• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh perbedaan gender terhadap hasil belajar fisika aspek produk dan proses pada siswa kelas IX Honesty SMP Joannes Bosco semester ganjil tahun ajaran 20132014 pada pokok bahasan hukum ohm dan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pengaruh perbedaan gender terhadap hasil belajar fisika aspek produk dan proses pada siswa kelas IX Honesty SMP Joannes Bosco semester ganjil tahun ajaran 20132014 pada pokok bahasan hukum ohm dan"

Copied!
290
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH PERBEDAAN GENDER TERHADAP HASIL BELAJAR FISIKA ASPEK PRODUK DAN PROSES PADA SISWA KELAS IX “HONESTY” SMP JOANNES BOSCO SEMESTER GANJIL TAHUN AJARAN 2013/ 2014

PADA POKOK BAHASAN HUKUM OHM DAN RANGKAIAN SERI-PARALEL MELALUI METODE INKUIRI TERBIMBING

Skripsi

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Pendidikan Fisika

Disusun oleh : Magdalena Lolita Oktavia

NIM : 091424010

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA

JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA

(2)

i

PENGARUH PERBEDAAN GENDER TERHADAP HASIL BELAJAR FISIKA ASPEK PRODUK DAN PROSES PADA SISWA KELAS IX “HONESTY” SMP JOANNES BOSCO SEMESTER GANJIL TAHUN AJARAN 2013/ 2014

PADA POKOK BAHASAN HUKUM OHM DAN RANGKAIAN SERI-PARALEL MELALUI METODE INKUIRI TERBIMBING

Skripsi

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Pendidikan Fisika

Disusun oleh : Magdalena Lolita Oktavia

NIM : 091424010

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA

JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA

(3)
(4)
(5)

iv

HALAMAN PERSEMBAHAN

“Terpujilah TUHAN, sebab kasih setia-Nya ditunjukkan-Nya kepadaku dengan ajaib pada waktu kesesakan! Aku menyangka dalam kebingunganku:‟Aku telah terbuang dari hadapan mata-Mu.‟ Tetapi sesungguhnya Engkau mendengarkan suara permohonanku, ketika aku berteriak kepada -Mu minta tolong.”

(Mazmur 31: 22-23)

“Sekalipun aku berjalan dalam lembah kekelaman, aku tidak takut bahaya, sebab Engkau besertaku; gada-Mu dan tongkat-Mu, itulah yang menghibur aku.”

(Mazmur 23: 4)

Ku persembahkan karya ini untukmu:

Ayah dan ibuku tersayang: Yohanes Rahmat dan Sisilia Titik Supriyati

Adekku : Margareta Fety Oktavia,

Si gendut: M. Randy Pratama Putra

Tak terbatas kasihmu untukku sampai detik ini…

bimbingan, doa, semangat dan dukungan selalu ku terima …

hanya ungkapan kecil yang dapat ku haturkan.,,

(6)
(7)
(8)

vii ABSTRAK

Magdalena Lolita Oktavia. 2014. Pengaruh Perbedaan Gender Terhadap Hasil Belajar F isika Aspek Produk dan Proses Pada Siswa Kelas IX Honesty SMP Joannes Bosco Semester Ganjil Tahun Ajaran 2013/ 2014 Pada Pokok Bahasan Hukum Ohm dan Rangkaian Seri Paralel Melalui Metode Inkuiri Terbimbing. Skripsi. Program Studi Pendidikan Fisika, Jurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan hasil belajar fisika aspek produk dan proses antara siswa laki- laki dan perempuan pada pokok bahasan Hukum Ohm dan rangkaian seri-paralel melalui metode inkuiri terbimbing. Penelitian ini digolongkan dalam jenis penelitian eksperimen kuantitatif. Subyek dalam penelitian ini adalah siswa siswi kelas IX Honesty SMP Joannes Bosco Yogyakarta yang berjumlah 18 siswa.

Instrumen dalam penelitian ini meliputi instrument perlakuan dan instrument pengukuran. Instrumen perlakuan berupa rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) beserta Lembar Kerja Siswa (LKS) dan insrumen pengukuran berupa soal-soal pretest- postest beserta lembar penilaian kognitif proses. Sebelum digunakan, semua instrument dilakukan validasi isi oleh para ahli dan validasi isi korelasi butir dengan total atau uji butir dan dinyatakan sudah memenuhi syarat yang ditetapkan.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa (1) Pembelajaran fisika dengan inkuiri terbimbing dapat meningkatkan hasil belajar aspek kognitif produk pada siswa laki-laki dan perempuan; (2) Secara rinci perbedaan gender mempengaruhi hasil belajar aspek kognitif proses. Siswa perempuan lebih unggul dalam merancang langkah-langkah percobaan dan menggambar grafik daripada siswa laki-laki. Siswa laki-laki lebih unggul dalam mengumpulkan data percobaan daripada siswa perempuan. Baik siswa laki-laki maupun perempuan tidak ada perbedaan yang signifikan untuk kemampuan menarik hipotesis, menentukan variable-variabel, menganalisa data, dan menarik kesimpulan.

(9)

viii ABSTRACT

Magdalena Lolita Oktavia. 2014. The Influence of Gender Difference towards Product and Process Aspects of Physics Learning Outcome of 9th

Graders of ‘Honesty’ Class in Joannes Bosco Junior High School

during Odd Semester in Academic Year 2013/ 2014 on Ohm Law and Parallel-Series Circuit Subject using Guided Inquiry Method. Thesis. Physics Education Study Program, Department of Science and Mathematic Education, Faculty of Teachers Training and Education, Sanata Dharma University Yogyakarta.

This reaserch aim for understanding the difference towards product and process aspects of physics learning outcome between male students and female students on Ohm law and parallel-series circuit subject using guided inquiry method. The research is categorized into experiment quantitative research. The subject of this research is 9th graders of “Honesty” class in Joannes Bosco Junior High School Yogyakarta that consist of 18 students.

The instruments used in this research were treatment instrument and measuring instrument. Treatment instrument consists of lesson plans and worksheets. Meanwhile, measuring instrument consists of pre- test exercises including the cognitive process assessment sheet. Content validations on all instruments are conducted by some experts and content validation on item whole correlation or item test prior to the research; and all of them are considered qualified.

The results of this research show (1) the physics learning through guided inquiry increases the cognitive product aspect learning outcome towards male and female students; (2) The gender difference influences the cognitive product aspect learning outcome specifically. Female students are superior in designing experiment steps and drawing graphic to male students. The male students are superior in collecting experiment data to female students. There is no significant differences between male and female students in formulating hypothesis, deciding variables, analyzing data, and drawing conclusion.

(10)

ix

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yesus Kristus atas cinta dan karunia- Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik. Skripsi ini disusun guna memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Fisika Universitas Sanata Dharma.

Dalam penysunan skripsi ini penulis memperoleh banyak pengalaman baru, dan menemui adanya hambatan. Akan tetapi hambatan tersebut dapat dilalui berkat bantuan dan motivasi dari berbagai pihak. Pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan terimakasih kepada:

1. Bapak Drs. Aufridus Atmadi, M.Si.,selaku dosen pembimbing yang telah memberikan semangat, dorongan, dan saran serta telah meluangkan waktu untuk membantu penulis selama penyusunan skripsi ini;

2. Bapak Rohandi, Ph.D; Bapak Drs. Severinus Domi, M.Si dan Romo Dr. Paul Suparno, SJ., MST yang telah membantu dalam penyusunan instrument;

3. Ibu Dwi Nugraheni Rositawati, M.Si selaku dosen pembimbing akademik yang telah membimbing selama perkuliahan dan semangat dalam penulisan skripsi;

4. Bapak Dr.Ign Edi Santosa,M.S yang telah memberikan ijin kepada penulis untuk memanfaatkan laboratorium fisika.

5. Segenap dosen dan karyawan JPMIPA Universitas Sanata Dharma yang telah membimbing, membantu, serta memberikan ilmunya selama belajar di Universitas Sanata Dharma;

6. Drs. Y. Sugiarto, selaku kepala SMP Joannes Bosco Yogyakarta tahun ajaran 2012/ 2013 dan Ag. Nuranisah. S, S.Ag., selaku kepala SMP Joannes Bosco Yogyakarta tahun ajaran 2013/ 2014 yang telah memberikan kesempatan serta ijin untuk melakukan penelitian;

(11)

x DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

HALAMAN PERSEMBAHAN ... iv

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... v

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI ... vi

ABSTRAK ... vii

ABSTRACT ... viii

KATA PENGANTAR ... ix

DAFTAR ISI ... xi

DAFTAR TABEL ... xiv

DAFTAR DIAGRAM...xvi

DAFTAR GAMBAR ... xvii

DAFTAR LAMPIRAN ... xviii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah ... 4

C. Batasan Masalah ... 5

D. Hipotesis ... 5

E. Tujuan Penelitian ... 6

(12)

xi

BAB II LANDASAN TEORI ... 7

A.Belajar dan Pembelajaran ... 7

B.Proses Pembelajaran ... 8

C.Hasil Pembelajaran ... 10

D.Gender ... 18

1. Pandangan Tentang Gender... 18

2. Sterotip Gender...20

3. Persamaan dan Perbedaan Gender... 22

4. Bias Gender...24

E. Metode Inkuiri ... . 26

1. Pengertian Pembelajaran Metode Inkuiri...26

2. Langkah-langkah Metode Inkuiri...27

3. Jenis- jenis Metode Inkuiri...29

4. Syarat Inkuiri...31

5. Unsur Penting dalam Metode Inkuiri...32

6. Keuntungan Metode Inkuiri...33

F. Hukum Ohm dan Rangkaian Listrik Seri- Paralel ... .36

1. Arus dan Beda Potensial Listrik...36

2. Alat Ukur...36

3. Hukum Ohm...38

4. Rangkaian Seri dan Paralel...39

(13)

xii

BAB III METODE PENELITIAN ... 44

A. Design Penelitian ... 44

B. Subyek Penelitian ... 44

C. Waktu dan Tempat ... 45

D. Variabel Penelitian ... 45

E. Prosedur Penelitian ... 46

F. Instrumen Penelitian ... 50

G. Validitas dan Reliabilitas Instrumen ... 60

H. Tehnik Analisa Data ... 62

BAB IV PELAKSANAAN PENELITIAN, ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN ... 99

A. Persiapan Sebelum Penelitian ... 99

B. Pelaksanaan Penelitian ... 100

C. Data dan Analisis ... 107

1. Validitas dan Reliabilitas Pretest Postest...107

2. Data dan Analiis Hasil Penelitian...108

D. Pembahasan ... 114

BAB V PENUTUP ... 116

A. Kesimpulan ... 116

B. Saran ... 118

C. Keterbatasan Penelitian...118

(14)

xiii

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Daftar Kategori Jenis Perlakuan Ranah Kognitif

Berdasarkan Kata- kata Kerja Operasional 14

Tabel 3.1 Aspek Kognitif dan Kriteria Pencapaian Aspek yang Diukur 56

Tabel 3.2 Kisi-kisi Soal Pretest dan Postest Menurut Indikator Hasil Belajar dan Aspek yang Diukur 58

Tabel 3.3 Distribusi Soal Pretest dan Postest Berdasarkan Indikator Hasil Belajar yang Diukur 59

Tabel 3.4 Rubrik Penilaian Pretest 64

Tabel 3.5 Rubrik Penilaian Postest 75

Tabel 3.6 Soal Pretes dan Skor Maksimal 86

Tabel 3.7 Soal Postest dan Skor Maksimal 89

Tabel 3.8 Spesifikasi Lembar Penilaian Kognitif Produk dan Proses 92

Tabel 3.9 Rubrik Penilaian Kognitif Proses I Hukum Ohm 93

Tabel 3.10 Rubrik Penilaian Kognitif Proses II Menyelidiki Rangkaian Listrik Seri dan Paralel 96

Tabel 3.11 Patokan Skor Kemampuan Proses I dan II 98

Tabel 4.1 Jadwal Persiapan Sebelum Penelitian 99

Tabel 4.2 Jadwal Penelitian 100

(15)

xiv

Tabel 4.4 Hasil Uji Pretest Laki-laki dan Perempuan 110 Tabel 4.5 Hasil uji-T Pretest ke Postest Laki-laki dan Perempuan 110 Tabel 4.6 Nilai Rata-rata Kemampuan Proses Laki-laki

dan Perempuan 111

Tabel 4.7 Skor Rata-rata Hasil Uji-T Setiap Kemampuan

Kinerja Proses antara Laki-laki dan Perempuan 111 Tabel 4.8 Nilai Rata-rata dan Hasil Uji-T Postest

(16)

xv

DAFTAR DIAGRAM

(17)

xvi

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.2 Gambar Rangkaian Seri 40

(18)

xvii

DAFTAR LAMPIRAN

LAMPIRAN A 122

1. Surat Ijin Penelitian 123

2. Surat Ijin Ujicoba Instrumen 124

3. Surat Keterangan Telah Melaksanakan Penelitian 125

LAMPIRAN B 126

1. Silabus 127

2. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) 133

3. Lembar Kerja Siswa (LKS) Pembelajaran 146

LAMPIRAN C 164

1. Soal Pretest dan Kunci Jawaban 165

2. Soal Postest dan Kunci Jawaban 173

3. Lembar Penilaian Kinerja Proses dan Kunci Jawaban 181

LAMPIRAN D 192

1. Lampiran Hasill Pretest Siswa/I 193

2. Lampiran Hasil Postest Siswa/I 198

3. Lampiran Penilaian Kinerja Proses Siswa/I 205

LAMPIRAN E 221

1. Contoh Lembar Validitas Pakar 222

2. Hasil Skor dan Kelayakan Instrumen Menurut Ahli 228

(19)

xviii

LAMPIRAN F 241

1. Data Hasil Kinerja Pretes dan Postest 242

2. Skor dan Hasil Uji-T Pretest dan Postest 244

3. Data Hasil Kinerja Proses 251

4. Hasil Uji-T Kinerja Proses 260

LAMPIRAN G 267

1. Absensi Kehadiran Siswa 268

(20)

1 BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pendidikan merupakan dasar utama yang sangat penting untuk membentuk kualitas diri dan mencapai kesejahteraan. Tujuan dari belajar adalah mencapai suatu perubahan ke arah yang dicita-citakan dengan cara yang mudah. Didalam dunia pendidikan saat ini cara belajar mengajar secara tradisional sudah mulai ditinggalkan. Seiring dengan kemajuan zaman dan meningkatnya teknologi maka proses pendidikan akan dipermudah, sehingga kualitas pendidikan juga mengikuti peningkatan teknologi.

Dalam keseluruhan proses pendidikan di sekolah, kegiatan belajar atau pembelajaran merupakan kegiatan yang paling pokok. Ini berarti berhasil tidaknya pencapaian tujuan pendidikan banyak bergantung kepada bagaimana proses belajar yang dialami oleh murid sebagai anak didik (Supriyanto,Widodo dan Ahmad, H. Abu, 1991: 118).

Pengertian belajar menurut Supriyanto, dkk (1991) adalah suatu proses usaha yang dilakukan individu untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku sebagai hasil pengalaman individu itu sendiri dalam interaksi dengan lingkungan.

(21)

kegiatannya berjalan secara berkesinambungan agar memperoleh suatu tujuan.

Belajar merupakan suatu proses psikis yang berlangsung dalam interaksi aktif subyek dengan lingkungannya dan yang menghasilkan perubahan-perubahan dalam pengetahuan-pemahaman, keterampilan dan nilai- sikap, yang bersifat konstan atau menetap. Perubahan-perubahan itu dapat berupa sesuatu yang baru, yang segera tampak dalam perilaku nyata atau yang masih tinggal tersembunyi; mungkin juga perubahan yang hanya berupa penyempurnaan terhadap hal yang sudah pernah dipelajari. Proses belajar dapat berlangsung dengan disertai kesadaran dan intensi, tetapi itu tidak mutlak perlu (Winkel,W.S, 1983: 15).

Dalam pendidikan, Fisika merupakan salah satu matapelajaran sains yang diarahkan untuk mempelajari alam secara sistematis. Dalam prosesnya diperlukan suatu pengalaman dan penemuan dari konsep-konsep dan prinsip-prinsip fisika, sehingga belajar fisika tidak hanya menghafal materi-materi yang sudah ada karena fisika merupakan matapelajaran sains yang diperoleh dari serangkaian penemuan ilmiah.

(22)

belajar secara mandiri untuk membangun konsep dan pemahamannya. Apa yang guru sampaikan kepada siswa, itulah yang akan diterima dan dimengerti oleh siswa.

Untuk mencapai suatu perubahan sebagai hasil dari belajar diperlukan suatu metode atau cara untuk menunjang terlaksanaan proses pembelajaran yang di cita-citakan. Pendekatan melalui penemuan atau inkuiri terbimbing merupakan suatu cara untuk menggali kemampuan siswa yang lebih mendalam dalam proses pembelajaran. Di dalam serangkaian proses pembelajaran, siswa dituntut untuk menjadi pribadi yang mandiri, aktif, kreatif, dan teliti. Tugas seorang guru adalah membimbing dan mengarahkan pola pikir siswa melalui pertayaan-pertanyaan menuju suatu diskusi untuk merumuskan suatu masalah, menarik hipotesis, mengumpulkan data, membuat analisis, sampai pada menarik kesimpulan. Untuk sampai pada tahap kesimpulan, siswa diharapkan dapat menemukan bukti-bukti dari suatu kejadian yang telah dipelajari.

Pertanyaan-pertanyaan arahan dari guru untuk siswa dapat diberikan baik dengan memberikan pertanyaan secara langsung kepada siswa maupun dengan menggunakan lembar kerja siswa (LKS). Lembar kerja siswa (LKS) sudah dirancang secara khusus bagi siswa untuk merumuskan suatu masalah hingga menarik kesimpulan.

(23)

(1996) menyatakan bahwa konsep gender adalah semua hal yang dapat dipertukarkan antara sifat perempuan dan laki-laki, yang bisa berubah dari waktu ke waktu serta berbeda dari tempat ke tempat lainnya, maupun berbeda dari suatu kelas ke kelas yang lain.

Penelitian mengenai perbedaan gender sudah banyak dilakukan oleh para ahli. Dalam buku yang ditulis oleh Slavin, Robert E (2008) dituliskan bahwa ringkasan 20 studi utama oleh Kim (2001) menemukan bahwa dalam mata pelajaran matematika siswa laki-laki mempunyai nilai yang lebih baik daripada siswa perempuan, sedangkan kebalikannnya berlaku ujian untuk bahasa inggris. Greeblatt (Miece & Jones,1996: 394), menemukan bahwa perempuan kurang termotivasi untuk belajar IPA (sains) daripada laki-laki.

Berdasarkan alasan di atas, untuk keperluan penyusunan skripsi penulis melaksanakan penelitian mengenai “Pengaruh Perbedaan Gender Terhadap Hasil belajar Fisika Aspek Produk dan Proses pada Siswa

Kelas IX Honesty SMP Joannes Bosco Semester Ganjil Tahun Ajaran

2012/ 2013 Pada Pokok Bahasan Hukum Ohm dan Rangkaian

Seri-Paralel Melalui Metode Inkuiri Terbimbing”.

B. Rumusan Masalah

(24)

1. Adakah perbedaan hasil belajar fisika aspek produk antara siswa laki-laki dan perempuan sebelum pembelajaran menggunakan metode inkuiri terbimbing?

2. Adakah perbedaan hasil belajar fisika aspek produk dan aspek proses antara siswa laki-laki dan perempuan melalui pembelajaran dengan metode inkuiri terbimbing?

3. Apakah pembelajaran fisika dengan metode inkuiri terbimbing dapat meningkatkan hasil belajar aspek produk pada siswa laki-laki dan siswa perempuan?

C. Batasan Masalah

Dalam penelitian ini, peneliti membatasi permasalahan, sebagai berikut:

1. Aspek yang dinilai hanya aspek produk dan aspek proses saja. Aspek afektif dan aspek psikomotorik tidak termasuk di dalam penelitian ini. 2. Pokok bahasan materi yang akan diteliti adalah Hukum Ohm dan

rangkaian listrik seri-paralel.

D. Hipotesis

(25)

E. Tujuan Penelitian

Sesuai dengan rumusan masalah di atas, tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui perbedaan hasil belajar aspek produk dan proses antara siswa laki-laki dan siswa perempuan pada pokok bahasan Hukum Ohm dan rangkaian seri-paralel setelah mengalami proses pembelajaran dengan metode inkuiri terbimbing.

F. Kegunaan Penelitian Penelitian ini berguna bagi : 1. Siswa

Dengan penelitian ini diharapkan siswa memperoleh manfaat untuk lebih memahami karakter diri dan termotivasi untuk mengembangkan metode belajar melalui pendekatan proses untuk meningkatkan hasil belajar.

2. Calon Guru

Dengan penelitian ini diharapkan calon guru dapat lebih memahami karakteristik siswa berdasarkan perbedaan gender dalam proses pembelajaran yang berdampak pada hasil belajar siswa.

3. Guru

(26)

7 BAB II

LANDASAN TEORI

A. Belajar dan Pembelajaran

Belajar sangat penting dalam dunia pendidikan. Belajar dapat dilakukan di hampir semua tempat, baik itu belajar mandiri ataupun belajar dengan guru. Pengertian tentang belajar telah didefinisikan oleh banyak ahli.

Belajar adalah proses dimana tingkah laku ditimbulkan atau diubah melalui latihan atau pengalaman (James O.Whittaker dalam Supriyono, dkk. 1991: 119). Howard L. Kingsley (dalam Supriyono, dkk. 1991: 20), menyatakan bahwa belajar adalah proses dimana tingkah laku dalam arti luas ditimbulkan atau diubah melalui praktek atau latihan. Menurut Syah, Muhibbin (2008: 91) belajar dapat dipahami sebagai tahapan perubahan seluruh tingkah laku individu yang relatif menetap sebagai hasil pengalaman dan interaksi dengan lingkungan yang melibatkan proses kognitif.

(27)

Menurut Surya, Mohamad (2004: 7) pembelajaran adalah suatu proses yang dilakukan oleh individu untuk memperoleh suatu perubahan perilaku yang dilakukan oleh individu untuk memperoleh suatu perubahan perilaku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil dari pengalaman individu itu sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya.

Prinsip yang mendasari pengertian pembelajaran :

1. Pembelajaran sebagai usaha memperoleh perubahan perilaku. Individu yang sudah mengalami pembelajaran akan mengalami perubahan dalam perilakunya.

2. Hasil pembelajaran ditandai dengan perubahan perilaku secara keseluruhan. Perubahan perilaku sebagai hasil pembelajaran mencakup semua aspek yaitu kognitif, afektif, dan psikomotorik. 3. Pembelajaran merupakan suatu proses, adanya suatu aktivitas

dengan lingkungannya yang terarah dan berkesinambungan. 4. Proses pembelajaran terjadi karena adanya sesuatu yang

mendorong dan ada sesuatu tujuan yang akan dicapai.

5. Pembelajaran merupakan bentuk pengalaman dari situasi nyata dalam lingkungannya.

B. Proses Pembelajaran

(28)

proses pembelajaran. Proses belajar (learning), adalah suatu perubahan yang relatif tetap dalam tingkah laku, yang terjadi sebagai hasil pengalaman. Proses belajar mengajar menghasilkan hasil pengajaran atau hasil pembelajaran (Moh Amin, 1979: 5).

Menurut Surya, Mohammad (2004: 13) proses pembelajaran adalah suatu proses individu untuk mengubah perilaku dalam upaya memenuhi kebutuhannya. Proses pembelajaran merupakan suatu rangkaian aktivitas sebagai berikut:

1. Individu merasakan kekurangan dalam dirinya yang akan menjadi suatu kebutuhan untuk mencapai tujuan yang akan dicapai.

2. Kesiapan individu untuk memenuhi kebutuhan dan mencapai tujuan yang efektif sebelum memulai suatu aktivitas pembelajaran. 3. Pemahaman situasi terhadap beberapa faktor dan kondisi

lingkungan yang berhubungan dengan aktivitas pembelajaran. 4. Menafsirkan situasi dengan melihat kaitan atau hubungan berbagai

aspek yang terdapat dalam situasi.

5. Individu melakukan tindak balas, yaitu proses melakukan suatu aktivitas mengubah perilaku untuk memenuhi kebutuhan dan mencapai tujuan sesuai dengan rancangan fase ketiga dan keempat. 6. Individu mendapatkan hasil dari pembelajaran yang sudah

(29)

C. Hasil Pembelajaran

Hasil belajar erat kaitannya dengan pencapaian dalam memperoleh kemampuan sesuai dengan tujuan khusus yang direncanakan. Dalam hal ini tugas utama guru adalah sebagai perancang instrumen untuk memperoleh data tentang keberhasilan siswa mencapai tujuan pembelajaran. Dari data hasil belajar tersebut maka dapat dipergunakan untuk mengembangkan atau memperbaiki program pembelajaran (Sanjaya, 2009: 13).

Hasil proses pembelajaran adalah perubahan perilaku individu yang baru, menetap, fungsional, positif dan disadari (Surya, 2004: 13). Menurut Benyamin Bloom (dalam Surya, 2004: 17), terdapat tiga kawasan perilaku sebagai hasil pembelajaran, yaitu: (1) kognitif, (2) afektif, dan (3) psikomotorik.

Menurut Gagne (dalam W.S Winkel, 1983: 49 - 51) terdapat lima kategori hasil belajar, yaitu:

1. Keterampilan motorik

Keterampilan motorik merupakan keterampilan yang menggunakan otot dari bagian- bagian badan individu. Ciri khasnya adalah “Otomatisme”

(30)

2. Sikap

Suatu kecenderungan untuk menerima atau menolak seseorang atau sesuatu yang dinilai berharga ataupun tidak berharga untuk diri sendiri. 3. Kemahiran intelektual

Kemampuan untuk bergaul dengan diri sendiri maupun dengan lingkungan sekitarnya secara simbolis, baik dengan menggunakan gambar, kata-kata maupun tulisan.

4. Informasi verbal

Suatu pengetahuan yang menggunakan bahasa baik menggali dari sumber pengetahuan maupun menyatakan pengetahuan secara tertulis maupun lisan.

5. Pengaturan kegiatan intelektual

Suatu kemampuan untuk mengatur kemampuan aktivitas intelektualnya sendiri. Apabila terjadi suatu masalah dalam kehidupan, maka dilakukan suatu pendekatan dengan mengatur arus dan pikiran diri sendiri untuk menyelesaikan masalah tersebut. Pendekatan yang dilakukan adalah dengan cara mengadakan analisa terhadap masalah, kemudian sampai pada pemecahan masalah.

(31)

masa bayi hingga dewasa. Peringkat sensori motor masuk dalam usia 0-1,5 tahun, peringkat properational masuk dalam usia 1,5 - 6 tahun, peringkat concrete operational masuk dalam usia 6 - 12 tahun, peringkat formal operational masuk dalam usia 12 tahun keatas.

Dari siswa SMP sampai ke jenjang yang lebih tinggi, usia 12 tahun keatas termasuk dalam peringkat formal operational. Perkembangan kognitif ditandai dengan mampunya individu tersebut untuk berpikir secara hipotesis berbeda dengan fakta, memahami konsep abstrak, dan mampu berpikir secara luas dari cakupan yang sempit. Pada tahapan ini perkembangan kognitif sudah menuju pada perkembangan remaja dan dewasa kearah proses berpikir dalam peringkat yang lebih tingggi.

Menurut Bloom (dalam W.S.Winkel, 1987: 150) ranah kognitif diklasifikasikan menjadi enam jenjang proses berpikir mulai dari jenjang terendah sampai jenjang tertinggi, meliputi: (1) pengetahuan

(knowledge), (2) pemahaman (comprehension), (3) penerapan

(32)

1. Pengetahuan (Knowledge) atau C1

Pengetahuan adalah kemampuan seseorang untuk mengingat kembali (recall) atau mengenal kembali (recognition)

hal-hal yang sudah dipelajari meliputi: fakta, kaidah dan prinsip serta metode yang diketahui.

2. Pemahaman (Comprehension) atau C2

Pemahaman adalah kemampuan seseorang untuk menangkap makna dan arti dari bahan yang dipelajari, meliputi: menguraikan inti pokok dari suatu materi atau bacaan yang dipelajari, mengubah data tertentu kedalam bentuk yang lain, membuat perkiraan yang Nampak dalam data tertentu dengan menggunakan kata-katanya sendiri. Kemampuan pemahaman setingkat lebih tinggi dari kemampuan pengetahuan.

3. Penerapan (Application) atau C3

Penerapan adalah kemampuan seseorang untuk menerapkan suatu kaidah, metode kerja, prinsip-prinsip, rumus-rumus, atau teori-teori dalam situasi yang baru dan kongkret. Kemampuan penerapan setingkat lebih tinggi dari kemampuan pemahaman.

4. Analisa (Analysis) atau C4

(33)

maupun struktur keseluruhan. Kemampuan analisa setingkat lebih tinggi dari kemampuan penerapan.

5. Sintesa (syinthesis) atau C5

Sintesa adalah kemampuan berpikir untuk memadukan bagian- bagian atau unsur-unsur suatu pola menjadi pola baru. Kemampuan sintesa setingkat lebih tinggi dari kemampuan analisa. 6. Evaluasi (evaluation) atau C6

Evaluasi adalah suatu kemampuan untuk membuat pertimbangan, penilaian atau suatu pendapat mengenai sesuatu berdasarkan kriteria tertentu. Dalam taksonomi Bloom tahap evaluasi merupakan tahapan tertinggi karena mencakup semua kemampuan dari kemampuan (1) sampai kemampuan (5).

Tingkatan-tingkatan kemampuan hasil belajar siswa ranah kognitif dapat diketahui dari kata kerja operasional yang digunakan. Berikut ini adalah tabel daftar kategori jenis periaku ranah kognitif berdasarkan kata-kata kerja operasional.

Tabel 2.1 Daftar Kategori Jenis Perilaku Ranah Kognitif Berdasarkan Kata-kata Kerja Operasional

Kategori Jenis

Perlakuan Kemampuan Internal

Kata– kata Kerja

Operasional

Pengetahuan

Mengetahui:……

Misalnya:

istilah, faka, aturan, urutan,

Mengidentifikasi

Menyebutkan

(34)

metode Member nama pada

Misalnya: konsep, kaidah,

prinsip, kaitan antara fakta

isi pokok

Mengartikan/

menginterpretasikan …..

Misalnya: tabel, grafik,

bagan

(35)

Menemukan

Analisa

Mengenali kesalahan Membedakan….

Misalnya: fakta dari

interpretasi data dari

kesimpulan Menganalisa …… Misalnya: struktur dasar

Bagian-bagian

Membuat diagram / skema

Menunjukkan hubungan

Menilai berdasarkan norma internal ….

Misalnya: hasil karya seni

Mutu karangan

Mutu pekerjaan

Mutu ceramah

Program penataran

Menilai berdasarkan norma

(36)

eksternal :

Misalnya: hasil karya seni

Mutu karangan

Kata kerja operasional berdasarkan kesalahan kesalahan menurut pernyataan Alphonsus Ligouri Suwito dalam skripsi (42) adalah sebagai berikut:

1. Kesalahan mengidentifikasi besaran dan satuan

a. Mengidentifikasi besaran yang diketahui secara transparan b. Mengidentifikasi besaran yang diketahui secara tidak transparan c. Mengidentifikasi besaran yang ditanyakan

d. Mengidentifikasi besaran yang diketahui secara tidak langsung e. Mengidentifikasi besaran vektor

f. Mengidentifikasi besaran skalar g. Menentukan simbol

h. Menuliskan satuan

i. Mengkonversi satuan ke dalam bentuk yang saling cocok 2. Kesalahan menggambarkan diagram bebas sesuai rumusan soal

(37)

b. Menentukan besaran yang ada pada objek atau sistim 3. Kesalahan mengidentifikasi formula

a. Mengidentifikasi formula dasar b. Mengidentifikasi formula antara

4. Kesalahan melakukan penyelesaian secara matematik a. Memanipulasi persamaan

b. Mensubtitusi nilai besaran ke dalam suatu persamaan

c. Menghitung nilai suatu besaran dengan perhitungan matematik

D. Gender

1. Pandangan tentang Gender

Menurut Saptari &Holzner (dalam Shanti, Theresia Indira, 2011: 71), Gender adalah keadaan dimana individu yang lahir secara biologis sebagai laki dan perempuan memperoleh pencirian sosial sebagai laki-laki dan perempuan melalui atribut-atribut maskulinitas dan feminitas yang sering didukung oleh nilai-nilai atau sistem simbol masyarakat yang bersangkutan.

Gender merupakan konsep sosial budaya yang dapat mempengaruhi adanya perbedaan psikologis dan perilaku seseorang. (Shanti, Theresia Indira, 2011: 71).

(38)

kehidupan berperan sebagai penentu karakteristik laki-laki atau perempuan.

Bila Gender dipandang secara biologis menyatakan bahwa dalam pasangan kromosom yang ke-23 pada manusia (kromosom jenis kelamin) menentukan apakah janin tersebut perempuan (XX) atau laki-laki (XY). Tak seorang pun menyangkal adanya perbedaan genetika, biokimia, dan anatomi antar jenis kelamin. Bahkan para ahli gender yang memiliki orientasi lingkungan yang kuat mengakui bahwa perempuan dan laki-laki diperlakukan secara berbeda karena perbedaan fisik mereka dan peran mereka yang berbeda dalam reproduksi (John, 2009: 217).

Caplan (dalam Fakih, 1996: 71 - 72) dalam The Cultural Construction of Sexuality yang menguraikan bahwa perbedaan perilaku antara perempuan dan laki-laki tidaklah sekedar biologis, namun melalui proses sosial dan cultural. Oleh karena itu gender berubah dari waktu ke waktu, dari tempat ke tempat, bahkan dari kelas ke kelas, sedangkan jenis kelamin biologis (sex) akan tetap tidak berubah.

(39)

gender. Laki-laki bermain dengan sesamanya dan perempuan bermain dengan sesama perempuan. Sekolah dan guru juga berperan penting dalam pengaruh sosialisasi gender terhadap anak laki-laki dan perempuan (John, 2009: 210).

2. Sterotip Gender

Sterotip gender adalah kategori yang luas yang mencerminkan kesan dan keyakinan suatu perilaku yang sesuai untuk perempuan dan laki-laki (John, 2009: 220). Pertimbangan kategori „maskulin‟ atau „feminine‟ dapat di nilai dari beberapa perilaku, seperti tumbuhnya bulu

wajah sebagai „maskulin‟, dan tubuh yang bulat dan berlekuk sebagai „feminin‟.

Menurut Ruble dkk (John, 2009: 221), pemberian sterotip gender berubah sesuai dengan tingkat perkembangannya. Ketika anak-anak memasuki sekolah dasar mereka sudah mengetahui aktivitas aktivitas yang mengarah untuk menjadi laki-laki atau perempuan.

Pada usia 5 tahun baik laki-laki maupun perempuan memberikan streotip pada laki-laki sebagai seorang yang kuat atau dalam konotasi negatif, seperti jahat, dan perempuan dalam istilah yang lebih positif seperti baik hati (Miller & Rubber dalam John, 2009: 221).

(40)

yang bervariasi dengan melihat contoh peran dari orang tua atau orang dewasa lainnya. Pada usia 6 sampai 11 tahun anak laki-laki akan memilih pekerjaan yang bersifat aktif dan berorientasi fisik, sedangkan anak perempuan memilih pekerjaan yang people-oriented yang bersifat menolong orang lain. Pemilihan pekerjaan ini didasarkan pada kesukaan atau fantasi anak. Di usia 10 sampai 12 tahun pemilihan pekerjaan sudah didasari oleh minat dan kemampuan anak, di usia ini sterotip gender dalam pekerjaan belum dipermasalahkan.

Pada masa remaja awal, pemberian sterotip gender meningkat kembali, laki-laki dan perempuan mulai bingung dan muncul kekawatiran terhadap perubahan tubuh mereka pada masa pubertas. Strategi yang aman bagi laki–laki untuk menjadi laki-laki yang sebaik mungkin adalah adalah menjadi „maskulin‟ dan menjadi “feminim”

bagi perempuan (Galambos dalam John, 2009: 221). Pemilihan karir di usia remaja awal sudah berdasarkan pertimbangan kemampuan dan kelemahan yang dimiliki.

(41)

siswa laki-laki lebih memilih jurusan sains untuk menunjang karirnya, sedangkan siswa perempuan lebih memilih jurusan yang berorientasi pada masyarakat (people-oriented) untuk karirnya. Alasan beberapa siswa perempuan yang memilih sains dalam pendidikan, dikarenakan sains merupakasn syarat memasuki jenjang karir yang berhubungan dengan masyarakat seperti kedokteran, bukan karena ketertarikan mereka dengan sains (Miller, Patricia, 2011: 373).

3. Persamaan dan Perbedaan Gender

(42)

Menurut beberapa ahli kemampuan anak laki-laki dan anak perempun dalam keterampilan dan ilmu pengetahuan alam berbeda. Menurut Eisenberg, Martin & Fabes (dalam John, 2009: 222), menganalisa bahwa anak laki-laki berprestasi lebih baik dalam matematika. Seperti yang dinyatakan (The Nation‟s Report Card, 2005) dalam Assement of Education Progress di AS, anak laki-laki kelas empat dan delapan terus lebih unggul daripada anak perempuan dalam pelajaran matematika selama tahun 2005. Pencapaian prestasi di dasari karena adanya kesukaan terhadap mata pelajaran, seperti yang dikemukakan oleh oleh Miller, Patricia, dkk (2006: 368), hasil penelitian di pelajar SMA menunjukkan bahwa siswa laki-laki lebih menyukai matematika dan ilmu sains daripada perempuan, dan perempuan lebih menyukai mata pelajaran sastra seperti inggris dan spanyol.

(43)

dalam membaca dan menulis. Perempuan mempunyai prestasi membaca yang lebih tingggi daripada pria di kelas empat, delapan, dan duabelas dengan perbedaan yang semakin besar ketika siswa-siswa mengalami kemajuan di sekolah (Coley dalam John, 2009: 224 ).

Menurut Dezolt & Hull (dalam John, 2009: 224), Laki-laki mendominasi prestasi menengah ke bawah dari kelas-kelas sekolah tingkat mengengah ke atas. Siswa perempuan lebih terlibat aktif dalam pembelajaran di kelas, penuh perhatian, dan selalu berupaya dalam akademis daripada siswa laki-laki. Tetapi siswa perempuan cenderung untuk meremehkan prestasi mereka (Ruble dkk dalam John, 2009: 224). Perbedaan emosi antara siswa laki-laki dan perempuan terlihat pada masa remaja awal, anak perempuan lebih banyak mengalami rasa sedih, malu, bersalah, dan lebih sering menunjukkan emosi tersebut daripada laki-laki (Rubel dkk dalam John, 2009: 226).

4. Bias Gender

Perbedaan gender sering kali menimbulkan bias gender terhadap siswa laki-laki dan perempuan. Kekuatiran inilah yang sering dialami oleh sekolah dan guru-guru. Berikut ini adalah fakta bias gender pada siswa laki-laki dan perempuan dalam hal interaksi di sekolah yang dapat dipertimbangkan (Dezolt & Hull dalam John, 2009: 230).

(44)

b. Guru perempuan menyebabkan siswa lak-laki sulit untuk beradaptasi dalam hal pemikiran dan meniru karakteristik guru daripada siswa perempuan.

c. Siswa laki-laki lebih banyak mendapat masalah dalam belajar daripada perempuan.

d. Siswa laki-laki lebih sering dikritik daripada perempuan.

e. Staf di sekolah sering mengabaikan kenyataan bahwa siswa laki-laki memiliki masalah dalam hal akademis khususnya dalam seni bahasa. f. Staf sekolah sering memberikan sterotip bahwa setiap perilaku siswa

laki-laki itu bermasalah.

Menurut Sadker & Sadker (dalam John, 2009: 231), terdapat fakta bias gender di dalam kelas yang dapat dipertimbangkan sebagai berikut:

a. Di dalam kelas, anak laki-laki cenderung sukar diatur dan meminta lebih diperhatikan, berbeda dengan siswa perempuan yang patuh dan cenderung diam di dalam kelas. Para pendidik mengkhawatirkan sikap diam dan patuh pada siswa perempuan dapat menurunkan aktivitas mereka.

b. Di banyak kelas, para guru lebih sering memperhatikan dan berinteraksi dengan siswa laki-laki dari pada siswa perempuan yang hanya dibiarkan belajar dan bermain sendiri dengan tenang.

(45)

menjawab suatu pertanyaan, mendapatkan petunjuk yang benar, dan peluang untuk terus mencoba apabila memberikan jawaban yang salah. d. Di sekolah menengah atas siswa laki-laki lebih memilih program

berbakat daripada perempuan dalam menunjang karirnya.

E. Metode Inkuiri

1. Pengertian Pembelajaran Metode Inkuiri

Menurut Moh, Amien (1979: 5 – 6), metode inkuiri adalah suatu metode pembelajaran yang dalam prosesnya tidak terlepas dari kegiatan

discovery. Kegiatan discovery adalah suatu kegiatan pembelajaran yang sudah dirancang guna mewujudkan penemuan konsep- konsep dan prinsip-prinsip oleh siswa sendiri melalui proses mentalnya. Dengan kata lain inkuiri merupakan suatu perluasan dari proses-proses discovery. Inkuiri mengandung proses-proses mental yang lebih tinggi tingkatannya seperti: merumuskan masalah, merancang eksperimen, menarik hipotesis, melakukan eksperimen, mengumpulkan dan menganaisis data, menarik kesimpulan, memiliki sikap-sikap obyektif, jujur, hasrat ingin tahu, dan terbuka.

Menurut Trobridge dan Bybee (dalam Suparno, 2007: 65) inkuiri adalah proses dimana para saintis mengajukan pertanyaan tentang alam dunia dan bagaimana mereka mencari jawaban secara sistematis.

(46)

guru dengan cara melibatkan kemampuan siswa secara sistematis untuk berpikir kritis dalam menganalisis dan memecahkan suatu persoalan. Pengajaran dengan metode inkuiri merupakan salah satu metode mengajar yang konstruktivistik karena pengetahuan di kontruksi oleh siswa, berpusat pada keaktifan siswa dan menggunakan pendekatan induktif. Isi dan penyelidikan diajarkan secara bersamaan dimana siswa mengalami proses penyelidikan hingga sampai pada isi pengetahuan itu sendiri.

2. Langkah-langkah Metode Inkuiri

Metode inkuiri merupakan sebuah metode yang menggunakan prinsip metode ilmiah dalam menemukan suatu prinsip, hukum atau teori dengan pendekatan induktif, meliputi: merumuskan masalah, menarik hipotesis, melakukan percobaan untuk mengumpulkan data, menganalisis data, menarik kesimpulan apakah hipotesis diterima atau ditolak.

Kindsvatter, Wilen, &Ishler (dalam Suparno, 2007: 66 - 67) menjelaskan langkah-langkah metode inkuiri sebagai berikut:

a. Identifikasi dan klarifkasi persoalan

(47)

penyelidikan. Sehingga persoalan tersebut dapat dipikirkan, diselidiki , didalami dan dipecahkan oleh siswa.

b. Membuat hipotesis

Hipotesis adalah dimana siswa diminta untuk mengajukan jawaban sementara atas persoalan yang diajukan. Hipotesis harus dikaji kejelasannya. Apabila belum jelas guru hanya membantu memperjelas maksudnya tidak untuk membenarkan hipotesis siswa yang masih belum tepat karena hipotesis yang salah akan terlihat pada saat mengambil dan menganalisis data yang diperoleh.

c. Mengumpulkan data

Langkah selanjutnya adalah siswa mengumpulkan data sebanyak-banyaknya untuk membuktikan kebenaran dari hipotesis yang diajukan. Dalam fisika langkah ini merupakan langkah eksperimen atau percobaan yang dapat dilakukan dilaboratorium atau dapat dilakukan diluar sekolah. Agar berjalan dengan baik, guru harus membantu siswa untuk mengumpulkan data, dengan cara membimbing siswa menyiapkan peralatan, merangkai peralatan dan mengoperasikan peralatan. Setelah melakukan percobaan siswa diminta untuk mencatat data yang diperoleh.

d. Menganalisis data

(48)

data diorganisasikan, diatur dan dikelompokkan menurut (1) yang menguatkan hipotesis, (2) yang melemahkan hipotesis, dan (3) yang netral ke dalam sebuah tabel. Untuk memudahkan siswa melakukan langkah selanjutnya maka perlu bimbingan dari guru. Dalam menganalisis juga dibutuhkan alat hitung matematika maupun statistik untuk mempermudah siswa dalam mengambil keputusan.

e. Menarik kesimpulan

Setelah menganalisis data, selanjutnya menarik kesimpulan dan mencocokkan dengan hipotesis awal, apakah hipotesis diterima atau tidak. Guru memberikan catatan dengan menyatukan penelitian dan mengajak siswa untuk menarik kesimpulan bersama-sama. Siswa diminta untuk mencari penjelasan apabila hipotesis mereka tidak dapat diterima, dengan cara guru memberikan pertanyaan-pertanyaan penolong.

3. Jenis–jenis Metode Inkuiri

Metode inkuiri merupakan metode yang mengajak siswa untuk aktif, berpikiran kritis, dan mampu untuk menganalisis dan memecahkan suatu persoalan di dalam proses pembelajaran. Menurut Kindsvatter dkk (dalam Suparno, 2007: 68), metode inkuiri dibagi menjadi dua macam yaitu: metode inkuri terbimbing (Guided Inquiry)

(49)

a. Metode Inkuiri Terbimbing (Guided Inquiry)

Metode inkuiri terbimbing atau penyelidikan terarah adalah metode inkuiri yang dalam kegiatannya masih dibimbing oleh guru seperti mengambil data. Guru banyak memberikan petunjuk lewat prosedur yang lengkap maupun dengan pertanyaan-pertanyaan yang mengarah selama inkuiri. Siswa diminta untuk memecahkan suatu persoalan yang diberikan guru sesuai dengan prosedur yang sudah ditetapkan. Dalam metode ini guru sudah mempersiapkan jawaban sehingga siswa tidak begitu bebas mengembangkan gagasan dan idenya. Disela-sela proses inkuiri guru memberikan pertanyaan-pertanyaan sehingga siswa akan lebih cepat dan mudah untuk membuat kesimpulan dengan benar.

b. Metode Inkuiri Bebas (Open Inquiry)

(50)

4. Syarat Inkuiri

Agar inkuiri dapat berjalan dengan baik maka Trowbridge et.al (dalam Suparno, 2007: 69) menjelaskan beberapa syarat, yaitu:

a. Kebebasan

Kebebasan diperlukan oleh siswa dalam mencari informasi, mengungkapkan hipotesis, dan menyusun eksperimen yang diperlukan untuk memecahkan persoalan dalam penelitiannya. b. Lingkungan Responsif

Lingkungan yang responsif sangat diperlukan untuk terlaksananya proses inkuiri, seperti: laboratorium, kelas, pustaka, dan sarana yang mendukung.

c. Fokus

Persoalan yang akan didalami harus jelas dan terarah. Untuk inkuiri terbimbing, apabila banyak persoalan yang diajukan siswa, dengan melihat gejala yang ada dapat dipilih salah satu persoalan yang terpenting dan dapat dipecahkan oleh siswa. Untuk inkuiri bebas, persoalan yag diajukan tidak harus terarah dan tidak hanya satu persoalan yang tepenting, melainkan setiap kelompok bebas untuk menentukan sendiri.

d. Low Pressure

(51)

dari guru, singkatnya waktu yang tersedia, teman kelompok yang tidak cocok dan bentuk pelaporannya.

5. Unsur Penting dalam Metode Inkuiri

Trowbridge & Bybee (dalam Suparno, 2007: 70), menjelaskan beberapa unsur yang penting agar metode inkuiri dapat berjalan dengan lancar dalam pembelajaran.

Dalam proses inkuiri perlu di persiapkan lembar kerja siswa (LKS), sehingga proses pembelajaran dapat berjalan dengan efektif dan efisien.

Persoalan yang diajukan untuk siswa harus merupakan suatu persoalan yang nyata dan dapat diteliti oleh siswa. Apabila persoalan yang diajukan tingkat kesulitannya sangat tinggi atau abstrak dan siswa tidak dapat menyelesaikannya maka hal ini akan menimbulkan kejenuhan dan siswa tidak termotivasi untuk belajar selanjutnya.

Informasi latar belakang seperti buku dan bacaan yang diperlukan akan menjadi sangat penting dalam terlaksananya pembelajaran. Tidak hanya itu saja, untuk memperlancar jalannya pembelajaran maka guru harus mempersiapkan alat-alat yang dibutuhkan sehingga siswa tidak kesulitan dalam mencari peralatan yang diperlukan.

(52)

mendalami materi yang sedang dipelajari dan tidak menyimpang dari topik. Selanjutnya hipotesis siswa perlu diperhatikan oleh guru dan dimengerti oleh siswa lainnya.

Pengumpulan data oleh siswa harus dilakukan dengan baik, sehingga sampai pada saat pengambilan kesimpulan dengan bimbingan guru juga perlu diperhatikan apakah kesimpulan tersebut logis atau tidak.

6. Keuntungan Metode Inkuiri

Menurut Amin, Mohammad (1979: 12 - 14), keuntungan pembelajaran dengan menggunakan metode inquiry-discovey adalah sebagai berikut:

a. Keuntungan Menurut Jarome Brunner.

(53)

b. Pembelajaran Menjadi Student-Centered

Keuntungan pembelajaran dengan metode inquiry-discovery

ini adalah bukan terpusat pada guru melainkan terpusat pada siswa. Semakin besar keterlibatan diri siswa untuk melakukan kegiatan berarti semakin besar bagi siswa untuk mengalami proses belajar. Didalam proses pembelajaran inkuiri siswa tidak hanya mempelajari konsep dan prinsip-prinsip melainkan belajar juga mengenai pengarahan diri sendiri, tanggung jawab, dan komunikasi sosial sehingga tercapai tujuan ke arah pembentukan manusia yang seutuhnya.

c. Membangun „Self Consept‟ pada Diri Siswa

Secara psikologi apabila manusia mempunyai self-concept

yang baik, akan dengan mudah bagi individu tersebut untuk terbuka pada pengalaman-pengalaman baru, dan berusaha untuk mengeksplorasi peluang yang ada, menjadi individu yang bermental sehat dan kreatif. Pengajaran dengan metode inquiry-discovery ini, memberikan kesempatan pada siswa untuk menjadi manusia yang seutuhnya melalui keterlibatan aktif sehingga dapat memanifestasi potensi diri dalam hal memperoleh kesadaran dan pengembangan „self-concept‟ yang lebih baik.

d. Terjadinya Peningkatan Pengharapan

Tingkat pengharapan merupakan bagian dari „self consept‟,

(54)

dari dalam pikirannya sendiri untuk menyelesaikan suatu permasalahan. Sebagai contoh, siswa mampu mengerjakan soal-soal fisika dengan menggunakan penalaran dan caranya sendiri. Dengan belajar melalui metode inquiry-discovery siswa dapat berlatih untuk menyelidiki dan menyelesaikan dengan sukses problema-problema yang dihadapinya menggunakan bakat yang dimiliki.

e. Mengembangkan Bakat, Keterampilan dan Kecakapan Individu dalam Berkomunikasi.

Dalam proses belajar siswa mempunyai kebebasan untuk bekerjasama memecahkan atau menyelidiki suatu problema, sehingga siswa terlibat pula dalam pengembangan bakat-bakat lainnya seperti: merencanakan, mengorganisasi, komunikasi sosial, kreativitas, dan akademik.

f. Mengasimilasi dan Mengakomodasi Informasi.

(55)

dalam memperoleh pengertian, prinsip, dan teknik-teknik menyelidiki suatu problema.

F. Hukum Ohm dan Rangkaian Listrik Seri-Paralel 1. Arus dan Beda Potensial Listrik

a. Arus Listrik.

Menurut Kanginan, Marthen (2007), arus listrik dapat mengalir dalam suatu rangkaian apabila rangkaian tersebut merupakan rangkaian tertutup dan terhubung dengan sumber tegangan dengan kata lain ada perbedaan potensial diantara dua titik dalam rangkaian yaitu dari titik potensial tinggi ke titik potensial rendah.

Arus listrik adalah: aliran partikel-partikel bermuatan listrik positif dari titik berpotensial tinggi ke titik berpotensial rendah

Kuat arus listrik (I) adalah: besarnya arus yang mengalir, jumlah muatan listrik yang mengalir setiap detiknya.

b. Beda Potensial Listrik

Beda potensial listrik (V) adalah: beda nilai potensial antara dua titik berbeda dalam suatu rangkaian listrik.

2. Alat Ukur a. Multimeter

(56)

pada transistor. Jika yang akan diukur adalah tegangan searah (DC), selektor diarahkan ke tegangan searah, biasanya ditandai dengan VDC. Penggunaan multimeter harus hati-hati dan digunakan dengan benar cara menentukan batas ukur dan pembacaan skala multimeter sebagai alat pegukur besaran tertentu. Batas ukur tidak boleh lebih kecil dari besaran yang mau diukur. Hal ini dimaksudkan untuk menjaga agar multimeter tidak rusak.

b. Multimeter sebagai Amperemeter

Untuk menjadikan multimeter sebagai amperemeter yaitu digunakan untuk mengukur kuat arus, maka selektor harus diputar kearah fungsi amperemeter. Amperemeter berfungsi untuk mengukur kuat arus yang melalui suatu rangkaian listrik. Pemasangan amperemeter adalah dirangkai seri pada komponen yang akan diukur kuat arusnya.

Penggunaan Amperemeter analog, arus listrik harus mengalir masuk ke terminal positif (+) dan meninggalkan amperemeter melalui terminal negatif (-). Dengan kata lain titik yang potensialnya tinggi dihubungkan dengan terminal positif dan titik yang potensialnya rendah dihubungkan dengan terminal negatif (jangan sampai terbalik).

Cara membaca amperemeter:

(57)

c. Multimeter sebagai Voltmeter

Untuk menjadikan multimeter sebagai voltmeter, maka selektor harus diputar ke arah voltmeter. Jika yang akan diukur adalah tegangan searah (DC), selektor diarahkan ke tegangan searah, biasanya ditandai dengan VDC.

Voltmeter digunakan untuk mengukur beda potensial antara ujung-ujung suatu komponen dalam rangkaian listrik. Pemasangan voltmeter harus dipasang paralel dengan komponen yang akan diukur beda potensialnya. Pemasangang voltmeter tidak harus memotong rangkaian seperti pada pemasangan amperemeter. Ujung komponen yang potensialnya lebih besar dihubungkan ke terminal positif voltmeter dan ujung komponen yang potensialnya rendah dihubungkan dengan terminal negatif voltmeter.

Cara membaca voltmeter:

3. Hukum Ohm

Bunyi Hukum Ohm: kuat arus yang melalui suatu konduktor ohmik adalah sebanding dengan beda potensial antara ujung-ujung

konduktor asalkan suhu konduktor tetap. Secara sistematis dituliskan: I

(58)

V= tegangan (volt)

I= kuat arus listrik (ampere)

Hubungan matematis antara arus listrik dan beda potensial

Grafik yang terbentuk berupa garis linear. Nilai perubahan tegangan dibagi

perubahan kuat arus (

= hambatan listrik (R).

4. Rangkaian Seri dan Paralel

a. Rangkaian seri merupakan suatu rangkaian yang disusun tanpa bercabang.

b. Rangkaian paralel merupakan suatu rangkaian yang disusun dengan bercabang.

(59)

redup berarti kuat arus pada rangkaian seri adalah lebih kecil. Karena hambatan = tegangan/ kuat arus, dapat disimpulkan bahwa hambatan total lampu pada susunan seri haruslah lebih besar daripada hambatan masing- masing lampu.

d. Apabila menghubungkan kedua lampu secara paralel, maka nyala lampu akan sama seperti nyala sebuah lampu. Ini berarti kuat arus yang melalui rangkaian dengan satu lampu sama dengan kuat arus yang melalui masing- masing lampu pada rangkaian paralel. Sesuai Hukum I Kirchoff, arus yang diberikan batu baterai pada rangkaian paralel tentu lebih besar daripada rangkaian dengan satu lampu. Arus lebih besar menyatakan hambatan total yang kecil (sesuai hukum ohm, I = V/R). Dapat disimpulkan bahwa hambatan total lampu pada susunan paralel haruslah lebih kecil daripada hambatan masing-masing lampu.

Susunan seri menyebabkan hambatan total rangkaian menjadi lebih besar, sedangkan susunan paralel menyebabkan hambatan total rangkaian menjadi lebih kecil.

(60)

Lampu bertindak sebagai hambatan. Dalam rangkaian seri kuat arus listrik (I) yang melalui masing- masing lampu sama besar. I1 = I2 = I total. Sesuai dengan persamaan V = IR, tegangan

pada ujung-ujung lampu: R1 dan R2 adalah Vab = IR1, dan Vbc =

IR2. Tegangan antara a dan c adalah Vac = Vab + Vbc

V = IR1 + IR2 = I (R1 +R2)

V = IRs

IRs = I (R1 + R2)

Rs = R1 + R2

Hambatan pengganti rangkaian seri: Rs = R1 + R2+ …….

Hambatan pengganti seri sama dengan jumlah hambatan tiap-tiap komponennya. Jadi, jika dua atau lebih komponen dirangkai seri hambatan penggantinya selalu lebih besar daripada hambatan yang terbesar.

(61)

Dalam rangkaian paralel, tegangan pada ujung- ujung tiap lampu sama besar. Kuat arus yang melalui R1 adalah I1 dan melalui

R2 adalah I2, sedangkan kuat arus yang diberikan oleh baterai

adalah I. pada titik cabang a, kuat arus yang masuk adalah I dan kuat arus yang keluar adalah I1 + I2. Sesuai hokum kirchof 1.

I = I1 + I2

Dari hukum Ohm V = IR atau I =

Maka: I = + = V ( + )

Kuat arus yang diberikan batrai pada rangkaian ini: I =

Sehingga :

= V ( + )

Hambatan pengganti paralel adalah: = + + +…….

G. Hasil Penelitian Sebelumnya

(62)

Hasil penelitian menjelaskan bahwa pembelajaran dengan metode inkuiri dapat meningkatkan pemahaman baik siswa laki-laki maupun siswa perempuan. Terbukti dari perolehan nilai rata- rata pretest untuk siswa laki-laki adalah 25,77, setelah mengalami serangkaian pembelajaran dengan metode inkuiri perolehan nilai rata- rata postest menjadi 54,65 dengan presentase peningkatan pemahaman sebesar 28,9%. Pada siswa perempuan dengan nilai rata-rata pretest 23,43, setelah menegalami pebelajaran inkuiri meningkat menjadi 40,27, dengan presentase peningkatan pemahaman sebesar 16,8%.

Perbedaan gender terbukti mempengaruhi tingkat pemahaman mengenai rangkaian listrik seri dan paralel. Terbukti dari peningkatan pemahaman pada siswa laki-laki diatas 50%, sedangkan peningkatan pemahaman untuk siswa perempuan masih dibawah 50%.

(63)

44 BAB III

METODE PENELITIAN

A. Design Penelitian

Design penelitian adalah eksperimen kuantitatif karena data yang diperoleh diolah secara analisis statistik dengan menggunakan angka-angka untuk membuktikan kebenarannya.

Peneliti bertindak sebagai guru yang terlibat aktif selama proses penelitian. Penelitian ditujukan untuk satu kelas penelitian. Sebelum treatmen, kelas yang akan diteliti terlebih dahulu diberikan soal awal (pretest) guna mengetahui kemampuan awal siswa, selanjutnyta dilakukan proses pembelajaran dengan metode inkuiri terbimbing dan diakhiri dengan tes akhir (postest) dan uji kemampan kognitif proses, untuk mengetahui kemampuan siswa setelah mendapatkan perlakuan khusus. Kesimpulan yang diperoleh berdasarkan data dari subyek yang diteliti dan diolah dengan menggunakan Uji-T dengan bantuan komputer program

SPSS 17.00 for windows.

B. Subyek Penelitian

(64)

guru mata pelajaran fisika. Dalam pelaksanaan, penelitian yang akan diteliti adalah siswa laki-laki dan siswa perempuan dengan jumlah masing-masing sama. Jumlah siswa laki-laki dan jumlah siswa perempuan kurang seimbang, sehingga agar seimbang maka data yang akan diambil sebagai subyek penelitian adalah 9 siswa laki-laki dan 9 siswa perempuan.

C. Waktu dan tempat

Penelitian dilaksanakan di SMP Joannes Bosco yang beralamatkan di jalan Melati Wetan 51 Yogyakarta. Dilaksanakan pada tanggal 26 Agustus – 5 September 2013.

D. Variabel Penelitian 1. Variabel terikat

Variabel terikat adalah variabel yang tidak bebas, nilainya dipengaruhi oleh variable lain (Suharsimi, 2010: 162). Dalam penelitian ini variabel terikatnya adalah hasil belajar fisika siswa laki-laki dan siswa perempuan aspek produk dan proses melalui metode inkuiri terbimbing.

a. Aspek Produk

(65)

b. Aspek Proses

Apek proses pada penelitian mengukur kemampuan yang diharapkan muncul pada saat siswa menjalani serangkaian proses pembelajaran fisika pada pokok bahasan Hukum Ohm dan Rangkaian seri–paralel dengan metode inkuiri terbimbing yang meliputi: kemampuan siswa dalam membaca dan menjawab pertanyaan-pertanyaan yang diajukan, merumuskan masalah, menarik hipotesis, merancang dan melakukan percobaan, menentukan variabel-variabel, mengukur, mencatat data dan menuangkan dalam tabel, menganalisis data, menggambar grafik dan menarik kesimpulan. Penilaian aspek proses dapat dilihat dari hasil lembar penilaian kinerja proses siswa.

2. Variabel bebas

Menurut Suharsimi arikunto (2010: 162), variabel bebas adalah variabel yang dimanipulasi untuk mengetahui pengaruhnya terhadap variabel terikat. Dalam penelitian ini yang dimaksud variabel bebas yaitu jenis kelamin siswa. Dalam penelitian ini ditekankan pada pengaruh perbedaan jenis kelamin antara laki-laki dan perempuan terhadap hasil pembelajaran setelah menerima perlakuan yang sama yaitu pembelajaran inkuiri terbimbing.

E. Prosedure Penelitian

(66)

terbimbing meliputi tahap: persiapan, proses pelaksanaan penelitian, pengamatan, dan refleksi.

1. Persiapan

a. Observasi kelas untuk melihat kondisi pembelajaran di sekolah dan untuk mengidentifikasi masalah siswa dalam proses belajar mengajar mata pelajaran fisika.

b. Peneliti mempersiapkan metode inkuiri terbimbing sebagai solusi pemecahan masalah yang dihadapi siswa.

c. Peneliti merancang kegiatan belajar mengajar untuk penelitian yang meliputi: pemilihan materi yang sesuai, pembuatan silabus, RPP, lembar kerja siswa dan metode yang akan digunakan dalam penelitian meliputi persiapan alat, bahan, dan instrumen yang mendukung.

2. Proses pelaksanaan penelitian

a. Pertemuan pertama

(67)

beberapa pertemuan. Peneliti memberikan gambaran dan pengenalan singkat mengenai alat-alat yang akan digunkan seperti multimeter.

b. Pertemuan ke dua

Peneliti mengadakan pretes kepada para siswa sesuai dengan materi Hukum Ohm dan rangkaian listrik seri-paralel. Selanjutnya mengumumkan pembagian kelompok untuk pelaksanaan pembelajaran pada pertemuan selanjutnya.

c. Pertemuan ke tiga

Peneliti mulai untuk memberikan treatmen kepada siswa, yaitu: 1) Pembelajaran inkuiri terbimbing penyelidikan Hukum Ohm.

Siswa diminta berkumpul didalam kelompok yang sudah ditentukan. Peneliti membagi 30 siswa menjadi 6 kelompok berdasarkan gender. Kelompok pertama beranggotakan 5 siswa laki–laki, kelompok dua beranggotakan 4 siswa laki-laki, kelompok tiga sampai lima beranggotakan 5 siswa perempuan, dan kelompok enam beranggotakan 6 siswa perempuan.

2) Masing-masing kelompok diberikan 1 LKS, hal ini dimaksudkan agar siswa dituntut untuk bekerja bersama agar bisa berdiskusi dimulai dari: menemukan masalah, menarik hipotesis, melakukan eksperimen, mengumpulkan data, menganilis data dan menarik kesimpulan menggunakan LKS yang telah disediakan.

(68)

d. Pertemuan ke empat

1) Pembelajaran inkuiri terbimbing penyelidikan rangkaian listrik seri dan paralel. Siswa diminta berkumpul berdasarkan kelompok masing-masing.

2) Seperti pada percobaan yang pertama, siswa melakukan praktikum rangkaian seri dan paralel. Menyelidiki sifat-sifat rangkaian seri dan paralel terhadap nyala lampu, besarnya kuat arus listrik, dan tegangan pada rangkaian.

3) Siswa mengerjakan LKS yang sudah dibagikan secara berkelompok.

4) Latihan soal sesuai materi Hukum Ohm dan rangkaian seri paralel.

5) Siswa diminta untuk belajar lagi dirumah masing-masing, untuk persiapan penilaian pada tiga kali pertemuan selanjutnya.

e. Pertemuan ke lima

Setelah melalui pembelajaran inkuiri terbimbing, selanjutnya peneliti mengadakan penilaian proses Hukum Ohm. Siswa dituntut untuk bisa melakukan serangkaian proses sesuai dengan aspek yang akan dinilai sesuai dengan Lembar Penilaian Kinerja Proses yang dibagikan pada masing-masing siswa.

f. Pertemuan ke enam

(69)

percobaan, mengambil data secara berasama–sama tetapi dalam mengerjakan lembar peniaian kinerja proses harus dikerjakan secara individu.

g. Pertemuan ke tujuh

Hari terakhir adalah pelaksanaan postest, untuk mengetahui sejauh mana pemahaman siswa setelah mengalami serangkaian pembelajaran inkuiri terbimbing. Berpamitan kepada siswa, mengucapkan terimakasih dan salam perpisahan karena penelitian disekolah sudah selesai.

3. Pengamatan dan pendampingan

a. Peneliti mengamati kesiapan siswa menyimak LKS.

b. Peneliti mengamati dan mendampingi siswa dalam merancang alat eksperimen, pelaksanaan eksperimen, pengambilan data, analisis data dan menarik kesimpulan pada saat pembelajaran inkuiri terbimbing.

4. Refleksi

Tahap refleksi meliputi: membandingkan hasil belajar aspek produk dan proses antara siswa laki- laki dan perempuan.

F. Instrument Penelitian

(70)

obyektif dalam penelitian (Purwanto, 2007: 99). Terdiri dari instrumen untuk melakukan serangkaian kegiatan yaitu instrumen perlakuan dan instrumen untuk pengambilan data.

1. Instrumen perlakuan

Instrumen perlakuan merupakan Instrumen untuk melakukan serangkaian kegiatan yang bertujuan agar siswa mampu terlibat aktif dan terarah selama proses pembelajaran, instrumen yang digunakan dalam penelitian ini berupa Silabus, RPP, dan Lembar Kerja Siswa (LKS ).

a. Silabus

Silabus yang digunakan untuk penelitian adalah silabus IPA Fisika kelas IX SMP Semester ganjil yang disusun berdasarkan Standar Kompetensi: 3. Memahami konsep kelistrikan dan penerapannya dalam kehidupan sehari-hari, dan kompetensi dasar: 3.2 menganalisis percobaan listrik dinamis dalam suatu rangkaian serta penerapannya dalam kehidupan sehari-hari pada pokok bahasan Hukum Ohm dan rangkaian seri-paralel. Menurut Paul Suparno (2007: 75) format silabus adalah sebagai berikut:

Kompe

(71)

b. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)

RPP merupakan suatu instrument perlakuan yang di rancang atau dipersiapkan untuk melaksanakan serangkaian agenda pembelajaran sesuai dengan indikator yang sudah dirancang dalam silabus. Format RPP adalah sebagai berikut :

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)

Satuan Pendidikan :

Mata Pelajaran :

Kelas / Semester :

Materi Pembelajaran :

Alokasi Waktu :

A. Standar Kompetensi :

B. Kompetensi Dasar : C. Indikator

D. Tujuan Pembelajaran : E. Model dan Metode Pembelajaran:

F. Bahan :

G. Alat :

H. Proses Belajar Mengajar : Pertemuan Pertama

(72)

3.Penutup

Pertemuan Kedua 1. Pendahuluan 2. Inti

3. Penutup

Pertemuan Ketiga 1. Pendahuluan 2. Inti

3. Penutup

I. Materi Pembelajaran J. Sumber Pembelajaran

(RPP selengkapnya terlampir pada halaman lampiran). c. LKS

(73)

Format Lembar kerja Siswa A. Mata pelajaran :

B. Kelas/ Semester : C. Alokasi Waktu : D. Pokok Bahasan : E. Sub pokok Bahasan : F. Indikator Hasil Belajar :

G. Prasyarat :

H. Tujuan :

I. Alat dan Bahan : J. Petunjuk Simbol : K. Petunjuk Kegiatan : L. Kegiatan Belajar :

(LKS yang digunakan dalam penelitian selengkapnya,terlampir

pada halaman lampiran).

2. Instrumen pengukuran

(74)

a. Kognitif Proses

Instrumen kognitif proses dalam penelitian ini menggunakan eksperimen. Penilaian pada ranah ini dilakukan dengan cara siswa melakukan serangkaian penyelidikan mengenai Hukum Ohm dan rangkaian seri-paralel mulai dari merumuskan masalah, merumuskan hipotesis, menentukan langkah kerja, menyusun alat-alat eksperimen, melakukan eksperimen, pengambilan data, analisa data, dan kesimpulan yang dituangkan dalam lembar penilaian proses yang disediakan. (Lembar penilaian kognitif proses dalam penelitian dapat dilihat pada lembar lampiran).

b. Kognitif Produk

Intrumen kognitif produk dalam penelitian ini menggunakan metode tes. Pengukurannya menggunakan soal pretest dan soal posttest yang berbentuk tes uraian. Menurut Suharsimi, Arikunto (2010: 193), tes adalah serentetan pertanyaan atau latihan soal serta alat lain yang digunakan untuk mengukur keterampilan, pengetahuan intelegensi, dan kemampuan yang dimiliki oleh individu atau kelompok.

1) Pretes

(75)

Pemberian pretes dimaksudkan untuk mengetahui pemahaman awal siswa mengenai materi yang akan diteliti .

2) Postes

Postes atau tes akhir merupakan suatu tes yang diujikan kepada siswa setelah siswa mengalami serangkaian pembelajaran dengan metode inkuiri terbimbing. Tujuan dari postest adalah untuk mengetahui tingkat pencapaian siswa pada pokok bahasan Hukum Ohm dan rangkaian seri-paralel dengan metode inkuiri terbimbing. Soal pretes dan postes disusun berdasarkan pencapaian ranah kognitif.

Berikut ini adalah tabel aspek kognitif dan kriteria pencapaian aspek yang diukur.

Tabel 3.1. Aspek Kognitif dan Kriteria Pencapaian Aspek yang Diukur.

Konsep materi

Aspek

kognitif yang

diukur

Kriteria pencapaian aspek yang

diukur

Dapat mengenali kembali dan

menyatakan pengertian atau hukum

suatu materi dengan kalimat sendiri

Pemahaman

(C2)

Dapat menjelaskan konsep dari

materi yang terkait secara rinci

Penerapan

(C3)

Mampu menerapkan teori, konsep

Gambar

Tabel  2.1 Daftar Kategori Jenis Perilaku Ranah Kognitif
Grafik yang terbentuk berupa garis linear. Nilai perubahan tegangan dibagi
Tabel 3.1.  Aspek Kognitif dan Kriteria Pencapaian Aspek
Tabel 3.2. Kisi–Kisi Soal Pretest dan Postest Menurut
+7

Referensi

Dokumen terkait

Hasil penelitian menunjukkan bahwa benih kakao hibrida yang diperlakukan dengan matriconditioning + agens hayati dan ditanam dalam media tanah, pasir, dan kompos (2:1:1) +

Penentuan pembiayaan rumah sakit dibedakan antara tarif riil dan tarif paket INA-CBG’s (Indonesian Case Base Groups). Pembiayaan tarif INA-CBG’s pasien JKN rawat inap

Hasil analisa atas elemen-elemen sebelum dan sesudah ditetapkannya metode balanced scorecard dalam mengukur kinerja di Pusat Pendidikan dan Pelatihan Anggaran dan

Dari hasil pengujian analisa sidik ragam dengan nilai kepercayaan (α) 0,05 menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan yang nyata pada setiap perlakuan terhadap kadar air

Hal ini disebabkan karena pada lokasi I ini mayoritas lingkungan di sekitar sungai Brantas ini adalah persawahan dan ladang tanaman menyebabkan limpasan pertanian

Produk Tabungan Seulanga juga menggunakan akad Mudharabah mutlaqah yang berarti pihak bank diberi kuasa penuh untuk menjalankan usahanya tanpa batas selama memenuhi

4.1 Menyajikan dan menyelesaikan model matematika dalam bentuk persamaan matriks dari suatu masalah nyata yang berkaitan dengan.

Pengembangan diri adalah kegiatan yang bertujuan memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk mengembangkan dan mengekspresikan diri sesuai dengan kebutuhan, bakat dan minat