhadap total ekuitas yang dimiliki.
Semakin tinggi nilai rasio ini maka ketersediaan ekuitas yang dikelola oleh
bank terhadap kewajiban semakin baik dan menandakan rendahnya kewajiban
yang dimiliki. Rasio CAR bagi bank akan optimal dan dapat menghindari
2.3 Kerangka Pemikiran
Berdasarkan teori yang sudah dikemukakan diatas, maka kerangka pemikiran
dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
Variabel dependen
Variabel Independen
Regresi Linear Berganda Gambar 2.2 Kerangka Pemikiran
NPL (Non Performing Loan) X
1ZRISK (Indeks Resiko) X
2NIM (Net Interest Margin) X
3LACSF (A Liquid Asset to total
deposit Ratio) X
4EQTL (Total Equity to Total
Liabilities) X
5CAR (Capital Adequacy
2.4 Hipotesis
Berdasarkan landasan teori tersebut, maka untuk menguji rasio apa
saja yang dapat mempengaruhi Capital Adequacy Ratio (CAR), dapat
dirumuskan hipotesis penelitian sebagai berikut :
H1 = Variabel Non Performing loan (NPL) berpengaruh negatif
terhadap Capital Adequacy Ratio (CAR).
H2 = Variabel Indeks Resiko (ZRISK) berpengaruh positif terhadap
Capital Adequacy Ratio (CAR).
H3 = Variabel Net Interest Margin (NIM) berpengaruh positif terhadap
Capital Adequacy Ratio (CAR).
H4 = Variabel A Liquid to Total Deposit Ratio (LACSF) berpengaruh
positif terhadap Capital Adequacy Ratio (CAR).
H5 = Variabel Total Equity to Total Liabilities (EQTL) berpengaruh
37
1.1 Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel
Penelitian ini akan menggunakan rasio keuangan. Variabel yang akan
digunakan meliputi :
1. Capital Adequacy Ratio (Y)
Capital Adequacy Ratio (CAR) didefinisikan sebagai indikator
kecukupan modal perbankan, yang dihitung sebagai rumus :
Modal diartikan sejumlah dana yang ditanamkan kedalam suatu
perusahaan oleh para pemiliknya untuk pembentukan suatu badan
usaha dan menghendaki agar uang yang ditanamkannya, memberikan
hasil. terdiri dari :
1. Modal Inti adalah modal yang terdiri dari modal yang disetor dan
cadangan-cadangan yang dibentuk dari laba setelah pajak dan laba
yang diperoleh setelah diperhitungkan pajak.
2. Modal Pelengkap adalah modal yang terdiri atas cadangan yang
dibentuk tidak bersumber dari laba setelah pajak, modal
pinjaman serta modal subordinasi yang dibentuk tidak berasal dari
Aktiva Tertimbang Menurut Resiko (ATMR) merupakan aktiva
dalam neraca perbankan yang diperhitungkan dengan bobot
prosentase tertentu sebagai faktor risiko (BRI 2003).
Satuan pengukurannya adalah prosentase (%). Skala pengukuran
yang digunakan adalah rasio.
2. Non Performing Loans (X1)
Non Performing Loans (NPL) didefinisikan untuk mengukur
tingkat kualitas aktiva yang dimiliki perbankan, dihitung dengan
rumus:
Kredit Bermasalah merupakan bagian dari piutang yang tidak dapat
lagi ditagih, biasanya berupa piutang dagang atau pinjaman.
Satuan pengukurannya adalah prosentase (%). Skala pengukuran
yang digunakan adalah rasio.
3. Indeks Resiko (X2)
Indeks Resiko (ZRISK) didefinisikan untuk mengukur kemampuan
bank menelola aliran kas terhadap ketidakpastian dari debitur dan
kreditur yang berpengaruh pada kesediaanya aset bank, yang
dihitung sebagamana rumus :
Return on assets merupakan perbandingan antara laba sebelum
bunga dan pajak (EBIT) dengan total aktiva yang dimiliki
perusahaan.
EQTA merupakan perbandingan antara ekuitas dengan total aset.
SROA merupakan standar deviasi ROA
Satuan pengukurannya adalah prosentase (%). Skala pengukuran
yang digunakan adalah rasio.
4. Net Interest Margin (X3)
Net Interest Margin (NIM) didefinisikan untuk mengukur
kemampuan manajemen bank dalam mengelola aktiva
produktifnya untuk menghasilkan pendapatan bunga bersih, yang
dihitung sebagaimana rumus :
Pendapatan Bersih merupakan selisih positif dari total pendapatan
(operasional dan non-operasional) dengan total biaya (operasional
dan non- operasional) dalam satu periode setelah dikurangi dengan
taksiran pajak pendapatan.
Satuan pengukurannya adalah prosentase (%). Skala pengukuran
yang digunakan adalah rasio.
5. A Liquid Asset to Total Deposit Ratio (X4)
A Liquid Asset to Total Deposit Ratio (LACSF) didefinisikan untuk
mengukur kemampuan bank menanggung resiko likuiditas, yang
Asset Likuid adalah aset yang dapat dijual dengan mudah tanpa
mengalami kerugian yang berarti.
Total Deposit adalah semua dana yang dihimpun oleh bank yang
berupa Giro, Deposito Berjangka, Sertifikat Deposito, dan
Tabungan.
Satuan pengukurannya adalah prosentase (%). Skala pengukuran
yang digunakan adalah rasio.
6. Total Equity to Total Liabilities (X5)
Total Equity to Total Liabilities (EQTL) didefinisikan untuk
mengukur kemempuan bank dalam mengelola equitas sebagai
penjamin adanya kewajiban yang sewaktu-waktu jatuh tempo,
sebagai ukuran kemampuan bank menanggung resiko leverage,
yang dihitng sebagaimana rumus :
Total Equity adalah jumlah dari besarnya kepentingan pemilik atas
harta perusahaan.
Total Liabilities adalah jumlah dari kemampuan perusahaan
Satuan pengukurannya adalah prosentase (%). Skala pengukuran
yang digunakan adalah rasio.
3.2 Teknik Penentuan Sampel 3.2.1 Populasi
Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah perusahaan
perbankan yang tercatat di BEI dalam kurun waktu penelitian (tahun
2009-2011). Jumlah bank yang terdaftar di BEI sampai dengan 2009
sebanyak 29 bank.
3.2.2 Sampel
Pemilihan sampel dalam penelitian ini menggunakan metode
purpose sampling, yaitu yang tertarik dengan menggunakan pertimbangan.
Kriteria dalam pengambilan sampel tersebut adalah :
1. Bank Umum go public yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia pada
kurun waktu penelitian (tahun 2009-2011).
2. Tersedia data laporan keuangan selama kurun waktu penelitian (tahun
2009-2011).
3. Bank yang diteliti masih beroperasi pada periode waktu penelitian
(tahun 2009-2011).
4. Memiliki laporan keuangan lengkap dan diaudit oleh auditor
Berdasarkan kriteria di atas hanya diperoleh 15 perusahaan yang
terpilih sebagai sampel dalam penelitian ini.
Tabel 3.1
Daftar Bank go public yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia
No Kode Nama Bank
1 INPC Bank Artha Graha International Tbk
2 BBCA Bank Central Asia Tbk
3 BNGA Bank CIMB Niaga Tbk
4 BDMN Bank Danamon Indonesia Tbk
5 BEKS Bank Eksekutif Internasional Tbk
6 BABP Bank ICB Bumiputera Tbk
7 BNII Bank Internasional Indonesia Tbk
8 BKWS Bank Kesawan Tbk
9 BMRI Bank Mandiri Tbk
10 MAYA Bank Mayapada International Tbk
11 MEGA Bank Mega Tbk
12 BBNI Bank Negara Indonesia Persero Tbk
13 BBNP Bank Nusantara Parahyangan Tbk
14 NISP Bank OCBC NISP Tbk
15 BNLI Bank Permata Tbk
3.3. Teknik Pengumpulan Data 3.3.1. Jenis Data
Pada penelitian ini jenis data yang digunakan adalah Data Sekunder
berupa data sejarah perusahaan dan laporan keuangan perusahaan
perbankan.
3.3.2. Sumber Data
Data yang digunakan seluruhnya diperoleh dari Indonesia Capital
Market Directory (ICMD) Tahun 2009-2011, serta Bank Indonesia, dan
Bursa Efek Indonesia. Adapun teknik pengumpulan data dilakukan dengan
cara mengunggah ICMD di Internet yaitu mengadakan penelitian awal
dengan melakukan pengamatan objektif tentang laporan keuangannya.
3.3.3. Pengumpulan Data
Metode dokumentasi adalah data yang diperoleh sudah terjadi dan
sudah dalam bentuk dokumen. Metode dokumentasi ini digunakan untuk
memperoleh gambaran data laporan keuangan tentang perusahaan
perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2009-2011.
Dalam penelitian ini dilakukan dengan cara mengumpulkan data
berupa laporan keuangan yang terdapat dalam Indonesian Capital Market
3.4 Teknik Analisis dan Uji Hipotesis 3.4.1 Teknik Analisis
Teknik analisis yang akan dipakai dalam penelitian ini adalah
dengan memakai teknik analisis regresi linier berganda untuk memperoleh
gambaran yang menyeluruh mengenai hubungan antara variabel satu
dengan variabel yang lain. Dalam hal ini untuk variabel dependennya
adalah Capital Adequacy Ratio (CAR) dan variabel independennya Non
Performing Loan (NPL), Indeks Resiko (ZRISK), Net Interest Margin
(NIM), A Liquid Asset to Total Deposit Ratio (LASCF), dan Total Equity
to Total Liabilities (EQTL). Untuk mengetahui apakah ada pengaruh yang
signifikan dari variabel independen terhadap variabel dependen maka
digunakan model regresi linier berganda (multiple linier regression
method), yang dirumuskan sebagai berikut :
β 1, β2, β3, β4,β5 koefisien dari masing-masing variabel Independent.
3.4.2 Uji Normalitas
Uji normalitas bertujuan untuk menguji salah satu asumsi dasar
analitis regresi berganda, yaitu variabel-variabel independen dan dependen
harus terdistribusi normal atau mendekati normal Model regresi yang baik
adalah memiliki distribusi normal atau mendekati normal. (Ghozali,2005:
110). Dalam penelitian ini untuk pengujian normalitas digunakan alat uji
Kolmogrov-Smirnov (KS).
Dalam pengambilan keputusan apakah ditribusi data (yang akan
diuji normalitasnya) mengikuti distribusi normal baku adalah sebagai
berikut:
1) Jika nilai signifikan < 0,05 maka distribusi adalah tidak normal.
2) Jika nilai signifikan >0,05 maka distribusi adalah normal.
3.4.3 Uji Asumsi Klasik
Persamaan regresi linier berganda yang terbentuk harus bersifat
BLUE (Best Linier Unbiased Estimator), artinya untuk pengambilan
keputusan tidak boleh bias. Untuk menghasilkan pengambilan keputusan
yang tidak bersifat bias atau BLUE, maka harus dipenuhi :
a. Uji Multikolinieritas
Salah satu asumsi klasik adalah tidak adanya multikolinieritas
terjadi bila ada kolerasi di antara variabel-variabel bebas.Konsekuensi
variabel-variabel yang mengalami gejala ini menjadi tidak signifikan
secara statistik. Jika suatu model regresi mengandung multikolinieritas
maka kesalahan standar estimasi akan cenderung meningkat dengan
bertambahnya variabel dependent. Multikolinieritas dapat dideteksi
dengan :
1. Meregresikan model analisis dan melakukan uji korelasi antar
variabel dependent dengan menggunakan Variance Inflating
Factor (VIF) dan Tolerece Value. Batas VIF adalah 10 dan
Tolerence Value adalah 0,1 jika nilai VIF lebih besar dari 10
dan nilai Tolerence Value lebih kecil dari 0,1 maka terjadi
multikolinieritas dan harus dikelompokkan dari model.
b. Uji Autokorelasi
Uji autokorelasi bertujuan menguji apakah dalam model
regresi linear ada korelasi antara kesalahan penggangu pada periode t
dengan kesalahan pengganggu pada periode t-1 (sebelumnya). Jika
terjadi korelasi, maka dinamakan ada problem autokorelasi.
Autokorelasi muncul karena observasi yang berurutan sepanjang
waktu berkaitan satu sama lain, masalah ini timbul karena residual
(kesalahan pengganggu) tidak bebas dari satu observasi lainnya. Uji
untuk mendeteksi ada atau tidaknya autokerelasi dapat digunakan uji
Durbin Watson (DW test) dalam Ghozali (2006:99).
Pedoman model regresi untuk mendeteksi autokorelasi
menurut besar DW (Durbin-Waston) :
a. Angka D-W dibawah -2 berarti ada autokorelasi positif
b. Angka D-W -2 sampai +2 berarti tidak ada autokorelasi
c. Uji Heteroskedastisitas
Menurut Imam Ghozali (2005: 105), uji ini bertujuan menguji
apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan varian dari residual
satu pengamatan ke pengamatan yang lain. Jika varian dari residual
satu pengamatan ke pengamatan lain tetap, maka disebut
Homoskedastisitas dan jika berbeda disebut Hoteroskedastisitas.
Model regresi yang baik adalah yang Hoteroskedastisitas. Dalam
penelitian ini pendeteksian Hoteroskedastisitas dengan adalah dengan
pengujian Korelasi Rank dari spearman, ketentuan sebagai berikut
(Gujarati,1995: 188):
1. Jika nilai probabilitas <0,05 maka terkena Hoteroskedastisitas.
2. Jika nilai probabilitas >0,05 maka bebas Hoteroskedastisitas.
3.3.4 Uji Hipotesis
Untuk melakukan pengujian terhadap hipotesis-hipotesis yang
diajukan, perlu digunakan analisis regresi melalui uji F maupun uji t.
Tujuan digunakan analisis regresi adalah untuk mengetahui pengaruh
variabel-variabel independen terhadap variabel dependen, baik secara
parsial maupun secara simultan. Langkah-langkah untuk menguji
hipotesis-hipotesis yang diajukan didalam penelitian ini adalah sebagai
berikut :
a. Uji F
Uji F digunakan untuk menguji cocok atau tidaknya model
1. H0 : b1 = b2 = b3 = 0
(Model regresi yang dihasilkan tidak cocok)
H1 : b1 = b2 = b3 ≠ 0
(Model regresi yang dihasilkan cocok)
2. Dalam penelitian ini digunakan tingkat signifikansi 0,05 atau dengan
kriteria pengujian sebagai berikut:
a. Apabila tingkat signifikan (p – value) > 0.05 H0 diterima dan H1
ditolak.
b. Apabila tingkat signifikan (p – value) < 0,05 H0 ditolak dan H1
diterima.
b. Uji t
Uji t digunakan untuk mengetahui pengaruh secara parsial
resiko, kualitas manajeman dan likuiditas bank terhadap CAR, dengan
prosedur menurut Ghozali (2001: 47), sebagai berikut:
1. H0 : b1 = 0
(tidak terdapat pengaruh yang signifikan X1 atau X2 terhadap Y)
H1 : b1 ≠ 0
(terdapat pengaruh yang signifikan X1 atau X2 terhadap Y)
2. Dalam penelitian ini digunakan tingkat signifikansi 0,05 atau dengan
kriteria pengujian sebagai berikut:
a. Apabila tingkat signifikansi ≥ 0,05 H0 diterima dan H1 ditolak
49 4.1 Deskripsi Obyek Penelitian
4.1.1 Deskripsi Bank Umum yang Terdaftar di BEI
1. Bank Artha Graha Internasional, Tbk, Sejarah PT Bank Artha Graha Internatioal Tbk. Berawal dari sebuah Lembaga keuangan
Bukan Bank bernama PT Inter-Pasific Financial Corporation, didirikan
pada tanggal 7 September 1973. Pada tanggal 24 Februari 1993,
berubah status dan fungsinya menjadi Bank campuran yang melakukan
aktivitas Bank Umum dengan nama PT Inter-Pasific Bank. Lima tahun
kemudian , pada tanggal 1 juli 1998, terjadi perubahan nama menjadi
PT Inter-Pasific Tbk. Pada tanggal 15 juni 2005, Bank Indonesia
memberi izin penggabungan usaha (merger) PT Bank Artha Graha ke
PT Bank Inter-pasific Tbk. Tanggal 11 juli 2005 Bnak Artha Graha
telah efektif bergabung dengn PT Bank Inter-Pasific Tbk, dan pada
tanggal 14 Juli 2005.
2. Bank Central Asia Tbk, secara resmi berdiri pada tanggal 21 Februari 1957 dengan nama Bank Central Asia NV. Banyak hal telah
dilalui sejak saat berdirinya itu, dan barangkali yang paling signifikan
adalah krisis moneter yang terjadi pada tahun 1997. Krisis ini membawa dampak yang luar biasa pada keseluruhan sistem perbankan