• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh pelaksanaan kurikulum SMK edisi 2004 bidang bidang keahlian bisnis dan manajemen, kompetensi guru dan kultur keluarga terhadap jiwa kewirausahaan siswa : studi kasus siswa-siswi kelas II jurusan penjualan SMK Negeri 1 Jl. Kemetiran Kidul no. 35 Y

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pengaruh pelaksanaan kurikulum SMK edisi 2004 bidang bidang keahlian bisnis dan manajemen, kompetensi guru dan kultur keluarga terhadap jiwa kewirausahaan siswa : studi kasus siswa-siswi kelas II jurusan penjualan SMK Negeri 1 Jl. Kemetiran Kidul no. 35 Y"

Copied!
179
0
0

Teks penuh

(1)

ABSTRAK

PENGARUH PELAKSANAAN KURIKULUM SMK EDISI 2004 BIDANG

KEAHLIAN BISNIS DAN MANAJEMEN, KOMPETENSI GURU DAN

KULTUR KELUARGA TERHADAP JIWA KEWIRAUSAHAAN SISWA

Studi Kasus: Siswa-siswi SMK Negeri 1 Jalan Kemetiran Kidul No 35 Yogyakarta

dan SMK Negeri 7 Jalan Gowongan Kidul Jt – 3/416 Yogyakarta

THOMAS WAHYU SANTOSO

Universitas Sanata Dharma

Yogyakarta

2007

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah: (1) pelaksanaan kurikulum

edisi 2004 bidang keahlian bisnis dan manajemen berpengaruh positif terhadap jiwa

kewirausahaan siswa; (2) kompetensi guru berpengaruh positif terhadap jiwa

kewirausahaan siswa; (3) kultur keluarga berpengaruh positif terhadap jiwa

kewirausahaan siswa; (4) Pelaksanaan kulikulum 2004 bidang studi ekonomi,

kompetensi guru dan kultur keluarga berpengaruh positif terhadap jiwa

kewirausahaan siswa.

Penelitian ini dilaksanakan di SMK Negeri 1 dan SMK Negeri 7 Yogyakarta

pada bulan Februari 2006. Populasi penelitian ini adalah siswa kelas II Jurusan

Penjualan. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah kuesioner, wawancara,

dan dokumentasi. Teknik analisis data dilakukan dengan analisa regresi sederhana

untuk menjawab masalah pertama, kedua dan ketiga, sedangkan untuk menjawab

masalah keempat digunakan analisa regresi linear berganda.

(2)

ABSTRACT

THE INFLUENCE OF THE IMPLEMENTATION OF 2004 SMK

CURRICULUM MANJORING IN BUSINESS AND MANAGEMENT

COMPETENCE, TEACHER’S COMPETENCE AND FAMILY CULTURE

TOWARD STUDENT’S ENTREPRENEURSHIP

A Case Study on SMK N 1 Kemetiran Kidul Street No. 35 Yogyakarta and SMK

N 7 Gowongan Kidul Street Jt-3/416 Yogyakarta

THOMAS WAHYU SANTOSO

Sanata Dharma University

Yogyakarta

2007

The aims of this study are to know whether: (1) the implementation of 2004

curriculum manjoring in business and management competence has positive effect

toward student ’s entrepreneurship ; (2) teacher’s competence has positive effect

toward student’s entrepreneurship; (3) family’s culture has positive effect toward

student ’s entrepreneurship; (4) the implementation of 2004 curriculum manjoring

in business and management competence, teacher’s competence, and family’s

culture has positive effect toward student’s entrepreneurship.

This study was done at SMK N 1 and SMK N 7 Yogyakarta in February

2006. The subjects of population are the students of the second grade of marketing

department. The techniques of collecting the data are questionnaire, interview, and

documentation. The analysis data was done by analysis

simple regression to

answer the first, second, and third problem, besides that double linear analyze was

done to answer the fourth problem.

(3)

PENGARUH PELAKSANAAN KURIKULUM SMK EDISI 2004

BIDANG KEAHLIAN BISNIS DAN MANAJEMEN, KOMPETENSI

GURU DAN KULTUR KELUARGA TERHADAP JIWA

KEWIRAUSAHAAN SISWA

Studi Kasus: Siswa -Siswi Kelas II Jurusan Penjualan SMK Negeri 1 J l. Kemetiran Kidul no. 35 Yogyakarta dan SMK Negeri 7 Jl. Gowon gan Kidul Jt-3/416

Yogyakarta.

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Pendidikan Akuntansi

Disusun Oleh:

THOMAS WAHYU SANTOSO

NIM : 011334130

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AKUNTANSI

JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

(4)

PENGARUH PELAKSANAAN KURIKULUM SMK EDISI 2004

BIDANG KEAHLIAN BISNIS DAN MANAJEMEN, KOMPETENSI

GURU DAN KULTUR KELUARGA TERHADAP JIWA

KEWIRAUSAHAAN SISWA

Studi Kasus: Siswa-Siswi Kelas II Jurusan Penjualan SMK Negeri 1 J l. Kemetiran Kidul no. 35 Yogyakarta dan SMK Negeri 7 Jl. Gowon gan Kidul Jt-3/416

Yogyakarta.

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Pendidikan Akuntansi

Disusun Oleh:

THOMAS WAHYU SANTOSO

NIM : 011334130

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AKUNTANSI

JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

(5)
(6)
(7)

MOT T O

D unia ini adalah sebuah tempat yang berbahaya untuk didiami: bukan

karena orangnya yang jahat tapi karena orang-orangnya yang tidak

peduli

-

EI NS T EI N-

S elagi ada cinta maka tida perlu lagi ada pertanyaan

-EI NS T EI N-

T idak ada hal lain didunia ini yang lebih aku banggakan dari pada

kemampuan untuk merasa bertahan hidup dan untuk memegang teguh

apa yang kucintai dan kuyakini

-J OD I E

F OS T ER -

T ujuan tidak tercapai bukan merupakan tragedi kehidupan, yang

menjadi tragedi adalah tidak mempunyai tujuan untuk dicapai

(8)

KUP ER S EMB AH KAN KAR Y A I NI KEP AD A

:

(9)

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA

Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini tidak

memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam

kutipan dan daftar pustaka, sebagaimana layaknya karya ilmiah.

Yogyakarta, 3 April 2007

Penulis

(10)

ABSTRAK

PENGARUH PELAKSANAAN KURIKULUM SMK EDISI 2004 BIDANG

KEAHLIAN BISNIS DAN MANAJEMEN, KOMPETENSI GURU DAN

KULTUR KELUARGA TERHADAP JIWA KEWIRAUSAHAAN SISWA

Studi Kasus: Siswa-siswi SMK Negeri 1 Jalan Kemetiran Kidul No 35 Yogyakarta

dan SMK Negeri 7 Jalan Gowongan Kidul Jt – 3/416 Yogyakarta

THOMAS WAHYU SANTOSO

Universitas Sanata Dharma

Yogyakarta

2007

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah: (1) pelaksanaan kurikulum

edisi 2004 bidang keahlian bisnis dan manajemen berpengaruh positif terhadap jiwa

kewirausahaan siswa; (2) kompetensi guru berpengaruh positif terhadap jiwa

kewirausahaan siswa; (3) kultur keluarga berpengaruh positif terhadap jiwa

kewirausahaan siswa; (4) Pelaksanaan kulikulum 2004 bidang studi ekonomi,

kompetensi guru dan kultur keluarga berpengaruh positif terhadap jiwa

kewirausahaan siswa.

Penelitian ini dilaksanakan di SMK Negeri 1 dan SMK Negeri 7 Yogyakarta

pada bulan Februari 2006. Populasi penelitian ini adalah siswa kelas II Jurusan

Penjualan. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah kuesioner, wawancara,

dan dokumentasi. Teknik analisis data dilakukan dengan analisa regresi sederhana

untuk menjawab masalah pertama, kedua dan ketiga, sedangkan untuk menjawab

masalah keempat digunakan analisa regresi linear berganda.

(11)

ABSTRACT

THE INFLUENCE OF THE IMPLEMENTATION OF 2004 SMK

CURRICULUM MANJORING IN BUSINESS AND MANAGEMENT

COMPETENCE, TEACHER’S COMPETENCE AND FAMILY CULTURE

TOWARD STUDENT’S ENTREPRENEURSHIP

A Case Study on SMK N 1 Kemetiran Kidul Street No. 35 Yogyakarta and SMK

N 7 Gowongan Kidul Street Jt-3/416 Yogyakarta

THOMAS WAHYU SANTOSO

Sanata Dharma University

Yogyakarta

2007

The aims of this study are to know whether: (1) the implementation of 2004

curriculum manjoring in business and management competence has positive effect

toward student ’s entrepreneurship ; (2) teacher’s competence has positive effect

toward student’s entrepreneurship; (3) family’s culture has positive effect toward

student ’s entrepreneurship; (4) the implementation of 2004 curriculum manjoring

in business and management competence, teacher’s competence, and family’s

culture has positive effect toward student’s entrepreneurship.

This study was done at SMK N 1 and SMK N 7 Yogyakarta in February

2006. The subjects of population are the students of the second grade of marketing

department. The techniques of collecting the data are questionnaire, interview, and

documentation. The analysis data was done by analysis

simple regression to

answer the first, second, and third problem, besides that double linear analyze was

done to answer the fourth problem.

(12)

KATA PENGANTAR

Puji syukur Allah Bapa di surga atas segala berkat-nya sehingga penulis dapat

menyelesaikan penyusunan skripsi yang berjudul Pengaruh Pelaksanaan

Kurikulum SMK edisi 2004 Bidang Keahlian Bisnis dan Manajemen, Kompetensi

Guru, dan Kultur Keluarga Terhadap Jiwa Kewirausahaan Siswa.

Dalam penyusunan skripsi ini penulis memperolaeh banyak bantuan,

semangat dan doa yang sangat mendukung penulis dalam penyelesaian skripsi ini.

Pada kesempatan ini, penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya

kepada:

1.

Bapak Drs. T. Sarkim, M.Ed., Ph.D. selaku Dekan Fakultas Keguruan dan

Ilmu Pendidikan Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

2.

Bapak Drs. Sutarjo Adisusilo J.R selaku Ketua Jurusan Pendidikan Ilmu

Pengetahuan Sosial Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

3.

Bapak S. Widanarto Prijowuntato, S.Pd., M.Si. selaku Ketua Jurusan Program

Studi Pendidikan Akuntansi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta yang

telah banyak memberikan dukungan dan pe ngarahan-pengarahan serta nasehat

kepada penulis selama penulis belajar di USD

.

(13)

5.

Bapak Y. Harsoyo, S.Pd., M.Si. selaku Dosen Pembimbing II yang telah

menyediakan waktunya, memberikan saran, masukan dan

pengarahan-pengarahan kepada penulis dalam penyusunan skripsi ini sampai selesai.

6.

Bapak A. Heri Nugroho, S.Pd selaku dosen tamu dan penguji, terima kasih

atas partisipasinya dalam penyusunan skripsi ini.

7.

Bapak Ig. Bondan Suratno, S.Pd., M.Si. selaku dosen penguji, terima kasih

atas partisipasinya dalam penyusunan skripsi ini.

8.

Seluruh Bapak dan Ibu Dosen Program Studi Pendidikan Akuntansi

Universitas Sanata Dharma Yogyakarta yang telah memberikan dukungan dan

bimbingan selama penulis belajar di USD.

9.

Seluruh Guru, Karyawan dan Siswa-Siswi SMK Negeri 1 Kota Madya

Yogyakarta serta seluruh Guru, Karyawan dan Siswa-Siswi SMK Negeri 7

Kota Madya Yogyakarta yang telah banyak membantu memberikan informasi,

bantuan serta kerjasama yang telah diberikan kepada penulis.

10. Kedua orangtuaku Bapak Valentinus Djumali dan Ibuku Yosephine Sukaryati

(terimakasih atas doa, kasih sayang, dukungan, dan perhatian yang telah

diberikan. Akhinya anakmu yang super badung dan bandel ini bisa

mewujudkan impian dan harapanmu, semoga ini menjadi awal yang lebih

(14)

11. Keluarga Mbaku Irene dan Mas Widi, Mbaku Lucia, Masku Koko

terimakasih atas dukungan, semangat serta segala fasilitas yang telah

diberikan sehingga adekmu yang ganteng ini dapat menyelesaikan skripsi dan

lulus……..”

12. Keluarga Besar Jogja

(Simbok dan Pak Tuo Ali, Om Sriono dan Bulek Wati,

Om Margito dan Bulek Mah, Om Narto, Mbak Pur (yang selalu menjadi

tempatku bercerita), Ali, Dewi, Wawan, Wikan saudaraku jogja) terima kasih

atas doa, perhatian, dukungan dan kasih sayang selama kuliah di Jogja

sehingga aku bisa lulus.

13. Wawan dan Indah makasih banyak ya kalian juga udah rela jauh-jauh buat

nungguin aku ujian penda daran, semua kenangan bersama kalian tak akan

pernah terlupakan, akhirnya aku juga lulus oiiiii……”

14. Ipung, Kicrut , Siska, Koco dan Junot, Nata, dewi “ndut”, kiki “tegal”, sulis

‘B’:

terima kasih atas kebersamaan kal ian sel ama ini , ayo semangat maj u terus

pantang mundur, kamu pasti bisa, j angan l upa kita wisuda bareng kan….!!!!

15. Erni dan Hari

(terima kasih kal ian memang teman yang pal ing dan super baik

dah….. dan sel al u aku repotin btw j angan kapok ya….)

16. Anak-anak Sangkuriang: (Teklek, Bendot, Suthur, Dyar, Satya, Raimond,

Sigit, Wawan, Gudhel, Burket, Anry, Dweek, Kompos, dan masih banyak

(15)

17. Buat anak Palembang yang kuliah di Jogja:

( P oel oeng “ toal -toel ”, Adung

ceprot, Eko “ gerandong” , Wisnu “ aken” , Empi, makasih atas doa dan

motivasi nya, kal ian memang teman baik suka maupun duka sel ama diJ ogj a).

18. Alm. Wahyu Meita (Idok) terima kasih banyak atas kebersamaannya selama

kuliah serta doamu, dan motivasimu sehingga aku bisa lulus…. Semoga

arwahmu tenang di sisi Yang Maha Kuasa, semua senyum, tawa dan candamu

akan menjadi kenangan yang tak pernah terlupakan bagi kita semua.

19. Temen-temen PAK C, PAK B, PAK A angakatan 2001

(terima kasih banyak

atas tawa dan semuanya yang kal ian berikan sel ama di bangku kul iah)

20. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu dan yang telah

memberikan dukungan, perhatian dan saran yang berguna bagi penulis.

Penulis menyadarisepenuhnya bahwa penyusunan skripsi ini jauh dari

sempurna, sehingga masih perlu dikaji dan dikembangkan secara lebih lanjut.

Oleh karena itu penulis sangat mengharapkan saran dan kritik yang bersifat

konstruktif. Akhir kata penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi

semua pihak yang berkepentingan.

(16)

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ………... i

HALAMAN PERSETUJUAN………..……….. ii

HALAMAN PENGESAHAN………. iii

MOTTO………... iv

PERSEMBAHAN……….... v

PERNYATAAN KEASLIAN……….. vi

ABSTRAK……… vii

ABSTRACT………. viii

KATA PENGANTAR………. ix

DAFTAR ISI……… xiii

DAFTAR TABEL……… xvi

DAFTAR LAMPIRAN……… xvii

BAB I PENDAHULUAN

A.

Latar Belakang Masalah……… 1

B.

Batasan Masalah……… 5

C.

Rumusan Masalah……….. 6

D.

Tujuan Penelitian……… 6

E.

Manfaat Penelitian……… 7

(17)

A.

Kurikulum………. 9

1. Pengertian Kurikulum………... 9

B. Kompetensi Guru……….. 13

1.

Pengertian Kompetensi……… 13

2.

Kompetensi Guru………. 14

C. Kultur Keluarga………. 18

1.

Pengertian Kultur………. 21

D. Kewirausahaan………... 24

1.

Pengertian Kewirausahaan……… 24

2.

Karakteristik Kewirausahaan……… 26

F.

Kerangka Teoretik……….. 30

G.

Rumusan Hipotesis………. 34

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

A.

Jenis Penelitian………... 36

B.

Tempat dan Waktu Penelitian……… 36

C.

Populasi dan Sampel Penelitian……….. 36

D.

Variabel Penelitian dan Pengukurannya………. 38

E.

Teknik Pengumpulan Data………. 46

F. Pengujian Validitas dan Reliabilitas……….. 47

(18)

BAB IV GAMBARAN UMUM SEKOLAH

A.

SMK N 1 Yogyakarta

1.

Sejarah Sekolah ……….. 60

2.

Lokasi, Keadaan Fisik dan Lingkungan Sekolah……… 60

3.

Visi dan Misi Sekolah………. 61

a.

Visi……… 61

b.

Misi………... 61

c.

Pengembangan Sekolah Seutuhnya……….. 61

d.

Profil Tamatan……….. 62

4.

Sarana, Prasarana dan Fasilitas……….. 63

a.

Gedung……… 63

b.

Usaha kesehatan Sekolah ……… 64

c.

Perpustakaan Sekolah………. 64

d.

Bimbingan dan Konseling……….. 65

e.

Kantin………. 65

f.

Kantor ………. 66

g.

Ruang Kelas………. 66

h.

Keuangan Sekolah………... 66

i.

Kurikulum Sekolah……….. 66

j.

Jenis-jenis Program Ekstrakurikuler Yang Tersedia…….. 67

(19)

1.

Sejarah Sekolah ………... 67

2.

Lokasi, Keadaan Fisik dan Lingkungan Sekolah………. 67

3.

Visi dan Misi Sekolah……….. 68

a.

Visi………. 68

b.

Misi……… 68

c.

Pengembangan Sekolah Seutuhnya………... 69

d.

Profil Tamatan………... 69

4.

Sarana, Prasarana dan Fasilitas……… 70

a.

Gedung……….. 70

b.

Usaha kesehatan Sekolah……….. 71

c.

Perpustakaan Sekolah……… 71

d.

Bimbingan dan Konseling………. 72

e.

Kantin ……….. 72

f.

Kantor ……….. 73

g.

Ruang Kelas………. 73

h.

Keuangan Sekolah……… 73

i.

Kurikulum Sekolah………. 73

j.

Jenis-jenis Program Ekstrakurikuler Yang Tersedia…... 74

BAB V ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN

A.

Deskripsi Data………. 75

(20)

D.

Pembahasan……… 87

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

A.

Kesimpulan……… 99

B.

Saran……….. 100

(21)

DAFTAR TABEL

Tabel 1

Tabel Operasionalisasi Pelaksanaan Kurikulum SMK 2004 Bidang

Keahlian Bis nis dan Manajemen………. 39

Tabel 2

Tabel Operasionalisasi Kompetensi Guru………... 42

Tabel 3

Tabel Operasionalisasi Kultur Keluarga……….. 43

Tabel 4

Tabel Operasionalisasi Jiwa Kewirausahaan Siswa………. 45

Tabel 5

Tabel Rangkuman Deskripsi Pelaksanaan Kurikulum SMK 2004

Bidang Keahlian Bisnis dan Manajemen……….. 76

Tabel 6

Tabel Rangkuman Deskripsi Kompetensi Guru………... 77

Tabel 7

Tabel Rangkuman Deskripsi Kultur Keluarga………. 77

Tabel 8

Tabel Rangkuman Deskripsi Jiwa Kewirausahaan Siswa……… 78

Tabel 9

Tabel Rangkuman Pengujian Normalitas………. 79

Tabel 10 Tabel Rangkuman Pengujian Linieritas……… 80

Tabel 11 Tabel Rangkuman Hasil Pengujian Hipotesis 1,2,3………. 82

Tabel 12 Tabel Rangkuman Hasil Pengujian Multikolinearitas……….. 82

Tabel 13 Tabel Rangkuman Hasil Pengujian Heteroskedastisitas………... 84

(22)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1

Kuesioner

Lampiran 2

Data Induk Penelitian

Lampiran 3

Pengujian Kuesioner

Lampiran 4

Normalitas dan Linieritas

Lampiran 5

Pengujian Hipotesis

Lampiran 6

Distribusi Frekuensi

(23)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) merupakan salah satu jenjang pendidikan formal, selain Sekolah Menengah Atas (SMA) yang memiliki tujuan dalam pelaksanaan kurikulum SMK edisi 2004 yang berbasis kompetensi bidang keahlian bisnis dan manajemen antara lain; siswa memiliki jiwa, sikap, prilaku wirausaha dalam bekerja serta mampu dan berani berwirausaha dalam bidangnya . Tujuan tersebut selanjutnya dijabarkan dalam tujuan-tujuan mata pelajaran yang ditawarkan terutama mata pelajaran kewirausahaan dan mata pelajaran yang harus ditempuh oleh siswa, contohnya: merencanakan pengelolaan usaha kecil dan mengelola usaha kecil. Dengan demikian diharapkan pencapaian kompetensi siswa dalam ha l jiwa kewiusahaan pada mata pelajaran tersebut dapat sebagai gambaran pencapaian kompetensi siswa pada jenjang pendidikan SMK, karena dengan penetapan standar kompetensi maka diharapkan mutu lulusan lebih terjamin sebab, tidak semua orang ingin melanjutkan ke perguruan tinggi.

(24)

lowongan pekerjaan di dunia usaha maupun dunia industri sebagai tenaga kerja tingkat menengah sesuai dengan kompetensinya dalam program keahlian yang dipilih dan mampu bekerja secara mandiri atau mampu menciptakan lapangan pekerjaan sendiri. (Kurikulum SMK edisi 2004 Bidang Keahlian Bisnis dan Manajemen: 1).

Sejalan dengan tujuan dan fungsi pembelajaran tersebut diharapkan lulusan SMK memiliki pengetahuan yang cukup tentang wirausaha dan memiliki jiwa kewirausahaan. Usaha-usaha yang telah dilakukan oleh sekolah dalam mewujudkan tujuan kurikulum tersebut adalah menyelenggarakan sistem pendidikan yang tersusun secara sistematis. Setiap guru mata pelajaran diwajibkan menyusun silabus, untuk mengatur jalannya pembelajaran selama satu semester, menentukan standar kompetensi lintas kurikulum, menetapkan standar kompetensi mata pelajaran, dan menetapkan rambu-rambu proses pembelajaran guna mencapai tujuan kurikulum.

(25)

sebesar 1,4 juta. Jumlah ini lebih kecil dari ju mlah kerja angkatan baru yang mencapai 2,1 juta (Harian Surya, 15/01/2004). Depnakertrans memperkirakan lebih buruk dari BPS bahwa dengan tingkat pengangguran sebesar 2,5 juta per tahun (Kompas, 29/09/2004). Masalah pengangguran merupakan pekerjaan rumah yang berat bagi pemerintah. Mesikipun pemerintah telah berusaha untuk menciptakan lowongan kerja, tetapi tetap saja jumlah penawaran tenaga kerja tidak pernah seimbang dengan jumlah permintaan. Oleh sebab itu, sehebat apapun pemerintah, jika persoalan pengangguran sudah sedemikian parah (mengalami peningkatan jumlah pengangguran dari tahun ke tahun), penyelesaiannya memerlukan waktu yang panjang. Belum lagi persoalan pengangguran selalu berkaitan dengan rendahnya tingkat kualitas para pencari kerja meskipun mereka telah menyelesaikan jenjang pendidikan tertentu. Karenanya, tanggung jawab untuk mengatasi permasalahan pengangguran seharusnya tidak hanya dipikul pemerintah tetapi menjadi tanggung jawab bersama termasuk di dalam dunia pendidikan.

(26)

tingkat menengah sesuai dengan kompetensinya dalam program keahlian yang dipilih; (2) mampu bekerja secara mandiri.

Mengingat bahwa jumlah pengangguran terus mengalami peningkatan dari tahu ke tahun, maka pihak sekolah sebagai pihak penyelenggara pendidikan perlu mengadakan peningkatan mutu pendidikan. Kehadiran kurik ulum SMK edisi 2004 bidang keahlian bisnis dan manajemen sebenarnya dimaksudkan agar siswa lebih mampu mengembangkan diri dan cara berpikir (inovatif dan kreatif). Disamping itu, siswa juga dituntut untuk bisa bereksplorasi dan memperoleh informasi untuk bisa memecahkan masalah yang sedang dihadapi baik secara mandiri ataupun kelompok. Dengan demikian siswa diharapkan dapat memecahkan masalah persoalan-persoalan yang dihadapinya sendiri.

(27)

dan manajemen. Guru yang berkompeten adalah guru yang dapat menyampaikan materi, dapat mencapai tujuan dari kurikulum yang salah satunya adalah memiliki jiwa kewirausahaan serta menguasai sepuluh kompetensi yang harus dimiliki oleh guru. Selain itu, faktor lainnya adalah kultur keluarga. Kultur keluarga merupakan lingkungan yang bnyak menanamkan nilai-nilai dan norma-norma pada diri siswa. Penanaman nilai-nilai dan norma-norma dalam keluarga menyebabkan terbentuknya karakter pada diri siswa. Di samping itu, perlakuan dan contoh orang tua mengenai kewirausahaan dalam keluarga dapat mempengaruhi jiwa kewirausahaan pada diri siswa.

Berdasarkan uraian tersebut, penulis, melakukan penelitian mengenai “PENGARUH PELAKSANAAN KURIKULUM SMK 2004 BIDANG KEAHLIAN BISNIS DAN MANAJEMEN, KOMPETENSI

GURU DAN KULTUR KELUARGA TERHADAP JIWA

KEWIRAUSAHAAN SISWA ”. Penelitian ini merupakan studi kasus siswa-siswi pada dua SMK di Daerah Kota Madya Yogyakarta.

B. Batasan Masalah

(28)

pembelajaran bidang bisnis dan manajemen yang salah satunya adalah siswa memiliki jiwa, sikap, perilaku wirausaha dalam bekerja serta mampu bekerja dan berani berwiraswasta dalam bidangnya.

C. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, rumusan masalah penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Apakah ada pengaruh positif sikap siswa terhadap pelaksanaan kurikulum SMK edisi 2004 bidang keahlian bisnis dan manajemen terhadap pembentukan jiwa kewirausahaan.

2. Apakah ada pengaruh positif kompetensi guru terhadap pembentukan jiwa kewirausahaan siswa.

3. Apakah ada pengaruh positif kultur keluarga siswa terhadap pembentukan jiwa kewirausahaan siswa.

4. Apakah ada pengaruh positif sikap siswa terhadap pelaksanaan kurikulum SMK edisi 2004 bidang keahlian bisnis dan manajemen, kompetensi guru, dan kultur keluarga terhadap pembentukan jiwa kewirausahaan siswa.

D. Tujuan Penelitian

(29)

1. Untuk mengetahui apakah ada pengaruh positif sikap siswa terhadap pelaksanaan kurikulum SMK edisi 2004 bidang keahlian bisnis dan manajemen terhadap pembentukan jiwa kewirausahaan.

2. Untuk mengetahui apakah ada pengaruh positif kompetensi guru terhadap pembentukan jiwa kewirausahaan siswa.

3. Untuk mengetahui apakah ada pengaruh positif kultur keluarga siswa terhadap pembentukan jiwa kewirausahaan siswa.

4. Untuk mengetahui apakah ada pengaruh positif sikap siswa terhadap pelaksanaan kurikulum SMK edisi 2004 bidang keahlian bisnis dan manajemen, kompetensi guru, dan kultur keluarga terhadap pembentukan jiwa kewirausahaan siswa.

E. Manfaat Penelitian

Penelitian yang akan dilaksanakan ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi pihak-pihak yang berkepentingan:

1. Bagi Guru dan Kepala Sekolah

(30)

2. Bagi Universitas

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi sumber referensi bagi peneliti selanjutnya dan dapat menjadi bahan referensi di bidang pendidikan yang relevan.

3. Bagi Penulis

(31)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Kurikulum

1. Pengertian Kurikulum

Istilah “kurikulum” memiliki berbagai tafsiran yang dirumuskan oleh pakar-pakar dalam bidang pengembangan kurikulum sejak dahulu sampai sekarang ini. Kurikulum berasal dari bahasa latin:“curriculae”, artinya jarak yang ditempuh oleh seorang pelari. Pada waktu itu, pengertian kurikulum ialah jangka waktu pendidikan yang harus ditempuh oleh seorang siswa yang bertujuan untuk memperoleh ijazah. Dalam hal ini, ijazah pada hakekatnya merupakan suatu bukti, bahwa siswa telah menempuh kurikulum yang berupa rencana pelajaran, sebagaimana seorang pelari yang telah menempuh suatu jarak yang antara satu tempat ke tempat yang lainnya dan akhirnya mencapai finish. Dengan kata lain, suatu kurikulum dianggap sebagai suatu jembatan yang sangat penting untuk mencapai titik akhir dari suatu perjalanan dan ditandai dengan memperoleh ijazah.

(32)

ditetapkan. Dengan kata lain, program kurikuler tersebut sekolah atau lembaga pendidikan yang menyediakan lingkungan pendidikan untuk berkembang. Ini sebabnya kurikulum disusun sedemikian rupa yang memungkinkan siswa melakukan beraneka ragam kegiatan belajar. Kurikulum tidak terbatas pada sejumlah mata pelajaran, namun segala sesuatu yang dapat mempengaruhi perkembangan siswa, seperti: bangunan sekolah, alat pelajaran, perlengkapan sekolah, perpustakaan, karyawan tata usaha, gambar-gambar, halaman sekolah, dan lain-lain.

Mehl Mil-Douglass dalam Oemar Hamalik (2003: 65) mengemukakan bahwa:

The curriculum is as broad and varied as the child’s environment, broadly conceived the curriculum embraces not only subject matter but also various aspects of the physical and social environment. The school bring the child with his impelling flow of experiences into environment consisting of school facilities, subject matter, other children, and teacher. From the interaction or the child wild these element learning result. Not only is the learner and ever changing personality resulting from continous series of a new experiences, but the constituent element of his environmentare constanly evolving and unfolding.

Ungkapan di atas menggambarkan, bahwa segala sesuatu dan semua orang yang terlibat dalam upaya memberikan bantuan kepada siswa termasuk dalam kurikulum, rumusan tersebut diperkuat oleh pendapat Romine dalam Oemar Hamalik (2003: 68) yang menyatakan bahwa:

(33)

Berdasarkan rumusan ini, kegiatan-kegiatan kurikulum tidak terbatas dalam ruangan kelas saja, melainkan mencakup juga kegiatan-kegiatan di luar kelas. Pandangan modern menjelaskan, bahwa antara kegiatan intrakurikuler dan kegiatan ekstrakurikuler tidak ada pemisah yang tegas. Semua kegiatan ini bertujuan untuk memberikan pengalaman belajar kepada siswa yang tercakup dalam kurikulum.

Dalam Sistem Pendidikan Nasional, dinyatakan bahwa kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai isi dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegitan belajar mengajar. Rumusan ini lebih spesifik mengandung pokok-pokok pikiran sebagai berikut (Oemar Hamalik, 2003: 66):

1. Kurikulum merupakan suatu rencana atau perencanaan.

2. Kurikulum merupakan pengaturan, berarti memiliki sistematika dan struktur tertentu.

3. Kurikulum memuat atau berisikan isi dan bahan pelajaran, menunjuk pada perangkat mata pelajaran atau bidang pengajaran tertentu.

4. Kurikulum mengandung cara, metode atau strategi penyampaian pengajaran.

5. Kurikulum merupakan pedoman penyelenggaraan kegiatan belajar mengajar.

6. Kendatipun tidak tert ulis, namun telah tersirat dalam kurikulum yakni kurikulum dimaksudkan untuk mencapai tujuan pendidikan.

7. Berdasarkan butir ke-6 maka kurikulum sebenarnya adalah alat pendidikan.

(34)

Dalam Undang-Undang tekah dinyatakan, bahwa:

Kurikulum disusun untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional dengan memperhatikan tahap perkembangan peserta didik dan kesesuaian dengan lingkungan, kebutuhan perkembangan nasional, perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi serta kesenian, sesuai dengan jenis dan jenjang masing-masing satuan pendidikan. Rumusan di atas menunjukkan, faktor -faktor yang harus diperhatikan dalam penyusunan suatu kurikulum, ialah (Oemar Hamalik, 2003: 67): 1. Tujuan pendidikan nasional.

2. Tahap perkembangan peserta didik. 3. Kesesuaian dengan lingkungan. 4. Kebutuhan pembangunan nasional.

5. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi serta kesenian. 6. Kesesuaian dengan jenis dan jenjang satun pendidikan.

Dalam hal ini tujuan kurikulum 2004 bidang keahlian bisnis dan manajemen mata diklat kewirausahaan adalah memiliki jiwa, sikap dan perilaku dalam bekerja, mampu dan berani berwiraswasta di bidangnya. Sedangkan kompetensi mata diklat kewirausahaan adalah mengaktualisasikan sikap dan perilaku wirausaha anatara lain:

1. Mengidentifikasikan sikap dan perilaku wirausahawan.

2. Menerapkan sikap dan perilku kerja prestatif (selalu ingin maju). 3. Merumuskan solusi.

4. Membuat keputusan.

(35)

program keahlian ada lah membekali peserta didik dengan ketrampilan, pengetahuan dan sikap agar kompeten: mendidik peserta didik dengan kurikulum SMK 2004 bidang keahlian bisnis dan manajemen agar dapat bekerja baik secara mandiri maupun mengisi lowongan pekerjaan yang ada di dunia usaha dan dunia industri sebagai tenaga kerja tingkat menengah.

B. Kompetensi Guru

1. Pengertian Kompetensi

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia kompetensi adalah “wewenang kekuasaan untuk menentukan suatu hal”. Wewenang dalam hal ini dikaitkan dengan ruang lingkup jabatan atau posisi sebagai guru yang menuntut tanggung jawab besar.

Piet Sahertian dan Ida Alaida merngemukakan, “Komptensi sebagai kemampuan untuk melaksanakan sesuatu yang diperoleh melalui pendidikan dan latihan yang bersifat kognitif, afektif, dan performence”. Kompetensi merupakan suatu kemampuan yang dimiliki seseorang setelah mengikuti pendidikan dan latihan tertentu untuk jabatan tertentu dalam waktu tertentu.

Seorang guru harus mempunyai kemampuan untuk mengembangkan potensi pribadi anak didik secara keseluruhan maupun potensi perkembangannya kognisi, sikap, tingkah laku ataupun ketrampilan anak didiknya.

(36)

Competency ordinarily is derfined as a dequacy for a tast or a possession of require knowledge, skill and abilities”.

Dari definisi di atas dapat diartikan bahwa kompetensi sebagai suatu tugas yang memadai atau pemikiran pengetahuan, ketrampilan dan kemampuan yang dituntut oleh jabatan seseorang. Dalam pengertian ini kompetensi lebih dititikberatkan pada tugas guru dalam mengajar.

2. Kompetensi Guru

Kompetensi guru merupakan kemampuan guru atau penguasaan pengetahuan, ketrampilan, dan kemampuan menjalankan tugas sebagai pengajar dan pendidik. Sebagai pengajar guru dituntut memiliki seperangkat pengetahuan dan keterampilan teknis mengajar. Sedangkan guru sebagai pendidik yang dituntut dapat menanamkan nilai-nilai yang terkandung pada berbagai pengetahuan yang dibarengi dengan contoh-contoh teladan dan tingkah laku gurunya. Jadi tugas guru selain mentransfer ilmu pengetahuan kepada siswa juga mendidik siswa menjadi warga Negara yang baik dan utuh.

Mengingat peran dan tanggung jawab gur u sangat besar dalam dunia pendidikan, seorang guru harus memiliki kompetensi sebagai modal dalam melaksanakan tugasnya.

(37)

Persiapan untuk membentuk guru yang berkompeten harus mampu mengembangkan keempat aspek seperti yang telah dikemukakan di atas, maka akan dijabarkan sebagai berikut:

1. Kompetensi Personal atau Pribadi

Sikap pribadi guru yang berjiwa pancasila yang mengagungkan budaya bangsa Indonesia, yang rela berkorban bagi kelestarian bangsa dan negaranya.

2. Kompetensi Profesional

Kemampuan dalam penguasaan akademik (mata pelajaran) yang diajarkan dan terpadu dengan kemampuan mengajarnya sehingga guru itu memiliki wibawa akademis.

3. Kompetensi Sosial

Kemampuan yang berhubungan dengan bentuk partisipasi sosial seorang guru dalam kehidupan sehari-hari di masyarakat tempat ia bekerja, baik secara formal maupun informal.

4. Kompetensi Pedagogik

Kompetensi pedagogik adalah kemampuan pembelajaran yang meliputi; memahami peserta didik, merancang dan melaksanakan pembelajaran, mengevaluasi hasil belajar dan mengembangkan diri secara profesional.

(38)

1. Kemampuan menguasai bahan pelajaran.

Guru menguasai bahan pelajaran sehingga memungkinkan untuk menyampaikan materi pelajaran dengan jelas, tepat dan dinamis sehingga siswa dapat menerima dan mengerti pelajaran yang diberikan guru.

2. Kemampuan mengelola PBM (proses belajar mengajar).

Kemampuan guru dalam merencanakan dan melaks anakan program pengajaran dengan baik, mudah diikuti siswa sehingga menghasilkan hasil belajar yang optimal.

3. Kemampuan mengelola kelas.

Kemapuan guru dalam mengatur, menata kelas dengan serasi dan mengarahkan tingkah la ku di kelas sehingga menimbulkan minat belajar.

4. Kemampuan menggunakan media.

Kemampuan memilih dan menggunakan media yang tepat sesuai dengan materi pelajaran sehingga tujuan belajar dapat dicapai.

5. Kemampuan mengelola interaksi PBM (Proses Belajar Mengajar). Kemampuan guru dalam proses belajar mengajar dalam hal memberikan tugas-tugas untuk membuat siswa aktif dan lebih maju dalam mengajar.

6. Kemampuan menguasai landasan kependidikan.

(39)

7. Kemampuan menilai prestasi peserta didik untuk kepentingan pengajaran.

Merupakan kemampuan guru untuk mengetahui perkembangan dan kemajuan siswa setelah mengikuti proses belajar mengajar siswa untuk kepentingan pengajaran.

8. Kemampuan mengenal fungsi bimbingan dan konseling.

Merupakan kemampuan guru dalam memberikan bimbingan kepada siswa untuk mengetahui perkembangan dan kemajuan siswa serta membantu siswa memecahkan masalah-masalah yang dihadapi siswa. 9. Kemampuan menyelenggarakan administrasi sekolah.

Kemampuan guru dalam mengumpulkan data, informasi tentang siswa sehingga terkumpul, teroganisir dengan baik untuk dapat dipakai secara segera dan tepat untuk kepentingan pengambilan keputusan dalam langkah-langkah pembinaan dan pengembangan siswa selanjutnya.

10. Kemampuan memahami dan menguasai prinsip serta menafsirkan hasil penelitian.

(40)

kemungkinan adanya perbedaan tuntutan kompetensi profesional yang disebabkan oleh adanya perbedaan lingkungan sosial kultural dari setiap institusi sekolah, maka guru yang dinilai kompeten secara profesional, apabila (Oemar Hamalik, 2003: 38):

1. Guru mampu mengembangkan tanggung jawab dengan baik. 2. Guru mampu melaksanakan peranan-peranannya secara berhasil. 3. Guru mampu bekerja dalam usaha mencapai tujuan pendidikan (tujuan

instruksional) sekolah.

4. Guru mampu melaksanakan peranannya dalam proses mengajar dan belajar di dalam kelas

Dalam hal ini tidak mudah untuk menjadi seorang guru yang baik, dikagumi dan dihormati oleh anak didik, masyarakat sekitar dan rekan sesama guru. Ada beberapa hal yang dilakukan oleh seorang guru untuk mendapat pengakuan sebagai seorang guru yang baik dan berhasil dengan kata lain kompetensi guru adalah sebagai berikut (Sura J. Kitti: Artikel Guru SMU BPK Penabur KPS Jakarta):

1. Berusahalah tampil di muka kelas dengan prima. 2. Berlakulah bijaksana.

3. Berusaha selalu ceria di depan kelas. 4. Kendalikan emosi.

5. Berusaha menjawab pertanyaan yang diajukan oleh siswa. 6. Memiliki rasa malu dan rasa takut.

7. Harus dapat menerima hidup ini sebagaimana adanya. 8. Tidak sombong.

9. Berlaku adil.

C. Kultur Keluarga

1. Pengertian Kultur

(41)

untuk menjelaskan; (1) keunikan sekelompok masyarakat dibandingkan dengan kelompok masyarakat lainnya; (2) mengapa perilaku sekelompok masyarakat dapat bertahan dari satu generasi ke generasi lainnya. Meskipun istilah budaya dimaksudkan untuk menjelaskan kedua hal tersebut, hingga saat ini muncul berbagai definisi dari para teoritikus dan peneliti.

Kultur merupakan asumsi dasar yang ditemukan, dipahami, dan dipahami oleh anggota kelompok, karena asumsi tersebut ternyata terbukti benar saat digunakan untuk menyelesaikan persoalan yang dihadapi oleh kelompok, baik masalah adaptasi dengan lingkungan eksternal organisasi maupun intergrasi dalam tubuh kelompok tersebut, maka asumsi tersebut diajarkan kepada anggota baru sebagai cara pandang, pola pikir, dan perasaan yang benar ketika menghadapi masalah di masa mendatang.

Clayde Kluckhon, sebagaimana dikutip Erez dan Early (1993: 41), menyatakan bahwa:

Culture consists of patterned ways of thinking, feeling, and reacting, required and transmitted mainly by symbols, constituting the distinctive achievement of human group, including their embodiment in artifact; the essential, core of culture consists of traditional (i.e.historycally derived and selected)ideas and their attached values)

(42)

untuk berubah. Perwujudan nilai tampak dalam wujud artifak-artifak, misalnya: pola pikir, rasa, reaksi anggota kelompok. Pada umumnya pola-pola ini diartikulasikan ke dalam bentuk simbol-simbol.

Kultur merupakan bentuk pemrograma n mental secara kolektif. Kultur membedakan anggota kelompok antara satu dengan yang lain dalam pola pikir, perasaan, dan tindakan anggota suatu kelompok. Sebagai bentuk pemrograman mental secara kolektif, kultur cenderung sulit berubah. Jikalau pun berubah, maka perubahan akan berlangsung secara perlahan-lahan (evolutif). Hal ini disebabkan bukan semata-mata karena kultur tersebut telah menjadi bagian dari diri para anggota kelompok, tetapi kultur telah terkristalisasi ke dalam lembaga yang mereka bangun.

Menurut Hofstede (1994:181-182), perbedaan kultur dapat dianalisis pada tingkatan unit ataupun sub-sub unit dalam satu organisasi. La Midjan (1995: 7) menyebutkan bahwa tingkatan dalam organisasi tersebut antara lain: struktur keluarga, struktur pendidikan, organisasi, keagamaan, asosiasi-asosiasi, bentuk organisasi kerja, lembaga hukum kepustakaan, pola tata ruang, bentuk bangunan gedung, dan juga teori-teori ilmiah.

(43)

sebagai sesua tu yang benar (taken for granted) oleh organisasi sendiri dan lingkungannya.

2. Dimensi Kultur Keluarga

Kultur merupakan fenomena kolektif yang membedakan kelompok satu dengan kelompok lain. Subtansi perbedaan lebih tampak pada praktik kultur daripada nilai-nilai. Hofstede (1994:181-182) menyatakan bahwa perbedaan kultur tersebut selanjutnya dapat dianalisis pada tingkatan unit atau bukan sub-sub unit dalam suatu organisasi. Sebagai bentuk pemrograman mental secara kolektif, kultur suatu kelompok cenderung sulit berubah. Jikalau pun berubah, maka perubahan akan berlangsung secara evolutif (perlahan-lahan). Hal ini disebabkan bukan semata-mata karena kultur tersebut telah menjadi bagian dari para anggota kelompok.

Hofstede (1994: 10) mengklasifikasikan kultur ke dalam 6 (enam) tingkatan atau lapisan (layer) yaitu: (1) a national level, (2) a regional level etc, (3) an organization level, (4) a generation level, (5) a social class level, dan (6) an organization or corporate level. Pada tingkatan nasional tersebut kultur diukur berdasarkan dimensi-dimensi yang mencakup: power distance (from small large), collectivism versus individualism, femininity versus masculinity dan uncertainty avoidance (from week to strong).

(44)

sama. Individualism (individualisme) menggambarkan suatu masyarakat dalam mana pertalian dalam individu hilang (setiap orang memikirkan diri sendiri baru orang lain). Sedangkan lawannya adalah collectivism (kolektifisme) menunjukkan bahwa dalam mana orang-orang sejak lahir diintergrasikan secara kuat kedalam kelompok yang akhirnya mereka menjadi sangat loyal terhadap kelompok tersebut. Masculinity (maskulinitas) menunjukkan masyarakat dalam mana peran sosial gender ada perbedaan yang sangat jelas. Sementara itu femininity menunjukkan masyarakat dalam mana peran sosial gender tumpang tindih (overlap) sebagai contoh: baik laki-laki maupun perempuan sederhana, sabar, lemah lembut, dan memberikan perhatian terhadap kualitas hidup. Dimensi terakhir adalah uncertainty avoidance yang menunjukkan masyarakat untuk anggota akan merasa terancam dalam ketidakpastian maupun ketidaktahuan situasi.

(45)

keluarga, perhatian anggota keluarga yang lebih kuat. Sedangkan dimensi pengindraan atas ketidakpastian mencakup indikator antara lain: tingkat kecemasan menghadapi kondisi ketidakpastian, perasaan terhadap ketidakpastian, serta ketat atau tidaknya pengaturan atas hal yang baik atau tidak baik.

(46)

D. Kewirausahaan

1. Pengertian Kewirausahaan

Dalam kehidupan sehari-hari masih banyak orang yang menafsirkan atau memandang bahwa kewirausahaan identik dengan apa yang dimiliki baru dilakukan “usahawan” atau “wiraswasta”. Pandangan tersebut tidak tepat karena jiwa dan sikap kewirausahaan (entrepreneurship) tidak hanya dimiliki oleh seorang usahawan tetapi dimiliki oleh setiap orang yang berpikir kreatif serta bertindak inovatif baik kalangan us ahawan maupun kalangan masyarakat umum seperti: petani, karyawan, pegawai pemerintah, mahasiswa, para pelajar, dan pimpinan organisasi lainnya.

Kewirausahaan adalah kemampuan kreatif dan inovatif yang dijadikan dasar, kiat, dan sumber daya untuk mencari pe luang sesuatu yang baru dan berbeda (create new and different) melalui berpikir kreatif dan bertindak inovatif untuk menciptakan peluang.

(47)

Dalam konteks bisnis, menurut Thomas W. Zimmerer (1996) menyatakan bahwa:

Entrepreneurship is the result of a disciplined systematic proses of applying creativity and innov ation too need and opportunities in the market place.

Yang artinya, kewirausahaan adalah hasil dari suatu disiplin, proses sistematik penerapan kreativitas dan inovasi dalam memenuhi kebutuhan peluang di pasar.

Dahulu kewirausahaan dianggap dan hanya dapa t dilakukan melalui pengalaman langsung di lapangan dan merupakan bakat yang dibawa sejak lahir (entrepreneurship are born not made), sehingga kewirausahaan tidak dapat dipelajari dan diajarkan. Entrepreneurship are born not made artinya, tidak hanya bakat bawaan sejak lahir atau urusan pengalaman lapangan, tetapi juga dapat dipelajari dan diajarkan.

Secara epistemology, kewirausahaan merupakan hal yang diperlukan untuk memulai usaha (start-up phase) atau suatu proses dalam mengerjakan suatu hal yang baru (creative) dan suatu yang berbeda (innovative). Dua hal tersebut tampak dalam definisi kewirausahaan yang dikemukakan oleh Zimmermer (1996):

applying creativity and innovation to solve the problem to exploit opportunity that people face everyday.

(48)

inovasi diartikan sebagai kemampuan untuk mengembangkan kreativitas dalam rangka memecahkan persoalan dan menghadapi peluang (doing new think). Dengan demikian, kewirausahaan dapat didefinisikan sebagai kemampuan untuk berpikir kreatif dan berperilaku yang dijadikan dasar, sumber daya, tenaga penggerak, tujuan siasat, dan proses dalam menghadapi tantangan hidup.

Menurut Drucker (1996), kewirausahaan adalah kemampuan untuk menciptakan sesuatu yang berbeda (ability to create the new and different thing). Dengan demikian esensi kewirausahaan dalam konteks ini adalah menciptakan nilai tambah di pasar melalui proses kombinasi antar sumber daya yang ada dengan cara-cara baru dan berbeda agar dapat bersaing. Cara-cara tersebut mencakup teknologi, pengetahuan baru, produk dan jasa yang sudah ada, penemuan cara yang berbeda untuk menghasilkan barang dan jasa yang lebih banyak dengan sumber daya yang efektif.

2. Karakteristik Kewirausahaan

(49)

Masing-masing karakteristik kewirausahaa n memiliki makna yang disebut dengan nilai-nilai. Konsep nilai dibedakan sebagai berikut; (1) person has a value dan, (2) an object has value. Konsep yang pertama menyatakan bahwa nilai yang dianut seseorang akan dijadikan sebagai ukuran baku bagi persepsinya terhadap dunia luar. Oleh sebab itu, watak yang melekat pada seseorang wirausahaa akan menjadi ciri-ciri kewirausahaan yang dapat dipandang sebagai sistem nilai kewirausahaan.

Dalam kewirausahaan, ada dua sistem nilai yang menonjol yaitu sistem nilai primer pragmetik dan sistem nilai moralistik. Sistem nilai primer pragmetrik dapat dilihat dari watak, jiwa dan perilakunya, misalnya kerja keras, tegas, mengutamakan prestasi, dan lain-lain. Sementara , sistem nilai moralistik mencakup keyakinan atau percaya diri, kehormatan, kepercayaan, kerjasama, keteladanan, dan keutamaan.

(50)

oleh komitmen yang kuat akan mendorong wirausaha untuk terus mencari peluang sampai berhasil. Hasil-hasil itu harus nyata atau jelas, objektif dan merupakan umpan balik (feed back) bagi kelancaran kegiatannya. Dengan semangat optimisme yang tinggi karena hasil yang diperoleh maka uang yang dikelola secara proaktif dipandang sebagai sumber daya yang bukan tujuan akhir.

Beberapa ciri-ciri kewirausahaan yang dikemukakan oleh Vernon A. Musselum (1998: 50); Wasty Sumanto(1989: 5); Geoffey Meredith (1989: 5) dalam bentuk c iri-ciri sebagai berikut:

1. Keinginan yang kuat untuk berdiri sendiri. 2. Kemauan dan berani mengambil resiko. 3. Kemampuan untuk belajar dari pengalaman. 4. Memotivasi diri sendiri.

5. Semangat untuk bersaing. 6. Orientasi pada kerja keras. 7. Percaya diri sendiri.

8. Dorongan untuk berprestasi. 9. Tingkat energi yang tinggi. 10. Tegas.

11. Yakin dan percaya pada kemampuan diri sendiri.

Wasty Sumanto (1989: 5) menambah ciri yang 12 dan yang ke-13 sebagai berikut:

12. Tidak suka uluran tangan dari pemerintah atau pihak lain di masyarakat.

13. Tidak bergantung pada alam dan berusaha untuk tidak menyerah pada alam.

Geoffey Meredith (1989: 5) menambah cirri yang ke -14 sampai ke-16 sebagai berikut:

14. Kepemimpinan. 15. Keorisinilan.

(51)

Dalam mencapai keberhasilannya, seorang wirausaha memiliki ciri-ciri tertentu pula. Dalam “Entrepreneurship and Small Enterprise Development Report” (1989) yang dikutip oleh M. Scarborough dan Thomas Zimmerer (1935: 5) dikemukakan beberapa karakteristik kewirausahaan yang berhasil diantaranya memiliki ciri-ciri sebagai berikut:

1. Proaktif, yaitu berinisatif dan tegas (assetive).

2. Berorientasi pada prestasi yang tercermin dalam pandangan dan bertindak (sees and act) terhadap peluang, orientasi, efisiensi, mengutamakan kualitas kerja, berencana, dan mengutamakan monitoring.

3. Komitmen kepada orang lain, misalnya: dalam mengadakan kontrak dan hubungan bisnis.

Secara eksplisit, Dan Steinhoff dan John Burgess (1993: 38) mengemukakan beberapa karakteristik yang diperlukan untuk menjadi wirausaha yang berhaasil meliputi:

1. Memiliki tujuan dan visi usaha yang jelas. 2. Bersedia menanggung resiko uang dan waktu. 3. Berencana, mengorganisasi.

4. Kerja keras sesuai dengan tingkat kepentingan.

5. Mengembangkan hubungan dengan pelanggan, pemasok, pekerja, dan lain-lain.

(52)

E. Kerangka Teoretik

1. Pengaruh Pelaksanaan Kurikulum SMK edisi 2004 Bidang Keahlian Bisnis dan Manajemen Terhadap Jiwa Kewirausahaan Siswa.

Sikap atau mental wirausaha berhubungan dengan berbagai faktor. Meskipun belum banyak penelitian ilmiah mengenai mental atau kepribadian wirausahawan, namun ada beberapa fakta maupun asumsi menerangkan bahwa memang ada perbedaan karakter antara wirausahawan dengan non-wirausahawan. Perbedaan tumbuh karena kebiasaan atau pengaruh lingkungan sehingga menjadi karakter yang melekat dalam kepribadian seseorang.

Sekolah memiliki perbedaan karakter dalam sumber dayanya. Masing-masing sekolah memiliki cara yang berbeda dalam melaksanakan tujuan kurikulum SMK edisi 2004 bidang keahlian bisnis dan manajemen yang berbasis kompetensi. Hal tersebut akan berdampak pada pencapaian tujuan pelaksanaan kurikulum SMK edisi 2004 bidang keahlian bisnis dan manajemen.

(53)

2. Pengaruh Kompetensi Guru Terhadap Jiwa Kewirausahaan Siswa

Guru merupakan faktor utama dalam pelaksanaan pendidikan terutama dalam pencapaian pelaksanaan tujuan kurikulum SMK edisi 2004 bidang keahlian bisnis dan manajemen. Dalam hal ini guru merupakan fasilitator belajar bagi siswa yang diharapkan guru memiliki kemampuan untuk berpikir kreatif dan inovtif yang dapat dijadikan dasar yang kuat dan sumber daya untuk mencari peluang menuju sukses dengan cara menciptakan ssuatu kesempatan yang baru dan berbeda (create and different).

Ketekunan seorang guru dalam mengajar dan melaksanakan pembelajaran di kelas, kedisiplinan guru yang baik, dan kemampuan serta kegigihan seorang guru dalam menyampaikan materi pembelajaran yang dapat diterima semua siswa dan disukai adalah contoh sekaligus perangsang yang baik bagi siswa dalam jiwa kewirausahaan.

(54)

dan manajemen yang salah satunya adalah membekali siswa dengan nilai-nilai dan jiwa kewirausahaan dalam diri siswa setelah lulus SMK nantinya. 3. Pengaruh Kultur Keluarga Terhadap Jiwa Kewirausahaan Siswa.

Anak dibesarkan dalam sebuah keluarga yang memiliki peranan penting bagi anak-anak, keluarga memberikan dukungan dan motivasi kepada anak dengan mencukupi kebutuhan keluarga; pendidikan, kesehatan, sandang, dan lain-lain. Keluarga membekali anak-anaknya dalam nilai-nilai dan norma-norma sehingga akan tumbuh kemandirian dalam diri siswa, kemandirian dalam diri siswa sangatlah diperlukan apalagi untuk berwirausaha, sebab dalam berwirausaha salah satu karakteristiknya dibutuhkan kemandirian. Sehingga siswa tidak terlalu tergantung pada orang tua dan mampu mencari kerja sendiri serta mampu menciptakan peluang kerja dalam dunia usaha dengan berwirausaha.

(55)

pribadi dan kebutuhan akan mempengaruhi sikap dan kenyakinan yang pada gilirannya akan mempenagaruhi perilaku.

Oleh karena itu, anak berasal dari sebuah lingkungan keluarga, maka secara otomatis keluargalah yang banyak mempengaruhi sikap dan kenyakinan terhadap jiwa kewirausahaan dalam diri siswa. Dengan kata lain keluarga membawa pengaruh yang paling dominan bagi diri siswa. 4. Pengaruh Pelaksanaan Kurikulum SMK edisi 2004 Bidang keahlian bisnis

dan manajemen, kompetensi Guru, Kultur Keluarga Terhadap Jiwa Kewirausahaan siswa.

Pendidikan menengah kejuruan (SMK) akan terus berusaha menyiapkan peserta didik menjadi manusia yang selalu siap menghadapi tantangan dan persaingan dalam dunia kerja. Sekolah karenanya berusaha memberikan pendidikan yang terarah pada pencapaian kurikulum SMK edisi 2004 bidang keahlian bisnis dan manajemen. Pelaksanaan kurikulum SMK edisi 2004 terarah pada siswa yang diharapkan memiliki jiwa, sikap, perilaku wirausaha dalam bekerja dan siswa mampu serta berani untuk berwiraswasta dalam bidangnya.

(56)

orang tuanya di rumah dalam bekerja atau berusaha mendapatkan uang atau dapat juga melalui pemahaman dalam praktik pelaksanaan kurikulum di sekolah, serta kompetensi seorang guru dalam menyampaikan materi (pembelajaran) di kelas.

Faktor lain yang dapat mempengaruhi jiwa wirausaha dalam diri siswa adalah kompetensi guru, guru secara tidak langsung dapat mempengaruhi baik buruknya pencapaian tujuan pelaksanaan kurikulum SMK edisi 2004 bidang keahlian bisnis dan manajemen. Seorang guru yang memiliki kompetensi adalah guru yang dapat mengajar dan menyampaikan materi dengan tepat sasaran pada diri siswa, serta sesuai dengan tujuan kurikulum edisi 2004 bidang keahlian bisnis dan manajemen yang salah satunya ada lah siswa memiliki jiwa, sikap, perilaku wirausaha dalam bekerja dan siswa mampu serta berani untuk berwiraswasta dalam bidangnya setelah lulus SMK nantinya.

Berdasarkan uraian di atas dapat kita ketahui bahwa sikap siswa terhadap pelaksanaan kurikulum SMK 2004 bidang keahlian bisnis dan manajemen, kompetensi guru dan kultur keluarga bisa mempengaruhi pembentukan jiwa kewirausahaan siswa.

F. Rumusan Hipotesis

1. Ada pengaruh positif pelaksanaan kurikulum SMK edisi 2004 bidang keahlian bisnis dan manajemen terhadap jiwa kewirausahaan.

(57)

3. Ada pengaruh positif kultur keluarga terhadap jiwa kewirausahaan siswa. 4. Ada pengaruh positif pelaksanaan kurikulum SMK 2004 bidang keahlian

(58)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini adalah studi kasus yaitu pe nelitian yang mendalam tentang sesuatu objek atau subjek pada area yang terbatas. Dengan demikian hasilnya hanyalah berlaku pada kasus dimana objek atau subjek yang diteliti dan tidak dapat digeneralisasikan.

B. Tempat dan Waktu Penelitian

1. Tempat Penelitian

Penelitian dilaksanakan di SMK Negeri 1 Jalan Kemetiran Kidul no. 35 dan SMK Negeri 7 Jalan Gowongan Kidul Jt -3/416 Yogyakarta di Daerah Kodya Madya Yogyakarta.

2. Waktu Penelitian

Pengumpulan data dilaksanakan pada bulan Febuari 2006

C. Populasi dan Sampel Penelitian

1. Populasi Penelitian

(59)

Yogyakarta yang menerapkan kurikulum SMK 2004 dengan jumlah 240 siswa.

2. Sampel dan Teknik Pengambilan Sampel

Sampel adalah kelompok kecil yang kita amati atau beberapa kecil/cuplikan yang ditarik dari populasi atau porsi dari suatu populasi. Untuk menentukan besarnya sampel dari populasi digunakan rumus Slovin sebagai berikut (Consuelo, 1993: 160):

2 1 Ne

N n

+ =

Keterangan:

n = Ukuran sampel N = Ukuran populasi

e = Nilai kritis (batas ketelitian) yang diinginkan (perse n kelonggaran ketidaktelitian karena pengambilan sampel populasi)

Jadi jumlah sampel yang akan diambil (n), dengan nilai kritis/batas kesalahan (e) 5% dari populasi tersebut adalah:

2 ) 05 , 0 ( 240 1

240

+ =

n

= 150 siswa yang akan menjadi sampel 3. Teknik Pengambilan Sampel

(60)

Pertimbangan sampel siswa-siswi kelas II SMK jurusan penjualan adalah para siswa yang telah menempuh mata pelajaran kewirausahaan dalam waktu yang cukup sehingga siswa benar-benar mengerti dan memahami arti penting wirausaha.

D. Variabel Penelitian dan Pengukurannya

1. Variabel Pelaksanaan Kurikulum SMK edisi 2004 Bidang Keahlian Bisnis dan Manajemen

(61)

Tabel 1

Operasionalisasi Variabel Pelaksanaan Kurikulum SMK 2004 Bidang Kealian Bisnis dan Manajemen

Variabel Dimensi Indikator Pertanyaan No 1. Pengelolaan

kurikulum berbasis kompetensi

1. Mengembangkan silabus.

2. Menetapkan dan mengembangkan materi. 3. Melaksanakan kurikulum. 4. Mengembangkan sistem pemantauan.

1, 2, 3 4 5,6 7 Pelaksanaan kurikulum SMK 2004 bidang keahlian bisnis dan manajemen

2. Kegiatan belajar mengajar.

1. Berpusat pada siswa. 2. Belajar dari

(62)

4. Penilaian berbasis kelas.

1. Membuat kertas kerja siswa (portofolio). 2. Keseimbangan aspek

ketiga ranah (kognitf, afektif, psikomotorik). 3. Adanya model

penilaian dalam suasana resmi dan tidak resmi, di dalam dan di luar kelas. 4. Adanya standar

penilaian yang harus dan telah dicapai. 5. Terintergrasi (terpadu)

dalam kegiatan awal, tengah, akhir dalam pembelajaran. 6. Keteraturan dalam

pelaporan hasil penilaian.

7. Menekankan proses dan hasil belajar (pencapaian ketrampilan hidup). 14 15 16 17 18 19 20

5. Kurikulum dan hasil belajar

(63)

5. Sesuai dengan perkembangan kedewasaan psikologis. 6. Persiapan untuk

pendidikan lanjutan, kehidupan nyata dan dunia kerja.

27-28

29

Masing-masing indikator selanjutnya dijabarkan dalam bentuk pertanyaan yang masing-masing pertanyaan dinyatakan dalam 5 (lima) skala Likert.

Skor Pernyataan Pernyataan

Positif Negatif Sangat Setuju 5 1

Setuju 4 2

Ragu-ragu 3 3 Tidak Setuju 2 4 Sangat Tidak Setuju 1 5

2. Variabel Kompetensi Guru

(64)

Tabel 2

Operasionalisasi Variabel Kompetensi Guru

Variabel Indikator Pertanyaan No Kompetensi

Guru

1. Menguasai bahan. 2. Mengelola program

mengajar. 3. Mengelola kelas.

4. Menguasai suatu landasan pendidikan.

5. Menguasai media dan sumber.

6. Mengelola interaksi belajar mengajar.

7. Menilai prestasi. 8. Mengenal fungsi dan

layanan bimbingan dan konseling (BK). 9. Mengenal dan

menyelenggarakan administrasi sekolah. 10. Menafsirkan hasil

penelitian pengajaran. 11. Mempunyai komitmen pada

siswa dan proses belajarnya.

12. Berpikir sistematis tentang apa yang dilaksanakan dan belajar dari pengalaman. 13. Merupakan bagian dari

masyarakat.

14. Mampu berlaku bijaksana, memiliki kasabaran yang tinggi.

15. Ceria di depan kelas 16. Mampu mengendalikan

emosi.

17. Memiliki rasa malu dan takut.

18. Menerima apa adanya. 19. Tidak sombong.

(65)

Masing-masing indikator selanjutnya dijabarkan dalam bentuk pertanyaan yang masing-masing pertanyaan dinyatakan dalam 5 (lima) skala Likert.

3. Variabel Kultur Keluarga

Yang dimaksud dengan kultur keluarga adalah merupakan suatu asumsi dasar yang ditemukan dan dipahami, karena dengan asumsi tersebut ternyata dapat digunakan untuk menyelesaikan persoalan yang dihadapi. Kultur juga biasanya digunakan untuk membedakan antar keluarga dalam suatu lingkungan maupun kelompok. Dalam hal ini kultur keluarga memiliki 4 (empat) dimensi antara lain; (1) power distance, (2) individualism, (3) masculinity, (4) uncertainty avoidance. Dan selanjutnya variabel kultur keluarga diukur berdasarkan indikator sebagai berikut:

Tabel 3

Operasionalisasi Variabel Kultur Keluarga

Variabel Dimensi Indikator Pertanyaan No Kultur

keluarga

1.Power Distance 1. Aturan-aturan dan norma-norma dalam keluarga 2. Kepatuhan (sopan

santun). 3. Orang tua

mempunyai otoritas tertinggi 4. Ikatan emosional

diantara keluarga yang dekat 5. Asas demokratis

dalam keluarga 6. Keadilan dalam penggunaan aset keluarga.

1

2 3

4

(66)

2.Individualism 1. Tanggung jawab. 2. Ikatan

persaudaraan yang kental / kuat. 3. Ramah tamah

dengan anggota keluarga. 4. Takut berbuat

salah dikeluarga

7 8

9

10

3. Masculinity 1. Takut berbuat salah di masyarakat. 2. Bapak merupakan

pemegang otoritas / kekuatan

tertinggi

3. Pilih kasih / berat sebelah/ tidak adil 4. Tidak ada

pembedaan perlakuan gender dalam karier. 11 12 13 14

4. uncertainty Avoidance 1. Kedekatan hubungan antara anggota keluarga. 2. Kepasrahan terhadap jumlah pendapatan keluarga. 3. Rasa senasib

sepenanggungan. 4. Kepatuhan

terhadap aturan-aturan dan norma-norma keluarga

15

16

17 18

(67)

4. Jiwa Kewirausahaan Siswa.

Yang dimaksud dengan jiwa kewirusahan adalah kemampuan berpikir kreatif dan inovatif yang dapat dijadikan dasar, kiat, dan sumber daya untuk mencari peluang untuk menuju sukses. Dalam hal ini inti dari jiwa kewairaushaan adalah kemampuan untuk menciptakan sesuatu yang berbeda dengan yang lain serta mampu berpikir kreatif dan bertindak inovatif dalam rangka menciptakan kesempatan dalam dunia usaha. Variabel jiwa kewirausahaan siswa memiliki 10 (sepuluh) dimensi antara lain; (1) creativity, (2) risk taking, (3) innovation, (4) working as a member, (5) self -confidance, (6) independent, (7) flexible, (8)

knowledgeable, (9) versatile, (10) more career-oriented and prepared, dan selanjutnya dijabarkan dan disusun berdasarkan indikator sebagai berikut:

Tabel 4

Operasionalisasi Variabel Jiwa Kewirausahaan

Variabel Indikator Pertanyaan No

Jiwa

kewirausahaan

1. Memiliki komitmen dan tekad yang kuat untuk usaha. 2. Rasa tanggung jawab.

3. Selalu mencari peluang. 4. Tahan terhadap resiko dan

ketidak pastian. 5. Percaya diri sendiri. 6. Berdaya cipta dan luwes. 7. Selalu memerlukan umpan

balik yang segera umtuk mengetahui hasil dari apa yang dikerjakannya.

8. Memiliki tingkat energi yang tinggi.

1 2 3 4 5 6, 7

8

(68)

9. Memiliki dorongan yang kuat untuk selalu unggul. 10. Orientasi pada masa yang

akan datang. 11. Selalu belajar dari

pengalaman. 12. Kepemimpinan.

10 11, 12

13 14, 15

Masing-masing indikator selanjutnya dijabarkan dalam bentuk pertanyaan yang masing-masing pertanyaan dinyatakan dalam 5 (lima) skala Likert.

E. Teknik Pengumpulan Data

1. Kuesioner

Kuesioner merupakan sejumlah daftar pertanyaan yang diberikan kepada responden untuk diisi sesuai dengan keadaan responden. Metode ini digunakan untuk mengumpulkan data tentang pengaruh pelaksanaan kurikulum SMK edisi 2004 bidang keahlian bisnis dan manajemen, kompetensi guru, kultur keluarga, terhadap jiwa kewirausahaan siswa. 2. Wawancara

Wawancara merupakan dialog yang dilakukan oleh peneliti dimaksudkan untuk mendapatkan keterangan-keterangan yang diperlukan. Metode ini diperlukan untuk mendapat data-data untuk melengkapi data- data yang telah dikumpulkan dengan metode kuesioner.

3. Dokumentasi

(69)

lembaga. Metode ini digunakan untuk mengumpulkan data tentang pengaruh pelaksanaan kurikulum SMK edisi 2004 bidang keahlian bisnis dan manajemen, kompetensi guru, dan kultur keluarga terhadap jiwa kewirausahaan siswa.

F. Pengujian Validitas dan Reliabilitas

1. Pengujian Validitas

Pengujian validitas (test of validity) dimaksudkan untuk mengetahui apakah butir-butir pertanyaan mampu mengukur yang seharusnya diukur (sahih) atau tidak. Pengujian validitas dilakukan dengan mengkorelasikan antar skor jawaban masing-masing item pertanyaan dengan skor total yang diperoleh dari penjumlahan skor pertanyaan. Uji validitas digunakan rumus Korelasi Product Moment Pearson (Sutrisno Hadi, 1991: 23) yaitu:

(

)( )

(

)

{

}

{

( )

}

− =

2 2

2 1 2

1

1 1 1

1

Y Y

n X X

n

Y X Y

X n r

Keterangan:

r : Koefisien korelasi

(70)

Untuk menentukan apakah instrumen ini valid atau tidak ketentuannya sebagai berikut:

• Jika r hitung ≥ r tabel dengan tingkat kepercayaan 95% maka

instrumen tersebut valid.

• Jika r hitung ≤ r tabel dengan tingkat kepercayaan 95% maka

instrumen tersebut tidak valid.

Pengujian validitas dalam penelitian ini dilakukan dengan responden sebanyak 35 siswa dari SMK N 7 Yogyakarta. Berdasarkan hasil pengujian validitas dengan bantuan program SPSS versi 11.0 diperoleh hasil bahwa nilai rxy untuk setiap butir pertanyaan lebih besar

dari nilai rtabel = 0,222. hasil pengujian validitas untuk variabel

(71)

2. Pengujian Reliabilitas

Reliabilitas adalah istilah yang digunakan untuk menunjukkan sejauh mana hasil penilitian relatif konstan apabila diuji berulangkali. Untuk menghitung reliabilitas kuesioner dalam penelitian ini menggunakan Koefisien Alpha Cronbach dengan taraf signifikan 5% (Suharsimi Arikunto, 1987:236).

Rumus Alpha:

11 r =

    −1 k k        

2

2 1 b b σ σ keterangan: 11

r : Reliabilitas instrumen

k : Banyaknya butir pertanyaan atau banyaknya soal

2

σb : Jumlah varians butir

2

t

σ : Varians total

Reliabilitas kuesioner pada penelitian ini menggunakan teknik Alpha Cronbach. Jika koefisien alpha lebih besar dari r tabel dengan taraf signifikan 5% maka data kuesioner tersebut reliabel. Sebaliknya jika koefisien alpha lebih kecil dari r tabel dengan taraf signifikan 5% maka data kuesioner tersebut tidak reliabel.

Untuk variabel pelaksanaan kurikulum SMK edisi 2004 bidang keahlian bisnis dan manajemen diperoleh r11 = 0,8291 lebih besar dari

tabel

r = 0,222 maka dinya takan reliabel. Untuk variabel kompetensi guru

(72)

dari rtabel = 0,222 maka dinyatakan reliabel. Sedangkan untuk variabel jiwa

kewirausahaan siswa diperoleh r11 = 0,6735 lebih besar dari rtabel = 0,222

maka dinyatakan reliabel. Sehingga dapat disimpulkan bahwa dari keempat variabel adalah reliabel atau handal (lampiran 3, hal 133-136).

G. Teknik Analisis Data

1. Deskripsi Data

Analisis ini dilakukan dengan cara mendeskripsikan data hasil observasi yang sudah didapat dari penelitian di lapangan yang meliputi responden, variabel pelaksanaan kurikulum SMK 2004 bidang keahlian bisnis dan manajemen, kompetensi guru, kultur keluarga, dan jiwa kewirausahaan siswa. Untuk keperluan deskripsi data digunakan tabel distribusi frekuensi untuk pada setiap variabel.

2. Uji Normalitas dan Linieritas a. Pengujian Normalitas

(73)

maka dapat disimpulkan bahwa variabel penelitian berdistribusi normal. Adapun rumus uji Ko lmogorov-Smirnov sebagai berikut (Imam Ghozali, 2002:36):

D = Max Fo(Xi) - S Ν(Xi)

Keterangan:

D : Deviasi maksimum

Fo(Xi) : Fungsi distribusi frekuensi kumulatif yang ditentukan SΝ : Distribusi frekuensi kumulatif yang diobservasi

Jika nilai F hitung > dari nilai F tabel pada taraf signifikasi 5% (α =0,05), maka distribusi data dikatakan tidak normal. Sebaliknya jika nilai F hitung < dari nilai F tabel maka distribusi data dikatakan normal.

b. Pengujian Linieritas

Pengujian linieritas dimaksudkan untuk mengetahui ada tidaknya hubungan linier antara variabel bebas dengan terikat Pengujian dilakukan dengan Uji F dengan rumus sebagai berikut (Sudjana, 1992: 332):

2 2 TC Se S F=

Keterangan:

(74)

Berdasarkan hasil perhitungan selanjutnya dibandingkan dengan

tabel

F dengan taraf signifikansi 5%. Koefisien Fhitung diperoleh dari

perhitungan SPSS 11.0. Jika nilai Fhitung > nilai Ftabel maka hubungan

antar variabel bebas dengan variabel terikat tidak linier dan sebaliknya jika nilai Fhitung < dari nilai Ftabel maka hubungan antar variabel bebas

dengan variabel te

Gambar

Tabel 1
Tabel 2
Tabel 3 Operasionalisasi Variabel Kultur Keluarga
 Tabel  4   Operasionalisasi Variabel Jiwa Kewirausahaan
+7

Referensi

Dokumen terkait

Terdapat faktor yang mempengaruhi kemampuan membaca pemahaman mahasiswa kelas B semester IV Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia Universitas Sanata Dharma Yogyakarta

Serahkan obat kepada pasien disertai dengan informasi tentang obat meliputi dosis, frekuensi pemakaian sehari, waktu penggunaan obat, cara penggunaan dan efek samping

KAWASAN HUTAN YANG TELAH MENDAPAT SK PELEPASAN DARI MENTERI KEHUTANAN DI PROPINSI JAMBI. NAMA PERUSAHAAN/ IZIN IZIN PELEPASAN LUAS NO LOKASI (KABUPATEN)/ LOKASI BPN KAWASAN

Topik yang dipilih haruslah praktis “ workable ” dapat dikerjakan dalam waktu yang tersedia, tidak terlalu luas sehingga melampaui waktu; terjangkau

Pengaruh Suhu dan Waktu Ekstraksi terhadap Karakter Pektin dari Ampas Jeruk Siam ( Citrus nobilis L .).. Pengaruh Suhu dan Waktu

Hang Nadim Batam dapat menjadi Bandar Udara Transit Internasional yang. menghubungkan ke berbagai negara seperti Bandar Udara Changi yang di

Alhamdulillah, puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas berkat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini, yang berjudul “ Organizational

Pada hari ini SELASA tanggal SATU bulan AGUSTUS tahun DUA RIBU TUJUH BELAS (01-08-2017) bertempat di Ruang Rapat Unit Layanan Pengadaan (ULP)